Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH, PERANAN DAN SARANA MANAJEMEN DAKWAH

Makalah
Diajukan kepafa Dosen Pembina
Dalam rangkan menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Manajemen Dakwah

Oleh:

Kelompok 1

1. Abdul Hakim H
2. Ahmad Fauzi

Dosen Pembina

Muhammad Nabath Ardi, Lc

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

KOTA PROBOLINGGO

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah Manajemen Dakwah yang berjudul Sejarah, Peranan Dan Sarana Manajemen
Dakwah.Terselesaikannya Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak,
sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Guru kami Muhammad Nabath Ardi, Lc selaku dosen pembina yang telah memberikan kami
kesempatan dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan
doa yang tulus.
3. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami
dalam penyelesaian Makalah ini.

Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang,
sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya pengetahuan kami tentang materi. Sehingga
pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman
mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Semoga dengan adanya makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi serta pembaca bisa
menambah pengetahuan dan semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan karya-karya tulis
lain dengan lebih baik lagi.

Probolinggo, 15 November 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah sudah mulai di jalankan dari ketika masa Rasulullah SAW, yang memulai debut dakwah
nya secara sembungi-sembungi hingga terang-terangan, dan dakwah masih dijalankan hingga saat ini.
Seiring bergantinya zaman, maka lahirlah Ilmu manajemen yang memili tujuan mengatur dan
memimpin, maka pengabungan dua ilmu ini lahirlah suatu ilmu positif yang sangat berguna bagi para
da’i.

Penyelenggaraan usaha dakwah Islam, terutama dimasa depan akan semakin bertambah dan
kompleks. Hal ini disebabkan karena masalah-masalah yang dihadapi oleh dakwah semakin
berkembang dan kompleks pula.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya, telah banyak membawa banyak perubahan
bagi masyarakat. Baik dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Dari dimensi yang satu kemajuan
ilmu kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teologi memang telah membuat umat manusia lebih
sempurna dalam meguasai, mengelola alam untuk kepentingan kesejahteraan hidup mereka. Tetapi dari
dimensi yang lain, kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi itu justru menimbulkan hasil-hasil
samping atau ikutan yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki.

Sebagai mahasiswa jurusan tarbiyah sudah selayaknya kita mengetahui tentang Segala sesuatu yang
berkaitan dengan Dakwah khususnya Manajemen Dakwah karena dengan mempelajari dan mengetahui
hal-hal pokok dalam menajemen Dakwah kita akan lebih mudah dalam berdakwah dimasa akan datang.
Untuk itulah dalam tugas Mata Kuliah Manajemen Dakwah ini, Kami akan memaparkan beberapa
konsep utama Dakwah mulai dari sejarah, peranan, dan sarana dalam manajemen Dakwah.

B. Rumusan Masalah

Kaidah penulisan Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam
penulisan pada Makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah sejarah manajemen dakwah?


2. Bagaimanakah peranan manajemen dakwah?
3. Bagaimanakah sarana manajemen dakwah?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, penulis kiranya dapat memberikan kontribusi yang terangkai pada
tujuan penulisan berikut :

1. Mengetahui sejarah manajemen dakwah.


2. Mengetahui peranan manajemen dakwah.
3. Mengetahui sarana manajemen dakwah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Manajemen Dakwah

Secara klasik manajemen muncul ribuan tahun lalu ketika manusia sudah melakukasebuah
pengorganisasian yang diarahkan kepada orang orang yang bertanggung jawab atas perencanaan,
pemimpin dan pengendalian kegiatan manusia1.

Manajemen klasik ini dimulai sejak zaman prasejarah 1 SM2. Ilmu administarasi termasuk
didalamnya ilmu manajemen,telah tumbuh berkembang bersamaan dengan peradaban manusia
Manajemen klasik dimulai sejak zaman prasejarah dan berkembang bersamaan dengan perkembangan
manusia. Hal ini didasarkan pada zaman manusia mesopotomia yaitu masyarakat yang menggunakan
uang sebagai alat pembayaran. Pada waktu itu mata uang logom digunakan sebagai alat tukar menukar
dalm mengatur perdagangan. Mesir kuno sebagai salah satu peradapan dunia yang tercatat dalam
“pepipus” yang dikenal dengan keajaiban piramidanya. Beralih keromawi kuno yang merupakan
kebanggaan dari Romawi Kuno dengan maha karya “Cecero” yang menggunakan konsep administrasi
dan konsep demokratos yang merupakan idaman masyarakat modern.

