Anda di halaman 1dari 9

SILANG PENGARUH BAHASA PERTAMA DAN BAHASA KEDUA PADA

LINGKUNGAN SEKOLAH
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Tito Suprianto
Rani Fitriyadi
Universitas Galuh Ciamis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
tito.vilanofa.3004@gmail.com
ranicms423@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan gaya berkomunikasi dewasa ini mayoritas selalu terikat pada identitas
penutur, terutama pada identitas geografis. Penelitian ini mengkaji relasi antara bahasa
pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2) pada dunia Pendidikan atau lingkungan sekolah.
Data diperoleh dari survei penggunaan Bahasa secara verbal di lingkungan sekolah, dengan
menggunakan analisis kontekstual dan metode deskriptif kuantitatif. Ditemukan beberapa
wujud tuturan yang tumpang tindih antara bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2)
seperti banyak menggunakan kata penegasan “mah” ketika peserta didik ditugaskan berpidato
atau sekedar menjawab pertanyaan guru atau pendidik. Atau juga disisi lain peserta didik
mengikutsertakan pemakaian bahasa Indonesia ketika di luar jam pelajaran. Pengaruh ini
terjadi karena faktor-faktor sosiolinguistik yang berkaitan erat dengan latarbelakang penutur.
Hasil identifikasi yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 21 silang bahasa pertama ke
bahasa kedua, yaitu berupa 13 fonem, 7 kata dan 1 kalimat. Lalu 5 silang pengaruh bahasa
kedua ke bahasa pertama, dengan unsur kebahasaan di dalamnya 5 kata.
Kata Kunci : Bahasa Pertama, Bahasa Kedua, Pendidikan.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Pada awal bayi
dilahirkan belum memiliki kemampuan dalam berbicara dengan orang lain. Penguasaan
sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali
disebut bahasa ibu. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak
anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Setelah bahasa ibu diperoleh
maka pada usia tertentu anak memperoleh bahasa lain atau bahasa kedua yang ia kenal
sebagai khazanah pengetahuan yang baru.
Pada artikel yang penulis tulis ini, ruang lingkup kajiannya akan membahas tentang bahasa
pertama (B1) dan bahasa kedua (B2). Penulis lebih memfokuskan dalam beberapa hal saja,
yaitu: sebab terjadinya bahasa pertama dan bahasa kedua disertai prosesnya, hubungan
bahasa pertama dan bahasa kedua dengan lingkungan pendidikan.
Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui
interaksi dengan keluarga dan lingkungan masyarakat disekitar anak. Proses terjadinya
bahasa pertama berlangsung di dalam otak anak-anak mulai dari sejak seorang anak masih
kecil, mereka mempelajari dan mencontohkan bahasa yang ia peroleh di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat di sekitarnya, sehingga dalam prosesnya,
mereka dapat mengenal sampai menggunakan bahasa pertama. Seorang anak mengenal dan
menggunakan bahasa pertama secara alamiah, tanpa pendidikan khusus sekalipun bukannya
upaya dan perhatian yang memadai pada bahasa. Proses terjadinya bahasa pertama melalui
kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap
anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga
anak-anak memiliki performansi dalam bahasa. Performansi adalah kemampuan anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses
pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan
kemampuan mengamati, dan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses
penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri.
Teori yang mendukung pernyataan yang membahas masalah bahasa pertama ini diantaranya
teori behaviorisme. Kata behaviorisme berasal dari bahasa Inggris yaitu “behavior” artinya
tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi akhiran isme menjadi behaviorisme yang berarti
aliran dalam psikologi yang objek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindra, perilaku
yang tampak yang diobservasi. Sebagai contoh seorang anak mengucapkan bilangkali untuk
barangkali, dan dikritik ibunya dan dibenarkan. Apabila seorang anak mengucapkan
barangkali denga tepat, dia tidak mendapat kritikan situasi inilah yang dinamakan membuat
