net/publication/292298093
CITATION READS
1 8,509
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Caroline Paskarina on 30 January 2016.
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2010
GRAHAILMU
Ruko [arnbusari No.7 A
Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836; 0274-889398
Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id
ISBN: 978-979-756-668-5
Pengantar
1t
emerintah memiliki peran penting sebagai salah satu aktor strategis untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Sekalipun tingkat sosial dan ekonomi suatu masyarakat telah meningkat, peran pemerintah
. tetap diperlukan untuk melaksanakan fungsi regulasi, alokasi, distribusi, pelayanan, dan pemberdayaan
rnasyarakat. Fungsi-fungsi ini harus dilaksanakan oleh pemerintah agar tercapai keadilan dan pemerataan
dalam masyarakat. Inti dari pemerintahan adalah sistem birokrasi. Sistem birokrasi sangat diharapkan dapat
menjalankan perannya secara optimal dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas. Namun, dalam
kenyataannya, keberadaan birokrasi pemerintah seringkali dipandang secara dikotomis, selain dibutuhkan
untuk melaksanakan urusan pernerintahan sehari-hari, birokrasi juga seringkali dianggap sebagai sistem yang
menyebabkan jalannya pemerintahan dan layanan publik tersendat dan bertele-tele.
Gejala 'penyakit' birokrasi seperti tersebut di atas, tampak pula dalam sistem birokrasi pemerintahan
di Indonesia. Berbagai kritik tentang in-efisiensi dalam sistem birokrasi Indonesia, kuantitasnya yang terlalu
besar dan kaku sudah sering dinyatakan secara terbuka (Thoha, 1987; Dwiyanto, 2002). Sistem pencaloan
yang merajalela, nepotisme serta terjadinya berbagai patologi birokrasi menyiratkan bahwa reformasi birokrasi
pemerintah harus dilakukan.
Reformasi birokrasi pemerintah sangat mendesak untuk dilakukan ketika dikaitkan dengan berbagai
perubahan dalam konteks global, antara lain perubahan paradigma kekuasaan yang terjadi dengan dinamis
selama periode pertengahan abad 20 hingga awal abad 21. Gelombang demokratisasi yang ditandai dengan
kemerdekaan negara-negara bekas jajahan, peralihan kekuasaan dari rezim otoritarian, kecenderungan
sentralistik dan runtuhnya komunisme membawa perubahan yang berarti dalam sistem dan relasi kekuasaan
menjadi lebih demokratis dan terdistribusi (desentralisasi).
Pada awalnya, penyelenggaraan pemerintahan secara sentralistik dipandang akan lebih efektif dan efisien,
tapi asumsi ini mengalami perubahan ketika menghadapi tantangan di masa kini yang menuntut pemerintah
untuk makin responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, berbagai penyimpangan yang terjadi
sebagai dampakdari sentralisasi kekuasaan menyebabkan legitimasi pemerintah menurun di mata publik. Ketika
negara tidak lagi cukup memiliki kernarnpuan untuk memaksakan kepatuhan masyarakat dan makin luasnya
eterbukaan akses informasi publik, maka yang terjadi adalah fenomena kegagalan negara untuk memenuhi
ebutuhan masyarakat. Dalam jangka panjang, penurunan kapasitas negara ini akan berdampak negatif karena
mengarah delegitimasi pemerintahan, apatisme publik, dan berpotensi memunculkan anarkhisme. Kegagalan
negara c.q. pemerintah dalam memenuhi ~ebutuhan masyarakat akan menimbulkan keraguan publik terhadap
urgensi kehadiran negara c.q. pemerintah. Kondisi in] bila dibiarkan akan mengarah pada ketidakpastian dan
pelemahan jaminan hukum bagi seluruh lapisan masyarakat.
Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat negara karena melalui
reformasi birokrasi, peran dan lingkup intervensi negara (c.q. pemerintah) didefinisikan ulang untuk menjawab
tantangan zaman. Karena itu, reformasi birokrasi juga tidak sekadar menyederhanakan struktur birokrasi,
tapi mengubah pola pikir (mind set) dan pola budaya (cultural set) birokrasi untuk berbagi peran dalam
tata kelola pemerintahan. Birokrasi pemerintah merupakan unsur yang sangatvital dalam menentukan
arah untuk mencapai keberhasilansuatu penyelenggaraannegara. Dengan kemajuan teknologi terutama
teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesatsertapersainganglobal yang semakin ketat,
masyarakatsangat peka terhadap kinerja birokrasi pemerintahandan sangatpeduli terhadap peningkatan
kualitas hidupnya. Baik atau buruk kinerja birokrasi pemerintah akan sangat menentukan tingkat
kepercayaanmasyarakatterhadap pemerintahnya.
