Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan kegelapan menuju jalan terang benderang.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini terutama kepada dosen yang telah mengajarkan
materi ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prinsip Dasar UV – Vis ini
hingga selesai.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami harapkan semoga makalah tentang Prinsip Dasar UV – Vis ini dapat
memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Spektroskopi
3
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain
dalam larutan tersebut
- Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan
frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan
gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang (Dachriyanus, 2004).
4
larutan. Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, maka serapan juga bertambah, sehingga didapat persamaan:
A=axc
Keterangan : A : Absorbansi
a : Absorbstivitas
c : Konsentrasi zat (gram/liter)
Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa
serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan
persamaan:
A=axbxc
Keterangan : A : Absorbansi
a : Absorbstivitas
b : Tebal sel (umumnya 1 cm)
c : Konsentrasi zat (gram/liter)
Terdapat 2 jenis spektrofotometer UV – Vis, diantaranya:
1. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada alat ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan melalui kuvet. Blanko,
larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian
5
2.3 Prinsip Kerja Spektrofotometer UV –Vis
- Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spekfotometer
dan filter cahaya pada fotometer .
- Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal).
- Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada
sampel yang mengandung suatu zat dalam konsenrasi tertentu.
- Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan (ditransmisi).
- Cahaya yang dilewatkan ini kemudian diterima oleh detector. Detektor kemudian
akan menghtung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel.
- Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam
sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel
sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
6
1. Ikatan Rangkap Terkonjugasi
Dua ikatan rangkap terkonjugasi memberikan suatu kromofor, seperti dalam
butadiene akan mengabsorbsi pada 217 nm.
2. Senyawa Aromatik
Cincin aromatic mengabsorbsi dalam daerah radiasi UV. Misal: Benzen
menunjukkan serapan pada Panjang gelombang sekitar 255 nm, begitu juga asam
asetil salisilat.
3. Gugus Karbonil
Pada gugus karbonil aldehida dan keton dapat dieksitasi.
4. Auksokrom
Gugus ausokrom mempunyai pasangan electron bebas, yang disebabkan oleh
terjadinya meomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus ausokrom ini adalah
substituent seperti-OH, -NH2, -NHR, dan –NR2.
5. Gugus Aromatik
Adalah gugus yang mempunyai transisi electron n-p, seperti nitrat (313 nm),
karbonat (217 nm).
1. Sumber Cahaya
Lampu Tungsen
Untuk sampel pada daerah tampak, memiliki panjang gelombang antara 350 –
2200 nm, dan spektrum radiasinya berupa garis lengkung.
Lampu Deuterium
Dipakai pada panjang gelombang 190 – 380 nm, spektrum energi radiasinya lurus,
dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV.
2. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak
diperlukan dari spektrum radiasi lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
Prisma
Berfungsi mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin.
Kisi Difraksi
7
Berfungsi menghasilkan penyebaran disperse sinar secara merata, dengan
pendispersi yang sama.
Celah Optis
Berfungsi untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat maka radiasi akan dirotasikan
melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan
merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
3. Kompartemen Sampel
Digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. Kuvet merupakan wadah yang
digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisa. Kuvet yang baik harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
- Permukaannya harus sejajar secara optis
- Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat ditransmisikan
- Tidak ikut bereaksi terhadap bahan – bahan kimia
- Tidak rapuh
- Bentuknya sederhana
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang
memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh
permukaan yang peka (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Berfungsi
untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat
diukur. Syarat – syarat ideal sebuah detektor :
- Kepekaan yang tinggi
- Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
- Respon konstan pada berbagai Panjang gelombang
- Waktu respon cepat dan dignal minimum tanpa radiasi
- Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
8
5. Sistem Pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran
daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem
pembacaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
6. Sistem Pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar
yang dapat dibaca oleh mata. Serapan sel yang berisi pelarut tidak boleh lebih besar
dari 0,4 per cm tebal cairan jika diukur terhadap udara sebagai blangko.
