PENDAHULUAN
Pakan
Definisi pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan
yang dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein dan nutrient
lainnya yang dibutuhkan oleh hewan atau ternak.
BAB III
KOMPONEN ZAT GIZI MENURUT FRAKSI
PROKSIMAT WEENDE DAN VAN SOEST
Bahan
Pakan Air
BK Mineral
Bahan
Organik Protein
Bahan Lemak
Organik
Tanpa N
KH SK
BETN
Keterangan:
BK = Bahan Kering
KH = Karbohidrat
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Air
Air merupakan bahan pakan yang paling murah dan paling sederhana
susunan kimiawinya karena hanya terdiri dari 2 atom hydrogen dan 1 atom
oksigen yang membentuk suatu persenyawaan menjadi H2O. Meskipun air
Pada pemanasan dengan suhu di atas titik didih air, penyusutan bobot
bukan hanya merupakan kehilangan berupa air. Asam-asam organik yang mudah
menguap akan hilang dan terhitung sebagai air. Pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
tinggi, beberapa senyawa organik mengalami dekomposisi oleh proses oksidasi
dan produk oksidasi tersebut antara lain adalah air. Berdasarkan uraian di atas,
dapat dipahami bahwa persen penyusutan bobot tersebut mungkin terdiri atas
kehilangan air, senyawa organik yang mudah menguap dan kehilangan air yang
berasal dari dekomposisi senyawa organik. Oleh sebab itu, dalam referensi
berbahasa Inggris, kadar air bahan pakan sering disebut sebagai “moisture”,
bukan “water”.
Lemak
Lemak adalah suatu trigliserida, yaitu ester antara gliserol dengan asam
lemak. Substansi lemak dicirikan dengan kelarutannya dalam pelarut organik, dan
fenomena tersebut digunakan untuk menentukan kadar lemak suatu bahan.
Lemak ditentukan dengan cara ekstraksi menggunakan petrol ether atau
pelarut organik lainnya (benzene, acetone, chloroform, dietyl ether) dengan
ekstraktor tipe Soxhlet atau alat lainnya yang sejenis. Metode ini tidak cocok
untuk semua bahan pakan, sebagai contoh adalah bahan yang berasal dari ternak,
ragi kering dan hasil samping pabrik roti. Produk-produk tersebut pertama-tama
harus dihidrolisis dulu dengan HCl mendidih sebelum diekstraksi dengan petrol
ether.
BK Mineral
Isi sel
Hemiselulosa
Dinding
Bahan N dinding sel
Organik
Sel
Acid Selulosa
Detergent
Fiber
Acid
Residu Detergent
Lignin
SiO2
BAB IV
KOMPOSISI TANAMAN
Biji-bijian
Jagung kuning 13,44 3,67 9,48 4,37 1,44 67,60
Jagung putih 13,54 3,56 8,59 3,64 2,59 68,08
Kedelai 9,68 4,62 38,04 17,19 5,66 24,81
Kacang hijau 10,30 4,11 22,46 1,64 4,41 57,08
Hasil Samping
Bungkil kedelai 11,75 6,20 43,99 1,65 5,78 30,63
Bungkil kelapa 12,17 5,12 17,59 12,44 8,68 44,03
Bungkil kelapa sawit 10,51 3,69 15,06 1,27 11,21 58,26
Dedak padi 11,43 8,83 11,50 12,19 8,99 47,06
Dedak jagung 11,05 5,44 7,20 13,18 2,55 60,57
Dedak gandum 10,47 3,83 13,18 4,08 7,17 61,27
Protein
Tanaman leguminosa pada umumnya mengandung protein yang lebih
tinggi daripada tanaman non leguminosa. Selain itu, kadar protein dari setiap
bagian tanaman juga berbeda, misalnya kadar protein biji lebih tinggi daripada
daun, kadar daun biji lebih tinggi daripada batang. Berbeda halnya dengan
bungkil, karena telah diambil minyaknya maka kadar protein bungkil lebih tinggi
daripada bahan asal sebelum diekstraksi.
