adalah larutan NaCl , H2SO4 pekat atau Brom flurida. Jenis reaksi seperti ini inilah
RCOOH
Asam yang dihasilkan dalam rekasi diatas , tidak dapat menghidrolisa
ester sehingga reaksi ini dapat berjalan dengan sempurna. Karena harga asam
anhidrida yang mahal , maka metode ini hanya dipakai bila cara esterifikasi tidak
alkohol tersier , fenol, alkohol poly hidrat (cellulose dan gula), alkohol tidak jenuh
dan lakohol tidak jenuh rantai panjang (garamol dan linamol). Penggunaan asam
anhidrida dalam skala besar dapat dilihat pada industri cellulose asetat dan aspirin.
Asam khlorida lebih reaktif daripada asam anhidrida , dan asam yang
HCl yang berlebih tidak dapat dilakukan sebab ia akan dapat bereaksi kembali
dengan ester yang terbentuk. Terkadang alkohol ini dapat diganti dengan natrium
alkoholat.
NH3
mineral , seperti asam sulfat dan asam khlorida , sehingga didapat ester dengan
NH3
H2O
air
H2O
sempurna.
Menurut Goldschmidt dan Smith, ion hydrogen bebas dari asam mineral
yang pada awal reaksi akan menggaet gugus hidroksil dari alkohol sehingga
R1OH + H+ R1OH2+
R1OH2+ selanjutnya akan bereaksi dengan asam organik dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
H2O+
d ( RCOOR1 )
k [ RCOOH ][ R1OH 2 ]
dt …………………
(1)
karena terbentuk air dalam reaksi , maka air tersebut akan menurun
kecepatan reaksi karena ia akan mengambil ion hidrogen yang yang ada seperti
R1OH
Konstanta kesetimbangan K :
[ H 3 O ][ ROH ]
K
[ R1OH 2 ][ H 2 O]
didefinisikan :
[ ROH ] [ R1OH 2 ][ H 2 O]
r
K [H 3O ]
Bila dianggap bahwa semua ion hidrogen akan diikat oleh ion kompleks dari
alkohol maupun air , maka faktor pembanding r dapat dtulis sebagai berikut :
[ R1OH 2 ][ H 2 O]
r ……………………………(2)
[totalH ] [ R1OH 2 ]
r[totalH ]
jadi : [ R1OH 2 ] …………………………………………..(3)
r [ H 2 O]
(4)
dari persamaan reaksi , [RCOOR’] yang terbentuk ekivalen dengan H2O maka
dx kr[a x][katalis ]
……………..(5)
dt rx
dimana :
Bila persamaan (5) diitegrasikan , maka didapat persamaan baru sebagai berikut :
a
( r a ) ln( )x
k ax ………….……..(6)
(katalis )(r.t )
berikut :
dx
k (a x) 2 ……………………………………(7)
dt
reaksi orde dua , dan bila persamaan tersebut diintegralkan maka akan
didapatkan :
1
k .t I …………..……………(8)
ax
I=1/a
Selanjutnya :
1 1
k .t
ax a
x
k .t
a(a x)
didestilasi. Proses tersebut dapat dilakukan secara batch maupun secara kontinu
Proses pembuatan ethyl asetat secaa batch menurut Keyes dapat dilihat
Storage tank
refluks
condensor
Refluks Condensor
Recovery
Column
Ethyl Alkohol
Esterification
Chamber
berbentuk silinder atau still pot , dipanaskan dengan steam dalam pipa coil (close
- 10 bagian alkohol 85 %
teratas kolom sebagai refluks dan yang lain ditampung pad tangki penampung
yang diinginkan.
Reaksi yang berlangsung dalam reaktor still pot dilakukan sampai semua
asam asetat beraksi. Campuran ethanol , asam sulfat dan air yang tersisa dalam
didestilasi pada kolom destilasi kedua. Panas bagian ini didapat dari uap yang
lagi menjadi refluks ke plate teratas pada kolom dan dikirim ke tangki
penampungan alkohol untuk digunakan kembali dalam proses esterifikasi. Air dan
asam sulfat diambil dari kolom bagian bawah untuk diproses lebih lanjut.
II.3.2. Proses kontinu
Coloum recovery
Separator
Recovery Coloum Mixing coil
Cooling coil
Recovery
Rection coloum
Reaction Tanks
Asam asetat , ethanol 95% (berlebih) dan asam sulfat 50 atau 660 Be
teratas kolom yang menggunakan plate bubble cap. Temperatur pada kolom
0
teratas dipertahankan 60 C dengan menggunakan pemanas steam pada dasar
kolom.
Asam asetat terkonversi sempurna karena adanya alkohol berlebih. Uap
dari kolom ini (yaitu alkohol dengan ester yang terbentuk dan air 10 %)
komposisi ternery azeotrop dengan komposisi 83% ester , 9 % alkohol dan 8% air.