Pelarut yang digunakan sebagai blangko harus berasal dari bets yang sama
dengan yang digunakan untuk membuat larutan yang diukur, serta tidak boleh
berfluoresensi pada panjang gelombang pengukuran. Identifikasi zat secara
spektrofotometri pada daerah ultraviolet pada umumnya dilakukan dengan
menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut dan dengan kadar yang
tertera pada monografi, untuk menetapkan letak serapan maksimum atau minimum
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
1. Periksa spesifikasi voltase yang dapat dilihat di unit bagian bawah (110V atau 220V,
50/60 Hz).
2. Kabel instrumen dihubungkan pada dinding stopkontak. Pada satu sisi kabel
penyambung power dimasukkan ke dalam stopkontak yang ada dibagian instrumen
dan sisi yang lainnya dihubungkan dengan dinding stopkontak sebagai sumber arus
AC.
3. Setelah itu nyalakan instrumen dengan menekan tombol merah yang berada di unit
belakang. Dengan memastikan bagian lampu pilot telah menyala. Intrumen
dipanaskan paling sedikit selama 20 menit agar diperoleh hasil pengukuran yang baik.
4. Mengatur panjang gelombang yang diinginkan untuk kalibrasi.
5. Pastikan tidak ada kuvet yang masuk pada tempat pengukuran dan tutup kembali
tempat pengukuran sampel seperti semula.
6. Pengaturan transmittance dengan cara memutar tombol T-0% sampai skala alat
menunjukan 0,0 (0%T diukur pada saat kuvet dalam keadaan kosong).
7. Aplikasi larutan blanko, menggunakan kuvet tabung. Digunakan jenis kuvet yang
sama untuk larutan blanko, standar, dan sampel. Terlebih dahulu permukaab kuvet
9
dibersihkan. Selanjutnya kuvet diisi paling sedikit 1,5 ml aquadest / larutan blanko.
Tujuannya agar dapat di pastikan bahwa sinar yang dipacarkan mampu melewati
larutan tersebut dengan sempurna. Verifikasi transmittance dan absorbansi. Mengatur
transmittance T – 100% sampai menunjukkan 100 dan absorbansi = 0,0 (100%T
diukur pada saat kuvet dalam keadaan terisi larutan).
8. Setelah itu keluarkan kuvet yang berisi larutan blanko tersebut dari tempat
pengukuran sampel dan membiarka kuvet yang berisi larutan blanko pada tempat
larutan blanko.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent). sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
10
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus
memiliki 5 (lima) sifat di bawah ini:
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
(warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini
dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi
yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil
kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang
dipakai antara lain :
11
2.6 Analisa Spektroskopi UV – Vis
Interaksi sinar ultraviolet atau sinar tampak menghasilkan transisi elektronik dari
elektron-elektron ikatan, baik ikatan sigma () dan pi () maupun elektron non ikatan (n)
yang ada dalam molekul organik. Elektron-elektron ini berada di bagian luar dari
molekul organik. Transisi elektronik yang terjadi merupakan perpindahan elektron dari
orbital ikatan atau non ikatan ke tingkat orbital antiikatan atau disebut dengan tingkat
eksitasi. Orbital ikatan atau non ikatan sering disebut dengan orbital dasar, sehingga
transisi elektron sering dinyatakan sebagai transisi elektron dari tingkat dasar ke tingkat
tereksitasi.
Tingkat Tereksitasi, diantaranya:
• Tingkat tereksitasi dari elektron molekul organik hanya ada dua jenis, yaitu pi bintang
(*) dan sigma bintang (*), sehingga bila molekul organik yang memiliki elektron-
elektron sigma, pi, dan elektron nonikatan, misalnya pada molekul aseton, maka tipe
transisi elektroniknya meliputi : *, *, *, *, n *, n *
• Agar terjadi transisi elektronik ini diperlukan energi yang besarnya sesuai dengan
jenis elektron ikatan dan nonikatan yang ada dalam molekul organik
• Satu senyawa organik yang hanya memiliki satu jenis ikatan sigma saja, misalnya
metana, maka jenis transisi elektron ikatan dalam molekul tersebut hanya transisi
*
• Sedangkan kalau dalam senyawa organik memiliki ikatan sigma dan ikatan pi,
misalnya pada senyawa butena, maka jenis eksitasi elektronnya meliputi transisi
*, *, *, *
12
• Untuk senyawa organik yang memiliki ikatan sigma, ikatan pi, dan mengandung
elektron nonikatan, misalnya senyawa aseton, maka jenis transisi elektronnya meliputi
transisi *, *, *, *, n *, n *
• Transisi elektron * dalam molekul organik memerlukan E yang paling besar,
sedangkan transisi elektron n *, memerlukan E yang paling kecil
• Transisi elektron *, memerlukan panjang gelombang paling kecil atau energi
paling besar, sedangkan untuk transisi elektron n *, memerlukan panjang
gelombang yang paling besar
Rentang Panjang Gelombang
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai rentang panjang gelombang dari 100-400 nm,
sedangkan sinar tampak (Vis) 400-750 nm, sinar dimulai dari tidak berwarna-ungu-
merah. Umumnya senyawa organik yang hanya memiliki ikatan sigma, akan
mengabsorbsi panjang gelombang UV pada panjang gelombang di bawah 200 nm.
