Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL 2

KEPERAWATAN AJAL & PALIATIF


“TUMOR OTAK”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. Monaliza Kasumadewi 21119113
2. Muhamad Rahmadi 21119114
3. Nia Rehma Lemna Depari 21119115
4. Novi Lestari 21119116
5. Nurul Aini 21119117
6. Putri Nuraulia 21119118
7. Rahmaisa Lubis 21119119
8. Redy Novrian Utama 21119120
9. Reni Apriyanti 21119121
10. Restia Nora Susteny 21119122
11. Rikek Ridhola 21119123

Dosen Pemimbing : Dewi Pujiana,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021
Ketua : Rikek Ridhola
Sekretaris : Putri Naraulia

SKENARIO KASUS
Seorang wanita berusia 46 tahun dilarikan ke RS Sriwijaya dengan
kondisi tidak sadarkan diri disertai kejang. Sebelumnya pasien mangalami nyeri
kepala yang hebat pada pagi hari disertai mual dan muntah, kondisi ini akan
membaik di siang hari. pasien memiliki riwayat tumor otak ganas. Hasil
pemeriksaan tanpak tekanan intrakranial meningkat dan terjadi papiledema.
Pasien terlihat hemiparesis, aphasia, visual-feld deficits, ekstremitas kaku. Hasil
pemeriksaan ct-scan tampak sudah bermetastase ke berbagai kubah cranial
meliputi cerebrum, kelenjar pituitari, bahkan terjadi residual jaringan embrionik
dan menginfiltrasi jaringan otak.. Dokter merekomendasikan untuk melakukan
perawatan paliatif, karena sudah tidak dapat dilakukan pengobatan lagi dan angka
harapan hidup pasien sangat kecil. Keluarga pasien menangis dan khawatir
terhadap kondisi pasien. Ibu pasien mengatakan apabila ia menjaga pola makan
dengan baik pasti penyakit tersebut tidak akan muncul kembali dan makin
memburuk seperti ini. Pasien saat ini menjalani homecare di rumah.

THE SEVEN JUMPS METHOD


A. STEP 1 : Clarify Unfamillar Terms(Mengklarifikasi Istilah Atau
Identifikasi Kata- Kata Sulit.)
1. Aphasia(Restia Nora Susteny)
 Aphasia adalah suatu gangguan bahasa yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi.(Monaliza
Kasumadewi)
2. Visual-Feld(Muhamad Rahmadi)
 Visual Field adalah kelainan pada penglihatan.(Nurul Aini)
3. Hemiparesis(Rikek Ridhola)
 hemiparesis adalah kelemahan kondisi satu sisi tubuh.(Rahmaisa
Lubis)
B. STEP II : Define The Problems(Merumuskan dan Mendefinisikan
Masalah/Membuat Pertanyaan)
1. Apa yang menyebabkan tumor otak ganas pasien kembali aktif?(Reni
Apriyanti)
2. Apa penyebab terjadinya hemiparesis pada kasus tersebut?(Restia Nora
Susteny)
3. Dari kasus tersebut dijelaskan bahwa dokter merekomendasikan untuk
melakukan perawatan paliatif, karena sudah tidak dapat dilakukan
pengobatan lagi dan angka harapan hidup pasien sangat kecil, jelaskan
bagaimana cara perawat menyapaikan berita buruk tersebut kepada
pasien?(Rikek Ridhola)
4. Bagaimana cara mengobati hemiparesis?(Novi lestari)
5. Apa yang menyebabkan tekanan intrakranial meningkat dan terjadi
papiledema.? (Redy Novrian Utama)
6. Bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup pada pasien
paliatif?(Monaliza Kasumadewi)
7. Bagaimana cara mengurangi nyeri kepala yang hebat pada pagi hari
disertai mual dan muntah pada pasien yang memiliki riwayat tumor otak
ganas?(Muhamad Rahmadi)
8. Bagaimana peran perawat dalam perawatan paliatif pada kasus
tersebut?(Rahmaisa Lubis)
9. Apakah tanda gejala pasien yg terkena tumor otak ganas ?(Putri
Nuraulia)
10. Apa penyebab terjaidnya peningkatan leukosit pada kasus diatas(Nia
Rehma Lemna Depari)
11. Perawatan paliatif apa yang akan diberikan pada pasien tumor
otak?(Nurul Aini)

