Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN OBSERVASI STUDI KASUS

SMA N 1 TEGAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Media Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : M.Arief Budiman,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Septria Arizona (1120600032)


2. Muhammad Johan Andriyanto (1120600041)
3. Budi Asep (1120600043)
4. Salsabila Citra Utami (1120600044)
5. Indra Yulianto (1120600056)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Observasi
Studi Kasus” Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Teori
Kepribadian prodi Bimbingan Konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan berkat kerjasama kelompok hingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Tegal, Oktober 2021

Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A.Latar Belakang 4
B.Rumusan Masalah 4
C.Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus 5
D.Metode Pengumpulan Data 5
BAB II 6
PROFIL SEKOLAH 6
BAB III 7
PEMBAHASAN 7
A.Pengertian Studi Kasus 7
B.Jenis-Jenis Studi Kasus 8
C.Manfaat Studi Kasus 9
D.Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus 10
BAB IV 11
ANALISIS DATA 11
A.Kasus-Kasus SMA N 1 Tegal 11
B.Hasil Angket kelas 11 IPA SMA N 1 Tegal 11
BAB V 15
A.KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
DOKUMENTASI 16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada adanya tujuan dari pendidikan
nasional yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal dan mengubah
perilaku pserta didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil
disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar
dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa.
Permasalahan yang terjadi dikalangan siswa memang tidak didambakan, dibeberapa
media baik itu cetak maupun elektronik kadang kita sering membaca dan mendengar
adanya debuah permasalahan yang terjadi dan pelakunya tidak lain adalah siswa.
Memang kita sangat berharap hal-hal seperti itu tidak didambakan tapi entah bagaimana
sehingga perkelahian, pengeroyokan serta penganiayaan sesama siswa itu kerap terjadi
dan hal itu sudah merupakan hal yang sudah tidak lasim lagi dengan kita.
Oleh karena itu dari segi permasalahan yang terjadi di sekolah ini perlu antisipasi untuk
mengurangi permasalahan yang terjadi di kalangan siswa karena jika tidak diantisipasi
maka dalam dunia pendidikan itu hanya bisa dikategorikan oleh masyarakat sebagai
lembaga pendidikan yang tidak mengfungsikan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan
juga tidak profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk itu diharapkan kepada para personil sekolah atau yang berwenang dalam sekolah
agar dapat mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi yang terjadi di
sekolah dengan harapan agar para siswa juga bisa terbentuk kepribadiannya dengan baik.
Untuk itu penulis melaksanakan studi kasus ini dengan maksud untuk mencari penyebab
perilaku yang menyimpang dan hal itu untuk membantu konseli atau siswa untuk
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan perkelahiahan dan menggangu siswa
yang lain khusunya dalam pelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan studi kasus?


2. Apa saja jenis-jenis studi kasus?
3. Apa manfaat studi kasus?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan studi kasus?

C. Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan dalam usaha untuk menguasai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara individual serta
pembuatan laporan studi kasus. Dengan menjunjung tinggi kode etik yang dipegang
teguh oleh petugas bimbingan dalam menjalankan tugasnya adalah menjaga kerahasiaan
konseli terutama masalah-masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan
oleh konseli akan dirahasiakan oleh konselor.
Dari wujud laporan ini sama sekali tidak bermaksud membeberkan rahasia atau masalah
konseli. Namun, jika dalam uraian nanti terdapat kesamaan masalah yang didapati
penulis kiranya hal demikian dapat dianggap sebagai hal yang terjadi kebetulan. Segala
data atau informasi yang menyangkut pribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam
hal ini laporan studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang saja atau
pihak yang berwenang dalam laporan studi kasus ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu teknik observasi langsung
(pengamatan)
● Pada hari Kamis,30 September 2021 kelompok memberikan surat permohonan
izin observasi dari kampus kepada TU SMA N 1 Tegal,kemudian surat tersebut di
disposisi oleh pihak TU
● Pada hari Senin,4 Oktober 2021 kelompok melakukan wawancara bersama Bapak
Subagio selaku guru BK kelas XI SMA N 1 Tegal
BAB II

