Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian nutrisi adalah serangkaian proses kimiawi dan faali yang


dilakukan oleh organisme hidup sejak makanan (pangan atau pakan) masuk tubuh
sampai dengan terjadinya asimilasi zat pakan (nutrien, zat gizi) untuk keperluan
hidup. Definisi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
organisme hidup dan lingkungan yang berupa makanan. Hubungan erat itu telah
dimulai sejak organisme memasukkan makanan ke dalam tubuhnya dan
selanjutnya diikuti terjadinya serangkaian proses kimiawi dan faali sehingga
sebagian atau seluruh makanan yang masuk dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, yaitu: hidup, tumbuh, berkembang biak atau produksi; sedangkan sisa
makanan yang tidak digunakan segera dikeluarkan dari tubuh. Arti digunakan
meliputi proses ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme dan ekskresi hasil yang
tidak berguna dan hasil sisa, sehingga pokok permasalahan nutrisi ternak adalah
mencakup berbagai sifat dan kegunaan nutrien bagi ternak.
Ilmu nutrisi adalah ilmu yang mempelajari pemilihan dan konsumsi
makanan dan pemanfaatan zat makanan untuk mempertahankan kelestarian hidup
dan keutuhan alat tubuh (pembaharuan sel-sel tubuh yang aus atau terpakai) dan
untuk memenuhi tujuan-tujuan produksi. Kebutuhan akan zat makanan untuk
mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh dinamakan kebutuhan
hidup pokok (“maintenance requirement”). Kebutuhan akan zat makanan untuk
tujuan produksi adalah kebutuhan akan zat makanan di atas kebutuhan hidup
pokok yang dapat dimanfaatkan untuk proses-proses produksi. Misal untuk
pertumbuhan, reproduksi, produksi telur, produksi air susu, produksi wol atau
produksi tenaga. Pada ternak, pemberian makanan ditujukan tidak hanya sekedar
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, akan tetapi untuk mencapai tingkat
produksi setinggi-tingginya. Bahkan pada usaha peternakan biaya pakan
merupakan biaya variabel terbesar, tingkat produksi harus senantiasa diusahakan
dapat dicapai dengan biaya pakan semurah-murahnya.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 1


BAB II
KLASIFIKASI BAHAN PAKAN

Pakan
Definisi pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan
yang dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein dan nutrient
lainnya yang dibutuhkan oleh hewan atau ternak.

Klasifikasi Bahan Pakan


Klasifikasi Bahan Pakan Menurut Asal
Klasifikasi bahan pakan menurut asalnya dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Bahan pakan yang berasal dari tanaman
a. Hijauan pakan (“forages”)
Hijauan pakan dikenal pula dengan istilah hijauan makanan ternak (HMT).
Hijauan pakan biasanya diberikan kepada ternak dalam bentuk daun dan
batang, kadang-kadang bercampur ranting dan bunga. Hijauan pakan
diberikan dalam keadaan segar di kandang atau di lapangan.
1. Rumput
Rumput lapangan (“native grass”)
Contoh : teki, ilalang, dll
Rumput budidaya (“culture grass”)
Contoh : rumput Gajah, rumput Benggala, dll
2. Leguminosa
Pohon
Contoh : lamtoro, turi, gamal, kaliandra, dll
Merambat/menjalar
Contoh: kalopo, sentro, dll
3. Hijauan lain selain butir 1 dan 2
Contoh : nangka, ketela pohon, dll.
b. Jerami atau hasil sisa tanaman pertanian (“roughages”)

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 2


Contoh :
1. Sebangsa rumput : jerami padi, jerami jagung (“corn stover”),
pucuk tebu.
2. Sebangsa leguminosa : kacang tanah, kacang panjang, kacang
kedelai.
3. Tanaman lain: daun ketela pohon, daun ketela rambat, daun
kentang.
c. Bebijian
Contoh :
1. Berasal dari sebangsa rumput (“cerealia”) : jagung, sorghum,
padi, gandum.
2. Berasal dari sebangsa leguminosa : kacang tanah, kacang
kedelai, kacang hijau.
d. Umbi
Contoh : ketela pohon, ketela rambat, kentang.
e. Hasil sisa atau hasil samping industri pertanian
Contoh :
1. Bungkil : bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kacang
tanah, bungkil biji kapok.
2. Bekatul atau dedak halus hasil sisa penggilingan (penggilingan
padi, jagung, sorghum, gandum).
3. Onggok.
4. Tetes.
2. Bahan pakan yang berasal dari hewan.
Contoh : tepung daging, tepung daging-tulang, tepung darah, susu, telur.
3. Bahan pakan yang berasal dari ikan.
Contoh : tepung ikan, tepung udang, tepung kepala udang

Klasifikasi Bahan Pakan Menurut Bentuk Fisik


Klasifikasi bahan pakan menurut bentuk fisiknya dikelompokkan menjadi
3, yaitu:

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 3


1. Bentuk butiran
Bahan pakan bentuk butiran umumnya disukai oleh ternak unggas
Contoh : jagung, sorghum
2. Bentuk tepung
Bahan pakan bentuk tepung yang sering dipakai sebagai bahan pakan adalah
dedak, bekatul, tepung ikan serta bahan yang berasal dari bahan pakan bentuk
butiran yang dibuat menjadi tepung
3. Bentuk cair
Contoh bahan pakan bentuk cair antara lain minyak ikan, minyak kedelai

Klasifikasi Bahan Pakan Menurut Sumber Zat Gizi


Klasifikasi bahan pakan menurut sumber zat gizi dikelompokkan menjadi
5, yaitu :
1. “Carbonaceous concentrates”
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan dengan kadar energi tinggi,
kadar serat kasar rendah (kurang dari 18%), kadar protein kasar rendah
(kurang dari 20%). Pada umumnya, kadar mineral fosfor cukup dan kalsium
rendah; sedangkan kadar vitamin A,D, riboflavin, B12 dan asam panthotenat
rendah, niasin tinggi dan vitamin E cukup.
Contoh:
Biji-bijian : jagung, sorghum, gandum, oats, barley, rye
Hasil samping bijian: bekatul, dedak halus
Tetes (“molasses”)
2. “Carbonaceous roughages”
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan dengan kadar energi rendah,
atau cukup, kadar serat kasar tinggi dan kadar protein kasar rendah.
Contoh:
Silase jagung dan sorghum
Padangan sorghum
Tongkol jagung
Jerami

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 4


3. “Proteinaceous concentrates”
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan dengan kadar energi rendah,
kadar serat kasar rendah dan kadar protein kasar tinggi (lebih dari 20%).
Contoh:
Asal tanaman : bungkil-bungkil kacang, wijen, kapas, kedelai
dan kelapa
Asal hewan : tepung daging, darah, ikan dan susu
Lainnya : urea
4. “Proteinaceous roughages”
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan dengan kadar energi rendah,
kadar serat kasar cukup, kadar protein kasar cukup dan kadar kalsium tinggi.
Contoh:
Hijauan leguminosa
Hijauan kering (“hay”)
5. Bahan additive
Bahan additive adalah bahan pakan yang ditambahkan ke dalam ransum dalam
jumlah sedikit.
Contoh:
Nutrien : vitamin, mineral
Non nutrien : antibiotik, hormon, obat, zat warna

Klasifikasi Bahan Pakan Menurut Kelaziman


Klasifikasi bahan pakan menurut kelazimannya dikelompokkan menjadi 2,
yaitu:
1. Bahan pakan konvensional
Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang lazim dipakai untuk
menyusun ransum. Bahan pakan konvensional dapat berasal dari tanaman,
hewan, ikan dan hasil sampingan industri pertanian.
a. Asal tanaman
Contoh : rumput

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 5


b. Asal hewan
Contoh : tepung daging
c. Asal ikan
Contoh : tepung ikan
d. Asal hasil sampingan industri pertanian
Contoh : bungkil, bekatul
2. Bahan pakan inkonvensional
Bahan pakan inkonvensional adalah bahan pakan yang tidak lazim atau belum
lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan inkonvensional dapat
berasal dari industri pertanian, hewan dan hasil fermentasi.
a. Asal industri kimia
Contoh : urea, biuret, diamonium fosfat
b. Asal industri pertanian
Contoh : bagase
c. Asal hewan
Contoh : kotoran ternak, isi rumen
d. Asal hasil fermentasi
Contoh : protein sel tunggal (“single cell protein”)

Klasifikasi Bahan Pakan secara Internasional


Klasifikasi bahan pakan secara internasional dikelompokkan menjadi 8,
yaitu:
1. Hijauan kering dan jerami (“dry forages and roughages”)
Kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotong dan
dirawat serta produk lain dengan kadar serat kasar lebih dari 10% dan kadar
dinding sel lebih dari 35%. Pada umumnya, kadar energi netto hijauan dan
jerami per unit beratnya rendah karena kadar dinding selnya tinggi.
Contoh :
Hijauan kering (“hay”)
Jerami
Sekam

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 6


Kulit biji polongan
2. Pastura, tanaman padangan, hijauan yang diberikan segar (“pasture, range
plants and forages feed green”)
Termasuk dalam kelas ini adalah semua hijauan yang dipotong atau tidak dan
diberikan secara segar.
Contoh:
Rumput dan leguminosa
Tanaman lain
3. Silase (“silages”)
Bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses
fermentasi di dalam silo secara anaerob, mengandung bahan kering sebesar
30-35%. Termasuk dalam kelas ini adalah silase hijauan (rumput, jagung,
alfalfa, dll), tetapi bukan silase ikan, biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian.
Contoh:
Silase rumput
Silase jagung
Silase sorghum
4. Sumber energi (“energy feeds”)
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan kadar protein kasar kurang dari
20% dan kadar serat kasar kurang dari 18% atau kadar dinding selnya kurang
dari 35%.
Contoh:
Biji-bijian (meskipun telah mengalami ensilase)
Limbah penggilingan (meskipun telah mengalami ensiles)
Buah-buahan (meskipun telah mengalami ensilase)
Kacang-kacangan (meskipun telah mengalami ensilase)
Akar-akar (meskipun telah mengalami ensilase)
Umbi-umbian (meskipun telah mengalami ensilase)
5. Sumber protein (“protein supplements”)

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 7


Kelas ini mengikutsertakan bahan yang mengandung protein kasar 20% atau
lebih dari bahan berasal dari hewan (termasuk bahan yang disilase) maupun
tanaman.
Contoh :
Tepung ikan
Tepung daging
Tepung darah
Bungkil
6. Sumber mineral (“mineral supplements”)
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang cukup banyak mineral.
Contoh :
Tepung tulang
Kapur
7. Sumber vitamin (termasuk produk ensilase ragi) (“vitamin supplements,
including ensiled yeast”)
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang mengandung cukup
banyak vitamin.
Contoh : Preparat vitamin
8. Aditif (“additives”)
Termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
ransum dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu.
Contoh:
Antibiotika
Bahan pewarna
Bahan pengharum
Hormon
Obat-obatan

BAB III
KOMPONEN ZAT GIZI MENURUT FRAKSI
PROKSIMAT WEENDE DAN VAN SOEST

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 8


Telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa yang dimaksud pakan
adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan atau
ternak serta mengandung energi, protein dan nutrient lainnya yang dibutuhkan
oleh hewan atau ternak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan pakan adalah
sesuatu yang harus memenuhi semua persyaratan tersebut. Sedangkan yang
disebut sebagai nutrient adalah setiap unsure ataupun senyawa kimia yang
mempunyai fungsi spesifik yang dapat menunjang proses kehidupan sel ataupun
organisme. Komponen bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap serta
bermanfaat bagi tubuh disebut zat pakan. Zat pakan terdiri dari air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Tidak terdapat perbedaan hakiki antara bahan
makanan manusia dengan bahan makanan ternak, tetapi dalam kehidupan sehari-
hari diadakan pembedaan. Bahan makanan manusia disebut pangan (“foods”),
sedangkan bahan makanan ternak disebut pakan (“feeds”). Berdasarkan
komponen penyusunnya, bahan pakan dapat diuraikan seperti terlihat pada
Gambar 1.

Bahan
Pakan Air

Bahan Bahan anorganik (abu, mineral)


Kering
Karbohidrat
Bahan Lipida
Organik Protein
Asam nukleat
Asam organik
Vitamin

Sistem Analisis Proksimat


Kini telah dikenal kurang tidak dari 21 macam mineral, 2 asam lemak, 11
asam amino yang dianggap esensial bagi hidup ternak serta 15 vitamin. Analisis
bahan pakan merupakan suatu hal yang bersifat kompleks, oleh karena itu perlu
dilakukan penyederhanaan dengan cara mengelompokkan zat pakan berdasarkan
sifat fisik dan kimianya. Analisis lain yang tidak terwakili dalam pengelompokkan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 9


itu dilakukan secara khusus. Usaha pengelompokan zat pakan telah dirintis oleh
Thaer pada tahun 1809, selanjutnya metode Thaer disempurnakan oleh Hanneberg
dan Stohmann.
Hanneberg dan Stohmann bekerja di Weende Experiment Station yang
terletak dekat Universitas Goettingen Jerman pada tahun 1856-1863 telah
mengembangkan sistem analisis kimia dan kegunaannya. Sistem atau cara analisis
kimia tersebut pada awalnya dikenal dengan nama sistem analisis Weende, namun
dalam perkembangan selanjutnya lebih dikenal dengan sistem analisis proksimat.
Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai
komposisi suatu bahan pakan yang sebenarnya (“approximate”)
Melalui sistem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi
bahan pakan, yaitu air, abu, protein kasar, lemak kasar (ekstrak ether), serat kasar
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Nilai BETN dicari berdasarkan
perhitungan 100% dikurangi jumlah persentase dari lima fraksi yang lain. Bagan
fraksionasi zat pakan menurut analisis proksimat tersaji pada Gambar2.
Gambar 2 memperlihatkan bahwa bahan pakan terbagi menjadi 10 zat
pakan. Lima diantaranya (bagian atas bagan tersebut) diperoleh dengan jalan
analisis dan 5 lainnya dihitung sebagai selisih. Bagan tersebut memperlihatkan
bahwa dari 6 jenis zat pakan, hanya 5 yang terwakili yaitu air, mineral, protein,
lemak dan karbohidrat. Kedudukan vitamin dalam bagan tersebut tidak jelas. Ini
merupakan salah satu contoh kelemahan analisis proksimat.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 10


Bahan
Pakan Air

BK Mineral

Bahan
Organik Protein

Bahan Lemak
Organik
Tanpa N

KH SK

BETN

Gambar 2. Bagan Fraksionasi Zat Pakan Menurut Analisis Proksimat

Keterangan:
BK = Bahan Kering
KH = Karbohidrat
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia bahan pakan, jaringan


tubuh, feses ataupun ekskreta yang dikerjakan setiap hari untuk menentukan
estimasi nilai kecernaan dan manfaat bahan pakan serta untuk menentukan standar
untuk semua jenis ternak. Komponen masing-masing fraksi dalam analisis
proksmiat dapat dilihat pada Tabel 1.

Air
Air merupakan bahan pakan yang paling murah dan paling sederhana
susunan kimiawinya karena hanya terdiri dari 2 atom hydrogen dan 1 atom
oksigen yang membentuk suatu persenyawaan menjadi H2O. Meskipun air

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 11


merupakan substansi yang paling sederhana dalam bahan pakan, namun demikian
penetapan kadar air bukanlah yang paling sederhana. Kadar (kadar) air ditentukan
sebagai persen kehilangan bobot sample bahan pakan setelah dikeringkan dalam
oven sampai bobotnya tidak susut lagi pada tekanan 1 atmosfir dengan suhu
sedikit di atas titik didih air (105C).

Tabel 1. Komponen Masing-masing Fraksi dalam Analisis Proksimat


Fraksi Komponen
Air Air (mungkin terdapat asam dan basa yang bersifat volatile)
Abu Mineral esensial :
Makro : K, Mg, Na, S, Ca, P, Cl
Mikro : Fe, Mn, Cu, Co, I, Br, Mo, Se, F,
Ba, Sr
Mineral non esensial :
Si, Cr, Ni, Ti, Al, V, B, Pb, Sn

Protein kasar Protein, asam amino, asam nukleat, amina, glikosida


nitrogenous, glikolipid, vitamin B, NPN, nitrat (hanya sebagian
saja)
Lemak kasar Lemak, minyak, lilin (“wax”), asam organik, pigmen, sterol dan
vitamin A,D,E,K
Serat kasar Selulosa, hemiselulosa, lignin
BETN Gula, pati, fruktosa, hemiselulosa, pectin terlarut, asam organik,
resin, tannin, pigmen, vitamin yang larut dalam air

Pada pemanasan dengan suhu di atas titik didih air, penyusutan bobot
bukan hanya merupakan kehilangan berupa air. Asam-asam organik yang mudah
menguap akan hilang dan terhitung sebagai air. Pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
tinggi, beberapa senyawa organik mengalami dekomposisi oleh proses oksidasi
dan produk oksidasi tersebut antara lain adalah air. Berdasarkan uraian di atas,
dapat dipahami bahwa persen penyusutan bobot tersebut mungkin terdiri atas
kehilangan air, senyawa organik yang mudah menguap dan kehilangan air yang
berasal dari dekomposisi senyawa organik. Oleh sebab itu, dalam referensi
berbahasa Inggris, kadar air bahan pakan sering disebut sebagai “moisture”,
bukan “water”.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 12


Department of Nutrion dari McDonald College berusaha mengatasi
kelemahan tersebut dan melakukan penetapan (penentuan) kadar air secara
langsung dengan teknik destilasi toluene. Prosedur ini menyebutkan angka koreksi
terhadap asam-asam organik yang ikut tertampung bersama air. Faktor koreksi (f)
terhadap jenis-jenis asam organik yang larut dalam air silase rata-rata nilainya
sebesar 0,00555.
Sekarang ini sudah ada alat untuk menentukan kadar air untuk sampel
yang banyak mengandung asam-asam organik dengan alat yang disebut “freeze
dryer” yang mampu menghilangkan air dalam suatu bahan tanpa mempengaruhi
kondisi asam-asam organiknya. Selain sample yang banyak mengandung asam-
asam organik, “freeze dryer” juga dapat digunakan untuk mengeringkan sample
feses yang banyak mengandung asam urat maupun menghilangkan kadar air telur
sehingga dapat dibuat menjadi tepung dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
Kadar air bahan pakan yang berasal dari tanaman erat hubungannya
dengan stadium pertumbuhan tanaman tersebut. Hijauan yang masih muda banyak
mengandung air, kira-kira berkisar antara 75-95%. Semakin tua tanaman, kadar
airnya semakin berkurang. Biji kering dan jerami kering masih mengandung air
kira-kira sebesar 12-16%. Tumbuh-tumbuhan air dan umbi-umbian merupakan
bahan yang paling banyak mengandung air, yaitu antara 90-98%.
Penentuan kadar air dari suatu bahan pakan sebenarnya bertujuan untuk
menentukan kadar bahan kering (BK) dari bahan tersebut. Penentuan BK
merupakan prosedur yang umum dikerjakan di Laboratorium Makanan Ternak.
Hal ini penting dilakukan karena bobot BK akan digunakan sebagai standar bobot
untuk penentuan kadar fraksi lainnya. Apabila berdasarkan bahan segar, maka
akan diperoleh nilai kadar fraksi yang berlainan dari setiap hasil analisis yang
berbeda waktu meskipun dari cuplikan yang sama. Sebagai contoh, hasil analisis
proksimat dari jagung berkadar air 15% akan berbeda nilainya dengan jagung
yang berkadar air 10%. Kadar BK bahan pakan dihitung sebagai selisih antara
100% dengan persen kadar air.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 13