C. STEP III : Brainstorm Possible Hypothesis(Menjawab Pertanyaan


Sementara )
1. Kemungkinan nya adalah tumor yang diderita sudah stadium lebih tinggi
dan sudah menyebar kejaringan lain karna itu meski sudah melakukan
pengobatan dan dinyatakan sembuh tumor otak bisa kembali lagi(Nia
Rehma Lemna Depari)

2. Hemiparesis adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh, dari kepala
hingga kaki, mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan. Kondisi
ini umumnya dialami oleh penderita stroke dan harus segera ditangani
karena bisa menyebabkan kelemahan permanen dan kelumpuhan.
Hemiparesis dialami oleh 8 dari 10 orang yang menderita stroke. Kondisi
ini dapat membuat penderitanya kesulitan untuk melakukan banyak hal,
termasuk berdiri, berjalan, bahkan menelan. Oleh karena itu, hemiparesis
perlu ditangani secara menyeluruh, sehingga kualitas hidup penderitanya
bisa membaik.(Rikek Ridhola)

3. Menyampaikan berita Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas,


jujur, sensitif dan penuh empati. Hindari penyampaikan seluruh
informasi dalam satu kesempatan. Sampaikan informasi, kemudian
berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami.(Redy
Novrian Utama)

4. Mengatasi masalah hemiparesis harus dilakukan berdasarkan


penyebabnya. Setelah penyebab utamanya teratasi baru dapat dilakukan
terapi rehabilitasi atau fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan
gerak otot pasien. Bagian ilmu kedokteran yang berperan dalam hal ini
adalah rehabilitasi medik.
Kemampuan gerak otot yang dilatih dalam terapi rehabilitasi meliputi
kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Kemampuan
motorik kasar dapat berupa latihan ketahanan, kekuatan dan pergerakan
otot secara umum. Sedangkan pada kemampuan motorik halus, pasien
dilatih untuk melakukan aktivitas sehari-hari walaupun terbatas, seperti
membuka dan memakai baju, menulis, makan, serta memegang benda
tertentu.( Rahmaisa Lubis)
5. Peningkatan volume intraserebral dari lesi massa dapat menyebabkan
tekananintrakranial meningkat yang menyebabkan papilledema, namun
mekanisme kompensasidapat menghalangi pengembangan papilledema
dalam kasus kronis. Dalam satu seri, papilledema hanya ditemukan pada
28% pasien berusia 0-90 tahun dengan riwayat tumorotak yang datang ke
bagian gawat darurat, namun kepekaan dan keandalan pendeteksian
papilledema dalam keadaan ini mungkin rendah. Sebaliknya, beberapa
seri neurosurgicalyang lebih besar menemukan papilledema hingga 60-
80% pada pasien dengan tumorserebra(Muhamad Rahmadi)

6. Cara meningkatkan kualitas hidup pada pasien paliatif yaitu dengan


memaksimalkan perawatan paliatif, kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan
memperhatikan aspek emosional, psikososial, dan ekonomis, serta
spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas hidup
seorang pasien sebelum datangnya ajal. Misalnya dengan terapi-terapi
paliatif yg bertujuan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri serta
mengurangi penderitaan yang pasien rasakan. Dan juga fokus perawatan
paliatif memastikan agar pasien dapat hidup senyaman mungkin sesuai
keinginan mereka.(Nurul Aini)

