Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Tidak dapat disangkal lagi, bahwa bahasa adalah sistem lambang
berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh
anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi
(Sumarsono, 2004: 18). Bahasa juga berfungsi sebagai alat yang digunakan
seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya kepada
orang lain. Dengan bahasa manusia bisa membentuk masyarakat dan
peradaban. Andaikata tidak ada bahasa, maka dia tidak akan dapat
melakukan hal tersebut di atas. Atas dasar inilah maka sangat wajar bila kita
mengatakan bahwa semua aktivitas yang kita lakukan sepanjang hidup kita
selalu membutuhkan bahasa.
Kebanyakan orang belajar lebih dari satu bahasa. Seseorang
mungkin dapat mengetahui atau belajar dua bahasa atau lebih dari
permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa ialah bahwa dia belajar bahasa
kedua atau bahasa asing sesudah sistem bahasa pertamanya mantap.
Tidak dapat di sangkal, bahwa seseorang yang mempelajari suatu
bahasa asing akan mendapati kesulitan-kesulitan, yang mana kesulitan-
kesulitan ini dapat diperkecil apabila dia memiliki faktor-faktor pendorong
yang sangat kuat atau dengan kata lain dia memiliki keinginan yang kuat
untuk mempelajari bahasa tersebut.
Oleh karena kajian bahasa tidak cukup dengan mengenali ciri-ciri
konstruksi bahasa, tetapi ia harus lengkap dengan mengenali fungsi dalam
kerangka masyarakat (Hamdani, 2004: 7). Maka seseorang yang ingin

1
mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing di tuntut untuk memiliki
keterampilan-keterampilan berbahasa, yang mana keterampilan ini dapat dia
kembangkan dan kuasai sesuai dengan motivasinya dalam mempelajari
bahasa keduanya.
Rajiman membagi keempat keterampilan tersebut di atas kepada
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis (Tarigan 1986 :1). Keempat aspek tersebut sangat
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Bahasa asing dapat dengan mudah dipelajari bila dibandingkan
dengan mempelajari bahasa dari suatu daerah. Dengan maksud, para
pembelajar dapat mempergunakan empat keterampilan berbahasa
dilingkungan penuturnya. Oleh karena itu, empat keterampilan berbahasa ini
dapat dipelajari dan dipergunakan.
Menyimak dalam proses berbahasa merupakan keterampilan
pemula yang harus dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari suatu
bahasa. Keterampilan ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Hal ini dipertegas oleh
Dawson sebagaimana yang di kutip oleh Tarigan bahwa melatih
keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir”.
(Tarigan, 1986:1)
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang lambat laun
mulai dipelajari oleh para pembelajar di dunia. Di Indonesia pun bahasa ini
mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa mayoritas masyarakatnya beragama
Islam, yang mana mereka memiliki kitab Al-Qur’an yang diturunkan dengan
bahasa Arab.
Salah satu perbedaan bahasa Arab dengan bahasa lainnya yaitu
bahwa bahasa ini memiliki banyak kata-kata ambigu, dan tidak jarang satu
kata mempunyai dua atau tiga arti yang berlawanan. Tapi, dalam saat yang

2
sama seseorang dapat menemukan kata yang tidak mengandung kecuali satu
makna yang pasti saja. (Shihab, 2001: 98)
Bagi pembelajar Indonesia, menyimak bukanlah suatu hal yang
dapat di anggap mudah. Hal ini dikarenakan dalam setiap harinya
kesempatan untuk menyimak bahasa Arab sangatlah sedikit. Dan bagi
pembelajar bahasa Arab, masalah yang dihadapi pada saat mempelajari
Istima’ biasanya adalah suara, kosakata, struktur kalimat dan sebagainya.
Selain kesulitan dalam hal berbahasa, banyak kesulitan lain yang
muncul dalam mempelajari Istima’. Kesulitan ini dapat berupa
permasalahan yang berasal dari diri pribadinya (instrinsik) dan dari
lingkungan (ekstrinsik), kesulitan lainnya pun dapat disebabkan dari hal-hal
yang menghambat pada Proses Belajar Mengajar (PBM), seperti kurangnya
fasilitas pendukung kelancaran PBM, terlampau banyaknya jumlah
mahasiswa dalam satu kelas, kurangnya motivasi, ketidakhadiran dosen dan
sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis ingin mengadakan
penelitian seputar kesulitan mempelajari bahasa Arab. Penelitian ini
berangkat dari pengalaman penulis yang kerap kali mendapatkan kesulitan
dalam mempelajari bahasa Arab dalam mata kuliah Istima’. Dengan alasan
inilah, maka peneliti memberi judul penelitian: Analisis Kesulitan Belajar
Bahasa Arab Pada Mata Kuliah Istima’ I (Studi Analisis Deskriptif
Terhadap Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab Angkatan
2004/2005 ______________________).

B. RUMUSAN MASALAH
Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yang hanya
akan membahas mengenai hal-hal yang menjadi permasalahan bagi
mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab _____ yang meliputi:

3
a. Faktor-faktor instrinsik yang mencakup motivasi, minat, dan psikologis
mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.
b. Faktor-faktor ekstrinsik yang mencakup lingkungan disekitar kampus
dengan berbagai proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini hanya dilakukan kepada mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
________________________ yang telah mengikuti perkuliahan Istima’ I.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini penulis
operasionalkan kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
_____________________________________ dalam mempelajari
keterampilan menyimak pada mata kuliah Istima’ I ditinjau dari
faktor instrinsik pembelajar ?
2. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
______________________________ dalam mempelajari
keterampilan menyimak pada mata kuliah Istima’ I ditinjau dari
faktor ekstrinsik pembelajar ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah
untuk mengungkap kesulitan-kesulitan yang di dapat oleh para pembelajar
bahasa Arab dalam mempelajari Istima’I, untuk kemudian memberikan
solusi dari permasalahan tersebut. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah:
1.1. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa
Program Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005

4
_________________________ dalam mempelajari keterampilan
menyimak pada mata kuliah Istima’ I ditinjau dari faktor
instrinsik pembelajar.
1.2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa
Program Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
_____________________________ dalam mempelajari
keterampilan menyimak pada mata kuliah Istima’ I ditinjau dari
faktor ekstrinsik pembelajar.
2. Kegunaan Penelitian
Banyak kegunaan yang diharapkan penulis dapat lahir dari
penelitian ini, diantaranya adalah penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih yang nyata bagi perkembangan pembelajaran bahasa Arab pada
_____________________________ juga dapat memberikan informasi
tentang kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam mata kuliah Istima’ I,
sehingga semua pihak yang terkait merasa perlu untuk mencari faktor
penyebab dan juga solusi yang signifikan dalam mengatasi kesulitan
tersebut. Adapun kegunaan lain yang diharapkan penulis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2.1. Untuk pengajar:
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pemikiran dan pertimbangan
oleh pengajar untuk lebih meningkatkan metode pembelajaran,
khususnya pada mata kuliah Istima’ I untuk lebih meningkatkan
kualitas hasil yang di dapat dari mata kuliah ini.
2.2. Untuk mahasiswa:
Penelitian ini dapat mereka gunakan sebagai motivasi untuk lebih
giat lagi dalam mempelajari bahasa Arab, sehingga mereka
mampu memperkecil kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
2.3. Untuk penulis:

5
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis dalam
menyikapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam
mempelajari mata kuliah Istima’ I, sehingga penulis dapat
memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terdapat kesalahan dalam menafsirkan judul penelitian,
maka berikut ini penulis akan menjelaskan definisi operasional yang
terdapat pada judul penelitian:
1. Analisis,
adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan
sebagainya) untuk mengetahui apa sebabnya, bagaimana duduk
perkaranya dan sebagainya (Poerwadarminta, 1984: 40). Adapun
analisis dalam penelitian ini adalah menganalisis kesulitan-
kesulitan yang di dapat oleh para mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
__________________________ dalam mempelajari mata kuliah
Istima’I.
2. Belajar dan Kesulitan Belajar,
Suatu proses perubahan tingkah laku seseorang (dalam arti luas)
yang ditimbulkan/diubah melalui praktek dan latihan (Garry &
Kingsley, 1970: 15). Kesulitan belajar adalah masalah yang
dihadapi oleh siswa pada saat proses belajar mengajar sehingga
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu
(Muhibbin Syah, 2001: 172). Yang dimaksud dengan kesulitan
belajar dalam penelitian ini adalah kesulitan mahasiswa dalam
mempelajari bahasa Arab pada mata kuliah Istima’ I

