Anda di halaman 1dari 12

Nama : Alda Nadia Ciptaningrum Hari/Tanggal : Senin, 03 Mei 2021

NIM : 11190950000002 Dosen : 1. Arina Findo Sari, M.Si


Kelas : Biologi 4 A – 2 2. Remila Selvany, M.Si
Mata Kuliah : Praktikum Biologi Sel Asisten : 1. Amalia Kusumawardhani
2. Amelia Tri Hutami

PRAKTIKUM KE - VI
PEWARNAAN DAN PENGAMATAN MITOKONDRIA

I. Tujuan
 Praktikan mampu memahami prinsip pewarnaan organel mitokondria menggunakan
Janus Green B
 Praktikan mampu melakukan pewarnaan organel mitokondria menggunakan Janus
Green B dan pengamatan mikroskopik

II. Metodologi
2.1 Alat 2.2 Bahan
 Mikroskop - Preparat mitokondria (770f-Mitochondria in
 Silet thin sec. through liver or kidney, special
 Gelas arloji staining technique)
 Kuas kecil - Sediaan semen burung dara
 Pipet tetes - Kotiledon
 Gelas objek dan penutup - Daun muda
 Tisu lensa - Minyak imersi
 Tisu - Larutan eter-alkohol (7:3)
- Alkohol spray 70%
- Janus Green B

2.3 Cara Kerja


2.3.1 Pengamatan Preparat Mitokondria (770f-Mitochondria in thin sec. through
liver or kidney, special staining technique)
Disiapkan mikroskop di atas meja Disambungkan mikroskop
kerja. Dipastikan tidak ada benda dengan sumber listrik kemudian
berada di bawah mikroskop atau ditekan saklar “1” untuk
mengganggu saat pengamatan menyalakan mikroskop (ON)

Diamati organel mitokondria di Dipasang preparat/gelas objek


bawah mikroskop, dimulai dengan pada meja mikroskop, dipastikan
perbesaran kecil kemudian diganti preparat/gelas objek terpasang
yang lebih besar dengan benar pada penjepit

Disesuaikan pengaturan intensitas


Diguankan minyak imersi cahaya mikroskop dengan diputar
pada perbesaran total 1000x kenop pengaturan intensitas cahaya

Dibersihkan sisa imersi pada lensa


objektif menggunakan tisu lensa Digambar dan dideskripsikan
dan larutan eter-alkohol pada lembar pengamatan
2.3.2 Pewarnaan Mitokondria dengan Janus Green B
Disiapkan sediaan semen burung Disiapkan irisan tipis tanaman air,
dara, dibilas beberapa kali dengan diletakkan di atas gelas objek yang
1x PBS (phosphate buffer saline) bersih
kemudian diteteskan pada gelas
objek yang bersih

Ditutup gelas objek dengan penutup Ditetesi sediaan pada gelas objek
dan diserap kelebihan pewarna pada dengan pewarna Janus Green B
bagian pinggir gelas penutup dibiarkan 5 menit

Diamati organel mitokondria di bawah


Digunakan minyak imersi
mikroskop, dimulai dengan perbesaran
pada perbesaran total 1000x
kecil kemudian diganti dengan yang lebih
besar

Disesuaikan pengaturan intensitas


Digambar dan dideskripsikan cahaya mikroskop dengan diputar
pada lembar pengamatan kenop pengaturan intensitas cahaya

Dibersihkan sisa imersi pada lensa objektif


menggunakan tisu lensa dan larutan eter-alkohol

III. Hasil Pengamatan


Tabel 3.1 Pengamatan Mitokondria pada Spermatozoa, Sel Tumbuhan dan Sel Ginjal
No Nama preparat: Nama preparat: Spermatozoa Keterangan:
. Spermatozoa monyet monyet 1. Kepala
1. Perbesaran: 4000x 6 2. Leher
1 7 3. Bagian tengah
2 4. Membran plasma
8
3 5. Ekor
9
4 10 6. Nukleus
5 11 7. Akrosom
12 8. Vakuola nuklei
Sumber : Lohiya et 13 9. Ribosom
al., 2002
Nama preparat: Sumber : Dokumen Pribadi, 10. Mikrotubulus
2021 11. Mitokondria
Spermatozoa monyet
Perbesaran: 4000 x 12. Vakuola
13. Sitoplasma

Deskripsi:
Spermatozoa monyet
memiliki bentuk kepala
oval. Spermatozoa monyet
Sumber : Wartenberg
pada bagian tengahnya
and Jastrow, 2001
tebal dikelilingi oleh spiral
selubung mitokondria.
Annulus muncul sebagai
penyempitan di ekor, yang
memisahkan bagian
tengah dari ekor
2. Nama preparat: Nama preparat: Mitokondria Keterangan:
Spermatozoa pada Spermatozoa Kambing 1. Membran plasma
Kambing 2. Ekor
1 3. Bagian tengah
4. Leher
2 5. Kepala
3 6. Aksonema
6
4 7. Mitokondria