7. A.Perubahan gaya hidup dengan meminimalkan stres, setop merokok,


dan hindari makanan pemicu seperti cokelat dan alkohol
B.Minta rekomendasi dokter untuk obat pereda rasa sakit yang paling pas
untuk menghilangkan sakit kepala dan mual
C.Ringankan gejala sakit kepala dan mual dengan pijat, akupuntur,
meditasi, dan kompres es di bagian belakang kepala.(Novi Lestari)

8. Peran perawat dalam perawatan paliatif pada kasus tersebut adalah


untuk membantu mengontrol gejala yang timbul,meningkatkan kualitas
hidup bagi pasien,menghindari pelakuan sia - sia dan memberikan
dukungan psikologis untuk pasien dan keluarga mereka. ?(Putri
Nuraulia)

9. Beberapa gejala awal tumor otak yang perlu diwaspadai:


1. Sakit kepala
2. Kejang
3. Perubahan suasana hati
4. Mudah lupa dan sering bingung
5. Gampang lelah
6. Mual dan muntah
7. Kesemutan dan mati rasa(Reni Apriyanti)

10. Penyebab leukosit tinggi adalah :


1) Reaksi obat yang menambah produksi sel darah putih.
2) Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
3) Kelainan sistem Reaksi obat yang menambah produksi sel darah
putih.
4) Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
5) Kelainan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan produksi sel
darah putih.kekebalan tubuh yang meningkatkan produksi sel
darah putih.

11. Perawatan paliatif yang akan diberikan pada pasien tumor/kanker otak
yaitu:Prosedur yang dilakukan selama perawatan paliatif adalah:
Mengatasi gangguan fisik, seperti nyeri, susah tidur. Kemudian
mengatasi gangguan emosi dan sosial, seperti merasa takut, marah, sedih,
emosi tidak terkontrol, dan depresi.
Berikut ini beberapa jenis perawatan paliatif yang bisa dijalani pasien
penyakit tumor/kanker:
1. Terapi spiritual
2. Terapi humor
3. Terapi aurasoma
4. Terapi musik
5. Terapi seni
6. Terapi hipnoterapi kognitif. (Monaliza Kasumadewi)

D. STEP IV : Inventory And Analyse The Problems(Pathway/Pohon


Masalah)

E. STEP V : Learning Objective(Merumuskan Tujuan Pembelajaran)


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui perawatan paliatif pada
pasien tumor otak. (Nurul Aini)
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofisiologi pada tumor
otak. (Monaliza Kasumadewi)
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara mencegah tumor
otak.(Novi lestari)
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada tumor otak. (Restia Nora Susteny)
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami gejala Tumor
Otak.(Rikek Ridhola)
6. Mahasiswa mampu memahmi dan menjelaskan definisi dari tumor
otak.(Nia Rehma Lemna Depari)
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan perawatan
paliatif pada tumor otak. (Rahmaisa Lubis)
8. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis tumor otak ganas(Redy
Novrian utama)
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan terapi komplementer
yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual muntah pasien tumor otak
ganas. (Muhamad Rahmadi)
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab tumor otak?
(Reni Apriyanti )
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis tumor
otak.(Putri Nuraulia)

F. STEP VI : Belajar Mandiri

G. STEP VII : Reporting Phase:Synthesize And Acquired


Information(Mensintesis&Menguji Informasi Yang Diperoleh)
1. Fokus perawatan paliatif, memastikan agar pasien dapat hidup senyaman
mungkin sesuai keinginan mereka. Nyeri kepala pada tumor otak lebih
sering bersifat mirip nyeri kepala primer daripada sekunder sehingga
tetap diperlukan terapi konvensional untuk nyeri kepala. Terapi medis
dengan analgesik dan opioid sering digunakan. Pada kasus dengan
keganasan otak yang sangat agresif, kontrol nyeri yang adekuat
merupakan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kontrol hidrosefalus dengan pemantauan tekanan intrakranial dan VP-
shunt, serta manajemen edema serebral merupakan strategi terapi awal
sebelum kemoterapi, radioterapi, atau terapi bedah. Terapi kortikosteroid
untuk edema serebral dapat menghasilkan perbaikan sementara nyeri
kepala. Pada pasien dengan metastasis serebral, radiasi seluruh otak dapat
memperbaiki gejala nyeri kepala dan mengurangi penggunaan
kortikosteroid. Bedah reseksi atau stereotactic radiosurgery bagi pasien
dengan beberapa metastasis juga dapat sebagai pilihan untuk kontrol
nyeri kepala. (Nurul Aini)

