Anda di halaman 1dari 22

PENENTUAN KONSENTRASI Fe DALAM AIR MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS DENGAN METODE


O-PHENANTROLINE

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

OLEH :

JEKY SASEMAR L
1803112157

DOSEN PRAKTIKUM : GANIS FIA KARTIKA, M.Si


ASISTEN PRAKTIKUM : NADA RIZKY ANANDA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/29 MEI 2021
KELAS :C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
NILAI

PENENTUAN KONSENTRASI Fe DALAM AIR MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS DENGAN METODE
O-PHENANTROLINE

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

OLEH :

JEKY SASEMAR L
1803112157

DOSEN PRAKTIKUM : GANIS FIA KARTIKA, M.Si


ASISTEN PRAKTIKUM : NADA RIZKY ANANDA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/29 MEI 2021
KELAS :C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Praktikum dan
Penulisan Laporan Praktikum yang berjudul “Penentuan Konsentrasi Fe
(II) dalam Air Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis dengan
Metode O-Phenantroline”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ganis Fia Kartika,
M.Si selaku Dosen Praktikum dan Saudari Nada Rizky Ananda selaku
Asisten Praktikum yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan
kepada Penulis selama Praktikum.
Harapan Penulis semoga Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan. Terimakasih.

Pekanbaru, 05 Juni 2021

Jeky Sasemar L
1803111253

i
PENENTUAN KONSENTRASI FeDALAM AIR MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS DENGAN METODE
O-PHENANTROLINE

Jeky Sasemar L, Ganis Fia Kartika, Nada Rizky Ananda


Laboratorium Kimia Analitik
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Abstrak

Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur transmitan


atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri
UV-Vis ialah salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber
radiasi elektromagnetik UltraViolet dekat (190 nm - 380 nm) dan sinar tampak
(380 nm - 780 nm) dengan instrumen yang digunakan yaitu spektrofotometer.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dari hidroksilamonium klorida,
mengidentifikasi panjang gelombang yang optimum, waktu kestabilan warna
yang dihasilkan, nilai absorbansi sampel, dan nilai regresi yang dihasilkan dari
sampel. Prinsip kerja percobaan ini berdasarkan hukum Lambert-Beer, hubungan
antara konsentrasi dan absorbansi yang terukur dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-VIS. Hasil yang diperoleh dari percobaan yaitu, panjang
gelombang optimum adalah 510 nm, waktu kestabilan warna yang dihasilkan
terjadi pada menit ke-11 sampai 15 dengan absorbansi 0,573. Data hasil
spektrofotometer absorban Fe dari konsentrasi rendah ke tinggi adalah 0,103;
0,227; 0,343; 0,456 dan 0,56. Pada kurva kalibarsi diperoleh persamaan garisnya
adalah y = 0.263x + 0.057 dan nilai R2 = 0.972.

kata kunci : absorbansi, spektrofotometer, UV-Vis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Percobaan....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................5
3.1. Alat dan Bahan........................................................................................5
3.1.1. Alat yang digunakan......................................................................5
3.1.2. Bahan yang digunakan...................................................................5
3.2 Rancangan Praktikum..............................................................................5
3.3 Prosedur Praktikum.................................................................................5
3.3.1 Pembuatan Larutan Intermediet Fe................................................5
3.3.2 Kalibrasi Larutan Standar Fe.........................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................7
4.1 Hasil.........................................................................................................7
4.1.1 Data Pengamatan............................................................................7
4.1.2 Perhitungan..................................................................................10
4.1.3 Reaksi Kimia................................................................................11
4.1.4 Tugas............................................................................................11
4.2 Pembahasan...........................................................................................12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................14
5.1 Kesimpulan............................................................................................14
5.2 Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optic dan elektrik serta sifat-sifat kimia fisiknya. 
Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
Oksigen terlarut akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe(OH)3 yaitut salah satu
jenis oksida yang merupakan zat padat dan dapat mengendap. Besi yang terlarut
dalam bentuk Fe2+ dalam air biasanya dihasilkan oleh pelepasan ion Fe2+ dari
bahan-bahan organik. Maka dari itu penelitian ini bertujuan mengetahui
konsentrasi Fe dalam suatu air menggunakan spektroskopi UV-VIS.
Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200 -350 nm) dan sinar tampak (350 - 800 nm) oleh suatu senyawa.  Serapan
cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Dimana detektor dapat mengukur
cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. 

1.2 Rumusan Masalah


Percobaan untuk penentuan kadar Fe dalam air yang menggunakan
spektrofotometri UV-Vis bertujuan untuk menentukan nilai absorbansi dan waktu
kestabilan serta mengidentifikasi konsentrasi Fe yang terkandung pada air
menggunakan metode phenantroline.