5 7
Deskripsi:
Sumber : Kushawaha Kepala spermatozoa pada
et al., 2021 kambing berbentuk oval
Nama preparat: Sumber : Dokumen Pribadi,
2021 dengan akrosom yang
Mitokondria pada
Spermatozoa utuh.
Kambing

Sumber : Kushawaha
et al., 2021
3. Nama preparat: Sel Nama preparat: Mitokondria
Keterangan:
Tumbuhan pada Sel Tumbuhan 1. Sitoplasma
10 2. Vakuola
1
2 3. Kloroplas
11
4. Mitokondria
3 12
4
5. Dinding Sel
5 13 6. Kromosom
6
7. Membran Nuklei
7 14
8 8. Retikulum Endoplasma
9 9. Membran Plasma
Sumber : Virtual Sumber : Dokumen Pribadi, 10. Krista
Classroom Biology, 2021 11. Membran Dalam
2014 12. Intermembran
Nama preparat: 13. Membran luar
Mitokondria pada Sel 14. Matriks
Tumbuhan
Deskripsi:
Mitokondria terdapat di
sitoplasma. Berbentuk
oval dan memiliki dua
Sumber : David, 2011
membran yaitu membran
dalam dan membran luar.
Membran dalam berlipat –
lipat, dengan pelipatan ke
dalam yang disebut krista.
4. Nama preparat: Nama preparat: Mitokondria Keterangan:
Spermatozoa Kura – pada Spermatozoa Kura - Kura 1. Kepala
Kura 2. Bagian Tengah
5
Perbesaran: 1000x
6 3. Membran Plasma
1 7 4. Ekor
2 5. Akrosom
8
6. Perforatorium
3 9
10
7. Nukleus
8. Distal Centriol
4 11
9. Mitokondria
10. Aksonema
Sumber : Dokumen Pribadi,
11. Annulus
2021
Deskripsi:
Kepala spermatozoa pada
kura – kura berbentuk
memanjang dan runcing
pada bagian akrosom atau
disebut vermiform. Kepala
sperma terdiri atas
akrosom dan nukleus.
Sumber : Tagunu et Letak akrosom pada
al., 2018 bagian anterior kepala
spermatozoa. Ekor
dibedakan atas 3 bagian
yaitu bagian tengah
(midpiece), bagian utama
(principle piece) dan
bagian ujung ekor
(endpiece).
5. Nama preparat:
Mitokondria pada Sel
Ginjal
Perbesaran: 40 x

Sumber : Bu Arina,
2021
6. Nama preparat:
Mitokondria pada Sel
Ginjal
Perbesaran: 100 x

Sumber : Bu Arina,
2021
7. Nama preparat: Nama preparat: Keterangan :
Mitokondria pada Sel 2 1. Ribosom
Ginjal 3 2. Krista
Perbesaran: 400 x
3. Matriks
1

Sumber : Dokumen Pribadi,


Sumber : Bu Arina, 2021
2021
Sumber : Zhan et al.,
2015
8. Nama preparat: Nama preparat: Mitokondria Keterangan:
Mitokondria pada Sel pada Sel Ginjal 1. Ribosom
Ginjal 2. Matriks
Perbesaran: 1000 x
2 3. Krista
4. Membran Dalam
3
1 5. Membran Luar
4
6. Ruang Antar Membran
5
6