2. Patofisiologi Tumor Otak:


Jaringan yang menutupi tengkorak, seperti periosteum, otot, pembuluh
darah, kulit jaringan subkutan; mata, sinus paranasal telinga, dan rongga
hidung; sinus vena dural; piamater, araknoid dan duramater; saraf
trigeminal, glossofaringeal, vagus, dan saraf servikal (C1-C3) sensitif
terhadap stimulasi mekanik, tetapi parenkim otak tidak sensitif terhadap
rasa sakit karena tidak memiliki reseptor rasa sakit.
Adanya pergeseran akibat efek massa/desak ruang dan terjadi traksi pada
struktur intrakranial yang sensitif nyeri adalah penyebab nyeri kepala
terkait tumor otak. Peningkatan tekanan intrakranial mengakibatkan
traksi karena edema tumor otak, ekspansi tumor, dan perdarahan.
Peningkatan tekanan intrakranial seperti pergeseran garis tengah, edema
papil, dan edema peritumoral biasanya dikaitkan dengan nyeri kepala
difus yang kurang terlokalisir dengan baik.
Tingkat pertumbuhan tumor otak dapat mempengaruhi karakteristik nyeri
kepala. Tumor yang tumbuh lambat dapat beradaptasi terhadap efek
massa, hingga di kemudian hari nyeri kepala bertambah sesuai proses
perjalanan penyakit. Di sisi lain, tumor yang tumbuh cepat tidak
memungkinkan adaptasi sehingga dapat menyebabkan rasa sakit yang
hebat dan tajam.
Lokasi tumor otak merupakan penyebab variasi terjadinya nyeri kepala.
Tumor otak yang berada di garis tengah, intraventrikular, dan fossa
posterior umumnya diketahui menyebabkan nyeri kepala karena
obstruksi aliran CSS. Telah diketahui bahwa saraf kranial dan akar saraf
servikal merupakan struktur peka nyeri, namun kompresi saraf saja
jarang menyebabkan nyeri kepala tumor otak. Ketika terjadi kompresi
saraf servikal akibat tumor otak, maka nyeri yang muncul dapat
merupakan gejala dari nyeri miofasial dan nyeri otot akibat kompresi
saraf, serta mungkin dapat dibangkitkan oleh tekanan eksternal atau
gerakan leher.Pada pasien glioma tingkat tinggi yang diobati dengan
radiasi dan kemoterapi temozolamide menyebabkan peningkatan edema
dan peningkatan kontras segera setelah terapi, sehingga dapat
memperburuk gejala dan mengakibatkan nyeri kepala sekitar 25% pasien.
Pengobatan dengan kortikosteroid dan agen anti nausea seperti
ondansetron dan anti-VEGF (bevacizumab) juga diketahui menyebabkan
nyeri kepala. Agen lain juga telah terlibat termasuk thalidomide,
etoposide, imatinib, hydroxyurea, cisplatin, metotreksat, carboplatin,
gemcitabine, capecitabine, carmustine, dan cediranib. Metotreksat
intratekal dan cytosine arabinoside telah terbukti menyebabkan
meningitis aseptik yang dapat menyebabkan sakit kepala. Bromocriptine
digunakan untuk mengobati prolaktinoma telah terbukti menyebabkan
sakit kepala sekitar 18%. Selective serotonin receptor antagonists dapat
menyebabkan sakit kepala 14-39% pada pasien yang dirawat. (Monaliza
Kasumadewi)