PROFIL SEKOLAH

Nama Sekolah : SMA N 1 Tegal

NPSN : 20329847

Status : Negeri

Bentuk Pendidikan : SMA

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

SK Pendirian Sekolah : 26/S.K/B/III

Tanggal SK Pendirian : 1958-08-21

SK Izin Operasional : 26/S.K/B/III

Tanggal SK Izin Operasional : 1958-08-21


BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kasus

Pendapat pertama disampaikan oleh Yin (1996) yang menjelaskan bahwa studi kasus
merupakan proses pencarian pengetahuan yang empiris guna menyelidiki dan meneliti
berbagai fenomena dalam konteks kehidupan nyata. Metode studi kasus menurut Yin
juga baru bisa diterapkan ketika batas antara fenomena dengan konteks kehidupan nyata
cenderung samar. Sehingga tidak terlihat begitu jelas, yang tentu memunculkan suatu
topik penelitian yang harus ditemukan jawaban atau solusinya.
Pendapat berikutnya datang dari Pollit dan Hungler (1990), keduanya menjelaskan bahwa
studi kasus adalah metode penelitian yang fokusnya terletak pada penentuan dinamika
mengenai pertanyaan lebih lanjut mengapa seseorang berpikir, melakukan sesuatu, atau
bahkan mengembangkan diri. Keduanya juga berpendapat bahwa fokus tersebut sangat
penting untuk metode studi kasus karena memang dibutuhkan analisis yang intensif.
Fokus utamanya adalah alasan mengapa seseorang ingin mencapai suatu tujuan, bukan
hasil atau pencapaian tujuan orang tersebut.
Sedangkan Susilo Rahardjo dan Gudnanto (2011) menjelaskan bahwa penelitian studi
kasus adalah metode yang diterapkan untuk memahami individu lebih mendalam dengan
dipraktekkan secara integratif dan komprehensif. Langkah tersebut dilakukan untuk
memahami karakter individu yang diteliti secara mendalam.Selain mempelajari karakter
individu, juga membantu menentukan solusi atas permasalahan yang dihadapi individu
tersebut. Harapannya adalah ketika masalah yang dihadapi bisa terselesaikan. Maka
individu tadi akan memiliki karakter dan cara berpikir yang lebih baik.
Berikutnya adalah Bimo Walgito (2010) yang menerangkan bahwa metode studi kasus
adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau
fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek
penelitian. Bimo juga menambahkan bahwa untuk melaksanakan penelitian studi kasus
diperlukan informasi sebanyak mungkin dan integrasi data. Integrasi data ini bisa
diperoleh dari metode penelitian lain untuk bisa memberikan informasi yang lebih detail
dan mendalam.
Tellis (1997) juga menjelaskan mengenai definisi dari metode studi kasus. Tellis
menjelaskan bahwa metode ini merupakan metode penelitian yang memiliki memiliki
unit analisis yang lebih mengacu pada sistem tindakan yang dilakukan dibanding pada
individunya sendiri atau suatu lembaga tertentu.Menurut Tellis, unit analisis merupakan
komponen paling kritikal dalam penerapan studi kasus. Unit analisis ini kemudian juga
disampaikan Tellis bisa bervariasi, antara individu maupun dengan suatu lembaga.
Penelitian dengan metode studi kasus dilakukan secara mendalam dan terperinci,
sehingga peneliti bisa mengenal individu (seseorang) maupun sekelompok kecil individu.
Tidak salah jika penelitian dengan metode ini masuk kategori penelitian kualitatif yang
hasil penelitiannya berupa penelitian deskriptif naratif. Hal menarik dari studi kasus
adalah penekanannya ada pada eksplorasi dan deskripsi suatu fenomena yang menjadi
objek penelitian. Sehingga tidak berfokus pada sebab akibat dan tidak juga memiliki
fokus pada tujuan menemukan kebenaran yang bisa digeneralisasi maupun diprediksi
sebelumnya.