Sumber : Bu Arina, Sumber : Dokumen Pribadi,


2021 2021

IV. Pembahasan
Praktikum kali ini memiliki dua percobaan yaitu pengamatan preparat mitokondria
serta pengamatan mitokondria dengan pewarnaan, yakni pewarna Janus Green B.
Pengamatan mitokondria dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah preparat
mitokondria, sediaan semen sperma, kotiledon dan daun muda serta pewarna Janus Green
B.
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata micros yang  berarti
kecil dan scopein yang berarti melihat. Jadi, secara definisi mikroskop adalah alat untuk
melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Dua parameter
penting dalam mikroskopi (teknik – teknik penggunaan mikroskop) adalah perbesaran dan
daya resolusi atau daya urai. Perbesaran (magnification) adalah perbandingan ukuran
objek dengan ukuran sebenarnya.  Resolusi adalah ukuran kejelasan citra; yaitu jarak
minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bisa dibedakan sebagai dua
titik. Parameter terpenting ketiga adalah kontras yang mempertajam perbedaan dalam
bagian – bagian dari sampel (Campbell et al., 2010). Prinsip kerja mikroskop adalah objek
ditempatkan di ruang dua lensa objektif sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik dan
diperbesar.
Mikroskop cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan lensa dari gelas dan
cahaya matahari atau lampu sebagai sumber penyinaran. Dalam mikroskop cahaya (light
microscope, LM ), cahaya tampak diteruskan melalui sampel dan kemudian melalui lensa
kaca. Lensa ini merefraksi (membengkokkan) cahaya sedemikian rupa sehingga citra
sampel diperbesar ketika diproyeksikan ke mata, ke film fotografi atau sensor digital atau
ke layar video. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1000 kali dari
ukuran asli sampel (Tim Penyusun, 2014).
Mikroskop elektron mempunyai pembesaran sampai 100 ribu kali, elektron
digunakan sebagai pengganti cahaya. Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu mikroskop
elektron transmisi (trasmission electron microscope,TEM) dan mikroskop elektron payar
(scanning electron microscope, SEM) (Campbell et al., 2010). Mikroskop elektron payar
(scanning electron microscope, SEM) berguna untuk penelitian terperinci mengenai
permukaan sampel. Berkas elektron memindai permukaan sampel, yang biasanya dilapisi
selapis tipis emas (Campbell et al., 2010). Mikroskop elektron transmisi (trasmission
electron microscope, TEM)  digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel. TEM
mengarahkan berkas elektron melalui irisan sampel yang sangat tipis, mirip dengan cara
mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui objek (slide) (Campbell et al., 2010).
Mikroskop memiliki komponen – komponen yang terbuat dari kaca mudah rusak, berupa
lensa – lensa dan cermin (Tim Penyusun, 2014).
Pewarna Janus Green B merupakan pewarna vital yang secara selektif mewarnai
struktur intraseluler tanpa merubah atau memengaruhi metabolisme sel. Janus Green B
akan mengalami perubahan warna berdasarkan ketersediaan oksigen. Ketika terdapat
oksigen (O2) sel akan bewarna biru dan ketika tidak terdapat oksigen (O 2) akan berwarna
merah muda (Sazali, 2017).
Mitokondria ditemukan di sebagian besar sel eukariotik (sel yang mengandung
nukleus), yang sering disebut sebagai pembangkit energi sel. Mitokondria sangat penting
bagi keberadaan manusia, dan dengan demikian terlibat dalam berbagai proses sel yang
mengandalkan energi, seperti pertumbuhan sel, pengiriman pesan sel, penuaan dan
replikasi. Jumlah mitokondria pada setiap sel berbeda – beda, tergantung pada jumlah
energi yang diperlukan pleh setiap sel. Ukuran dan bentuknya berbeda – beda, ada yang
berbentuk globular dan ada pula yang berbentuk filament (Gade, 2014).
Mitokondria adalah organel kompleks yang bertanggung jawab atas sebagian besar
produksi energi seluler. Proses terakhir dalam metabolisme energi melibatkan fosforilasi
adenosin difosfat (adenosine diphosphate, ADP) menjadi adenosin trifosfat (adenosine
triphosphate, ATP). ATP dapat dianggap sebagai mata uang energi bagi hampir semua
fungsi seluler, dimana hidrolisis ATP melepaskan energi bersama dengan ADP dan Pi,
yang nanti dikembalikan lagi ke mitokondria untuk difosforilasi kembali menjadi ATP
(Saneto et al., 2016). Fungsi utama mitokondria adalah produksi ATP dan melakukan
berbagai proses seluler yang meliputi metabolisme energi, menghasilkan ROS dan
homeostasis Ca (Ardiaria, 2019).
Pengamatan pertama, kedua dan keempat yakni pengamatan mitokondria pada
spermatozoa monyet, spermatozoa kambing dan spermatozoa kura – kura. Dalam
pengamatan spermatozoa digunakan Phosphate Buffered Saline (PBS). Phosphate
Buffered Saline (PBS) merupakan larutan isotonis yang sering digunakan dalam
penelitian biologis. Phosphate Buffered Saline (PBS) mengandung natrium klorida,
natrium fosfat, kalium klorida dan kalium fosfat. Phosphate Buffered Saline (PBS)
berfungsi untuk mengatur pH dan keseimbangan osmolaritas sel dengan menyediakan air
dan ion organik penting (Amelia et al., 2013).
Spermatozoa atau sel sperma adalah hasil produksi dari testis yang terdiri dari
beberapa sel germinal yang sudah matang (Dorland, 2011). Spermatozoa bersama dengan
plasma seminalis merupakan komposisi dari cairan yang dikeluarkan pada saat mengalami
ejakulasi disebut sebagai semen (Affandi dan Tang, 2017). Spermatozoa dibentuk dalam