3. Tindakan pencegahan lain selain deteksi dini melalui MRI adalah dengan
tidak membiarkan stres berat yang menyerang secara terus-menerus.
Apabila kamu mengalami stres, ada baiknya menyempatkan waktu
beristirahat, dan refreshing untuk mengurangi dan menghilangkan stres.
Pencegahan tumor otak pun sangat penting dilakukan dengan membatasi
radiasi langsung yang berlebihan pada tubuh. Misalnya dengan
menggunakan handsfree saat sering menggunakan telepon seluler dalam
waktu lama.
Kamu pun disarankan untuk menerapkan pola makan sehat dengan gizi
seimbang. Misalnya dengan mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran,
dan biji-bijian. Ditambah membatasi diri mengonsumsi lemak. Selain itu,
diet makanan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi
makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan dengan nitrit, maupun zat
kimiawi buatan, termasuk menghindari rokok dan konsumsi alkohol.
Memeriksakan kesehatan secara teratur pun sangat penting untuk
dilakukan. Apalagi jika ada riwayat keluarga yang mengidap kanker otak
sebelumnya. Jangan juga mengonsumsi obat-obatan tertentu sebelum
mendapat rujukan dokter. Kesalahan penggunaan obat dapat merangsang
perkembangan sel kanker. Melakukan olahraga secara teratur dengan
porsi yang cukup pun penting untuk dilakukan.(Novi lestari)

4. Pemeriksaan penunjang pada tumor otak:


1. Pemeriksaan Laboratorium
Terutama untuk melihat keadaan umum pasien dan kesiapannya untuk
terapi yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun kemoterapi), yaitu:
 Darah lengkap
 Hemostasis
 LDH
 Fungsi hati, ginjal, gula darah
 Serologi hepatitis B dan C
 Elektrolit lengkap
 Pemeriksaan radiologis
 CT Scan dengan kontras
 MRI dengan kontras, MRS, DWI
 PET CT (atas indikasi)
2. Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan
kontras. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal
penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi, lesi
erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat gambaran
jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor
infratentorial, namun mempu-nyai keterbatasan dalam hal menilai
kalsifikasi.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytome-try untuk
menegakkan diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau kecurigaan
metastasis leptomeningeal atau penyebaran kraniospinal, seperti
ependimoma.( Restia Nora Susteny)

5. Gejala Tumor Otak,Nyeri kepala pada gejala tumor bersifat tidak


spesifik, bisa menyerupai nyeri kepala primer tetapi memiliki perjalanan
klinis tumor di kepala. Kelainan pada pencitraan magnetic resonance
imaging (MRI) ditemukan sebanyak 14,1% kasus nyeri kepala dengan
tumor kepala, dengan gejala mirip nyeri kepala tipe tegang (1,4%) dan
mirip nyeri kepala migrain (0,6%).Istilah nyeri kepala sekunder bilamana
didapatkan patologi yang mendasarinya seperti tumor intrakranial,
infeksi, ruptur aneurisma, atau giant cell arteritis. Nyeri kepala sekunder
jauh lebih jarang daripada nyeri kepala primer.
Nyeri kepala pada tumor otak biasanya muncul dengan tanda-tanda dan
gejala neurologis seperti kejang, mual/muntah, perubahan kepribadian,
papiledema, penglihatan kabur, dan defisit neurologis fokal lainnya.
Perubahan karakter nyeri kepala, gejala nyeri kepala baru, atau gejala
memberatnya intensitas maupun frekuensi nyeri kepala harus dipikirkan
kemungkinan adanya penyebab tumor otak.(Rikek Ridhola)