6
E. ASUMSI
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan yang di dapati mahasiswa yang berasal dari faktor-faktor
instrinsik yang mencakup motivasi, minat, dan psikologis
mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.
2. Kesulitan yang di dapati mahasiswa yang berasal dari faktor-faktor
ekstrinsik yang mencakup lingkungan disekitar kampus dengan
berbagai proses belajar mengajar di kelas.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang penulis susun dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
definisi operasional, asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II: ANALISIS TEORITIS MENGENAI BELAJAR DAN
MENYIMAK (ISTIMA’), terdiri dari pembahasan
mengenai pengertian belajar, tujuan belajar, kesulitan
belajar, kesulitan belajar bahasa Arab, pengertian
menyimak, mata kuliah Istima’ dan pengertiannya,
tujuan mata kuliah Istima’.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari metode
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

7
BAB II
ANALISIS TEORITIS MENGENAI BELAJAR DAN MENYIMAK
(ISTIMA’)

A. Belajar
1. Hakekat Belajar
Bagi makhluk hidup, belajar merupakan proses kegiatan yang
sangat bermakna. Belajar tidak hanya dialami oleh manusia, melainkan
hewan juga mengalaminya. Namun demikian, belajar pada diri hewan,
sangat dipengaruhi oleh naluri yang melekat pada mereka, sedangkan pada
diri manusia, pengaruh naluri tadi direduksi oleh akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Makna belajar pada diri manusia
sangat luas sesuai dengan kondisi, situasi, tantangan dan masalah yang
dihadapi. (Sumaatmadja, 2002: 25)
Terdapat batasan-batasan yang beragam mengenai definisi belajar.
Hal ini dikarenakan para ahli berbeda titik tolak dan pendirian dalam
merumuskan suatu definisi. Namun jika ditelaah, batasan yang beragam itu
bisa melahirkan suatu definisi yang terpadu. M. Surya (1991:32)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai suatu pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Pendapat diatas dilengkapi oleh Witherington (1991:2) yang
menyebutkan bahwa:
“Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respon,

8
tingkah laku yang baru, yang nyata dalam perubahan
keterampilan, kesanggupan, sikap dan kebiasaan.”

Definisi di atas di pertegas lagi oleh Abin Syamsudin Makmun


(1999: 5) bahwa definisi belajar manapun mengacu pada konsep belajar
yang menunjukkan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar yang terjadi pada individu merupakan perubahan dalam kepribadian,
yang dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respon atau
tingkah laku baru yang dapat di lihat dari perubahan keterampilan,
kebiasaan, kesanggupan dan pemahaman. Sedangkan Sumaatmadja (2002:
27) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang melekat pada diri
kita masing-masing, dan juga sangat bermakna dalam kehidupan. Untuk
lebih meningkatkan makna belajar, proses tersebut harus dilandasi oleh
kesadaran yang mendalam, yang meliputi kesadaran emosional, intelektual,
spiritual, sosial dan budaya.
Ahmadi (1982:20) mengemukakan pendapatnya mengenai belajar,
yaitu “proses perubahan dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak
terjadi perubahan, maka tidaklah dikatakan telah terjadi proses belajar”.
Perubahan tingkah laku yang merupakan produk belajar memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Terjadi secara sadar,
2. Bersifat kontinyu dan fungsional, maksudnya berlangsung terus-
menerus dan berguna bagi kehidupan,
3. Bersifat aktif dan produktif, maksudnya perubahan merupakan
hasil usaha individu dan perubahan tersebut senantiasa bertambah
dan mengarah pada sesuatu yang lebih baik,
4. Relatf menetap, maksudnya perubahan yang diperoleh bukan
bersifat sementara,

9
5. Bertujuan dan terarah, maksudnya perubahan yang dilakukan
individu senantiasa terarah kepada tingkah laku atau tujuan yang
ditetapkan, dan
6. Mencakup seluruh aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai belajar, maka
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang
dilakukan seseorang dalam hidupnya dan merupakan proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai
tujuan dan sasaran belajar.
2. Tujuan Belajar
Tujuan adalah hal yang sangat esensial, baik dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian. Tujuan memberikan petunjuk
untuk memilih pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu,
memilih alat bantu pembelajaran serta menyediakan ukuran untuk mengukur
prestasi belajar siswa. Adapun tujuan dari belajar adalah sejumlah hasil
belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar,
yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru. Tujuan
belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar (Oemar, 1999:
73).
Menurut Hernowo dalam buku terjemahannya “Revolusi cara
belajar”, belajar seharusnya memiliki tiga tujuan :
2.1. Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-
materi pelajaran spesifik-dan dapat melakukannya dengan lebih
cepat, lebih baik dan lebih mudah.
2.2. Mengembangkan konseptual umum-mampu belajar menerapkan
konsep yang sama ataupun yang berkaitan dengan bidang-bidang
lain.

10
2.3. Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara
mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.
3. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Oemar Hamalik (1999: 50-52) menyebutkan bahwa unsur-unsur
yang terkait dalam proses belajar terdiri dari:
3.1. Motivasi siswa
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu
perbuatan atau tindakan tertentu. Dorongan itu dapat timbul dari
dalam diri subjek yang belajar yang bersumber dari kebutuhan
tertentu yang ingin mendapat pemuasan; atau dorongan yang
timbul karena rangsangan dari luar sehingga subjek melakukan
kegiatan belajar.
3.2. Bahan belajar
Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting
mendapat perhatian oleh guru. Dengan bahan itu para siswa dapat
mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai
tujuan belajar. Oleh karena itu, bahan belajar harus berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai.
3.3. Alat bantu belajar
Alat bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar.
Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan
untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga
menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat,
maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah
dipahami dan hasil belajar lebih bermakna.
3.4. Suasana belajar
Suasana belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan gairah
belajar, sedangkan suasana yang tidak tenang tentu tidak akan
menunjang kegiatan belajar yang efektif. Oleh karena itu, guru

11
dan siswa senantiasa dituntut untuk menciptakan suasana belajar
yang baik dan menyenangkan.
3.5. Kondisi subjek belajar
Kondisi subjek belajar (siswa) turut menentukan kegiatan dan
keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar secara efisien dan
efektif apabila berbadan sehat, siap untuk melakukan kegiatan
belajar, memiliki minat untuk belajar, serta pengalaman yang
bertalian dengan pelajaran.
4. Syarat-syarat belajar
Ada beberapa syarat dalam proses belajar yang harus
dipersiapkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
4.1. Dapat mencapai tujuan belajar dalam waktu yang relatif singkat,
karena ditunjang oleh pelaksanaan yang terencana sesuai dengan
kurikulum.
4.2. dapat melaksanakan PBM yang relatif efektif dan efisien karena
ditunjang oleh materi/bahan pelajaran yang telah disiapkan
sebelumnya.
4.3. dengan latihan yang terarah oleh guru yang berpengalaman dalam
dunia pendidikan akan menjamin hasil belajar yang lebih baik dan
lebih efisien.
4.4. dapat memakai alat bantu pengajaran dengan baik
4.5. di kelas akan tercipta persaingan positif antar pelajar atau mereka
akan dapat saling membantu/merangsang motivasi belajarnya.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Proses belajar menurut Soeman (1983:28) dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain, stimulasi yang terdiri dari bahan dan metode
belajar, serta faktor individual yang meliputi pengalaman, intelegensi, dan
motivasi.

12
M. Surya (1979:39-40) mengemukakan pandangannya dalam
menyikapi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain terdiri dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis atau
jasmani individu, baik yang bersifat bawaan/hereditas maupun yang
diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur badan dan
sebagainya. Faktor internal lain yaitu faktor psikologis, baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri dari faktor intelektif (faktor
potensial, yaitu intelegensi dan bakat serta faktor actual yaitu kecakapan
yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis lain yaitu faktor non
intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat,
kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional
dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan
keluarga, sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan teknologi, faktor lingkungan fisik contohnya fasilitas
belajar di rumah, di sekolah, iklim dan faktor spiritual serta lingkungan
keluarga. Faktor yang berasal dari dalam individu (internal), baik yang
bersifat intelektual maupun non intelektual, mempunyai peranan penting
dalam belajar. Karena belajar merupakan proses aktif, dimana individu tidak
hanya menerima, tetapi dituntut pula untuk berolah fikir, rasa untuk
memperoleh, memahami dan menguasai materi yang dipelajarinya.
Secara global, menurut Muhibbin Syah (2001: 132-139) faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
5.1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan
jasmani dan rohani siswa. Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata
dan telinga) dan aspek psikologis (intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
5.2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa. Yaitu: lingkungan sosial (keluarga, guru,

13
masyarakat, teman) dan lingkungan non-sosial (rumah, sekolah,
peralatan, alam).
5.3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, yang terdiri dari
pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.

