Anda di halaman 1dari 9

Lex Administratum, Vol. III/No.

1/Jan-Mar/2015

APSEK HUKUM BAYI TABUNG DI Kata kunci: Aspek Hukum, Bayi Tabung.
INDONESIA 1
Oleh : Hizkia Rendy Sondakh2 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
ABSTRAK Pada hakikatnya program bayi tabung
Tujuan dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk membantu pasangan
adalah untuk mengetahui bagaimana suami-isteri yang tidak mampu melahirkan
pelaksanaan teknologi bayi tabung di keturunan secara alami yang disebabkan
Indonesia dan bagaimanakah kedudukan karena ada kelainan pada tubanya,
hukum anak yang dilahirkan melalui proses endometriosis (radang pada selaput lendir
bayi tabung dan bagaimana kedudukan rahim), oligospermia (sperma suami kurang
anak yang dilahirkan melalui proses bayi baik), unexplained infertility (tidak dapat
tabung dalam hukum waris serta diterangkan sebabnya), dan adanya faktor
bagaimana kedudukan anak yang immunologic (faktor kekebalan). Dan
dilahirkan melalui proses bayi tabung ternyata program bayi tabung ini mampu
dalam hukum waris. Metode penelitian memberikan kebahagiaan bagi pasangan
yang digunakan dalam penelitian ini suami-isteri yang telah hidup bertahun-
adalah metode penelitian yuridis normatif tahun dalam ikatan perkawinan yang sah.
dan dapat disimpulkan: 1. Jenis bayi Program ini semakin lama semakin
tabung yang dikembangkan di Indonesia disenangi oleh pasangan suami-isteri yang
adalah jenis bayi tabung yang mandul untuk mendapatkan keturunan.
menggunakan sperma dan ovum berasal Namun di balik kebahagiaan itu ternyata
dari pasangan suami isteri kemudian program bayi tabung menimbulkan
embrionya ditransplantasikan dalam rahim persoalan di bidang agama dan hukum.
isteri. 2. Persoalan lain yang muncul Timbulnya persoalan di bidang agama
berkaitan dengan adanya teknik bayi disebabkan karena di dalam berbagai
tabung (fertilisasi in vitro), adalah agama tidak dikenal anak yang dihasilkan
fenomena ibu (surrogate mother) atau dari teknik bayi tabung, tetapi yang dikenal
sering disebut dengan rahim sewaan, di adalah anak yang dihasilkan dari hubungan
mana sperma dan ovum dari pasangan badani antara pasangan suami-isteri.
suami-isteri yang diproses dalam tabung, Sehingga para tokoh/pemimpin agama
lalu dimasukkan ke dalam rahim orang lain, harus mencari dan menemukannya di
dan bukan ke dalam rahim isteri. 3. dalam kitab suci hal-hal yang ada kesamaan
Menurut hukum bahwa anak yang dengan itu. Sedangkan persoalan di bidang
dilahirkan melalui proses bayi tabung yang hukum timbul disebabkan karena peraturan
menggunakan sperma suami dan ovum dari perundang-undangan yang mengatur
isteri, kemudian embrionya tentang kedudukan hukum anak yang
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri dilahirkan melalui proses bayi tabung
dapat disamakan dengan anak kandung, belum ada, sedangkan hukum itu bertujuan
dengan demikian ia berhak untuk untuk melindungi kepentingan manusia
mendapatkan warisan dari orang tuanya agar di dalam masyarakat terdapat
(pewaris). ketertiban, keadilan dan kepastian hukum.
Hukum positif Indonesia yang mengatur
1
tentang status hukum seorang anak diatur
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
di dalam KUH Perdata dan UU Nomor 1
Sumbu, SH.MH; Alfreds Rondonuwu, SH.MH; Nixon
Lowing, SH.MH Tahun 1974 tentang Undang-undang Pokok
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. Perkawinan. Di dalam kedua undang-
100711317