reaksi yang tepat terhadap rangsangan.
Bahasa baru adalah bahasa kedua yang dikuasai dan ditemukan seorang anak di lingkungan
sekitarnya. Proses terjadinya bahasa baru atau bahasa kedua adalah belajar bahasa, adanya
pendidikan tertentu yang membuat seseorang bisa menggunakan bahasa kedua atau bahasa
baru. Bahasa baru ditemukan di lingkungan sekitarnya dengan cara belajar menegnal, dan
menggunakan bahasa kedua dalam proses komunikasi. Bahasa kedua ditemukan saat anak
mulai tumbuh, seperti ketika anak mulai masuk sekolah, dan mengenali lingkungan sekitar
seorang anak melakukan komunikasi bersama teman-temannya, hal ini mengakibatkan
seorang anak dalam waktu singkat dapat berbicara bahasa kedua. Bahasa kedua bukan hanya
bahasa baru yang biasa digunakan ketika berkomunikasi dengan orang-orang sekitar, yang
digunakan anak dibangku sekolah dan usia remaja, namun yang dikategorikan bahasa kedua
adalah bahasa asing, hal ini disebut dengan kemampuan mengembangkan kompetensi.
Perkembangan bahasa anak adalah suatu kemajuan yang sembarang hingga mencapi
kesempurnaan. Pandangan kognitif diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa bahasa
bukan ciri alamiah yang terpisah, melainkan satu diantara beberapa kemampuan yang berasal
dari pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual anak. Yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungannya anak didik
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling
ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam
yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotic.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku M. Ngalim Purwanto
menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi –kondisi dalam dunia ini yang
dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life procesess kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Pendidikan merupakan seluruh aktifitas atau upaya secara sadar dilakukan oleh pendidik/guru
kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun
rohani, secara formal, informal maupun nonformal yang berjalan terus-menerus untuk
mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim,
geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan
penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk
menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan
ilahiyah.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dikatakan kuantitatif karena
penilitian ini bersifat angka-angka sebab menyurvei tingkat pemakaian Bahasa pertama dan
kedua peserta didik secara langsung. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati data hasil
tuturan peserta didik melaui kegiatan pembelajaran di sekolah. Untuk mempermudah
pengambilan data, sampel yang dipakai dibatasi pada pemakaian bahasa pertama dan bahasa
kedua yang digunakan di ruang kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan silang
pengaruh pemakaian Bahasa pertama dan Bahasa kedua pada lingkungan Pendidikan.
Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dan sumber data diperoleh
melalui aktivitas mengamati penggunaan bahasa peserta didik dalam berkomunikasi di dalam
kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak catat (Mahsun, 2007:92).
Teknik analisis data menggunakan analisis ini yakni dengan mengklasifikasi data,
menyajikan data dan menarik kesimpulan (Suharsaputra, 2012:187).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di MA Al-Ikhlash Panganten yang berdomisili di kampung
Panganten desa Cidugaleun kecamatan Cigalontang Tasikmalaya, untuk mempermudah
pengambilan data, sampel yang dipakai dibatasi pada penelitian di kelas 11 (Sebelas) yang
terdiri dari 25 peserta didik. Hasil identifikasi yang dilakukan di kelas 11 MA Al-Ikhlash
Panganten ditemukan bahwa terdapat 21 silang bahasa pertama ke bahasa kedua, yaitu berupa
13 fonem, 7 kata dan 1 kalimat. Lalu 5 silang pengaruh bahasa kedua ke bahasa pertama,
dengan unsur kebahasaan di dalamnya 5 kata. Dengan demikian terdapat 26 silang pengaruh
bahasa pertama ke bahasa kedua dan sebaliknya.
Tabel 1. Klasifikasi Data Penelitian Penggunaan B1 dan B2