Disadari bahwa untuk melaksanakanreformasibirokrasi dengan benartidaklah mudah dan
rnemerlukan waktu yangpanjangsertaberkesinambungan.Untuk itu, diperlukan payunghukum yang lebih
kuat. Sehubungan dengan hal tersebut,telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
RencanaPembangunan [angka Panjang Nasional 2005-2025. Dalam Bab IV Butir 1.2 undang-
undangtersebut dinyatakan bahwa "pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negaradan untuk mewujudkan tata pemerintahanyang baik,
di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung keberhasilanpembangunahdi bidang-bidang lainnya."
Sejauh ini, berbagai upaya yang telah dilakukan dalam melaksanakanreformasi birokrasi masih
belum optimal, salahsatupenyebabnyakarena belum ada rancanganinduk (grand design) yang jelas
mengenai arah reformasibirokrasi yang memuat petajalan (road map) reformasibirokrasi. Rancanganinduk
reformasibirokrasi ini diperlukan sebagailandasanbagi penyusunandokumen-dokumen berikutnya yang
terkait dengan reformasi birokrasi, antara lain Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, Rencana Aksi
Reformasi Birokrasi, Rencana Pembangunan langka Menengah Nasional, Rencana Kerja
Kementerian/Lembagadan Pemerintah Daerah,
. sertadokumen lain yang bersifatteknis. Idealnya, rancanganinduk ini yang akan memuat
substansimengenai arah reformasi birokrasi serta implikasinya terhadap pembaharuan administrasi publik,
baik dalam tataran paradigma maupun praksis. Untuk memahami keterkaitan di antara reformasi birokrasi
dengan pembaharuan administrasi publik, maka berikut ini diuraikan mengenai perkembangan
administrasi publik, implikasinya terhadap negaradan pemerintahan,sertabagaimanareformasi birokrasi
Indonesiadiarahkan untuk mengubah praksisadministrasi publik untuk mendukung
penguatankapasitasnegara.
Perubahan ruang lingkup kajian administrasi publik inilah yang perlu segera disikapi oleh para akademisi
dan praktisi administrasi publik. Kedua pihak ini saling terkait karena dalam kajian akademik tidak mungkin
dilepaskan dari kebutuhan praktik dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dinamika perkembangan suatu ilmu akan
sangat ditentukan dari kemampuannya untuk menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan nyata, karena itu,
dialog antara akademisi dan praktisi dipertukan untuk menjembatani perkembangan kajian administrasi publik
agar dapat diimplementasikan sebagai upaya pemecahan masalah (problem solver) bagi isu-isu administrasi
publik yang berkembang dewasa ini, khususnya di Indonesia.
Perubahan sosial yang fundamental menyebabkan lahirnya tuntutan dan tekanan baru. Kebutuhan akan
demokratisasi pemerintahan dan administrasi, menyebabkan beban aparatur pemerintah bertambah besar,
dan mau tidak mau adaptabilitas menjadi sangat penting dan menjadi kebutuhan. Semua perubahan dan
transformasi ini menyebabkan timbulnya pertentangan antara nilai lama dan baru, antara nilai yang tradisional
dan yang modern. Tekanan dan pertentangan ini tidak hanya terbatas pada tubuh birokrasi, melainkan juga di
kalangan masyarakat.
Sejak tahun 1980-an, menurut Drajat Tri Kartono (2006), suatu gerakan reformasi global telah dimulai.
Gerakan ini didorong oleh 4 (empat) variabel besar, yakni:
Dengan demikian, reformasi administrasi mencakup perubahan yang menyusup ke seluruh jari'ngan
birokrasi sebab birokrasi daerah dianggap sebagai satu kesatuan, sehingga reformasi administrasi publik perlu
diimbangi dengan pembenahan pada struktur dan kultur birokrasi sebagai orang-orang yang nantinya akan.
menjalankan reformasi administrasi publik.