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:

1
a. Mengetahui fungsi kegunaan Hidroksilamonium klorida.
b. Mengidentifikasi panjang gelombang yang optimum.
c. Mengidentifikasi waktu kestabilan warna yang dihasilkan.
d. Menentukan nilai absorbansi sampel menggunakan spektroskopi UV-Vis.
e. Mengidentifikasi nilai regresi yang dihasilkan dari sampel.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Besi umumnya berbentuk ion Fe2+ (ferro) dalam air dengan tingkat pH <
5,8 dan konsentrasi oksigen yang rendah. Namun jika konsentrasi oksigen dalam
air tinggi, maka Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+. Senyawa humus dalam air
gambut membentuk kompleks yang stabil dengan ion logam yang akan
menyebabkan peningkatan kadar ion logam dalam air. Senyawa humus dalam air
gambut menghalangi proses oksidasi ion Fe2+ yang lebih bersifat toksik menjadi
ion Fe3+ (Morti dkk, 2018).
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Fe (II)
adalah metode spektrofotometri UVVis. Metode ini memerlukan pengompleksan
sehingga dapat membentuk warna yang spesifik yang dapat terukur dalam
spektrofotometer UV-Vis. Untuk meminimalkan gangguan analisa, maka
diperlukan perlakuan awal yang tepat. Cara yang biasa dilakukan sebagai
perlakuan awal adalah destruksi. Destruksi perlu dilakukan sebelum analisa
karena destruksi berfungsi untuk menghilangkan atau memisahkan kandungan ion
lain. Destruksi terdapat dua macam yaitu destruksi basah (wet digestion) dan
destruksi kering (dry ashing). Kedua metode destruksi tersebut memiliki
karakteristik masing-masing (Kurniawan dan Sugiarso, 2016).
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik
didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan
hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah
spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam
eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari
sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam
daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita
serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu
seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak
yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai
ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Day, 1986).
Pada spektrofotometri UV-Vis ada beberapa istilah yang digunakan terkait
dengan molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau pergeseran

3
merah, efek hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan hipokromik.
Kromofor adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan
kuat di daerah UV-Vis, misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena, karbonil,
karbondioksida, karbonmonooksida, gas nitrogen. Auksokrom adalah gugus
fungsi yang mengandung pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal,
yang terikat pada kromofor yang mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada
kromofor tersebut, baik panjang gelombang maupun intensitasnya, misalnya
gugus hidroksi, amina, halida, alkoksi (Suhartati, 2017).
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-
Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam
larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus,
2004).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang menggunakan
panjang gelombang UV dan Visible sebagai area serapan untuk mendeteksi
senyawa. Pada umumnya senyawa yang dapat diidentivikasi menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis adalah senyawa yang memilki gugus gugus kromofor
dan gugus auksokrom. Pengujian dengan Spektrofotometri UV-Vis tergolong dan
cepat cepat jika dibandingkan dengan metode lain (Sahumena, 2020).
Spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara prinsip
spektrofotometri UV dan visible. Spektrofotometer UV-Vis mengacu pada hukum
Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan),
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan sebagian lain akan dipancarkan.
Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang
berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati
kuvet berisi blanko, sementara berkas kedua melewati kuvet berisi sampel. Blanko

4
dan sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk
menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromaris (tunggal). Berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan
dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu.
Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorpsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian diterima oleh detektor.
Detektor kemudan akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya
yang diserap oleh sampel. Cahaya diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
dan secara kuantitatif akan diketahui konsentrasi zat tersebut (Syafanti, 2020).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Labu takar
500 ml, pipet volume, gelas beaker 100 ml, pipet ukur, gelas ukur 50 ml, hot plate,
instrumen spektrum UV-Vis.
3.1.2. Bahan yang digunakan
Adapun bahn-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan
induk Fe, aquades (H2O), hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl), larutan
asam klorida (HCl) pekat, Larutan natrium asetat (NH4COOH), Larutan
fenantrolin.

3.2 Rancangan Praktikum


Larutan besi dari larutan induk ferro ammonium sulfat
(Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O) digunakan sebagai larutan standar sampel air yang diduga
mengandung besi. Pengukuran kadar besi dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 450nm - 560 nm dengan
metode o-phenantroline.

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Pembuatan Larutan Intermediet Fe
Larutan induk Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O sebanyak 200 ppm disiapkan.
Larutan induk sebanyak 25 mL diambil kemudian diencerkan menjadi 500
mL dan larutan intermediet Fe sebanyak 10 ppm siap digunakan.