tubuli seminiferi yang berada di dalam testis. Tubulus seminiferi berisi rangkaian sel yang
kompleks, yaitu perkembangan atau pembelahan sel dari sel germinal sampai dengan
terbentuknya spermatozoa atau gamet jantan. Bentuk spermatozoa yang sempurna
merupakan sel yang memanjang, yang terdiri dari kepala yang tumpul yang di dalamnya
terdapat nukleus atau inti, dan ekor yang mengandung apparatus untuk bergerakan sel
(Susilawati, 2011).
Secara garis besar bagian spermatozoa terdiri atas kepala, bagian tengah dan ekor
(Hafez dan Hafez, 2013). Kepala spermatozoa terdiri dari nukleus didalamnya membawa
materi dan informasi genetik yang akan diwariskan. Daerah kepala terdapat juga akrosom
yang berisi akrosin, hyaluronidase dan beberapa enzim proteolitik yang berperan dalam
proses fertilisasi yakni untuk menembus sel ovum (Sherwood, 2015). Hyaluronidase
berperan dalam mencerna filamen proteoglikan pada jaringan, sedangkan enzim
proteolitik berperan dalam mencerna protein (Guyton dan Hall, 2014). Bagian tengah
terdapat mitokondria yang berperan dalam menghasilkan energi atau ATP, berfungsi
dalam kelangsungan hidup serta alat gerak spermatozoa yang bekerja sama dengan ekor
dalam pergerakannya (Wibisono, 2010). Ekor berperan penting dalam motilitas sperma
yang dipengaruhi oleh ATP hasil produksi dari mitokondria (Sherwood, 2015). Ekor
disusun oleh 3 komponen utama, yakni kerangka utama yang dibentuk oleh 11
mikrotubulus dan disebut sebagai aksonema, membrane sel yang tipis dan menutupi
aksonema, beberapa mitokondria yang berkumpul dan mengelilingi dari aksonema.
Gerakan yang dihasilkan secara normal adalah 1 – 4 mm/menit didalam medium fluida
(Guyton dan Hall, 2014).
Spermatozoa monyet pada bagian tengahnya tebal dikelilingi oleh spiral selubung
mitokondria. Annulus muncul sebagai penyempitan di ekor, yang memisahkan bagian
tengah dari ekor (Lohiya et al., 2002). Spermatozoa monyet memiliki panjang 43,46 m ±
5,47 m, terdiri dari panjang kepala 5,66 ± 1,24 m, bagian tengah 5,32 ± 1,72 m dan
bagian utama sampai ujung 32,48 ± 4,7 m. Bila dibandingkan, ukuran dan bentuk
spermatozoa monyet tidak terlalu jauh berbeda dengan spermatozoa manusia yakni bentuk
kepala oval, ukuran panjang 3 – 5 m, lebar 2 – 3 m (Astuti et al., 2004). Kepala
spermatozoa pada kambing berbentuk oval dengan akrosom yang utuh. Memiliki panjang
dan lebar kepala masing – masing 8,27 ± 0,20 µm dan 4,06 ± 0,13 µm; area dan lingkar
kepala, 29,96 ± 0,52 µm2 dan 21,31 ± 0,34 µm dan panjang total spermatozoa 59,84 ±
0,59 µm (Pramesthi, 2014). Sedangkan kepala spermatozoa pada kura – kura berbentuk
memanjang dan runcing pada bagian akrosom atau disebut vermiform. Kepala sperma
terdiri atas akrosom dan nukleus. Letak akrosom pada bagian anterior kepala spermatozoa
(Esteves dan Verza, 2011). Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece),
bagian utama (principle piece) dan bagian ujung ekor (endpiece). Bagian midpiece
terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan energi ATP dari proses respirasi
(glikolisis atau fruktolisis), sedangkan bagian principal piece dan end piece berfungsi
dalam pergerakan spermatozoa (Tagunu et al., 2018).
Pengamatan ketiga yakni pengamatan mitokondria pada sel tumbuhan. Sel
tumbuhan merupakan sel yang menyusun fungsi kerja dari seluruh fungsi kehidupan
tumbuhan. Sel tumbuahan termasuk sel eukariot. Sel tumbuhan memiliki organel yang
disebut plastida. Jenis plastida terpenting adalah kloroplas, yang melaksanakan
fotosintesis. Banyak sel tumbuhan memiliki vakuola sentral yang besar, sel tumbuhan lain
mungkin memiliki satu atau lebih vakuola yang lebih kecil. Nukleus mengandung
sebagain besar gen dalam sel eukariot. Nukleus umumnya merupakan organel yang paling
menonjol dalam sel eukariot, dengan diameter sekitar 5 m. Selaput nukleus
menyelubungi nukleus, memisahkan isinya dari sitoplasma. Dalam nukleus, DNA
terorganisasi menjadi unit – unit diskret yang disebut kromosom, struktur yang membawa
informasi genetik. Setipa kromosom terbuat dari materi yang disebut kromatin, kompleks
dari protein dan DNA. Ribosom merupakan kompleks yang terbuat dari RNA ribosom
dan protein, merupakan komponen selular yang melaksanakan sintesis protein. Ribosom
membangun protein di dua lokasi pada sitoplasma. Setiap saat, ribosom bebas tersebar di
dalam sitosol, sedangkan ribosom terikat melekat pada sisi luar retikulum endoplasma
atau selaput nukleus (Campbell et al., 2010).
Retikulum endoplasma merupakan jejaring membran sedemikian ekstensif sehingga
menyusun lebih dari separuh total membran dalam banyak sel eukariot. Ada dua wilayah
pada retikulum endoplasma yang bebeda dalam hal struktur dan fungsi, walaupun saling
terhubung. Retikulum endoplasma halus diberi nama demikian karena di permukaaan
luarnya tidak terdapat ribosom. Ribosom terdapat di permukaan luar retikulum
endoplasma kasar yang menyebabkan retikulum endoplasma tampak kasar di bawah
mikroskop elektron. Retikulum endoplasma halus berfungsi untuk sintesis lipid,
metabolisme karbohidrat, penyimpanan Ca2+, detoksifikasi obat dan racun. Sedangkan
fungsi retikulum endoplasma kasar untuk membantu sintesis protein sekresi dan berbagai
protein lan dari ribosom terikat (Campbell et al, 2010).
Aparatus golgi terdiri dari kantong – kantong pipih bermembran yang seperti
tumpukan pita bread. Tumpukan golgi memiliki polaritas struktural tersendiri dan