Ciri-ciri failed state antara lain: (1) Selalu diwarnai dengan adanya disharmoni antar komunitas; tidak
menyediakan barang politik "keamanan" -yang rnerupakan barang politik yang paling utama- kepada
- ruh domain mereka. Negara gagal menciptakan atmosfir keamanan di seluruh wilayah nasional. (2) Negara
:"3 bisa menjamin keamanan pada ibukota negara saja. (3) Memiliki institusi yang lemah, hanya institusi
- sekutif yang berfungsi sedangkan keberadaan legislatif tidak lebih dari tukang stempel semata. (4) Tidak
,- - debat-debat yang demokratis di ranah publik. (5) Lembaga yudikatif tidak independen dan lebih sekedar
jangtanganan eksekutif. Masyrakat pun tidak mendapatkan keadilan di sistern pengadilan, apalagi bila
adapan dengan negara. (6) Birokrasi dalam waktu yang sudah cukup lama kehilangan tanggungjawab
fesionalitas mereka. Mereka hanya mementingkan kepentingan eksekutif semata dan dengan cara yang hal
us
+eaekan warganya. (7) Militer masih memungkinkan menjadi satu-satunya institusi yang memiliki integritas,
-:-lun punya kecenderungan terpolitisasi secara kuat (highly politized). Aparat keamanan cenderung menjadi
- _ ra dalam negara (state within a state) (8) Menyediakan kesempatan ekonomi yang tidak pararel hanya bagi
C'~litir orang yang punya hak privilege. (9) Tanggung jawab negara untuk memaksimlisasikan kesejahteraan
-=-ganya sama sekali tidak ada. (10) Korupsi menggurita dengan skala yang sangat luas. (11) Pada beberapa
-::- s, chaos ekonomi yang dikombinasikan dengan bencana kemudian menimbulkan adanya bencana
- gkaan makanan dan keleparan yang meluas. (12) Negara kehilangan legitimasi dasar mereka di saat batas
"'. ah mereka menjadi tidak relevan lagi dan sekelornpok kekuatan mencoba menggalang kekuatan. (13)
zrga justru semakin menguat loyalitas komunitasnya dan rnenjadikannya sebagai surnber keamanan dan
.2SEfl1patanekonomi. Seiring dengan fenomena tersebut berakibat legitimasi negara makin melemah di mata
-:ganya. Alih-alih menjadi makin profesional, peran negara yang berkurang justru menyebabkan negara
_- in lemah, sehingga memunculkan pemikiran baru untuk memperkuat negara (Fukuyama, 2005).
Suatu negara yang kuat ditandai oleh kemampuannya menjamin bahwa hukum dan kebijakan yang
- '" irkannya ditaati oleh masyarakat, tanpa harus menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yang
.:- ehihan. Elemen dasar yang ada pada negara yang kuat adalah otoritas yang efektif dan terlembaga. Negara
uat adalah negara yang mampu menyediakan barang-barang publik yang diperlukan warganya, sekaligus
memberikan jaminan keamanan, ketertiban, dan kebebasan. Perdebatan yang kemudian muncul terkait
Baik negara yang kuat maupun yang lemah memiliki cakupan peranan yang berbeda, dan tidak otomatis
berhubungan. Cakupan itu ditentukan dari seberapa jauh negara tersebut melakukan atau tidak melakukan
kegiatan publik tertentu, seperti pembentukan sistem pertahanan dan peradilan, memungut pajak, melakukan
intervensi dan regulasi ekonorni, membangun infrastruktur, dan semacamnya (World Bank, 1997). Ditinjau
dari cakupan peranannya, dibedakan antara negara minimal dan negara intervensionis. Negara minimal adalah
negara yang hanya membatasi cakupan kegiatannya pada hal-hal yang bersifat elementer, seperti pembentukan
sistem pertahanan dan peradilan, penyediaan sarana infrastruktur dan pencetakan mata uang. Sebaliknya,
negara yang intervensionis ditandai oleh cakupan kegiatan yang ekspansif dan ambisius, seperti pemilikan
unit-unit bisnis, penguasaan dan pengelolaan langsung sumber-sumber ekonomi, penjaminan asuransi sosial,
penciptaan regulasi yang berlebihan atas segala kegiatan masyarakat, dan sebagainya.
Cakupan perar\ negara yang luas tidak secara otomatis menyebabkan suatu negara menjadi kuat. Negara
yang kuat ditandai oleh kapasitasnya untuk menggunakan kewenangan yang dimilikinya dalam mengelola
sumber daya dan menyediakan barang-barang publik. Legitimasi bagi negara yang kuat diperoleh melalui
profesionalisme kinerjanya di mata publik. Karena itu, upaya untuk mewujudkan negara yang kuat yang mampu
memberikan kinerja yang berkualitas, memerlukan birokrasi yang profesional pula.