Sementara itu sejarah perkembangan manajemen dunia tumbuh dan berkembang pesat karena
dibutuhkan untuk mengatur dan bekerja sama secara simbolis dalam dunia industri, pertanian,
pendidikan dan lain lain. Sebagai perintis ilmu manajemen, Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
klasik, dimana ia mengemukakan keuntungan ekonomi yang akan diperoleh organisasi atau masyarakat
yang melakukan pembagian kerja. Pengaruh lain terjadi pada saat revolusi industri di Inggris,
sumbangan penting dalam dunia manajemen adalah terjadinya proses pengambilalihan tenaga mesin
dengan cepat menggantikan tenaga manusia, yang pada gilirannya menjadikan produksi lebih
ekonomis3.

Sedangkan dalam prinsip manajemen islam, dalam sejarah perkembangannya manajemen


dipengarui oleh agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Maka islam dalam memandang
manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia memiliki potensi positif yang dilukiskan
dengan istilah hanif.

Al Quran juga menerangkan pokok-pokok ajaran yang merupakan prinsip dasar manajemen. Di
mana di dalam akan tergambar ajaran mengenai hubungan manusia dengan kholiqnya dan terdapat
ajaran mengenai prinsip cara memimpin, mengelola, serta mengatur kehidupan. Dalam tauhid
manajemen merupakan sebuah teknik untuk mengelola supaya tidak lepas dari ubudiyah dan
mu’amalah merupakan sebuah aspek tauhid yang harus dipercayai dan diyakini. Pada masa Rasulullah,
banyak teladan dalam manajemen dari kehidupan dakwah Rasulullah4.

Melalui petunjuk Allah SWT Rasulullah mulai melakukan aktivitas dakwahnya secara hierarki.
Dengan cara mengajak keluarga dekat kemudian pengingat kaumnya, pengingat angsa arab, dan yang
terakir beliau pengingat seluruh alam. Secara keseluruhan aktivitas dakwah Rasulullah telah
termanjerial.

1
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 37.
2
Sahrul Taufik, “Sejarah Manajemen Dakwah”, Dikutip dari http://arulyuy.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-manajemen-dakwah .
3
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, op. cit, hlm. 39.
4
Irfan Taufik, “Sejarah Manajemen Dakwah”, Dikutip dari http://irfantaufik26.blogspot.co.id/2016/03/manajemen-dakwa-pembahasan-
arti-sejarah.
1. Potret Dakwah Rasulullah saw.

Dakwah rasulullah Saw dimulai pasca turunnya surat al-Muddzatstsir ayat pertama, yang
mengandung seruan agar beliau tegak melakukan Andzir, peringatan. Pada kondisi semacam itu objek
dakwah Nabi tidak pada masyarakat secara umum melainkan melakukan pendekatan secara persuasif
pada orang-orang yang terdekat secara sembunyi-sembunyi. Betapa tidak, bila dakwah dilaksanakan
secara terbuka, maka secara langsung mereka menolaknya bahkan bereaksi secara keras 5. Secara
sistematis urutan dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. Adalah sebagai berikut:

a. Dakwah pertama ditujukan kepada orang-orang yang serumah dengannya.


b. Berdakwah kepada orang-orang yang bersahabat dengannya.
c. Berdakwah kepada orang-orang yang agak dekat dengan beliau. Setelah itu baru terbuka, Nabi
Muhammad Saw berdakwah kepada masyarakat luas, yaitu kaum Quraisy dan masyarakat
Mekkah pada umumnya.

