Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDI KASUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling


yang Diampu Oleh Dr. Naharus Surur, M.Pd.

Oleh :
Wahyu Islamiyah
K5418081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini dengan baik. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak dapat menyelesaikan laporan studi kasus
sebagai tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar
laporan studi kasus ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ini khususnya kepada Bapak Dr. Naharus Surur, M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan studi kasus ini, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga laporan studi kasus ini
dapat bermanfaat. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, 20 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
C. Manfaat 5
D. Ruang Lingkup 5
BAB II Pelaksanaan 6
A. Studi Kasus 6
B. Kendala, Hambatan, dan Solusi 13
BAB III Penutup 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
Daftar Pustaka 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam rangka
pembangunan suatu bangsa. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam
aspek, salah satu diantaranya yaitu proses belajar mengajar yang menjadi
ujung tombak dimana peserta didik mendapatkan ilmu dan pemahaman
tentang berbagai macam pengetahuan. Proses belajar mengajar ini memiliki
unsur utama yakni guru dan peserta didik. Guru adalah seorang yang bertugas
untuk menyampaikan materi pelajaran, sedangkan peserta didik adalah
individu yang berhak mendapatkan materi pelajaran dengan berbagai macam
penjelasannya.
Pada perkembangannya, tugas guru kini semakin kompleks. Guru yang
hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik hanya akan
menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap peserta didiknya. Hal
tersebut cukup untuk menggambarkan bahwa tugas guru bukanlah hanya
untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu
rumit. Tetapi guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
memberikan bimbingan serta konseling kepada peserta didik untuk membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh peserta didik sehingga tidak
mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan peserta didik.
Permasalahan peserta didik seringkali tidak dapat dihindari meski
dengan pengajaran yang baik. Hal tersebut disebabkan karena sumber-sumber
permasalahan peserta didik juga disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah.
Dalam hal ini permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak boleh dibiarkan
begitu saja. Sebab dapat mengganggu proses pembelajaran dan
perkembangan peserta didik. Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru
serta pentingnya bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah, maka
laporan ini bermaksud untuk membahas lebih lanjut tentang studi kasus
permasalahan belajar pada peserta didik.

4
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah :
1. Membahas studi kasus mengenai permasalahan belajar pada peserta
didik.
2. Mengetahui berbagai kendala, hambatan, dan solusi dalam pelaksanaan
studi kasus.

C. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
a) Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan
sistematis.
b) Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
c) Sebagai bahan acuan untuk studi kasus selanjutnya.
2. Manfaat bagi pembaca
a) Mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan teori, konsep,
dan langkah-langkah dalam studi kasus.
b) Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.

D. Ruang Lingkup
Dalam laporan studi kasus ini membahas beberapa poin yaitu :
1. Studi kasus permasalahan belajar pada peserta didik melalui 7 tahap yaitu
identifikasi masalah, analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment,
dan evaluasi/tindak lanjut (follow up).
2. Kendala, hambatan, dan solusi dalam pelaksanaan studi kasus.

5
BAB II
PELAKSANAAN

A. Studi Kasus
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah menyangkut siapa individu atau
sejumlah individu yang diduga bermasalah atau memerlukan layanan
bantuan. Berikut ini adalah siswa yang menjadi konseli :
Data Angket
a) Identitas individu
Nama Lengkap : MD (Inisial)
Kelas : VIII
Sekolah : SMP Negeri X
Jenis kelamin : Laki-laki
TTL : Karanganyar, 23 Mei 2005
Agama : Islam
Cita-Cita : Polisi
Hoby : Bermain
Alamat Rumah : Tegalsari, RT 04/06, Tuban, Gondangrejo,
Karanganyar
Kewarganegaraan: Indonesia
b) Keadaan Jasmani
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 60 kg
Warna kulit : Sawo matang
Warna rambut : Hitam
Bentuk wajah : Bulat
c) Keterangan Keluarga
Nama Ayah : Rahman
Nama Ibu : Ramlah
Umur Ayah : 40 Tahun

6
Umur Ibu : 38 Tahun
Pendidikan Terakhir Ayah : SD
Pendidikan Terakhir Ibu : SD
Pekerjaan Ayah : Buruh harian
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat Ayah : Tegalsari, RT 04/06, Tuban, Gondangrejo,
Karanganyar
Alamat Ibu : Tegalsari, RT 04/06, Tuban, Gondangrejo,
Karanganyar
Anak Ke- :4
Jumlah Saudara : 7
d) Keterangan Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita :-
e) Fasilitas Belajar dan Pendukung
Buku paket : Tidak lengkap
Buku catatan : Tidak lengkap
Ruang belajar : Tidak punya
Waktu belajar : Tidak teratur
Bimbingan dari Ayah : Jarang
Bimbingan dari Ibu : Jarang
Bimbingan dari saudara : Jarang
f) Keterangan lainnya
Minat belajar : Kurang
Bakat : Bidang olahraga
Motivasi belajar : Rendah
Data Wawancara
Dari hasil wawancara dengan konseli, didapatkan informasi tentang
gambaran belajar dan kehidupan keluarganya. Dari aspek belajarnya
diketahui bahwa dia memiliki waktu belajar yang tidak teratur, sulit
berkonsentrasi ketika belajar, kurang motivasi dalam belajar, kurang
mendapat perhatian dari orangtua, dan prestasi belajar yang rendah. Dari