Reformasi bi rokrasi merupakari pe'rul:)ahan (transformasi) yang terencana, yang berfokus pada perubahan
kelembagaan yang berdampak pada perubahan ketatalaksanaan dan kultur birokrasi. l.ingkup birokrasi yang
dimaksud adalah institusi pelaksana fungsi pemerintahan di bidang eksekutif, baik di level nasional maupun
daerah. Reformasi birokrasi di Indonesia dimaknai sebagai media untuk melakukan pendefinisian ulang peran
pemerintah. Peran pemerintah yang ingin dicapai melalui reformasi birokrasi adalah peran pemerintah yang
moderat, dalam arti bukan minimal state yang lingkup fungsinya terbatas dan menyerahkan pada mekanisme
pasar dalam penyediaan barang-barang publik (public goods) dan pelayanan publik; serta bukan pula
intervensionist state dengan peran pemerintah yang sangat luas dalam hampir seluruh bidang kehidupan.
Peran pemerintah yang moderat adalah terwujudnya pemerintahan yang mampu:
1. Menjamin ketersediaan pelayanan dasar secara berkualitas dan dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat;
2. Memberikan perlindungan dari ancaman dan gangguan internal maupun eksternal;
3. Menjamin keadilan dalam dinamika ekonomi dan persaingan usaha;
4. Menjamin keberlanjutan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan memperhatikan aspek-aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Keempat peran tersebut rnerupakan pemaknaan kembali terhadap tujuan negara sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD 1945, yangdisesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Untuk melaksanakan
peran tersebut, maka reformasi birokrasi menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah
sehingga negara c.q. pemerintah memiliki otoritas yang efektif dan terlembaga dalam:
1. Merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan untuk menjabarkan peran tersebut;
2. Menyelenggarakan administrasi publik secara efisien dengan ukuran birokrasi yang proporsional;
3. Mengontrol potensi penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan;
4. Memelihara tingkat transparansi dan pertanggungjawaban yang tinggi di lembaga-Iembaga pemerintah;
serta
5. Menegakan hukum dengan adil dan tanpa diskriminasi.
Dengan demikian, reformasi birokrasi menjadi strategi untuk mewujudkan profil birokrasi yang memiliki
kapasitas yang kuat untuk melaksanakan peran tersebut. Reforrnasi birokrasi difokuskan untuk menghasilkan
profil kelembagaan (organisasi) yang efektif, ketatalaksanaan (business process) yang ringkas, dan sumber daya
Indonesia telah memasuki era liberalisasi perdagangan dan globalisasi yang makin terbuka dalam seluruh
aspek kehidupan. Karena itu, kultur birokrasi harus diarahkan agar responsif terhadap konteks ini. Peran pelaku
usaha dan pasar akan makin tinggi, sehingga kompetisi dalam penyediaan pelayanan publik akan makin ketat.
Birokrasi pemerintah harus mampu menyediakan regulasi untuk mengatur kompetisi ini agar tidak merugikan
publik, terutama mereka yang tergolong marginal.
Rincian kegiatan dalam periode ini terdiri dari:
a. Pembenahan kelembagaan (organisasi), dilakukan melalui:
1) Pengembangan unit-unit penjaminan mutu di semua level organisasi pemerintah.
2) Pengembangan unit-unit manajemen integritas di semua level organisasi pemerintah.
b. Pembenahan ketatalaksanaan (business process), dilakukan melalui:
1) Penerapan siklus jaminan mutu dengan standar internasional.
2) Penerapan sistem benchmarking sebagai tolok ukur penilaian kinerja lembaga dan sumber daya
manusia birokrasi, sekaligus memperkecil kesenjangan antara sektor publik dan privat.
3) Pengembangan mekanisme audit publik sebagai bagian dari sistem pengawasan dan monitoring
kinerja birokrasi.
4) Pengembangan mekanisme partisipasi publik untuk mengontrol kinerja birokrasi, misalnya melalui
pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat secara berkala sebagai bagian dari masukan untuk
menerapkan reward and punishment bagi birokrasi.
c. Pembenahan sumber daya manusia, dilakukan melalui penyiapan kompetensi dan skill sumber daya
manusia birokrasi untuk menunjang peran sebagai fasilitator, mediator, dan regulator dalam kemitraan
dengan pelaku usaha dan masyarakat di era perdagangan bebas.