Penjelasan tersebut, ditinjau dari objek dakwahnya, yakni dakwah tersebut secara bertahap,
menunjukkan rencana yang cermat pada sasaran dakwah. Bermula dari sembunyi-sembunyi kemudian
setelah mendapat pengikut yang kuat dan militan, kemudian menyebarluaskan dakwah secara terbuka.

Apabila ditinjau dari sudut pembinaan masyarakat Islam, pertama yang dilakukan oleh Rasulullah
adalah dengan membentuk pribadi muslim dengan roh dan jiwa tauhid. Pada periode Mekkah yang
berlangsung selama sepuluh tahun, prioritas utama dakwahnya adalah perubahan seorang Arab menjadi
seorang muslim. Setelah pasca-Mekkah atau lebih dikenal periode Madinah barulah dilakukan
pembinaan masyarakat Islam.

Menurut penulis perencanaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw., meliputi tujuan yang
akan dicapai, memberikan rumusan tentang kebijaksanaan maupun tindak-tanduk dakwah masa datang
yang ditetapkan sebelumnya. Pada kahikatnya perencanaan berfungsi memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa tugasnya
dilakukan.

Pada periode Madinah Islam tampil menjadi dua kekuatan, yaitu kekuatan dunia dan kekuatan
spiritual. Dalam periode Madinah banyak terobosan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw6.
Untuk memperkokoh kekuatan masyarakat baru sekaligus merupakan instrumen diletakkan dasar-dasar
masyarakat, yaitu:

1. Mendirikan masjid untuk kaum muslimin serta melakukan shalat Jum’at. Dalam khatbah Jum’at
yang kemudian oleh para ahli sejarah politik dinyatakan sebagai proklamasi lahirnya negara
Islam. Masjid difungsikan bukan sebagai tempat ibadah saja melainkan sebagai sentral aktivitas
umat Islam. Fungsi sosial, yakni mempererat hubungan dan ikatan para jamaah, karena di sini
mereka dapat saling berkumpul untuk berdiskusi dan bermusyawarah. Di tempat ini, umat Islam
adalah umat yang satu, tidak ada perbedaan antara kabilah atau suku yang satu dengan kabilah
yang lain. Masjid juga berlaku konsep dan strategi pengembangan dakwah Islam, mengalir syiar
Islam untuk menyucikan jiwa dan kepribadian umat, serta mengajak berpartisipasi membangun
suatu tatanan masyarakat Muslim.
2. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim, yaitu mempersatukan antara Muhajirin
dengan Muhajirin, antara Anshar dengan Anshar, dan antara Muhajirin dengan Anshar.
3. Mengadakan hubungan toleransi antara Islam dan pihak non-Islam. Ini merupakan salah satu
perhatian khusus Nabi Muhammad Saw. Kepada orang-orang yang belum masuk Islam, tetapi
mereka hidup bersama masyarakat Islam di Madinah. Salah satu wujud dari toleransi adalah
dengan melakukan perjanjian antara orang-orang muslim dengan masyarakat non-muslim di
5
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, op. cit, hlm. 48.
6
Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), hlm. 49.
pihak lain. Isi dari perjanjian tersebut adalah tentang persamaan hak dibidang politik dan
beragama, menjamin kemerdekaan beragama, kewajiban mempertahankan keamanan dari pihak
luar. Itulah yang dinamakan Konstitusi Madinah. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk
menciptakan suatu tatanan masyarakat yang harmonis, damai, dan sejahtera. Jika terjadi
sengketa di antara mereka, maka harus dikembalikan pada Allah dan Muhammad, sebagai
pemimpin kekuasaan politik. Kebebasan Piagam Madinah sebagai sebuah kontribusi
menjadikan Madinah sebagai nation state (Negara Bangsa) dengan Nabi sebagai Mandataris
piagam Madinah.
4. Penaklukan kota Mekkah. Dari kota Mekkah inilah kemudian Islam disiarkan ke daerah-daerah
lain. Di Mekkah inilah direncanakan beberapa program dakwah. Kota Mekkah adalah pusat
keagamaan yang disucikan oleh bangsa Arab, melalui konsolidasi dengan para kabilah bangsa
Arab, maka Islam dapat tersebar secara luas. Faktor lainnya adalah apabila suku Muhammad
(Quraisy) sendiri dapat diIslamkan, maka akan memperoleh dampak yang besar terhadap syiar
Islam, karena suku Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang amat besar. Penaklukan
Mekkah ini merupakan sebuah stabilitasi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam
kapasitasnya sebagai pemimpin. Ia ahli dalam strategi dan piawai dalam mengatur umatnya.
Walaupun demikian, para ahli sejarah mencatat bahwa dalam berbagai konflik, beliau sering
melakukan pendekatan secara diplomatik daripada mengambil tindakan militer. Tak heran
apabila jumlah aliansi politik dari berbagai kabilah meningkat tajam, otomatis peluang dakwah
Islam terbuka lebar.
5. Melakukan lobi-lobi politik, salah satunya melalui ikatan perkawinan dengan tokoh-tokoh
pemegang kekuasaan pada saat itu. Ini sekaligus membuktikan bahwa Islam merupakan agama
yang Universal.