membran sisterna pada sisi – sisi tumpukan yang berlawanan berbeda dalam hal ketebalan
dan komposisi molekularnua. Kedua kutup tumpukan golgi disebut sebagai sisi cis dan
sisi trans. Sisi cis bekerja sebagai bagian penerimaan, sedangkan sisi trans sebagai bagian
pengirim pada aparatus golgi. Memiliki fungsi untuk modifikasi protein, karbohidrat pada
protein, dan fosfolipid (Campbell et al, 2010).
Vakuola adalah vesikel yang dibatasi membran dengan fungsi yang berbeda – beda
pada jenis sel yang berbeda – beda. Sel tumbuhan dewasa umumnya mengandung vakuola
sentral berukuran besar. Vakuola sentral sel tumbuhan dapat menyimpan cadangan
senyawa organik yang penting, tempat penyimpanan utama ion anorganik sel tumbuhan,
keseimbangan air, pertumbuhan sel dan pelindung (Campbell et al, 2010). Kloroplas
merupakan suatu anggota terspesialisasi dari famili organel – organel tumbuhan yang
berkerabat-dekat yang disebut plastida. Kandungan kloroplas dipisahkan dari sitosol oleh
selaput yang terdiri dari dua membran yang dipisahkan oleh ruang antar membran yang
sangat sempit. Di dalam kloroplas terdapat sistem bermembran lain dalam bentuk kantong
pipih yang saling berhubungan disebut tilakoid. Cairan di luar tilakoid disebut stroma,
mengandung DNA kloroplas dan ribosom, serta banyak enzim. Kloroplas berfungsi untuk
fotosintesis (Campbell et al, 2010).
Mitokondria berfungsi untuk repirasi seluler. Mitokondria diselubungi oleh dua
membran yang masing – masing merupakan lapisan ganda fosfolipid dengan sekumpulan
unik protein yang tertanam di dalamnya. Membran luar bertekstur mulus, namun
membran dalam berlipat – lipat, dengan pelipatan ke dalam yang disebut krista. Membran
dalam membagi mitokondria menjadi dua kompartemen internal. Pertama ruang antar
membran, wilayah sempit di anatara membran dalam dan membran luar. Kompartemen
kedua, matriks mitokondria, diselubungi oleh membran dalam. Matriks mengandung
banyak enzim yang berbeda beda, serta DNA mitokondria dan ribosom (Campbell et al.,
2010).
Pengamatan terakhir yakni pengamatan mitokondria pada sel ginjal dengan
perbesaran mikroskop 40x sampai 1000x. Bentuk mitokondria pada sel ginjal sama
dengan mitokondria pada sel tumbuhan. Mitokondria menyaring energi dari nutrien dan
oksigen yang selanjutnya digunakan untuk melakukan fungsi sel. Mitokondria terdiri dari
empat bagian utama yaitu membran dalam, membran luar, ruang antar membran dan
matriks. Membran luar memiliki sifat permeabel yang mengandung protein transport yaitu
porin. Membran luar berfungsi sebagai penyaring ion maupun molekul termasuk protein
yang berukuran kecil. Membran dalam banyak membentuk lapisan yang didalamnya
melekat enzim – enzim oksidatif sel. Rongga dalam mitokondria juga banyak
mengandung enzim – enzim terlarut yang penting untuk menyaring energi dari nutrien.
Enzim – enzim ini bekerja bersama – sama dengan enzim oksidatif untuk oksidasi nutrient
membentuk karbondioksida dan air. Energi yang dilepas digunakan untuk sintesis zat –
zat berenergi tinggi yang dinamakan adenosine trifosfat (ATP). ATP kemudian kemdian
ditransfor keluar mitokondria, dan berdifusi keseluruh sel untuk melepaskan energinya
bila mana diperlukan untuk melakukan fungsi sel (Gade, 2014). Membran dalam
membagi mitokondria menjadi dua kompartemen internal. Pertama ruang antar membran,
wilayah sempit di anatara membran dalam dan membran luar. Kompartemen kedua,
matriks mitokondria, diselubungi oleh membran dalam. Matriks mengandung banyak
enzim yang berbeda beda, serta DNA mitokondria dan ribosom (Campbell et al., 2010).
Struktur mitokondria dapat dikelompok menjadi tiga berdasarka krista. Krista
mitokondria adalah lipatan membran dalam mitokondria yang memberikan peningkatan
luas permukaan. Hal ini memungkinkan ruang yang lebih besar untuk proses yang terjadi
melintasi membran. Proses ini adalah rantai transpor elektron dan kemiosmosis, yang
membantu menghasilkan ATP dalam langkah – langkah akhir dari respirasi selular
(Ardiaria, 2019). Mitokondiria pada sel ginjal memiliki krista dengan susunan yang
sangat rapat menyerupai tumpukan uang logam. Krista memiliki bentuk suatu perangkat
buluh – buluh yang menuju ke arah matriks dari segala arah, bahkan kadang – kadang
teranyam dalam berbagai arah. Jumlah krista dapat bertambah atau berkurang, tergantung
pada derajat aktivitas aerob. Sel – sel pada jaringan aerob yang menghasilkan sejumlah
besar ATP, umumnya mengandung mitokondria dengan krista yang berkembang
(Issoegianti et al., 2019).
Tiap krista dibentuk dengan melipatnya selaput dalam  mitokondria. Kajian dengan
teknik pengelupasan beku menunjukkan bahwa diantara kedua lapisan selaput tersebut
hanya terdapat sedikit ruang atau sama sekali tidak ada ruangnya. Kedua lapisan tersebut
nampak membentuk suatu struktur tunggal yang mengandung protein globular besar
dengan diameter kira – kira 15 nm, dan sejumlah kecil lipid pada permukaan
matriks. Matriks mitokondria mengandung beberapa struktur yang jelas adalah granula
intramitokondria atau granula osmiofilik, yang berupa partikel – partikel bulat dengan
diameter 25 – 35 nm. Fungsinya sebagai tempat meyimpan molekul lipid. Disamping itu
kadang – kadang terdapat juga kristal protein yang besar, granula kuning telur (yolk) dan
cadangan glikogen (Issoegianti et al., 2019). Fungsi mitokondria adalah tempat respirasi
atau oksidasi karbohidrat yang menghasilkan energi (ATP) (Gade, 2014).

