Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempengaruhi
hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus
ditingkatkan melalui peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

Fisika sebagai salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam
kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
berkembang dengan pesat saat ini. Fisika tidak hanya memberikan sumbangan
yang nyata terhadap perkembangan teknologi, melainkan juga mendidik peserta
didik untuk memiliki sikap intelektual dan religi dalam kehidupan. Fisika
merupakan sekumpulan pengetahuan, arah berpikir dan penyelidikan
(eksperimen), penerapannya dalam pembelajaran yang efektif dan efisien serta
mampu membuat peserta didik tertarik dan termotivasi untuk mempelajari fisika.
(Dahar, 2011).
Pembelajaran di abad 21 menuntut peserta didik untuk memiliki inovasi
yang baik menggunakan teknologi dan media informasi, keterampilan belajar,
dapat bekerja, dan bertahan menggunakan keterampilan untuk hidup.
Keterampilan tersebut dapat diperoleh peserta didik yaitu dengan proses
pembelajaran yang dialaminya. Menurut kurikulum 2013 yang berlaku di
indonesia, tujuan pembelajaran fisika yaitu untuk menguasai konsep-konsep
fisika dan mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah
sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Kurikulum 2013
(kemendikbud, 2015), dalam pengembangannya mengendepankan pengalaman
personal melalui observasi, asosiasi, bertanya, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Untuk mewujudkan pembelajaran
pada peserta didik maka pendidik diharuskan untuk dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran interaktif dan menyenangkan bagi peserta didik.
Pemerintah melalui Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar
proses (2016:1) menyatakan bahwa “proses pemebelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta
didik”.
Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja
tetapi lebih kepada bagaimana mengajak peserta didik untuk menemukan dan
membangun pengetahuannya sendiri sehingga peserta didik dapat
mengembangkan kecakapan hidup memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan (Herlinda, 2017). Seorang guru dalam menyajikan pelajaran
seharusnya menggunakan metode pengajaran yang relevan dengan kebutuhan
pembelajaran (peserta didikdan materi pelajaran), karena metode mengajar akan
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru
seharusnya memilih dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang tepat
sehingga hasil pengajaran dapat dicapai seoptimal mungkin.
Guru dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan serta mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Semua itu
menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and natural environment)
agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan akhirnya dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Mengajar bukan sekedar usaha
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan peserta didikagar tujuan
pengajaran dapat tercapai secara optimal (Gulo dalam Kristianti 2012).
Materi pembelajaran sains kususnya cabang ilmu fisika, lima
pengalaman belajar ini akan terlaksana didalam proses pembelajaran yang
memaksimalkan keterampilan proses sains peserta didik. Menurut Ni Nyoman
(2016) dalam jurnalnya menyatakan bahwa keterampilan proses sains meliputi
keterampilan mengobservasi (diantaranya: menghitung, mengukur,
mengklasifikasi), merumuskan masalah. Membuat hipotesa, mengidentifikasi
variabel serta mendefinisikan variabel secara operasional, merencanakan
penelitian dengan prosedur yang tepat, analisis, intepretasi, inferensi, dan
mengkomunikasikan hasil. Pemilihan model pembelajaran yang bisa
memaksimalkan keterampilan proses sains peserta didik salah satunya adalah
metode POE2WE yaitu model pembelajaran Prediction, Observation,
Explanation, Elaboration, Write dan Evaluation yang dikembangkan dari model
pembelajaran POEW dan model pembelajaran Fisika dengan pendekatan
konstruktivistik.
Model pembelajaran POE2WE merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk mengetahui pemahaman peserta didikmengenai suatu
konsep dengan pendekatan konstruktivistik. Model ini membangun pengetahuan
dengan urutan proses terlebih dahulu meramalkan atau memprediksi solusi dari
permasalahan, melakukan eksperimen untuk membuktikan prediksi, kemudian
menjelaskan hasil eksperimen yang diperoleh secara lisan maupun tulisan,
membuat contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari, menuliskan hasil
diskusi dan membuat evaluasi tentang pemahaman peserta didik baik secara
lisan maupun tertulis.
Berpedoman pada fakta-fakta diatas, salah satu alternatif pemecahan
masalah yang dapat diambil adalah dengan penerapan model pembelajaran
POE2WE sebagai upaya meningkatan kegiatan pembelajaran Fisika. Model
POE2WE adalah salah satu model pembelajaran yang mengkondisikan peserta
didik untuk terbiasa menemukan, mencari, dan mendikusikan sesuatu yang
berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini mengutamakan peran
guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar
secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran menekankan agar peserta didik
terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami
dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dikuasai. Model POE2WE
akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang
semula teacher oriented ke student oriented dengan demikian diharapkan peserta
didik lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
Menurut Nana (2018: 18), model pembelajaran Prediction, Observation,
Explanation, Elaboration, Write dan Evaluation (POE2WE) dikembangkan dari
model pembelajaran POEW dan model pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Konstruktivistik. Model POE2WE merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk mengetahui pemahaman peserta didikmengenai suatu