Secara historis, dapat dilihat strategi politis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam
proses penyampaian dakwah kepada masyarakat. Pada sekitar tahun 610 M, kota Mekkah telah
memiliki bala tentara sekitar 1000 orang yang berarti dapat ditaksir berpenduduk kurang lebih 5000
orang lebih. Kaum kapitalis takut akan gerakan Nabi Muhammad Saw dan berperan sebagai oposan.
Gerakan politik Nabi Muhammad Saw dimulai sejak hijrahnya ke Yasrib atau Madinah pada tahun 622
M7.

Bahwa sistem manajemen yang digunakan adalah bertahap dan persuasif, yakni diawali ketika
beliau merintis dakwah mulai dengan cara bersembunyi (sirriy). Setelah kondisinya kondusif, maka
Rasulullah Saw mulai menyebarkan dakwah dengan terang-terangan (Jahr). Begitu pula ketika
melakukan hijrah, nabi menyuruh para sahabat untuk pindah dari Mekkah ke Madinah terlebih dahulu
kemudian baru beliau menyusul, dan tempat hijrah pun sudah direncanakan atau beliau menyusul, dan
tempat hijrah pun sudah direncanakan atau ditentukan sebelumnya8.

Muhammad Abdul Jawwad dalam bukunya “Menjadi Manajer Sukses” menyebutkan, bahwa secara
umum dalam setiap tindakannya potret manajemen dalam kehidupan Rasulullah saw. Meliputi:

1. Mengatur Tingkatan Dakwah.

“Engkau hadir wahai rasulullah Saw disaat manusia dalam kekacauan. Mereka selalu berjalan
melewati berhala-berhala dan mereka selalu menuju berhala-berhala tersebut”.

2. Mengatur Dan Mengatur Pakaian.

“Sesungguhnya kalian akan mengunjungi kawan-kawan kalian sendiri, maka persiapkanlah


perjalanan kalian dengan baik dan kenakanlah pakaian yang bagus sehingga kalian memiliki kekhasan

7
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, op. cit, hlm. 40.
8
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 231.
di mata orang-orang, sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai hal-hal kotor dan perbuatan kotor” (HR.
Abu Dawud).

3. Mengatur Dan Menata Makanan.

“Tidak ada tempat yang sering dikunjungi oleh anak Adam yang lebih jelek dari perutnya.
Sebenarnya cukup bagi anak Adam untuk memakan beberapa suapan saja untuk meluruskan tulang
belakangnya, kalau memang ia harus melakukan itu, hendaknya sepertiga perutnya untuk makan,
sepertiga yang lain lagi untuk minumnya, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.” (HR. Ahmad dan
Turmudzi).

4. Mengangkat Pemimpin Dalam Setiap Kelompok.

“Datanglah kepadaku dua belas pemimpin dari kaum kalian, supaya mereka mewakili urusan-
urusan kaumnya! Dan akhirnya mereka mengirim dua belas pemimpin; sembilan dari kabilah al-
Khazraj dan tiga dari kabilah Aus.”