Abu atau Mineral
Kadar abu (mineral, bahan anorganik) ditentukan dengan membakar atau
memijarkan sample pada suhu yang sangat tinggi (400-6000), sehingga semua
bahan organic atau karbon yang terkandung dalam bahan tersebut terbakar dan
teruapkan. Pemijaran biasanya dilakukan dengan menggunakan tanur listrik
(“muffle furnace”). Residu yang ada adalah abu dan mencerminkan konstituen
anorganik suatu bahan. Dengan mengetahui kadar abu, kadar bahan organic dapat
dihitung dengan cara mengurangi kadar sample awal dengan kadar abu yang
diperoleh. Kadar abu yang ditentukan dengan memijarkan sample disebut sebagai
pengabuan secara kering (“dry ashing”).
Penentuan kadar abu dengan cara memijarkan sample pada tanur listrik
tidak mampu mencerminkan mineral apa saja yang terkandung dalam sample
yang bersangkutan. Kepentingan kadar abu hanya sebagai pelengkap untuk
mengetahui kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Selain itu, abu juga
dapat dimanfaatkan sebagai titik tolak untuk penentuan kadar mineral tertentu,
misalnya kalsium (Ca), forfor (P), magnesium (Mg), “trace mineral” dan lain-lain.
Semua mineral dianggap ada dalam tubuh hewan. Mineral-mineral yang
dianggap esensial dibagi menjadi 3, yaitu mineral makro (“macro mineral” atau
“macro element”), mineral mikro (“micro mineral” atau “micro element”) dan
mineral jarang atau mineral kelumit (“trace mineral”). Dua yang disebutkan
terakhir dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Mineral yang dibutuhkan
dalam jumlah sedikit apabila terkonsumsi dalam jumlah yang besar dapat bersifat
racun (toksik). Mineral-mineral yang diketahui bersifat toksik apabila terkonsumsi
dalam jumlah yang besar antara lain selenium (Se), fluorin (F), arsen (As), timah
hitam (Pb), perak (Ag) dan Molibdenum (Mo).
Bagian-bagian struktural tanaman, daun serta batang mempunyai kadar
mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan tanaman yang
bersangkutan.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 14


Protein
Protein adalah suatu molekul yang kompleks dengan berat molekul yang
besar dan terutama terdiri atas asam-asaam amino yang mengalami polimerisasi
(penggabungan) menjadi suatu rantai polipeptida. Protein mengandung atom-
ataom karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N). Beberapa protein
juga mengandung sulfur (S), fosfor (P) atau besi (Fe).
Konstituen dasar protein adalah asam amino, yaitu suatu molekul yang
dicirikan dengan adanya gugus amino (NH2). Keberadaan gugus ini digunakan
untuk penentuan protein kasar pada bahan pakan dengan cara menghitungnya dari
N yang terdapat dalam suatu protein menurut prosedur yang ditemukan pada
tahun 1883 oleh seorang ahli kimia berkebangsaan Denmark yang bernama JGC
Kjeldahl.
Metode Kjeldahl menganut asumsi bahwa semua bahan pakan berasal dari
protein dan semua protein bahan pakan mengandung N sebanyak 16%, sehingga
protein bahan pakan ditentukan dengan menganalisis kadar nitrogennya. Hasil
yang diperoleh dikalikan dengan faktor 6,25 yaitu faktor kelipatan N yang
diperoleh dari 100/16.
Prinsip metode Kjeldahl adalah pengubahan N bahan pakan menjadi
amonium sulfat dengan jalan mendidihkannya di dalam asam sulfat pekat bebas N
(proses destruksi). Setelah proses tersebut selesai, kemudian didinginkan dan
diencerkan dengan air suling serta dibuat basa dengan menambahkan NaOH
sehingga ammonia akan dibebaskan. Ammonia ditangkap dengan asam encer
(H2SO4 0,3 N).
Ada 3 tahap dalam pelaksanaan analisis kadar protein menurut metode
Kjeldahl, yaitu : 1) proses destruksi, dimana dalam proses ini terjadi peristiwa
oksidasi dan perubahan N (protein) menjadi ammonium sulfat ((NH)2SO4) yang
dilakukan dalam kamar asam (“fume hood”), 2) proses destilasi, dimana terjadi
pemecahan (NH)2SO4 yang dilakukan oleh basa kuat dan 3) proses titrasi, dimana
terjadi keseimbangan reaksi asam dan basa.
Telah dijelaskan bahwa metode Kjeldahl menganut asumsi bahwa semua
N bahan pakan berasal dari protein dan semua protein bahan pakan mengandung

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 15


N sebanyak 16%. Kenyataannya, N yang terdapat dalam bahan pakan tidak hanya
berasal dari protein saja, tetapi juga ada N yang berasal dari senyawa bukan
protein atau “non protein nitrogen” (NPN). Dengan demikian, maka nilai yang
diperoleh dari perhitungan protein merupakan nilai dari apa yang disebut protein
kasar. Sebagai tambahan, faktor perkalian 6,25 juga tidak selalu tepat karena
beberapa bahan mempunyai faktor perkalian yang berbeda-beda (seperti yang
terlihat pada Tabel 2).

Tabel 2. Beberapa Faktor Perkalian untuk Perhitungan Protein


Nomor Bahan Faktor Perkalian
1. Bir, sirup, biji-bijian ragi, makanan ternak, 6,25
buah-buahan, teh, malt, anggur, tepung
jagung
2. Beras 5,95
3. Roti, gandum, macaroni, bakmi 5,70
4. Kacang tanah 5,46
5. Kedelai 5,71
6. Kenari 5,18
7. Susu dan produk-produk susu 6,38

Lemak
Lemak adalah suatu trigliserida, yaitu ester antara gliserol dengan asam
lemak. Substansi lemak dicirikan dengan kelarutannya dalam pelarut organik, dan
fenomena tersebut digunakan untuk menentukan kadar lemak suatu bahan.
Lemak ditentukan dengan cara ekstraksi menggunakan petrol ether atau
pelarut organik lainnya (benzene, acetone, chloroform, dietyl ether) dengan
ekstraktor tipe Soxhlet atau alat lainnya yang sejenis. Metode ini tidak cocok
untuk semua bahan pakan, sebagai contoh adalah bahan yang berasal dari ternak,
ragi kering dan hasil samping pabrik roti. Produk-produk tersebut pertama-tama
harus dihidrolisis dulu dengan HCl mendidih sebelum diekstraksi dengan petrol
ether.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 16


Dalam berbagai literatur, lemak hasil analisis proksimat disebut sebagai
ekstrak ether (“ether extract”). Sedangkan di Indonesia, hasil analisis tersebut
sering disebut sebagai lemak kasar, hal ini dikarenakan yang terlarut dalam
pelarut organik bukan hanya lemak, tetapi semua senyawa (lemak dan bukan
lemak) yang ikut terlarut dalam pelarut organik

Karbohidrat (Serat Kasar dan BETN)


Karbohidrat ada bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula
manfaatnya bagi tubuh. Karbohidrat dalam bahan pakan dibedakan menjadi 2
fraksi utama, yaitu serat kasar (SK) yang merupakan karbohidrat non struktural.
Fraksi struktural (SK) merupakan bagian karbohidrat yang tidak dapat
(sukar) dicerna atau terlarut dan merupakan residu dari penyaringan setelah
dididihkan selama 30 menit berturut-turut dengan asam encer (H2SO4 0,3 N) dan
basa encer (1,5 N). Termasuk di dalam fraksi SK ini adalah selulosa, sebagian
hemiselulosa dan lignin yang tak terlarut. Lignin, meskipun bukan karbohidrat
seringkali berikatan dengan karbohidrat struktural selulosa dan hemiselulosa yang
membentuk ikatan kompleks ligniselulosa dan lignohemiselulosa yang sangat
berpengaruh terhadap daya cerna karena ketahanannya terhadap aktivitas enzim
yang dihasilkan oleh ternak maupun mikrobia yang ada di dalam saluran
pencernaan ternak.
Apabila proporsi kumulatif dari kadar air, abu, PK, LK dan SK
dikurangkan dari 100%, maka selisih yang ada dinayatakan sebagai persen BETN.
Terkadung dalam BETN antara lain gula, pati, fruktosa, hemiselulosa, pectin,
lignin terlarut, asam organik, resin, tannin, pigmen, vitamin yang larut dalam air.

Sistem Analisis Serat Deterjen (Van Soest)


Sejak tahun 1963 Van Soest telah merintis usaha untuk menciptakan
sistem analisis bahan pakan yang lebih relevan manfaatnya bagi ternak, khususnya
sistem evaluasi hijauan. Van Soest membagi hijauan menjadi beberapa fraksi
berdasarkan kelarutannya dalam larutan deterjen. Larutan deterjen membedakan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 17


bahan pakan menjadi fraksi isi sel (“cell contents”) dan fraksi dinding sel (“cell
wall constituents”)
Fraksi isi sel terdiri dari protein, karbohidrat, mineral-mineral yang mudah
larut serta lemak. Fraksi isi sel bersifat mudah larut dalam larutan deterjen netral,
sedangkan dinding sel bersifat tidak mudah larut dalam larutan deterjen netral,
sehingga pada penyaringan yang tertinggal sebagai residu adalah fraksi dinding
sel. Selisih antara BK dengan dinding sel adalah isi sel. Selain bahan organik,
dinding sel juga mengandung silica.
Sistem analisis Van Soest juga menguji kelarutan bahan pakan dalam
larutan deterjen asam. Pemasakan dalam larutan deterjen asam membagi dinding
sel menjadi fraksi yang larut dan fraksi yang tidak larut sebagian besar terdiri atas
hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel. Fraksi yang larut sebagian besar
terdiri atas hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel. Fraksi tak larut adalah
lignoselulosa yang lazim disebut “acid detergent fiber” (ADF). Analisis lignin
melalui penentuan ADF disebut “acid detergent lignin” (ADL). Abu yang
merupakan residu pembakaran ADF disebut “insoluble ash”. Karena abu residu
pembakaran tersebut sebagian besar berupa silica, biasnya juga disebut silica.
Pembagian nutrient menurut analisis Van Soest dapat dilihat pada Gambar 3.
Keunggulan analisis Van Soest dibandingkan analisis proksimat terutama
dalam hal eratnya hubungan antara ADL dengan ADF dengan manfaat bahan
pakan bagi ternak. Apabila kadarnya dalam bahan pakan tinggi, terutama ADL,
koefisien cerna bahan pakan menjadi rendah. Pada dasarnya analisis Van Soest
lebih mampu dalam membedakan karbohidrat yang bermanfaat dibandingkan
yang kurang atau tidak bermanfaat. Tingginya kadar protein atau N dalam ADF
menyatakan bahwa protein bahan pakan bersifat rendah tingkat penggunaannya.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 18


Bahan
Pakan Air

BK Mineral
Isi sel

Hemiselulosa
Dinding
Bahan N dinding sel
Organik
Sel

Acid Selulosa
Detergent
Fiber
Acid
Residu Detergent
Lignin

SiO2

Gambar 3. Pembagian Nutrien Menurut Analisis Van Soest

Walaupun analisis Van Soest mempunyai beberapa keunggulan


dibandingkan dengan analisis proksimat, analisis Van Soest masih belum dapat
menggantikan analisis proksimat karena analisis Van Soest lebih tidak jelas dalam
menggambarkan nutrient yang ada dalam bahan pakan. Peran analisis Van Soest
lebih banyak menjadi pelengkap daripada pengganti analisis proksimat.

BAB IV
KOMPOSISI TANAMAN

Komposisi nutrient yang menyusun tanaman harus dapat digunakan untuk


berbagai keperluan seperti pertumbuhan sel tubuh, pengganti sel tubuh yang rusak
dan mati, serta dapat menghasilkan produk berupa energi, bulu wool, telur
ataupun susu. Tanaman merupakan sumber utama yang penting untuk kehidupan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 19


ternak, sebab tanaman dapat menggunakan energi matahari dengan baik untuk
fotosintesis, mengubah CO2 dari udara, H2O, nitrat dan berbagai mineral dari
tanah menjadi karbohidrat, lemak, protein dsb. Nutrient tersebut dapat
dimanfaatkan ternak untuk melangsungkan hidup, membentuk tubuh dan
melakukan berbagai proses kehidupan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tanamanlah yang pertama kali membentuk dan menyimpan nutrient yang
selanjutnya dimanfaatkan oleh ternak.
Tanaman sebagai sumber bahan pakan mengandung berbagai nutrient
yang sama seperti yang terkandung dalam tubuh ternak, hanya kadarnya yang
berbeda. Bahkan diantara spesies maupun bagian-bagian tanaman serta hasil
sampingnya mempunyai kadar nutrient yang berbeda pula.
Air
Penyusun utama tanaman berupa hijauan segar sebagai sumber bahan
pakan adalah air, yang mencapai lebih dari 80% (Tabel 3). Kadar air pada
tanaman yang muda lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lebih tua. Selain itu,
kadar air dari setiap bagian tanaman pakan juga berbeda, tergantung pada bagian
mana dari tanaman tersebut. Kadar air daun akan berbeda dengan kadar air
batang. Begitu pula kadar air batang akan berbeda dengan kadar air biji.
Mineral
Tanaman mengandung mineral dengan kadar yang berbeda-beda,
tergantung spesies dan bagian tanaman. Mineral utama yang terdapat pada
tanaman adalah K, Si, sedangkan pada leguminosa mineral utamnya adalah Ca.
Kadar Ca yang tinggi terutama terdapat pada bagian tanaman yang tumbuh. Kadar
Ca daun lebih tinggi dibandingkan batang, sedangkan kadar Ca biji lebih rendah
dibandingkan bagian yang lain. Sebaliknya, kadar P terdapat tinggi dalam biji
dibandingkan daun dan batang.

Tabel 3. Kadar Nutrien Beberapa Spesies, Bagian dan hasil Samping


Macam Bahan Pakan Air Abu PK LK SK BETN
----------------------------- % ------------------------------
Hijauan Segar

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 20


Rumput Gajah
Umur 3 minggu 86,39 2,52 1,35 0,31 3,92 5,51
Umur > 3 minggu 85,30 2,67 1,20 0,27 5,23 5,33
Daun 82,14 2,58 2,43 0,64 5,47 6,74
Batang 87,35 1,68 0,61 0,22 4,31 5,38
Rumput Kolonjono 83,21 3,52 1,46 0,38 5,52 5,91
Daun ketela pohon 72,78 2,22 6,76 0,85 5,53 11,08

Biji-bijian
Jagung kuning 13,44 3,67 9,48 4,37 1,44 67,60
Jagung putih 13,54 3,56 8,59 3,64 2,59 68,08
Kedelai 9,68 4,62 38,04 17,19 5,66 24,81
Kacang hijau 10,30 4,11 22,46 1,64 4,41 57,08

Hasil Samping
Bungkil kedelai 11,75 6,20 43,99 1,65 5,78 30,63
Bungkil kelapa 12,17 5,12 17,59 12,44 8,68 44,03
Bungkil kelapa sawit 10,51 3,69 15,06 1,27 11,21 58,26
Dedak padi 11,43 8,83 11,50 12,19 8,99 47,06
Dedak jagung 11,05 5,44 7,20 13,18 2,55 60,57
Dedak gandum 10,47 3,83 13,18 4,08 7,17 61,27

Protein
Tanaman leguminosa pada umumnya mengandung protein yang lebih
tinggi daripada tanaman non leguminosa. Selain itu, kadar protein dari setiap
bagian tanaman juga berbeda, misalnya kadar protein biji lebih tinggi daripada
daun, kadar daun biji lebih tinggi daripada batang. Berbeda halnya dengan
bungkil, karena telah diambil minyaknya maka kadar protein bungkil lebih tinggi
daripada bahan asal sebelum diekstraksi.
Lemak
Lemak pada tanaman terutama terdapat pada biji-bijian sebangsa
leguminosa, misalnya biji kedelai, biji kacang. Kadar lemak pada daun umumnya
lebih tinggi dibandingkan batang. Hasil samping berupa bungkil kadar lemaknya
lebih tinggi dari pada bahan asalnya (biji), sebab bungkil merupakan hasil
samping dari ekstraksi minyak biji tanaman.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 21


Karbohidrat
Perbedaan yang mencolok antara tanaman dan hewan adalah tingginya
kadar karbohidrat pada tanaman, yaitu beupa selulosa sebagai senyawa struktural
dan BETN sebagai senyawa non struktural (nutrient cadangan), sedangkan
karbohidrat pada hewan berupa glukosa, glikogen dan laktosa dalam jumlah yang
relatif sedikit dan hanya sebagai sumber energi. Kadar karbohidrat biji-bijian dan
umbi-umbian lebih tinggi daripada daun maupun batang.

BAB V
KOMPOSISI TUBUH TERNAK

Tubuh hewan/ternak dibangun dari zat pakan yang berasal dari bahan
pakan, yang sebagian berupa bahan pakan nabati. Terdapat perbedaan komposisi
tubuh hewan dengan komposisi tubuh hewan/ternak dengan komposisi tanaman.
Bangunan utama tubuh hewan/ternak berupa protein, sedangkan bangunan utama
tanaman adalah karbohidrat. Kerangka hewan/ternak tersusun dari mineral
(tulang), sedangkan kerangka tanaman berupa lignoselulosa (karbohidrat). Dalam
tubuh hewan/ternak, energi ditimbun dalam bentuk lemak, sedangkan pada
tanaman energi ditimbun dalam bentuk pati (karbohidrat). Komposisi tubuh
hewan/ternak umumnya lebih mantap, sedangkan tanaman komposisinya sangat
beragam. Tabel 4 memperlihatkan komposisi tubuh kosong.

Tabel 4. Komposisi Tubuh Kosong Berbagai Spesies Ternak*)


Spesies Air Abu PK LK
-------------------------------- % ------------------------------
Pedet baru lahir 74 4,1 19 3
Pedet gemuk 68 4,0 18 10
Sapi kebiri kurus 64 5,1 19 12
Sapi kebiri gemuk 43 3,3 13 41
Domba kurus 74 4,4 16 5
Domba gemuk 40 2,8 11 46
Babi, 8 kg 73 3,4 17 6
Babi, 30 kg 60 2,5 13 24

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 22


Babi, 100 kg 49 2,6 12 36
Ayam 57 3,2 21 19
Kuda 57 3,2 21 19
Kelinci 69 4,8 18 8
Tikus 65 3,6 22 9
Manusia 60 4,3 18 18
*)
Saluran pencernaan kosong
Air
Air sebagai nutrient penyusun tubuh ternak ternyata bervariasi, tergantung
beberapa faktor seperti umur, kondisi dan spesies. Pada ternak yang masih muda,
kadar air lebih tinggi dibandingkan ternak yang lebih tua. Tabel 4. juga
menunjukkan bahwa ternak yang kurus ternyata kadar air dalam tubuhnya lebih
tinggi dibandingkan ternak yang gemuk.
Mineral
Kalsium (Ca) merupakan mineral yang kadarnya paling tinggi dalam
tubuh, terutama terdapat pada gigi dan tulang dalam bentuk senyawa fosfat dan
hidroksida. Kalsium bersama fosfor (P) membentuk kerangka (tulang dan gigi)
dalam bentuk garam anorganik. Mineral utama yang terdapat dalam tubuh ternak
yaitu kalsium Ca, P, K, Na, Cl, Mg dan S.
Protein
Selain air, protein merupakan penyusun utama setiap organ dan jaringan
tubuh sebab protein terdapat di setiap sel tubuh. Setelah dewasa tubuh tercapai,
dapat dikatakan bahwa kadar protein tubuh tidak berubah akibat pengaruh umur
dan pakan, tetapi hanya dipengaruhi oleh keturunan sebab protein terutama
terkandung di otot dan tulang yang merupakan penyusun utama tubuh.
Lemak
Sebagian lemak tubuh terdapat pada depot-depot lemak atau jaringan
adipose yang berada di bawah kulit, sekitar usus, sekitar ginjal dan sekitar organ-
organ dalam yang lain dan mempunyai fungsi sebagai cadangan energi. Kadar
lemak tubuh sangat bervariasi, tergantung oleh beberapa faktor seperti umur,

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 23


pakan, aktivitas dan sebagainya. Oleh karena itu, penentuan kadar nutrient tubuh
akan lebih baik apabila berdasarkan pada BK bebas lemak.
Karbohidrat

Disamping mengandung air, protein, mineral dan lemak tubuh juga


mengandung karbohidrat meskipun dalam jumlah yang terbatas. Ada 2 macam
karbohidrat utama di dalam tubuh, yaitu glukosa dan glikogen. Keduanya terdapat
di hati, otot dan di dalam darah yang berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu,
karbohidrat juga dapat berupa laktosa yang terdapat di dalam air susu.