66
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

undang tersebut tidak ada suatu ketentuan hukum positif Indonesia dan peraturan
yang mengatur secara tegas tentang perundang-undangan yang berlaku di
kedudukan hukum anak yang dilahirkan negara lain serta berbagai yurisprudensi
melalui proses bayi tabung, baik yang yang ada kaitan dengan kasus bayi tabung
menggunakan sperma dan ovum dari (fertilisasi in vitro).
pasangan suami-isteri kemudian embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri; B. PERUMUSAN MASALAH
spermanya berasal dari donor dan 1. Bagaimanakah pelaksanaan teknologi
ovumnya berasal dari isteri kemudian bayi tabung di Indonesia ?
embrionya ditransplantasikan ke dalam 2. Bagaimanakah kedudukan hukum anak
rahim isteri maupun yang menggunakan yang dilahirkan melalui proses bayi
sperma dan ovum dari pasangan suami- tabung ?
isteri kemudian embrionya 3. Bagaimanakah kedudukan anak yang
ditransplantasikan ke rahim surrogate dilahirkan melalui proses bayi tabung
mother. Yang ada hanya mengatur tentang dalam hukum waris ?
pengertian anak sah, pengesahan anak luar
kawin dan pengakuan terhadap anak luar C. METODE PENELITIAN
kawin. Tipe perencanaan penelitian dilakukan
Pengertian anak sah diatur di dalam dengan melakukan pendekatan yuridis
Pasal 250 KUH Perdata dan Pasal 42 UU normatif yang bersifat kualitatif dan
Nomor 1 Tahun 1974. Pasal 250 KUH didukung dengan studi kasus sebagai data
Perdata berbunyi: "Tiap-tiap anak yang pendukung. Yuridis normatif artinya
dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang penelitian mengacu kepada norma-norma
perkawinan, memperoleh si suami sebagai hukum yang terdapat dalam peraturan
bapaknya". Selanjutnya di dalam Pasal 42 perundang-undangan nasional (hukum
UU Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan nasional) dan hukum di negara-negara lain
bahwa: "Anak sah adalah anak yang serta kasus-kasus yang terkait serta norma-
dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari norma yang berlaku dan mengikat
perkawinan yang sah.” Kedua rumusan itu masyarakat atau juga menyangkut
sangat sederhana, karena di dalam pasal kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
tersebut tidak dipersoalkan tentang asal
usul sperma dan ovum yang digunakan, PEMBAHASAN
namun apabila anak itu dilahirkan dalam A. PELAKSANAAN BAYI TABUNG DI
perkawinan yang sah maka sahlah INDONESIA
kedudukan hukum anak itu. Walaupun anak 1. Syarat-Syarat Dalam Mengikuti Program
itu produk dari sperma donor atau ovum Bayi Tabung
donor. Pasangan suami-isteri yang
Mengingat undang-undang yang diperkenankan oleh Tim Dokter Program
mengatur tentang bayi tabung di Indonesia Melati Rumah Sakit Anak dan Bersalin
belum ada, maka di dalam Skripsi ini Harapan Kita Jakarta untuk mengikuti
dipaparkan tentang kedudukan yuridis anak prosedur bayi tabung, adalah pasangan
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung suami isteri yang kurang subur, disebabkan
yang menggunakan sperma suami, sperma karena:
donor dan surrogate mother. Di samping itu 1) Isteri mengalami kerusakan kedua
juga dikemukakan tentang kedudukan anak saluran telur (tuba).
tersebut dalam hukum waris. Tentu 2) Lendir leher rahim isteri yang tidak
pemaparannya tetap berpatokan pada normal.