Penutup
Reformasi birokrasi bukan proses yang berlangsung di dalam ruang hampa, keberhasilan implementasi
nya bergantung kepada reformasi dalam sektor-sektor terkait lainnya, terutama sektor politik, hukum, ekonomi,
dan administrasi publik. Pembenahan sektor politik diperlukan untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan
komitmen politik dari para pengambil kebijakan. Pembenahan sektor hukum diperlukan untuk menyediakan
perangkat hukum yang diperlukan dalam rangka reformasi birokrasi, terutama terkait dengan pemberantasan
KKN. Penegakan hukum juga menjadi kata kunci yang penting untuk menjamin agar terjadi perubahan kultur
birokrasi ke arah yang lebih profesional dan beretika. Sementara pembenahan dalam sektor perekonomian
diperlukan untuk menjamin agar reformasi birokrasi dalam jangka panjang didukung oleh kapasitas keuang
an yang memadai dan senantiasa terintegrasi dengan pembenahan dalam sistem anggaran, sehingga prinsip
efisiensi dapat dicapai. Perubahan-perubahan dalam berbagai dimensi tersebut mernerlukan pendekatan dan
dukungan sistem administrasi publik yang mengindahkan nilai dan prinsip-prinsip good governance, dan sum
ber daya manusia aparatur negara (pejabat politik, dan karier) yang memiliki integritas, kompetensi, dan konsis
tensi dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut, baik dalam jajaran eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Reformasi birokrasi sebagai upaya transformasi atau perubahan yang direncanakan merupakan proses
yang berkelanjutan. Karena itu, setiap upaya yang telah dilakukan dalam setiap tahapan reformasi perlu
dievaluasi sehingga setiap kendala yang muncul dapat segera ditangani. Pentahapan reformasi birokrasi
merupakan panduan yang perlu dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Keberhasilan reformasi birokrasi ditentukan juga oleh kreativitas
dan inovasi dari setiap pelaksana. Selain itu, sharing pengalaman dan best practices juga diperlukan sebagai
media untuk mengembangkan praktik-praktik pengelolaan pemerintahan berbasis pengetahuan, sekaligus
Daftar Pustaka
Albrow, Martin., (1987). "Menjalankan Pemerintahan melalui Biro-biro". Dalam H.G. Surie (ed). Ilmu
Administrasi Negara Suatu Bacaan Pengantar. Jakarta:PTGramedia.
Blau, Peter M. dan Marshal W. Meyer., (1987). Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Jakarta: Penerbit
UI Press.
Caiden, Gerald E., (1982). Public Administration, 2nd Ed. California: PalisadesPublishers.
. 1976. Implementation - The Achilles Heel of Administrative Reform in Arne FLeemans,The Management
of Change in Government. The Hague.
Charlesworth,Jamesc. (ed.).(1968). The Theory and Practice of Public Administration: Scope, Objectives, and
Methode. Philadelphia: The American Academy of Political and SosialScience.
Chilcote, Ronald H., (1981). Theories of Comparative Politics: The Search for a Paradigm, Colorado: Westview
Press. '
Dror, Yeremiah., (1971). Strategies for Administrative Reform. The Hague, Netherland: Development and
Change.
Dwiyanto, Agus, dkk. (2002). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta:PusatStudi
Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Effendi, Taufiq., (2008). "Reformasi Birokrasi: Sebagai Strategi untuk Menciptakan Kepemerintahan
yang Baik dan PelayananPublik yang Bekualitas dalarn rangka Mewujudkan KesejahteraanRakyat".
Pidato Ilmiah, disampaikan pada Upacara PenganugerahanGelar Doktor Honoris Causa dalam IImu
Hukum Universitas Diponegoro, Semarang,27 Oktober.
Tahapan-tahapanyang diuraikan dalam makalah ini bersumber dari Naskah Akademik Rancangan Induk Reformasi Birokrasi
Indonesia (2005-2025) yang disusun bersamaoleh Universitas Padjadjarandengan Kementerian Negara
PendayagunaanAparatur NegaraRI. Naskahini telah didiskusikan pula dengan paraakademisidi 4 (empat) perguruantinggi, yakni
Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,Universitas Airlangga Surabaya,dan Universitas Hasanuddin
Makassar.Saatini, draft naskah akademik sedangdibahas lebih lanjut di lingkungan interdepartemen pemerintah nasional agar
materinya dapat diakomodasi dalam dokumen perencanaan,antara lain RPjM Nasional (2009-2014) dan peraturan-
peraturanteknis sebagaipenjabaranlebih lanjut dalam melaksanakanreformasibirokrasi di lingkungan instansi pemerintah
nasional dan daerah.
-00000-