Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALEP

Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Prak. FTS Semi Solid dan Liquid

Dosen pembimbing:

Ross Puspita Ayu, M.Si., Apt

Sunamah., S.Farm, Apt

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Harimawan S 01019257

2. Novalia Desi Anggraeni 01019172

3. Siti Zaenab 01019180

4. Tety Lina Sari 01019183

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA SATU

2021
I. TANGGAL PRAKTIKUM

19 November 2021

II. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Pengujian salap tentang: daya menyebar, daya melekat, dan kemampuan proteksi.

2. Mempelajari pelepasan obat dari sediaan salap.

3. Mempelajari pengaruh basis terhadap sifat fisik dan pelepasan obat salep

III. DASAR TEORI

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau

selaput lendir.Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat

dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 % (FI ed IV).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakansebagai obat

luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen ke dalam dasarsalep yang cocok

(Dirjen POM, 1995). Salep tidak boleh berbau tengik, kecualidinyatakan lain kadar bahan

obat dalam salep mengandung obat kerasa ataunarkotik adalah 10% (Anief, 1994).

Fungsi Penggolongan Salep

1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :

a. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair

pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga

b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe

yang dapat dicuci dengan air.

c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu

salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.

d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin

(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.

e. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan

mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa

sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan

lemak dengan titik lebur yang rendah.

1
2. Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas : 

a. Salep Epidermic (Salep Penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan

menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang

ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang

terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).

b. Salep Endodermic

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan

terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan.

Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.

c. Salep Diadermic (Salep Serap).

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek

yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang

mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah

adeps lanae dan oleum cacao.

3. Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas : 

a. Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya:

campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.

b. Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w

atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga

tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

Pada umumnya salap diujikan untuk pengobatan lokal, walaupun salap dapat pula

dipergunakan untuk sisitemik dengan bentuk salap atau bentuk yang berangkat dari

sediaan salap yaitu plester.

Dalam sediaan salap, komposisi basis ini merupakan hal yang penting karena akan

mempengaruhi kecapatan pelepasan obat dari basisnya yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi khasiat obat yang dikandungnya, karena untuk dapat berhasiat, obat harus

terlepas dahulu dari basis salapnya. Kecepatan ini dipengaruhi oleh faktor kimia fisika

2
baik dari basis maupun dari bahan obatnya, misalnya: konsentrasi obat, kelarutan obat

dalam basis, viskositas masa salep, ukuran partikel bahan obat, formulasi dan lain-lain.

Pelepasan obat dari salap secara in-vitro dapat digambarkan dengan kecepatan

pelarutan obat yang dikandungnya dalam medium tertentu. Ini disebabkan Karena

kecepatan pelarutan (mass transfer) merupakan langkah yang menentukan dalam proses

berikutnya.

Fungsi Salep :

1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

2. Sebagai bahan pelumas kulit

3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulitdengan larutan

berair dan rangsang kulit.

Peraturan pembuatan salep menurut F. Van Duin :

1. Peraturan salep pertama

Zat-zat yang mudah atau dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan terlebih

dahulu jika perlu dengan cara pemanasan.

2. Peraturan salep kedua

Bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkanlebih

dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya

oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya.

3. Peraturan salep ketiga

Bahan-bahan yang sukai atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan airharus

diserbukkan terlebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak nomor60.

4. Peraturan salep keempat

Salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya harus digerus sampai

dingin, bahan-bahan yang ikut dilebur penimbangannya dilebihkan 10-20%.

3
Persyaratan salep (FI III) :

1. Pemerian : Tidak boleh berbau tengik

2. Dasar salep : Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basissalep)

digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obatdan tujuan

pemakaian salep.

3. Kadar : Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yangmengandung obat keras, kadar

bahan obat adalah 10%.