B. Kesulitan Belajar
1. Kesulitan Belajar Secara Umum
Belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, terkadang
mengalami suatu hambatan atau gangguan dalam upaya pencapaian
tujuannya. Hal tersebut telah di kenal dengan nama masalah belajar.
Masalah belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang di alami oleh
seseorang siswa yang dapat menghambat kelancaran proses belajar. Kondisi
ini biasanya berkenaan dengan keadaan dirinya (kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya) dan berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan
bagi dirinya.
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (1999: 239-253), berikut adalah
beberapa faktor yang dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan
belajar, yaitu:

a. Masalah-masalah intern belajar,

1. Sikap terhadap belajar.


Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang
sesuatu yang membawa diri dengan penilaian. Sikap belajar yang
malas tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
tersebut.

2. Motivasi belajar.

14
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar.

3. Konsentrasi belajar.
Konsenrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Konsentrasi seringkali terfokus karena
beberapa hal, seperti tingkat kecerdasan rendah, kesehatan
terganggu, mata dan telinga kurang berfungsi dengan baik, tidak
menguasai cara-cara belajar yang baik.

4. Rasa percaya diri siswa.


Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri
dapat timbul dan berkat adanya pengakuan dari lingkungan.

b. Masalah-masalah ekstern belajar,

1. Guru sebagai pembimbing siswa belajar

2. Fasilitas belajar

3. Kebijakan penilaian

4. Lingkungan sosial siswa di sekolah

5. Lingkungan sosial siswa di rumah

6. Kurikulum sekolah
Selain itu, faktor-faktor kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh:

a. Faktor intern siswa,

1. Yang bersifat kognitif (rendahnya kapasitas


intelektual/intelegensi siswa)

2. Yang bersifat afektif, yaitu labilnya emosi dan sikap

15
3. Yang bersifat psikomotorik, yaitu terganggunya mata (alat
penglihatan) dan telinga (alat pendengaran).

b. Faktor ekstern siswa,


1. Lingkungan keluarga, misalnya ketidakharmonisan hubungan
antar keluarga atau rendahnya perekonomian keluarga.
2. Lingkungan perkampungan, misalnya wilayah perkampungan
kumuh atau teman dilingkungannya.
3. Lingkungan sekolah, misalnya kondisi dan letak sekolah yang
buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar
yang berkualitas rendah.

c. Faktor khusus,
Di antara faktor-faktor yang dapat di pandang sebagai faktor
khusus adalah sindrom psikologi yang berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang
muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Rebb, 1998)
yang menimbulkan kesulitan belajar tersebut.
Abin Syamsuddin Makmun (1999: 217-219), menulis faktor-
faktor yang terdapat di dalam diri siswa dan di luar diri siswa.

a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:

1. Kelemahan secara fisik, seperti cacat tubuh.

2. Kelemahan secara mental yang sukar diatasi seperti kelemahan


mental.

3. Kelemahan emosional, seperti rasa tidak nyama, phobia.

4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang


salah, seperti malas, tidak bernafsu untuk belajar.

16
5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar
yang diperlukan, seperti ketidakmampuan membaca dan
menghitung.

b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa antara lain:


1. Kurikulum yang seragam, buku sumber yang tidak sesuai dengan
tingkat kematangan dan perbedaan individu.
2. Ketidaksesuaian standar adminitratif penilaian, pengolahan
kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar, dan sebagainya.
3. Terlalu berat belajar.
4. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas.
5. Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.
6. Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat pendidikan
sebelumnya.
7. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga dan
sebagainya.
8. Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
9. Kekurangan makan (gizi, kalori dan sebagainya).
2. Kesulitan Belajar Bahasa Arab
Pelajaran bahasa Arab pada sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia pada umumnya memberi prioritas utama -berdasarkan kurikulum
Th. 1994 yang disempurnakan- kepada Qiro’ah, sedang keterampilan yang
lain (menyimak, berbicara dan menulis) difungsikan sebagai wahana untuk
memantapkan penguasaan materi pelajaran yang dipahami siswa melalui
pelajaran Qiro’ah, berbeda dengan kurikulum berbasis kompetensi yang
mengembangkan empat keterampilan (menyimak, berbicara, membaca dan
menulis) secara seimbang. Dengan kata lain, keterampilan membaca
merupakan tujuan utama, sebagai bekal siswa untuk memahami Al-Quran
dan Hadis serta teks-teks Arab lain yang berhubungan dengan agama dan

17
kemasyarakatan, termasuk teks-teks Arab yang terdapat dalam pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), mengingat status pelajaran Bahasa Arab di
madrasah merupakan pelajaran yang tak terpisahkan dari PAI secara
keseluruhan.
Kesulitan belajar bahasa asing, khususnya bahasa Arab, bagi
pembelajar asing (bukan orang Arab) disebabkan berbagai macam faktor,
baik dari faktor bahasa itu sendiri (seperti tata bahasa , ungkapan dan
sebagainya) dan faktor di luar bahasa yang bervariasi (seperti kebiasaan,
budaya dan sebagainya).
Bahasa Arab termasuk bahasa yang memiliki bentuk bahasa yang
berbeda dengan bahasa asing lainnya. Bentuk bahasa tersebut dapat di amati
dari pelafalan, kosakata, gramatikal, tata bahasa, cara-cara pengungkapan
dan ragam struktur kalimat yang digunakannya.
Jika ditinjau dari segi ucapan (pronounciation), maka dalam
mengucapkan satu kata atau satu kalimat dalam bahasa Arab, sebagaimana
juga dalam bahasa Inggris, terdapat kesukaran. Sebab bahasa ini tidak
memakai syakal dalam buku-buku biasa, majalah-majalah, koran-koran,
kecuali Kitab Suci Al-Qur’an dan buku-buku pelajaran bahasa Arab untuk
َ ‫ ُك ِت‬,‫َب‬
tingkat permulaan. Kata ‫ كتب‬umpamanya, dapat diucapkan dengan ‫ب‬ َ ‫َكت‬
atau ُ‫ ُكتُب‬. Dalam bahasa Inggris yang juga terdapat kesukaran yang sama,
tapi kemungkinan bacaan yang betul hanya satu.
Kendatipun bahasa Arab itu sukar mengucapkannya, dia memberi
jalan keluar untuk hal itu. Dia memiliki kaidah tersendiri untuk
mengucapkan kata kerja dan kata benda dalam kalimat. Kaidah itu ada yang
bernama kaidah “nahwiyah”. Al-Ghalayaini (Maman, 2005: 97)
mendefinisikan ilmu an-Nahwu sebagai ilmu yang mempelajari hal-ihwal
kata-kata Arab dari segi i'rab (perubahan akhir suatu kata) dan bina
(tetapnya akhir kata pada satu keadaan). Dan ada pula yang bernama kaidah
“sharfiyah” (morfologi). Abdul Mu’in (Mu’in, 2002: 1) mendefinisikan

18
sharaf sebagai ilmu tentang pokok-pokok (kaidah-kaidah) yang dengannya
dapat diketahui bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa Arab dan ihwal yang
berkaitan dengannya di luar persoalan i’rab dan bina.

C. Istima’ (menyimak)
1. Pengertian Istima’ (menyimak)
Menurut Rajiman (Tarigan 1986 :1), ada empat macam
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang sebelum
menguasai bahasa asing yang ingin dipelajarinya, yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan menulis, keterampilan berbicara, dan keterampilan
membaca.
Berikut penulis akan menggambarkan bagan keterampilan

berbahasa:

Langsung Langsung
Apresiatif Komunikasi Produktif
Menyi Berbica
Reseptif Tatap muka ekspresif
mak ra
fungsional

Keterampilan
berbahasa
Tak Tak
langsung Menulis Komunikasi Memba langsung
Produktif Tidak tatap muka ca Apresiatif
Ekspresif Reseptif
Fungsiona
l

(Tarigan, 1981: 2)

Dari bagan di atas kita dapat mengetahui bahwa menyimak dalam


proses berbahasa merupakan keterampilan pemula yang harus dimiliki oleh
seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan ini

19
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses-proses berfikir yang
mendasari bahasa. Hal ini dipertegas oleh Dawson sebagaimana yang
dikutip oleh Tarigan bahwa melatih keterampilan berbahasa berarti pula
melatih keterampilan berfikir”. (Tarigan, 1986:1)
Kalau kita melihat kata Istima’ secara sepintas, maka kata tersebut
sama dengan kata “samaa’” yang berarti mendengar. Sebagian orang
berpendapat bahwa “istima’” dan “samaa’” memiliki pengertian yang
serupa, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda-beda. “samaa’”
adalh kegiatan yang dilakukan indera pendengar secara tidak sengaja. Pada
kegiatan ini telinga mendengarkan suara-suara yang sering di dengar oleh
seseorang yang mana suara-suara tersebut tidak memiliki makna, karena di
tidak menaruh perhatian kepada apa yang didengarnya dan tidak juga
mencoba untuk memahami apa yang didengarnya itu. Sedangkan “Istima’”
adalah kegiatan yang dilakukan indera pendengaran secara disengaja. Pada
kegiatan ini, seseorang menyimak dengan sungguh-sungguh dan dia
merekam apa yang didengarnya dalam otak dan berusaha untuk
memahaminya. Pada kegiatan ini biasanya seseorang menyimak kata atau
kalimat dari bahasa yang baru baginya (bahasa asing). Berikut ini peneliti
mengemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai istima’.
Istima’ (menyimak) menurut Tarigan adalah suatu proses
memperhatikan lambang-lambang ucapan yang berisikan ungkapan dan
penjelasan untuk memperoleh berbagai informasi dan untuk memahami
makna yang disampaikan oleh pembicara dengan cara mengucapkannya atau
bahasa lisan (Tarigan, 1986: 27).
Pendapat lain dikemukakan oleh Anderson, kalau membaca
merupakan proses besar melihat, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang tulis, maka menyimak dibatasi sebagai proses besar
mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang
lisan” (Tarigan, 1986: 9).