V. Kesimpulan
Mitokondria merupakan suatu organel sel yang berfungsi menghasilkan energi
untuk kebutuhan aktivitas sel. Jumlah dan letak mitokondria tergantung dari kebutuhan
energi sel. Pewarna mitokondria dapat menggunakan Janus Green B, pewarna ini secara
selektif mewarnai mitokondria tanpa memengaruhi aktivitas organel itu sendiri. Janus
Green B akan mengalami perubahan warna berdasarkan ketersediaan oksigen. Ketika
terdapat oksigen (O2) sel akan bewarna biru dan ketika tidak terdapat oksigen (O2) akan
berwarna merah muda. Dalam spermatozoa, sel tumbuhan dan sel ginjal jumlah dan letak
mitokondrianya berbeda – beda. Mitokondria memiliki DNA nya sendiri (mtDNA).
Struktur mitokondria terdiri atas membran luar, membran dalam, ruang antar membran
dan matriks.

VI. Daftar Pustaka


Affandi, R., dan Tang, U. M. (2017). Fisiologi Hewan Air. Malang: Intimedia
Amelia, A., Saleh, D. M., Pramono, H., Sistina, Y. (2013). Motilitas dan Viabilitas
Spermatozoa Itik Lokal (Anas platyrhynchos) Setelah Penyimpanan Refrigerator
dalam Ekstender Dikombinasi Berbagai Konsentrasi Krioprotekten Gliserol.
Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman
Ardiaria, M. (2019). Disfungsi Mitokondria dan Stress Oksidatif. Journal of Nutrition and
Health, 7(3).
Astuti, P., Yusuf, T.L., Sajuthi, D., Hayes, E., Budipitojo, T., Sjahfirdi, L., dan
Maheshwari, H. (2004). Morfometri, Morfologi Serta Abnormalitas Spermatozoa
Owa Jawa (Hylobates moloch) Asal Ejakulat. J. Sain Vet, 22(2).
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
dan Jackson, R.B. (2010). Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Dorland, N. (2011). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta: EGC.
Esteves, S.C., and Verza, Jr. S. (2011). Relationship of in Vitro Acrosome Reaction to
Sperm Function: An Update. TORSJ, 3: 72 – 84.
Gade, M. (2014). Struktur, Fungsi Organel dan Komunikasi Antar Sel. Al Ulum Seri
Sainstek, II (1).
Guyton, A. C., dan Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC.
Hafez, E.S.E., and Hafez, B. (2013). Reproduction in Farm Animals. 7th Edition.
Maryland: Lippincott William and Wilkins.
Issoegianti, R.S.M., Rahman, A., dan Rohmah, Z. (2019). Biologi Sel. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Lohiya, N.K., Manivannan, B., Mishra, P.K., Pathak, N., Sriram, S., Bhande, S.S., and
Panneerdoss, S. (2002). Chloroform Extract of Carica papaya Seeds Induces
Long-Term Reversible Azoospermia in Langur Monkey. Asian Journal of
Andrology, 4(1) : 17 – 26.
Pramesthi, U. (2014). Identifikasi Kualitas Semen dan Morfometri Spermatozoa Kambing
Marica Sebagai Dasar Pembuatan Semen Beku. Skripsi. Universitas Airlangga.
Saneto, R.P., Parikh, S., and Cohen, B.H. (2016). Mitochondrial Case Studies:
Underlying Mechanisms and Diagnosis. 1st ed. USA: Academic Press.
Sazali, M. (2007). Biologi Sel dan Molekular. Mataram : LP2M UIN Mataram
Sherwood, L. (2015). Human Physiology From Cells to Systems. 9th Edition. Boston :
Cengage Learning.
Susilawati, T. (2011). Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan dengan Kualitas dan
Deposisi Semen yang Berbeda pada Sapi Peranakan Ongole. J.Ternak Tropika,
12 (2) : 15 – 24.
Tagunu, N.F.T., Fahri, F., dan Annawaty, A. (2018). Karakteristik Spermatozoa Beberapa
Spesies Kura – Kura (Testudinata) di Sulawesi Tengah. Natural Science: Journal
of Science and Technology, 7 (1) : 9 – 22.
Tim Penyusun. (2014). Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi,
FMIPA UNM.
Wibisono, H. (2010) Atlas Spermatologi Buku Kedua dari Panduan Laboratorium
Andrologi. Bandung : Refika Aditama.