67
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

3) Adanya gangguan kekebalan di mana Pada tahap ini isteri diberi obat yang
terdapat zat anti terhadap sperma di merangsang indung telur, sehingga dapat
dalam tubuh. mengeluarkan banyak ovum dan cara ini
4) Tidak hamil juga setelah dilakukan berbeda dengan cara biasa, hanya satu
bedah saluran telur. ovum yang berkembang dalam setiap siklus
5) Tidak hamil juga setelah dilakukan haid. Obat yang diberikan kepada isteri
pengobatan endometriosis. dapat berupa obat makan atau obat suntik
6) Suami dengan mutu sperma yang yang diberikan setiap hari sejak permulaan
kurang baik (oligospermia). haid dan baru dihentikan setelah ternyata
7) Tidak diketahui penyebabnya sel-sel telurnya matang. Pematangan sel-sel
3
(unexplained infertility). telur dipantau setiap hari dengan
pemeriksaan darah isteri, dan pemeriksaan
Berdasarkan persyaratan-persyaratan ultrasonografi (USG). Ada kalanya indung
yang ditentukan oleh Tim Medis Program telur gagal bereaksi terhadap obat itu.
Melati Rumah Sakit Anak dan Bersalin Apabila demikian, pasangan suami-isteri
Harapan Kita Jakarta, maka pasangan masih dapat mengikuti program bayi pada
suami-isteri yang dapat mengikuti kesempatan yang lain, mungkin dengan
pembuahan dan pemindahan embrio, obat atau dosis obat yang berlainan.
adalah pasangan suami-isteri yang 2) Tahap kedua: Pengambilan sel telur.
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Apabila sel telur isteri sudah banyak,
1) Telah dilakukan pengelolaan infertilitas maka dilakukan pengambilan sel telur yang
(kekurangsuburan) secara lengkap. akan dilakukan dengan suntikan lewat
2) Terdapat alasan yang sangat jelas. vagina di bawah bimbingan USG.
3) Sehat jiwa dan raga pasangan suami- 3. Tahap ketiga: Pembuahan atau fertilisasi
isteri. sel telur.
4) Mampu membiayai prosedur ini, dan Setelah berhasil mengeluarkan beberapa
kalau berhasil mampu membiayai sel telur, suami diminta mengeluarkan
persalinannya dan membesarkan sendiri sperma. Sperma akan diproses,
bayinya. sehingga sel-sel sperma suami yang baik
5) Mengerti secara umum seluk beluk saja yang akan dipertemukan dengan sel-
prosedur fertilisasi in vitro dan sel telur isteri dalam tabung gelas di
pemindahan embrio (FIV-PE). laboratorium. Sel-sel telur isteri dan sel-sel
6) Mampu memberikan izin kepada dokter sperma suami yang sudah dipertemukan itu
yang akan melakukan prosedur FIV-PE kemudian dibiak dalam lemari pengeram.
(fertilisasi in vitro dan pemindahan Pemantauan berikutnya dilakukan 18-20
embrio) atas dasar pengertian (informed jam kemudian. Pada pemantauan keesokan
consent). harinya diharapkan sudah terjadi pembe-
7) Isteri berusia kurang dari 38 tahun.4 lahan sel.
4) Tahap keempat: Pemindahan embrio.
2. Prosedur Bayi Tabung Kalau terjadi fertilisasi sebuah sel telur
Prosedur dari teknik bayi tabung, terdiri dengan sebuah sperma, maka terciptalah
dari beberapa tahapan yaitu:5 hasil pembuahan yang akan membelah
1) Tahap pertama: Pengobatan merangsang menjadi beberapa sel, yang disebut embrio.
indung telur. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina
ke dalam rongga -rahim ibunya 2-3 hari
3
Ibid, hal. 48. kemudian.
4
Ibid, hal. 48.
5
Sudraji Sumapraja et. al. Op.Cit., hal. 47.