B. Jenis-Jenis Studi Kasus

1. Studi Kasus Eksplanatori


Jenis pertama adalah studi kasus eksplanatori, yakni jenis metode studi kasus yang
digunakan oleh peneliti ketika tidak lagi bisa menemukan atau memiliki kendali atas
fenomena yang diteliti. Sehingga peneliti kemudian memiliki pertanyaan “mengapa” atau
bagaimana” fenomena tersebut tidak bisa lagi dikendalikan. Jenis studi kasus ini sendiri
juga diketahui berfokus pada fenomena dalam kehidupan nyata. Penerapannya cocok
untuk fenomena maupun suatu kelompok individu yang tidak atau belum bisa dijelaskan.
Hal ini lumrah karena dalam setiap individu atau manusia dijamin ada satu dua variabel
yang tidak bisa dijelaskan. Maka tujuan utama dari metode studi kasus eksplanatori
adalah untuk menunjukan data yang tidak bisa dijelaskan tadi. Sekaligus melakukan
deskripsi investigasi kausal.
2. Studi Kasus Eksploratori
Jenis kedua dari penelitian studi kasus adalah studi kasus eksploratori, yaitu metode
penelitian yang tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan “apa” dan juga “siapa”.
Data yang dikumpulkan peneliti berasal dari dua sumber, yakni dari data eksplorasi dan
data tambahan. Data tambahan bisa diperoleh peneliti dari kegiatan wawancara,
eksperimen, kuesioner, dan lain sebagainya. Umumnya metode satu ini sangat cocok
diterapkan pada penelitian formal dan berskala besar. Tujuannya adalah membantu
peneliti mendapatkan lebih banyak informasi latar belakang dibanding studi kasus biasa.
Dilakukan kegiatan ekstra untuk mendapat data tambahan juga dimaksud untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Selain itu juga bisa bertujuan untuk
memberikan lebih banyak waktu kepada peneliti mencerna dan memahami informasi
yang didapatkan selama proses pelaksanaan penelitian.
3. Studi Kasus Deskriptif
Berikutnya adalah studi kasus deskriptif yang diterapkan dengan tujuan menganalisis
urutan peristiwa tertentu yang terjadi di masa lalu. Topik di jenis penelitian ini biasanya
mencakup bidang budaya atau disebut juga sebagai bidang sejarah.
Adapun tujuan dari metode ini adalah untuk membandingkan teori atau penemuan baru
dengan teori dan penemuan yang sudah ada di bidang yang sama. Sehingga bisa diketahui
mana yang paling benar dengan melihat analisis urutan peristiwanya.

C. Manfaat Studi Kasus

Manfaat studi kasus dalam layanan bimbingan siswa di sekolah adalah suatu upaya dalam
membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami kemampuan dirinya dan
lingkungan dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Selain itu juga,dapat
berguna untuk siswa agar mengetahui kedaan diri sendiri dan bisa beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu pasti ada hikmahnya dan agar
berusaha bersabar dalam menjalani hidupnya dan jangan lupa selalu berdo’a kepada
tuhan yang maha kuasa.

D. Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus

● Kelebihan Studi Kasus


a. Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik,unik dan hal-
hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain.
Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi
apa adanya atau natural.
b. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual,tetapi juga memberi
nuansa,suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam
kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian
kuantitatif yang sangat ketat.
● Kelemahan Studi Kasus
a. Dari kacamata penelitian kualitatif,studi kasus di persoalkan dari segi
validitas,reliabilitas dan generalilsasi. Namun studi kasus yang sifatnya
unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan
dalam penelitian kuantitatif,yang bertujuan untuk mencari generalisasi.
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Kasus-Kasus SMA N 1 Tegal

● Terdapat peserta didik yang mengalami depresi,dikarenakan peserta didik tersebut


berkepribadian tertutup
● Terdapat peserta didik yang berasal dari panti asuhan,dikarenakan berasal dari
keluarga yang tidak mampu
● Terdapat peserta didik yang pindah karena ikut dengan orangtuanya pergi keluar kota
● Karena adanya pandemi ini,pembelajaran dilakukan melalui daring,tetapi
pembelajaran daring ini lebih menguntungkan daripada tatap muka karena hasil
tugasnya memuaskan
● Peserta didik juga merasa nyaman melakukan pembelajaran secara daring
● SMA N 1 Tegal menerapkan kebijakan kepada para siswanya,untuk setiap mata
pelajaran yang telah disampaikan harus mengerjakan tugas
● Kurikulum setiap 3bulan sekali mengecek tugas peserta didik dan menyampaikan
masalah seperti peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas

B. Hasil Angket kelas 11 IPA SMA N 1 Tegal

Angket ini di isi oleh 22 peserta didik Jurusan IPA kelas 11 SMA N 1 Tegal
Pernyataan dan Jawaban
1. Kualitas ibadah saya pada Tuhan YME masih belum baik
Jawaban : 63,6% (TIDAK) - 36,4% (IYA)
2. Saya kadang lupa bersyukur atas nikmat dan karunia dari Tuhan YME
Jawaban : 63,6% (TIDAK) - 36,4% (IYA)
3. Saya merasa masih sulit untuk selalu berfikir positif
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
4. Saya kadang-kadang masih suka menyontek pada waktu tes /ujian
Jawaban : 31,8% (TIDAK) - 68,2% (IYA)
5. Saya belum tahu cara mengendalikan emosi dengan baik
Jawaban : 59,1% (TIDAK) - 40,9% (IYA)
6. Saya belum paham tentang mekanisme pertahanan diri
Jawaban : 40,9% (TIDAK) - 59,1% (IYA)
7. Saya belum tahu cara mengatur waktu yang baik
Jawaban : 50% (TIDAK) - 50% (IYA)
8. Saya merasa masih sedikit pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja
Jawaban : 63,6% (TIDAK) - 36,4 (IYA)
9. Saya belum mengetahui banyak tentang jenis obat-obat terlarang serta
Dampaknya
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5 (IYA)
10. Saya merasa masih sedikit pengetahuhan tentang ilmu kepemimpinan
Jawaban : 40,9% (TIDAK) - 59,1 (IYA)
11. Saya belum paham tentang mental disorder dan permasalahannya
Jawaban : 50% (TIDAK) - 50% (IYA)
12. Saya jenuh dan enggan masuk sekolah
Jawaban : 86,4% (TIDAK) - 13,6% (IYA)
13. Saya merasa sulit menghilangkan kebiasaan keluar malam (bermain,begadang)
Jawaban : 72,7% (TIDAK) - 27,3% (IYA)
14. Saya kadang lupa membuang sampah sembarangan
Jawaban : 77,3% (TIDAK) - 22,7% (IYA)
15. Saya tidak suka kalau disuruh antri, sementara yang lain tidak mau tertib untuk
antri
Jawaban : 81,8% (TIDAK) - 18,2% (IYA)
16. Saya sedang memiliki masalah dengan teman dekat (pacar)
Jawaban : 95,5% (TIDAK) - 4,5% (IYA)
17. Saya belum bisa memiliki kepekaan diri dan sosial
Jawaban : 90,9% (TIDAK) - 9,1% (IYA)
18. Saya belum tahu cara berkomunikasi yang efektif
Jawaban : 72.7% (TIDAK) - 27,3% (IYA)
19. Saya belum paham yang harus dilakuan dengan adanya pemanasan global
Jawaban : 81,8% (TIDAK) - 18,2% (IYA)
20. Saya belum memahami etika dan budaya tertib berlalu lintas
Jawaban : 100%
21. Saya merasa sulit mematuhi tata tertib sekolah
Jawaban : 90,95% (TIDAK) - 9,1% (IYA)
22. Saya kadang masih lupa mengucapkan kata maaf, tolong dan terimakasih dalam
pergaulan
Jawaban : 100%
23. Saya merasa sulit mengendalikan ketergantungan pada medsos (fb, wa, dll)
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
24. Saya belum memahami etika dalam bergaul
Jawaban : 95,5% (TIDAK) – 4,5% (IYA)
25. Saya belum tahu cara menjaga persahabatan agar tetap langgeng
Jawaban : 86,4% (TIDAK) - 13,6% (IYA)
26. Saya merasa saat ini belum banyak memiliki teman
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
27. Saya masih sering terbawa arus pergaulaan yang kurang baik
Jawaban : 81,8% (TIDAK) - 18,2% (IYA)
28. Saya belum tahu tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja saat ini dan cara
mensikapinya
Jawaban : 81,8% (TIDAK) - 18,2% (IYA)
29. Saya belum memahami tawuran pelajar dan akibatnya
Jawaban : 95,5% (TIDAK) - 4,5% (IYA)
30. Saya belum memahami peran sosial pria dan wanita dengan norma yang ada di
masyarakat
Jawaban : 81,8% (TIDAK) - 18,2% (IYA)