4. Homogenitas : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparanlain yang

cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

5. Penandaan : P ada etiket harus tertera “obat luar”.

Jenis-jenis dasar salep :

1. Dasar salep hidrokarbon (dasar salep bersifat lemak) bebas air, preparas yang berair

mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, dasar hidrokarbon dipakai

terutama untuk efek emolien. Contoh minyak atsiri, parafin.

2. Dasar salep absorbsi ada yang memungkinkan pencampuran larutan yanghasil dari

pembentukan emulsi minyak dengan air. Misalnya petrolatum hidrofilikdan ada juga

yang sudah menjadi emulsi air minyak, memungkinkan bercampurnya sedikit

penambahan jumlah larutan yang berair.

3. Dasar salep yang mudah dicucidengan air merupakan emulsi minyakdalam air yang dapat

dicuci dengan air.

Dasar salep larut dalam air hanya mengandung komponen yang larutdalam air, tetapi

seperti dasar salep lain yang dapat dibersihkan dengan air basisyang terlarut dalam air dapat

dicuci dengan air, contoh polietilen glikol.

Pemilihan dasar salep yang tepat

Pemilihan dasar salep untuk dipakai tergantung pada farkor-faktordi antaranya :

a. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.

b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perkutan oleh obat.

c. Kelayakan melindungi lembap dari kulit oleh dasar salep.

4
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.

e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

Metode pembuatan salep

Metode pembuatan salep yang digunakan yaitu metode pencampuran :

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan

segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada skala kecil seperti resep yang dibuat tanpa

persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep dalam lumping

dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas besar atau

porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama. Pencampuran bahan padat.

Salep yang dibuat dengan cara menggerus/menggosokannya serta meratakan dan

mengumpulkan komponen-komponennya pada permukaan yang kasar dengan spatula sampai

hasilnya lembut dan rata. Komponen serbuk dihaluskan lebih dahulu supaya dapat digerus secara

merata dalam lumpingditempatkan di bagian lain. Lalu sebagian dari serbuk dicampur dengan

sebagiandasar salep sampai merata dan proses ini diulang sampai semua bagian dari serbukdan

dasar salep bercampur.

Pencampuran cairan. Bahan cairan atau larutan obat, seperti diurai kandiatas dapat

ditambahkan setelah dipertimbangkan sifat-sifat salepnya. Misalnya larutan atau preparat berair

akan menjadi sukar ditambahakan ke dalam salep berlemak, kecuali dalam jumlah yang kecil.

Tetapi dasar salep yang dapat menyerap air atau hidrofilik akan lebih sesuai untuk absorbs atau

pencampuran dari larutan berair. Larutan beralkohol dalam volume yang larut biasanya dapat di

tambahkan dengan mudah kepada pembawa berlemak atau dasar salep emulsi. Bahan cair

lainnya dalam hal ini, balsam-balsam alam, sukar dicampur dengan dasar salep.

Stabilitas salep

1. Organoleptis

Dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan tekstur sediaanmasing-masing

formula sebaiknya berbentuk setengah padat, berawarna putihkekuningan, berbau khas,

dan bertekstur halus.

5
2. Homogenitas

Dilakukan dengan menggunakan kaca objek. Suatu sediaan harusmenunjukkan susunan

yang homogen dan tidak terlihat butiran kasar.

3. Uji daya sebar

Untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep

sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang

baik. Standarnya kurang lebih 252,67 gr masing-masing 4,79 cm – 4,81 cm.

4. Uji pH salep

Untuk melihat pH salep apakah berada pada rentang pH normal kulit yaitu4,5-7. Jika pH

terlalu basa dapat mengakibatkan kulit kering, jika pH kuli terlaluasam dapat memicu

iritasi kulit.

5. Uji daya proteksi

Untuk mengetahui kemampuan salep untuk melindungi kulit dari pengaruhluar seperti

asam, basa, debu, polusi, dan sinar matahari. Pengujian daya proteksi biasanya dengan

KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat. Standar ujinya harus lebihdari 29,38 detik.