68
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

5. Tahap kelima: Pengamatan terjadinya adalah sebagai anak sah. Anak sah
kehamilan. mempunyai hak dan kewajiban yang sama
Setelah implantasi embrio, maka tinggal dengan anak yang dilahirkan secara alami.
menunggu apakah akan kehamilan terjadi.
Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio 2. Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan
tidak terjadi haid, maka dilakukan Melalui Proses Bayi Tabung Yang
pemeriksaan kencing untuk menentukan Menggunakan Sperma Donor
adanya kehamilan. Kehamilan baru Masalah anak sah diatur di dalam Pasal
dipastikan dengan pemeriksaan USG 250 KUH Perdata dan Pasal 42 UU Nomor 1
seminggu kemudian. Tahun 1974. Pasal 250 KUH Perdata
Apabila semua tahapan itu sudah berbunyi: "Tiap-tiap anak yang dilahirkan
dilakukan oleh isteri dan ternyata terjadi atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan,
kehamilan, maka kita hanya menunggu memperoleh si suami sebagai bapaknya".
proses kelahirannya, yang memerlukan Selanjutnya Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun
waktu 9 bulan 10 hari. Pada saat kehamilan 1974 berbunyi "Anak sah adalah anak yang
itu sang isteri tidak diperkenankan untuk dilahirkan dalam atau sebagai akibat
bekerja berat, karena dikhawatirkan terjadi perkawinan yang sah".
keguguran. Apabila kita menggunakan Pasal ini
dalam menentukan status hukum anak
B. KEDUDUKAN HUKUM ANAK YANG yang dilahirkan melalui proses bayi tabung
DILAHIRKAN MELALUI PROSES BAYI yang menggunakan sperma donor, maka
TABUNG jelaslah bahwa anak itu dikatakan sebagai
1. Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan anak sah. Oleh karena dikandung dan
Melalui Proses Bayi Tabung Yang dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang
Menggunakan Sperma Suami sah. $edangkan rasio yang hakiki dari
Bahwa hukum yang mengatur tentang pengertian anak sah, adalah bahwa (1)
bayi tabung di Indonesia belum ada, sperma dan ovum dari pasangan suami-
sedangkan hukum positif yang mengatur isteri, (2) anak itu dilahirkan oleh isteri, (3)
tentang status hukum anak, apakah itu orang tua anak itu terikat dalam
anak sah maupun anak luar kawin diatur di perkawinan yang sah. Tetapi penulis lebih
dalam KUHPerdata dan UU Nomor 1 Tahun menyetujui penerapan Pasal 285 KUH
1974. Perdata dalam menentukan status hukum
Di dalam Pasal 250 KUHPerdata diatur anak yang dilahirkan melalui teknik bayi
tentang pengertian anak sah yakni tiap-tiap tabung yang menggunakan sperma donor,
anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan oleh karena anak itu dibenihkan oleh orang
sepanjang perkawinan, memperoleh si lain, lalu diakui oleh pasangan suami-isteri
suami sebagai bapaknya. Selanjutnya dalam tersebut.
Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974
disebutkan bahwa "Anak sah adalah anak 3. Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat Melalui Proses Bayi Tabung Yang
dari perkawinan yang sah". Pada prinsipnya Menggunakan Surrogate Mother
ketiga pendapat dan pandangan di atas Hukum positif yang mengatur tentang
menyetujui penggunaan teknik bayi tabung surrogate mother secara khusus di
yang menggunakan sperma dan ovum dari Indonesia belum ada, namun apabila kita
pasangan suami-isteri kemudian embrionya menggunakan cara berpikir argumentum a
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri contrario, maka kita dapat menerapkan
dan kedudukan yuridis anak tersebut

