Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS GUGUS FUNGSI PADA BIOSORBEN DARI BIJI ALPUKAT

(PERSEA AMERICANA MILL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI


FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR)

OLEH :

JEKY SASEMAR L
1803112157

DOSEN PRAKTIKUM : GANIS FIA KARTIKA, M. Si


ASISTEN PRAKTIKUM : AULIA TARRA NAZIFA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/05 JUNI 2021
KELAS :C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
ANALISIS GUGUS FUNGSI PADA BIOSORBEN DARI BIJI ALPUKAT
NILAI
(PERSEA AMERICANA MILL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI
FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR)

OLEH:

JEKY SASEMAR L
1803112157

DOSEN PRAKTIKUM : GANIS FIA KARTIKA, M. Si


ASISTEN PRAKTIKUM : AULIA TARRA NAZIFA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/05 JUNI 2021
KELAS :C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktikum dan Penulisan
Laporan Praktikum yang berjudul “Analisis Gugus Fungsi pada Biosorben dari
Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Spektroskopi Fourier
Transform Infrared (FTIR) ”.
Penulis mengucapkan terimkasih kepada Ibu Ganis Fia Kartika, M.Si
selaku Dosen Praktikum dan Saudari Aulia Tarra Nazifa selaku Asisten Praktikum
yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
Praktikum.
Harapan penulis semoga Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan. Terimakasih.

Pekanbaru, 11 Juni 2021

Jeky Sasemar L
NIM. 1803124126

i
ANALISIS GUGUS FUNGSIPADA BIOSORBEN DARI BIJI ALPUKAT
(PERSEA AMERICANA MILL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI
FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR)

Jeky Sasemar L, Ganis Fia Kartika, Aulia Tarra Nazifa


Laboratorium Kimia Analitik
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

ABSTRAK

Fourier Transform InfraRed (FTIR) merupakan metode analisis yang


menggunakan spektroskopi inframerah. Pada metode spektroskopi infra merah ini,
radiasi inframerah dilewatkan pada sampel. Sebagian radiasi infra merah akan
diserap oleh sampel dan sebagian lagi dilewatkan/ditransmisikan. Tujuan pada
percobaan ini adalah untuk menentukan gugus fungsi yang terdapat pada sampel
biosorben biji alpukat. Metode yang digunakan yaitu analisis Fourier Transform
InfraRed (FTIR) dengan prinsip vibrasi ikatan. Berdasarkan hasil percobaan yang
telah dilakukan didapatkan beberapa gugus fungsi yaitu Alkana, alifatik, amina
sekunder, nitril, alkuna, ester, alkana, eter, alfatik, klorida dengan bilangan
gelombang berturut – turut adalah (904,98 ; 3076,34 ; 3286,12 – 3428,95;
2851,04 – 2920,32 ; 2361,04 ; 2114,46 ; 1710,88 ; 1641,35 ; 1138,62 – 1267,80 ;
1097,73 ; 650,81 – 719,15 ) cm-1 .