7
kehidupan keluarganya, konseli berasal dari keluarga yang kurang mampu
dan mempunyai anggota keluarga yang banyak. Sehingga konseli merasa
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya dan ia merasa jarang
berkomunikasi dengan orangtuanya. Adapun berdasarkan wawancara
dengan guru BK dikatakan bahwa konseli memiliki kecenderungan untuk
malas pergi ke sekolah.
Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan
data seperti angket kebiasaan siswa, daftar cek masalah, dan wawancara,
maka gambaran umum gejala permasalahan bidang belajar pada konseli.
Adapun gejalanya yaitu sebagai berikut :
a) Malas pergi ke sekolah
b) Kesulitan dalam belajar karena kurangnya fasilitas belajar dan waktu
belajar yang tidak teratur
c) Banyak bermain
d) Kehidupan keluarga yang kurang komunikasi dan kondisi ekonomi
yang rendah
e) Prestasi belajar rendah
f) Kurang motivasi dalam belajar
2. Analisis
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui pengumpulan data
seperti angket kebiasaan siswa, daftar cek masalah, dan wawancara, dapat
diketahui bahwa konseli mempunyai bakat dalam bidang olahraga. Namun
konseli mempunyai prestasi dalam bidang akademik yang rendah. Bakat
konseli dalam bidang non akademik ini dapat dikembangkan dan menjadi
suatu kelebihan pada diri konseli. Sementara itu, konseli terlihat
mempunyai kesulitan dalam belajar karena dipengaruhi oleh berbagai hal.
Kondisi keluarganya turut mempengaruhi belajarnya. Dan membuat
konseli memiliki rasa percaya diri yang kurang.
Ketika di rumah, konseli lebih senang bermain daripada belajar.
Konseli merasa kurang mendapat perhatian dari orangtua, sebab
orangtuanya disibukkan mencari nafkah untuk menghidupi ke tujuh

8
anaknya. Hal tersebut sangat mempengaruhi motivasi belajar konseli.
Ditambah lagi waktu belajar konseli yang tidak teratur semakin membuat
konseli kesulitan untuk belajar. Terlihat konseli mempunyai kemandirian
yang kurang. Karena konseli belum mampu mengatur jadwal belajarnya
sendiri. Dan lebih memilih untuk bermain daripada belajar.
Konseli yang memiliki hobi bermain, membuat dia memiliki
kemampuan bersosialisasi yang baik. Sehingga terlihat konseli yang
mudah dalam bergaul dengan teman-temannya. Dan kemampuannya
tersebut menjadi salah satu kelebihannya. Namun karena latarbelakang
keluarganya yang kurang mampu, membuat konseli memiliki rasa percaya
diri yang kurang. Beberapa informasi diatas menyebabkan konseli
mempunyai kesulitan dalam belajar.
3. Sintesis
Berdasarkan data yang didapatkan, permasalahan yang dihadapi oleh
konseli yaitu kurang motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang rendah,
mengutamakan bermain daripada belajar, malas bersekolah, kurang
fasilitas belajar, waktu belajar tidak teratur, kurang perhatian dari
orangtua, dan kondisi ekonomi keluarga yang kurang. Perilaku konseli di
kelas menunjukkan adanya hambatan dalam belajar. Diketahui bahwa
motivasi belajar konseli rendah sehingga sulit untuk menumbuhkan
kemandirian dalam belajar. Kurangnya perhatian dari orangtua juga
motivasi konseli dalam belajar, karena pada dasarnya waktu belajar
konseli lebih banyak di rumah daripada di sekolah. Ditambah lagi konseli
tidak mempunyai jadwal belajar ketika di rumah, sehingga konseli
kesulitan dalam mengatur waktu. Konseli menganggap pelajarannya
sangat sulit sehingga ia menjadi semakin malas untuk belajar dan memilih
untuk bermain. Kesulitan yang dialami oleh konseli membuat prestasi
belajarnya rendah. Kondisi ekonomi keluarganya yang tergolong kurang
mampu, membuat konseli kekurangan fasilitas untuk belajar. Hal tersebut
semakin membuat konseli kurang mempunyai motivasi belajar.