69
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

Pasal 1548 KUH Perdata, Pasal 1320 KUH menggunakan sperma suami, adalah
Perdata dan Pasal 1338 KUH Perdata. sebagai anak sah. Oleh karena anak itu
Pasal 1548 KUH Perdata berbunyi: dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari
Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan perkawinan yang sah, walaupun proses
dengan mana pihak yang satu pembuahannya tidak dilakukan secara
mengikatkan dirinya kepada pihak alami. Dan anak jenis ini dapat disamakan
lainnya kenikmatan suatu barang, dengan anak kandung. Anak kandung
selama waktu tertentu dan dengan berhak untuk mendapatkan warisan dari
pembayaran suatu harga, dan pihak orang tua kandungnya, apabila orang
yang tersebut belakangan disanggupi tuanya (pewaris) telah meninggal dunia
pembayarannya. (Pasal 830 BW). Sedangkan bagian yang
harus dikerimanya adalah sama besarnya di
Berdasarkan bunyi Pasal 1548 KUH antara para ahli waris, baik laki-Iaki
Perdata di atas, maka yang dijadikan objek maupun perempuan dan tidak dibedakan
dalam sewa-menyewa, adalah barang yang antara yang lahir terdahulu maupun
dapat memberikan kenikmatan bagi para kemudian (Pasal 852 BW).
pihak selama waktu tertentu dan dengan Menurut hukum Adat bahwa anak yang
pembayaran suatu harga. Tetapi kini dilahirkan melalui proses bayi tabung yang
muncul suatu pertanyaan, apakah rahim menggunakan sperma suami dan ovum dari
seorang wanita dapat dianggap sebagai isteri, kemudian embrionya
barang atau tidak? Di dalam Pasal 1320 ditransplantasikan ke dalam rahim isteri
KUH Perdata telah diatur tentang syarat- dapat disamakan dengan anak kandung.
syarat sahnya perjanjian. Bila syarat-syarat Sebab anak itu lahir dari hubungan
pertama dan kedua (subyektif) tidak terpe- perkawinan menurut adat dan agama. Di
nuhi, maka perjanjiannya dapat dimintakan dalam masyarakat yang menganut sistem
pembatatannya kepada pengadilan patrilineal, seperti yang berlaku di
(vernietigbaar), sedangkan kalau syarat Lampung, Batak, Nias, Buru, Seram, Nusa
ketiga dan keempat tidak dipenuhi maka Tenggara dan Irian Jaya yang berhak untuk
perjanjiannya batal demi hukum (null and mewaris hanyalah anak laki-laki, terutama
void). yang sudah dewasa dan sudah berkeluarga,
sedangkan anak perempuan tidak sebagai
C. KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN ahli waris, tetapi dapat sebagai penerima
MELALUI PROSES BAYI TABUNG DALAM bagian harta warisan untuk di bawa ke
HUKUM WARIS dalam perkawinannya mengikuti suami.
Sedangkan di dalam masyarakat yang
Di atas telah dikemukakan tentang
menganut sistem matrilineal, seperti yang
kedudukan hukum anak yang dilahirkan
berlaku di Minangkabau, maka yang berhak
melalui proses bayi tabung yang
untuk mewaris adalah anak wanitanya.
menggunakan sperma suami, sperma donor
Menurut sistem bilateral, bahwa yang
dan surrogate mother, maka berikut ini
berhak untuk mewaris adalah anak laki-laki
dikemukakan kedudukan anak tersebut
dan anak perempuan. Bagian antara laki-
dalam hukum waris perdata dan hukum
laki dan perempuan pada dasarnya adalah
Adat.
sama. Ini tak berarti bahwa tiap-tiap anak
1. Kedudukan Anak yang Dilahirkan Melalui
mempunyai hak yang sama menurut jumlah
Proses Bayi Tabung Yang Menggunakan
angka, tetapi bagian ini berdasarkan
Sperma Suami Dalam Hukum Waris
Kedudukan hukum anak yang dilahirkan
melalui proses bayi tabung yang