20
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1988: 40), yang
dimaksud dengan menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan baik-
baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Dari teori-teori di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
menyimak adalah kemampuan memahami makna dengan mendengar bahasa
yang dibicarakan, dan menyimak pada umumnya memiliki persamaan
dengan membaca. Jika kemampuan kosakata dan kemampuan menganalisis
struktur kalimat kurang, baik menyimak ataupun membaca tidak akan
berjalan dengan baik.
2. Proses Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan proses menyusun kata
sebagaimana yang terdapat pada keterampilan bahasa lainnya. Hal ini
dikarenakan keterampilan ini tidak bersifat menerima apa yang didengarnya
secara sepintas, tetapi dia juga meliputi memilihnya, mengevaluasinya serta
meresponnya.
Tarigan membagi proses menyimak kepada lima tahapan sebagai
berikut:
2.1. Tahap mendengarkan (hearing). Dalam tingkatan ini pendengar
mengetahui tekanan suara yang tidak memiliki arti.
2.2. Tahap Pemahaman (understanding). Pada tingkat ini pendengar
dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
2.3. Tahap menafsirkan (interpreting). Pada tahap ini pendengar tidak
hanya mampu mendegar dan memahami apa yang didengarnya
saja, melainkan dia sudah bisa menafsirkan makna-makna yang
didengarnya.
2.4. Tahap penilaian (evaluating). Pada tahap ini penyimak mulai
menilai atau mengevaluasi apa yang disampaikan pembicara. Dan
dia menilainya pada dua aspek, yaitu kekurangan dan
kelebihannya.

21
2.5. Tahap merespon (responding). Pada tahap pendengar mulai
merespon semua yang disampaikan oleh pembicara.
3. Materi Menyimak
Untuk situasi di Indonesia, materi yang dapat digunakan untuk
mengajar menyimak secara bertahap adalah:
3.1. Fase pengenalan
Fonologi (fonem-fonem), kata-kata, frase-frase, dan
kalimat-kalimat.

3.2. Fase pemahaman permulaan


Melakukan respons non-linguistik
3.3. Fase pemahaman
Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi bacaan
pendek, percakapan para penutur asli, percakapan
melalui telepon dan sebagainya.
3.4. Fase pemahaman “lanjut”
Bertanya jawab tentang isi berita radio, TV, penyajian
bahan otentik, dan sebagainya. (Subyakto, 1993: 157-
158)
Lebih lanjut Sri Utari Subyakto menjelaskan bahwa memang lebih
baik pelajar dianjurkan untuk mendengarkan materi yang otentik sebanyak
mungkin, tetapi itupun memberi problem pula kepada pelajar yang sudah
tinggi tingkatan kemampuannya, karena mereka sedikit banyak akan
bingung mengikuti wacana yang demikian banyak “kesalahan-
kesalahannya”. Untuk menghindari rasa kebingungan pada pihak para
pelajar, mungkin lebih baik apabila guru menggunakan “wacana otentik
yang disimulasi”, yang berarti bahwa guru merekam suara pembicara yang
diberi pengarahan terlebih dahulu, tanpa mengorbankan keotentikan
bahasanya (Subyakto, 1993: 164).

22
4. Media menyimak dan kegunaannya
Dalam menyimak pun seseorang membutuhkan alat atau media
yang dapat membantu mereka, diantaranya adalah alat atau media yang
didengarkan dan dilihat (audio-visual). Yang termasuk kedalam kategori ini
ialah radio, tape-recorder, laboratorium bahasa, film, dan video.
Adapun kegunaan-kegunaan penggunaan alat atau media ini antara lain
ialah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk berlatih secara mandiri
di dalam maupun di luar ruang kelas;
2. Meringankan/membantu/melengkapi peran guru;
3. Memberi model yang tetap kepada pelajar, khususnya kalau
rekaman berisi ulangan-ulangan yang banyak dan intonasi-intonasi
yang tertentu;
4. Mendengarkan suara beberapa orang penutur asli di kelas
sehingga pelajar dapat membedakan suara orang wanita, pria,
anak, pemuda dengan segala ragamnya.
5. Merekam suara pelajar agar dapat digunakan oleh guru dalam
mengevaluasi penguasaan bahasa target dan oleh pelajar untuk
mengevaluasi hasil produksi diri sendiri (Subyakto, 1993: 207).
Laboratorium bahasa pada suatu waktu dianggap memberi “status
simbol” pada kursus-kursus bahasa, sekolah-sekolah, atau institut-institut.
Sekarang hal ini tidak demikian kuatnya lagi, walaupun tidak dapat
disangkal bahwa laboratorium bahasa ini banyak kegunaannya, antara lain
melatih menyimak (Listening kompherension), melatih pelafalan
(pronunciation), melatih imlak (dictation), dan melatih berbicara (speaking).

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Suatu karya ilmiah tidak lepas dari metode penelitian sebagai
acuan dalam mencapai tujuan kegiatan penelitian. Pada dasarnya metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang diperoleh
melalui penelitian atau data empirik untuk tujuan dan kegunaan tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002:1) “ Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis deskriptif, yaitu metode penelitian yang mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, data dan informasi dikumpulkan dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya
akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhirnya dianalisis. (Efendi,
2003: 3). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nazir (1988:
63) bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

24
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
Lebih lanjut Winarno Surakhmad (1985: 140) mengemukakan
bahwa metode deskriptif memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang
sedang terjadi pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang
bersifat aktual.
2. Data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun kemudian
dianalisa (karena itu metode ini sering disebut metode analisis).
Berdasarkan pengertian para pakar di atas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa metode analisis deskriptif cocok untuk digunakan dalam
penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang kesulitan-kesulitan belajar bahasa Arab yang
dihadapi oleh mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab tahun ajaran
2004/2005 _____ pada mata kuliah Istima’.
B. Populasi dan Teknik Pengambilam Sampel
1. Populasi
Palte menjelaskan dalam Djojosuroto dan Sumaryati (2004: 93)
bahwa jumlah keseluruhan unit yang akan diselidiki, karakteristik atau ciri-
cirinya, dinamakan populasi. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan
Suharsimi Arikunto (2002: 107) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2002: 57). Sedangkan Riduan (2004: 55) mengatakan bahwa

25
populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran
yang menjadi objek penelitian.
Adapun jenis populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah populasi terbatas, yaitu populasi yang mempunyai sumber data yang
jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya (Riduan,
2004: 55).
Dan populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab Tahun Ajaran 2004/2005
__________________________ sebanyak 64 orang.

2. Teknik Pengambilan sampel


Penelitian selain dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik
populasi juga dapat dilaksanakan dengan teknik sampel. Sampel menurut
Djojosuroto dan Sumaryati (2004:93) adalah sebagian dari unit-unit yang
ada dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar
diselidiki. Penarikan sampel perlu dilakukan mengingat jumlah populasi
yang terlalu besar, sedangkan waktu, biaya dan kemampuan yang terbatas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surakhmad (1985: 92) Karena
tidak mungkinnya penyelidikan selalu langsung menyelidiki segenap
populasi padahal tujuan penyelidikan adalah menemukan generalisasi yang
berlaku secara umum, maka seringkali penyelidik menggunakan sebagian
saja dari populasi yakni sebuah sampel yang dapat dipandang representatif
terhadap populasi itu.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu
cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan
sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang
benar-benar mewakili populasi yang sebenarnya. (riduwan, 2004: 57)
Adapun teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah sampling aksidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

26
fakor spontanitas, artinya, siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu
dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya) maka orang
tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden) (Riduwan, 2004: 62).
Hal ini peneliti lakukan karena pada saat penyebaran angket dilaksanakan,
maka penulis tidak mendapatkan seluruh populasi, tetapi penulis hanya
mendapatkan beberapa responden dari mereka sebanyak 25 orang. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab Tahun Ajaran 2004/2005
__________________________ sebanyak 25 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik yang
peneliti gunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai
dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan
responden merasa khawatir bila responden memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisisan daftar
pertanyaan. (Riduwan, 2004: 99). Sedangkan Suharsimi
berpendapat bahwa Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
( Arikunto, 2002: 128).
Angket diberikan pada para mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab _____ angkatan 2004/2005 yang

27
dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 25 orang,
dengan tujuan untuk menjaring informasi tentang kesulitan yang
mereka hadapi pada mata kuliah Istima’. Adapun jenis angket
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara
memberikan tanda silang (x) atau tanda checlist (riduwan, 2004:
100).