6. Tumor intrakranial merupakan massa jaringan abnormal tempat sel


tumbuh dan berlipat ganda tanpa terkendali, tampaknya tidak terkendali
oleh mekanisme yang mengendalikan sel normal yang terjadi di dalam
tempurung kepala. Tumor intrakranial dibedakan menjadi tumor primer
dan sekunder (metastasis). Secara epidemiologi, tumor intrakranial
metastasis lebih banyak insidensinya dibanding tumor intrakranial
primer. Tumor intrakranial primer meliputi meningioma,
astrositoma,emepndimoma, schwanoma, dan lainnya.(Nia Rehma Lemna
Depari)

7. Tujuan perawatan paliatif pada pasien tumor otak adalah untuk


membantu mengontrol gejala yang timbul,meningkatkan kualitas hidup
bagi pasien,menghindari pelakuan sia-sia dan memberikan dukungan
psikologis untuk pasien dan keluarga mereka. Namun, waktu terbaik dari
program intervensi tersebut masih didiskusikan. Biasanya pasien tumor
otak seperti pasien kanker lainnya dirujuk ke pelayanan perawatan
paliatif pada stadium akhir penyakitnya. Studi terbaru menunjukan
bahwa layanan perawatan paliatif harus disediakan sebelumnya dalam
perjalanan penyakit sehingga akan memiliki efek berarti pada kualitas
hidup pasien dan pada tahapan perawatan selanjutnya.(Rahmaisa Lubis)

8. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul pada pasien dengan tumor otak
tergantung dari lokasi dan tingkat pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala
yang sering ditemukan adalah peningkatan tekanan intrakranial (sakit
kepala hebat disertai muntah proyektil), defisit neurologis yang progresif,
kejang, penurunan fungsi kognitif. Pada glioma derajat rendah gejala
yang biasa ditemui adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih
sering menimbulkan gejala defisit neurologis progresif dan tekanan
intrakranial meningkat.(Redy Novrian Utama)

9. Terapi komplementer untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien


tumor otak ganas yaitu terapi Akupresur merupakan salah satu terapi
komplementer pada pasien yang mengalami mual muntah akut akibat
kemoterapi. Akupresur secara signifikan dapat menurunkan mual muntah
akut akibat kemoterapi pada pasien kankeryang dilakukan akupresur
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Akupresur direkomendasikan
dapat diterapkan sebagai bagian dari intervensi keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami mual
muntah akut akibat kemoterapi.(Muhamad Rahmadi)

10. Tumor otak merupakan penyebab yang ditakuti oleh pasien dengan
keluhan nyeri kepala, meskipun tumor otak cukup jarang menjadi
penyebab nyeri kepala.8,9 Prevalensi nyeri kepala pada pasien tumor
otak berkisar antara 32,2% hingga 71%, dengan prevalensi tumor otak
primer dan metastasis yang menyebabkan nyeri kepala adalah sama.
Namun ada laporan yang kontroversial dari pasien dengan tumor
intrakranial ukuran besar dengan peningkatan tekanan intrakranial tanpa
disertai gejala nyeri kepala. Nyeri kepala pada tumor otak biasanya
muncul dengan tanda-tanda dan gejala neurologis seperti kejang,
mual/muntah, perubahan kepribadian, papiledema, penglihatan kabur,
dan defisit neurologis fokal lainnya. Perubahan karakter nyeri kepala,
gejala nyeri kepala baru, atau gejala memberatnya intensitas maupun
frekuensi nyeri kepala harus dipikirkan kemungkinan adanya penyebab
tumor otak.
Metastasis tumor ke dasar tengkorak dapat menimbulkan sindrom klinis
yang berbeda terkait dengan lokasinya adalah sebagai berikut:
 Orbital: nyeri kepala supraorbital unilateral yang tumpul,
diplopia, ptosis, penurunan sensibilitas pada distribusi
saraftrigeminal.
 Parasellar: nyeri kepala frontal unilateral, penurunan sensibilitas
pada distribusi saraf trigeminal cabang 1, diplopia, dan paresis
 Kondilus oksipital: nyeri oksipital unilateral yang hebat,
memburuk dengan fleksi leher
 Foramen jugularis: nyeri retroaurikular unilateral, kelumpuhan
saraf kranial IX hingga XI,suara serak, dan disfagia
 Gasserian ganglion syndrome: nyeri tipe neuropatik di dahi, pipi
atau rahang, serta penurunan sensibilitas pada distribusi saraf
trigeminal cabang 2 atau 3.(Reni Apriyanti).