VII. Lampiran
Pertanyaan
1. Apakah fungsi organel mitokondria dalam proses fisiologis sel?
Jawab : Keadaan fisiologis, mitokondria berperan penting dalam proses pembentukan
energi (ATP), menghasilkan senyawa intermediet dan antioksidan, serta mampu
merespon terhadap stimulus apoptosis melalui pelepasan sitokrom C ke sitosol.

2. Dimanakah organel mitokondria lebih banyak ditemukan? Mengapa?


Jawab : Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung.
Karena mitokondria sebagai sumber energi bagi sel tersebut.

3. Jelaskan struktur dan ukuran mitokondria serta karakteristik yang berbeda dengan
organel lainnya?
Jawab : Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda – beda untuk setiap sel.
Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm.
Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran
dalam, ruang antar membran dan matriks yang terletak di bagian dalam membran.
Berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi genetik sendiri yang
karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di inti sel. Mitokondria merupakan
rantai DNA yang terletak di bagian sel yang bernama mitokondria. DNA mitokondria
memiliki ciri – ciri yang berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen,
dan bentuk. Di antaranya adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu sekitar
10 – 17 kali DNA inti. Selain itu, DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak
(lebih dari 1000 kopi) dalam tiap sel, sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi.
DNA inti merupakan hasil rekombinasi DNA kedua orang tua sementara DNA
mitokondria hanya diwariskan dari ibu (maternally inherited).
Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil apabila dibandingkan dengan genom
DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA mitokondria pada tiap – tiap organisme
sangatlah bervariasi. ukuran DNA mitokondria pada manusia adalah 16,6 kb,
sedangkan pada Drosophila melanogaster kurang lebih 18,4 kb. Ukuran DNA
mitokondria pada khamir relatif lebih besar yaitu 84 kb. Tidak seperti DNA nukleus
yang berbentuk linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian besar mtDNA membawa
gene yang berfungsi dalam proses respirasi sel.
Membran luar: lapisan terluar dilindungi oleh membran luar yang halus yang terdiri
dari protein dan lipid dengam perbandingan yang sama. Membran luar juga
mengandung protein porin yang menyebabkan membran bersifat permeable.
Membran dalam: lebih kompleks dalam struktur dan kurang permeable dibanding
membran luar. Membran dalam terdiri dari sebagian besar protein yang berperan
penting dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat
dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi dalam membentuk ATP
pada matriks mitokondria, serta protein transport untuk  mengatur keluar dan
masuknya metabolit dari matriks yang  melalui membran dalam.
Krista: lipatan tersebut membantu untuk meningkatkan luas permukaan membran
dalam. Luas membran pada mitokondria tergantung pada besarnya permintaan untuk
ATP. Jumlah Krista dapat bertambah maupun berkurang, tergantung pada derajat
aktivitas aerob. Sel – sel pada jaringan aerob yang menghasilkan sejumlah besat ATP,
umumnya mengandung mitokondria dengan krista yang berkembang. Biasanya krista
terletak sejajar satu dengan yang lain dan memotong sumbu memanjang mitokondria.
Matriks: ruang yang tertutupi terdapat di dalam membran yang merupakan campuran
kompleks enzim yang penting untuk sintesis molekul ATP, ribosom mitokondria
khusus, tRNA  dan DNA mitokondria. Sebagian besar protein pada mitokondria
disimpan di matriks. Matriks terdiri dari 2/3 total protein pada mitokondria. Matriks
berfungsi penting dalam hal produksi ATP (Adenossin Trifosfat).
Ruang antar membran: terdapat di antara membran luar serta membran dalam
merupakan tempat dalam berlangsungnya reaksi – reaksi yang penting bagi sel, seperti
siklus krebs, reaksi oksidasi asam lemak dan reaksi oksidasi asam amino. Di dalam
matriks mitokondria terdapat materi genetik, yang disebut dengan DNA mitkondria
(mtDNA), ribosom, ADP, ATP, fosfat inorganik dan ion – ion seperti magnesium,
kalsium, serta kalium.

4. Jelaskan mekanisme mitokondria dapat terwarnai jenus green B?


Jawab : Jenus green B akan memberikan indikator perubahan warna sesuai dengan
jumlah oksigen yang ada. Saat oksigen ada, indikator teroksidasi menjadi berwarna
biru. Namun bila tidak ada oksigen, indikator berkurang dan berubah menjadi
berwarna merah muda.