31. Saya belum paham tentang dampak Sek Bebas, LGBT dan HIV/AIDS
Jawaban : 86,4% (TIDAK) - 13,6% (IYA)
32. Saya merasa belum menemukan cara belajar yang efektif
Jawaban : 45,5% (TIDAK) - 54,5% (IYA)
33. Saya belum bisa membuat peta pikiran (mind mapping)
Jawaban : 40,9% (TIDAK) - 59,1% (IYA)
34. Saya belum paham cara kerja otak kiri dan otak kanan
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
35. Saya belum tahu cara untuk membangkitkan semangat belajar
Jawaban : 63,6% (TIDAK) - 36,4% (IYA)
36. Saya masih suka menunda-nunda tugas sekolah/pekerjaan rumah (PR)
Jawaban : 50% (TIDAK) - 50% (IYA)
37. Saya merasa kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu
Jawaban : 13,6% (TIDAK) – 86,4% (IYA)
38. Saya semangat belajar, kalau ada tes atau ujian saja
Jawaban : 68,2% (TIDAK) - 31,8% (IYA)
39. Saya merasa sulit untuk belajar kelompok
Jawaban : 77,3% (TIDAK) - 22,7% (IYA)
40. Saya belum paham cara memilih lembaga bimbingan belajar yang baik
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
41. Saya belum dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk belajar
Jawaban : 90,9% (TIDAK) - 9,1% (IYA)
42. Saya masih belum bisa belajar secara rutin
Jawaban : 13,6% (TIDAK) – 86,4% (IYA)
43. Saya merasa takut bertanya atau menjawab di kelas
Jawaban : 59,1% (TIDAK) - 40,9% (IYA)
44. Saya jarang sekali mengunjungi perpustakaan untuk membaca
Jawaban : 27,3% (TIDAK) – 72,7% (IYA)
45. Saya terpaksa harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
Jawaban : 90,9% (TIDAK) - 9,1% (IYA)
46. Saya merasa belum banyak tahu tentang jenis-jenis profesi/pekerjaan di
masyakarat
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
47. Saya belum memahamai program studi yang ada di Perguruan Tinggi
Jawaban : 36,4 (TIDAK) – 63,6% (IYA)
48. Saya belum paham hubungan antara bakat, minat, pendidikan dan pekerjaan
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)
49. Saya masih memiliki keraguan dengan pilihan cita-cita/karir masa depan
Jawaban : 40,9% (TIDAK) - 59,1% (IYA)
50. Saya belum mengetahui tentang seleksi masuk perguruan tinggi
Jawaban : 54,5% (TIDAK) - 45,5% (IYA)

BAB V

A.KESIMPULAN

Studi kasus menjadi berguna apabila seseorang/peneliti ingin memahami suatu permasalahan
atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dimana orang dapat mengidentifikasi kasus yang
kaya dengan informasi ,kaya dalam pengertian bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari
beberapa contoh fenomena dan biasanya dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus pada umumnya
berupaya untuk menggambarkan perbedaan individual atau variasi “unik” dari suatu
permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang,peristiwa, program, insiden kritis/unik atau suatu
komunitas dengan berupaya menggambarkan unit dengan mendalam, detail, dalam konteks dan
secara holistik. Untuk itu dapat dikatakan bahwa secara umum, studi kasus lebih tepat digunakan
untuk penelitian yang berkenaan dengan how atau why.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.duniadosen.com/penelitian-studi-kasus/

https://arasmunandar.wordpress.com/contoh-laporan-studi-kasus-bimbingan-dan-konseling/

https://www.masri.id/2017/10/contoh-makalah-studi-kasus-dalam.html?m=1

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai