Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rizki Yanti Azzahra Dosen : 1. Arina Findo Sari, M.

Si

NIM : 11190950000023 2. Remila Selvany, M.Si

Kelas : 4A1 Laboran : 1. Festy Auliyaur Rahmah, S.Si


Asisten : 1. Amalia Kusumawardhani
2. Amelia Tri Hutami
Hari / Tanggal : 03 Mei 2021

Praktikum VI
PEWARNAAN DAN PENGAMATAN MITOKONDRIA
I. TUJUAN
1.1.Praktikan mampu memahami prinsip pewarnaan mitokondria menggunakan Janus
Green B
1.2.Praktikan mampu melakukan pewarnaan organel mitokondria menggunakan Janus
Green B dan pengamatan mikroskopik

II. CARA KERJA


2.1. Pengamatan preparat mitokondria

Siapkan mikroskop di atas meja Sambungkan mikroskop dengan


kerja. Pastikan tidak ada benda di sumber listrik kemudian tekan saklar
bawah mikroskop atau “I” untuk menyalakan mikroskop
mengganggu saat pengamatan “ON”

Amati organel mitokondria di bawah Pasang preparat/gelas objek pada


mikroskop, mulai dengan perbesaran meja mikroskop, pastikan
kecil kemudian ganti dengan yang preparat/gelas objek terpasang
lebih besar dengan benar pada penjepit

Gunakan minyak imersi pada Sesuaikan pengaturan intensitas


perbesaran total 1000x cahaya mikroskop dengan
memutar kenop pengaturan
intensitas cahaya

Bersihkan sisa imersi pada lensa Gambar dan deskripsikan pada


objektif menggunakan tisu lensa lembar pengamatan
dan larutan eter alkohol

2.2.Pewarnaan mitokondria dengan Janus Green B

Siapkan sediaan burung Siapkan irisan tipis Tetesi sediaan pada


dara, bilas beberapa kali tanaman air, gelas objek dengan
dengan 1x PBS (phospat letakkan di atas pewarna Janus
buffer saline) kemudian gelas objek yang Green B biarkan 5
teteskan pada gelas objek bersih menit
yang bersih
Amati organel Tutup gelas objek
Gunakan minyak
mitokondria di bawah dengan penutup dan
imersi pada
mikroskop, mulai dengan serap kelebihan
perbesaran total
perbesaran kecil pewarna pada bagian
1000x
kemudian ganti dengan pinggir gelas penutup
yang lebih besar

Sesuaikan pengaturan Gambar dan Bersihkan sisa imersi


intensitas cahaya mikroskop deskripsikan pada pada lensa objektif
dengan memutar kenop lembar menggunakan tisu lensa
pengaturan intensitas cahaya pengamatan dan larutan eter alkohol

III. HASIL PENGAMATAN


Nama Preparat Gambar Keterangan
1. Kepala
2. Leher
3. Mitokondria
1 4. Ekor
2 Deskripsi:
Spermatozoa Bos
3
sondaicus memiliki
4 bentuk normal yang
Spermatozoa Bos sondaicus terdapat bagian kepala
(Sumber: Rahmiati et al, 2018) Perbesaran 40x leher dan ekor
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) keberadaan
mitokondria terletak
pada leher
spermatozoa.
(Rahmiati et al, 2018)
1

2 1. Kepala
2. Leher
Spermatozoa Oryctolagus 3
3. Ekor
Deskripsi:
cuniculus
Perbesaran 40x Spermatozoa kelinci
(Sumber: Susetyarini et al,
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021 New Zealand
2019)
(Oryctolagus cuniculus
) berbentuk memanjang
meruncing ke arah
bagian belakang
terdapat akrosom pada
bagian kepala pas ekor
spermatozoa terdapat
serabut-serabut untuk
bergerak dan mendapat
energi dari
mitokondria.
(Susetyarini et al,
2019)
1 1. Nukleus
2 2. Nukleolus
3 3. REK
4 4. REH
5
5. Vakuola
6
7
6. Sitoskeleton
8 7. Mitokondria
9 8. Kloroplas
10 9. Peroksisom
11 10. Badan golgi
Rhoeo discolor 11. Dinding sel
(Sumber: Asmarinah, 2010) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)
Deskripsi:
Sel tumbuhan
merupakan sel yang
memiliki dinding sel
bagian organelnya
meliputi nukleus
vakuola yang besar
mitokondria dan
kloroplas yang hanya
dimiliki sel tumbuhan
sel tumbuhan
merupakan sel
eukariotik. (Ruma et
al, 2010)
1. Dinding sel
1 2. Amilum
2 3. Nukleolus
4. Vakuola
3
5. Mitokondria
4
Deskripsi :
5 Hasil dari metabolisme
Solanum toberosum (Sumber: Dok. Pribadi, 2021) primer turunan
(Sumber : prakbotani farmasi karbohidrat berupa
21, 2019) amilum. Amilum
merupakan simpanan
energi didalam sel
tumbuhan berbentuk
butiran. (Poedjiadi,
2009)
1. Ribosom
2. Matriks
1 3. Mitokondria