Absorpsi pada panjang gelombang tersebut disebut dengan absorpsi di daerah ultraviolet
vakum (daerah di bawah 200 nm) merupakan daerah yang sukar memperoleh informasi
mengenai struktur molekul organik. Sedangkan molekul organik yang memiliki ikatan pi
atau memiliki elektron nonikatan akan mengabsorbsi pada panjang gelombang yang
lebih besar.
Transisi Elektron
Transisi elektron ini tergantung dari struktur molekul senyawa organik. Dalam
suatu molekul dapat mengalami transisi elektron yang mudah. Bila dalam senyawa
organik terdapat ikatan dengan tingkat energi yang tinggi, yaitu ikatan pi, makin banyak
ikatan pi yang berkonjugasi, makin mudah transisi elektron pi-nya. Karena perbedaan
energi dari keadaan dasar (HOMO) ke tingkat energi tereksitasi (LUMO) makin kecil
atau bila dalam molekul organik terdapat elektron-elektron yang tidak berikatan,
misalnya elektron non bonding yang terdapat pada oksigen atau nitrogen, juga akan
memudahkan transisi elektronnya.
13
Jenis – Jenis Spektrum Elektromagnetik
1. Gelombang mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
gelombang antara satu milimeter hingga 30,5 sentimeter, pada pita frekuensi SHF,
EHF, dan sebagian UHF. Aplikasi gelombang mikro biasa dijumpai pada oven
gelombang mikro dan pemanas industri. Gelombang mikro juga menjadi panjang
gelombang utama dalam sistem radar, komunikasi satelit, dan jaringan nirkabel
seperti WiFi.
2. Radiasi IR
Radiasi inframerah memiliki frekuensi antara 300 GHz hingga 400 THz
dengan panjang gelombang antara 760 nm hingga 1 mm. Dalam kehidupan sehari-
hari, radiasi inframerah biasa digunakan pada lampu penghangat dan pemanggang.
Radiasi inframerah yang dipancarkan bersamaan dengan kalor dapat dimanfaatkan
pada pendeteksi suhu tubuh, temperatur di permukaan Bumi, dan kacamata
penglihatan malam.
3. Cahaya Tampak
Cahaya tampak adalah bagian dari gelombang elektromagnetik yang paling
sensitif bagi mata manusia. Cahaya tampak (dan inframerah dekat) biasanya diserap
dan diemisikan oleh elektron pada molekul atau atom yang mengalami perpindahan
tingkatan energi. Hal ini memungkinkan adanya mekanisme kimia yang mendasari
penglihatan manusia dan fotosintesis pada tumbuhan.
4. Radiasi Ultraviolet (UV)
UV merupakan radiasi dengan panjang gelombang terpanjang yang mampu
mengionisasi atom-atom dengan cara memisahkan elektron dari mereka. Sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang pendek dan radiasi lainnya yang memiliki
panjang gelombang lebih kecil (seperti sinar-X dan sinar gama) merupakan radiasi
pengion yang dapat merusak jaringan makhluk hidup.
14
5. Sinar X
Sama seperti UV yang memiliki panjang gelombang pendek, sinar-X juga
merupakan radiasi pengion. Meskipun demikian, sinar-X memiliki energi yang lebih
tinggi sehingga mampu berinteraksi dengan materi melalui efek Compton. Sinar-X
keras memiliki panjang gelombang yang lebih rendah dibandingkan sinar-X lunak
dan mampu menembus beberapa zat. Sifat ini memungkinkan sinar-X untuk
digunakan pada perangkat-perangkat seperti pemindai bagasi di bandara dan CT
scan.