5. Adakah metode lain tentang pewarnaan mitokondria? Jelaskan!


Jawab : Ada, metode DAPI. DNA pada mitokondria dapat diwarnai menggunakan
pewarna DAPI (4′,6–diamidino–2–phenylindole). DAPI dapat melewati sel dan
membran nukleat dan mengikat DNA untai ganda di dalam nukleus, menghasilkan
fluoresensi 20 kali lebih kuat daripada dirinya sendiri. Efisiensi yang terdeteksi oleh
mikroskop fluoresensi sangat tinggi (hampir 100%), tidak memiliki efek samping bagi
sel hidup. Sensitivitas untuk pewarnaan DNA DAPI untai ganda jauh lebih besar
dibandingkan dengan etidium bromida (EB). Pewarnaan DAPI biasanya digunakan
dalam deteksi kematian sel, karena pewarnaan ini lebih efektif dan menghasilkan
fluoresensi yang lebih kuat pada sel mati. Setelah pewarnaan dengan DAPI, deteksi
dengan mikroskop fluoresensi atau flow cytometry. Sel neon biru akan terlihat di
bawah mikroskop setelah pewarnaan. Panjang gelombang eksitasi terbesar untuk DAPI
adalah 340nm (ultraviolet), dan panjang gelombang emisi terbesar adalah 488nm
(biru). Ketika DAPI berikatan dengan DNA untai ganda, panjang gelombang eksitasi
terbesar adalah 360 nm, sedangkan panjang gelombang emisi terbesar menjadi 460 nm.
Emisi biru DAPI membuatnya cocok untuk pengujian gabungan di mana kisaran
fluoresensi DAPI dan molekul fluoresen lain yang digunakan IHC seperti fluoresen
fluoresen hijau dan GFP, atau noda fluoresen merah seperti Texas Red, benar – benar
berbeda.

6. Bagaimana cara mendapatkan spermatozoa dari tikus/mencit dengan melakukan


pembedahan? Jelaskan!
Jawab : membunuh mencit dengan cara dislokasi cervical. Dipegang tikus atau mencit
hingga merasa nyaman. Diletakan tikus atau mencit dengan posisi abdomen menempel
di atas meja atau di bawah lantai. Diletakkan sebagian panjang tongkat tumpul (gagang
sapu) di atas leher tikus atau mencit. Ditekan sebagian lain dari tongkat tersebut
dengan tangan kiri. Digenggam erat ekor hingga pangkal ekor dengan tangan kanan.
Ditarik ekor dengan cukup kuat ke arah kanan (berlawanan dengan arah kepala) hingga
terdengar bunyi cervical patah. Tikus atau mencit yang sudah di euthanasia direbahkan
dorsal. Ekstremitas difiksasi dengan jarum. Ruang peritoneum dibuka dengan incise
pada abdomen. Ruang dada dibuka dengan cara memotong tulang rusuk pada bagian
sternum. Diambil organ testis dan cauda epididimis dan diletakkan ke dalam cawan
petri yang berisi NaCl 0,9%. Cauda epididimis dipisahkan dengan cara memotong
bagian proximal corpus epididimis dan bagian distal vas deferens. Selanjutnya cauda
epididimis dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi 1 ml NaCl 0,9%, kemudian
bagian proximal cauda dipotong sedikit dengan gunting lalu cauda ditekan dengan
perlahan hingga sekresi cairan epididimis keluar dengan tersuspensi dengan NaCl
0,9%. Suspensi spermatozoa diteteskan di atas kaca objek, dibuat preparat hapus dan
dikeringkan di udara. Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 3-5 menit,
kemudian diwarnai dengan giemsa 3% selama 45 menit, preparat dicuci dengan
akuades dan dikeringkan, diamati dengan mikroskop dimulai dari perbesaran terkecil
hingga perbesaran terbesar.

7. Apa fungsi pbs dalam pembuatan preparat spermatozoa di modul?


Jawab : Phosphate Buffered Saline (PBS) berfungsi untuk mengatur pH dan
keseimbangan osmolaritas sel dengan menyediakan air dan ion organik penting

8. Tuliskan rincian hasil ATP dari respirasi sel


Jawab : Respirasi terdiri atas tiga tahapan reaksi yaitu glikolisis, siklus Krebs, dan rantai
transpor elektron.
 2 molekul ATP dari glikolisis
 2 molekul ATP dari siklus krebs
 34 molekul ATP dari transpor electron

Hasil akhir dari glikolisis :


 2 molekul asam piruvat
 2 molekul ATP
 2 molekul NADH
Hasil akhir dari siklus krebs :
 2 molekul ATP
 6 molekul NADH
 2 molekul FADH2
Hasil akhir dari transfer elektron adalah sebagai berikut.
 2 molekul NADH dari glikolisis                          = 6 ATP
 2 molekul NADH dari dekarboksilasi oksidatif   = 6 ATP
 6 molekul NADH dari siklus krebs                      = 18 ATP
 2 molekul FADH2 dari siklus krebs                     = 4 ATP

9. Apakah ada sel di manusia yang tidak memiliki mitokondria? Jika ada, sebutkan!
Jawab : Ada, sel darah merah

Anda mungkin juga menyukai