3.3.2 Kalibrasi Larutan Standar Fe


Unit filter membran diambil kemudian diletakkan filter membran di
dasar filter dan tutup rapat, lalu air sampel ditambahkan. Pompa hisap
dipasang kemudian saring volume sampel dan sampel air telah siap. Langkah
berikutnya larutan intermediet Fe dengan konsentrasi 10 ppm disiapkan dan
dilakukan standar kalibrasi Fe dengan konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm,
1,5 ppm dan 2,0 ppm. Gelas beaker 100 ml sebanyak 7 buah diambil dengan

6
masing-masing diberi label yaitu blanko 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm, 1,5 ppm
dan 2,0 ppm Fe dan sampel.
Sampel air yang telah disaring dengan membran sebanyak 50,0 ml
dipipet dan ditambahkan ke dalam gelas kimia berlabel sampel. Kemudian
larutan intermediet Fe dengan konsentrasi 10 ppm dipipet dan ditambahkan
kemasing-masing gelas beaker yang telah diberi label yaitu nol ml untuk
blank, 0,5 ml untuk Fe 0,1 ppm, 2,5 ml untuk Fe 0,5 ppm, 5,0 ml untuk Fe 1,0
ppm, 7,5 ml untuk Fe 1,5 ppm, 10,0 ml untuk Fe 2,0 ppm. Larutan Asam
klorida dipipet (1+1) dan ditambahkan sebanyak 2,0 ml ke masing-masing
gelas beaker. Lalu larutan hidroksiamonium klorida ditambahkan sebanyak
1,0 ml ke masing-masing gelas beaker. Berikutnya air suling ditambahkan
sebanyak 50,0 ml ke masing-masing gelas beaker kecuali sampel. Semua
gelas beaker dipanaskan dengan hot plate hingga volume berkurang menjadi
10 sampai 20 ml. Setelah itu, didinginkan dan dipindahkan masing-masing
sesuai ke dalam labu takar 50 ml yang diberi label blanko, 0,1 ppm, 0,5 ppm,
1,0 ppm, 1,5 ppm dan 2,0 ppm Fe dan sampel.
Pemindahan dilakukan dengan pembilasan gelas beaker dengan
menggunakan air suling. Kemudian amonium asetat ditambahkan sebanyak
10,0 ml ke masing-masing labu takar dan dikocok. Langkah berikutknya
larutan fenantrolin ditambahkan sebanyak 4,0 ml ke masing-masing labu
takar dan dikocok. Lalu buat volume akhir hingga 50 ml tandai batas masing-
masing labu takar dengan air suling dan larutan dihomogenkan. Standar
kalibrasi dengan konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm, 1,5 ppm dan 2,0
ppm Fe termasuk sampel dan blangko siap untuk pengukuran
spektrofotometer.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Pembuatan larutan standar Fe
Larutan standar Fe Labu ukur 50 mL
I II III IV V VI
Volume larutan 0 0,5 0,25 5 7,5 10
intermediate Fe

Hidroksilamin 1 1 1 1 1 1
klorida 10 10 10 10 10
10
CH3COONH4 2 2 2 2 2
2
4 4 4 4 4
HCl
0,1 0,5 1,0 1,5 2,0
4
Fenantrolin 0
Konsentrasi Fe
(ppm)

Tabel 2. Data absorbansi penentuan panjang gelombang maksimum larutan


Fe-Fenantrolin
λ (nm) A1 A2 A3 Rerata

450 0,436 0,435 0,411 0,427


455 0,448 0,449 0,425 0,441
460 0,464 0,467 0,444 0,458
465 0,483 0,487 0,484 0,485
470 0,501 0,507 0,504 0,504
480 0,524 0,531 0,529 0,528
485 0,528 0,536 0,523 0,529
490 0,532 0,538 0,531 0,534
495 0,539 0,535 0,539 0,538
500 0,547 0,547 0,545 0,546

8
505 0,557 0,557 0,556 0,557
510 0,573 0,572 0,572 0,572
515 0,554 0,545 0,555 0,551
520 0,530 0,530 0,531 0,530
525 0,488 0,489 0,488 0,488
530 0,435 0,440 0,430 0,435
535 0.373 0,373 0,379 0,375
540 0,308 0,303 0,301 0,304
545 0,249 0,240 0,240 0,243
550 0,197 0,197 0,196 0,197
555 0,156 0,152 0,154 0,154
560 0,125 0,120 0,122 0,122