5. Mengatur Waktu.

“Orang yang berakal hendaknya memiliki empat waktu: waktu untuk berbisik (meminta
pertolongan) kepada Allah Swt. Waktu untuk membisiki (menginstrospeksi) diri sendiri. Waktu untuk
memikirkan ciptaan Allah, serta waktu senggang untuk makan dan minum”.

6. Mengatur Cara Penyampaian Dakwah

Ibnu Abbas r.a berkata, “ketika ayat ‘Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat’ (As-syura; 274) turun, beliau naik ke bukit Shafa dan berseru ‘Wahai bani Fihr, wahai bani
‘Adi....’ hingga mereka berkumpul. Pemimpin-pemimpin kaum yang tidak bisa datang, mengirim
utusannya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Abu Lahab dan Quraisy juga datang memenuhi
seruan rasul. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah Saw. Berkata; ‘Apa pendapat kalian apabila saya
memberi tahu kepada kalian semua, bahwa di balik bukit itu ada sekumpulan pasukan berkuda yang
hendak menyerang kalian, apakah kalian akan memercayaiku?’ Mereka berkata. ‘Kami tidak pernah
menemukan kamu berbohong.’ Rasul melanjutkan sabdanya. “Sesungguhnya saya mengingatkan pada
kalian semua akan azab yang sangat pedih”. Dalam Muhammad al-Ghazali, Fiqhus-Siirah.

7. Mengatur Langkah-Langkah Strategi Berdakwah.

Kondisi semacam ini bisa terlihat pada kerapian dan keteraturan yang tampak dalam dialog-dialog
Rasulullah Saw. Dengan sahabat dan para penentangnya yang banyak kita jumpai pada kitab-kitab
sirah.

Uraian tersebut menunjukkan, bahwa manajemen telah dilaksanakan Nabi Muhammad Saw beserta
para sahabatnya setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah. Di Madinah beliau menyusun berbagai
keputusan untuk membangun masyarakat yang dilandasi oleh prinsip-prinsip keimanan, persamaan hak
dan kewajiban antara sesama muslim dan non-muslim melalui musyawarah untuk menciptakan
kerjasama (ta’awun) dalam partisipasi aktif membangun negara Madinah. Tindakan Nabi Muhammad
Saw mempersatukan penduduk Madinah menjadi satu umat, menurut Watt, merupakan kesatuan politik
model baru9.

Penggunaan manajemen yang tepat dan akurat terhadap objek sasaran dakwah, maka dalam waktu
relatif singkat Nabi Muhammad Saw dapat mengubah tatanan masyarakat jahiliyah menjadi
masyarakat yang berperadaban tinggi. Demikian juga dalam bidang kenegaraan, kepemimpinan beliau
dapat membentuk Madinah menjadi sebuah negara super power ketiga setelah Bizantium dan Persia.
Ini tidak lepas dari pola yang yang dikembangkan beliau, yaitu dengan memprioritaskan ikatan

9
Niezam Uchiha, “Manajemen Dakwah Rosulullah saw.”, Dikutip dari http://sains39.blogspot.co.id/2016/01/manajemen-dakwah-
rosulullah-saw.
kekeluargaan, sosial-poitik, ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan. Jika dikaitkan dengan manajemen
modern, maka praktek yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw. Lebih mengarah pada
penggunaan manajemen by objective dan manajemen inovative.

2. Potret Dakwah Khulafah al-Rasyidin


a. Dakwah pada masa Abu Bakar As-Shidiq

Abu Bakar yang memerintah selama dua setengah tahun tepatnya dua tahun tiga bulan dua puluh
hari. Walau masa pemerintahannya sangat singkat namun sarat dengan amal dan jihad. Di saat Abu
Bakar memerintah tiba-tiba Madinah dikejutkan oleh gerakan yang menggerogoti sistem Islam yang
meluas hampir ke semenanjung Arabia. Bentuk gerakana tersebut ialah: murtad dari agama Islam
karena mengikuti nabi palsu yaitu Musailamah al-Kadzab, Thulaihah al-Asad dan al-Aswad al-Anasi
dari Yaman; keengganan membayar zakat karena mengikuti Malik ibn Nawiroh dari Bani Tamim.