kata kunci : biosorben, inframerah, vibrasi.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Percobaan.........................................................................................2
1.4. Waktu dan Tempat Praktikum.......................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
BAB III....................................................................................................................6
METODE PRAKTIKUM........................................................................................6
3.1.1 Alat yang digunakan................................................................................6
3.1.2 Bahan yang digunakan.............................................................................6
3.2. Rancangan Praktikum....................................................................................6
3.3. Prosedur Praktikum.......................................................................................6
3.3.1 Preparasi Sampel.........................................................................................6
3.3.2 Persiapan Alat..........................................................................................7
3.3.3 Analisi Sampel.........................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................8
4.2. Pembahasan..................................................................................................9
BAB V....................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kandungan minyak dalam biji alpukat sebesar 2638 L/ha lebih banyak dari
kandungan minyak pada biji lainnya. Berdasarkan data, kandungan minyak dalam
biji jarak pagar sebesar 1892 L/ha, dalam kedelai 446 L/ha, dalam biji bunga
matahari sebesar 925 L/ha, dan dalam kacang tanah sebesar 1059 L/ha. Dan
sebagai pertimbangan bahwa buah alpukat banyak terdapat di masyarakat,
harganya murah dan bijinya belum dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu
dipancaran inframerah diujglakukan penelitian tentang biji tersebut. Didalam biji
alpukat terdapat Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang dapat ditransformasikan
menjadi biodisel melalui reaksi tranesterifikasi maupun esterifikasi.
Pengujian FT-IR digunakan untuk mengetahui informasi terkait ikatan kimia
yang ada pada bambu. Ikatan kimia tersebut diindukasikan dengan puncak-puncak
yang berbeda. Pengujian ini dilakukan pertama kali karena mengetahui ikatan dari
serat betung. Adapun cara kerja FT-IR yaitu mula-mula zat yang akan diukur
diindentifikasi, berupa atom atau molejyl. Sinar inda merah yang berperan sebgai
sumber sinar dibagi menjadi dua berkas, satu dilewatkan melalui sampel dan yang
lain melaui pembanding.
Pengujian FT-IR digunakan untuk mengetahui informasi terkait ikatan kimia
yang ada pada bambu. Ikatan kimia tersebut diindukasikan dengan puncak-puncak
yang berbeda. Pengujian ini dilakukan pertama kali karena mengetahui ikatan dari
serat betung. Adapun cara kerja FT-IR yaitu mula-mula zat yang akan diukur
diindentifikasi, berupa atom atau molejyl. Sinar inda merah yang berperan sebgai
sumber sinar dibagi menjadi dua berkas, satu dilewatkan melalui sampel dan yang
lain melaui pembanding.

1
1.2. Rumusan Masalah
Pada percobaan ini biji alpukat digunakan untuk manganalisis gugus
fungsi biosorben yang ada pada buji buah alpukat. Untuk mendapatkan gugus
fungsi biosorben dari biji alpukat maka dilakukan pengukuran dengan
menggunakan spektroskopi Fourier Transform Inframerah (FTIR).

1.3. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:
1. Mengetahui prinsip kerja spektroskopi FTIR.
2. Mengidentifikasi gugus fungsi dari biosorben yang dianalisis.

1.4. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Analisis Instrumen dilaksanakan pada Sabtu 06 Juni 2021
pukul 10.00 sampai 12.00 WIB di Laboratorium FTIR, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitasi Riau, Pekanbaru, Riau.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman alpukat (Persea americana mill) merupakan tanaman yang


berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang
tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West
Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian
bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau
karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin. Alpukat
termasuk tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 meter. Bentuk pohonnya
seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong) dan
tersusun seperti pilin. Pohonnya berkayu, umumnya percabangan jarang dan
arahnya horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam
tangkai panjang. Warna bunga putih dan setiap bunga akan mekar sebanyak dua
kali (Marlinda dkk,2012).
Tabel 2.1 Taksonomi tanaman alpukat
Klasifikasi Nama
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo Laurales
Famili Lauraceae
Genus Persea
Spesies Persea americana mill
Sumber : (Marlinda dkk,2012)

Serbuk aktif adalah suatu zat padat yang memiliki pori – pori banyak,
sehingga dapat digunakan untuk menyerap komponen tertentu dari suatu fasa
fluida. Proses adsorpsi dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada
daerah tertentu di dalam partikel tersebut. Biosorben dapat dibuat dari bahan yang