9
4. Diagnosis
Diagnosis merupakan kegiatan yang diambil untuk menetapkan
faktor-faktor penyebab berdasarkan hasil identifikasi masalah. Oleh karena
itu, berikut akan dijabarkan mengenai hasil dari diagnosis yang diperoleh
yakni prestasi belajar yang rendah.
Menurut Chaplin (2002), prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari
yang dilakukan dan diharapkan). Sedangkan belajar menurut Mudzakir
(1997), belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan dalam diri seseorang, mencakup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental dan psikis, penguasaan
pengetahuan dan keterampilan ilmu pelajaran yang dimiliki oleh siswa dan
dioperasionalkan dalam bentuk indikator berupa nilai raport. Menurut
Sudjana (1998), prestasi belajar dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu pretasi
belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan pretasi belajar rendah. Prestasi
belajar rendah artinya nilai atau skor dibawah rata-rata yang diperoleh dari
hasil ujian, dengan hasil skor tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut gagal dalam belajarnya dan gagal dalam tujuan pendidikannya.
Prestasi belajar yang rendah pada diri siswa dalam kasus ini terjadi
diduga karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal yaitu
sebagai berikut :
a) Faktor yang berasal dari dalam diri konseli (internal)
 Kurangnya motivasi belajar
 Tidak bisa mengatur waktu antara bermain dengan belajar
 Sulit berkonsentrasi ketika belajar
 Malas dalam belajar
 Kurangnya fasilitas belajar
b) Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
 Kurangnya perhatian dari orangtua

10
 Kondisi ekonomi keluarga rendah
5. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak segera
mendapat bantuan dan apabila segera mendapat bantuan. Apabila
permasalahan konseli tidak terselesaikan, maka kemungkinan yang dapat
terjadi yaitu :
a) Tidak naik kelas/tidak lulus
b) Prestasi belajar semakin rendah
c) Mengalami ketertinggalan dalam pelajaran
d) Terancam mengganggu masa depan konseli terutama terkait karir dan
cita-citanya.
Apabila permasalahan konseli dapat terselesaikan, maka
kemungkinan yang akan terjadi yaitu :
a) Prestasi belajar meningkat
b) Dapat mengikuti pembelajaran
c) Dapat membagi waktu dengan baik antara bermain dan belajar
d) Dapat menggapai cita-cita atau karir yang diharapkan
6. Treatment
Treatment merupakan tindakan menetapkan dan melakukan cara
yang tepat dalam mengatasi permasalahan dengan program yang teratur
dan sistematis. Pada permasalahan dalam kasus ini, konseli masih
mungkin untuk ditolong dengan upaya sebagai berikut :
a) Memberikan konseling individu kepada konseli dengan menciptakan
suasana yang nyaman dan menumbuhkan sikap percaya kepada
konselor sehingga diharapkan konseli lebih terbuka dalam
mengutarakan permasalahannya. Konseling individu dapat
dilaksanakan di sekolah, namun diluar jam pelajaran, misalnya setelah
pulang sekolah. Waktu yang dibutuhkan pun tidak lama, hanya dalam
1-3 jam saja. Namun konseling individu sebaiknya dilakukan secara

11
teratur sehingga konselor mengetahui perkembangan dari konseli.
Upaya ini hanya melibatkan konselor dengan konseli saja.
b) Melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran untuk membantu
memecahkan permasalahan konseli dalam hal kesulitan belajar. Ketika
proses pembelajaran berlangsung, guru mata pelajaran membantu
konseli agar tetap fokus pada pelajaran dan menjaga semangat belajar
konseli. Sehingga pada upaya ini hanya melibatkan guru mata
pelajaran, konseli, dan peserta didik lain. Konselor tetap memantau
perkembangan konseli melalui guru mata pelajaran. Treatment ini
dilaksanakan ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung.
c) Bekerjasama dengan orangtua konseli untuk lebih memperhatikan
perkembangan belajar anak dan selalu mengontrol kegiatan anak
ketika di rumah maupun diluar rumah. Pada upaya ini hanya
melibatkan orangtua konseli dan konseli sendiri. Sedangkan konselor
memantau perkembangan konseli melalui orangtuanya. Upaya ini
dapat dilakukan selama konseli tidak sedang bersekolah.
d) Memberikan bantuan berupa fasilitas sekolah kepada konseli, agar
dapat belajar dengan baik. Bantuan ini dilaksanakan selama konseli
bersekolah di sekolah tersebut. Pada upaya ini melibatkan pihak-pihak
sekolah agar memberikan bantuan kepada konseli.
7. Evaluasi / TindakLanjut (Follow Up)
Evaluasi merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk mengikuti
perkembangan konseli. Tindakan ini perlu dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan kemajuan yang dialami konseli atas bantuan yang
diberikan. Adapun tindak lanjut yang dapat dilakukan terhadap
permasalahan yang dihadapi konseli yaitu dengan memperhatikan
perkembangan belajar konseli melalui pemantauan hasil belajar konseli,
memberikan layanan konseling individu untuk mengetahui perkembangan
konseli, melalui bimbingan klasikal, melalui orangtua konseli dan
pemantauan melalui guru yang mengajar di kelas. Dalam layanan
konseling individu hendaknya konselor selalu memberikan motivasi