Lemak
Lemak pada tanaman terutama terdapat pada biji-bijian sebangsa
leguminosa, misalnya biji kedelai, biji kacang. Kadar lemak pada daun umumnya
lebih tinggi dibandingkan batang. Hasil samping berupa bungkil kadar lemaknya
lebih tinggi dari pada bahan asalnya (biji), sebab bungkil merupakan hasil
samping dari ekstraksi minyak biji tanaman.
BAB V
KOMPOSISI TUBUH TERNAK
Tubuh hewan/ternak dibangun dari zat pakan yang berasal dari bahan
pakan, yang sebagian berupa bahan pakan nabati. Terdapat perbedaan komposisi
tubuh hewan dengan komposisi tubuh hewan/ternak dengan komposisi tanaman.
Bangunan utama tubuh hewan/ternak berupa protein, sedangkan bangunan utama
tanaman adalah karbohidrat. Kerangka hewan/ternak tersusun dari mineral
(tulang), sedangkan kerangka tanaman berupa lignoselulosa (karbohidrat). Dalam
tubuh hewan/ternak, energi ditimbun dalam bentuk lemak, sedangkan pada
tanaman energi ditimbun dalam bentuk pati (karbohidrat). Komposisi tubuh
hewan/ternak umumnya lebih mantap, sedangkan tanaman komposisinya sangat
beragam. Tabel 4 memperlihatkan komposisi tubuh kosong.
BAB VI
FISIOLOGI PROSES NUTRISI
Selera Makan dan Pengaturannya
Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi yang tertinggi
sesuai dengan posisi genetiknya apabila memperoleh nutrient yang dibutuhkan.
Patokan pemberian pakan sudah ada, tetapi masih sering terjadi ransom yang telah
disusun dengan susah payah ternyata tidak dimakan seluruhnya sehingga
penampilan produksi tertinggi tidak tercapai. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap selera makan.
Pengaturan selera makan telah lama menarik perhatian para ahli nutrisi
dan fisiologi. Pada abad ke-19 telah lahir 3 teori yang menerangkan dari mana
asalnya sensasi lapar.
Teori “Peripheral Origin”
Teori pertama tentang pengaturan selera makan dikemukakan oleh Haller
yang menyatakan bahwa rasa lapar berasal dari periferi (“peripheral origin”).
Tegasnya, dari organ di luar sistem syaraf pusat. Haller menunjukkan tempat
kedudukan rasa lapar berada di perut.
Hal yang mendukung teori ini antara lain bahwa rasa lapar bersamaan
timbulnya dengan rasa nyeri dalam perut yang disebabkan oleh kontraksi perut
kosong. Kontraksi ini disebut kontraksi lapar (“hunger contraction”). Menurut
teori ini, sensasi lapar tergantung pada kontraksi lapar. Namun demikian, banyak
hal yang bertentangan dengan teori ini. Salah satu diantaranya pengalaman kita
KA
Alanine Alanine Alanine
SIKLUS ALANINE
Gambar 4. Kerjasama Hati, Darah dan Otot dalam Homoestasis Kadar Glukosa
Darah
Keterangan:
AA = asam amino
KA = asam keto alfa
Setelah pusat lapar dan pusat kenyang ditemukan, para ahli mulai mencari
bagaimana terjadinya rasa lapar dan rasa kenyang itu. Konsumsi pakan
menimbulkan berbagai perubahan dalam tubuh. Para ahli mulai mencoba
menghubungkan perubahan-perubahan itu dengan sensasi lapar atau kenyang,
sehingga lahirlah beberapa teori yang mencoba menerangkannya. Teori-teori
tersebut antara lain teori termostatik, teori kimostatik (glukostatik), teori lipostatik
dan teori aminostatik.
BAB VII
SISTEM PENCERNAAN DAN KEBUTUHAN
ZAT PAKAN
Perut
Caecum
Manusia : omnivore
Kera : omnivore
Babi : omnivore
Anjing : carnivore
Perut
Caecum
Glukosa-1-fosfat Glukosa
Glukosa-6-fosfat Sukrosa
Hemiselulosa Pentosa
Fruktosa-1,6-difosfat
Pentosan
Asam piruvat
Asam piruvat akan dirubah menjadi asam lemak mudah terbang (VFA)
dengan melalui beberapa jalur seperti pada skema berikut ini.