No Wujud Jenis Unsur/No.Data ⸫


(Bahasa 1 – Bahasa 2) Fonem = 1, 3, 5,
1) Sunda – Indonesia 6, 8, 9, 12, 15,
16, 18, 19, 20,
21
Kata = 2, 5, 7, 21
9, 10, 15, 22
1 Bilingualisme
Kalimat = 22

(Bahasa 2 – Bahasa 1) Kata = 7, 13,


2) Indonesia – Sunda 15, 18, 21 5

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, berikut dijabarkan


secara terperinci hasil dari penelitian yang tersaji dalam uraian diatas.
1. Faktor penyebab pemengaruh B1 ke B2.
Bahasa pertama adalah bahasa ibu, yang lebih kita kenal dengan bahasa seseorang
sebelum mengenal dan mempelajari bahasa-bahasa dalam dunia Pendidikan. Lalu apa
faktor pemengaruh B1 terhadap B2. Sebelum ini, kita berasumsi bahwa penguasaan
terhadap B1 oleh penutur bilingual adalah lebih baik daripada penguasaannya
terhadap B2, sebab B1 adalah bahasa ibu, yang dipelajari dan digunakan sejak kecil
dalam keluarga; sedangkan B2 adalah bahasa baru yang kemudian dipelajari, yakni
setelah mempelajari B1. Dalam keadaan penguasaan terhadap B1 lebih baik daripada
B2, dan juga kesempatan untuk menggunakannya lebih luas, maka besar
kemungkinan B1 si penutur akan memengaruhi B2-nya, baik pada tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, maupun leksikon. Seberapa jauh pengaruh B1 terhadap B2
tergantung pada penguasaannya terhadap B2.
a. Pengaruh B1 terhadap B2 dalam unsur fonem
1. Aam Hasanah (1) : hari inih tidak ada yang masuk jam pertama Pak.
2. Alfauzi (3) : iyah Pak, Pak Rahman Taufik katanyah berhalangan
hadir hari ini.
3. Anisah (5) : tadi Bu Fitri minta agar jadwal mata pelajarannya
dirubah ke jam pertama, tapi keburu bapak masuk.
4. Cepi Aripin (6) : mendingan pelajaran bapak sajah, jam segini sudah
males hitung-hitungan Pak.
5. Dede Ari (8) : Sayah setuju Pak.
6. Dendi Paradila((9) : iyah mending begituh Pak.
7. Febry (12) : tapi ngomong-ngomong Pak Rahman Taufik,
kemanah yah Pak ? sudah 2 minggu engga masuk kelas.
8. Ica (15) : Huss, ituh mah urusan pribadi Bapak, kita husnudzon
ajah.
Pada data 1 sampai 8 diatas, terjadi pemengaruhan B1 terhadap B2,
yang ditandai dengan adanya unsur kebahasaan yakni fonem ; inih, iyah,
katanyah, rubah, sajah, sayah, begituh, kemanah, ituh, ajah. Faktor
pemengaruh B1 terhadap B2 pada konteks diatas terjadi karena percakapan
diatas disebabkan oleh topik pembicaraan dan faktor penutur yang memang
terbiasa dengan menggunakan B1 pada kesehariannya.