2. Studi dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter,
data yang relevan dengan penelitian (riduwan, 2004: 105).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206) bahwa studi
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.

D. Teknik Pengolahan Data


Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif
yang menunjukkan fakta. Sedangkan pengolahan data seyogyanya relevan,
artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalha penelitian.
Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan
penelitian (riduwan, 2004: 106).
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud

28
pertanyaan atau berupa kata-kata (ridwan, 2004: 106). Dan langkah-langkah
yang peneliti ambil dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan data
Pada langkah ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah
terkumpul dari para responden. Hal ini peneliti lakukan untuk
mempermudah peneliti untuk mengecek apakah semua data yang
dibutuhkan sudah lengkap atau belum.
2. Klasifikasi data
Pada langkah ini peneliti menggolongkan, mengelompokkan dan
memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu yang telah peneliti
buat.
3. Pengolahan data
Pada langkah ini peneliti mengolah data yang peneliti peroleh dari
responden melalui kuesioner. Penyebaran angket yang dilakukan
peneliti bertujuan untuk mencari kesulitan-kesulitan yang dihadapi
responden pada mata kuliah Istima’. Data yang diperoleh dari
angket peneliti sajikan dalam bentuk tabulasi data dengan tabel
persentase. Data ini diperoleh dari responden mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab _____ tahun ajaran 2004/2005.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik
proporsional untuk angket, yaitu melihat presentasi jumlah
jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap jawaban angket
b. Menyusun frekuensi jawaban
c. Membuat tabel frekuensi
d. Menghitung presentase frekuensi dari tiap jawaban dengan
menggunakan rumus: P = f/n x 100%
Ket: P: angka persentase
f: frekuensi yang sedang dicari persentasenya

29
n: banyaknya responden
e. Menarik kesimpulan dan menginterpretasikan data.
Adapun pedoman yang peneliti pakai dalam penafsiran data
adalah sebagai berikut:
0% = tidak ada seorangpun
1% - 5% = hampir tidak ada
6% - 25% = sebagian kecil
26% - 49% = hampir setengahnya
50% = setengahnya
51% - 75% = lebih dari setengahnya
76% - 95% = sebagian besar
96% - 99% = hampir seluruhnya
100% = seluruhnya
4. Interpretasi hasil pengolahan data

30
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA ANGKET DAN INTERPRETASI DATA

Berikut ini peneliti menyajikan beberapa hasil dari analisis angket


yang peneliti sebarkan kepada para responden mahasiswa Program
Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2004/2005
__________________________ sejumlah 25 orang yang merupakan sampel
dalam penelitian ini.
A. HASIL ANALISIS ANGKET
Adapun angket yang peneliti sebarkan kepada responden
berjumlah 25 soal. Hasil dari analisis angket tersebut peneliti jelaskan ke
dalam bentuk tabel berikut ini:

1. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 1, yaitu “Anda


masuk Program Pendidikan Bahasa Arab sebagai pilihan ke
berapa?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Analisis Data Angket Item Nomor 1

Alternatif Jawaban Responden


f %
Pertama 19 76
Kedua 5 20

31
Ketiga 1 4
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian


besar responden (76%) memilih Program Pendidikan Bahasa Arab sebagai
pilihan pertama dan sebagian kecil dari mereka (20%) sebagai pilihan kedua
sedangkan hampir tidak ada dari mereka (4%) yang memilih Program
Pendidikan Bahasa Arab sebagai pilihan ketiga.

2. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 2, yaitu “Apakah


alasan anda memilih jurusan bahasa Arab?” dapat di lihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2
Analisis Data Angket Item Nomor 2

Alternatif Jawaban Responden


f %
Minat sendiri 21 84
Di suruh orang tua 2 8
Terpengaruh oleh teman 2 8
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian


besar responden (84%) memilih jurusan bahasa Arab atas dasar minat
sendiri dan sebagian kecil dari mereka (8%) atas dasar orang tua sedangkan
sebagian kecil lainnya (8%) karena terpengaruh oleh teman.

3. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 3, yaitu


“Bagaimanakah pemahaman bahasa Arab anda setelah mengikuti
perkuliahan?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Analisis Data Angket Item Nomor 3

32
Alternatif Jawaban Responden
f %
Mampu 3 12
Biasa saja 17 68
Tidak mampu 5 20
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian kecil


responden (12%) menjawab bahwa mereka mampu memahami bahasa Arab
setelah mengikuti perkuliahan dan lebih dari setengah responden (68%)
menjawab biasa saja sedangkan sebagian kecil lainnya (20%) yang
menjawab tidak mampu memahami bahasa Arab setelah perkuliahan.

4. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 4, yaitu


“Bagaimanakah perasaan anda selama mengikuti perkuliahan
bahasa Arab?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Analisis Data Angket Item Nomor 4

Alternatif Jawaban Responden


f %
Senang 19 76
Biasa saja 6 24
Tidak senang 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian


besar responden (76%) menjawab bahwa mereka senang mengikuti
perkuliahan bahasa Arab dan sebagian kecil dari mereka (24%) menjawab
biasa saja, dan tidak ada dari mereka (0%) yang tidak senang ketika
mengikuti perkuliahan.

33
5. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 5, yaitu
“Bagaimana pendapat anda mengenai bahasa Arab?” dapat di lihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 5
Analisis Data Angket Item Nomor 5

Alternatif Jawaban Responden


f %
Mudah 6 24
Sedang 10 40
Sulit 9 36
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian kecil


dari responden (24%) yang berpendapat bahwa bahasa Arab itu mudah dan
hampir setengah dari mereka (40%) yang mengatakan sedang, dan hampir
setengahnya pula (36%) yang berpendapat bahwa bahasa Arab itu sulit.

6. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 6, yaitu “Jika anda
memilih jawaban “c”, faktor apakah yang menyulitkan anda dalam
mempelajari bahasa Arab?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Analisis Data Angket Item Nomor 6
Alternatif Jawaban Responden
f %
Kosakatanya yang sulit 8 32

34
Struktur kalimatnya rumit 12 48
Kaidah kebahasaannya sulit 5 20
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa hampir


setengah dari responden (32%) yang menjawab bahwa faktor yang
menyulitkan mereka dalam mempelajari bahasa Arab adalah dari segi
kosakatanya yang sulit, dan hampir setengah lainnya (48%) yang
mengatakan struktur kalimatnya yang rumit, adapun sebagian kecil dari
mereka (20%) berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan mereka sulit
dalam mempelajari bahasa Arab adalah kaidah kebahasaannya yang sulit.

7. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 7, yaitu “Apakah


anda menyenangi mata kuliah Istima’?” dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7
Analisis Data Angket Item Nomor 7
Alternatif Jawaban Responden
f %
Senang 22 88
Biasa saja 3 12
Tidak senang 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian


besar responden (88%) yang menyatakan bahwa mereka senang terhadap
mata kuliah Istima’, dan sebagian kecil lainnya (12%) yang mengatakan
biasa saja, dan tidak ada seorangpun dari mereka yang tidak menyenangi
mata kuliah Istima’.

35
8. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 8, yaitu
“Bagaimanakah sikap anda pada waktu mengikuti mata kuliah
Istima’?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8
Analisis Data Angket Item Nomor 8

Alternatif Jawaban Responden


f %
Konsentrasi 16 64
Biasa saja 8 32
Kurang perhatian 1 4
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari


setengah responden (64%) yang mengaku berkonsentrasi pada saat
mengikuti mata kuliah Istima’, dan hampir setengah dari mereka (32%)
yang menyatakan biasa saja, sedangkan 4% dari mereka yang mengaku
kurang perhatian pada saat mengikuti mata kuliah Istima’.

9. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 9, yaitu “Apakah


menurut anda alat bantu yang tersedia dalam mata kuliah Istima’
sudah cukup?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9
Analisis Data Angket Item Nomor 9
Alternatif Jawaban Responden
f %
Cukup 15 60
Kurang 8 32
Sangat kurang 2 8
Jumlah 25 100

36
Dari tabel porsentase di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari
setengah responden (60%) yang menyatakan bahwa alat bantu yang tersedia
dalam mata kuliah Istima’ sudah cukup, dan hampir setengah dari mereka
(32%) yang mengatakan kurang, sedangkan sebagian kecil dari mereka (8%)
yang mengatakan sangat kurang.

10. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 10, yaitu
“Bagaimanakah waktu belajar Istima’ anda, di luar kegiatan
belajar yang formal?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 10
Analisis Data Angket Item Nomor 10

Alternatif Jawaban Responden


f %
Sering 3 12
Cukup 15 60
Kurang 7 28
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, maka dapat diketahui bahwa


sebagian kecil responden (12%) yang mengatakan bahwa mereka sering
belajar Istima’ di luar waktu yang formal, dan lebih setengah dari mereka
(60%) yang mengatakan cukup, sedangkan hampir setengah dari mereka
(28%) yang mengatakan kurang

11. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 11, yaitu “Apakah
ada buku pegangan khusus dalam mata kuliah Istima’?” dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:

37
Tabel 11:
Analisis Data Angket Item Nomor 11

Alternatif Jawaban Responden


f %
Ya 25 100
Tidak 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, maka dapat kita ketahui bahwa


seluruh responden (100%) yang menjawab bahwa ada buku pegangan
khusus dalam mata kuliah Istima’, dan tidak ada dari mereka yang
mengatakan tidak ada.

12. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 12, yaitu “Apakah
ada tugas rutin yang harus dikerjakan pada mata kuliah Istima’?”
dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12:
Analisis Data Angket Item Nomor 12
Alternatif Jawaban Responden
f %
Ya 25 100
Tidak 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa seluruh


responden (100%) yang menjawab bahwa ada tugas rutin yang harus
dikerjakan pada mata kuliah Istima’, dan tidak ada satupun dari mereka yang
menjawab tidak ada tugas rutin yang harus dikerjakan pada mata kuliah
Istima’.

38
13. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 13, yaitu “Apakah
ada tugas akhir yang harus dikumpulkan?” dapat di lihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 13:
Analisis Data Angket Item Nomor 13

Alternatif Jawaban Responden


f %
Ya 23 92
Tidak 2 8
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa hampir


seluruh responden (92%) yang menjawab bahwa ada tugas akhir yang harus
dikumpulkan pada mata kuliah Istima’, dan hampir tidak ada dari mereka
(8%) yang menjawab tidak ada tugas akhir yang harus dikumpulkan.

14. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 14, yaitu
“Bagaimana frekuensi anda dalam mengumpulkan tugas?” dapat
di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14
Analisis Data Angket Item Nomor 14
Alternatif Jawaban Responden
f %
Tepat waktu 14 56
Dikumpulkan dengan cara menyusul 11 44
Tidak pernah mengumpulkan 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa lebih dari
setengah responden (56%) yang mengaku bahwa mereka tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, dan hampir setengahnya (44%) yang mengumpulkan

39
tugas dengan cara menyusul, dan tidak ada dari mereka yang tidak pernah
mengumpulkan tugas.

15. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 15, yaitu “Apakah
tugas tersebut dikembalikan lagi?” dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 15
Analisis Data Angket Item Nomor 15

Alternatif Jawaban Responden


f %
Ya 21 84
Kadang-kadang 3 12
Tidak 1 4
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian


besar responden (84%) yang menjawab bahwa tugas tersebut dikembalikan
lagi, dan sebagian kecil dari mereka (12%) yang mengatakan kadang-
kadang, dan hampir tidak ada dari mereka (4%) yang mengatakan bahwa
tugas tersebut tidak dikembalikan lagi.

16. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 16, yaitu “Apakah
setiap materi dalam tiap pertemuan sudah terencana dengan baik
sesuai buku pegangan atau silabus?” dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 16
Analisis Data Angket Item Nomor 16

Alternatif Jawaban Responden


f %
Ya 19 76
Kadang-kadang 6 24

40
Tidak 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian


besar responden (76%) yang menjawab bahwa setiap materi dalam tiap
pertemuan terencana dengan baik sesuai buku pegangan atau silabus, dan
sebagian kecil lagi (24%) yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada dari
mereka yang mengatakan bahwa setiap materi dalam tiap pertemuan tidak
terencana dengan baik sesuai buku pegangan atau silabus.

17. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 17, yaitu “Apakah
bentuk latihan sesuai dengan materi yang di bahas?” dapat di lihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 17
Analisis Data Angket Item Nomor 17
Alternatif Jawaban Responden
f %
Sesuai 20 80
Kurang sesuai 3 12
Tidak sesuai 2 8
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian


besar dari responden (80%) yang menjawab bahwa bentuk latihan sudah
sesuai dengan materi yang di bahas, dan sebagian kecil dari mereka (12%)
yang menjawab kurang sesuai, sedangkan sebagian kecil lainnya (8%) yang
menjawab tidak sesuai.

18. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 18, yaitu
“Bagaimanakah metode yang digunakan dosen dalam
perkuliahan?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

41
Tabel 18
Analisis Data Angket Item Nomor 18

Alternatif Jawaban Responden


f %
Menarik dan inovatif 11 44
Monoton dan membosankan 12 48
Tidak sesuai dengan karakter mata kuliah 2 8
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa hampir


setengah responden (44%) yang menjawab bahwa metode yang digunakan
dosen dalam perkuliahan menarik dan inovatif, dan hampir setengah lainnya
(48%) yang menjawab monoton dan membosankan, sedangkan sebagian
kecil lainnya (8%) yang mengatakan tidak sesuai dengan karakter mata
kuliah.

19. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 19, yaitu
“Bagaimanakah tingkat materi yang diberikan dosen?” dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 19
Analisis Data Angket Item Nomor 19
Alternatif Jawaban Responden
f %
Sangat sulit 5 20
Biasa saja 16 64
Mudah 4 16
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian


kecil responden (20%) yang menjwab bahwa tingkat materi yang diberikan
dosen sangat sulit, dan lebih dari setengahnya (64%) yang menjawab biasa
saja, sedangkan sebagian kecil dari mereka (16%) yang menjawab mudah.

42
20. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 20, yaitu
“Bagaimanakah kehadiran anda pada mata kuliah Istima’?” dapat
di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 20:
Analisis Data Angket Item Nomor 20

Alternatif Jawaban Responden


f %
Di atas 80% 23 92
Kurang dari 80% 2 8
Di bawah 50% 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa hampir


seluruh responden (92%) bahwa kehadiran mereka pada mata kuliah Istima’
di atas 80%, dan sebagian kecil dari mereka (8%) yang menjawab kurang
dari 80%, dan tidak ada satupun dari mereka yang menjawab bahwa
kehadiran mereka pada mata kuliah Istima’ di bawah 50%.

21. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 21, yaitu
“Bagaimanakah kehadiran dosen pada mata kuliah Istima’?” dapat
di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 21:
Analisis Data Angket Item Nomor 21
Alternatif Jawaban Responden
f %
Mencapai 16 kali pertemuan termasuk UTS dan
UAS 21 84
Mencapai 10 sampai 15 kali termasuk UTS dan
UAS 4 16
Kurang dari 10 kali pertemuan 0
Jumlah 25 100

43
Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian
besar responden (84%) yang menjawab bahwa kehadiran dosen pada mata
kuliah Istima’ mencapai 16 kali pertemuan termasuk UTS dan UAS, dan
sebagian kecil dari mereka (16%) yang menjawab bahwa kehadiran dosen
pada mata kuliah Istima’ mencapai 10 sampai 15 kali termasuk UTS dan
UAS, dan tidak ada seorangpun dari responden yang menjawab kurang dari
10 kali pertemuan.

22. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 22, yaitu “Apakah
kondisi tempat tinggal anda mendukung kegiatan belajar?” dapat
di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 22:
Analisis Data Angket Item Nomor 22
Alternatif Jawaban Responden
f %
Ya 17 68
Kadang-kadang 3 12
tidak 5 20
Jumlah 25 100
Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa lebih dari
setengah responden (68%) yang menjawab bahwa kondisi tempat tinggal
mereka mendukung kegiatan belajar, dan sebagian kecil dari mereka (12%)
yang menjawab kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil lainnya (20%)
yang menjawab bahwa kondisi tempat tinggal mereka tidak mendukung
kegiatan belajar.

23. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 23, yaitu “Faktor
apakah yang menghambat anda dalam kegiatan belajar di luar
kampus?” dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 23:
Analisis Data Angket Item Nomor 23

44
Alternatif Jawaban Responden
f %
Urusan keluarga 9 36
Urusan teman 6 24
Tidak ada hambatan 10 40
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa hampir


setengah dari responden (36%) yang menjawab bahwa faktor yang
menghambat mereka dalam kegiatan belajar di luar kampus adalah urusan
keluarga, dan sebagian kecil lainnya (24%) menjawab urusan teman,
sedangkan hampir dari setengahnya (40%) yang menjawab bahwa mereka
tidak mendapatkan hambatan dalam kegiatan belajar di luar kampus

24. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 24, yaitu “Kendala
apakah yang anda alami ketika belajar di rumah?” dapat di lihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 24:
Analisis Data Angket Item Nomor 24

Alternatif Jawaban Responden


f %
Malas 2 8
Banyak kegiatan 12 48
Kurangnya fasilitas 11 44
Jumlah 25 100

Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian


kecil dari responden (8%) yang mengatakan bahwa kendala yang mereka
alami ketika belajar di rumah adalah malas, dan hampir setengah dari
mereka (48%) yang mengatakan banyak kegiatan, sedangkan hampir
setengah lainnya (44%) yang mengatakan kurangnya fasilitas.