3
mengandung karbon. Biosorben sangat banyak digunakan dalam skala industri
sebagi purifikasi atau pemisahan gas atau cairan dan juga sebagai katalis maupun
katalis pedukung (Ranita dkk, 2017).
Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) telah muncul sebagai
teknik analisis penting dalam ilmu farmasi. Parameter validasi FTIR adalah
pengulangan dari sistem (presisi), akurasi, rentang linear, batas deteksi (LOD) dan
batas kuantifikasi (LOQ). FTIR adalah teknik analitis untuk molekul organik,
dengan rentang IR (4000 cm-1-400 cm-1) yang menginformasikan tentang struktur
dan gugus fungsi dalam analit. FTIR dapat digunakan secara kuantitatif, sebagai
energi yang diserap panjang gelombang tertentu sebanding dengan jumlah
obligasi terkait energi, sehingga dengan konsentrasi yang lebih besar dari analit
lebih banyak energi akan diserap (Musfiroh, 2019).
Spektrofotometri fourier transform infrared (FT-IR) yang merupakan salah
satu metode pengukuran untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui
identifikasi gugus fungsi penyusun senyawa. Spektrum yang dihasilkan berupa
grafik yang menunjukkan persentase transmitan yang bervariasi pada setiap
frekuensi radiasi inframerah. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa (yang
tidak diserap) akan diukur sebagai persen transmitan (Ismail, 2020).
FTIR merupakan salah satu teknik spektroskopi optik yang secara efektif
dapat memberikan informasi tentang komposisi kimia bahan pada tingkat
molekular. FTIR digunakan untuk menentukan gugus fungsi kimia dari senyawa
organik dan anorganik. Hampir semua senyawa menunjukkan karakteristik
penyerapan atau emisi di daerah spektrum IR. Dengan demikian, FTIR dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Salah satu alat yang digunakan dalam karakterisasi spektroskopi IR yaitu
spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red). Sampel yang akan
dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR akan diperoleh data berupa
bilangan gelombang (cm-¹) dan transmitansi (%) (Aprianto, 2018).
Spektrofotometer FTIR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi
antara 2 berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Interferogram
merupakan sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan path lenght antara 2
berkas sinar. Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukar balikkan dengan

4
metode matematik yang disebut dengan transformasi fourier. Komponen dasar
spektrofotometer FTIR ditunjukkan secara skematiks dalam gambar. Radiasi yang
berasal dari sumber sinyal dilewatkan melalui interferometer ke sampel sebelum
mencapai detektor (Nasution, 2019).
Suatu kromofor FTIR akan memberikan informasi yang sangat berguna
dalam menentukan struktur jika :
1. Kromofor sebaiknya tidak memberikan serapan pada daerah yang sangat
rumit (500-1500 cm-1) dimana akan terjadi tumpang tindih absorban
regangan dari ikatan C-X (X= O, N, S, P dan halogen), yang akan
menimbulkan kesulitan dalam menganalisa.
2. Kromofor sebaiknya menyerap dengan kuat untuk menghindari keraguan
akibat adanya noise, tetapi pada daerah kosong (1800-2500 cm -1) serapan
yang lemah sekalipun akan memberikan informasi yang sangat berguna.
3. Frekuensi serapan harus dapat diinterpretasikan seperti serapan C=O akan
berada pada daerah 1630 dan 1850 cm-1.
(Dachriyanus, 2004).

5
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pisau, alu,
wadah, neraca analitik, spatula, Penyaring/ayakan 100-200 mesh, oven, FTIR (IR
prestige-21 shimadzu).

3.1.2 Bahan yang digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel
biosorben (biji alpukat), tisu, aquades, larutan natrium bikarbonat ( NaHCO 3 )
1%, dan kristal kalium bromida (KBr).

3.2. Rancangan Praktikum


Percobaan analisis gugus fungsi pada biosroben dari biji alpukat ini
menggunakan spektroskopi Fourier Transform Inframerah (FTIR) yang berguna
untuk mengetahui spektrum dari biji alpukat menggunakan alat spektroskopi
FTIR dan menentukan gugus fungsi dari biji alpukat tersebut. Metode yang
digunakan pada percobaan ini adalah FTIR (Fourier Transform Inframerah).

3.3. Prosedur Praktikum


3.3.1 Preparasi Sampel
Pertama sekali biji alpukat dipisahkan dari daging buah dan dibersihkan
menggunakan air kran. Kulit ari dari biji alpukat lalu dibuang dan kemudian
dicuci dengan akuades. Biji alpukat kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering. Biji alpukat yang telah
kering, digerus hingga menjadi bubuk dan diayak menggunakan ayakan lolos 100
dan tertahan pada 200 mesh. Bubuk yang tertahan pada ayakan 200 mesh
kemudian dimasukkan ke dalam beaker gelas untuk dicuci dengan larutan
NaHCO3 1%. Bubuk dikeringkan dalam oven pada suhu 115℃, setelah kering
digerus kembali menggunakan lumpang dan alu. Bubuk diayak kembali

