Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Kupang,13 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………….2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………...2
1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………………………2
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi integritas kulit dan luka…………………………………………….3


2.2 Anatomi fisiologi………………………………………………………………4
2.3 Etiologi…………………………………………………………………………6
2.4 Derajat luka …………………………………………………………………...6
2.5 Jenis dan tipe luka…………………………………………………………….7
2.6 Gambaran klinis………………………………………………………………8
2.7 Kerangka berpikir……………………………………………………….……9
2.8 Proses penyembuhan luka……………………………………………………10
2.9 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka …………………………..12

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………13
3.2 Saran ………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi dan
melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh manusia,
yang sebagian besar ditutupi rambut, baik rambut halus ataupun rambut kasar dan
panjang, yang menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Kulit adalah suatu
struktur jaringan diperlengkapi dengan pembungkus yang kedap air (waterproof) dan
melindungi tubuh, mengandung ujung-ujung saraf sensible (perasa) dan membentuk
pengaturan suhu.( Syaifudin 1996 )
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling luar sampai yang paling
dalam, dan kulit tubuh dari satu bagian tubuh dengan bagian yang lain dan sangat
berbeda. Kulit di daerah wajah dan leher jauh berbeda dengan ketebalan kulit di
daerah telapak tangan dan kaki. Kulit menerima stimulus sakit, perabaan dan
perubahan temperature. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan
lapisan dalam atau lapisan dermis.( Sulastomo 2013 )
Gangguan integritas kulit dapat terjadi sebab tekanan yang lama, iritasi,
imobilisasi, sehingga dapat menyebabkan luka. Dalam konsep dasar kulit ini termasuk
di dalamnya kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit adalah kondisi
dimana individu mengalami atau beresiko perubahan atau gangguan epidermis dan
atau dermis pada lapisan kulit (NANDA, 2015).
Luka juga didefinisan sebagai kerusakan pada fungsi perlindungan kulit
disertai hilangnya komtinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan
pada jaringan lainnya seperti otot,tulang dan nerfus yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu : tekanan,sayatan,dan luka karena operasi ( Ryan 2014 )

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Meningkatkan pengetahuan calon-calon perawat mengenai konsep kebutuhan
dasar manusia tentang “integritas kulit dan luka”sehingga dapat diaplikasikan
dalam bidang keperawatan nantinya.
1.2.2 Tujuan khusus:
1. Mengetahui definisi integritas kulit
2. Mengetahui antaomi dan fisiologi kulit
3. Mengetahui etiologi dari integritas kulit
4. Mengetahui jenis dan tipe luka
5. Mengetahui gambaran klinis dari integritas kulit
6. Mengetahui pathway terjadinya luka
7. Mengetahui proses penyembuhan luka
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan integritas kulit
9. Mengetahui faktor dari p enyembuhan luka

1.3 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari integritas kulit?
2. Apa anatomi dan fisiologi kulit?
3. Apa etiologi dari integritas kulit?
4. Berapa macam jenis dan tipe luka?
5. Bagaimana gambaran klinis dari integritas kulit?
6. Bagaimana pathway terjadinya luka?
7. Bagaimana proses penyembuhan luka?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan integritas kulit?
9. Apa saja faktor dari penyembuhan luka?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami integritas
kulit?

10.
2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi integritas kulit dan luka

Dalam konsep dasar kulit ini termasuk di dalamnya kerusakan integritas kulit.
Kerusakan integritas kulit adalah kondisi dimana individu mengalami atau beresiko
perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis pada lapisan kulit .Dari
pengertian tersebut, maka hal itu akan menyebabkan luka. Sedangkan pengertian luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau gigitan hewan (NANDA 2015 )
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Kerusakan integritas
kulit terjadi karena kerusakan sel yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan
mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula
darah meningkat, darah menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler,
terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan gangguan
penyembuhan luka pada ulkus.( R.Sjamsuhidayat dan Win De Jon 2004 )
Luka diartikan sebagai kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai
hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada
jaringan lainnya seperti otot,tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa
faktor,yaitu : tekanan,sayatan,dan luka karena operasi ( Ryan 2014).
Luka juga didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan.Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis,sifat,proses penyembuhan dan lama penyembuhan berdasarkan sifat
yaitu : abrasi,kontusio,insisi( iris ),laserasi,terbuka,penetrasi,dan sepsis ( Potter dan
Perry 2006 ).