Selain menghadapi rongrongan dari dalam Islam sendiri Abu Bakar juga melakukan ekspansi
wilayah keluar daerah diantara hingga mencapai Bashrah, Qatar, Kuwait, Iraq, bahkan hingga daerah
kekuasaan kekaisaran Romawi yang meliputi Mesir, Syiria dan Palestina.

Gerakan dakwah yang paling menonjol pada Khalifah Abu Bakar ialah pengumpulan Al Qur’an.
Alasan utama dikumpulkannya Al-Qur’an ialah rasa kekhawatiran seorang Umar ibn Khatthab
terhadap masa depan Islam jika kadar intinya yang menjaga Islam dengan Al Qur’an (Qurra dan
Huffadz) gugur satu per satu di medan perang10.

b. Dakwah pada masa Umar bin Khatthab


a) Penyempurnaan Fath Irak

Irak dijadikan pangkalan kekuatan kaum Muslimin untuk melakukan perluasan ke negeri-negeri
Persia lainnya. Irak saat itu meliputi kawasan Kuffah (ibu kota Islam pada masa Ali), kemudian
Baghdad (ibu kota Islam pada masa Abbasiyah), dan Samra yang didirika pada masa Mu’tasyim.

b) Iran

Setelah Irak ditaklukan negeri-negeri lain di Persia juga ditaklukan, diantaranya negeri-negeri di
seberang sungai. Dengan demikian habislah riwayat Imperium Persia.

c) Syam dan Palestina

Ketika khalifah pertama Abu bakar meninggal dunia sedang berlangsung di Syam dibawah
komando Khalid ibnn Walid, dibantu oleh Abu Ubaidah ibn Jarrah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi
Sufyan Syurahbil ibn Hasanah. Ketika Umar diangkat menjadi Khalifah, beliau mengangkat Abu
Ubaidah sebagai panglima teringgi untuk kawasan Syam. Khalid dikirimi surat pengunduran dirinya
sa’at perang sedang berlangsung, pakar sejarah berpendapat peristiwa ini terjadi pada perang Yarmuk.
Khalid menerima keputusan itu, beliau tetap aktif ikut dalam peperangan dibawah komando Abu
Ubaidah. Sebagian ahli sejarah mengatakan ditunjuk Abu Ubaidah oleh Umar karena lapangan sa’at itu
membutuhkan pemimpin yang kriterianya ada pada Abu Ubaidah, beliau memiliki keahlian dalam hal
lobby dan administrasi, sedangkan keahlian Khalid adalah strategi perang.

d) Yordania

Dalam upaya perluasan daerah kewilayah ini, kaum muslimin harus mengambil jalan terakhir, yaitu
menghadapi pasukan Romawi yang tidak mau mempersilahkan kaum muslimin melakukan dakwah
secara damai. Kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran.

10
Iqbaal Ramazhaan, “Sejarah Dakwah Pada Masa Khulafaur Rasyidin”, Dikutip dari
http://humamiqbalazizi.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-dakwah-pada-masa-khulafaur.
e) Syiria

Pasukan Islam melanjutan perjalanannya menuju Dimasyq (damaskus) dibawah komando


Ubaidillah ibn Jarrah. Setelah Syiria tunduk, pasukan bergerak menuju ke utara. Yaitu Hims, Hamat,
Halb, Shoid, dan Bairut.

f) Palestina

Sejak terjadinya peristiwa isra’ mi’raj, negeri Palestina tidak bisa dipisahkan dengan kaum
muslimin. Aqhsa adalah negeri suci ketiga yang diperintahkan kepada kaum muslimin untuk
dikunjungi. Berdasarkan kenyataan tersebut, kaum muslimin betul-betul serius untuk membebaskan
negeri ini dari kekuasaan Romawi. Namun akhirnya mereka memilih damai dan meminta kepada
pasukan agar langsung menghadirkan Umar ibn Khatthab perihal tersebut. Di pintu negeri Palestina,
Umar disambut oleh Beartrick Ciprunius dan sebagian pemimpin kaum muslimin. Pada kesepakatan itu
Umar membuat kesepakatan untuk memberikan rasa aman, yaitu keamanan harta benda dan jiwa dan
syiar keagamaan kepada penduduk asli. Kesepakatan itu dikenal dengan perjanjian Umar. Ketika waktu
sholat ashar Umar menolak untuk sholat di gereja Qiamat, tetapi beliau sholat diluarnya, khawatir
dikemudian hari kaum muslimin mengikuti sunnah Umar. Perbuatan Umar ini menegaskan bagaimana
toleransi kaum muslimin dengan orang yang tidak seagama.

g) Ekspedisi kawasan Maghribi

Ekspdisi penyiaran Islam keluar kawasan Arab kemudian memecah diri ke beberapa penjuru.
Disamping gerakan kearah timur mereka juga bergerak kearah barat. Pasukan sebesar 4000 orang
prajurit muslim bergerak ke Mesir dibawa panglima Amr ibn Ash. Sepanjang perjalanan tampaknya
besar pasukan makin bertambah, sampai mencapai 20.000 orang. Hal ini menimbulkan kesan bagi
orang Islam telah membangkitkan daya tarik untuk bergabung dalam pasukan dibawah panji-panji
Islam. Sukses kembali ada di prajurit berkuda kaum muslimin yang telah terlatih pula. Seruan kalimat
Allahu akbar disetiap medan perang tampaknya menimbulkan efek ganda. Disatu sisi berhasil
membangkitkan semangat dan ketegaran bagi umat Islam dalam melaksanakan misi suci mereka dalam
penyebaran Islam. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Khalid ibn Walid adalah menjadikan kota
heliopolis sebagai ibu kota Islam di Mesir. Dalam perkembangan selanjutnya kota ini dikenal dengan
sebutan Cairo Lama yang kelak mejadi ibu kota Mesir11.

c. Dakwah pada masa ‘Utsman ibn ‘Affan

Melalui proses yang panjang, maka terpilihlah ‘Utsman ibn ‘Affan sebagai khalifah. Pada masa
kekhalifahannya langkah yang diambil ialah sebagai berikut:

a) Perluasan wilayah

Pada masa khalifah ‘Utsman inilah pertama kali dibentuk angkatan laut untuk menyerang daerah
kepulauan yang terletak di laut tengah. Masa ini juga dibangun kapal perang sehingga dapat
menaklukkan wilayah hingga mencapai Asia dan Afrika, seperti daerah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia
Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan sisa dari wilayah Persia.

b) Sosial budaya

Membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota.
Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah, penginapan para tamu dalam berbagai bentuk serta
memperluas Masjid Nabawi di Madinah.

11
Wahyu Illahi dan Harjani Efendi, Sejarah Dakwah, (Jakarta : Prenada Media Group, 2007), Edisi Pertama Cetakan Ke-1, hlm. 94.
Namun pada pertengahan kedua pemerintah ‘Utsman retak ditimpa perpecahan yang disebabkan
karena kebijakan ‘Utsman dalam mengganti para gubernur yang diangkat Umar yang didominasi dari
keluarga Bani Umayyah. Sebagai contohnya khalifah ‘Utsman mengganti Sa’ad ibn Abi Waqash yang
merupakan gubernur Kufah dengan Walid ibn Uqbah yang merupakan saudara se-ibu khalifah
‘Utsman.

c) Penetapan Mushaf ‘Utsmani

Umat Islam pada masa khalifah ‘Utsman tinggal dalam wilayah yang sangat luas dan terpencar-
pencar, sehingga penduduk masing-masing daerah tersebut membaca ayat-ayat Al Qur’an menurut
bacaan yang mereka pelajari dari tokoh sahabat yang terkenal dari wilayah mereka (di Syiria
masyarakat mengacu pada bacaan Ubay ibn Ka’ab, di Kufah masyarakat mengacu pada bacaan
Abdullah ibn Mas’ud). Persoalan tersebut menimbulkan perselisihan di kalangan umat Islam.