Perbesaran 400x
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

1. Ribosom
2. Matriks
1
3. Ruang antar
membran
2
4. Mitokondria
3 Deskripsi:
4
Sel hepatosit
Perbesaran 1000x
merupakan unit
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) struktural utama pada
hepar, sel-sel ini
berkelompok
membentuk
lempengan-lempengan
yang saling
berhubungan, diantara
sel hepatosit terdapat
kapiler-kapiler yang
dinamakan sinusoid.

Hati
(Sumber: Bu Festy, 2021)

IV. PEMBAHASAN
Mitokondria merupakan salah satu organel sel dan berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya fungsi respirasi sel pada makhluk hidup. Selain melakukan fungsi seluler.
Fungsi lain dan mitokondria yakni metabolisme asam lemak homeostasis kalsium, tranduksi
sinyal seluler, biointesis pirimidin, dan penghasil enengi berupa adenin trifostat pada
lintasan katabolisme. Mitakondria memiliki 2 lapisan membran yaitu lapisan membran luar
dan lapisan membran dalam. Lapisan membran bagian dalam terdapat lipatan-lipatan yang
disebut krista. Didalam mitokondria terdapat suatu ruangan yang disebut matriks, dimana
terdapat beberapa mineral yang dapat ditemukan pada ruangan tersebut. Sel mempunyai
banyak mitokandria dapat dijumpai di jantung, hati, dan otot (Cahyani,2010). Mitokondria
merupakan organel yang unik yang berperan dalam pewarisan sifat keturunan. Materi
bawaan ini berasal dari maternal, sehingga setiap oosit mengandung banyak mitokondria
pada sitoplasmanya. (Tammnsia et al, 2004). Mitokondria memilikı berbagai sifat yang unik
dibandıngkan organel lainnya, salah satunya yakni jumlahnya berbeda pada tiap jaringan.
Semakin tinggi kebutuhan jaringan terhadap energi, maka jumlah mitokondria yang
ditemukan juga semakin banyak. Selain itu, mitokondria juga ditemukan dalam jumlah
banyak pada bagian akar sperma, sel otot jantung, dan pada sel- sel yang aktif membelah
seperti sel epitel, sel folikel akar rambut dan sel epidermis. Hal ini berikatan dengan proses
oksidasi zat-zat pada makanan yang menghasilkan makanan dalam bentuk adenin tripatat
(ATP) yang merupakan sumber enegi kimia sel (Satiyartı, et al 2017).
Pewarnaan Janus Green B merupakan pewarna yang hanya memberi warna pada
mitokondria berstat asam dan zat pewama janus green B bermanfaat basa, sehingga
pewama Janus Green B dapat menyerap dengan baik pada mitokondria (Ruma, 2019).
Pewarnaan Janus Green B merupakan pewarna Vital yakni pewarna yang mewarnai tanpa
merusak. Janus Green B memiliki sebutan lain yakni Diazin Green S dan Union Green B.
Indikator Janus Green B berubah warna sesuai dengan jumlah oksigen yang ada. Adanya
Kandungan O2 yaitu teroksidasi menjadi warna biru. Sebalinya jika tidak ada kandungan
oksigen, indikator berkurang dan berubah menjadi warna merah muda (Kahfi. 2016). Selain
menggunakan janus green B untuk mewarnai mitokondria dapat menggunakan pewarna