BAB VI
FISIOLOGI PROSES NUTRISI
Selera Makan dan Pengaturannya
Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi yang tertinggi
sesuai dengan posisi genetiknya apabila memperoleh nutrient yang dibutuhkan.
Patokan pemberian pakan sudah ada, tetapi masih sering terjadi ransom yang telah
disusun dengan susah payah ternyata tidak dimakan seluruhnya sehingga
penampilan produksi tertinggi tidak tercapai. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap selera makan.
Pengaturan selera makan telah lama menarik perhatian para ahli nutrisi
dan fisiologi. Pada abad ke-19 telah lahir 3 teori yang menerangkan dari mana
asalnya sensasi lapar.
Teori “Peripheral Origin”
Teori pertama tentang pengaturan selera makan dikemukakan oleh Haller
yang menyatakan bahwa rasa lapar berasal dari periferi (“peripheral origin”).
Tegasnya, dari organ di luar sistem syaraf pusat. Haller menunjukkan tempat
kedudukan rasa lapar berada di perut.
Hal yang mendukung teori ini antara lain bahwa rasa lapar bersamaan
timbulnya dengan rasa nyeri dalam perut yang disebabkan oleh kontraksi perut
kosong. Kontraksi ini disebut kontraksi lapar (“hunger contraction”). Menurut
teori ini, sensasi lapar tergantung pada kontraksi lapar. Namun demikian, banyak
hal yang bertentangan dengan teori ini. Salah satu diantaranya pengalaman kita

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 24


sendiri. Pada saat berpuasa, di pagi hari sering merasa lapar dan timbul rasa nyeri
dalam perut. Rasa nyeri tersebut semakin lama tidak bertambah hebat, bahkan
lama-kelamaan hilang. Padahal, semakin sore perut kita semakin kosong. Kenapa
kontraksi lapar tersebut berhenti ?. Apakah perut “tidak tahu” bahwa isinya sudah
kosong ?.
Perut dihubungkan dengan sistem syaraf pusat oleh syaraf vagus.
Penderita sakit perut yang parah, misalnya perutnya sudah luka atau berlubang
oleh asam perut (HCl), maka oleh dokter syaraf vagusnya sering dipotong
(dilakukan “vagotomy”). Tujuannya agar rasa nyeri berkurang dan perut tidak
berkontraksi sehingga upaya penyembuhan luka menjadi tidak terganggu. Karena
tidak terjadi kontraksi dalam perut, seharusnya orang yang mengalami
“vagotomy” tidak merasa lapar. Tetapi pada kenyataannya, orang tersebut masih
dapat berkata : “saya lapar” .
Dua hal tersebut menunjukkan bahwa tempat kedudukan rasa lapar berada
di luar perut. Para ahli mulai menaruh perhatian kepada sistem syaraf pusat
sebagai pengatur rasa lapar.
Teori “Central Origin”
Magendie dan Milne Edwards mengemukakan teori kedua yang
menyatakan bahwa sensasi lapar berasal dari pusat yang terdapat di otak (“central
origin”). Pusat tersebut peka terhadap status lapar yang tercerminkan dari
perubahan sumber energi dalam darah. Zat yang terdapat dalam darah ini berperan
sebagai pembawa berita ke pusat. Selanjutnya, dari pusat turun perintah untuk
makan (lapar) atau berhenti makan (kenyang).
Arus penelitian selanjutnya menjurus kearah pencarian tempat kedudukan
rasa lapar dan rasa kenyang di otak. Setelah menempuh berbagai percobaan yang
sifatnya “trial and error”, akhirnya ditemukan bahwa pusat lapar dan kenyang
terletak di bagian hypothalamus otak. Nuclei di bagian lateral hypothalamus
merupakan pusat lapar (“hunger centre”), sedangkan nuclei di bagian
ventromedial hypothalamus merupakan pusat kenyang (“satiety centre”). Kedua
pusat tersebut mempunyai hubungan sehingga dapat saling mengendalikan.
Apabila pusat lapar dirusak, hewan percobaan merasa kenyang terus sehingga

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 25


tidak mau makan (“aphagia”). Sebaliknya, apabila pusat yang dirusak, hewan
percobaan merasa lapar dan terus makan (hyperphagia”) sehingga dapat menderita
obesitas.
Teori kedua ini mengemukakan bahwa selera makan diatur secara neuro-
hormonal, pusatnya terdapat pada sistem syaraf pusat dengan stimuli yang
terdapat dalam darah. Namun demikian, kontraksi lapar meskipun tidak terus-
menerus memang nyata ada. Demikian pula halnya dengan pembawa barita ke
pusat yang terdapat dalam darah. Grossman et al. (1947) memperlihatkan bahwa
anjing percobaan yang telah mengalami “vagotomy”, setelah disuntik insulin satu
jam sebelum diberi makan ternyata selera makannya bertambah. Peranan utama
insulin adalah untuk meningkatkan “entry” glukosa ke dalam sel tubuh.
Akibatnya, kadar glukosa di luar sel (di dalam tubuh) menjadi turun. Terbukti
bahwa “hypoglycemia” dapat menimbulkan rasa lapar, sedangkan “hyper-
glycemia” dapat menimbulkan sensasi kenyang.
Berdasarkan kedua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pusat lapar dan
kenyang menerima berita dari perut dan juga dari darah.
Teori “General Origin”
Roux dan Foster mengemukakan teori ketiga yang menyatakan bahwa rasa
lapar asalnya bersifat umum, yaitu dari seluruh tubuh (“general origin”). Pusat
lapar tidak hanya peka terhadap perubahan kadar metabolit dalam darah, tetapi
juga menerima impuls aferen (“afferent impulses”) dari berbagai organ. Perut
hanya merupakan salah satu dari organ-organ itu.
Teori terakhir inilah yang sekarang dianut. Kondisi lapar tidak hanya
terbatas pada isi atau kosongnya perut, tetapi pada kondisi darah dan organ-organ
tubuh lainnya. Definisi lapar juga diperluas. Lapar yang disebabkan oleh kontraksi
perut kosong disebut lapar perut (“gastric hunger”), sedangkan lapar yang
bermakna luas disebut sebagai lapar fisiologis. Seseorang yang selama
berminggu-minggu hanya melulu makan ubi mungkin saja mengalami kenyang
perut, akan tetapi orang tersebut mungkin sekali menderita lapar fisiologis,
misalnya lapar protein. Sebaliknya, pada saat kita berpuasa lapar perut lama-
kelamaan akan hilang, akan tetapi lapar fisiologis semakin bertambah. Mengapa

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 26


kontraksi lapar tersebut hilang? Sebab utamanya karena kadar glukosa darah
lama-kelamaan meningkat lagi. Mengapa kadar glukosa naik lagi dan dari mana
asalnya? Glukosa baru berasal dari glikolisis dan glukoneogenesis. Glikolisis
adalah penguraian glukosa dari glikogen tubuh. Glukoneogenesis adalah proses
pembentukan glukosa dari sumber non karbohidrat misalnya dari asam amino non
esensial.Gambar 4 memperlihatkan garis besar interelasi antar hati, darah dan urat
daging (otot) dalam glikolisis dan glukoneogenesis.
HATI DARAH OTOT
Glikogen Glukosa Glikogen

Laktat Laktat Laktat


SIKLUS CORI

HATI DARAH OTOT


Glikogen Glukosa Glukosa

Piruvat Urea Piruvat


NH3 AA

KA
Alanine Alanine Alanine
SIKLUS ALANINE

Gambar 4. Kerjasama Hati, Darah dan Otot dalam Homoestasis Kadar Glukosa
Darah
Keterangan:
AA = asam amino
KA = asam keto alfa

Setelah pusat lapar dan pusat kenyang ditemukan, para ahli mulai mencari
bagaimana terjadinya rasa lapar dan rasa kenyang itu. Konsumsi pakan
menimbulkan berbagai perubahan dalam tubuh. Para ahli mulai mencoba
menghubungkan perubahan-perubahan itu dengan sensasi lapar atau kenyang,
sehingga lahirlah beberapa teori yang mencoba menerangkannya. Teori-teori
tersebut antara lain teori termostatik, teori kimostatik (glukostatik), teori lipostatik
dan teori aminostatik.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 27


Teori Termostatik
Teori ini dikemukakan oleh Brobeck dan kawan-kawannya. Brobeck
berpendapat bahwa hewan makan (lapar) untuk mencegah agar suhu tubuhnya
tidak turun (hypothermia) dan berhenti makan (kenyang) untuk mencegah agar
suhu tubuh tidak naik terus (hyperthermia). Hal ini didasari bahwa penggunaan
pakan akan menghasilkan panas dan suhu tubuh diatur secara homeostasis.
Menurut Brobeck, panas yang timbul dari oksidasi pakan berperan sebagai
pembawa berita ke pusat hypothalamus untuk menyesuaikan konsumsi pakan.
Beberapa fakta yang mendukung teori termostatik ini antara lain:
1. pusat lapar dan pusat kenyang peka terhadap perubahan suhu
2. selera makan dalam lingkungan bersuhu tinggi cenderung menurun
3. bahan pakan, zat pakan atau metabolit yang banyak menghasilkan panas
(bernilai SDA tinggi) cenderung lekas menimbulkan sensasi kenyang dan
4. dalam lingkungan bersuhu tinggi, laju sekresi tirosin kelenjar tiroid
cenderung menurun.
Penelitian Magoun et. al. (1938) memperlihatkanbahwa pemanasan bagian
dorsal hipothalamus kucing akan meningkatkan frekuensi pernafasannya.
Dibagian dorsal hipothalamus terdapat pusat pengaturan pembebasan panas tubuh.
Pusat itu jauh letaknya dari pusat kenyang, tetapi dekat dengan pusat lapar. Pusat
tersebut bekerja serasi dengan pusat lapar. Hal ini menunjukkan bahwa jika hewan
meningkat konsumsi makan (pusat lapar giat bekerja), pusat pembebasan panas
juga meningkat kerjanya, demikian pula sebaliknya. Jadi perangsangan pusat
pembebasan panas, secara tidak langsung juga merangsang pusat lapar atau
feeding centre. Penelitian Anderson dan Larsson (1961) pada kambing yang
sengaja dilaparkan, kemudian dilakukan pemanasan daerah hypothalamus, dekat
pusat kenyang, akan menghentikan selera makan. Sebaliknya bila daerah tersebut
didinginkan selera makan kambing akan bertambah.
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kepekaan hypothalamus terhadap
panas. Jika lingkungan suhu naik, selera makan kan turun. Sebaliknya bila suhu
turun selera makan bertambah. Jadi selera makan meningkat jika hewan berada
dalam suhu lingkungan yang dingin.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 28


Penelitian Both dan Strang ( 1936) menyimpulkan bahwa di kalangan
orang gemuk, berita kenaikan suhu asal oksidasi makanan, ke pusat di
hypothalamus berjalan lambat dan diberitakan terlalu kecil. Akibatnya konsumsi
makanan mereka melampaui batas kebutuhan fisiologisnya.
Rendahnya selera makan dalam suhu lingkungan tinggi dapat berpengaruh
buruk terhadap penampilan produksi ternak. Terutama ternak yang rendah daya
tahan panasnya. Misalnya sapi perah Friesian Holstein (FH), suhu kritis bangsa
sapi in lebih kurang 180 C dan suhu rektalnya 38,50 C, dan kisaran suhu
termonetralnya antara 18-220 C. Suhu termonetral adalah kisaran sehu lingkungan
yang menyebabkan produksi panas atau metabolisme energi hewan bebas dari
pengaruh suhu lingkungan. Batas suhu terendah suhu termonetral dinamakan suhu
kritis. Jadi suhu kritis adalah suhu lingkungan yang menyebabkan hewan tidak
perlu meningkatkan produksi panasnya untuk mencegah agar suhu tubuhnya tidak
naik.
Berdasarkan suhu rektalnya, hewan berdarah panas dapat dikelompokkan
ke dalam 4 kelas. Pertama, kelas dengan suhu rektal 36-38 0 C, yaitu orang, kera,
keledai, kuda, tikus dan gajah. Kelas kedua, bersuhu rektal 38-40 0 C, yaitu
ruminansia, anjing, kucing, kelinci dan babi. Kelas ketiga bersuhu rektal 40-410 C
yaitu kalkun dan unggas air. Kelas keempat bersuhu rektal 42-430 C yaitu ayam,
merpati, puyuh dan merak. Tampak bahwa semakin kecil hewan maka suhu
rektalnya cenderung semakin tinggi. Umumnya hewan yang tergolong ke dalam
kelas suhu rektal tinggi cenderung mempunyai kisaran suhu termonetral besar
atau luas. Ini berarti hewan tersebut lebih mampu menyesuaikan diri dengan suhu
lingkungan yang lebih beragam.
Hewan berdaya tahan panas cenderung mengurangi beban panas dengan
jala menurunkan konsumsi pakan. Suhu tinggi juga menurunkan laju pergerakan
digesta dalam alat pencenaan. Hal ini disebabkan untuk mengurangi beban panas
asal oksidasi pakan, maka ternak akan mengurangi penyerapan zat pakan. Ini
dapat dicapai dengan memperkecil laju pengosongan perut.
Penelitian Borhami dan El-Shazly (1972) memperlihatkan hubungan antara
suhu lingkungan, laju sekresi tiroksin dan kadar asam asetat dalam darah dengan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 29


selera makan domba. Pada suhu tinggi, infusi asam asetat dan tiroksin ke dalam
darah mengurangi selera makan. Jika sekresi tiroksin dihambat dengan tiourasil,
selera makan akan meningkat. Asam asetat adalah asam atsiri utama yang
dihasilkan oleh pencernaan fermentasi dalam rumen dan merupakan sumber
energi utama bagi ternak ruminansia. Akan tetapi asam ini bersifat termogenik,
yaitu sebagian besar kandungan energinya diubah menjadi panas. Jumlah energi
kimia (ATP) yang dihasilkan dari asetat lebih sedikit daripada yang dapat
dihasilkan oleh VFA lainnya. Sedangkan imbangan antara panas pembakaran
(GE) dengan ATP yang terbentuk dari ADP, bagi asam asetat lebih tinggi
daripada asam-asam lainnya. Berarti asam asetat lebih potensial dalam
menghasilkan panas. Oleh karena itu infusi asetat ke dalam darah akan banyak
menghasilkan panas, cepat menimbulkan sensasi kenyang sehingga konsumsi
pakan menurun.
Tiroksin adalah hormon yang berpengaruh terhadap jalannya metabolisme.
Hal ini meningkatkan oksidasi zat makanan, yaitu mempercepat laju metabolisme
dan memperbesar produksi panas. Pada cekaman panas, hewan akan memperkecil
laju sekresi tiroksinnya. Laju sekresi tiroksin dapat dihambat oleh senyawa
goitrogen. Tiourasil adalah salah satu senyawa goitrogen.
Teori Kimostatik (Glukostatik)
Teori ini dikemukakan oleh Mayer et.al. (1952; 1955). Teori kimostatik
menyatakan bahwa metabolit dalam darah berperan sebagai pembawa berita ke
pusat untuk mengatur selera makan. Dalam hypothalamus terdapat reseptor
glukosa yang peka terhadap kadar glukosa darah, sehingga selera makan erat
hubungannya dengan kadar glukosa darah. Oleh karena itu teori ini disebut juga
teori glukostatik.
Alasan glukosa sebagai pembawa berita dalam pengaturan selera makan
adalah :
1. Sebagian besar sumber energi bahan pakan berupa karbohidrat,
karbohidrat pada akhirnya dimetabolisasikan sebagai glukosa.
2. Cadangan glukosa dalam tubuh (glikogen) adalah yang pertama-
tama dimanfaatkan bila tubuh kekurangan energi.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 30


3. Semua sel dalam tubuh mampu memanfaatkan glukosa sebagai
sumber energi.
4. Glukosa merupakan regulator dalam metabolisme protein dan
lemak.
Teori glukostatik ini sedikit berubah, karena ternyata yang berperan
sebagai pembawa berita itu bukan kadar glukosanya, akan tetapi perbedaan antara
konsentrasi glukosa dalam pembuluh arteri dengan vena (delta AV).
Namun demikian teori glukostatik ini kurang memuaskan para ahli nutrisi
ruminansia. Reid (1950) melaporkan bahwa pada domba, kadar glukosa darahnya
rendah sekali, hanya berkisar 25-50 mg%. Kadar tesebut tidak dipengaruhi oleh
pemberian pakan atau kebuntingan. Juga tidak berubah pada saat dipuasakan.
Infusi larutan glukosa 50% ke dalam darah domba yang dilakukan oleh Manning
et al. (1959) meningkatkan kadar glukosa darah, akan tetapi tidak menurunkan
selera makan.
Ketidakpuasan terhadap teori glukostatik ini karena :
1. Setelah makan, kadar glukosa darah ruminansia tidak banyak
berubah.
2. Perbedaan kadar glukosa darah arteri dengan vena kurang dari 200
mikrogram/l. Hal ini menunjukkan pemakaian glukosa oleh tenunan periferi
pada ruminansia amat kecil.
3. Penyuntikan insulin ke dalam darah, hanya menimbulkan
perubahan kadar glukosa darah kurang dari 200 mikrogram/I.
4. Infusi glukosa ke dalam darah tidak merubah selera makan.
Untuk ternak ruminansia, para ahli nutrisi berpendapat bahwa asam asetat
berpengaruh terhadap pengaturan selera makan secara kimostatik. Hal yang
mendukung teori ini adalah :
1. Produk pencernaan fermentatif utama dalam rumen adalah asam
asetat.
2. Sebagian besar sumber energi yang diserap dari alat pencernaan
berupa asam asetat.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 31


3. Beda dengan glukosa, selisih kadar asam asetat dalam darah
tenunan periferi sangat besar. Hal ini memperlihatkan bahwa sel-sel jaringan
periferi lebih banyak memanfaatkan asam asetat daripada glukosa.
4. Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar asam asetat
darah, erat hubungannya dengan selera makan.
Beberapa alasan mengapa propionat tidak begitu nyata efeknya terhadap
selera makan :
1. Propionat bersifat glukogeik, jadi infusi propionat boleh dikatakan
sama efeknya dengan infusi glukosa. Kalau glukosa tidak berpengaruh
terhadap selera makan ruminansia, mengapa propionat bepengaruh ?.
2. Darah periferi ruminansia, sedikit sekali mengandung propionat.
Kadar propionat tertinggi biasanya kurang dari 6 mg/I.
3. Penyerapan asam propionat dari rumen biasanya hanya berkisar
sekitar 10 % dari jumlah kebutuhan energi untuk hidup pokok.
Teori Lipostatik
Lemak merupakan salah satu faktor yang dianggap ikut menentukan selera
makan. Kennedy et al. berpendapat bahwa pusat pengaturan selera makan di
hypothalamus tidak hanya peka terhadap penimbunan energi berupa lemak tubuh,
akan mempunyai pengaruh terhadap selera makan. Lemak tubuh berperan sebagai
rem bagi selera makan. Tujuannya untuk mencegah agar penimbunan lemak itu
tidak berlangsung terus menerus. Teori ini disebut Teori Lipostatik.
Teori Aminostatik
Metabolit terakhir yang dianggap sebagai faktor penentu selera makan
adalah konsentrasi asam amino plasma darah. Teori ini mula-mula dikemukakan
oleh Mellinkoff dan dinamakan Teori Aminostatik. Menurut Mellinkoff, konsumsi
protein tinggi cepat menimbulkan sensasi kenyang. Teori ini kemudian diperbaiki
oleh Harper (1964). Penurunan selera makan terjadi pada saat kadar asam amino
plasma darah tinggi hanyalah suatu proses adaptasi saja. Kalau darah sudah jenuh
dengan zat-zat makanan, bukan hanya asam amino plasma darah, zat makanan
lain juga dapat saja menurunkan selera makan. Peranan asam amino plasma darah
dalam mengatur selera makan tidak tergantung pada kadarnya, tetapi pada pola

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 32


konsentrasinya. Jika pola konsentrasi asam amino menyingkir dari pola yang
dibutuhkan tubuh, selera makan akan menurun. Sumber penyingkiran asam amino
plasma darah ada 4 macam, yaitu :
1. Defisiensi asam amino.
2. Ketidakserasian asam amino (AA Inbalance).
3. Keracunan asam amino (AA Toxicities).
4. Antagonisme asam amino.