3
2.2 Anatomi Fisiologi
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan
selaput lendir yang melaapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit
mepunyai banyak fungsi didalamnya terdapat tujuh saraf peraba, membantu mengatur
suhu tubuh dan mengendalikan ilangnya air dari tubuh.
Menurut Evelin Pearce (1999) Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu epidermis dan
dermis.
1. Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel
yang tersusun atas dua lapisan tampak yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis
zona germinalis.
a. Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel yang
membentuk epidermis yaitu :
 Stratum korneum: selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus
menerus dilepaskan
 Stratum lusidium: selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada
intinya
 Stratum granulosum: selapisnya sel yang jelas tampak berisi inti
dan juga granulosum
 Zona germinalis terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas
dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas yaitu:
 Sel berduri: sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu
dengan yang lainnya
 Sel basal: sel ini terus memproduksi sel epidermis baru.
2. Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan kolagen dan serat
elastis menyokong epidrmis. Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba,
terletak didalam dermis.

Pelengkap kulit: rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus.

4
2.2.1 Fungsi kulit

1. Perlindungan
Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan perlindungan
daripada kemasukan bakteria, ini perlindungan tahap pertama. Lapisan
berkematu yang senantiasa gugur, menyebabkan bakteria sukar membiak dan
bertapak tetap pada kulit.
2. Kulit sebagai organ pengatur panas
Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan pelepasan panas dari tubuh,
dengan cara:
 Penguapan: jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit
 Pemancaran: panas dilepas pada udara sekitar
 Konduksi: panas dialihkan ke benda sentuh
 Konveksi: udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan
udara yang lebih dingin
3. Kulit sebagai indra peraba
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf didalam kulit, berbeda
– beda menurut ujung saraf yang dirangsang
4. Tempat penyimpanan air
Kulit pada bagian bawah bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan
adipose dibawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama
pada tubuh
5. Sintesis vitamin D
Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada sinaran ultraungu, sinaran ultraungu
ini akan diserap oleh kulit dan bertindak ke atas prekursor, seterusnya
menukarkannya kepada vitamin D

5
2.3 Etiologi

Menurut Aziz Alimul (2008) berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Luka Mekanik terdiri atas
1. Vulnus Scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka kelihatan
rapi
2. Vulnus Contusum, luka memar dikarenakan cedera pada jaringan bawah kulit
akibat benturan benda tumpul
3. Vulnus Caceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak yang dalam.
4. Vulnus Punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar ( bagian mulut luka ) ,
akan tetapi besar di bagian dalamnya.
5. Vulnus Seloferandum, luka tembak akibat tembakan peluru, bagian tepi luka
tampak kehitam – hitaman
6. Vulnus Morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka
7. Vulnus Abrasion, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembuluh darah
b. Luka Nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan
listrik.

2.4 Derajat luka


Derajat luka di klasifikasikan menjadi 3 tingkat,yakni : tingkat 1,2,dan 3.Setiap
derajat luka dinilai berdasarkan tingkat keparahannya dan kerusakan yang di
akibatkan pada kulit.
a. Derajat luka tingkat 1 ( superficial burn )
Adalah tingkatan luka yang hanya memengaruhi epidermis atau lapisan
kulit luar saja.Secara klini,tandanya berupa kulit yang
memerah,kering,dan terasa sakit.Dan proses penyembuhannya terjadi
secara spontan dan membutuhkan waktu sekitar 5-10 hari.
Contohnya : luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari.
b. Derajat luka tingkat 2 ( tingkat sedang)
Derajat luka ini dikatakan derajat luka tingkat sedang karena terjadi pada
epidermis dan sebagian lapisan kulit dermis.Ketika mengalami luka ini

6
maka kulit akan tampak memerah,lecet,melepuh,bengkak dan terasa
sakit.Luka penye,buhannya bisa mencapai 3-9 minggu.
c. Derajat luka tingkat 3 ( full thickness burn )
Derajat luka ini mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis,atau lebih
dalam lagi.secara klinis luka ini akan tampak putih dan kasar,namun
terlihat hangus dan mati rasa.
d. Derajat luka tingkat 4
Derajat luka ini ditandai dengan kulit berwarna abu-abu dan pucat ,terjadi
pengumpalan protein pada lapisan epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai bekas luka,serta tidak dijumpai rasa nyeri.
2.5 Jenis dan Tipe Luka

Menurut Aziz Alimul (2008) luka terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan Sifat Kejadian
1. Intendonal Traumas (luka disengaja)
Luka terjadi karena proses terapi seperti operasi atau radiasi
2. Luka terjadi karena kesalahan seperti fraktur karena kecelakaan lalu lintas
(lika tidak sengaja)
Luka tidak sengaja dapat berupa:
 Luka tertutup: jika kulit tidak robek disebut juga dengan luka
memar yang terjadi
 Luka terbuka: jika kulit atau jaringan dibawahnya robek dan
kelihatan seperti luka abrasio(luka akibat gesekan), luka Puncture
(luka akibat tusukan), hautration (luka akibat alat perawatan luka).

b. Menurut tingkat kontaminasi terhadap luka.