Format
Asetil KoA Laktat Oksal- Metil-malonil
asetat KoA
CO2 H2
Malonil Asetoasetil Laktil Malat
KoA KoA KoA
Butiril
KoA
Gambar 7. Perubahan asam piruvat menjadi Volatile Fatty Acids (VFA) di rumen
Abomasum
Endogenous N
Energi, energi dibutuhkan untuk fungsi-fungsi tubuh yang vital, antara lain :
1. Untuk kontraksi jantung, respiratory
dan sirkulasi serta proses pencernaan.
2. Dibutuhkan dalam bentuk net energy.
3. Energi yang digunakan untuk fungsi-
fungsi vital ini akan menghasilkan panas.
4. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk menjaga temperatur tubuh.
5. Kerja dan fungsi-fungsi vital ini
disebut metabolisme basal (MB).
6. Metabolisme basal adalah produksi
panas dari ternak pada saat istirahat dan post absorptive (tidak mencerna
pakan).
7. Metabolisme basal dihitung langsung
melalui pertukaran CO2 dan O2.
8. Metabolisme basal merupakan
proporsi dari luas permukaan tubuh bukan BB.
Pada contoh tersebut diatas, dinyatakan bahwa angka daya cerna protein
adalah 66,54%, lemak 89,3%, serat kasar 64,05% dan BETN 73,09%.
Yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah ketelitian dalam
mengumpulkan dan menimbang feses selama percobaan berlangsung. Harus
dijaga pula agar urin tidak tercampur ke dalam feses, demikian pula sisa pakan
jangan sampai bercampur dengan feses. Sisa pakan, termasuk pakan yang
berjatuhan, harus ditimbang guna menentukan banyaknya pakan yang dihabiskan
oleh hewan. Agar dapat diketahui kapan feses harus mulai ditampung pada awal
percobaan, digunakan zat penanda (marker). Marker diberikan kepada hewan
percobaan sewaktu hendak memulai percobaan. Marker yang biasa dipakai adalah
carmine, suatu zat warna merah. Feses hewan mulai dikumpulkan pada saat zat
warna merah tersebut dikeluarkan bersama-sama feses. Pengumpulan feses
dihentikan setelah marker tersebut tidak ada bersama feses pada akhir percobaan.
Penetapan daya cerna bahan pakan pada unggas sangat sulit dilakukan
sebab feses dan urin unggas bercampur dalam kloakanya.
Stutzer dan Kuhn berhasil menyelidiki daya cerna protein dengan cara
kimia, yaitu digunakan pepsin dalam HCl. Protein akan diuraikan oleh pepsin
Nilai Energi
Gross Energy
Didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bil suatu zat
dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini
masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena
hewan sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO2 dan air. Gross energy
diukur dengan alat bomb calorymeter. Apabila N dan S terdapat dalam
senyawa disamping karbon, H dan O (C, H dan O), unsur-unsur tersebut akan
timbul sebagai oksida nitrogen dan sulfur pad waktu senyawa itu dioksidasi
dalam bom kalorimeter. Nilai-nilai tertentu dari “gross energy” dapat dilihat
dalam Tabel 5.
Energi Metabolis
Energi dapat dicerna yang sebenarnya, terdapat dalam senyawa-
senyawa kimia yang mana melalui tubuh hewan itu dengan cara absorbsi, akan
tetapi energi ini tidak semuanya digunakan oleh hewan itu, karena ada yang
terdapat dalam urin. Ini adalah gross energy urine dan dapat dihitung dengan
bom kalorimeter juga. Apabila ini diperhitungkan maka sisanya merupakan
ME.
Jadi : energi dapat dicerna yang sebenarnya gross energy urine = ME.