eosin. Pewarna eosin bersifat asam yang dapat mengulas kmponen Asidofilik jaringan yang
seperti mitokondria, granula sekretoris, atau kolagen (Juquera, 2007). Namun, pada
Penelitian Siregar et al (2019) peneliti menggunakan pewarna alternatif pengganti eosin
dengas pewarna Ridomin B untuk membuatt preparat sediaan telur cacing. Rhodamm B
merupakan pewarna alternatif dikarenakan pewarna ini memiliki warna yang sama dangan
eosin yakni merah dan bersifat sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah
dan berflorensi kuat. Pewarna rhodamin B bisa diaplikasikan sebagai pewarna alternatif
preparat permanen karena kejelasan lapang pandang terlihat jelas ( Siregar, et al, 2019).
Praktikum kali ini diawali dengan pengamatan spermatozoa. Warna sperma secara umum
adalah putih sampai putih keabuan (Samper et al, 2007). Spesimen pertama yaitu
spermatozoa Bos sondaicus atau sapi aceh yakni dengan cara semen segar ditampung
dengan vagina buatan dan sapi betina sebagai pemancing, kemudian semen dibawa ke
laboratorium dan dimasukkan pada penanggas air. Kemudian dilakukan dilakukan
pewarnaan dengan metode pewarna eosin untuk mengetahui spermatozoa yang hidup
dengan tanda jika hidup akan menyerap zat warna (Rahmiati, et al, 2019). Selanjutnya
adalah pengamatan pada spermatozoa kelinci New Zealand (Orictolagus cuniculus) yang
dilakukan dengan diambilnya organ dalam pada spesies, kemudian organ reproduksinya
ditimbang dengan timbangan analitic, lalu mengamati spermatozoa yang didapat dari testis
dan vas defferens kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis. Lalu diambil 2 tetes
larutan fisiologis berisi cairan semen kelinci, lalu diamati dibawah mikroskop dan diambil
gambarnya (Susetyarini et al, 2019).
Praktikum selanjutnya adalah pengamatan mitokondria pada tanaman. Spesimen pertama
yaitu Rhoeo discolor, dilakukan sesuai dengan cara pada modul praktikum yakni tanaman di
iris setipis mungkin, kemudian diletakkan pada gelas objek tersebut. Kemudian diteteskan
gelas objek tersebut dengan pewarna janus green B dan biarkan selama 5 menit lalu ditutup
dengan cover glass dan preparat diamati dibawah mikroskop. Berikutnya dilakukan
pengamatan pada sel solanum tuberosum atau umbi kentang. Kentang memiliki kadar
amilum atau pati yang cukup tinggi. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati tersebut tersusun
dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin dengan komposisi yang berbeda-
beda. Pada sel tersebut terdapat pula kloroplas dan mitokondria yang merupakan organel
yang mengubah energi menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk kerja oleh sel
(Campbell, 2008). Butir-butir pati dibentuk pertama kali di dalam kloroplas dan butir pati
tersebut terdiri atas lapisan yang mengelilingi suatu inti yang disebut hilum.