1. Luka bersih ( clean wounds)
Yaitu luka terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan dan infeksi
pada sistem pernapasan, pencernaan, gental, dan urinary tidak terjadi
2. Luka bersih kontaminasi (clean contamined wounds)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, terkontaminasi tidak selalu terjadi
3. Luka terkontaminasi (countamined wounds)

7
Termasuk luka terbuka. Fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna
4. Luka kotor atau infeksi (dirty or infected wounds)
5. Yaitu terdapatnya mikoorganisme pada luka
c. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka.
1. Stadium I
Luka superficial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II
Luka partial thickness, yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis.
3. Stadium III
Luka full thickness, yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subcutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya.
4. Stadium IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas..
d. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1. Luka akut
Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah disepakati.
2. Luka kronis
Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen dan endogen.

2.6 Gambaran Klinis


Reaksi radang menjadi jelas yaitu:
a. Warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor)
b. Rasa hangat (kalor)
c. Nyeri (dolor)
d. Pembengkakan (tumor)
e. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
f. Respon stress s impatis

8
g. Pendarahan dan pembekuan darah
h. Kontaminasi bakteri
i. Kematian sel

2.7 Kerangka Berpikir

9
`

10
2.8 Proses Penyembuhan Luka

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses
peradangan” dengan ditandai bengkak, kemerahan, nyeri, panas, dan kerusakan
fungsional.
Proses penyembuhan mencakup beberapa fase, menurut (R. Sjamsuhidajat dan
Wim de Jong, 2004 hlm: 66-67) fase-fase tersebut adalah:
a. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan dan
tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan
pembuluh ujung yang putus (reaksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama
jala fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonim histamine yang
meningkat pemeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan sel radang,
disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembekakan. Tanda
dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yangberupa warna kemerahan karena
kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapetesiso) menuju penyembuhan luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna
bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut
menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis).
b. Fase ploriferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi kira-kira

11
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
diferensiasi, menghasilkan ukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen berat yang akan mempertautkan tepi luka
Pada fase ini, serat serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mebgerut. Sifat ini,
bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi
luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan,
kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul.
Pada fase fiblroflasi ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol
halus yang disebut jaringan granulasi, epitel tepi yang terdiri dari atas sel basal
terlepas dari dasar dan perpindah mengisi permukaan luka.tempatnya kemudian
diisi oleh sel baru yang terbentuk dari sel proses mitosis. Proses migrasi hanya
terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel
saling menyentuh dan menutup semua permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka, proses fibro flasia dengan permukaan jaringan granulasi juga
akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
c. Fase penyudahan

Fase penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari atas penyerapan
kemali jaringan berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya
perumpamaan kembali jaringan yang baru dibentuk. Fase ini dapat berlangsung
berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal karena proses
penyembuhan. Udem dan sel radang diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan
regangan yang ada. Selama ini dihasilkan jaringan parut yang pucaat tipis dan lemas,
serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada
akhir fase ini permukaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 3-6 bulan
setelah penyembuhan. Permukaan luka tulang (patah tulang) memerlukan waktu satu
tahun atau lebih untuk memebentuk jaringan yang normal secara histologi .

12
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Menurut Aziz Alimul ( 2008 ) Proses penyembuhan luka dipengruhi oleh


faktor, yaitu :
1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lebih lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit seperti
diabetes melitus dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membatu perbaikan sel, terutama karena
terdapat kandungan zat gizi di dalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diperlukan
untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen.
Vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Vitamin C dapat berfungsi sebagai
fibroglas, mencegah timbulnya infeksi dan membentuk kapiler – kapiler darah.
Vitamin K membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat membentuk
darah.
6. Kegemukan, obat- obatan, merokok, dan stres, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat –
obatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan luka lebih lama.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kerusakan integritas kulit adalah kondisi dimana individu mengalami atau beresiko
perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis pada lapisan kulit dan luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau gigitan hewan.

3.2 Saran

Upaya yang dapat dilakukan untuk penyembuhan luka yaitu dengan cara
meningkatkan kebutuhan gizi yang seimbang terutama dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi, protein, vitamin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2009. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Irianto Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama Widya
Sjamsuhidajat R & Wim, De Jong. 1997. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tarwoto, Wartonah. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

15

Anda mungkin juga menyukai