12
kepada konseli agar selalu giat belajar dan percaya pada kemampuan yang
dimilikinya.
B. Kendala, Hambatan, dan Solusi
Dalam pelaksanaan studi kasus ini, penulis mengalami beberapa kendala
atau hambatan beserta solusinya sebagai berikut :
1) Pada tahap identifikasi masalah, penulis kesulitan dalam menentukan
konseli, sebab konseli tidak menunjukkan tanda-tanda peserta didik yang
mengalami permasalahan dalam bidang belajar. Namun untuk menentukan
konseli, penulis memanfaatkan laporan hasil belajar peserta didik melalui
kerjasama dengan guru BK di sekolah.
2) Pada tahap analisis, penulis kesulitan dalam mengumpulkan data terkait
kekurangan dan kelebihan konseli, sebab konseli tidak dapat menunjukkan
secara langsung apa kelebihan dan kekurangannya. Sehingga penulis harus
mengidentifikasi sendiri terkait kelebihan dan kekurangan konseli.
3) Pada tahap sintesis, penulis harus mendalami permasalahan konseli dan
menemukan latarbelakang masalahnya. Sehingga konseli harus
mengidentifikasi permasalahan konseli dengan informasi yang telah
dikumpulkan.
4) Pada tahap diagnosis, penulis harus mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab permasalahan konseli, sehingga diperlukan pendalaman terkait
permasalahan konseli.
5) Pada tahap prognosis, penulis tidak menemukan kendala yang cukup
berarti.
6) Pada tahap treatment, penulis sedikit terkendala dalam penentuan waktu
pelaksanaan konseling individual, sehingga penulis menulis sesuai dengan
yang diketahui walaupun merasa belum yakin terkait pelaksanaan
konseling individual.
7) Pada tahap evaluasi, penulis terkendala dalam pemantauan perkembangan
konseli ketika di rumah, walaupun dapat dilakukan melalui orangtua
konseli, namun penulis merasa kurang cukup jika hanya melalui orangtua
konseli.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dalam bidang belajar pada konseli diatas,
dapat disimpulkan bahwa :
1) Studi kasus adalah suatu cara memperoleh data selengkap-lengkapnya
tentang individu/konseli, yang terdiri dari 7 tahap yakni identifikasi
masalah, analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan
evaluasi/tindak lanjut.
2) Masalah belajar konseli yang berupa prestasi belajar rendah disebabkan
karena kurangnya motivasi belajar, sulit berkonsentrasi ketika belajar,
kurangnya fasilitas belajar, malas dalam belajar, tidak dapat mengatur
waktu belajar, kurangnya perhatian dari orangtua, dan kondisi ekonomi
yang rendah.
3) Upaya yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan
konseli tersebut adalah pemberian konseling individu, kerjasama dengan
guru mata pelajaran dan orangtua konseli, serta memberikan bantuan
kepada konseli berupa fasilitas belajar.
B. Saran
Adapun berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan, terdapat
beberapa saran antara lain :
1) Bagi konselor, sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan yang
sedang terjadi pada peserta didik. Jika memungkinkan dilakukan
penindaklanjutan atas masalah yang dialami konseli dalam kasus ini.
2) Bagi orangtua konseli, hendaknya meningkatkan komunikasi dengan
konseli, sehingga konseli dapat berkembang dengan optimal. Orangtua
hendaknya juga memperhatikan kebutuhan konseli baik kebutuhan fisik
maupun psikisnya, sehingga didapat pemahaman tentang konseli untuk
mencegah permasalahan konseli yang semakin melebar jika tidak segera
ditangani.

14
3) Bagi konseli, hendaknya lebih bisa kooperatif dengan konselor ataupun
orang-orang yang mampu membantu menyelesaikan permasalahannya.
Konseli hendaknya juga meningkatkan hubungan komunikasi dengan
keluarga, sehingga keluarga dapat membantu menyelesaikan
permasalahannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Nur Indah. 2013. Studi Kasus Tentang Perencanaan Karir yang Rendah
Pada Siswa dan Penanganannya di SMP Negeri 13 Makassar. Makassar :
Universitas Negeri Makassar.

16

Anda mungkin juga menyukai