45
25. Hasil analisis data dari item pertanyaan nomor 25, yaitu “Kegiatan
apakah yang anda lakukan di luar waktu perkuliahan?” dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 25:
Analisis Data Angket Item Nomor 25

Alternatif Jawaban Responden


f %
Berolahraga 11 44
Berorganisasi 10 40
Main-main 4 16
Jumlah 25 100
Dari tabel porsentase di atas, dapat kita ketahui bahwa hampir
setengah dari responden (44%) yang mengaku bahwa kegiatan yang mereka
lakukan di luar waktu perkuliahan adalah berolahraga, dan hampir
setengahnya lagi (40%) yang mengaku berorganisasi, sedangkan sebagian
kecil dari mereka (16%) yang mengaku bermain-main.

B. INTERPRETASI DATA
Berdasarkan hasil analisis angket, dapat diketahui bahwa kesulitan
yang dialami mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab angkatan
2004/2005 dalam mempelajari bahasa Arab, khususnya pada mata kuliah
Istima’ I, disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Faktor tersebut dapat
peneliti bagi ke dalam dua bagian, pertama faktor intrinsik dan kedua faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang terdapat dalam diri mahasiswa
itu sendiri, yaitu keadaan jasmani dan rohani mereka seperti faktor
pisiologis (keadaan jasmani, mata dan telinga) dan faktor psikologis
(intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi). Sedangkan faktor ekstrinsik
adalah fakor dari luar mahasiwa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa,
seperti lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat dan teman) dan
lingkungan nonsosial (rumah, sekolah, media pengajaran dan alam).

46
Dari data yang peneliti peroleh dari angket penelitian yang telah
peneliti analisis, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi mahasiswa
Program Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2004/2005 dalam mempelajari
bahasa Arab pada mata kuliah Istima’ I. Permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Faktor intrinsik:
1.1. Dari hasil analisis angket item nomor empat dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden (76%) menjawab bahwa mereka senang
mengikuti perkuliahan bahasa Arab dan sebagian kecil dari mereka
(24%) menjawab biasa saja, dan tidak ada dari mereka (0%) yang
tidak senang ketika mengikuti perkuliahan. Maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan, bahwa perasaan tidak senang terhadap bahasa Arab
merupakan salah satu faktor yang terdapat dalam diri mahasiswa yang
dapat menyulitkan mereka dalam mempelajari bahasa tersebut.
1.2. Dari hasil analisis angket item kelima, dapat diketahui bahwa sebagian
kecil dari responden (24%) yang berpendapat bahwa bahasa Arab itu
mudah dan hampir setengah dari mereka (40%) yang mengatakan
sedang, dan hampir setengahnya pula (36%) yang berpendapat bahwa
bahasa Arab itu sulit. Maka dapat dikatakan bahwa anggapan
mahasiswa terhadap bahasa Arab merupakan faktor yang menentukan
yang terdapat dari dalam diri mereka. Sulit-mudahnya mereka
mempelajari bahasa Arab, tergantung kepada anggapan mereka
terhadap bahasa tersebut.
1.3. Dari hasil analisis angket nomor tujuh, peneliti mendapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden (88%) yang menyatakan bahwa
mereka senang terhadap mata kuliah Istima’, dan sebagian kecil
lainnya (12%) yang mengatakan biasa saja, dan tidak ada seorangpun
dari mereka yang tidak menyenangi mata kuliah Istima’. Hasil ini

47
menunjukkan bahwa rasa tidak senang terhadap mata kuliah Istima’
dapat menyebabkan mereka dalam mempelajari mata kuliah tersebut.
1.4. Dari hasil analisis angket nomor delapan, peneliti mendapatkan hasil
bahwa lebih dari setengah responden (64%) yang mengaku
berkonsentrasi pada saat mengikuti mata kuliah Istima’, dan hampir
setengah dari mereka (32%) yang menyatakan biasa saja, sedangkan
4% dari mereka yang mengaku kurang perhatian pada saat mengikuti
mata kuliah Istima’. Kesimpulannya adalah, bahwa mereka yang
berkonsentrasi ketika mempelajari bahasa Arab pada mata kuliah
Istima’, maka mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam
memahami bahasa tersebut, begitupun sebaliknya.
1.5. Dari hasil analisis angket item ke-20, peneliti mendapatkan hasil
bahwa hampir seluruh responden (92%) menyatakan bahwa kehadiran
mereka pada mata kuliah Istima’ di atas 80%, dan sebagian kecil dari
mereka (8%) yang menjawab kurang dari 80%, dan tidak ada satupun
dari mereka yang menjawab bahwa kehadiran mereka pada mata
kuliah Istima’ di bawah 50%. Dari hasil ini dapat di tarik sebuah
kesimpulan bahwa kerajinan mahasiswa dalam menghadiri
perkuliahan pun merupakan faktor yang datang dari dalam diri mereka
yang turut menentukan sulit atau mudahnya mereka mempelajari
bahasa Arab pada mata kuliah Istima’I. Semakin sering mereka
menghadiri perkuliahan, maka semakin mudah mereka dalam
mempelajari bahasa Arab, begitu pula sebaliknya.
1.6. Dari hasil analisis angket nomor 24, peneliti mendapatkan hasil bahwa
sebagian kecil dari responden (8%) yang mengatakan bahwa kendala
yang mereka alami ketika belajar di rumah adalah malas, dan hampir
setengah dari mereka (48%) yang mengatakan banyak kegiatan,
sedangkan hampir setengah lainnya (44%) yang mengatakan
kurangnya fasilitas. Hasil ini menunjukkan bahwa salah satu faktor

48
lainnya yang membuat mahasiswa mendapatkan kesulitan dalam
mempelajari bahasa Arab adalah malasnya mereka dalam melanjutkan
pembelajaran di rumah mereka.
1.7. Dari hasil analisis angket nomor 25 peneliti mendapatkan hasil bahwa
hampir setengah dari responden (44%) yang mengaku bahwa kegiatan
yang mereka lakukan di luar waktu perkuliahan adalah berolahraga,
dan hampir setengahnya lagi (40%) yang mengaku berorganisasi,
sedangkan sebagian kecil dari mereka (16%) yang mengaku bermain-
main. Dari hasil ini dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa faktor
lainnya yang datang dari dalam diri mahasiswa yang menyulitkan
mereka dalam mempelajari bahasa Arab adalah kegiatan yang
mahasiswa tersebut pilih di luar waktu perkuliahan.
2. Faktor ekstrinsik,
Dari hasil analisis angket item nomor dua, peneliti mendapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden (84%) memilih jurusan bahasa Arab atas dasar
minat sendiri dan sebagian kecil dari mereka (8%) atas dasar orang tua
sedangkan sebagian kecil lainnya (8%) karena terpengaruh oleh teman.
Alasan mahasiswa dalam memilih jurusan pendidikan bahasa Arab
merupakan faktor yang dapat menyulitkan dan memudahkan mereka dalam
mempelajari bahasa Arab, yang mana faktor ini datang dari luar diri
mahasiswa tersebut. Apabila ada paksaan dari pihak luar yang memaksa
mereka untuk memilih jurusan bahasa Arab, maka mereka akan
mendapatkan kesulitan dalam menerima pelajaran bahasa Arab.
Dari hasil analisis angket item soal ke sembilan, peneliti mendapatkan hasil
bahwa lebih dari setengah responden (60%) yang menyatakan bahwa alat
bantu yang tersedia dalam mata kuliah Istima’ sudah cukup, dan hampir
setengah dari mereka (32%) yang mengatakan kurang, sedangkan sebagian
kecil dari mereka (8%) yang mengatakan sangat kurang. Hasil ini
menunjukkan bahwa faktor lainnya yang datang dari luar diri mahasiswa