6. Uji kebocoran

Dilakukan selama 8 jam dengan posisi horizotal dan temperatur 60 °C ±3°C. Untuk

menidentifikasi terjadi kebocoran atau tidak selama pengujian ataupun setelahnya.

7. Uji daya lekat

Dilakukan untuk mengetahui salep yang lebih lama melekat pada kulit. Semakin lama

daya lekat salep melekat anatar salep dengan kulit semakin baik sehingga absors obat

oleh kulit akan semakin baik. Daya lekat yang baik menurut literature yaitu lebih dari 4

detik (Nevi, 2006).

Pengawetan salep

Sediaan seperti salep ini memerlukan penambahan pengawet sebagai antimikroba.

Preparat setengah padat ini harus pula dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang sesuai

dari pengaruh pengrusakan oleh udara, cahaya, uapair (lembap) dan panas, serta kemungkinan

terjadinya interaksi kimia antara preparat dengan wadah.

6
Pengemasan dan Penyimpanan

Salep biasanya dikemas baik dalam wadah, tube maupun botol. Botol dapat dibuat dari

gelas tidak berwarna, warna hijau, atau buram. Botol plastik juga dapat digunakan. Wadah dan

gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung obat yang peka terhadap

cahaya. Tube salep untuk pemakaian topikal yang sering digunakan dari ukuran 5-30 gram.

Pemerian Bahan

1. Menthol (V Duin, hal 159)

Pamerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, berbau tajam seperti minyak

permen, rasa panas dan aromatik di ikuti rasa dingin.

Kelarutan : sl/air, m/etanol 95% & CHCl3 & eter, m/parafin cair & m. Atsiri

Khasiat : Korigons, Antiiritin.

2. Paraffin Cair

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat

pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj. Pemerian

dari parafin cair adalah cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi; tidak berwarna; hampir

tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan dari bahan ini adalah praktis tidak larut

dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P (Anonim, 1979).

3. Polietilen Glikol (PEG) 6000

Pemerian : Serpihan wax berbentuk padat, berwarna putih, dan serbuk yang mudah mengalir.

Suhu lebur 55-63 °C.

4. Vaselin album (FI V 1312)

Pemerian : Masa seperti lemak, putih atau kekuningan, pucat, masa berminyak transparan dalam

lapisan tipis setelah pada suhu 0 °C .

Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas, dan dalam etanol

mutlak dingin, mudah larut dalam benzen, dalam karbon disulfida, dalam kloroform, larut dalam

heksan dan dalam sebagian minyak lemak dan minyak atsiri.

Khasiat : Basis salep, Zat tambahan.

5. Alkohol (FI III, 1979)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas rasa

panas,mudah terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak berasap.

7
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P .

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala

api.

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Alat untuk tes daya menyebar salap

2. Alat untuk tes daya melekat salep

3. Alat uji pH

4. Pencatat waktu

5. Seperangkat alat gelas

Bahan / formula salap:

1. Salap Mentol basis lemak

2. Salap Menthol basis PEG

3. Alkohol

Formula salap

Bahan Formula I Formula II Formula III


Menthol 10 g 10 g 10 g
PEG 6000 - - 90 g
Parafin cair 10 g - -
Vaselin Album 80 g 90 g -

V. CARA KERJA

Pembuatan Formula

8
Salap Menthol Salap Menthol
basis lemak basis PEG

Tes daya menyebar salap

Timbanglah kaca yang


Timbanglah 0,5 g salap.
satunya. Letakkan kaca
Letakkan ditengah alat
tersebut diatas masa salep
tersebut (kaca bulat)
dan biarkan selama 1 menit

Tambahkan 50 g beban
Ukurlah berapa diameter
tambahan, diamkan selama
salap yang menyebar
1 menit dan catatlah
(dengan mengambil panjang
diameter salap yang
rata-rata diameter dari
menyebar seperti
beberapa sisi)
sebelumnya