BAB VII
SISTEM PENCERNAAN DAN KEBUTUHAN
ZAT PAKAN

Pengertian Tentang Proses Pencernaan dan Sistem Pencernaan


Pencernaan adalah penguraian bahan pakan ke dalam zat-zat pakan ke
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-
jaringan tubuh. Sedangkan sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri
dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang
bertanggungjawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan
dalam perjalanannya melalui tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut
sampai ke anus.
Saluran pencernaan dapat dibagi atas rongga mulut, esofagus, lambung,
usus kecil, usus besar dan anus. Beberapa organ pelengkap dari sistem pencernaan
adalah gigi, lidah, kelenjar-kelenjar air liur, hati dan pankreas.
Saluran Pencernaan Ruminansia
Ruminansia berasal dari kata latin “ruminare” yang mempunyai arti
mengunyah berulang-ulang. Mekanisme ini disebut ruminasi yaitu proses
pencrnaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan ke rongga mulut lalu
masuk ke rumen dan setelah menjadi bolus lalu dimuntahkan kembali atau
regurgitasi, dikunyah berkali-kali atau remastikasi, lalu penelanan kembali atau

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 33


redeglutasi, yang dilanjutkan proses fermentasi di rumen dan ke saluran
berikutnya.
 Rumen
Rumen merupakan kantong penampungan pertama pakan setelah pakan
dikunyah dan ditelan. Selama masa ruminasi terjadi pula eruktasi yaitu
gerakan pembebasan CO2 dan gas methan hasil fermentasi yang digerakkan
oleh kantong bagian atas rumen ke arah bawah dan ke depan sehingga rongga
esophagus melebar dan gas dapat keluar. Di dalam rumen terdapat 4 kantong,
yaitu :
 Kantung buntu dorsoventral (blind sac)
 Kantung dorsal
 Kantong midventro
 Kantong cranio-ventral
Keempat kantung tersebut mengatur gerakan rumen sehingga
pencernaan pakan dapat dilaksanakan dan partikel-partikel yang telah lembut
baru diturunkan ke retikulum. Antara rumen dan retikulum pada hewan mda
terdapat lipatan yang menghubungkan langsung esofagus dengan reticular-
omasal orifice dan ini disebut oesophageal groove, yang berguna untuk by
pass rumen yaitu air susu langsung masuk ke daerah abomasum dari esofagus.
Rumen menampung 71 % dari volume total perut. Dalam rumen dihasilkan
volatile fatty acid (VFA) atau asam lemak atsiri dan asam amino
mikroorganisme. Asam lemak atsiri dipakai sebagai sumber energi sedangkan
asam amino mikroorganisme sebaga isumber protein.
 Retikulum
Retikulum kurang terpisah dengan rumen, tetapi bagian ini merupakan
daerah pengaturan aliran dari esofagus dan rumen ke abomasum. Di dalam
retikulum terdapat papila berbentuk sarang lebah (honey comb) yang berguna
untuk menyaring partikel pakan sebelum masuk ke omasum. Pada ternak
ruminansia muda, rumen dan retikulum masih kecil dan belum berkembang
dan bila ternak tersebut mulai makan padat terutama hijauan maka retikulo-
rumen akan membesar dengan cepat.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 34


 Omasum
Bagian ini berfungsi untuk menyaring partikel pakan menjadi lebih
kecil. Terdapat 5 macam lamina atau daun yang masing-masing mempunyai
duri (spike) dan semakin mendekati abomasum maka spike ini makin kecil.
 Abomasum
Bagian ini disejajarkan dengan perut sejati pada hewan non ruminansia,
karena pada bagian ini terdapat kelenjar digesti yang berperan dalam
pemecahan zat pakan. Bagian dari abomasum adalah fundus, kardiak dan
pilorus.
Saluran Pencernaan Non Ruminansia
 Rongga Mulut
Pada ayam atau bangsa burung, fungsi gigi digantikan oleh paruh yang
merupakan tonjolan mandibula. Paruh dipakai untuk memilih pakan berbutir.
Bangsa burung kurang menyukai pakan yang berbentuk “mash”. Dalam
menarik pakan ke rongga esofagus, ayam dilengkapi dengan lidah yang
berbentuk seperti kepala anak panah. Alat perasa jumlahnyarelatif sedikit dan
berada di bagian belakang dekat pharynk dan merupakan ujung dari glandula
salivarius. Papilae perasa pada babi lebih berkembang daripada bangsa ayam.
Glandula salivarius pada ayam hanya menghasilkan mukosa, tidak ada
enzim -amilase, sehingga fungsi saliva pada unggas hanya sebagai alat
lubrikasi pada proses deglutisi pakan. Pada babi dan mamalia lain terdapat
enzim -amilase. Pada babi aktivitas enzim amilase pada rongga mulut masih
sangat terbatas. Produksi saliva ayam rat-rata 7-30 ml/hari, sedangkan pada
babi sekitar 15-20 liter/hari.
 Esofagus
Saluran pencernaan setelah rongga mulut adalah esofagus. Pada bangsa
burung terdapat penonjolan yang disebut crop atau tembolok. Pada burung
dara atau merpati, sel-sel temboloknya dapat menghasilkan milk yang dapat
diregurgitasi dan dipakai untuk memberi susu pada anaknya. Sel-sel ini
kerjanya dikontrol oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 35


pituitari. Fungsi tembolok adalah sebagai tempat penampungan sementara
sebelum pakan diteruskan ke proventrikulus.
 Lambung
Lambung pada bangsa burung dibedakan menjadi 2, yaitu
proventrikulus dan ventrikulus.
Proventrikulus hanya ada pada bangsa burung dan tidak ada pada
bangsa mamalia. Proventrikulus ini disebut juga true stomach, karena pada
proventrikulus sudah ada sekresi zat-zat pencernaan yang berupa HCl dan
pepsinogen oleh kelenjar lambung. Proses digesti di proventrikulus belum
begitu berarti karena pakan berada di sini sangat singkat.
Ventrikulus atau gizzard atau rempela merupakan bagian spesifik pada
bangsa burung dan disebut sebagai muscular stomach, karena terdapat otot-
otot kuat yang mempunyai daya gilas yang tinggi.
Lambung pada babi kapasitasnya relatif besar, rata-rata 5,7-8 liter.
Daerah lambung pada babi dibedakan menjadi daerah esofagus, daerah fundus
dan daerah pilorus. Daerah esofagus merupapan kelanjutan dari esofagus dan
tidak mempunyai kelenjar, dilapisi oleh epithalium bentuk stratified squamosa
dan daerah ini sering terjadi borok (ulkus) pada babi. Daerah fundus
mempunyai 3 kelenjar yaitu sel chief (menghasilkan pepsonegen), sel parietal
(menghasilkan HCl) dan sel leher mukosa (menghasilkan cairan lendir).
Daerah pilorus menghasilkan cairan lendir dan sedikit enzim protease.
 Usus Kecil
Pada ayam dan babi usus kecil terdiri dari duodenum, jejenum dan
ileum. Di sebelah usus kecil terdapat organ lain yaitu pankreas, kelenja
empedu dan hati. Daerah ini merupakan tempat terjadinya proses digesti dan
absorbsi pakan. Di antara ketiga bagian tersebut, duodenum mempunyai
ukuran terbesar dan terpendek. Pada ujung duodenum terdapat muara dari
kelenjar empedu dan pankreas. Pankreas pada ayam menempel pada
duodenum. Ada 3 ductus yang bermara bersama-sama di duodenum, yaitu
ductus pancreaticus, ductus cyticus dari kantong empedu dan ductus hepaticus
dari hepar.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 36


Pada babi, pankreas tidak menempel di duodenum, serta bermuara
sendiri pada duodenum pada papila minor. Ductus hepaticus bergabung
dengan ductus cyticus membentuk common bile duct yang bermuara pada
duodenum pada papila mayor.
 Usus Besar
Bagian ini terdiri dari 3 bagian yaitu kolon, sekum dan rektum. Pada
sekum dan kolon terjadi penimbunan pakan sisa dari hasil pencernaan di usus
kecil. Pada sekum terjadi proses fermentasi serat kasar dengan hasil VFA, air
dan elektrolit. Babi mempunyai sekum relatif pendek, tetapi mempunyai kolon
yang panjang, yaitu sekitar 4-5 meter. Sekum merupakan bangunan silinder
dan buntu dengan volume sekitar 1,5 liter.
 Anus atau Kloaka
Anus merupakan lubang untuk pegneluaran sisa hasil pencernaan yang
tidak dapat diserap tubuh.
Saluran Pencernaan Pseudoruminansia (Kuda)
Sistem pencernaan pada kuda panjangnya sekitar 100 feet (dari mulut
sampai ke anus). Sistem pencernaan ini dapat dibagi menjadi 2 fungsi, yaitu
foregut dan hindgut. Foregut terdiri dari mulut, pharynk, oesofagus, lambung dan
usus kecil. Sedangkan hindgut terdiri dari sekum, kolon besar, kolon kecil, rektum
dan anus. Fungsi dari foregut adalah seperti halnya lambung sederhana pada babi.
Sedangkan hindgut sebagian besar sama dengan ruminansia dalam aksi
mikrobianya, tetapi tidak sebaik seperti ruminansia dalam efisiensi absobsi nutrien
yang dihasilkan dalam hindgut tersebut, karena sekum terletak setelah usus halus
yang merupakan daerah absorbsi yang utama.
Sistem pencernaan kuda berada diantara sistem pencernaan babi dan
ruminansia terutama di dalam penggunaan pakan. Proses pencernaan kuda
memakan waktu sekitar 65-75 jam, mulai dari pakan masuk mulut sampai dengan
anus. Organ-organ pencernaan dan proses pencernaan zat-zat pakan pada kuda
adalah mulut, pharynk dan esofagus, lambung, usus halus serta usus besar.
 Mulut

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 37


Mulut fungsinya adalah untuk menyenggut dan mengambil pakan,
membasahi dengan saliva, memotong pakan menjadi partikel-partikel kecil
melalui pengunyahan, sehingga memperluas area permukaan pakan dan
mempermudah pakan dicerna oleh enzim. Saliva kuda mengandung enzim
amilase, yaitu enzim yang dapat memecah karbohidrat menjadi bagian-bagian
yang lebih sederhana. Produksi saliva kuda sangat tinggi pada saat makan.
Total saliva yang dihasilkan adalah 5-50 liter/hari dan tergantung dari jenis
pakannya.
Pada mulut kuda terdapat gigi yang lebih komplet dibandingkan
dengan ruminansia, pada ada gigi kaninus pada kuda jantan. Mastikasi pada
kuda lebih komplet daripada ruminansia atau karnivora lainnya. Hal ini
disebabkan tidak ada proses ruminasi pada kuda.
 Pharynk dan Esofagus
Pharynk terletak di akhir bagian mulut dan berguna untuk menuntun
pakan masuk ke esofahus. Esofagus panjangnya sekitar 4-5 feet, berbentuk
otot tabung yang melingkar dan membawa pakan dan air masuk ke lambung
dengan adanya gerakan peristaltik.
 Lambung
Lambung kuda relatif kecil dibandingkan dengan herbivora lainya.
Lambung sebesar 8-10% total dari saluran pencernaan dengan volume 15-18
liter dan tidak dapat mentoleransi pakanyang banyak dalam waktu yang
singkat. Mukosa lambung dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian awal (kiri)
dan bagian akhir (kanan). Bagain awal merupakan tempat pertama masuknya
pakan ke lambung, mukosanya berwarna putih dan pucat, tidak mengandung
glandula digestivus.Bagian akhir (kanan) mukosanya berwarna merah tua dan
bagian ini mengandung banyak glandula digestivus yang mensekresikan cairan
lambung.
 Usus Halus
Usus halus pada kuda panjangnyakira-kira 70 feet, menghubungkan
lambung dengan usus besar dan volumenya mencapai 30 % dari total saluran
pencernaan. Usus halus dan organ-organ dekat lainnya yaitu hati dan pankreas

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 38


adalah penghasil sebagian besar enzim pencernaan. Hati akan mensekresikan
cairan empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak sebelum lemak
dicerna oleh lipase. Kuda tidak mempunyai kantung empedu untuk
menyimpancairan empedu. Usus halus merupakan daerah absorbsi hasil-hasil
pencernaan yang utama.
 Usus Besar (Hindgut)
Usus bear terdiri dari sekum, kolon besar, kolon kecil dan rektum.
Bagian ini mengambil porsi sekitar 60-62% dari total saluran pencernaan.
Sekum pada kuda berupa kantong berlekuk yang besar, sedangkan pada sapi
relatif kecil dan tidak membuat lekukan. Kolon adalah bagian yang paling
panjang, dapat mencapai 3 m dengan kapasitas 80-90 liter. Rektum adalah
lanjutan dari kolon atau bagian akhir dari kolon, yang berhubungan dengan
anus. Pakan yang tidak tercerna di lambung dan di usus kecil akan mengalir ke
usus besar.
Kuda memiliki sekum yang sangat besar bila dibandingkan dengan sapi
dan dapat mencapai 38-40 % dari kapasitas saluran pencernaan. Sekum
merupakan tempat terjadinya fermentasi dengan populasi mikrobia yang
sebagian besar sama dengan ruminansia. Sebagian besar pakan berserat
dicerna di dalam sekum dan hasilnya adalah VFA, asam amino dan vitamin.
Walaupun demikian kuda tidak dapat mencerna serat seefisien pada sapi dan
tidak dapat mengubah protein yang berkualitas rendah menjadi protein
berkualitas tinggi melalui aksi mikrobia yang ada dalam retikulo-rumen. Oleh
karena itu, kuda membutuhkan pakan yang berkualitas baik untuk memenuhi
kebutuhan akan asam amino esensial bagi tubuhnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar perbandingan saluran pencernaan pencernaan pada
ternak ruminansia, non ruminansia (ayam dan babi) serta pseudoruminansia.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 39


Usus kecil Usus besar

Perut

Caecum
Manusia : omnivore
Kera : omnivore
Babi : omnivore
Anjing : carnivore

Usus kecil Usus besar

Perut

Caecum

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 40


Pencernaan Pada Ternak Non Ruminansia dan Ruminansia
Zat-zat pakan organik terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga
harus dipecah menjadi senyaw-senyawa yang kecil sebelum masuk kedalam
peredaran darah dan saluran limfa. Proses untuk memperkecil ukuran partikel ini
disebut pencernaan, sedangakan pemasukan bahan bakar yang dapat dicerna
melalui selaput lendir usus dalam darah dan limfa disebut penyerapan (absorbsi).
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik maupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan pakan dalam
mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi
otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatis atau kimiawi dilakukan oleh
enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan berupa getah-getah
pencernaan. Mikroorganisme hidup dalam beberapa bagian dari saluran
pencernaan yang sangat penting dalam proses pencernaan ruminansia, sedangkan
pada ternak non ruminansia proses ini kurang penting. Pencernaan oleh
mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan
oleh retikulo-rumen pada ternak ruminansia dan dalam usus besar baik pada
ternak ruminansia maupun non ruminansia.

Pencernaan Pada Ternak Non Ruminansia


Ternak non ruminansia disebut juga ternak monogastrik atau ternak yang
mempunya lambung sederhana, contohnya babi, unggas, anjing dan lainnya.
 Pencernaan Dalam Mulut
Pencernaan dimulai dengan penempatan pakan di dalam mulut dimana
terjadi proses pengunyahan dan juga mencampur pakan dengan saliva yang
berfungsi sebagai pelicin untuk membantu penelanan. Saliva disekresikan oleh
tiga pasang kelenjar saliva dan mengandung kira-kira 99% air dan 1% terdiri
dari mucin, mineral-mineral dan enzim -amilase. Pecernaan dimulai di mulut
dengan bantuan enzim -amilase saliva dan kemudian melalui pharynk dan
esofagus masuk ke dalam lambung. Suasana asam dalam lambung
menghentikan aktifitas amilase saliva. Pharynk dan esofagus tidak

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 41


mengekspresikan enzim sehingga tidak mempunyai fungsi pencernaan secara
kimawi.
 Pencernaan Dalam Lambung
Lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pencernaan
pakan. Lambung mempunyai 3 bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus.
Bagian kardia dan pilorus mempunyai otot-otot sphincteryang mengatur
masuk dan keluarnya pakan dari lambung. Bagian tengah lambung (fundus)
adalah bagian utama yang mensekresikan cairan lambung yang mengandung
mucus, asam lambung (HCl) dan enzim pepsin. Konsentrasi asam dalam
cairan lambung menurunkan pH isi lambung sampai 2,0. Pepsin menyerang
ikatan peptida yang berdekatan dengan asam amino aromatik dan ikatan-ikatan
yang menyangkut asam-asam dikarboksilat, glutamat dan aspartat. Hasil dari
pencernaan protein dalam lambung adlah polipeptida dan asam amino bebas.
Di dalam lambung tidak terjadi pencernan karbohidrat yang penting. Di
lambung pencernaan lemak mulai terjadi dengan bantuan enzim lipase.
 Pencernaan di Usus Halus
Di dalam usus halus ada 4 macam sekresi, yaitu cairn duodenum,
empedu, cairan pankreas dan cairan usus. Kelenjar-kelenjar duodenum
menghasilkan alkali yang masuk ke duodenum melalui ductus atau saluran
antara vili dan cairan ini berfungsi sebagai pelicin dan melindungi dinding
duodenum dari pengaruh suasana asam dari lambung. Empedu dikeluarkan
oleh hati dan masuk ke usus melalui saluran empedu. Empedu mengandung
garam-garam kalium dan natrium dari asam-asam empedu dan zat warna
empedu. Garam-gram empedu berfungsi untuk mengemulsikan lemak dan
mengaktifkan lipase pankreas yang membantu menghidrolisis lemak.
Pankreas terletak di lengkung duodenum dan cairannya disekresikan
masuk ke duodenum melalui ductus pancreaticus. Bila zat-zat lambung masuk
ke duodenum, maka epithel usus mengeluarkan hormon yang masuk ke
pembuluh darah dan hormon ini merangsang sekresi sekretin. Sekretin
merangsang pankreas untuk mengeluarkan cairan ion bikarbonat yang
berkadar tinggi dan dapat menetralisir asam lambung. Keadaan ini

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 42


menyebabkan hormon lain yaitu pankreoenzim yang dikeluarkan oleh mukosa
usus (terutama karena pengaruh peptida yang masuk ke duodenum),
merangsang pankreas untuk menghasilkan proenzim dan enzim termasuk
tripsinogen, kimotripsinogen, prokarboksipeptidase, -amilase, lipase,
lesitinase dan nuklease. Enterokinase adalah suatu enzim dari mukosa
duodenum yang dibutuhkan untuk mengubah zimogen dan tripsinogen yang
tidakaktif menjadi tripsin yang aktif menyerang ikatan peptida. Tripsin akan
mengaktifkan kimotripsin dan karboksipeptidase. Alfa-amilase dari penkreas
sama peranannya dengan yang dihasilkan oleh saliva. Lipase pankreas terlibat
dalam hidrolisis lemak. Lemak yang meninggalkan lambung dalam bentuk
globula-globula besar akan diemulsikan oleh garam empedu yang membantu
lipase menghidrolisis trigliserida menjadi bentuk monogliserida, asam-asam
lemak dan gliserol. Lesitin dihidrolisis oleh lesitinase menjadi asam-asam
lemak, gliserol, H3PO4 dan kolin. Laktase, maltase dan sukrose dalam usus
menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida (gula sederhana).
 Pencernaan Dalam Usus Besar
Absorbsi hasil pencernaan sebagian besar terjadi di usus halus babi.
Bahan-bahan yang tidak tercerna akan masuk ke dalam usus besar. Usus besar
tidak menghasilkan enim pencernaan. Pencernaan yang terjadi di usus besar
adalah sisa-sisa kegiatan pencernaan oleh enzim dari usus halus, dan oleh
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme di dalam usus
besar mensintesis banyak vitamin B dan sebagian ada yang diabsorbsi ke
dalam tubuh, namun kebanyakan diekskresikan melalui feses.
 Pencernaan Pada Unggas
Pada umumnya pencernaan pada unggas mengikuti pola pencernaan
pada ternak non ruminansia, tetapi terdapat beberapa modifikasi dan hal-hal
khusus. Unggas tidak mempunyai gigi tapi mempunyai paruh dan terdapat
tembolok yang merupakan pelebaran esofagus. Tembolok hanya berfungsi
sebagai tempat penyimpan pakan sementara dan tidak terjadi pencernaan
secara kimiawi. Lambung pada unggas dibedakan menjadi 2 yaitu
proventrikulus (lambung sejati) yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 43


dan ventrikulus (rempela) yang mempunyai otot-otot yang kuat untuk
menghancurkan pakan. Di dalam rempela terdapat grit (batu kecil dan pasir)
yang akan membantu pelumatan biji-biji yang masih utuh. Setelah dari
rempela, pakan masuk kedalam usus halus dan pencernaan sama dengam
hewan non ruminansia lainnya. Usus besar pada unggas sangat pendek, jika
dibandingkan dengan non ruminansia lain seperti babi dan anjing.