11. Jenis-jenis tumor otak


1) Meningioma adalah jenis tumor otak yang terjadi di meninges,
yaitu lapisan jaringan yang mengelilingi bagian luar otak dan
sumsum tulang belakang.
2) Adenoma pituitari atau tumor hipofisis adalah jenis tumor otak
yang tumbuh pada kelenjar pituitari, yaitu kelenjar yang
mengontrol berbagai fungsi tubuh serta melepaskan hormon ke
dalam aliran darah.
3) Neuroma akustik atau schwannoma vestibular adalah jenis tumor
otak jinak yang bermula di sel Schwann.
4) Craniopharyngioma atau kraniofaringioma adalah jenis tumor
otak yang terjadi di area otak yang berdekatan dengan mata atau
sekitar bagian bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar
pitutari.
5) Tumor kelenjar pineal
Jenis tumor otak ini bermula di kelenjar pineal atau jaringan di
sekitarnya. Kelenjar pineal berada di tengah otak, tepat di
belakang batang otak, serta berfungsi memproduksi hormon
melatonin yang mengontrol tidur.
6) Glioma merupakan tipe tumor otak ganas yang paling sering
terjadi pada orang dewasa.
7) Limfoma adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di sistem
limfatik, yang tersebar di seluruh tubuh termasuk sistem saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang).( Putri Nuraulia)
DAFTAR PUSTAKA

Dananjoyo, K., Tama, W. N., Malueka, R. G., & Asmedi, A. Nyeri kepala
tumor otak pada dewasa. Berkala NeuroSains, 18(2), 94-99
Agar Otak Sehat 2,Elex Media Komputindo,2013
Dananjoyo, K., Tama, W. N., Malueka, R. G., & Asmedi, A. Nyeri kepala
tumor otak pada dewasa. Berkala NeuroSains, 18(2), 94-99
Panduan Penataksanaan Tumor Otak,Kementerian Kesehatan RI,2015
Jurnal Nyeri kepala tumor otak pada dewasa,Kusumo Dananjoyo, Whisnu
Nalendra Tama, Rusdy Ghazali Malueka, Ahmad Asmedi,Staf
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
Jurnal Sinaps,Vol.3 No.1(2020) Hlm 18-31,Tinjauan Patofisiologi Tumor
Otak Metastasic Brain Tumor From Parotis Glands Cancer-Case
Report,Eric Tanoto,Junita Maja Pertiwi,Rizal Tumewah
Pace, A., Villani, V., Pasquale, A. Di, Benincasa, D., Guariglia, L., Ieraci,
S., Regina, N. (2002). Perawatan di rumah untuk pasien tumor
otak.
Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf, et al. "PEDOMAN
NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TUMOR OTAK."
Syarif H.Nurachman,E,&Gayatri D.(2011),Terapi Akupresur dapat
menurunkan keluhan mual muntah akut akibat kemoterapi pada
pasien kanker:Randomized Clinical Trial.Jurnal Keperawatan
Indonesia,14(2),133-140.
Rasmussen BK, Jensen R, Schroll M. Epidemiology of headache in a
general population–a prevalence study.
Klasifikasi Tumor Otak Jinak(Benigna)Dan Ganas(Maligna)
Menggunakan Ekstraksi Fitur GLCM Dan SVM,Rahmawati

Anda mungkin juga menyukai