Teruskanlah dengan
menambah tiap kali dengan
Gambarkanlah dalam grafik
beban tambahan 50 g dan
hubungan antara beban dan
catat diameter salap yang
luas salap yang menyebar
menyebar, setelah satu
menit

Ulangilah masing-masing 3
kali untuk tiap salap yang
diperiksa

Tes daya melekat salap

9
Letakkan objek glas
Letakkanlah salap
yang lain diatas salap
secukupnya (0,5g) diatas
tersebut. Tekanlah
objek glas yang telah
dengan beban 1 kg
ditentukan luasnya
selama 5 menit

Lepaskan beban seberat


80 g dan dicatat
Pasanglah objek glas
waktunya sehingga
pada alat tes
kedua objek glas
tersebut terlepas

Lakukan tes untuk


formula salap yang lain
Ulangi sebanyak 3x
dengan masing-masing
3 kali percobaan

Tes/Uji pH salap

Sediaan kulit hendaknya memiliki pH yang kurang lebih mirip dengan pH kulit sehingga

tidak mudah mengiritasi kulit. Pengujian pH sediaan dilakukan dengan cara menyiapkan

larutan homogen salep 10% w/v, kemudian larutan tersebut dihitung pH-nya dengan pH

meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter (Mehta. dkk, 2013).

pH stick dicelupkan
ke dalam sediaan replikasi 3x tiap
gel, sesuaikan formulasi
dengan indikator

VI. DATA PENGAMATAN

10
FORMULA EVALUASI SEDIAAN

Uji Organoleptis :

Warna : Putih, kental

Bentuk : Salep

Bau : khas (menthol)

Uji Homogenitas :

Setelah diamati, salep tersebut Homogen.

Tidak terdapat gelembung dan butiran butiran

kasar pada objek glass.

Uji Daya Sebar :

Formula I : a. Sebelum ditambah beban, diameter = 2,2

Menthol = 30/100 x 10g = 3 gram cm

Paraffin Cair = 30/100 x 10g = 3 gram b. Setelah ditambah dengan beban 50g selama

Vaselin Album = 30/100 x 80g = 24 gram 1 menit, diameter = 2,5cm

Uji Daya Lekat :

a. Salep melekat pada kulit setelah 1menit

dioleskan

b. Cawan petri yang telah dilapisi salep jatuh

setelah 2 detik

Uji pH :

Menggunakan pH meter : 7,4

Menggunakan pH universal : 7

Formula II :

Menthol = 30/100 x 10g = 3 gram Uji Organoleptis :

11
Warna : Putih pekat

Bentuk : Salep

Bau : khas (menthol)

Uji Homogenitas :

Setelah diamati, salep tersebut Homogen.

Tidak terdapat gelembung dan butiran butiran

kasar pada objek glass.

Uji Daya Sebar :

Setelah ditambah dengan beban 50g selama 1


Vaselin Album = 30/100 x 90g = 27 gram
menit, diameter = 7,3cm

Uji Daya Lekat :

a. Salep melekat pada kulit setelah 1 menit

dioleskan

b. Cawan petri yang telah dilapisi salep

jatuh setelah 7 detik

Uji pH :

Menggunakan pH meter : 7,99

Menggunakan pH universal : 5

Formula III : Uji Organoleptis :

Menthol = 30/100 x 10g = 3 gram Warna : Putih pekat

PEG 6000 = 30/100 x 90g = 27 gram Bentuk : Salep

Bau : khas (menthol)

Uji Homogenitas :

Setelah diamati, salep tersebut kurang

12
Homogen. Terdapat gelembung dan butiran

butiran kasar pada objek glass.