Penyerapan Zat Pakan Pada Ternak Non Ruminansia


Tempat penyerapan yang utama adalah di usus halus. Penyerapan zat-zat
pakan berjalan sebagai berikut :
Karbohidrat, dicerna dalam saluran pencernaan menjadi gula-gula
sederhana yang diangkut secara aktif melalui sel-sel usus halus ke dalam vena
portal ke hati.
Lemak, dicerna menjadi asam-asam lemak monodigliserida yang
kesemuanya dalam bentuk michele diabsorbsi dengan cara difusi melalui vili.
Monodigliserida diesterkan kembali dalam sel-sel, yang dengan asam lemak
membentuk kembali trigliserida, yang masuk bagian lateral dari vili dan masuk
ductus thoraxicus, bergabung dengan sirkulasi umum dalam bentuk kilomokron-
kilomikron, yaitu suatu proporsi kecil dari lipida paan yang diabsorbsi langsung
dalam sistem peredaran darah portal.
Protein, dicerna menjadi asam-asam amino yang diangkut ke hati melalui
vena portal.
Mineral, umumnya diabsorbsi dari lumen usus halus namun absorbsi
mineral dipengaruhi oleh banyak faktor tergantung tiap macam mineralnya.
Vitamin, diabsorbsi dari lumen usus halus seperti halnya mineral-mineral.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 44


Tabel 5. Ringkasan Enzim-enzim Pencernaan
Enzim Asal Substrat yang dipecah Produk akhir
A. Amilolitik
 Amilase Saliva Pati, dekstrin Dekstrin, maltosa
 Amilase
Pankreas Pati, dekstrin Maltosa
pankreas
 Maltase Usus halus Maltosa Glukosa
Glukosa dan
 Laktse Usus halus Laktosa
galaktosa
 Sukrase Usus halus Sukrosa Glukosa dan fruktosa
 Oligoglukos
Usus halus Oligosakarida Monosakarida
idase
B. Lipolitik
 Lipase Asam lemak bebas,
Pankreas Trigliserida
pankreas mono dan digliserida
Pankreas dan Lysolesitan dan asam
 Lesitinase Lesitin
usus halus lemak bebas
C. Proteolitik
 Pepsin Lambung Protein Peptida
 Tripsin Pankreas Protein Peptida
 Kimotripsin Pankreas Protein Peptida
 Karboksipe
Usus halus Peptida Asam amino
ptidase
 Aminopepti
Usus halus Peptida Asam amino
dase
 Dipeptidase Pankreas Peptida Asam amino
 Nuklease Usus halus Asam nukleat Nukleotida
 Nukleotidas
Usus halus Nukleotida Purin, pirumidin
e

Pencernaan Pada Ternak Ruminansia


Pencernaan Karbohidrat dalam Retikulo-Rumen
Pakan ternak ruminansia banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, pati
dan karbohidrat yang larut dalam air dan fruktan-fruktan. Pada tingkat pertama
pencernaan karbohidrat dalam rumen adalah dengan katalisator enzim mikrobia
intraseluler. Selulosa dicerna menjadi selobiosa oleh satu atau lebih mikrobia dan
selobiosa diubah menjadi glukosa-1-fosfat.Pati dicerna menjadi maltosa dan iso-
maltosa dan kemudian oleh maltase diubah menjadi glukosa dan glukos-6-fosfat.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 45


Fruktan didekomposisi menjadi fruktosa. Sukrase menguraikan sukrosa menjadi
fruktosa dan glukosa.
Pentosa adalah hasil utama dari perombakan hemiselulosa di dalam rumen.
Hemiselulosa dengan adanya enzim hemiselulase dirombak menjadi xilosa dan
asam uronat dibentuk menjadi xilosa. Xilosa juga diperoleh dari penguraian xila
yang banyak terdapat pada rumput-rumputan. Untuk jelasnya pencernaan
karbohidrat dalam rumen dapat diliat pada gambar di bawah ini.
Selulosa Pati

Selubiosa Pati Pati

Glukosa-1-fosfat Glukosa

Glukosa-6-fosfat Sukrosa

Pektin Asam Uronat

Fruktosa-6-fosfat Fruktosa Fruktan

Hemiselulosa Pentosa

Fruktosa-1,6-difosfat
Pentosan

Asam piruvat

Gambar 6. Perubahan karbohidrat menjadi piruvat di dalam rumen

Asam piruvat akan dirubah menjadi asam lemak mudah terbang (VFA)
dengan melalui beberapa jalur seperti pada skema berikut ini.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 46


Piruvat

Format
Asetil KoA Laktat Oksal- Metil-malonil
asetat KoA
CO2 H2
Malonil Asetoasetil Laktil Malat
KoA KoA KoA

Metane Asetil Betahidroksi Akrilil Fumarat


fosfat Butiril KoA KoA

Krotonil Propionil Suksinate Suksinil


KoA KoA KoA

Butiril
KoA

Asetat Butirat Propionat

Gambar 7. Perubahan asam piruvat menjadi Volatile Fatty Acids (VFA) di rumen

Pencernaan Protein dalam Retikulo-Rumen


Protein yang masuk ke dalam retikulo-rumen berasal dari protein pakan
dan saliva. Protein kasar dari kedua sumber tersebut dapat berupa protein murni
dan non protein nitrogen (NPN). Beberapa protein murni tidak dicerna oleh
mikroba di dalam rumen tetapi langsung masuk ke abomasum dan pencernaan
sempurna terjadi di usus halus. Protein murni yang tidak dapat menghindar dari
pencernaan di retikulo-rumen dicerna oleh peptidase mikrobia dan diuraikan
menjadi asam-asam amino, yang akan digunakan untuk :
1. Sintesa protein mikrobia.
2. Dideaminasi untuk membentuk asam-asam organik, amonia dan
CO2.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 47


Amonia yang terbentuk dari proses deaminasi ini dapat : 1)
dikombinasikan dengan asam alfa-keto untuk membentuk asam amino baru, yang
dapat dipakai untuk mensintesis protein mikrobia, dan 2) diabsorbsi ke sirkulasi
portal dan di bawa ke hati dan di hati akan dibentuk menjadi urea, yang masuk
sirkulasi darah.
Sebagian urea masuk kembali ke rumen melalui saliva atau langsung
menembus dinding rumen (melalui saluran darah) masuk ke dalam cairan rumen.
Urea dari bermacam-macam sumber akan diubah oleh urease mikrobia menjadi
CO2 dan amonia. Singkatnya, sumber protein yang masuk ke abomasum
ruminansia adalah :
1. Protein pakan dan saliva yang lolos dari mikrobia.
2. Protein mikrobia, yang berasal dari :

Mikrobia di dalam rumen dapat mensintesis semua asam-asam amino yang


diperlukan oleh ternak ruminansia sehingga ternak ruminansia tidak tergantung
dari protein pakan. Pencernaan protein dalam retikulo-rumen secara jelas dapat
dilihat pada gambar berikut.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 48


Diet Protein NPN Urea Rongga
mulut
difusi

Protein NPN Urea


b Peptida
y
p Asam amino
a
Rumen s Hepar
s
Protein NH3 NH3
Mikroba (amonia)
AA

Abomasum

Intestine Protein Urea

Asam amino NH3


Ginjal Urine

Endogenous N

Feses N tak ter- Metabolic Fe


cerna (FN) cal N (MFN) AA

Tractus Digestivus Jaringan tubuh

Gambar 8. Skema metabolisme N pada ruminansia (Prawirokusumo, 1993)

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 49


Pencernaan Lemak dalam Retikulo-Rumen
Lemak ransum dihidrolisis oleh enzim mikrobia dan terjadi hidrogenasi
atau penjenuhan pada asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam pakan.
Pencernaan dan Sintesa Vitamin
Mikrobia di dalam rumen dapat mensintesis vitamin B dan K, sehingga
ruminansia dewasa independen terhadap sumber-sumber vitamin dalam pakan.
Ilmu produksi ternak membagi kebutuhan pakan menurut fase ternak
sebagai berikut :
1. hidup pokok
2. pertumbuhan
3. penggemukan
4. reproduksi
5. produksi susu
6. tenaga kerja
7. wool
8. telur
 setiap ternak akan mengalami paling tidak 2 dari fase
tersebut
 masing-masing fase mempunyai standar kebutuhan yang
berbeda
 kebutuhan ini bersifat aditif, misal : sapi bunting yang
masih produksi susu, ayam petelur muda yang sudah produksi telur (pada
awal produksi)

1. Kebutuhan Hidup Pokok


Definisi :
 fase di mana tubuh tidak menimbun ataupun
kehilangan nutrien.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 50


 menjaga komposisi tubuh tetap konstan
ketika ternak tidak berproduksi.
Bila kebutuhan untuk hidup pokok tidak terpenuhi dari ransum, maka
ternak tersebut akan mencukupi kebutuhannya dengan cara mengambil zat-zat
pakan dari jaringan tubuhnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
ternak membutuhkan energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Energi, energi dibutuhkan untuk fungsi-fungsi tubuh yang vital, antara lain :
1. Untuk kontraksi jantung, respiratory
dan sirkulasi serta proses pencernaan.
2. Dibutuhkan dalam bentuk net energy.
3. Energi yang digunakan untuk fungsi-
fungsi vital ini akan menghasilkan panas.
4. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk menjaga temperatur tubuh.
5. Kerja dan fungsi-fungsi vital ini
disebut metabolisme basal (MB).
6. Metabolisme basal adalah produksi
panas dari ternak pada saat istirahat dan post absorptive (tidak mencerna
pakan).
7. Metabolisme basal dihitung langsung
melalui pertukaran CO2 dan O2.
8. Metabolisme basal merupakan
proporsi dari luas permukaan tubuh bukan BB.

Protein, digunakan untuk memperbaiki jaringan tubuh.


1. Jaringan protein tubuh secara konstan
digunakan akan rusak sehingga harus diganti.
2. Sisa pembongkaran protein
dikeluarkan melalui urin.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 51


3. Kehilangan protein harus diganti dan
sama dengan kebutuhan pokok untuk protein.
4. Kebutuhan ini ekuivalen dengan
kandungan nitrogen dalam urin selama pemuasaan.
5. Kebutuhan protein untuk hidup
pokok merupakan proporsi dari luas permukaan tubuh.
6. Protein yang diberikan dalam ransum
haruslah protein yang berkualitas (mengandung asam amino esensial
dengan imbangan yang benar).

Mineral, diperlukan oleh ternak untuk mengganti mineral yang hilang.


1. Secara konstan mineral esensial (Ca dan P) digunakan dan dikeluarkan
dari tulang (hilang).
2. Ransum untuk hidup pokok harus mengandung mineral yang cukup
untuk mengganti kehilangan tersebut.
3. Pada umumnya bahan pakan untuk ternak mengandung cukup mineral
kecuali garam (Na).
Vitamin, semua vitamin esensial untuk hidup pokok.
1. Semua vitamin dibutuhkan untuk hidup ternak.
2. Pembongkaran dan kehilangan berbagai jenis vitamin dari dalam tubuh
terjadi secar konstan.
3. Bahan pakan yang digunakan harus merupakan sumber vitamin walaupun
hanya untuk hidup pokok.

Air, merupakan kebutuhan vital bagi ternak.


1. Kekuranganair dapat menyebabkan kematian ternak.
2. Air dibutuhkan untuk fungsi-fungsi esensial dalam tubuh.
3. Air hilang melalui urin, feses, keringat dan pernafasan.

Asam lemak esensial, asam-asam lemak yang esensial yaitu :


1. Linoleat
2. Linolenat
3. Arakhidonat (dapat disintesis dari asam linoleat)

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 52


Pengukuran kebutuhan hidup pokok dapat dilakukan dengan berbagai
metode lainnya. Katabolisme puasa adalah titik tolak untuk mengukur
kebutuhan hidup pokok akan energi dengan metode faktorial. Pada saat puasa
maka cadangan karbohidrat, lemak dan protein tubuh digunakan untuk
menghasilkan energi yang diperlukan guna menjalankan fungsi-fungsi vital
dalam tubuh. Jumlah panas yang timbul dari oksidasi jaringan tubuh disebut
katabolisme puasa. Panas yang dihasilkan selama periode katabolisme puasa
menunjukkan angka perkiraan terendah dari kebutuhan energi neto untuk
hidup pokok.
2. Kebutuhan Untuk Pertumbuhan
Pertumbuhan terjadi karena adanya pertambahan jaringan otot, jaringan
tulang, organ dan jaringan ikat.
Protein
1. Otot, jaringan ikat dan jaringan tulang untuk
pertumbuhannya membutuhkan protein.
2. Protein harus yang berkualitas dengan kandungan
asam-asam amino esensial yang seimbang pada tingkat jaringan.
Energi, dalam bentuk net energy.
Mineral
1. Tulang (terutama mineral Ca dan P).
2. Mineral yang berhubungan dengan proses pencernaan : HCl, NaHCO3.
Vitamin
1. Vitamin D.
2. Vitamin untuk proses-proses metabolisme : thiamin, pantothenat, vitamin
B, biotin.
Air, jaringan otot bebas lemak mengandung 75-80 % air.
1. Berbeda pada setiap spesies, sesuai bobot dewasa masing-
masing spesies.
2. Spesies yang besar mempunyai kecepatan pertumbuhan (rate of
grow) yang rendah.
3. Bervariasi tergantung pada breed-nya.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 53


4. Kecepatan pertumbuhan bertambah sampai pubertas dan
menurun sampai dewasa tubuh.
5. Lahir sampai dewasa tubuh menurun.
3. Kebutuhan Untuk Penggemukan
Deposisi energi yang tidak digunakan atau berlebihan dalam bentuk
lemak pada jaringan tubuh secara umum ada 2 tipe :
 Deposisi pada abdominal, intermuscular
dan subcutaneus (hal ini tidak bisa dihindari).
 Deposisi pada intramuscular (marbling),
hal ini sulit dicapai tanpa kelebihan deposisi pada abdomen,
intermuscular dan subcutaneus.
Tujuan penggemukan untuk mendapatkan daging yang tender, juicy
dan good flavour. Perlemakan membutuhkan biaya yang mahal, sehingga
perlemakan atau penggemukan hanya dilakukan sampai tercapai marbling.
Kebutuhan Energi
1. Energi adalah kebutuhan utama
dan dibutuhkan energi dalam bentuk net energy.
2. Kebutuhan protein sedikit lebih
tinggi untuk menjaga proses pencernaan berjalan dengan baik.
3. Menaikkan kebutuhan vitamin
tertentu terutama viamin yang berhubungan dengan metabolisme energi.
4. Penggemukan hanya terjadi bila
NE ada di atas kebutuhan untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
Perbedaan pertambahan bobot badan pada pertumbuhan dan penggemukan
adalah sebagai berikut :
Penggemukan Pertumbuhan
Jaringan lemak Jaringan protein dan tulang
Membutuhkan Ca dan P sedikit Membutuhkan Ca dan P banyak
Mahal, butuh 2,25xNE untuk 1 kg Murah, karena 75% adalah air dan 25%
lemak protein (mahal) pada ternak muda

4. Kebutuhan Untuk Reproduksi

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 54


Pada saat tertentu alat reproduksi ternak mencapai tingkat
perkembangan dan berfungsi pada umur tertentu berdasarkan spesies dan
bangsa. Saat berfungsinya alat reproduksi berbeda-beda antar jenis ternak.
BIla alat reproduksi tersebut berfungsi, maka saat pubertas ternak tercapai.
Masa pubertas dan saat berfungsiya alat-alat reproduksi tercapai sebelum saat
dewasa tubuh tercapai, akibatnya banyak betina yang bunting ketika masa
pertumbuhan masih berlangsung. Kebutuhan untuk reproduksi dibagi menjadi
2, yaitu :
1. Perkembangan fetus pada masa bunting.
2. Penumpukan nutrien sebagai cadangan untuk
produksi air susu.
Perkembangan fetus :
1. Berat pedet baru lahir : 37 kg  25 % BK kira-kira 10 kg BK.
10 kg BK ekuivalen dengan 75 kg air susu (3-4 hari produksi).
2. Zat pakan yang dibutuhkan kira-kira sama dengan masa pertumbuhan.
3. Kekurangan energi, protein, kalsium dan fosfor akan diambil dari
cadangan tubuh.
4. Defisiensi nutrien pakan pada ternak tidak bunting dapat
memperlambat estrus.
5. Defisiensi energi terjadi pada awal kebuntingan dapat menyebabkan
aborsi atau resorpsi fetus.
6. Pemberian pakan berlebih pada masa perutmbuhan akan menyebabkan
sapi-sapi cepat dewasa kelamin dan jelek bila dijadikan bibit karena masa
reproduksi lebih singkat dari normal.
7. Kegemukan berlebih dapat mengganggu proses reproduksi pada ternak
baik pada betina maupun jantan. Pada ternak betina mencegah
pertumbuhan normal folikel dan pelepasan telur sehingga estrus tidak
teratur. Pada ternak jantan akan menyebabkan malas untuk mengawini.
Penumpukan nutrien sebagai cadangan untuk produksi air susu :

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 55


1. Pada awal laktasi produksi air susu tinggi. Bila pakan yang diberikan
kurang mendukung maka ternak akan mengambil zat pakan dari cadangan
tubuhnya.
2. Pada saat kering kandang digunakan untuk penumpukan cadangan nutrien.
3. Pemberian pakan yang terlalu bebas menyebabkan fetus besar ukurannya
dan proses kelahiran yang sulit.
Pentingnya zat pakan untuk perkembangan alat reproduksi pada ternak
muda :
1. Ransum rendah kualitasnya maka pubertas tertunda baik pada ternak
jantan maupun betina.
2. Bila kondisi ini berlanjut maka dapat terjadi kerusakan pada alat
reproduksi yang sudah berkembang.
3. Ternak menjadi infertil.
4. Pada ternak jantan dapat memperlemah sperma, menghambat
spermatogenesis.
5. Konsumsi pakan yang dibatasi dapat menghambat pubertas pada sapi, babi
dan domba, sedangkan pada ayam dapat menyebabkan produksi telur
menurun.