49
adalah alat bantu yang digunakan pada mata kuliah Istima’I, apabila alat
bantu kurang memadai, maka mahasiswa pun akan mendapatkan kesulitan.
Dari hasil analisis angket item soal ke-11, peneliti mendapatkan hasil bahwa
seluruh responden (100%) yang menjawab bahwa ada buku pegangan
khusus dalam mata kuliah Istima’, dan tidak ada dari mereka yang
mengatakan tidak ada. Dari hasil tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa buku pegangan dalam mata kuliah Istima’ merupakan faktor yang
terdapat dari luar diri mahasiswa, dan sebagaimana faktor lainnya, buku
pegangan pun dapat mengurangi semua kesulitan yang mahasiswa hadapi
ketika mempelajari bahasa Arab khususnya pada mata kuliah Istima’I.
Dari hasil analisis angket item ke-12, peneliti mendapatkan hasil bahwa
seluruh responden (100%) yang menjawab bahwa ada tugas rutin yang harus
dikerjakan pada mata kuliah Istima’, dan tidak ada satupun dari mereka yang
menjawab tidak ada tugas rutin yang harus dikerjakan pada mata kuliah
Istima’. Hasil ini menunjukkan bahwa tugas rutin juga dapat memudahkan
mahasiswa dalam mempelajari bahasa Arab, karena dengannya mereka akan
terbiasa untuk mengulang materi yang telah dosen berikan pada saat
perkuliahan.
Dari hasil analisis angket item ke-14 , peneliti mendapatkan hasil bahwa
lebih dari setengah responden (56%) yang mengaku bahwa mereka tepat
waktu dalam mengumpulkan tugas, dan hampir setengahnya (44%) yang
mengumpulkan tugas dengan cara menyusul, dan tidak ada dari mereka
yang tidak pernah mengumpulkan tugas. Dapat kita tarik sebuah kesimpulan
dari hasil analisis angket tersebut, bahwa frekuensi mahasiswa dalam
mengumpulkan tugas juga merupakan faktor yang datang dari luar
mahasiswa yang bisa memudahkan dan juga menyulitkan mereka dalam
mempelajari bahasa Arab.
Dari hasil analisis angket item ke-18, peneliti mendapatkan hasil bahwa
hampir setengah responden (44%) yang menjawab bahwa metode yang

50
digunakan dosen dalam perkuliahan menarik dan inovatif, dan hampir
setengah lainnya (48%) yang menjawab monoton dan membosankan,
sedangkan sebagian kecil lainnya (8%) yang mengatakan tidak sesuai
dengan karakter mata kuliah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa salah satu
faktor yang datang dari luar diri mahasiswa adalah metode yang digunakan
dosen dalam proses belajar mengajar. Apabila metode tersebut monoton dan
membosankan juga tidak sesuai dengan karakter mata kuliah, maka
mahasiswa akan mendapatkan kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab.
Dari hasil analisis angket item ke-19, peneliti mendapatkan hasil bahwa
sebagian kecil responden (20%) yang menjwab bahwa tingkat materi yang
diberikan dosen sangat sulit, dan lebih dari setengahnya (64%) yang
menjawab biasa saja, sedangkan sebagian kecil dari mereka (16%) yang
menjawab mudah. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila materi yang
diberikan kepada mahasiswa terlalu sulit, maka mereka pun akan sulit pula
dalam memahami materi tersebut. Dari hasil ini dapat di tarik sebuah
kesimpulan bahwa, sulitnya materi yang diberikan merupakan faktor yang
menyulitkan mahasiswa dalam mempelajari bahasa Arab.
Dari hasil analisis angket item ke-21, peneliti mendapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden (84%) yang menjawab bahwa kehadiran dosen
pada mata kuliah Istima’ mencapai 16 kali pertemuan termasuk UTS dan
UAS, dan sebagian kecil dari mereka (16%) yang menjawab bahwa
kehadiran dosen pada mata kuliah Istima’ mencapai 10 sampai 15 kali
termasuk UTS dan UAS, dan tidak ada seorangpun dari responden yang
menjawab kurang dari 10 kali pertemuan. Hasil ini menunjukkan bahwa
ketidak hadiran pengajar pun merupakan faktor yang dapat menyulitkan
mahasiswa dalam mempelajari bahasa Arab pada mata kuliah Istima’I. Hal
ini disebabkan oleh karena pengajar merupakan faktor penting dalam
kegiatan belajar mengajar.

51
Dari hasil analisis angket item ke-22, peneliti mendapatkan hasil bahwa
lebih dari setengah responden (68%) yang menjawab bahwa kondisi tempat
tinggal mereka mendukung kegiatan belajar, dan sebagian kecil dari mereka
(12%) yang menjawab kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil lainnya
(20%) yang menjawab bahwa kondisi tempat tinggal mereka tidak
mendukung kegiatan belajar. Dari hasil ini peneliti dapat menyimpulkan
bahwa faktor yang menyulitkan mahasiswa dalam mempelajari bahasa Arab
yang terdapat di luar diri mahasiswa tersebut adalah kondisi tempat tinggal
mereka yang kadang-kadang tidak mendukung untuk belajar, atau bahkan
tidak mendukung sama sekali.
Dari hasil analisis angket item ke-23, peneliti mendapatkan hasil bahwa
hampir setengah dari responden (36%) yang menjawab bahwa faktor yang
menghambat mereka dalam kegiatan belajar di luar kampus adalah urusan
keluarga, dan sebagian kecil lainnya (24%) menjawab urusan teman,
sedangkan hampir dari setengahnya (40%) yang menjawab bahwa mereka
tidak mendapatkan hambatan dalam kegiatan belajar di luar kampus. Hasil
ini menunjukkan bahwa faktor lainnya yang datang dari luar diri mahasiswa
yang menyulitkan mereka dalam mempelajari bahasa Arab adalah urusan-
urusan yang mereka hadapi, yang mana urusan tersebut dapat menghambat
kelancaran belajar mereka.

52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada bab
sebelumnya, maka peneliti mendapatkan hasil mengenai kesulitan-kesulitan
yang ditemui oleh mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab (_____)
dalam mempelajari bahasa Arab pada mata kuliah Istima’ I yang mana hasil
tersebut peneliti simpulkan ke dalam poin-poin berikut ini:
1. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab angkatan 2004/2005 __________________________
dalam mempelajari mata kuliah Istima’ I di tinjau dari faktor intrinsik
pembelajar adalah sebagai berikut:
 Adanya perasaan tidak senang terhadap bahasa Arab.
 Sulitnya materi bahasa Arab pada mata kuliah Istima’ I.
 Adanya perasaan tidak senang terhadap mata kuliah Istima’ I.
 Kurangnya konsentrasi pada saat mengikuti perkuliahan.
 Kurangnya jumlah kehadiran.
 Selalu malas untuk belajar di rumah dikarenakan kurangnya
fasilitas.
 Kegiatan yang mereka pilih di luar perkuliahan tidak berhubungan
dengan perkuliahan.
2. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab angkatan 2004/2005 __________________________
dalam mempelajari mata kuliah Istima’ I di tinjau dari faktor ektrinsik
pembelajar adalah sebagai berikut:

53
 Adanya paksaan dari pihak orang tua untuk kuliah di Program
Pendidikan Bahasa Arab __________________________ atau
karena faktor terpengaruh oleh teman.
 Kurang memadainya alat bantu yang digunakan dalam proses
belajar mengajar pada mata kuliah Istima’ I.
 Sulitnya tugas yang diberikan oleh pengajar.
 Kurangnya frekuensi mahasiswa dalam mengumpulkan tugas.
 Metode yang digunakan pengajar dirasakan monoton dan
membosankan.
 Sulitnya materi yang diberikan.
 Ketidak hadiran pengajar.
 Kondisi tempat tinggal mereka yang tidak mendukung untuk
belajar.
 Urusan-urusan yang mahasiswa hadapi di luar perkuliahan yang
dapat menghambat proses belajar di rumah.

B. Saran
Berdasarkan kepada kesimpulan yang telah peneliti buat di atas,
maka pada bab ini pula peneliti memberikan beberapa saran yang peneliti
ajukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Adapun saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi pengajar,
Dengan hasil yang di dapat dari penelitian ini, maka hendaknya
para pengajar mencari solusi untuk menanggulangi semua
kesulitan yang dihadapai oleh mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab (_____) baik dari segi intrinsik maupun ekstrinsik.
Salah satunya dengan mengevaluasi metode pengajaran yang
selama ini mereka gunakan.
2. Bagi mahasiswa,

54
Hendaknya mereka lebih serius lagi dalam mengatasi semua
kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari bahasa Arab,
dan lebih banyak lagi memperdalam ilmu-ilmu bahasa Arab. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan mereka dalam memahami
penjelasan para dosen ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3. Bagi peneliti lain,
Bagi para peneliti yang hendak meneliti permasalahan yang sama
dengan penelitian ini, maka hendaknya mereka lebih memperinci
lagi item-item pertanyaan yang mereka ajukan kepada para
responden, hal ini dikarenakan item-item pertanyaan yang peneliti
buat masih terlalu umum. Dan hendaknya mereka dapat
memberikan solusi dari kesulitan belajar yang mahasiswa hadapi.

55

Anda mungkin juga menyukai