0.7
0.6
0.5 f(x) = − 0 x + 1.77
Absorbansi

R² = 0.41
0.4
0.3
0.2
0.1
0
400 420 440 460 480 500 520 540 560 580
Panjang gelombang (nm)

Gambar 1. Kurva panjang gelombang maksimum larutan Fe-fenantrolin

Tabel 3. Data kestabilan warna menggunakan larutan standar VI


Waktu A1 A2 A3 Rerata
(menit)

0 0,436 0,435 0,411 0,427


1 0,448 0,449 0,425 0,441
2 0,464 0,467 0,444 0,458

9
3 0,483 0,487 0,484 0,485
4 0,501 0,507 0,504 0,504
5 0,524 0,531 0,529 0,528
6 0,528 0,436 0,523 0,496
7 0,532 0,538 0,531 0,534
8 0,539 0,535 0,539 0,538
9 0,547 0,547 0,545 0,546
10 0,573 0,422 0,574 0,523
11 0,570 0,575 0,575 0,573
12 0,573 0,572 0,575 0,573
13 0,573 0,572 0,572 0,572
14 0,578 0,572 0,570 0,573
15 0,573 0,574 0,573 0,573
16 0.473 0,473 0,479 0,475
17 0,378 0,373 0,371 0,374
18 0,349 0,340 0,340 0,343
19 0,297 0,297 0,296 0,297
20 0,256 0,252 0,254 0,254

0.7
0.6
0.5 f(x) = − 0.01 x + 0.53
Absorbansi

0.4 R² = 0.13
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Gambar 2. Kurva Kestabilan Warna

10
Tabel 4. Nilai Absorbansi Larutan Standar Fe
Larutanstandar Labu ukur 50 mL
Fe I II III IV V VI

Volumelarutan 0 2 4 6 8 10
intermediate Fe
Konsentrasi Fe 0 0,1 0,5 1,0 1,5 2,0
(ppm)
Absorbansi 1 0,000 0,101 0,227 0,343 0,443 0,556
Absorbansi 2 0,000 0,103 0,227 0,343 0,477 0,556
Absorbansi 3 0,000 0,105 0,228 0,343 0,447 0,568
Absorbansi 0,000 0,103 0,227 0,343 0,456 0,560
rerata

0.6
0.5 f(x) = 0.26 x + 0.06
R² = 0.97
0.4
Absorbansi

0.3
0.2 Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi Fe (ppm)

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Fe

4.1.2 Perhitungan
a. Konsentrasi larutan induk Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
mg
[Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O] =
L

11
200 mg
=
1L
= 200 ppm
b. Konsentrasi larutan intermediet Fe
V1 . ppm1 = V2 . ppm2
25 mL . 200 ppm = 500 mL . ppm2
ppm2 = 10 ppm
c. Konsentrasi Fe dalam larutan induk
y = 0,263x + 0,057
0,3378 = 0,263x + 0.057
0,2808 = 0,263x
x = 1,0677 ppm

4.1.3 Reaksi Kimia


4 Fe3+(aq) + 2NH2OH.HCl(aq)→ 4Fe2+(aq) + N2O + H2O(l) + 4H+ + 2HCl(aq)
Fe2+(aq) + 3(C12H8N2)H+(aq) → [Fe(C12H8N2)3]2+(aq)+ 3H+(aq)

4.1.4 Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan panjang gelombang optimum ?
Jawab : Panjang gelombang optimum merupakan terjadinya absorbsi
cahaya yang paling tinggi dimana nilai absorbansi terbesar pada materi
analit dengan batas efektif sampai dengan 0,8
2. Kenapa harus dicari waktu kestabilan warna ?
Jawab : Karena pada warna dari suatu materi akan mengidentifikasikan
nilai range panjang gelombang tertentu agar nilai absorbansinya dapat
dibaca oleh spektrofotometer UV-Vis.
3. Jelaskan kegunaan dari Asam klorida, Hidroksilamonium klorida,
Ammonium asetat dan Fenantrolin pada analisis Fe!
Jawab :
 Asam klorida berguna untuk mengurangi gangguan oleh bahan
organik dan mengubah zat besi yang terkait dengan zat lain menjadi
ion bebas selama proses pencernaan

12
 Hidroksilamonium klorida sebagai agen pereduksi yaitu oda
penambahan dari larutan Hidroksilamin-HCl untuk mereduksi
Fe3+menjadi Fe2+, dengan persamaan reaksinya adalah:
4Fe3+(aq) + 2NH2OH.HCl(aq) → 4Fe2+(aq) + N2O + H2O(l) + 4H+ +
2HCl(aq)
 Ammonium asetat digunakan untuk menyebutkan pH sekitar 3,5
untuk corak ion ferro dengan fenantrolin
 Fenantrolin sebegai pembentuk komplek saat bereaksi dengan Fe 2+
dan membentuk warna orange.