Uji Daya Sebar :

a. Sebelum ditambah beban, diameter = 2cm

x 2,5cm / 2 = 2,5cm

b. Setelah ditambah dengan beban 50g

selama 1 menit, diameter = 2,4cm x

2,6cm / 2 = 3,12cm

Uji Daya Lekat :

c. Salep melekat pada kulit setelah 1 menit

dioleskan

d. Cawan petri yang telah dilapisi salep

jatuh setelah 14 detik

Uji pH :

Menggunakan pH meter : 7,98

Menggunakan pH universal : 6

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum FTS semi solid dan liquid adalah membuat tiga formulasi Salep. Tujuan

dari percobaan ini adalah Pengujian salap tentang: daya menyebar, daya melekat. Mempelajari

13
pelepasan obat dari sediaan salap. Mempelajari pengaruh basis terhadap sifat fisik dan pelepasan

obat salep.

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan preformulasi yang bertujuan dapat

merancang formula, meracik dan mengevaluasi, sehingga didapatkan suatu sediaan obat yang

optimal.

Langkah kedua melakukan formulasi, yaitu dengan melakukan perhitungan bahan yang

akan digunakan untuk membuat sediaan salep. Tujuan dari formulasi ini adalah untuk

menyesusaikan bahan bahan yang saling bercampur supaya menjadi suatu sediaan yang baik

sesuai standar. Selanjutnya menyiapkan bahan bahan yang telah ditimbang, kemudian

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang digunakan yaitu diantaranya

Menthol, PEG 6000, Vaselin Album, Parafin Cair digunakan sebagai basis salep, Alkohol

digunakan sebagai pelarut.

Metode yang digunakan dalam pembuatan salep yaitu metode pencampuran. Dalam

metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai

sediaan yang rata tercapai. Cara membuat sediaan salep yang pertama adalah :

Formula I : masukkan menthol kedalam mortir, tetesi alkohol q.s sampai larut gerus halus

homogen, masukkan sebagian vaselin album gerus halus homogen, masukkan parafin cair gerus

halus homogen, lalu masukkan sisa vaselin album grerus halus homogen.

Formula II : masukkan menthol kedalam mortir, tetesi alkohol q.s sampai larut gerus halus

homogen, masukkan vaselin album gerus halus homogen.

Formula III : masukkan menthol kedalam mortir, tetesi alkohol q.s sampai larut gerus halus

homogen (campuran 1), masukkan PEG 6000 kedalam mortir, tetesi alkohol q.s sampai larut

Setelah sediaan selesai dibuat, masukkan ke dalam pot salep. Setelah itu adalah

melakukan evaluasi pada sediaan salep berupa uji organoleptik dengan menggunakan panca

indera yaitu penglihatan berupa warna, penciuman berupa bau dan pecobaan berupa rasa dari

sediaan tersebut. Dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan salep yang dibuat dan setelah

dilakukan uji organoleptik sediaan tersebut berwarna putih kental, berbau khas menthol karena

menthol lebih dominan, berbentuk sediaan salep, dan pengukuran bobot jenis sediaan salep

didapat hasil gram.

Kemudian melakukan uji homogenitas yaitu dengan cara mengambil sampel sebanyak

0,5 gr dan diletakkan pada cover glass lalu diberi pencahayaan yang cukup sehingga terlihat ada

14
atau tidaknya partikel atau butiran kasar. Formula I : Tidak homogen, Formula II : Homogen,

Formula III : Tidak homogen. Dari hasil yang didapat bahwa tingkat homogenitas dari sampel

tersebut dikatakan baik, yaitu sesuai dengan standar karena tidak terlihat adanya partikel atau

butiran kasar.