Air dan alkohol yang berlebih pada dasar kolom diambil dan dikembalikan pada
bagian terbawah kolom esterifikasi, agar alkohol konsentrasinya tetap tinggi guna
mengknversi asam asetat yang masih ada. Sebagian dari campuran ternery
Untuk alasan tertentu , ester yang kandungannya masih kurang dari 80%
setimbang itu dilewatkan dalam coil pencampur (mixing coil) dimana air
ethanol dan ester yang kecil ; bagian ini dikembalikan ke kolom separator untuk
penampung produk.
baku dan konversi yang didapatkan. Untuk jelasnya dapat dilihat tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Tabel perbandingan bahan baku dan konversi antara proses
Asam Asetat 95 % 95 %
Ethanol 63 – 96 % 96 %
Asam sukfat
Konversi Produk
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa esterifikasi secara kontimu lebih
seka ligus kemungkinan ekspor ke luar negeri , maka proses kontinu dirasa
proses , yaitu
- esterifikasi
- distilasi
- pemisahan (separaion)
Dilihat dari fungsi alat utama, kedua cara produksi berbeda pada unit
Ditinjau dari biaya , yaitu untuk kapsitas produksi yang besar , dibutuhkan
beberapa buah batch perhari dengan peralatan yang besar pula. Selain itu
Ethyl asetat diproduksi secara kontinu dengan cara esterifikasi dari asam
sulfat.
Air
M-141
R-110 D-130
D-120 D-150
H-140
Gambar 2.3 Skema Proses Pembuatan Ethyl Asetat dari Proses Esterifikasi Asam
Dalam proses esterifikasi secara kontinu ini ada 4 langkah pokok , yaitu :
kolom esterifikasi
Reaksi esterifikasi :
H2O
- suhu operasi 80 oC
- larutan ethanol 95 %
katalis) dari tangki penyimpann (F-111 , F-112 dan F-113) dipompa masuk
Hasil reaksi dan sisa reaktan yang tidak bereaksi dialirkan ke tangki akumulator 1
esterifikasi (D-120)
Fungsi kolom ini adalah mereaksikan asam asetat yang masih tersisa ,
dimana reaksi esterifikasi berlangsung dalam plate. Dengan keluarnya ethyl asetat
yang terbentuk, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan , sehingga asam
dan refluks kondenser. Larutan hasil reaksi dari reaktor berpengaduk (R-110)
dipompa ke puncak kolom destilasi esterifikai (D-120) , masuk pad suhu 94,29
o
C , pada plate ke-6 dari atas . Reaksi akan terjadi pada bagian intermidiate
kolom , yaitu antara plate ke-6 dan ke –12 . Dalam plate-plate tersebut , ethyl
ke kanan. Pada plate ke-2 dari bawah dimasukkan larutan yang mengandung
sebagian besar alkohol yang berasal dari kolom distilasi separator (D-130) pada
kesetimbangan ke kanan.
Uap ethanol dan ethyl asetat akan naik ke atas , sedang air dan sejumlah
asam sulfat akan turun ke dasar kolom sebagi waste dan dibuang ke tempat
penampungan limbah.
Produk berupa distilat keluar pada suhu 82,02 oC memiliki komposisi 0,7
fraksi berat ethanol , 0,2 fraksi berat ethyl asetat dan 0,1 fraksi berat air. Produk
Kolom distilasi ini berfungsi untuk memisahkan ethyl asetat dan air,
untuk kolom ini berupa produk atas kolom destilasi esterifikasi (D-120) masuk ke
plate ke-8. Dalam kolom ini sebagian distilat direflux. Distilat keluar pada suhu
70,3 oC dengan komposisi ternary azeotrop , yaitu : 0,83 fraksi berat ethyl asetat,
didinginkan lewat cooler I (E-142) sampai suhu 30 oC, selanjutnya ,asuk le inline
Mixer (M-141) dan dicampur dengan air pada pebandingan volume yang
azeotrop. Selanjutnya campuran ini masuk decanter (H-140) yang akhirnya akan
membentuk dua lapisan , yaitu lapisan light liquid dan heavy liquid.
(D-130) sebagai feed kedua dan masuk pada plate ke-20 . Sedangkan light liquid
esterifikasi (D-120) sebagai feed II , untuk merecovery alkohol , dan juga untuk
Proses ini merupakan proses terakhir dari rangkaian proses produksi ethyl
asetat. Fungsi kolom distilasi ini adalah memisahkan larutan ethyl asetat dari
ethanol dan air , sehingga pada akhirnya akan didapat ethyl asetat dengan
kemurnian mencapai 95 %. Produk bawah dipompa ke tangki penyimpan produk
(F-158) lewat cooler II (E-156). Sedangkan produk atas kolom adalah campuran