70
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

kepatutan dan kebutuhan. Kepatutan ini


diakui apakah ia laki-laki atau perempuan.6 Apabila anak sah melalui pengakuan
meninggal dunia lebih dahulu, maka
2. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui warisannya ditentukan bagiannya sebagai
Proses Bayi Tabung Yang Menggunakan berikut:
Sperma Donor Dalam Hukum Waris a. Tidak meninggalkan keturunan, maupun
Kedudukan yuridis anak yang dilahirkan suami atau isteri, maka yang berhak
melalui proses bayi tabung yang untuk menerima warisan adalah bapak
menggunakan sperma donor dan ovum dari atau ibu yang mengakuinya, dan masing-
isteri kemudian embrionya masing Ynendapat setengah (1/2) bagian
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri (Pasal 870 BW).
dapat dikualifikasi kepada 2 (dua) jenis b. Tidak rneninggalkan ketuiunan, suami
anak, yaitu: (1) anak sah melalui pengakuan atau isteri dan orang tuanya telah
apabila penggunaan sperma donor itu meninggal lebih dahulu, maka warisan
mendapat izin dari suami, dan (2) bahwa itu kembali kepada keturunan yang sah
anak itu sebagai anak zina, apabila dari bapak atau ibu yang mengakuinya
penggunaan sperma donor itu tanpa izin (Pasal 871 BW).8
dari suami. 3. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui
Anak sah melalui pengakuan berhak Proses Bayi Tabung Yang Menggunakan
untuk mendapatkan warisan dari orang tua Cara Surrogate Mother dalam Hukum
yang mengakuinya. Sedangkan bagian yang Waris
harus diterimanya ditentukan sebagai Menurut konsepsi BW bahwa
berikut: kedudukan hukum anak yang dilahirkan
a. Pewaris meninggalkan keturunan yang melalui proses bayi tabung yang
sah, seorang suami atau isteri, maka menggunakan sperma dan ovum dari
bagian anak yang diakui tersebut adalah pasangan suami-isteri kemudian embrionya
1/3 (Pasal 863 BW). ditransplantasikan ke dalam rahim
b. Pewaris tidak meninggalkan keturunan surrogate mother dikualifikasi sebagai anak
maupun suami atau isteri, akan tetapi angkat. Dan anak angkat ini menggantikan
meninggalkan: keluarga sedarah dalam kedudukan anak kandung. Anak angkat itu
garis ke atas, saudara laki-laki dan berhak untuk mendapatkan warisan dari
perempuan atau keturunan mereka, orang tua angkat, dan bagian yang harus
maka anak sah melalui pengakuan diterimanya sama dengan bagian anak
mewaris 1/2 dari warisan (Pasal 863 kandung. Bagian antara anak laki-laki dan
BW). anak perempuan sama besarnya. Pada
c. Jika hanya ada sanak saudara dalam dasarnya anak yang dilahirkan melalui
sederajat yang lebih jauh, maka seluruh proses bayi tabung yang menggunakan
anak sah melalui pengakuan mendapat surrogate mother tidak dikenal dalam
3/4 bagian (Pasal 863 BW). hukum Adat, tetapi yang ada kesamaan
d. Jika pewaris tak meninggalkan ahli waris dengan itu adalah anak titipan dan anak
yang sah, maka anak sah melalui kapatita.
pengakuan mendapat bagian seluruh Anak titipan adalah anak yang
warisan (Pasal 865 BW).7 diserahkan oleh orang lain untuk dipelihara
sehingga orang yang merasa dititipi
6 berkewajiban untuk memelihara anak itu,
S. Tamakiran, Asas-asas Hukum Waris Menurut
Tiga Sistem Hukum, Pioner Jaya, Bandung, 1987, hal. biasanya dilakukan dalam bubungan
71.
7 8
Pasal 863 dan 865 KUHPerdata Pasal 870 dan 871 KUHPerdata

