0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan4 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut berisi jawaban tugas mata kuliah PDGK4103/Konsep Dasar IPA di SD oleh mahasiswa bernama Juhaeniah yang meliputi zat-zat pada makanan, penyebaran virus COVID-19, gejala dan penyebab demam berdarah, serta penggunaan dan istilah terkait pengukuran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut berisi jawaban tugas mata kuliah PDGK4103/Konsep Dasar IPA di SD oleh mahasiswa bernama Juhaeniah yang meliputi zat-zat pada makanan, penyebaran virus COVID-19, gejala dan penyebab demam berdarah, serta penggunaan dan istilah terkait pengukuran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut berisi jawaban tugas mata kuliah PDGK4103/Konsep Dasar IPA di SD oleh mahasiswa bernama Juhaeniah yang meliputi zat-zat pada makanan, penyebaran virus COVID-19, gejala dan penyebab demam berdarah, serta penggunaan dan istilah terkait pengukuran.
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4103/Konsep Dasar IPA di SD
Kode/Nama UPBJJ : 22 / SERANG
Masa Ujian : 2021/22.1(2021.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1. Zat yang terkandung pada masing-masing makanan adalah
NAMA ZAT MAKANAN
Nasi goreng, Roti tawar, Nasi uduk, Nasi Karbohidrat putih, Nasi putih, Bakmie goreng, Singkong rebus Susu, Dendeng daging, Ayam goreng, Udang Lemak , saus mentega, Rendang daging,Kerupuk Sosis goreng, Tempe gorang, Tahu goreng, Protein Kering tempe, teri dan kacang tanah Mentimun, Tomat, Jus jeruk, Pisang, Pepaya, Vitamin Sayur sop, Jus apel, Manisan buah, Jeruk Urap sayur , Jagung rebus Mineral Kedelai rebus Telur dadar
2. virus COVID-19 dapat menyebar melalui beberapa cara berikut:
1) Melalui Droplet Droplet adalah cairan atau percikan air yang keluar dari saluran pernapasan ketika seseorang batuk maupun bersin. Risiko penularan virus COVID-19 melalui droplet akan meningkat drastis apabila seseorang tidak mengenakan masker. Namun ternyata, droplet tidak hanya sebatas cairan yang dikeluarkan ketika bersin atau batuk, melainkan juga ketika berbicara, bernyanyi, maupun tertawa. 2) Melalui Kontak Fisik Kontak fisik seperti berjabat tangan adalah salah satu media penularan COVID-19, karena kita tidak pernah tahu ada berapa banyak kuman, virus, maupun bakteri ditangan kita dan lawan bicara. Makanya, sebisa mungkin hindari kontak fisik secara langsung. Kalau bingung, coba untuk mengganti model jabat tangan dengan gerakan Namaste, yaitu gerakan mengatupkan kedua tangan di dada yang kerap digunakan saat melakukan olahraga yoga. 3) Melalui Permukaan yang Terkontaminasi Penularan virus COVID-19 bisa terjadi saat seseorang menyentuh barang yang mungkin saja sudah terkontaminasi oleh droplet orang lain. Lalu, virus tersebut berpindah ke hidung, mulut, atau mata dari sentuhan barang yang terkontaminasi tadi. 3. Demam Berdarah Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit mudah menular yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Penyebab dan Faktor Risiko Demam Berdarah Kedua nyamuk penyebab DBD biasanya menginfeksi seseorang di pagi sampai sore hari menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar. Bisa dibilang, nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut. Selain gigitan nyamuk, demam berdarah dipicu oleh faktor risiko tertentu. Beberapa faktor risiko tersebut, di antaranya: 1. Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya; 2. Tinggal atau bepergian ke daerah tropis; dan 3. Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah. Gejala Demam Berdarah Umumnya gejala demam berdarah bersifat ringan, dan muncul 4–7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10 hari. Gejala biasanya menyerupai penyakit flu, dan bisa saja berkembang menjadi semakin parah jika telat ditangani. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu: 1. Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius; 2. Nyeri kepala berat; 3. Nyeri pada sendi, otot, dan tulang; 4. Nyeri pada bagian belakang mata; 5. Nafsu makan menurun; 6. Mual dan muntah; 7. Pembengkakan kelenjar getah bening; 8. Ruam kemerahan sekitar 2–5 hari setelah demam; 9. Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening; dan 10. Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit. 4. A) Cara menggunakan penggaris adalah: 1) Tempelkan penggaris atau mistar pada benda yang akan diukur panjangnya. Titik nol pada penggaris harus tepat dengan ujung awal dari panjang benda yang diukur. 2) Nilai ukur benda ditunjukkan oleh garis pada skala penggaris atau mistar yang bertepatan dengan ujung akhir panjang benda. Secara umum cara menggunakan jangka sorong untuk mengukur panjang atau diameter luar suatu benda adalah seperti ini: 1) Cek dulu dan pastikan waktu kedua rahang tertutup, skala menunjukkan angka nol. Tujuannya supaya nggak ada kesalahan pengukuran, yang biasa disebut zero error. 2) Kendurkan baut pengunci dan tarik rahang geser ke kanan, sampai benda yang ingin diukur bisa pas ditempatkan diantara 2 rahang (tetap dan geser) 3) Letakkan benda yang akan diukur di antara kedua rahang, pastikan juga posisinya sudah sesuai ya. 4) Tarik rahang geser ke kiri sampai mengapit benda yang mau diukur, lalu putar baut pengunci sampai terdengar suara “klik”. 5) Baca dan hitung hasil pengukuran yang diperoleh. B) Berdasarkan hasil pengukuran balok memiliki panjang 7 cm dan sekrup 3 cm C) Dalam hal yang berhubungan dengan pengukuran dan alat ukur, ada dua istilah yang seringkali kita gunakan, yaitu istilah untuk menilai apakah alat tersebut baik atau tidak, yaitu presisi (teliti) dan akurasi (tepat). Pengertian kedua istilah ini sebenarnya berbeda. Presisi berkaitan dengan seberapa teliti alat ukur dapat mengukur sebuah besaran. Namun, hasil yang kita peroleh belum tentu benar. Yang menandai suatu alat memiliki presisi tinggi yaitu hasil pengukuran dengan jumlah angka di belakang koma yang lebih banyak. Misalnya, jangka sorong terkenal lebih presisi dari mistar. Mengapa? Hal ini karena ketika mengukur sebuah benda menggunakan jangka sorong, misalnya memperoleh hasil 2,345 cm, ada tiga angka di belakang koma. Namun, jika kita bandingkan dengan mistar, hasil yang kita peroleh mungkin 2,3 cm, yang hanya memiliki satu angka di belakang koma. Meskipun sebuah jangka sorong rusak (misal, skalanya sudah tidak benar), ia masih tetap bisa kita sebut lebih presisi dari sebuah penggaris yang masih baik.
Pengharum Ruangan Anti Nyamuk Alami Semprot Otomatis Berbahan Dasar Minyak Sereh Wangi Untuk Mengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Masyarakat