Kemudian melakukan uji daya sebar, bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan

menyebar pada kulit dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk

menjamin pemberian bahan obat yang baik. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil sampel

sebanyak 0,5 gr kemudian letakkan ditempat uji daya sebar salep dengan diberi penambahan

beban 50 gr, lalu hitung diameter daya sebar sampel salep tersebut. Hasil yang didapat Formula I

: Sebelum ditambah beban, diameter = 2,2 cm Setelah ditambah dengan beban 50g selama 1

menit, diameter = 2,5cm , Formula II : Setelah ditambah dengan beban 50g selama 1 menit,

diameter = 7,3cm, Formula III : Sebelum ditambah beban, diameter = 2cm x 2,5cm / 2 = 2,5cm

Setelah ditambah dengan beban 50g selama 1 menit, diameter = 2,4cm x 2,6cm / 2 = 3,12cm.

Dari hasil yang didapat bahwa kemampuan uji daya sebar salep ini dapat dikatakan tidak baik,

karena sesuai standarnya kurang lebih 252,67 gr masing-masing yaitu 4,79 cm – 4,81 cm.

Semakin besar gaya menyebar salep, maka ketersediaan obat untuk diabsorpsi makin besar

(Maulidaniar dkk, 2012).

Kemudian melakukan uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui salep yang lebih lama

melekat pada kulit. Semakin lama daya lekat salep melekat anatar salep dengan kulit semakin

baik sehingga absors obat oleh kulit akan semakin baik. Pengujian dilakukan dengan cara

mengambil sampel sebanyak 0,5 gram bahkan ke kaca slide, kemudian tutup dengan kaper glass

kemudian di beri beban 1000 gr diatasnya selama 5 menit, kemudian kaper glass ditarik.

Kemudian hitung hasil dari uji daya lekat tersebut. Dari hasil yang didapat bahwa kemapuan uji

daya lekat pada sampel Formula I : kuran baik karena memiliki hasil 2 detik, Formula II : baik

karena memiliki hasil 4 detik, Formula III : baik karena memiliki hasil 14 detik, karena tidak

sesuai standar. Daya lekat yang baik menurut literature yaitu lebih dari 4 detik (Nevi, 2006).

Kemudian melakukan uji pH untuk mengetahi tingkat keasaman dan kebasaan sediaan

salep terhadap kulit, jika terlalu basa dapat mengakibatkan kulit kering, jika pH kulit terlalu asam

dapat memicu iritasi kulit. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil sampel salep 0,5 gr

diencerkan dengan aquades sebayak 50 ml, kemudian pH universal dan pH meter dicelupkan ke

15
sampel yang telah diencerkan. Dari hasil yang didapat bahwa pH salep dapat dikatakan baik

sesuai dengan pH kulit yaitu 4-6,5 (Yosipovitch,2003).

VIII. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas mengenai praktikum pembuatan salep disimpulkan

bahwa :

1. Formula salep yang dibuat dengan Menthol, PEG 6000, Parafin Cair, Vaselin Album,

Alkohol

2. Uji evaluasi yang sudah memenuhi standar diantaranya uji organoleptik, pH,

homogenitas, daya sebar dan daya lekat.

3. Uji evaluasi yang belum memenuhi standar yaitu :

Formula I : Uji daya sebar, Uji daya lekat, dan Ph.

Formula II : Uji daya sebar, Ph.

Formula III : Uji homogen, Uji daya sebar.

4. Uji evaluasi pada sediaan topikal perlu dilakukan untuk menjamin bahwa sediaan

memiliki efek farmakologis yang baik.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Anief. 2015. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM-Press

Ansel, Howard C. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta :DEPKES RI

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi kelima. Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

16
X. LAMPIRAN FORMULA III KELOMPOK IV

1. Alat dan bahan

Gambar 1.1
Gambar 1. 2

Gambar 1. 3

2. Uji Organoleptik

Gambar 2. 1

3. Uji Homogenitas

17
Gambar 3. 1 Gambar 3. 2

Gambar 3. 3

4. Uji Daya Sebar

Gambar 4. 2

Gambar 4. 1

18
5. Uji pH

Gambar 5. 1 Gambar 5. 2

Gambar 5. 3 Gambar 5. 4

19

Anda mungkin juga menyukai