5. Kebutuhan Untuk Kerja


Ada 2 tipe kerja, yaitu :
a) “Involuntary”, meliputi
kerja jantung dan organ-organ vital.
b) “Voluntary”, yaitu kerja
untuk reaktif dan bersifat ekonomis.
Kebutuhan Pakan Untuk Kerja :
1. Energi, dibutuhkan
dalam bentuk net energy.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 56


2. Energi berasal dari
karbohidrat, lemak dan protein.
3. Bila diberikan
ransum yang mengandung energi rendah, maka ternak akan membongkar
lemak tubuh untuk mencukupi kebutuhan energi untuk kerja.
Kebutuhan Ca dan P :
1. Hidup pokok
Ca = 25 mg/kg BB/hari
P = 11 – 12 mg/kg BB/hari
2. Pertumbuhan
Ca = 16 g/hari
P = 8 g/hari
3. Kerja
- Ca dan P hilang melalui keringat (hal ini harus
diperhatikan).
- Untuk kerja ringan, kehilangan Ca sebesar 250-1000
mg/jam dan P sebesar 100-300 mg/jam.
- Kehilangan Ca dan P berhubungan dengan temperatur
lingkungan dan temperamen ternak (kuda).
Kebutuhan Mineral :
1. Pekerjaan berat di daerah beriklim panas
menaikkan hilangnya mineral Na dan Cl melalui keringat. Kehilangan ini
dapat diganti dengan memberikan NaCl secara ad libitum (free choice).
2. Mineral Ca dan P harus seimbang, imbangan
mineral Ca dan P berkisar antara 1 : 1 sampai 7 : 1.
Kebutuhan Vitamin :
1. Kebutuhan vitamin A, D dan K tidak mengalami kenaikan karena
aktifitas otot.
2. Kebutuhan vitamin B komplek terutama tiamin sangat naik karena
energi ekstra yang diperlukan harus tersedia dari karbohidrat yang

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 57


memerlukan koenzim yang mengandung vitamin B-komplek untuk
perombakannya guna penyedia energi bebas.
6. Kebutuhan Untuk Produksi Wool
1. Untuk memproduksi wool dibutuhkan protein yang
mengandung sulfur. Komposisi wool adalah 50% C, 7% H, 18% N, 22% O
dan 3% S.
2. 20-75% bulu domba terdiri dari serat dan 8-30% lanolin.
3. Suint (keringat yang mengering pada bulu domba kaya akan
garam-garam potasium).
4. Kebutuhan zat pakan :
- Protein yang kaya akan sulfur.
- Energi yang di atas kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan.
- Potassium tinggi.
- Mineral lain dan vitamin (belum ada penelitian yang
mendasar).
7. Kebutuhan Untuk Produksi Susu
Produksi air susu tidak dimonopoli oleh sapi perah, akan tetapi ternak
lainnya juga dapat menghasilkan susu, antara lain kuda, domba, kambing dan
babi.
Komposisi nutrisi berbagai macam air susu
Protein Lemak NFE Abu
Ternak
--------------------------- % ---------------------------
Kuda 21 11 63 4
Ternak lain 27 - 36 29 - 36 25 - 38 5-6

Kadar Air Susu Berbagai Jenis Ternak


Ternak % Air % BK
Sapi 87.2 12.8
Kambing 86.8 13.2
Domba 80.8 19.2
Kuda 90.6 9.4
Babi 79.9 20.1

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 58


Sekresi Air Susu
Air susu diproduksi dan disekresikan oleh glandula mammae. Nutrien
untuk produksi air susu dibawa oleh darah ke glandula mammae dan akan
diknversi ke dalam air susu dan diekskresikan melalui ambing. Sekresi air
susu terjadi hampir sepanjang hari. Nutrien untuk produksi air susu harus
disediakan dalam ransum atau diambil dari cadangan tubuh.
Kebutuhan Protein
1. Kualitas protein sangat menentukan produksi air
susu.
2. Tidak ada ternak yang memproduksi air susu
dengan protein rendah di bawah standarnya.
3. Jika ransum tidak terpenuhi maka cadangan tubuh
digunakan untuk produksi air susu.
4. Bila kekurangan protein ransum maka produksi air
susu akan menurun.
Energi
Energi yang berlebih atau di atas kebutuhan digunakan untuk proses
pembentukan lemak dan gula dalam air susu.
1. Energi yang dibutuhkan dalam bentuk net energi.
2. Dapat berasal dari karbohidrat, lemak maupun
protein bila berlebih.
3. Produksi susu akan berhenti pada ternak yang diberi
ransum dengan kandungan energi sangat rendah.
4. Jika kekurangan energi maka akan diambil dari
cadangan tubuh.
5. Kadar lemak ransum tidak berpengaruh terhadap
kadar lemak air susu, sehingga lemak tidak esensial walaupun dalam
jumlah sedikit membantu produksi air.susu.
6. Bila ternak kekurangan energi maka produksi air
susu menurun.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 59


Kebutuhan Mineral
1. Mineral Na dan Cl (garam) dibutuhkan dalam proses
pencernaan untuk produksi air susu.
2. Air susu mengandung garam.
3. Sebagian besar vitamin dan mineral dalam air susu
berasal dari pakan, air minum, rumen atau disintesis oleh tubuh.
Mineral Ca dan P
1. Berasal dari pakan atau suplemen.
2. Kadar Ca & P rendah maka sangat berpengaruh
terhadap produksi air susu
3. Kekurangan Ca dan P akan diambil dari tulang dan
ini akan berakibat memperlemah tulang.
Vitamin
1. Vitamin D bersama Ca dan P penting dalam proses
produksi air susu.
2. Kadar vitamin D air susu dapat dimanipulasi melalui
vitamin D pakan.
3. Vitamin A tidak esensial untuk produksi air susu
tetapi bila kandungan vitamin A rendah dalam ransum dapat menyebabkan
produksi air susu rendah.
4. Kandungan vitamin A dalam air susu dapat
dimanipulasi melalui ransum.
8. Kebutuhan Untuk Produksi Telur
Bagian-bagian telur adalah kuning telur (31%), putih telur (59%) dan
cangkang telur (10%). Putih telur mengandung 88% air, 11% protein dan 1%
karbohidrat, sedangkan kuning telur mengandung 48% air, 17% protein, 33%
lemak, 1% karbohidrat dan 1% abu.
Pembagian fase ayam petelur :
1. Pre starter : 2 minggu.
2. Starter – grower : 2 – 8 minggu.
3. Pullet : 8 – 18 minggu.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 60


4. Layer : 19 – 20 minggu (sudah mulai bertelur)
Fase I : 21 – 42 minggu
Fase II : lebih dari 42 minggu
Kebutuhan Energi Untuk Produksi Telur
1. Pada umur 8 – 18 minggu energi yang dibutuhkan
cukup untuk tumbuh normal termasuk bulu tanpa ada kelebihan yang
dideposisikan sebagai lemak.
2. Pembatasan energi sampai umur 20 minggu dapat
menunda pubertas dan produksi puncak lebih baik daripada kontrol.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 61


BAB VIII
KOEFISIEN CERNA BAHAN PAKAN

Bahan pakan mempunyai martabat yang tinggi, bila mengandung zat-zat


pakan yang cukup jumlahnya serta dalam bentuk mudah dicerna. Jadi tinggi
rendahnya daya dapat dicerna dari bahan pakan akan sangat mempengaruhi
martabat bahan pakan tersebut. Percobaan menggunakan hewan-hewan percobaan
akan dapat diketahui daya cerna dari suatu bahan pakan. Bahan yang hendak
diselidiki terlebih dahulu harus dianalisis di laboratorium analisis bahan pakan
ternak. Selama percobaan, bahan pakan yang diberikan dan feses hewan
percobaan harus ditimbang dan dianalisis pula. Jumlah zat-zat pakan yang
terkandung di dalam bahan pakan yang dihabiskan ternak percobaan dikurangi
dengan jumlah zat-zat pakan yang terdapat di dalam feses selama percobaan
berlangsung adalah jumlah zat-zat pakan yang dapat dicerna oleh hewan tersebut.
Percobaan dapat dilakukan paling mudah pada hewan herbivora dengan
menggunakan pakan kasar. Atau kalau yang ingin diselidiki daya cernanya adalah
pakan konsentrat, maka dalam proses percobaan harus terlebih dahulu digunakan
pakan kasar yang sudah diketahui daya cernanya, baru ditambahkan konsentrat
yang akan diselidiki. Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap.Tahap pertama
disebut percobaan pendahuluan (preliminary test) yang berlangsung sedikitnya
tujuh hari. Pada tahap ini hewan percobaan hanya mendapatkan pakan yang akan
diperiksa itu. Guna percobaan pendahuluan ini adalah untuk menghilangkan
pengaruh pakan yang diperoleh hewan tersebut sebelum percobaan dimulai.
Dengan demikian, hewan akan menjadi terbiasa dengan pakan percobaan dan
disamping itu jumlah yang dapat dihabiskan tiap harinya dapat diketahui.
Tahap kedua adalah masa percobaan yang sesungguhnya. Selama fase ini
semua pakan yang diberikan (yang dihabiskan dan sisanya) harus ditimbang,
demikian pula feses harus dikumpulkan dan dianalisis beberapa kali. Tahap ini
paling sedikit 14 hari. Makin lama tahap kedua ini, hasil yang didapatkan lebih
valid.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 62


Contoh pemeriksaan daya cerna rumput pada sapi :
Analisa (%) Air Protein Lemak SK BETN Abu
Rumput 75 1,5 0,4 8,5 11,4 3,2
Feses 81 1,3 0,1 5,5 7,5 4,6

Jumlah rumput yang dihabiskan selama 14 hari = 420 kg.


Jumlah feses yang dikumpulkan selama 14 hari = 168 kg.
Daya cerna rumput adalah sebagai berikut :
Protein Lemak SK BETN
-------------------- kg --------------------
420 kg rumput mengandung: 6,30 1,68 25,70 47,88
168 feses mengandung : 2,18 0,17 9,24 12,60
Jadi yang dapat dicerna : 4,12 1,51 16,46 35,28
Atau dalam persen : 65,4 89,3 64,05 73,09

Pada contoh tersebut diatas, dinyatakan bahwa angka daya cerna protein
adalah 66,54%, lemak 89,3%, serat kasar 64,05% dan BETN 73,09%.
Yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah ketelitian dalam
mengumpulkan dan menimbang feses selama percobaan berlangsung. Harus
dijaga pula agar urin tidak tercampur ke dalam feses, demikian pula sisa pakan
jangan sampai bercampur dengan feses. Sisa pakan, termasuk pakan yang
berjatuhan, harus ditimbang guna menentukan banyaknya pakan yang dihabiskan
oleh hewan. Agar dapat diketahui kapan feses harus mulai ditampung pada awal
percobaan, digunakan zat penanda (marker). Marker diberikan kepada hewan
percobaan sewaktu hendak memulai percobaan. Marker yang biasa dipakai adalah
carmine, suatu zat warna merah. Feses hewan mulai dikumpulkan pada saat zat
warna merah tersebut dikeluarkan bersama-sama feses. Pengumpulan feses
dihentikan setelah marker tersebut tidak ada bersama feses pada akhir percobaan.
Penetapan daya cerna bahan pakan pada unggas sangat sulit dilakukan
sebab feses dan urin unggas bercampur dalam kloakanya.
Stutzer dan Kuhn berhasil menyelidiki daya cerna protein dengan cara
kimia, yaitu digunakan pepsin dalam HCl. Protein akan diuraikan oleh pepsin

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 63


menjadi pepton. Dengan diketahui kadar N dari pepton tersebut dapatlah dihitung
protein yang diuraikan atau dihancurkan, dengan mengalikan dengan faktor 6,25.
Metode ini kurang tepat hasilnya karena disamping pepsin masih ada enzim-enzim
lain (tripsin dan erepsin) yang berpengaruh dalam pencernaan protein di dalam
saluran pencernaan.
Stuedel memperbaiki metode tersebut dengan mencampurkan
“pancreatine” dan soda setelah protein dihancurkan dengan pepsin, sehingga
proses ini mendekati proses pencernaan yang sebenarnya dalam tubuh. Dengan
metode ini ditetapkan kadar N nya dan setelah dikalikan 6,25 didapatkan angka
protein yang dapat dicerna. Perhitungan dengan cara ini akan selalu mendapatkan
hasil yang lebih tinggi daripada angka yang sebenarnya. Kesalahan tersebut akibat
ikut terhitungnya kadar N dari zat-zat yang tidak dapat direabsorbsi.
Scharze memperbaiki kesalahan metode Steudel dengan menambahkan
“trichloor azijnzuur” ke dalam campuran enzim-enzim Steudel. Zat tersebut dapat
mengeliminasi zat-zat yang tidak dapat direabsorbsi, sehingga di dalam larutan itu
tinggal asam-asam amino saja. Angka yang diperoleh dengan metode Schwarze
ini lebih mendekati angka-angka yang diperoleh percobaan pakan pada hewan
hidup.
Daya cerna suatu bahan pakan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
jenis ternak, jenis pakan, keadaan fisik pakan, susunan kimia dari bahan tersebut
dan lain-lainnya. Perbedaan kemampuan dalam mencerna suatu bahan pakan oleh
berbagai jenis ternak, disebabkan karena saluran pencernaan yang tidak sama.
Menurut Maynard dan Loosli (1956), perbedaan anatomis dan fisiologis saluran
pencernaan dari berbagai jenis ternak sangat berpengaruh terhadap
kemampuannya untuk menggunakan berbagai macam zat pakan yang ada di
dalam pakannya. Hal ini terutama terlihat pada hijauan, karena hijauan
mengandung rantai-rantai polisakarida yang kompleks. Sebaliknya pada pakan
produksi, se[erti biji-bijian dan hasil ikutannya, perbedaan ini tidak mencolok
selama kandungan serat kasarnya rendah.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 64


Ada korelasi antara komposisi zat-zat pakan dengan daya cerna dari bahan
tesebut. Karena itu daya cerna suatu bahan dipengaruhi kadar zat-zat pakan yang
terkandung di dalamnya :
Faktor-faktor lain yang menyebabkan kemunduran daya cerna adalah :
1. Kadar serat yang terlalu tinggi, ini disebabkan
karena pencernaan serat kasar menggunakan banyak energi. Kadang-kadang
manfaat pakan itu menjadi negatif, jika energi yang digunakan untuk
mencerna bahan pakan tersebut lebih besar dari yang dihasilkannya.
2. Imbangan protein yang semakin luas akan
menurunkan daya cerna zat-zat lainnya.
3. Kadar protein yang terlalu tinggi akan menurunkan
daya cerna zat-zat pakan yang lain. Demikian pula kadar karbohidrat yang
terlalu tinggi.
4. Bahan pakan yang dimasak akan menurunkan daya
cerna, kecuali untuk babi dan unggas.
5. Banyaknya pakan yang berlebihan yang diberikan
kepada hewan dapat menurunkan daya cerna. Dalam keadaan ini tidak semua
pakan dapat dicerna, akan lebih cepat melalui saluran pencernaan, sehingga
kehilangan kesempatan untuk dicerna dan diabsorbsi lebih sempurna.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 65


BAB IX
NILAI ENERGI BAHAN PAKAN

Dasar-dasar Pengertian Beberapa Istilah


 Kalori (kal) atau “calorie” (cal = satuan kalori kecil) dalam ilmu pakan
ternak adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur 1
g air dari 14,50 C menjadi 15,50 C.
 Kilo kalori (Kkal) atau “kilo calorie” (Kcal = kilo calorie) adalah 1.000
kalori kecil.
 Mega kalori (Mcal) atau “Mega calorie” (Mcal) = 1.000 Kkal = 1 juta
kalori kecil.
 “Gross energy” (GE) adalah jumlah panas dalam kalori yang dihasilkan
apabila substansi pakan dioksidasi secara menyeluruh sehingga menghasilkan
CO2, H2O dan gas-gas lain di dalam bom kalorimeter.
 “Energi brutto” (GEi) adalah berat kering pakan yang dikonsumsikan kali
GE pakan per satuan berat bahan kering.
 “Energy Faeces/Faecal energy” (FE) adalah gross energy dari feses. Ini
terdiri dari energi zat-zat yang tidak dapat dicerna dan fraksi metabolis dari
feses.
FE = berat kering dari feses kali GE feses per unit berat keirng feses.
 “Urinary energy” (UE) adalah gross energy dari urin, termasuk di
dalamnya adalah energi “non oxidized portion” dari pakan yang diabsorbsi dan
energi yang terdapat dalam urin.
 “Gaseous Products of Digestion” (GDP) adalah energi dari gas-gas yang
mudah terbakar yang dihasilkan di dalam tractus digestivus dengan jalan
fermentasi dari ransum. Sebagian besar gas tersebut berbentuk gas methane.
 “Metabolized Energy” (ME) adalah energi yang terhimpun dalam zat-zat
yang dapat dicerna dikurangi dengan energi yang ada dalam urin (UE) dan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 66


energi dalam gas-gas (GPD). Disebut juga sebagai energi tersedia atau
“Available energy”.
 “Heat increment” (HI), disebut pula energi thermis, yaitu energi yang
digunakan untuk pengunyahan dan proses pencernaan pakan.
 “Net energy” (NE), diperoleh dari ME dikurangi HI, yaitu energi yang
digunakan untuk hidup pokok (NEm) dan untuk berproduksi (NEp).

Pengukuran Nilai Nutrisi


Nilai nutrisi biasanya dibatasi untuk penentuan-penentuan energi dan
protein, mineral dan vitamin diperhatikan secara terpisah.
Nilai energi dari bahan pakan dapat dinyatakan dengan cara yang berbeda-
beda. Pernyataan mengenai nilai energi bisa didapatkan secara langsung dengan
penelitian atau dihitung dengan menggunakan faktor-faktor yang dimilikinya.
Perlu diketahui bahwa faktor-faktor ini bagi peneliti yang berbeda mempunyai
nilai yang berbeda, jadi faktor-faktor tersebut hanya merupakan rata-rata saja.

