Manusia membawa berbagai macam unsur (elemen) kognitif dalam dirinya seperti:
elemen sikap, persepsi, pengetahuan, dan elemen tingkah laku (behavior). Masing-masing
elemen itu tidak terpisah satu sama lain namun saling memengaruhi dalam suatu system
yang saling berhubungan. (Morrisan, 98)
Analisa:
Suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan
banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi.
Ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk
jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu. (Morrisan, 110)
Analisa: Dari interaksi manusia entah verbal ataupun non verbal pasti ada makna. Melalui
respon dari suatu perkataan atau tindakan itu berarti kita sudah memberi makna. Misalnya
seorang ibu berkata kepada anaknya, “Nak, makanannya sudah jadi. Ayo makan.” ketika
sang anak datang ke meja makan dan makan atau berkata “sebentar, bu.” maka ia sudah
memaknai perkataan ibunya.
Makna dari tindakan berbicara terletak pada kekuatan ilokusioner atau tindakan yang
dilakukan pembicara dengan fokus utama adalah agar lawan bicara memahami maksud
dan tujuan pembicara. (Morrisan, 153-154)
Analisa: Teori ini mengidentifikasi bagaimana untuk membuat pernyataan agar maksud
kita dapat dipahami dan bagaimana komunikator memberi makna terhadap tindakan
berbicara yang dilakukan komunikan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita merancang pesan yang dapat melindungi muka
sekaligus mencapai tujuan lainnya. Upaya yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi
sopan tergantung pada jarak sosial antara pembicara, dan lawan bicaranya yaitu orang
yang mendengarkan, ditambah dengan power yang dimiliki, ditambah dengan risiko
menyakiti orang lain. (Morrisan, 170 dan 173-174)
Analisa: Melindungi muka maksudnya kesopanan dalam berinteraksi dapat memenuhi
kebutuhan seseorang untuk dihargai dan dilindungi. Lalu ketika kita dengan orang yang
dengan status kedudukan yang sama (misalnya teman), maka tidak perlu upaya yang
besar untuk berlaku sopan. Beda hal ketika kita berhadapan dengan orang yang ada di
status yang berbeda dengan kita (misalnya karyawan dan boss) maka upaya untuk berlaku
sopan pasti lebih besar untuk menghindari masalah-masalah yang tak diinginkan.
Analisa: Ketika kita berinteraksi dengan orang lain pasti ada tujuan dan berdasarkan
dengan informasi yang sudah kita punya. Semakin besar rasa keraguan kita maka kita
akan semakin berhati-hati dalam merespon orang tersebut dan mungkin bisa saja terjadi
krisis kepercayaan terhadap orang lain.
Akomodasi terkadang dilakukan secara sadar namun lebih sering merupakan proses
bawah sadar. Perilaku meniru ketika berinteraksi disebut dengan “konvergensi” atau
menjadi satu (coming together), sedangkan lawannya adalah “divergensi” atau
menjauh/terpisah (moving apart) yang terjadi jika pembicara mulai memperkuat
perbedaan mereka. Akomodasi pada kedua bentuk tersebut, dapat terjadi pada semua
perilaku komunikasi melalui percakapan termasuk kesamaan atau perbedaan dalam hal
intonasi suara, kecepatan, aksen, volume suara, kata-kata, tata bahasa, gerak tubuh, dan
lain-lain. (Morrisan, 211)
Analisa: Inti dari teori ini adalah saat berinteraksi, komunikator dan komunikan secara
tidak sadar akan menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan perilaku komunikasi
orang lain. Tapi divergen sering kali dilakukan sengaja karena demi memperkuat identitas
seseorang. Misalnya orang dari daerah merantau ke Jakarta tetap memakai bahasa daerah
atau dialek daerahnya (sengaja atau tidak sengaja) memperkuat identitasnya.
7. Teori Adaptasi Interaksi (Jude Burgoon)
Analisa: Ketika kita berinteraksi dengan seseorang yang telah dilandasi oleh faktor RED,
tidak menutup kemungkinan kita akan sering berinteraksi bersama orang tersebut.
Dengan kebanyakan interaksi tersebut, perilaku kita akan berubah dan begitupun lawan
bicara kita ketika kita sudah mulai saling mepengaruhi. Seperti membalas senyuman yang
tersenyum kepada kita.
Bahwa setiap orang memiliki harapan mengenai perilaku orang lain berdasarkan: 1)
norma-norma sosial; 2) pengalaman sebelumnya dengan orang itu; dan 3) situasi di mana
perilaku itu terjadi. Harapan terhadap perilaku orang lain itu mencakup perilaku
nonverbalnya antara lain kontak mata (eye contact), jarak antara kita dan orang itu dan
sudut tubuh (body angle). Ketika seseorang memenuhi harapan anda, maka anda
cenderung tidak memerhatikan perilakunya dan karenanya anda tidak memberikan
penilaian, namun jika terjadi pelanggaran maka anda merasa terganggu yang membuat
anda memberikan perhatian dan memberikan penilaian terhadap perilaku orang itu.