6. Sinnar Gamma
Sinar gama merupakan foton yang memiliki energi paling tinggi dan tidak
memiliki batas bawah panjang gelombang.
15
2. Efek Hipsokrom (Pergeseran Biru)
Pada pelarut polar λmax maks transisi n - π* cenderung bergeser ke panjang gelombang
yang lebih pendek.yang disebut efek hipsokrom (pergeseran pergeseran). Pada kondisi ini
transisi pasangan elektron yang lemah dari oksigen, sehingga transisi — * memberikan
pengaruh pada pelarut dengan arah yang berlawanan. Pengaruh eksitasi ini sangat kecil
antara pelarut yang mempunyai ikatan hidrogen dan karbonil grup.
Pada senyawa yang mengalami eksitasi n *, misalnya aseton, bila diukur dalam
pelarut non polar (heksana), kemudian pelarut diganti dengan pelarut polar (etanol), akan
terjadi efek hipsokromik, hal ini terjadi karena kemampuan pelarut etanol mengadakan
ikatan hidrogen dengan senyawa dalam keadaan sebelum eksitasi cukup kuat, sehingga
elektron nonbonding (n) untuk melaksanakan eksitasi n * memerlukan energi yang
lebih besar, akibatnya terjadi efek hipsokromik; atau dapat juga dijelaskan kemampuan
pelarut mengadakan ikatan hidogen dengan aseton dalam tingkat tereksitasi menurun,
sehingga absorbsi terjadi pada panjang gelombang maksimum yang lebih kecil, sedangkan
dalam pelarut non polar eksitasi elektron n * tidak terganggu karena tidak ada
interaksi dengan pelarut.
16
Hukum Lambert – Beer
Bunyi Hukum Lambert-Beer Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A)
sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan
hukum lambert-beer berbunyi: “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan
sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”
Dengan :
A = absorben
I0 = intesitas sinardatang
Diteruskan
a = tetapan absorptivitas
c = konsentrasi
Larutan senyawa berwarna mampu menyerap sinar tampak yang melalui larutan tersebut.
Jumlah intensitas sinar yang diserap tergantung pada macam yang ada di dalam larutan,
konsentrasi panjang jalan dan intensitas sinar yang diserap dinyatakan dalam Hukum
Lambert-Beer yang sudah dijelaskan di atas.Warna zat yang menyerap menentukan
panjang gelombang sinar yang akan diserap, warna yang diserap merupakan warna
komplemen dari warna yang terlihar oleh mata.
Suatu spektrometer serapan bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar 200 nm (pada
ultra violet dekat) sampai sekitar 800 nm (pada infra merah sangat dekat). Transisi
electron yang mungkin menyerap sinar pada daerah itu jumlahnya terbatas.
17
Transisi elektron ini tergantung dari struktur molekul senyawa organik. Dalam suatu
molekul dapat mengalami transisi elektron yang mudah. Bila dalam senyawa organik
terdapat ikatan dengan tingkat energi yang tinggi, yaitu ikatan pi, makin banyak ikatan pi
yang berkonjugasi, makin mudah transisi elektron pi-nya. Karena perbedaan energi dari
keadaan dasar (HOMO) ke tingkat energi tereksitasi (LUMO) makin kecil atau bila dalam
molekul organik terdapat elektron-elektron yang tidak berikatan, misalnya elektron non
bonding yang terdapat pada oksigen atau nitrogen, juga akan memudahkan transisi
elektronnya. Berikut jenis – jenis transisi elektron :
18
3. Transisi Non Bonding – Phi Anti Bonding n * dan Phi-Phi Anti Bonding dan n
*.
- Molekul tersebut harus memiliki gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan
rangkap dalam gugus tersebut dapat meberikan orbital phi yang diperlukan.
- Transisi ini paling cocok untuk analisis ( 200 – 700 nm) dan dapat diaplikasikan pada
spektrofotometer UV – Vis.