4.2 Pembahasan
Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optkc dan elektrik serta sifat-sifat
kimia fisiknya.  Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometri uv-vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik UltraViolet dekat (190 nm - 380 nm)
dan sinar tampak (380 nm - 780 nm) dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui fungsi kegunaan
Hidroksilamonium klorida, mengidentifikasi panjang gelombang yang optimum,
waktu kestabilan warna yang dihasilkan, nilai absorbansi sampel, dan
mengidentifikasi nilai regresi yang dihasilkan dari sampel. Prinsip kerja
percobaan ini berdasarkan hukum Lambert-Beer, hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi yang terukur dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS.
Larutan Standar Fe yang digunakan berasal dari larutan induknya yaitu 200
ppm yang diencerkan menjadi larutan intermediet 20 ppm dan dilakukan

13
pengenceran bertingkat yang berfungsi untuk mengurangi tingkat kesalahan
pengenceran saat pembuatan standar. Larutan standar kemudian ditambahkan
dengan larutan hidroksilamin klorida sebagai pereduksi ion Fe3+ menjadi Fe2+,
kemudian larutan O-fenantrolin ditambahkan sehingga ion Fe2+ dapat berikatan
dengan pengompleks tersebut. Pada larutan standar Fe diperoleh panjang
gelombang maksimum berada pada titik 510 nm dimana sudah mencapai batas
serapan. Pada penentuan kestabilan warna agar mengetahui ion Fe 2+ tepat bereaksi
semua dengan pengompleks o-fenantrolin. Hukum lambert-beer menyatakan
hubungan linear antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan,  yaitu sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan
terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama, senyawa
yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut, tidak terjadi flourensensi atau fosforisensi, indeks bias tidak
bergantung pada konsentrasi larutan.
Berdasarkan percobaan hasil yang diperoleh antara lain, panjang gelombang
optimum adalah 510 nm, waktu kestabilan warna yang dihasilkan terjadi pada
menit ke-11 sampai 15 dengan absorbansi 0,573. Data hasil spektrofotometer
absorban Fe dari konsentrasi rendah ke tinggi adalah 0,103; 0,227; 0,343; 0,456
dan 0,56. Pada kurva kalibarsi diperoleh persamaan garisnya adalah y = 0.263x +
0.057 dan nilai R2 = 0.972.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Hidroksilamonium klorida berfungsi sebagai agen pereduksi mereduksi


Fe3+ menjadi Fe2+.
b. Panjang gelombang optimum yang diperoleh yaitu 510 nm.
c. Waktu kestabilan warna yang dihasilkan terjadi pada menit ke-11
sampai 15 dengan absorbansi 0,573.
d. Nilai absorbansi sampel yang diperoleh dari konsentrasi rendah ke tinggi
adalah 0,103; 0,227; 0,343; 0,456 dan 0,56.
e. Nilai regresi yang dihasilkan dari sampel adalah R2 = 0.972.

5.2 Saran

Adapun saran pada percobaan ini diharapkan untuk praktikum selanjutnya


bias menggunakan metode lain untuk membedakan hasil spektroskopi UV-Vis
nya agar data yang didapat lebih akurat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


LPTIK Universitas Andalas, Padang.

Day, R.A., Underwood A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Erlangga, Jakarta.

Kurniawati, S dan Sugiarso, D. 2016. Perbandingan kadar Fe (II) dalam tablet


penambah darah secara spektrofotometri uv-vis yang dipreparasi
menggunakan metode destruksi basah dan destruksi kering. Jurnal
Sains dan Seni ITS. 5(2): 2337-3520.

Morti, T,. Destiarti, L dan Idiawati, N. 2018. Penentuan kadar besi (Fe) pada air
gambut menggunakan spektrofotometer ultra violet-visible dengan
perbandingan pengompleks fenantrolin dan alizarin red s. Jurnal
Kimia Khatulistiwa. 7(3): 109-117.

Sahumena, M.H., Ruslin, Asriyanti, Djuwarno, E.N. 2020. Identifikasi Jamu yang
Beredar di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri
UV-Vis. Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 2(2): 65-72.
Suhartati, T. 2017. Dasar-dasar Spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri Massa
untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. CV. Anugrah Utama
Raharja, Bandar Lampung.
Syafanti, M. 2020. Verifikasi Metode SNI 19-6964.6-2003 dan Validasi Metode
Kit pada Analisis Sianida dalam Air Laut Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2
3

Anda mungkin juga menyukai