konsep dengan pendekatan konstruktivistik. Menurut Permatasari (2011: 1),
model ini memberikan kesempatan kepada peserta didikuntuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, melakukan pengamatan terhadap fenomena serta
mengkomunikasikan pemikiran dan hasil diskusi sehingga peserta didikakan
lebih mudah menguasai konsep yang di ajarkan. Oleh karena itu, model
pembelajaran POE2WE merupakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa,
karena siwa dapat berperan aktif dalam pembelajaran.
Penelitian dengan menggunakan model ini sudah pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu. Salah satu penelitian dilakukan oleh Sartika yaitu: “Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar peserta
didik dengan penerapan model pembelajaran POE2WE. Berdasarkan nilai rata-
rata pretest peserta didik kelas kontrol 43,98 sedangkan nilai rata-rata post-test
peserta didik 69,4. Kemudian untuk kelas eksperimen nilai rata-rata pre-test
peserta didik 48,82 sedangkan nilai rata-rata post-test peserta didik 78,58
(Sartika, 2018).
Menurut sanjaya (2012:190) mengatakan bahwa materi pelajaran dengan
hanya mengandalkan bahasa verbal tidak selamanya berjalan dengan efektif.
Dengan hanya mengandalkan bahasa sebagai media utama, bisa terjadi peserta
didik salah dalam menangkap informasi, dengan kata lain peserta didikakan
terbatas atau tidak akan optimal dalam memahami informasi yang disampaikan
pendidik. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
fisika sebagai suatu media ataupun alat bantu sangat membantu aktifitas
pembelajaran didalam kelas. Dengan menggunakan media teknologi informasi
dan komunikasi, pendidik dapat menyampaikan materi pelajaran dengan lebih
praktis dan efisien. Telah diketahui bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang
didalamnya terdapat banyak konsep-konsep abstrak seperti diantaranya materi
tentang fiska kuantum, gelombang dan elektromagnetik. Melalui media berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, seperti pada visualisasi dapat
menggambarkan hal-hal yang bersifat abstrak, teknologi informasi dan
komunikasi akan dengan mudah menvisualisasikan dalam bentuk gambar
bergerak (animasi) yang juga dapat ditambahkan suara sehingga materi fisika
yang abstrak dan sulit dipahami dapat menjadi lebih mudah dipahami. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Muliza (2017) memperoleh bahwa
penggunaan media berbasis Physics Education and Tecnology (PhET) ternyata
berdampak pada hasil belajar peserta didik.
Dari uraian tersebut diatas, maka peneliti berkeinginan untuk tuirut
berperan dengan memberikan solusi mengenai permasalahan tersebut. Solusi ini
berupa penggunaan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah fisika peserta didik. Adapun media
pembelajaran yang dimaksud adalah media PhET. Media PhET merupakan
media komputasi yang menyediakan animasi fisika dalam bentuk software gratis
dari University of Colorado. Simulasi dalam PhET bersifat Interactive dikemas
dalam bentuk seperti Game sehingga peserta didik dapat melakukan Eksplorasi.
Serta suatu alat komunikasi proses pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar serta diharapan mampu menarik perhatian peserta didik dan
memudahkan peserta didik dalam memecahkan masalah. Adapun, pemecahan
masalah merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik untuk menyelesaikan
konflik didalam pembelajaran. Selain itu, kita akan memecahkan masalah
menjadi seperangkat keterampilan, termasuk aspek motivasi yang relevan
dengan penyelesaian solusi yang berhasil (Wienam, 2008). Hal ini sesuai hasil
penelitian (Sutarno, dkk : 2017) memperoleh bahwa keterampilan pemecahan
masalah mahapeserta didikdalam pembelajaran bandul fisis menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan di
SMAN 2 Pasuruan di kelas XI diperoleh informasi bahwa masih banyak peserta
didikyang mengalami kesulitan dan lemah dalam menguasai konsep-konsep
belajar fisika, persoalan ini disebabkan selama proses pembelajaran berlangsung
guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, guru hanya menggunakan
buku paket sebagai rujukan utama yang disediakan oleh sekolah. Dalam proses
pembelajaran guru juga cenderung menggunakan jalan pintas dengan langsung
memberikan rumus kepada siswa, sehingga peserta didikhanya menghafal tanpa
adanya pengalaman yang berkesan. Peserta didikjuga kurang mengerti dalam
menyelesaikan soal-soal, karena kurangnya pemahaman dari peserta
didiktersebut. Hal ini juga berpengaruh pada nilai akhir peserta didikyang
didapatkan yaitu dengan KKM 60, sehingga hasilnya tidak memuaskan sesuai
dengan KKM 75 yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Penerapan
Eksperimen Virtual PhET terhadap Model Pembelajaran POE2WE pada Materi
Gas Ideal untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran POE2WE berbantuan PhET Simulation pada
materi gas ideal?
2. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran POE2WE
berbantuan PhET Simulation pada materi gas ideal untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik?
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran
POE2WE berbantuan PhET Simulation pada materi gas ideal untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik
setelah diterapkan model pembelajaran POE2WE berbantuan PhET
Simulation pada materi gas ideal
2. Mendeskripsikan keterlaksanaan penerapan model pembelajaran POE2WE
berbantuan PhET Simulation pada materi gas ideal untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
3. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap penerapan model
pembelajaran POE2WE berbantuan PhET Simulation pada materi gas ideal
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik

D. Manfaat Hasil Penelitian


Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penerapan model pembelajaran POE2WE berbantuan PhET Simulation pada
materi gas ideal.
2. Secara Praktis
a. Bagi peserta didik
Pelaksanaan penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis peserta didik serta dapat memberikan kemudahan dalam
memahami materi gas ideal yang disampaikan oleh guru pada
pembelajaran fisika di kelas.
b. Bagi guru
Dapat dijadikan sebagai alternatif untuk memilih atau menyiapkan model
pembelajaran bagi guru bidang studi fisika sebagai upaya meningkatkan
berpikir kritis peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.
c. Bagi sekolah
Pelaksanaan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam rangka
meningkatkan pembelajaran di dalam kelas berupa pencapaian
keterampilan berpikir kritis peserta didik melalui penerapan model
POE2WE berbantuan Phet Simulations
d. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan
model POE2WE berbantuan Phet Simulations pada materi gas ideal,
sehingga dimungkinkan ketika terjun di lapangan mempunyai wawasan
dan pengalaman tentang model pembelajaran POE2WE berbantuan Phet
Simulations.

E. Definisi Istilah
Definisi istilah yang ada dalam penelitian ini antara lain:
1. Phet Simulations
PhET Simulations merupakan gambar bergerak (animasi), interaktif
dan dibuat seperti layaknya permainan dimana peserta didik dapat belajar
dengan melakukan eksplorasi (Prihatiningtyas dkk, 2013).
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru
secara sistematis dalam mempersiapkan situasi pembelajaran yang
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan
tercapainya prestasi belajar yang memuaskan (Hosnan, 2014).
3. POE2WE
Model POE2WE merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai suatu konsep
dengan pendekatan konstruktivistik (Nana, 2018).
4. Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas kognitif yang berkaitan
dengan penggunaan nalar, yang berarti menggunakan proses-proses mental,
seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai atau
memutuskan. Pola pikiran tinggi dibentuk berdasarkan cara berpikir kritis
(Matsun dkk, 2016).
F. Batasan Masalah
G. Asumsi Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1.

Anda mungkin juga menyukai