(Morrisan, 217-218)
Analisa: Pasti kita mempunyai harapan terhadap sikap orang lain kepada kita, sesuai
dengan nama teorinya maka ketika seseorang tidak berperilaku sesuai dengan yang kita
harapkan, maka itulah yang disebut pelanggaran harapan. Misalnya saya berharap pacar
saya kalau berinteraksi dengan saya akan berjarak 1 meter atau kurang, tapi realitanya
mereka malah berjarak 5 meter, dan itu melanggar harapan saya sehigga saya akan
berpikir pacar marah terhadap saya.
9. Teori Kebohongan Interpersonal (Buller & Burgoon)
Kebohongan dan juga deteksi terhadap kebohongan sebagai bagian dari interaksi terus-
menerus di antara para komunikator yang melibatkan proses yang saling bergantian.
Kebohongan adalah manipulasi disengaja terhadap informasi, perilaku dan image dengan
maksud mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau kesimpulan yang salah.
(Morrison, 220)
Analisa: Inti dari teori ini adalah dalam bertukar informasi saat berinteraksi maka akan
terjadi proses antara komunikan (kecurigaan) dan komunikator (berbohong) yang saling
bergantian untuk mengamati secara verbal maupun nonverbal untuk meyakinkan apakah
informasi yang diberikan atau diterima sesuai atau tidak.
Asumsi umum yang harus dimiliki setiap percakapan untuk dapat menghasilkan
percakapan yang koheren yaitu percakapan yang logis dan mudah di mengerti. Kerja
sama dalam percakapan dapat dicapai melalui empat aturan, yaitu:
kontribusi peserta kepada suatu percakapan harus memberikan informasi yang cukup
dan tidak berlebihan. (Morrisan, 238)
Analisa: ketika berinteraksi maka dalam aturan percakapan secara garis besar, antara
komunikator dan komunikan harus memiliki porsi berbicara yang seimbang dengan
informasi yang tidak keluar jalur, sehingga percakapan juga berkualitas.
Percakapan terdiri atas urutan (sequence) atau serangkaian tindakan bicara (speech acts)
yang dikontrol oleh sejumlah aturan, dan suatu percakapan yang koheren dapat dicapai
dengan cara memastikan bahwa setiap tindakan adalah hasil tanggapan yang sesuai
dengan tindakan sebelumnya. Teori urutan percakapan memfokuskan perhatiannya pada
apa yang disebut dengan “pasangan kalimat berdampingan” atau adjacency pair, yaitu dua
tindakan bicara yang diikat menjadi satu. (Morrisan, 242)
Analisa: Teori ini berisi bagaimana kemampuan komunikator dan komunikan
membangun percakapan yang baik, itu dapat terjadi dengan aturan yang ditaati pada saat
bercakap-cakap. Di mana setiap percakapan yang terjalin harus bergantungan dan tidak
keluar topic. pasangan kalimat berdampingan yang dimaksud misalnya seperti
permohonan-penolakan/pengabulan.
Analisa: Agar muncul pengartian yang sesuai dalam suatu percakapan maka diperlukan
tindakan untuk memahami percakapan dengan baik. diperlukan percakapan yang kira-kira
lawan bicara mudah pahami. Misalnya menggunakan bukti untuk mendukung
pemahaman yang baik saat bercakap-cakap. atau melakukan verifikasi untuk memperjelas
kesamaan makna dari kesimpulan yang diambil oleh lawan bicara.
Kita aka mengetahui atau mengenal diri orang lain dengan cara “masuk ke dalam”
(penetrating) orang yang bersangkutan. Seseorang itu sendiri memiliki dua aspek yaitu
aspek “keluasan” (breadth) dan aspek “kedalaman” (depth). Kita dapat mengetahui
berbagai jenis informasi mengenai diri orang lain (keluasan), atau kita mungkin bisa
mendapatkan informasi detail dan mendalam mengenai satu atau dua aspek dari diri orang
lain itu (kedalaman). Ketika hubungan di antara dua individu berkembang, maka masing-
masing individu akan mendapatkan lebih banyak informasi yang akan semakin
mendambah keluasan dan kedalaman mpengetahuan mereka satu sama lainnya.
(Morrisan, 297-298)
Analisa: Proses peningkatan perkembangan hubungan seseorang dengan orang lain dapat
terjadi jika kita melakukan penetrasi dengan orang lain. Semakin dekat dengan seseorang
maka kita akan semakin tahu kedalaman (jati diri) orang tersebut seperti apa.
14. Teori Dialogis (Mikhael Bakhtin)
Analisa: dialog itu tidak pernah habis dalam kehidupan manusia. dengan berdialog maka
kita semakin menemukan jati diri kita dan melihat lebih dalam diri orang lain serta
melihat bagaimana hubungan kita dengan orang lain.
suatu hubungan adalah tempat di mana berbagai pertentangan atau perbedaan pendapat
(kontradiksi) dikelola atau diatur. Dialektik mengacu pada ketegangan di antara berbagai
kekuatan yang saling bertentangan yang berada dalam suatu system. Hubungan memiliki
sifat yang dinamis, dan komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana orang
mengelola persamaan dan perbedaan. (Morrisan, 309 dan 311)
Analisa: Inti dari teori ini adalah dalam berinteraksi yang pastinya bertujuan untuk
membangun sebuah hubungan, sebuah konflik memang tidak dapat dihindari. Semua
bergantung kepada komunikator dan komunikan dalam mempertahankan hubungan
tersebut.