ME (Kkal per kg) = 38[(persen protein kasar) + 2,25 (persen ekstrak eter)
+ 1,1 (persen pati) + (persen gula)] + 53
Sebagai penutup dari bab ini, di bawah ini akan dituliskan bagan
terjadinya “Net Energy”.
FE
UE
GPD
Metabolizable Energy (ME)
HI
Pada bab sebelumnya telah diterangkan terjadinya suatu energi dari bahan
pakan. Dari jumlah ransum yang dimakan, ternyata hanya sebagian saja yang
menjadi energi netto. Jumlah energi netto (NEm dan NEp) inilah yang menentukan
dapat tidaknya hewan tersebut hidup dan berproduksi. Ada tiga kemungkinan
yang dapat terjadi :
1. Energi netto dari ransum dapat penuh menutupi
jumlah energi yang dibutuhkan hewan atau NEm+p = N requirement (NR).
2. Energi netto dari ransum melebihi banyaknya energi
yang dibutuhkan hewan itu atau NEm+p > NR.
3. Energi netto yang berasal dari ransum tidak
mencukupi kebutuhan hewan, atau NEm+p < NR.
Jika terjadi NEm+p < NR, maka untuk kelangsungan hidup dan untuk
menghasilkan sesuatu, maka kekurangan energi tersebut akan diambilkan dari zat
cadangan dari tubuh hewan itu (protein dan lemak cadangan). Sebaliknya bila
NEm+p > NR, maka kelebihan itu akan disimpan dalam tubuh, berbentuk
pertambahan daging dan lemak badan.
Keadaan tersebut diatas dapat diselidiki dengan meneliti keseimbangan
nitrogen dan karbon dalam tubuh.
100
10 g N terkandung didalam x 10 gram = ± 60 gram bahan kering
16,67
RQ = Volume CO2 = 1
Volume O2
Contoh :
A. Perhitungan dari Starch Equivalent dari Barley
100 lb barley berisi :
7,6 lb protein kasar yang bisa dicerna
1,2 lb ekstrak ether yang bisa dicerna
60,9 lb BETN yang bisa dicerna
2,5 lb serat kasar yang bisa dicerna
Mengalikan satu persatu dari nilai-nilai itu dengan faktor-faktor daya
produksi lemak, hasilnya adalah sebagai berikut :
Jadi secara teoritis 100 lb oat straw akan menghasilkan 10,253 lb lemak
dalam tubuh ternak. Tetapi 1 lb lemak dalam tubuh dihasilkan oleh 4 lb
pati dalam diet. Jadi, secara teoritis “Starch Equivalent” oat straw adalah :
10,253 x 4 = 41,012 lb
Dalam praktek yang terakhir inilah yang sering dipaki. Ada 3 kategori
imbangan protein :
Sempit, bila IP = 1 : < 7, misal 1 : 6 untuk hewan-hewan muda.
Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd
Ed. John Wiley & Sons. New York.
Crampton, E.W. and L.E. Harris. 1969. Applied Animal Nutrition. 2nd Ed. W.H.
Freeman and Co. San Fransisco.
Lubis, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Kedua. PT. Pembangunan.
Jakarta.
Maynar, L.A. and J.K. Loosli. 1962. Animal Nutrition. 5th Ed. McGraw Hill
Book Co, Inc. New York.
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan diktat kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Dasar dapat
diselesaikan.
Diktat kuliah Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak ini dibuat untuk
membantu mahasiswa mempermudah memahami perkuliahan. Materi diktat ini
meliputi klasifikasi bahan pakan, kompoenen zat gizi menurut fraksi proksimat
Weende dan Van Soest, komposisi tanaman, komposisi tubuh ternak, fisiologi
proses nutrisi system pencernaan dan kebutuhan zat pakan, koefisien cerna bahan
pakan, nilai energi bahan pakan serta keseimbangan nitrogen (N) dan karbon (C).
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Dirjen Dikti) yang telah memberikan bantuan dana melalui Program
Hibah Kompetisi A1 tahun 2005 pada Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Undaris. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Dekan Fakultas Peternakan Undaris yang telah memberi kesempatan untuk
menyusun diktat kuliah ini.