- Pelarut dapat mempengaruhi transisi karena berkaitan dengan perbedaan mensolvasi
pelarut pada keadaan dasar dengan tereksitasi.\
19
Jawab:
= 234 nm (maksimum)
= 273 nm (maksimum)
Pengamatan 275 nm
20
Sedangkan absorpsi panjang gelombang maksimum untuk senyawa yang memiliki
gugus karbonil terkonjugasi, misalnya aldehida, keton, ester dengan , β tak jenuh
mengikuti aturan pada Tabel 4 untuk perkiraan perhitungan absorpsi panjang gelombang
maksimum hanya untuk eksitasi elektron *.
Posisi substituen mempunyai nilai-nilai yang berbeda kecuali posisi dan yang
lebih tinggi nilainya sama.
21
Pengukuran absorpsi maksimum senyawa organik yang mengandung karbonil
yang memiliki ketidakjenuhan β/ karbonil terkonjugasi selain posisi dan jenis
substituen juga diperhitungkan faktor koreksi dalam pelarut tertentu.
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Spektrofotometri adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dari suatu bahan terhadap spektrum sinar sebagai fungsi pada panjang gelombang
tertentu.
2. Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh
suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.
3. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis : berkas cahaya polikromatis diubah menjadi
monokromatis. Sinar monokromatis yang dilewatkan pada suatu bahan yang dianalisa
akan diabsorbsi, dan sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang dianalisa sebanding
dengan jumlah (konsentrasi) bahan yang dianalisa. Hukum Lambert Beer merupakan
gabungan hukum Lambert dan hukum Beer yang menetapkan antara lain intensitas
cahaya yang masuk dengan intensitas cahaya yang keluar, merupakan fungsi dari
larutan dan kadar zat dalam larutan.
4. Prinsip kerja Spektrofotometri UV-Vis : Cahaya yang berasal dari lampu deuterium
maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spekfotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan
pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsenrasi tertentu. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian diterima oleh detector. Detektor kemudian akan menghtung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.
5. Preparasi sampel :
- Periksa spesifikasi voltase yang dapat dilihat di unit bagian bawah (110V atau
220V, 50/60 Hz).
- Kabel instrumen dihubungkan pada dinding stopkontak.
- Intrumen dipanaskan paling sedikit selama 20 menit agar diperoleh hasil
pengukuran yang baik.
- Mengatur panjang gelombang yang diinginkan untuk kalibrasi.
- Tutup kembali tempat pengukuran sampel seperti semula.
- Pengaturan transmittance dengan cara memutar tombol T-0% sampai skala alat
menunjukan 0,0 (0%T diukur pada saat kuvet dalam keadaan kosong).
- Aplikasi larutan blanko, menggunakan kuvet tabung.
- Verifikasi transmittance dan absorbansi. Mengatur transmittance T – 100%
sampai menunjukkan 100 dan absorbansi = 0,0 (100%T diukur pada saat kuvet
dalam keadaan terisi larutan).
23
- Setelah itu keluarkan kuvet yang berisi larutan blanko tersebut dari tempat
pengukuran sampel dan membiarka kuvet yang berisi larutan blanko pada tempat
larutan blanko.
6. Interaksi sinar ultraviolet atau sinar tampak menghasilkan transisi elektronik dari
elektron-elektron ikatan, baik ikatan sigma () dan pi () maupun elektron non ikatan
(n) yang ada dalam molekul organik. Elektron-elektron ini berada di bagian luar dari
molekul organik. Transisi elektronik yang terjadi merupakan perpindahan elektron
dari orbital ikatan atau non ikatan ke tingkat orbital antiikatan atau disebut dengan
tingkat eksitasi. Orbital ikatan atau non ikatan sering disebut dengan orbital dasar,
sehingga transisi elektron sering dinyatakan sebagai transisi elektron dari tingkat
dasar ke tingkat tereksitasi.
7. Jenis gelombang elektromagnetik : gelombang mikro, radiasi IR, cahaya tampak,
sinar UV, sinar X, dan sinar gamma.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/3100/2644
file:///C:/Users/Nur%20Rahma/Downloads/UV%20VISSSS.pdf
https://slideplayer.info/slide/3630747/
https://www.academia.edu/11300594/Spektrophotometer_UV_Vis_Tugas
http://kimia.fmipa.unej.ac.id/?p=472
25