Pengamatan terakhir dilakukan pada sel hati. Secara struktural organ hepar tersusun oleh
hepatosit (sel parenkim hepar). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hepar
dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak diantara sinusoid yang terisi darah dan saluran
empedu. Sinusoid dibatasi oleh dua jenis sel yaitu sel endotel dan sel kupffler yang mampu
memfagositosis bakteri dan benda asing dalam darah. Hati memiliki peranan dalam
metabolisme yang cukup besar baik dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Dalam mengemban fungsi ekskresi, hepar memproduksi empedu yang berperan dalam
emulsifikasi dan absorpsi lemak (Sloane, 2004)

V. KESIMPULAN
Mitokondria terdapat diseluruh organ makhluk hidup karena semua makhluk hidup
memerlukan energi, yang mana hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pabrik
penghasil ATP. Pewarnaan Janus Green B merupakan pewarnaan vital yang memberi warna
hanya pada mitokondria. Zat pewarna Janus Green B bersifat basa, sehingga pewarna ini
dapat menyerap dengan baik pada mitokondria. Indikator Janus Green B berubah warna
sesuai dengan jumlah oksigen yang ada. Adanya kandungan O 2 menjadi warna biru,
sedangkan jika tidak ada kandungan O2, indikator berkurang dan berubah warna menjadi
warna merah muda.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Rosani . (2010). Biologi Sel. Surabaya: Cipta Edu.
Campbell, Neil A.. (2008). Biologi jilid 1 edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga
Junqueira L.C, J.Carneiro, R.O. Kelley. (2007). Histologi Dasar Edisi ke-5. Tambayang J.,
penerjemah . Jakarta : EGC.
Kahfi, Maulana. (2016). Pewarnaan Sel. E-Journal Biologi Umedika. Vol 3 (1): 193-200 .
Poedjiadi. (2009). Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Rahmiati, Eriani K., dan Dosrul. (2016). Kualitas dan Morfologi Abnormal Spermatozoa
Sapi Aceh Pada Berbagai Frekuensi Ejakulasi. Prosiding Seminar Nasional Biotik, hal
339-344.
Ruma.,et al. (2009). Biologi sel. Makassar: Universitas Muhamadiyah Makassar Press.
Samper, CJ., Pycak, F. J. and Mc. Kinnon, O. A. (2007). Current Therapy in Equine
Reproduction. in: Estrada, J. A. and Samper, CJ (Eds). Evoluation of Raw Semen. Vol 40
253-257
Satiyarti, R.B., Nurmilah, dan Rosandi, T.D. (2017). Identifikasi Fragmen DNA
Mitokondria Pada Satu Garis Keturunan Ibu Dari Sel Epitel Rongga Mulut dan Sel
Folikel Akar Rambut. BIOSFER Jurnal Tadris Pendidikan Biologi. Vol 8 (1): 13-27.
Siregar, S., Krisdianito, V, dan Rizky, V.A. (2019). Efektifitas Penggunaan Pewarna
Alternatif preparat Permanen Telur Nematoda Kolon Menggunakan Pewarna Rhodamin
B. Jurnal Tarmas. Vol 2(1): 31-39.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC
Susetyarini, Eko.,et al. (2017). Buku Ajar Embriologi dan Reproduksi Hewan. Jurusan
Biologi, FKIP UMM. Malang.
Tammnsia., et al. (2004). In Vitro embryo production efficiency in cattle and its association
with oocyte adenosine tphosphate content, quantity of mitochondrial DNA, and
mitochondrial DNA haplogrup. Bio Reprod. Vol 71: 697-704.
LAMPIRAN
Pertanyaan:
1. Apakah fungsi organel mitokondria dalam proses fisiologis sel?
Jawab: sebagai tempat terjadinya fungsi respirasi sel, metabolisme asam lemak,
homeostatis kalsium, transduksi sinyal seluler, biosintesis pirimidin, dan penghasil
energi ATP pada lintasan katabolisme
2. Dimanakah organel mitokondria lebih banyak ditemukan? Mengapa?
Jawab: banyak ditemukan pada ekor sperma, sel otot, dan sel yang aktif membelah
karena pada bagian tersebut dibutuhkan banyak energi (ATP) sebagai sumber energi
3. Jelaskan struktur dan ukuran mitokondria serta karakteristik yang berbeda dengan
organel lainnya?
Jawab: Mitokondria memiliki 2 lapis membran, yaitu membran luar dan membran
dalam dan terdapat lipatan pada membran dalam yang disebut krista. Terdapat suatu
ruangan antar membran sebagai tempat beradanya mineral. Mitokondria berbentuk
bulat panjang dengan ukuran ± 2 mm dengan diameter 0,5 – 1 mm. Mitokondria
merupakan organel yang unik karena memiliki DNAnya sendiri
4. Jelaskan mekanisme mitokondria dapat tewarnai Janus Green B?
Jawab: Janus Green B akan mewarnai mitokondria sesuai dengan jumlah oksigen
yang ada. Adanya kandungan kandungan O2 menjadi warna biru, sedangkan jika tidak
ada kandungan O2, indikator berkurang dan berubah warna menjadi warna merah
muda.
5. Adakah metode lain tentang pewarnaan mitokondria?Jelaskan!
Jawab: metode lainnya yakni amplifikasi DNA denganmenggunakan PCR. Sampel
mtDNA dilisis dan memperoleh hasil amplifikasi, prinsip metode lisis yaitu
perusakan membran sel tanpa merusak DNA lalu diinkubasi dengan suhu 50 oC
selama 1 jam agar mengoptimalkan kerja enzim.

Anda mungkin juga menyukai