71
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

kekerabatan.9 Anak titipan irii mempunyai


perbedaan dan persamaan dengan anak PENUTUP
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung A. KESIMPULAN
yang menggunakan surrogate mother. 1. Jenis bayi tabung yang dikembangkan di
Perbedaannya, adalah bahwa anak titipan Indonesia adalah jenis bayi tabung yang
yang dikenal dalam hukum adat bahwa menggunakan sperma dan ovum
anak yang dititipkan itu murni anak berasal dari pasangan suami isteri
kandung dari yang menitipkan tersebut, kemudian embrionya ditransplantasikan
dan orang tua yang dititipi hanya dalam rahim isteri.
berkewajiban untuk memelihara dan 2. Persoalan lain yang muncul berkaitan
membesarkan anak itu. Sedangkan anak dengan adanya teknik bayi tabung
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung (fertilisasi in vitro), adalah fenomena
yang menggunakan surrogate mother, ibu (surrogate mother) atau sering
adalah bahwa yang dititipkan oleh orang disebut dengan rahim sewaan, di mana
tua biologis pada surrogate mother adalah sperma dan ovum dari pasangan suami-
berupa embrio, yaitu sperma dan ovum isteri yang diproses dalam tabung, lalu
dari suami-isteri. Dan belum menjadi dimasukkan ke dalam rahim orang lain,
manusia yang utuh. Sedangkan surrogate dan bukan ke dalam rahim isteri.
mother hanya berkewajiban untuk 3. Menurut hukum bahwa anak yang
mengandung dan melahirkan saja. dilahirkan melalui proses bayi tabung
Persamaannya, adalah bahwa orang yang menggunakan sperma suami dan
yang memelihara dan membesarkan anak ovum dari isteri, kemudian embrionya
titipan dan surrogate mother adalah berhak ditransplantasikan ke dalam rahim isteri
untuk mendapatkan upah dari orang tua dapat disamakan dengan anak kandung,
yang menitipkan anak tersebut. Oleh dengan demikian ia berhak untuk
karena orang tua yang dititipi hanya mendapatkan warisan dari orang
berkewajiban untuk rnemelihara dan tuanya (pewaris).
membesarkan anak tersebut, maka dengan
sendirinya anak tersebut mendapatkan B. SARAN
warisan dari orang tua yang menitipkannya Ternyata program bayi tabung ini
(orang tua biologis). Sedangkan anak mampu memberikan kebahagiaan bagi
kapitita yang dikenal dalam masyarakat pasangan suami-isteri yang telah hidup
Bali, adalah seorang anak yang disebabkan bertahun-tahun dalam ikatan perkawinan
karena hubungan badani antara isteri yang sah. Program ini semakin lama
saudara laki-laki tertua dengan adik laki- semakin disenangi oleh pasangan suami-
lakinya dan adik laki-laki berhubungan isteri yang mandul untuk mendapatkan
dengan isteri kakaknya (Pasal 58 M. Dhs.). keturunan. Namun di balik kebahagiaan itu
Anak jenis ini tidak mendapatkan ternyata program bayi tabung
warisan dari pewaris (Pasal 207 Buku IX M. menimbulkan persoalan di bidang hukum,
Dhs.) Hal ini disebabkan dalam masyarakat sebab undang-undang yang mengatur
Bali yang berhak untuk mewaris adalah tentang bayi tabung di Indonesia belum
anak aurasa, tetapi kepada anak yang lain ada. Untuk itu disarankan agar Pemerintah
diberikan jaminan hidup atas harta warisan segera merealisasikan Undang-Undang
dari orang tuanya (Pasal 163 Buku IX M. Khusus yang mengatur tentang Bayi Tabung
Dhs). dan segala aspek hukumnya, atau dengan
jalan mengakomidir dalam Kitab Undang-
9
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat,
Alumni, Bandung, 1989, hal. 151.