Nilai Energi
Gross Energy
Didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bil suatu zat
dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini
masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena
hewan sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO2 dan air. Gross energy
diukur dengan alat bomb calorymeter. Apabila N dan S terdapat dalam
senyawa disamping karbon, H dan O (C, H dan O), unsur-unsur tersebut akan
timbul sebagai oksida nitrogen dan sulfur pad waktu senyawa itu dioksidasi
dalam bom kalorimeter. Nilai-nilai tertentu dari “gross energy” dapat dilihat
dalam Tabel 5.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 67


Tabel 5. Panas pembakaran atau nilai gross energy (Maynard, L.A. Animal
Nutrition, McGraw hill, 2nd Ed, 1947 Copyright, 1983, 1947)
Senyawa Panas pembakaran (Kcal/gr)
Glukosa 3,76
Sukrosa 3,96
Gula 4,23
Lemak mentega 9,21
Lemak 9,48
Lemak biji-bijian 9,.33
Kasein 5,86
Elastin 5,96
Gliadin 5,74

Energi Dapat Dicerna


Bila gross energy dari feses dikurangkan dari gross energy pakan,
kedua nilai tersebut didapatkan dengan alat bom kalorimeter dan feses tersebut
didapatkan pada keadaan eksperimen yang terkontrol, perbedaan tersebut
merupakan energi dapat dicerna.
Dengan perkataan lain, energi dapat dicerna merupakan kandungan
energi dari bagian pakan itu yang dapat dicera dan diabsorbsi. Nilai ini
merupakan suatu petunjuk yang baik untuk menilai nutrisi daripada gross
energy.
Walaupun demikian, gas-gas sisa terutama methan dapat dihasilkan dan
dilepaskan akan tetapi dihitung sebagai telah dicerna dan diabsorbsi.
Kehilangan-kehilangan seperti itu dapat diabaikan pada ternak non ruminansia,
tetapi pada ternak ruminansia perlu dibetulkan dari kehilangan energi
tambahan itu sebagai methan untuk mendapatkan nilai energi dapat dicerna
yang benar.
Biasanya diadakan pembentukan koefisien daya cerna dengan
mengadakan perhitungan terhadap produk excretory yang benar, dan tidak
mengadakan pembetulan dari kehilangan yang ditimbulkan karena methan,

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 68


tetapi bukan dengan kesalahan-kesalahan yang berhubungan denga excretory
yang sebenarnya. Hal ini sudah semestinya karena pada penelitian-penelitian
energi produk excretory yang sebenarnya merupakan suatu kehilangan yang
harus diperhatikan. Pembetulan terhadap methan di dalam mempelajari energi
merupakan suatu pembetulan yang besar daripada dalam hal mempelajari daya
cerna.
Jadi : gross energy paka – (gross energy faeces + gross energy methan) =
energi dapat dicerna yang sebenarnya
Persamaan ini dapat disempurnakan dengan mengalikan gross energy
methan dengan faktor 1,8. Hal ini sehubungan dengan kehilangan panas
tambahan oleh fermentasi pada waktu methan itu dihasilkan.
Perlu juga dicatat bahwa produksi methan ini dapat dihitung dari
persamaan-persamaan yang berdasarkan pada daya cerna energi atau daya
cerna karbohidrat ransum tersebut.
Untuk mendapatkan nilai-nilai energi yang dapat dicerna dengan
perhitungan-perhitungan memerlukan penelitian dimana pakan, feses dan gas-
gas sisa (methan) dikumpulkan dan diambil sampelnya dan dihitung gross
energy-nya. Akan tetapi suatu cara lain untuk mendapatkan hasil yang serupa
terdapat juga, bila penggunaannya dibuat dari data banyak percobaan daya
cerna yang telah dilakukan terhadap kelas pakan yang dipelajari dan terhadap
kelompok hewan yang diberi makan. Rata-rata gross energy karbohidrat
diketahui adalah 4,1 Kkal/g dan bila perhitungan dilakukan untuk fermentasi
nilai rata-rata ini menurun menjadi 3,76 karena methan yang dibentuk selama
fermentasi membawa beberapa energi kimia dari karbohidrat. Pembetulan ini
tidak bisa digunakan untuk kehilangan yang lebih lanjut dalam panas
fermentasi dan lebih lanjut hal ini tidak perlu pada ternak non ruminansia,
karena methan yang dihasilkan sedikit sekali. Lemak mempunyai nilai 9,3,
tetapi ini merupakan lemak murni, sedangkan dalam bahan pakan alam lemak
yang terdapat di dalamnya bukanlah lemak murni akan tetapi ekstrak ether.
Contoh perhitungan energi dapat dicerna dan TDN
Dengan menggunakan bungkil kacang sebagai contoh yang mengandung :

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 69


42,0% protein kasar dapat dicerna, 6,8% ekstrak ether dapat dicerna, 19,7%
BETN dapat dicerna, 0,5 % SK dapat dicerna.
A. Energi dapat dicerna per 100 lb
Dikalikan dengan faktor-faktor yang dimiliki :
Protein kasar dapat dicerna 42,0 x 2.633 = 110.586 Kkal
Ekstrak ether dapat dicerna 6,8 x 4.000 = 27.200 Kkal
BETN dapat dicerna 19,7 x 1.707 = 33.627 Kkal
SK dapt dicerna 0,5 x 1.707 = 854 Kkal
172.3267 Kkal

Energi dapat dicerna itu (bukan gross digestble energy) adalah


172.267 Kkal/lb. Nilai ini adalah energi yang dapat dicerna yang
sebenarnya karena disesuaikan dengan kehilangan panas fermentasi.
methan.
B. TDN per 100 lb
Untuk menimbang nilai ekstrak ether karena kandungan energinya yang
tinggi, pertama-tama dikalikan dengan faktor 2,25.
Jadi ekstrak ether dapat dicerna 6,8 x 2,25 = 15,3
Kemudian :
Protein kasar dapat dicerna 42,0 lb
Ekstrak ether dapat dicerna 15,3 lb (tertimbang)
BETN dpat dicerna 19,7 lb
SK dapat dicerna 0,5 lb
77,5 lb TDN

Energi Metabolis
Energi dapat dicerna yang sebenarnya, terdapat dalam senyawa-
senyawa kimia yang mana melalui tubuh hewan itu dengan cara absorbsi, akan
tetapi energi ini tidak semuanya digunakan oleh hewan itu, karena ada yang
terdapat dalam urin. Ini adalah gross energy urine dan dapat dihitung dengan
bom kalorimeter juga. Apabila ini diperhitungkan maka sisanya merupakan
ME.
Jadi : energi dapat dicerna yang sebenarnya gross energy urine = ME.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 70


Atau
“gross energy (GE) pakan – (“gross energy” FE feses + “gross energy”
methan + “gross energy” urine) + ME
Me yang disesuaikan dengan panas fermentasi, didapatkan apabila nilai
gross energy methan dikalikan dengan faktor 1,8.
Nilai ME dapat dihitung dengan menentukan gross energy pakan dan
ekskreta padat, cair dan gas, dengan menggunakan bom kalorimeter, tetapi
harus dilakukan penelitian yang lengkap. Masih ada cara lain dalam
mengadakan perhitungan itu.
Belum lama ini telah dibuktikan oleh Carpenter dan Clegg bahwa untuk
ransum ayam, ME boleh dihitung dari hasil analisa kimia.
Jadi :

ME (Kkal per kg) = 38[(persen protein kasar) + 2,25 (persen ekstrak eter)
+ 1,1 (persen pati) + (persen gula)] + 53

Net Energy (NE)


Bila pakan telah dimakan selalu ada penambahan panas tubuh.
Kenaikan ini berasal dari mastikasi dan penambahan gerakan intestinal,
fermentasi dalam retikulo-rumen, rangsangan terhadap sekresi cairan
pencernaan dan sebuah rangsangan langsung terhadap metabolisme. Jumlah
dari semua efek ini diukur dalam panas yang dihasilkan, yang dinyatakan
dalam spesific dynamic effect (SDA) atau “thermic energy”. Pertambahan
produksi panas per unit dari pakan ekstra dapat juga disebut panas tambahan
(“heat increment”). Bila nilai untuk “thermic energy” dikurangkan dengan
energi metabolis maka perbedaannya merupakan “net energy”.
Metabolis energy - Thermic energy = Net energy
(M.E.) (H.I.) (N.E.)

Net energy dapat digunakan untuk tiga dasar keperluan. Pertama,


dipandangan sebagai simpanan energi untuk melakukan fungsi pokok, seperti
mempertahankan organ-organ tubuh dari posisinya, menggerakkan internal

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 71


organ dan bahkan untuk mencukupi keperluan energi untuk berdiri. Pada
akhirnya semua energi dinyatakan seb panas.
Kedua, dapat digunakan untuk menghasilkan gerakan internal, misalnya
gerak binatang dari satu tempat ke tempat lain, atau menggerakkan pedati
dengan sebaik-baiknya. Pertama dan kedua disebut “net energy for
maintenance” (NEm).
Ketiga, net energy dapat disimpan sebagai energi kimia dalam tubuh,
misalnya lemak yang menempel pada binatang. Simpanan energi ini dapat
digunakan hewan bila diperlukan. Demikian juga simpanan energi kimia dapat
berbentuk telur atau susu, disebut “net energy for production” (NE p) atau”net
energy for gain” (NEg). Dalam proses produksi termasuk kerja maka “net
energy” akan ditunjukkan oleh nilai energi dari hasilnya dan sisa dari
metabolisme energi akan berbentuk panas.
Adalah mungkin dalam pengukuran “gross energy” dengan
menggunakan keseimbangan energi, energi dapat dicerna, metabolis energi dan
produksi panas. Akan tetapi bila kita mengetahui bahwa binatang itu tidak
beraktifitas, nilai net energy dinyatakan dengan energy yang disimpan dalam
tubuh ditambah dengan energi yang digunakan untuk melakukan fungsi pokok,
yang mana akan dinyatakan sebagai panas.
Armsby, seorang yang menciptakan konsep net energy menyelesaikan
kesukaran-kesukaran dengan mengemukakan dua macam percobaan tentang
keseimbangan energi dengan menggunakan dua macam standar pakan yang
berbeda dan dari rasio yang sama yang masing-masing di bawah pengawasan.
Kemudian dengan cara yang bermacam-macam dia bisa menghitung nilai net
energy dengan menyamakan penambahan pakan terhadap akibat penyimpanan
dalam jaringan-jaringan (contoh II).
Contoh II : perhitungan nilai net energy dari data-data percobaan (Armsby,
1917). Bila sapi yang dikebiri diberi makan dengan rumput kering
pada dua level yang masing-masing di bawah pengawasan dan
dikerjakan pula pengukuran terhadap energi serta produksi
panasnya.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 72


Rumput kering tadi mengandung 935 Kkal dari energi metabolis
per lbs.
Energi
Rumput Energy yang
metabolis Panas yang
Percobaan kering hilang dari
yang diproduksi
(dalam lb) tubuh
diperoleh
Kcal Kcal Kcal
1 6.17 5,768 8,064 2,296
2 10.21 9,544 9,812 268
Perbedaan 4.04 3,776 1,748 2,028
Perbedaan per
1.00 935 433 502
lb

Maka, 1 lb rumput kering mengandung 935 kkal energi metabolis


dimana dari 433 Kkal hilang sebagai panas. Pertambahan produksi panas
dengan bertambahnya konsumsi pakan biasanya dinyatakan sebagai panas
tambahan (“heat increment”). Sisa 502 Kkal memperkecil hilangnya energi
dari tubuh. Dengan kata lain, 1 lb rumput kering dengan ransum di bawah
standar pemeliharaan akan menurunkan perusakan jaringan-jaringan tubuh oleh
sejumlah energi yang setara dengan 502 Kkal. Energi ini adalah energi rumput
kering.
Percobaan ini dilakukan dalam usaha penggemukan sapi-sapi kebiri dan
perhitungan nilai “Net energy” oleh Armsby didasarkan ata data dari Kellner.
Dengan cara ini maka nilai net energy dapat diperoleh, tetapi dengan suatu
anggapan bahwa nilai NE adalah konstan pada semua tingkat nutrisi atau
dengan kata lain ada hubungan langsung antara NE dan GE. Pendapat ini
sekarang dinyatakan tidak tepat. NE berkurang dengan bertambahnya nilai dari
tingkat nutrisi (sebagian, tidak menyeluruh), berkat adanya pengurangan ME.
NE pada level pemberian pakan yang tetap akan berbeda pula untuk
tipe produksi yang berbeda. Sebagai contoh, dari 1000 Kkal ME, 693 Kkal NE
diperoleh dari susu, tetapi hanya 575 Kkal yang untuk penggemukan
disebabkan nilai-nilai yang berbeda dari “thermic energy” (HI) yang
berhubungan dengan proses tersebut. Selanjutnya nilai NE untuk pemeliharaan
tidak sama dengan Ne untuk penggemukan.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 73


Nilai NE secara teoritis adalah cara yang paling benar dalam penilaian
nilai nutrisi, sebab telah diperhitungkan segala bentuk penyusutan energi dalam
proses metabolisme. Meskipun demikian, penggunaannya didalam praktek
tidak begitu cocok.
Angka Manfaat (AM)
NE x 100
Adalah angka persentase yang didapat dari
DE

Sebagai penutup dari bab ini, di bawah ini akan dituliskan bagan
terjadinya “Net Energy”.

Energy pakan (GE)

FE

Digestible Energy (DE)

UE
GPD
Metabolizable Energy (ME)

HI

NET ENERGY (NE)

NEm (untuk pokok hidup) NEp (untuk produksi)

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 74


BAB X
KESEIMBANGAN NITROGEN (N) DAN KARBON (C)

Pada bab sebelumnya telah diterangkan terjadinya suatu energi dari bahan
pakan. Dari jumlah ransum yang dimakan, ternyata hanya sebagian saja yang
menjadi energi netto. Jumlah energi netto (NEm dan NEp) inilah yang menentukan
dapat tidaknya hewan tersebut hidup dan berproduksi. Ada tiga kemungkinan
yang dapat terjadi :
1. Energi netto dari ransum dapat penuh menutupi
jumlah energi yang dibutuhkan hewan atau NEm+p = N requirement (NR).
2. Energi netto dari ransum melebihi banyaknya energi
yang dibutuhkan hewan itu atau NEm+p > NR.
3. Energi netto yang berasal dari ransum tidak
mencukupi kebutuhan hewan, atau NEm+p < NR.
Jika terjadi NEm+p < NR, maka untuk kelangsungan hidup dan untuk
menghasilkan sesuatu, maka kekurangan energi tersebut akan diambilkan dari zat
cadangan dari tubuh hewan itu (protein dan lemak cadangan). Sebaliknya bila
NEm+p > NR, maka kelebihan itu akan disimpan dalam tubuh, berbentuk
pertambahan daging dan lemak badan.
Keadaan tersebut diatas dapat diselidiki dengan meneliti keseimbangan
nitrogen dan karbon dalam tubuh.

A. Keseimbangan Zat Nitrogen


Diantara zat-zat pakan, nitrogenlah yang paling mudah diketahui.
Nitrogen yang terkandung dalam pakan bila tidak dapat dimanfatkan tubuh,
akan dibuang bersama feses dan urin. Pembuangan N melalui keringat, bulu
yang rontok dan mengelupasnya kulit, jumlahnya dapat diabaikan, atau dalam
perhitungan diadakan angka koreksi.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 75


Penentuan keseimbangan N hampir sama dengan penentuan daya cerna
suatu bahan pakan, bedanya ialah bahwa dalam percobaan ini harus ditampung
dan dianalisa kadar N-nya. Untuk menentukan keseimbangan N, terlebih
dahulu harus diketahui kadar N dari ransum atau bahan pakan, kemudian
dikurangi jumlah N yang ada dalam feses dan urin, juga harus dikurangi
(sebagai koreksi) dengan N yang ada dalam keringat, bulu yang rontok, kulit
yang mengelupas dan bila hewan itu berproduksi N yang terdapat dalam air
susu yang dikeluarkan. Bila N yang masuk bersama ransum dan N yang keluar
dengan berbagai car tersebut sama jumlahnya, maka dikatakan bahwa tubuh
hewan mencapai keseimbangan N. Sebaliknya akan terjadi ketidakseimbagan
N (dapat berlebih atau dapat kurang).
Hewan dewasa yan gtidak berproduksi umumnya dalam keadaan
keseimbangan N, sebab protein yang terdapat dalam ransumnya umumnya
akan memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sedang kelebihan protein akan
diuraikan, yang mengandung akan dikeluarkan bersama urin.
Nitrogen yang terdapat di dalam jaringan tubuh hewan, 90 % terdiri
dari protein. Sebab perubahan jumlah N akan menentukan pula jumlah
jaringan yang terbentuk. Daging segar (tanpa lemak) mengandung 77 % air
dan 23 % bahan kering, sedangkan dalam bahan kering ini mengandung 16,67
% N.
Sebagai suatu contoh (A), di dalam penelitian diketahui bahwa ransum
yang dihabiskan hewan tiap hari mengandung 250 g N, sedangkan
pengeluaran N melalui berbagai jalan sejumlah 240 g, maka terdapat kelebihan
N (tinggal di dalam tubuh) sebanyak 10 g. Dari data diatas dapat dihitung
berapa daging (tanpa lemak) yang terbentuk dalam tubuh. Perhitungannya
sebagai berikut :

100
10 g N terkandung didalam x 10 gram = ± 60 gram bahan kering
16,67

Daging segar mengandung 23 % bahan kering.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 76


100
Maka daging yang terbentuk = x 60 gram = ± 261 gram
23

Apabila berdasarkan data keseimbangan N akan kita hitung nilai


biologis dari protein, maka harus kita ingat bahwa N yang terdapat di dalam
feses hanya sebagian saja yang benar-benar berasal dari bahan-bahan yang
mengandung protein tetapi yang tak dapat dicerna. Sebagian N berasal dari
enzim-enzim saluran pencernaan, dari hasil kikisan dinding saluran
pencernaan secara wajar dan berasal dari sel-sel yang hancur atau aus. Karena
N yang berasal dari hal-hal tersebut diatas sukar diukur, maka angka daya
cerna hanya bersifat teoritis saja.
Nitrogen yang terdapat dalam urin berasal dari dua proses
metabolisme, yang pertama berasal dari pemecahan zat-zat yang mengandung
N yang sudah ada dalam tubuh sendiri menjadi zat yang tidak dapat dipakai
oleh tubuh dan berbentuk N yang harus dikeluarkan dari tubuh. Yang kedua
berasal dari sari pakan yang terserap, tetapi sebagian (yang mengandung N)
tak dapat digunakan untuk pembentukan badan. Yang pertama disebut N
endogen (berasal dari dalam tubuh) dan yang kedua disebut N eksogen
(berasal dari pakan). Pembedaan asal N ini penting dalam hal menentukan
nilai biologis dari protein.

B. Keseimbangan karbon (C)


Seperti halnya N, maka penentuan C juga dicatat dari selisih C yang
ada dalam bahan pakan dan C yang dikeluarkan dari tubuh. Karena semua zat
organik mengandung C, maka penentuan jumlah C inipun akan menyangkut
zat-zat organik.
Kalau masuknya unsur C dalam tubuh hewan hanya melalui pakan,
maka pengeluaran unsur C dari tubuh hewan melalui berbagai jalan, yaitu
melalui / bersama–sama feses, urin, gas-gas dari perut, rontokan bulu dan
kulit, udara yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit dan melalui pernapasan

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 77


dan juga bersama-sama produk hewan. Jadi pengukuran jumlah C jauh lebih
kompleks bila dibandingkan dengan pengukuran N. Bahkan dalam proses
percobaan yang demikian diharuskan pula mengukur oksigen yang dihabiskan
ternak selama percobaan.
Pembakaran lemak, karbohidrat dan protein juga dibutuhkan oksigen
dan dihasilkan CO2 dalam jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan ini memberi
kemungkinan untuk menentukan zat apa yang dibakar dengan memperhatikan
perbandingan oksigen yang digunakan dan CO2 yang dihasilkan. Penentuan O2
dan CO2 digunakan alat-alat respirasi. Dengan alat inilah dapat diketahui zat C
yang keluar dari tubuh hewan.
Bahan kering dari daging, keculi mengandung 16,67 % N juga
mengandung 52,54 C. Jadi bila jumlah bahan kering/daging segar yang
terbentuk dari N diketahui (lihat perhitungan pada B) maka akan kita ketahui
pula, berapa banyak C yang ikut dipakai pada pembetukan daging tersebut.
Sisa dari C yang ada (selisih C dalam pakan dengan C yang keluar dari tubuh
dan setelah dikurangi dengan C yang ikut membentuk daging) akan digunakan
untuk membentuk lemak badan. 76,5 % dari lemak badan terdiri dari unsur C.
Suatu contoh perhitungan (B) :
Dari contoh A didapat bahan kering daging = 60 gram.
Untuk membentuk 60 gram bahan kering daging dibutuhkan :
52,54
X 60 = 31,5 g C
100

Andaikata kelebihan C yang ada (C pakan - C yang keluar badan) =


250 g (ditentukan dari hasil percobaan respirasi), maka :
C yang digunakan untuk membentuk lemak badan = 250 – 31,5 =
218,5 g.
Kalau diketahui C dalam lemak badan = 76,5 % maka lemak badan
yang terbentuk = 100 x 218,5 g = 285,8 g
76,5

Bagaimana kalau NEm+p < NR ?.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 78


Bagaimanapun juga kebutuhan energi untuk hidup pokok dan untuk
produksi harus dipenuhi, walaupun ransum kurang mengandung energi.
Kekurangan energi ini akan diambilkan dari cadangan karbohidrat (gula,
glikogen) dan lemak yang ada di dalam badan hewan. Jika diketahui
pertukaran CO2 dan O2 maka akan dapat ditentukan, berapa C dipenuhi dari
penguraian karbohidrat dan berapa C dipenuhi dari penguraian lemak badan.
Dalam penguraian/pembakaran karbohidrat akan membutuhkan O2 dan
menghasilkan CO2 dalam jumlah volume yang sama.
Respiration Quotiens (RQ) dari pembakaran karbohidrat sebagai
berikut :