6
menggunakan ayakan 100 dan 200 mesh. Bubuk biji alpukat yang tertahan pada
ayakan 200 mesh disimpan di dalam desikator.
3.3.2 Persiapan Alat
Alat instrumen FTIR dihidupkan dengan menekan tombol on/off. Kemudian
buka software FTIR “IR Solution” yang tersedia pada komputer,lalu diklik kiri
pada opsi Measure dan pilih Measurement lalu pilih Initialize. Ditunggu 20 detik
hingga muncul tiga lampu hijau di komputer. Background dilakukan dengan
mengklik ikon BKG disudut kanan pada komputer dan ditunggu selama 45 detik.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam sample cell dan perangkat IR siap
digunakan.
3.3.3 Analisi Sampel
Untuk analisis sampel, pertama kristal KBr ditimbang, lalu sampel
biosorben biji alpukat disiapkan dan digerus dengan KBr dengan perbandingan
1:100 hingga tercampur dengan baik. Kemudian instrumen FTIR dihidupkan dan
diukur absorbansi blanko awal yaitu bubuk KBr. Lalu sampel dimasukkan ke
alat dengan tempat sampel yang khusus untuk sampel padatan dan bubuk dengan
spatula. Sampel diukur dan akan terbaca oleh spektrum yang akan diterjemahkan
sebagai gugus fungsi yang berada pada biosorben biji alpukat.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Data Pengamatan
Data hasil pengamatan dari analisis gugus fungsi biosorben menggunakan
spektroskopi FTIR adalah, sebagai berikut :

Gambar 4.1 Spektrum FTIR Hasil Analisis Biosorben

Tabel 4.1 Gugus fungsi yang terdapat dalam bisorben hasil analisis spektroskopi
FTIR.

No Daerah serapan Gugus Fungsi Nama Gugus Fungsi


(cm-1)
1 904,98 C-C Alkana alifatik
2 3076,34 O-H Alkohol Alifatik
3 3286,12 – 3428,95 O-H Alifatik
4 3286,12 – 3428,95 -NHR Amina Sekunder dan
tersier

8
5 2851,04 – 2920,32 C-H Alifatik
6 2361,04 C=N Nitril
7 2114,46 -C=C rangkap tiga Alkuna
8 1710,88 -C=O Ester
9 1641,35 -C=C Alkana
10 1138,62 – 1267,80 C-O-C Eter
11 1097,73 R-O-R Alifatik
12 650,81 – 719,15 C-Cl Klorida

4.2. Pembahasan
Spektroskopi inframerah adalah sebuah metode analisis instrumentasi pada
senyawa kimia yang menggunakan radiasi sinar infra merah. Spektroskopi
inframerah berguna untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada senyawa
organik. Bila suatu senyawa diiridiasi menggunakan sinar infra merah, maka
sebagian sinar akan diserap oleh senyawa, sedangkan yang lainnya akan
diteruskan. Serapan ini diakibatkan karena molekul senyawa organik mempunyai
ikatan yang dapat bervibrasi. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui
gugus fungsi dari Biosorben yang digunakan.
Metode yang digunakan yaitu analisis Fourier Transform InfraRed (FTIR)
dengan metode DRS dan dengan dengan prinsip vibrasi molekul yang terjadi
antara atom-atom yang berikatan atau gugus fungsi dalam molekul dengan
mengadsorbsi radiasi gelombang elektromagnetik.
FTIR memiliki dua metode diantaranya Diffuse Reflectance Spectroscopy
(DRS) dan Attenuated Total Reflectance (ATR). Metode ATR digunakan apabila
sampel berbentuk membran atau cairan, dengan background udara. Sementara
DRS digunakan untuk jenis sampel bubuk atau powder, dengan background KBr.
KBr digunakan karena KBr tidak menyerap sinar FTIR, sehingga sinar FTIR
hanya menyerap sampel yaitu Biosorben tersebut. KBr tidak aktif FTIR karena
molekul KBr saat bervibrasi tidak memiliki perubahan momen dipol (µ=0).
Spektrum yang ditampilkan menunjukkan hubungan antara transmisi (T)
dan bilangan gelombang (ῡ) berupa lembah-lembah. Spektrum ini bertujuan
sebagai uji kualitatif. Kita bisa melakukan uji kuantitatif dengan mengatur agar