72
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

Undang Hukum Perdata Yang Baru, atau Gandasubrata, Purwoto S., Perkembangan
Undang-Undang Perkawinan Yang Baru. Teknologi Reproduksi Baru dan Implikasi
Hukumnya, Makalah disampaikan pada
DAFTAR PUSTAKA Seminar Sehari "Perkembangan
Alisjahbana, Sutan Takdir., Langit Indoneia Reproduksi Baru dan Implikasi
Makin Rendah, dalam Waluyo dan Kons Hukumnya", ISWI, Jakarta, 20 September
Kleden, Dialog: Indonesia Kini dan Esok, 1989.
Buku Pertama, Lembaga Penunjang Gay, Peter., Abad Pertengahan, Editor
Pembangunan Nasional (LEPPENAS), Pustaka Time-life, Tira Pustaka, Jakarta,
Jakarta, 1982. 1976.
Ameln, Fred., Kewajiban-kewajiban dan Guwandi, J., Bayi Tabung Perlu Batas
Hak-hak Dokter Maupun Pasien, Pro Hukum, Kompas, 25 September 1989.
Justida F.H. UNPAR, Tahun VI, Nomor 3, Hadikusuma, Hilman., Hukum Perkawinan
Juli, 1988. Adat, Alumni, Bandung, 1989.
---------., Aspek Etis-Yuridis Bayi Tabung dan Herbert, Mc. Closky dan John Zaller, Ethos
Bentuk-bentuk Lain Dari Prokreasi, Amerika Sikap Masyarakat Terhadap
Makalah pada Pertemuan Ilmiah PER- Kapitalisme dan Demokrasi Sebuah
HUKI, Jakarta, 28 November 1988. Laporan Twentieth Century,
Bangun, Trida., Adat dan Upacara diterjemahkan oleh J.F.R. Sardjono,
Perkawinan Masyarakat Batak Karo, Gadjah Mada University Press,
Kasaint Blanc, Jakarta, 1986. Yogyakarta, 1988.
Bernardin, DD., Card. Joseph, Ilmu Jacob, T., Peranan Filsafat dalam Abad Ilmu
Pengetahuan dan Penciptaan Hidup, Pegetahuan dan Teknologi Maju,
diterjemahkan oleh Robert H. Imam dari Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta,
Health Progress, July-August 1987. 1989.
Bone, Edouard., Bioteknologi dan Bioetika, Jones, Howard W., Ethical Issues in Vitro
Kanisius, Yogyakarta, 1988. Fertilization, Edited Charlotte Schrader,
Carm, Piet Go O., Soal Moral 'Bayi Tabung' Ph. D., In Vitro Fertilization Norfolk,
Menurut Gereja Katolik, Analekta Waverly Press Inc., USA, 1986.
Keuskupan Malang, Th. VI, Nomor 3, Juli, Kantor Penerangan Australia, Australia
1988. Buku Pedoman 1983, Penerjemah Drs,
Dronikov, Agnes., Surrogate Grandmother Djoko, PT. Intermasa, Jakarta, 1983.
Causes Moral Controversy, The Jakarta Leenen, H.J.J., Health Law, Health
Post, Friday, May 22, 1987. Legislation and Society, Tim Pengkajian
Dunne, Van., Hukum Perjanjian, Hukum Kesehatan, BPHN, Jakarta, 1986.
diterjemahkan oleh Sudikno Mertokusumo, Sudikno., Bayi Tabung
Mertokusumo, Dewan Kerja Sama Ilmu Ditinjau Dari Hukum, Makalah pada
Hukum Belanda dengan Indonesia Seminar Bayi Tabung, FK-UGM,
Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta, Yogyakarta, 1990.
1987. Naisbitt, John and Patricia Aburdene,
Fletcher, John C., Reproductive Megatrends 2000, Alih bahasa Drs. FX
Technologies, Edited by James F. Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta,
Childress and John Macquarrie, S.C.S.M., 1990.
A New Dictionary of Christian Ethics, Shidiqi, T.M. Hasbi as-., Kumpulan Soal-
Fress Ltd., 1986. Jawab Hukum Waris Islam, Panji Mas,
Friedman, Lawrence M., American Law, Jakarta, 1984.
W.W. Norton and co., New York 1984.

73
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

Siregar, Bismar., Bayi Tabung Ditinjau dari


Aspek Hukum Pancasila, Makalah pada
Simposium tentang: "Eksistensi Bayi
Tabung Ditinjau dari Aspek Medis,
Hukum, Agama, Sosiologi dan Budaya,
F.H. UNISRI,.Surakarta tanggal 2
Desember 1989.
Steptce, P.C. dan R.G. Edwards, Birth After
Reimplantation of Human Embryo, The
Lancet, Vol. II For 1978, August 12, 1978.
Sumapraja, Sudraji. et.al (Eds.), Penuntun
Pasutri Program Melati, Program Melati
RSAB "Harapan Kita" Jakarta, Jakarta,
1990.
-----------., Perkembangan Teknologi
Reproduksi, Makalah pada Seminar
Sehari Perkembangan Reproduksi Baru
dan Implikasi Hukumnya, ISWI; Jakarta,
20 Agustus 1989.
Tamakiran, S., Asas-asas Hukum Waris
Menurut Tiga Sistem Hukum, Pioner
Jaya, Bandung, 1987.
Toffler, Alvin., Kejutan dan Gelombang, Alih
bahasa Dra. Sri Koesdiyantinah SB.,
Pantja Simpati, Jakarta, 1987.

74

Anda mungkin juga menyukai