9. Irma Fauziyya (16) : Kelompok kami belum dapat data nyah Pak.
10. Nurma (18) : Kamu mah, kemarin sayah bilang cari datanya di link
yang sayah kirim.
11. Ripki (19) : Kelompok kami sudah selesai bagian struktur Pak,
sekarang lanjut ka bagian mana Pak ?
12. Sahrul (20) : Kelompok Sahrul sudah masuk ke bahagian analisis
kaidah kebahasaan Pak.
b. Pengaruh B1 terhadap B2 dalam unsur kata
1. Abda (2) : Pertemuan kemarin kalau tidak salah, kita membahas soal
Teks Observasi Pak, tapi saya mah keburu izin ke belakang, pas masuk ke
kelas, bapaknya udah keluar kelas.
2. Anisah (5) : Iya Pak, materi kemarin sampai kaidah kebahasaan teks
prosedur, tapi saya teh masih kurang paham bagian kalimat imperatif.
3. Cepi (7) : mmm si Anisah, padahal kemarin teh sudah jelas pisan.
4. Dendi (9) : Kaidah kebahasaan teks prosedur secara umum ada 3 bagian
Pak, yang pertama Kata Ganti, yang kadua Konjungsi dan yang ketiga
Kalimat Imperatif, Deklaratif, Interogatif.
5. Doni (10) : Kurang lengkap eung, bagian yang ke-3 tidak dijelaskan satu
persatu.
6. Ica (15) : saya coba jabarkan menurut yang abi pahami, Kalimat
Imperatif adalah kalimat yang mengandung perintah. Kalimat deklararif
adalah kalimat yang berisi pernyataan. Dan kalimat interogatif adalah kalimat
yang berisi pertanyaan.
7. Sri (22) : nah Ica mah jelas yeuh maparkeuna.
Pada data 1 sampai 7 diatas, terjadi pemengaruhan B1 terhadap B2, yang
ditandai dengan adanya unsur kebahasaan yakni kata; mah, pas, teh, pisan,
kadua, eung, abi, yeuh, maparkeun. Faktor pemengaruh B1 terhadap B2 pada
konteks diatas terjadi disebabkan oleh spontanitas dan faktor penutur yang
memang terbiasa dengan menggunakan B1 pada kesehariannya.
c. Pengaruh B1 terhadap B2 dalam unsur kalimat
Sri (22) : nah Ica mah jelas yeuh maparkeuna.
Pada data 1 diatas, terjadi pemengaruhan B1 terhadap B2, yang ditandai
dengan adanya unsur kebahasaan yakni kalimat; nah Ica mah jelas yeuh
maparkeuna. Faktor pemengaruh B1 terhadap B2 pada konteks diatas terjadi
karena percakapan diatas disebabkan kondisi kekaguman yang serta merta
tanpa dipikirkan, sehingga menimbulkan efek Bahasa yang spontan juga.
2. Faktor penyebab pemengaruh B2 ke B1.
Pada bagian awal ini, mari kita ajukan pertanyaan. Mungkinkah B2 seorang penutur
bilingual akan mempengaruhi B1 nya ?
Kemungkinan itu akan ada kalau si penutur bilingual itu dalam waktu yang cukup
lama tidak menggunakan B1-nya, tetapi terus menerus menggunakan B2-nya.
a. Pengaruh B2 terhadap B1 dalam unsur fonem
1. Cepi (7) : Cepi hadir pa, cuma nuju kurang sehat.
2. Gian (13) : Doni, tanpa keterangan pa, tadi mah pendak di kantin
pengker.
3. Ica (15) : Putri mah hadir selalu sadaya pa.
4. Nurma (18) : teu acan berdoa pa.
5. Silvi (21) : sakedap pa, saya ambil heula bukuna.
Pada data 1 sampai 5 diatas, terjadi pemengaruhan B2 terhadap B1, yang
ditandai dengan adanya unsur kebahasaan yakni kata; Cuma, kurang,
tanpa keterangan, kantin, selalu, berdoa, saya ambil. Faktor pemengaruh
B2 terhadap B1 pada konteks komunikasi pembelajaran diatas ternyata
tidak terlalu dominan, dikarenakan peserta didik masih menggunakan B1
pada mayoritas aktivitas tuturnya. Pengaruh tersebut terjadi karena
percakapan diatas terjadi karena ada Sebagian kemiripan kata antara B1
dan B2, dan kondisi komunikasi yang semi formal sebelum memulai
pembelajaran.
KESIMPULAN
Bahasa Pertama atau B1 adalah dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama
anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan.
Bahasa kedua atau B2 adalah bahasa yang digunakan anak setelah ia menguasai bahasa
pertamanya. Pemerolehan bahasa kedua merupakan proses pemerolehan bahasa yang
kompleks dan bertahap, baik yang dialami oleh anak maupun orang dewasa, baik bahasa lisan
maupun tulisan.
Masyarakat Indonesia yang sebagian besar dwibahasawan atau masyarakat bilingual adalah
masyarakat yang sangat diuntungkan oleh kemajemukan bangsa. Bahasa Indonesia telah
menempati posisi yang cukup strategis baik sebagai bahasa nasional yang berfungsi untuk
mempersatukan seluruh elemen bangsa maupun potensi sebagai bahasa regional.
Tidak bisa dipungkiri bahwa latarbelakang penutur bahasa pertama khususnya di Indonesia,
akan mempengaruhi terhadap perilaku bahasa kedua. Sebab interaksi antara keduanya tidak
mungkin dipisahkan dalam kehidupan berbangsa. Keduanya akan saling memberi pengaruh
baik kecil atau besarnya.
Hasil identifikasi yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 21 silang bahasa pertama ke
bahasa kedua, yaitu berupa 13 fonem, 7 kata dan 1 kalimat. Lalu 5 silang pengaruh bahasa
kedua ke bahasa pertama, dengan unsur kebahasaan di dalamnya 5 kata.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Agustina, Loenie. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka
CIpta
Lorenza, Febry Nindi. (2015). Alih Kode dan Campur Kode pada Novel Beauty for Killing
Karya Fradhyt Fahrenheit.
Ariyani, Lisa. (2012). Penggunaan Bahasa dalam Film Yowis Ben Karya Fajar Nugros dan
Bayu Eko Moektito.

Anda mungkin juga menyukai