RQ = Volume CO2 = 1
Volume O2

Dalam pembakaran 1 gram lemak dihabiskan 1,995 liter O2 dan akan


dihasilkan 1,419 liter CO2.
Respiation Quotiens (RQ) dari lemak badan : 1,419 = 0,71
1,995

Dalam pembakaran protein dibutuhkan 0,965 liter O2 dan akan


dihasilkan 0,775 liter CO2.
Respiation Quotiens (RQ) dari protein : 0,775 = 0,803
0,965

Jika dalam pembakaran protein diketahui jumlah O2 yang dipakai dan


jumah CO2 yang dihasilkan serta diketahui pula jumlah seluruh O2 dan CO2
maka dengan menggunakan RQ diatas (dua persamaan) dapat dihitung berapa
jumah karbohidrat dan lemak badan yang dibakar dalam badan hewan
tersebut.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 79


BAB XI
MENGUKUR MARTABAT PAKAN

Martabat pakan bagi manusia diukur berdasarkan seberapa jauh pakan


tersebut dapat memenuhi kebutuhan zat-zat pakan dalam proses metabolisme.
Bagi ternak bukanlah hanya memenuhi kebutuhan hidup saja yang penting, tetapi
bagaimana cara memanfaatkan bahan pakan ternak yang ada, sehingga diperoleh
hasil ternak (daging, lemak, susu, wool, telur, dll) semaksimal mungkin. Dalam
hal ini martabat bahan pakan memegang peranan yang penting. Martabat pakan
erat hubungannya dengan produksi ternak. Untuk membanding-bandingkan tinggi
rendahnya martabat bahan pakan satu dengan yang lain perlu suatu ukuran dengan
menggunakan satuan. Dengan demikian dpat diselidiki pula berapa (satuan)
kebutuhan ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokoknya atau untuk
berproduksi.
Beberapa satuan martabat pakan yang saat ini dipergunakan di negara-
negara peternakan adalah :

1. MARTABAT PATI (MP)


Disebut juga “Starch Equivalents” atau “Zetmeel Warde”. Ditemukan
oleh Prof. Dr. Obrian Kellner pada tahun 1905, sebelum Armsby menemukan
“Net Energy”. Dia menyelidiki tentang daya zat-zat pakan terhadap
pembentukan lemak badan. Dari penelitiannya didapat, bahwa 1 kg pati murni
dalam tubuh sapi daat dibentuk lemak nadan sebanyak 248 g (dibulatkan 250
g). Nilai ini sama dengan 2360 atau 2380 Kkal. Dalam hal ini faktor “starch
equivalent”-nya (MP-nya) disebut Kg MP. Daya dan nilai MP dari zat-zat
pakan yang lain dapat dilihat pada Tabel 7.
Martabat pati suatu bahan pakan atau ransum adalah angka yang
menunjukkan jumlah pati yang sama besar dengan 100 kg bahan
pakan/ransum tersebut untuk membentuk lemak yang sama banyak di dalam
tubuh.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 80


Jika suatu ransum memiliki nilai MP 80 berarti 100 kg ransum tersebut
mempunyai daya yang sama dengan 80 kg pati murni untuk membentuk
lemak badan yang sama banyaknya.
Dalam menggunakan faktor-faktor ini, Kellner menghitung daya
produksi lemak dari bahan pakan secara teoritis dari nutrien yang bisa dicerna,
kemudian dengan percobaan-percobaan maka ditentukan daya produksi lemak
sesungguhnya (yaitu hanya sebagai prosentase teoritis), maka telah dijelaskan
bahan pakan dapat dibagi menjadi dua golongan, salah satu diantaranya
mendekati 100 (artinya baik secara teoritis maupun sesungguhnya adalah baik)
dan golongan yang lain, yang mempunyai selisih yang besar (Tabel 8). Pada
pemeriksaan selanjutnya ternyata bahwa group yang kedua ini menandung
serat kasar yang tinggi.

Tabel 7. Harga Perhitungan Daya Produksi Lemak Teoritis, Nilai Energi,


Starch Equivalent (Kellner)
1 kg Nutrien yang Lemak yang Faktor Starch
Nilai dalam Kcal
bisa dicerna disimpan (g) Equivalent (MP)
Carbohydrate (pati) 248 (250)X) 2.360 1,00
Fibre (serat kasar) 253 (250)X) 2.380 1,00
Protein 235 2.237 0,94
Fat (roughage) (a) 24 4.512 1,91 (1,90)X)
Fat (cereal) (b) 526 (525)X) 4.998 2,12 (2,10)X)
Fat (oil cake) (c) 598 (600)X) 5.712 2,41 (2,40)X)
x) dibulatkan

Tabel 8. Hubungan antara Daya Produksi Lemak Teoritis dengan yang


Sesungguhnya (Kellner) dan Serat Kasar
Lemak sesungguhnya
Bahan Pakan X 100 Serat kasar %
Lemak teoritis
Bungkil linseed 97,9 9,0
Bungkil kacang tanah 100,2 6,5
Hay / Hooi 62,8 26,0
Jerami 20,3 36,5

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 81


Kellner menyarankan bahwa untuk golongan yang pertama, suatu
koreksi faktor atau V value atau Angka Manfaat harus digunakan dalam nilai
teoritis dan biasanya berkisar antara 80 – 90 %. Sedangkan untuk golongan
kedua, suatu koreksi yang berbeda telah disarankan yakni suatu skala yang
naik turun dari pengurangan yang berdasarkan pada serat kasar yang berada
dalam bahan pakan yang dimaksud (Tabel 9). Contoh A dan B akan membuat
perhitungan lebih jelas.

Tabel 9. Angka Reduksi Serat Kasar Pengurangan-pengurangan yang dibuat


dari Nilai Starch Equivalent Teoritis untuk Memperoleh Nilai
Sebenarnya Pakan yang Berserat Kasar (Kellner)
Pengurangan Setuap 1 % Serat Kasar
Pakan
(Satuan dari Starch Equivalent)
Rumput kering dan jerami : sekam 0,29
Rumput kering dan jerami : panjang 0,58
Green fodders
Percent crude fibre
4,0 – 5,9 0,29
6,0 – 7,9 0,34
8,0 – 9,9 0,38
10,0 – 11,9 0,43
12,0 – 13,9 0,48
14,0 – 15,9 0,53
16,0 – lebih 0,58

Contoh :
A. Perhitungan dari Starch Equivalent dari Barley
100 lb barley berisi :
7,6 lb protein kasar yang bisa dicerna
1,2 lb ekstrak ether yang bisa dicerna
60,9 lb BETN yang bisa dicerna
2,5 lb serat kasar yang bisa dicerna
Mengalikan satu persatu dari nilai-nilai itu dengan faktor-faktor daya
produksi lemak, hasilnya adalah sebagai berikut :

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 82


Protein kasar dapat dicerna 7,6 lb x 0,235 = 1,786 lb
Ekstrak ether dapat dicerna 1,2 lb x 0,525 = 0,630 lb
BETN dapat dicerna 60,9 lb x 0,250 = 15,225 lb
Serat kasar dapat dicerna 2,5 lb x 0,250 = 0,625 lb
18,266 lb

Maka secara teoritis dalam 100 lb barley akan menghasilkan 18,266 lb


lemak dalam tubuh ternak. Tetapi 1 lb lemak dihasilkan dari 4 lb pati
dalam diet. Jadi Starch Equivalent teoritis dari barley adalah 18,266 x 4 =
73,064 lb. Kalau faktor koreksi (V value) barley adalah 98 %, maka nilai
MP yang sesungguhnya :
98
73,064 x = 71,63 lb (72 dibulatkan)
100

B. Perhitungan Starch Equivlent dari jerami gandum (oat straw)


100 lb oat straw (musim dingin) berisi :
0,3 lb protein kasar
0,5 lb extract lain yang bisa dicerna
19,8 lb extract bebas nitrogen yang bisa dicerna
19,7 lb serat kasar yang bisa dicerna
Mengalikan satu persatu dari nilai-nilai itu dengan faktor-faktor daya
produksi lemak, hasilnya adalah sebagai berikut :
Protein kasar dapat dicerna 0,6 lb x 0,235 = 0,141 lb
Ekstrak ether dapat dicerna 0,5 lb x 0,525 = 0,237 lb
BETN dapat dicerna 19,8 lb x 0,250 = 4,950 lb
Serat kasar dapat dicerna 19,7 lb x 0,250 = 4,925 lb
10,253 lb

Jadi secara teoritis 100 lb oat straw akan menghasilkan 10,253 lb lemak
dalam tubuh ternak. Tetapi 1 lb lemak dalam tubuh dihasilkan oleh 4 lb
pati dalam diet. Jadi, secara teoritis “Starch Equivalent” oat straw adalah :
10,253 x 4 = 41,012 lb

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 83


Akan tetapi sangat perlu untuk mengurangi 0,58 “Starch Equivalent” untuk
setiap 1 persen serat kasar dalam oat straw, dengan demikian bila oat straw
berisi 34,6 % serat kasar, maka jumlah pengurangannya adalah :
34,6 x 0,58 = 20,068 lb
Jadi, “Starch Equivalent” sesungguhnya dari oat straw adalah :
41,012 - 20,068 = 20,944 lb (21 dibulatkan)
Catatan : dari kedua contoh-contoh tadi dalam perhitungannya telah
dimasukkan semua faktor-faktor dari daya produksi lemak dan
memperkalikan dengan 4 untuk memperoleh “Starch Equivalent”.

2. MARTABAT SUSU (MELK WAARDE)


Satuan MP hanya berlaku penuh untuk pembuatan lemak badan. Untuk
pembentukan lemak badan, maka protein terlebih dahulu harus diuraikan
menjadi dua bagian, yaitu yang tidak mengandung N dan bagian yang
mengandung nitrogen. Hanya bagian yang tidak mengadung N lah yang dapat
membentuk lemak badan, sedang bagian yang mengandung N tidak dapat
dimafaatkan dan dikeluarkan bersama urin. Ini berarti sebagian dari energi
tersedia dari protein tidak dapat dimanfaatkan dalam pembentukan lemak
badan.
Dalam pembentukan susu, protein tidak perlu dipecah terlebih dahulu.
Menurut penelitian Hansson, protein lebih efisien bila digunakan untuk
membentuk susu. daya manfaat protein dalam pertumbuhan jaringan,
penggantian sel-sel yang rusak dan dalam pembentukan susu rata-rata adalah
70% lebih tinggi daripada untuk membentuk lemak badan. Pada karbohidrat
dan lemak, nilai energi netto dalam pembentukan jaringan tubuh dan susu
adalah 15 – 20 % lebih tinggi daripada untuk pembentukan lemak badan.
Berdasarka hasil penelitian inilah diciptakan satuan Martabat Susu (MS).
Perbedaannya dalam perhitungan dengan MP adalah, kalau pada MP 1 kg
protein bernilai 0,94 kg MP, maka pada MS, 1 kg protein bernilai 1,43 kg MS,
sedang faktor lainnya (BETN, SK, lemak) sama dengan faktor dalam
perhitungan MP.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 84


Tegasnya adalah sebagai berikut :
1 kg pati d.d. bernilai 1 kg MS
1 kg BETN d.d. bernilai 1 kg MS
1 kg S.K. bernilai 1 kg MS
1 kg protein d.d. bernilai 1,43 kg MS
1 kg lemak a (kasa) bernilai 1,91 kg MS
1 kg lemak b (biji-bijian) bernilai 2,12 kg MS
1 kg lemak c (berminyak) bernilai 2,41 kg MS
Dalam perhitungan MS yang sesungguhnya perlu dikalikan dengan angka
manfaatnya (V value-nya). Sebagai energi, maka 1 kg S bernilai 2800 Kkal.

3. FUTTER EINHEIT (FE)


Berbeda dengan negara-negara Eropa dan Indonesia yang memakai
satuan MP Kellner, maka negara-negara Skandinavia (Denmark, Swedia,
Norwegia dan Finlandia) menggunakan satuan lain yang disebut Futter Einheit
(FE). Sebenarnya satuan FE sudah lebih dulu ditemukan daripada MP, tetapi
barulah sejak tahun 1913 oleh Nils Hansson ditetapkan sebagai satuan
martabat pakan yang berlaku di negara-negara Skandinavia, perhitungan ME
pada dasarnya sama dengan perhitungan MS, akan tetapi pada FE yang
menjadi patokan dasar bukan 1 kg pati murni, melainkan 1 kg gerst (patinya
gandum) yang bernilai 1 kg FE. 1 kg FE bernilai = 0,75 kg MS. Jadi kalau
nilai MS suatu ransum diketahui, maka dapat pula dihitung nilai FE-nya.
Demikian pula nilai dari FE = 0,75 x energi MS.

4. TOTAL DIGESTIBLE NUTRIETS (TDN)


Satuan ini dipakai di Amerika Serikat. Jumlah TDN dari suatu bahan
pakan adalah sama dengan jumlah seluruh zat-zat pakan organis dapat dicerna
(protein, lemak, BETN dan SK) dimana jumlah lemak terlebih dahulu harus
dikalikan dengan 2,25 (oleh karena nilai energi lemak 2,25 kali lebih tinggi
daripada nilai energi protein maupun karbohidrat). TDN lebih disukai daripada

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 85


perhitungan NE, karena lebih praktis. Selain itu nilai NE dari bahan pakan
tidaklah tetap, tergantung dari susunannya dan imbangan zat-zat di dalamnya.

5. NET CALORIES FATTENING (NKF)


Ditemukan oleh Mollgaard. Satuan ini digunakan dalam perhitungan
Net Kalori pada penggemukan (NKF). Untuk produksi lemak di dalam tubuh,
maka 100 NKF menghasilkan 1000 Kkal lemak. Tetapi untuk membentuk
1000 Kkal susu hanya dibutuhkan 840 NKF.

6. EFISIENSI KONSENTRAT DALAM PEMBENTUKAN


LEMAK
Nehring menemukan efisiensi pakan konsentrat dalam pembentuka
kalori dengan menggunakan rumus EF = 1,70 P + 7,13 F + 1,24 L + 2,09 C,
dimana EF = Kkal lemak yang dibentuk per kg pakan.
P = gram protein kasar per kg pakan
F = gram lemak per kg pakan
L = gram SK per kg pakan
C = gram BETN per kg pakan

7. NUTRITIVE RATIO (NR)


NR ditentukan dengan bermacam-macam metode. Tinggi rendahnya
kadar protein dari pakan terhadap kadar-kadar zat-zat lainnya, dinyatakan
dengan R atau imbangan protein (IP).
Di bawah ini dijelaskan dua metode perhitungan “Nutritive Ratio”.
(% Ldd x 2,25) + % BETNdd + % SKdd
a. NR =
% protein dd
Pr. dd
b. IP =
MP.

Dalam praktek yang terakhir inilah yang sering dipaki. Ada 3 kategori
imbangan protein :
Sempit, bila IP = 1 : < 7, misal 1 : 6  untuk hewan-hewan muda.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 86


Sedang, bila IP = 1 : 7  untuk saat mulai penggemukan.
Luas, bila IP = 1 : > 7  untuk hewan tua, hewan tanpa kerja.
Contoh Perhitungan NR :
Ransum mengandung (%) 8,8 Prdd; 2,0 Ldd; 60,1 BETN; 1,1 SK.
(% Ldd x 2,25) + % BETNdd + % SKdd
a. NR =
% protein dd
(2 x 2,25) + 60,1 + 1,1 65,7
= = = 7,5
8,8 8,8

Jadi NR = 1 : 7,5 (luas)


b. Harus dicari dahulu berapa MP ransum tersebut. (contoh III, Tabel 7).

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 87


DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Pakan Ternak Umum. Cetakan Kelima. PT.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bondi, A.A. 1987. Animal Nutrition. A Wiley-Interscience Publication. John


Wiley & Sons. Chichester.

Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd
Ed. John Wiley & Sons. New York.

Crampton, E.W. and L.E. Harris. 1969. Applied Animal Nutrition. 2nd Ed. W.H.
Freeman and Co. San Fransisco.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Rangkuman . Laboratorium Pakan Ternak


Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta (Tidak diterbitkan).

Lubis, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Kedua. PT. Pembangunan.
Jakarta.

Maynar, L.A. and J.K. Loosli. 1962. Animal Nutrition. 5th Ed. McGraw Hill
Book Co, Inc. New York.

Soelistyono, S.H. 1976. Dasar-dasar Ilmu Makanan Ternak. Fakultas


Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang (tidak diterbitkan).

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Fakultas


Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak diterbitkan).

Tillman, A.D. H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.


Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Keenam.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahju, J. 1973. Kebutuhan Zat-zat Makanan untuk Unggas. Fakultas


Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak diterbitkan).

Wahju, J. 1973. Cara Pemberian dan Penyusunan Ransum Ayam. Fakultas


Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak diterbitkan).

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 88


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


BAB II KLASIFIKASI BAHAN PAKAN .............................................. 2
BAB III KOMPONEN ZAT GIZI MENURUT FRAKSI PROKSIMAT
WEENDE DAN VAN SOEST ....................................................... 9
BAB IV KOMPOSISI TANAMAN .......................................................... 19
BAB V KOMPOSISI TUBUH TERNAK ............................................... 22
BAB VI FISIOLOGI PROSES NUTRISI ................................................. 25
BAB VII SISTEM PENCERNAAN DAN KEBUTUHAN ZAT PAKAN 35
BAB VIII KOEFISIEN CERNA BAHAN PAKAN ................................... 62
BAB IX NILAI ENERGI BAHAN PAKAN ............................................ 66
BAB X KESEIMBANGAN NITROGEN (N) DAN KARBON (C) ....... 75
BAB XI MENGUKUR MARTABAT PAKAN ........................................ 80

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 89


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Fraksionasi Bahan Pakan Berdasarkan Komponen Penyusunnya 9


Gambar 2 Bagan Fraksionasi Zat Pakan Menurut Analisis Proksimat ......... 11
Gambar 3 Pembagian Nutrien Menurut Analisis Van Soest ......................... 18
Gambar 4 Kerjasama Hati, Darah dan Otot dalam Hemoestasis Kadar Glukosa
Darah ............................................................................................. 28

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 90


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komponen Masing-masing Fraksi dalam Analisis Proksimat ......... 12


Tabel 2 Beberapa Faktor Perkalian untuk Perhitungan Protein .................... 15
Tabel 3 Kadar Nutrien Beberapa Spesies, Bagian dan Hasil Samping ........ 20
Tabel 4 Komposisi Tubuh Kosong Berbagai Spesies Ternak ...................... 22
Tabel 5 Ringkasan Enzim-enzim Pencernaan .............................................. 45

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 91


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan diktat kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Dasar dapat
diselesaikan.
Diktat kuliah Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak ini dibuat untuk
membantu mahasiswa mempermudah memahami perkuliahan. Materi diktat ini
meliputi klasifikasi bahan pakan, kompoenen zat gizi menurut fraksi proksimat
Weende dan Van Soest, komposisi tanaman, komposisi tubuh ternak, fisiologi
proses nutrisi system pencernaan dan kebutuhan zat pakan, koefisien cerna bahan
pakan, nilai energi bahan pakan serta keseimbangan nitrogen (N) dan karbon (C).
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Dirjen Dikti) yang telah memberikan bantuan dana melalui Program
Hibah Kompetisi A1 tahun 2005 pada Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Undaris. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Dekan Fakultas Peternakan Undaris yang telah memberi kesempatan untuk
menyusun diktat kuliah ini.

Semarang, Juli 2005

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 92


NUTRISI TERNAK DASAR

JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNDARIS
UNGARAN
2005

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar, PS NMT FP UNDARIS 93

Anda mungkin juga menyukai