9
absorbansi berada di sumbu y sedangkan sumbu x tetap, membentuk puncak-
puncak. Bilangan gelombang dipakai di sumbu x, bukan panjang gelombang,
untuk memudahkan analisis sebab bilangan gelombang berbanding lurus dengan
energi. Dengan demikian, ikatan yang punya energi besar akan muncul lembahnya
pada daerah bilangan gelombang besar.
Berdasarkan spektrum FTIRdari sampel biosorben yang diperoleh, maka
terlihat beberapa lembah di daerah spesifik. Adapun spektrum yang muncul pada
daerah < 675cm-1 dan selain dari ketentuan spectrum FTIR akan diabaikan, karena
daerah tersebut sangat kompleks dan berbeda bagi setiap molekul sehingga
disebut ‘daerah sidik jari’. Pada daerah Alkana, alifatik, amina sekunder, nitril,
alkuna, ester, alkana, eter, alfatik, klorida dengan bilangan gelombang berturut –
turut adalah (904,98 ; 3076,34 ; 3286,12 – 3428,95; 2851,04 – 2920,32 ;
2361,04 ; 2114,46 ; 1710,88 ; 1641,35 ; 1138,62 – 1267,80 ; 1097,73 ; 650,81 –
719,15 ) cm-1 .

10
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah, sebagai berikut:
1. Prinsip kerja spektrofotometri FTIR adalah vibrasi molekul yaitu terjadi
interaksi antara vibrasi atom-atom yang berikatan atau gugus fungsi dalam
molekul dengan mengadsorbsi radiasi gelombang elektromagnetik FTIR
dan frekuensi yang lain diteruskan atau ditransmitasi tanpa diserap.
2. Hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan beberapa gugus fungsi
yaitu Alkana, alifatik, amina sekunder, nitril, alkuna, ester, alkana, eter,
alfatik, klorida dengan bilangan gelombang berturut – turut adalah
(904,98 ; 3076,34 ; 3286,12 – 3428,95; 2851,04 – 2920,32 ; 2361,04 ;
2114,46 ; 1710,88 ; 1641,35 ; 1138,62 – 1267,80 ; 1097,73 ; 650,81 –
719,15 ) cm-1 .
5.2. Saran
Adapun saran pada percobaan ini adalah diharapkan sampel yang dianalisis
lebih banyak jenisnya seperti berfasa cair (minyak), dan padat (plastik polimer)
agar dapat dibandingkan metodenya dan hasilnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, M.S. 2018. Karakterisasi FTIR Membran Komposit Nilon-arang


Berbahan Dasar Limbah Jaring Benang Nilon dan Ampas Tebu. Skripsi.
Universitas Jember, Jawa Timur.
Dachriyanus, 2004. Analisis struktur senyawa organik secara spektroskopi.
UNAND, Padang.
Ismail, F., Kanitha, D. 2020. Identifikasi dan Penetapan Kadar Pentoxyfillin
dalam Sedian Tablet Secara Spektrofotometri Fourier Transform Infrared
(FT-IR) dan Spektrometri UV-Visible. Jurnal Farmagazine. 7(2).
Marlinda, M., Meiske, S.S., Audy, D.W., 2012. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
Americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT, 1 (1), 24-28.
Musfiroh, I., dkk. 2019. Modification of Extraction Methods on Determining
Simeticone Suspension Using FTIR Method. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology. 6(3) : 125-133.
Nasution, M.A. 2019. Penetapan Kadar kloramfenikol dalam Sediaan Kapsul
dengan Nama Dagang dan Generik Secara Spektrofotometri Fourier
Transform Infrared (FTIR). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ranita, L. I., Z. M. S., Safitri, D. 2017. Pembuatan biosorben dari biji pepaya
(Carica papaya L.) untuk penyerapan zat warna. Jurnal Teknik Kimia.
6(2): 7-13.

12

Anda mungkin juga menyukai