Untuk mengatasi hal tersebut khalifah ‘Utsman membentuk sebuah tim yang bertugas untuk
menyalin dan mengkodifikasikan ayat-ayat Al Qur’an ke dalam satu mushaf resmi yang diketuai oleh
Zaid ibn Tsabit. Mushaf tersebut dibuat lima buah, empat buah dikirim ke wilayah Makkah, Syiria,
Kufah, Bashrah dan satu tinggal di Madinah. Mushaf hasil kerja dari tim kodifikasi Al Qur’an pada
masa khalifah ‘Utsman yang tinggal di Madinah disebut dengan Mushaf ‘Utsmani atau Mushaf Al-
Imam yang sampai sekarang masih kita gunakan, bahan digunakan di selruh penjuru dunia.[13]

d. Dakwah pada masa Ali ibn Abi Thalib

Sejarah kepemimpinan khalifah Ali adalah sejarah terakhir masa kekhalifahan umat Islam dalam
sejarah setelah masa kenabian. Pada saat diangkat menjadi khalifah, mewarisi kondisi yang sedang
kacau. Ketegangan politik terjadi akibat pembunuhan atas khalifah ‘Utsman. Seluruh jabatan gubernur
saat itu hampir seluruhnya diduduki oleh keluarga Umayyah. Para gubernur ini menuntut Ali untuk
mengadili pembunuh ‘Utsman.

Gerakan dakwah yang telah dilakukan oleh khalifah Ali secara garis besar dapat diperinci sebagai
berikut:

Merombak para pejabat teras, terutama pejabat yang di dominasi oleh keluarga Bani Umayyah.
Menyamakan kedudukan seseorang dimata hukum. Seperti ketika khalifah Ali menuduh seorang
Yahudi mengambil baju besi kepada hakim. Dipihak Ali memiliki keyakinan bahwa si Yahudi tersebut
mencuri baju besinya, sedangkan di pihak Yahudi bersikukuh bahwa baju besi itu ia dapat dengan
membelinya dari orang lain. Hakim pun kemudian memutuskan bahwa yang berhak atas baju besi itu
adalah si Yahudi karena dari pihak Ali tidak dapat menghadirkan saksi bahwa baju besi itu milik
beliau. Hal inilah yang membuat si Yahudi terkesima dan terkagum-kagum betapa adilnya hukum
Islam, bahkan karena kejadian ini sampai membuat si Yahudi bersyahadat dan menyatakan
keIslamannya12

B. Peranan Manajemen Dakwah

Pengetahuan dan teknologi. Pada masa ini penuh dengan problema yang kompleks, problema
tersebut menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya dan kenegaraan. Untuk mengetasi problema
tersebut perlu adanya ilmu manajemen. Sementara itu, Christher J. Barnard mengemukakan “ Tidak
ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarng ini yang lebih penting dari administrasi dan
manajemen”.

Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan komperhenship. Karena meliputi aspek
kehidupan manusia, betapa pun garis besarnya saja, baik yang bersifat duniawi dan ukhrawi.

12
Iqbaal Ramazhaan, “Sejarah Dakwah Pada Masa Khulafaur Rasyidin”, Dikutip dari
http://humamiqbalazizi.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-dakwah-pada-masa-khulafaur
Dalam manajemen dakwah, hasil yang difokuskan adalah sasaran dakwah yang menjadi target bagi
aktivitas dakwah yang direalisasikan dalam bentuk yang konkret. Sehingga diperlukan tindakan
kolektif dalam bentuk kerjasama sesuai dengan kapasitas dan kemempuan yang dimiliki oleh para
pelaku dakwah, yang mampu memberikan hsil yang maksimal secara profesional.

Kapasitas peranan (peran interpersonal, peran informasi, dan peran desisional) manajemen dakwah
dalam hal ini yaitu melakukan kerja sama secara harmonis yang merupakan usaha kolektif, yang
terwujud dalam sebuah organisasi yang memiliki fungsi dan tugas sesuai dengan bidangnya serta distur
oleh prinsip-prinsip manajemen.

C. Sarana Manajemen Dakwah

Sarana manejemen dakwah terbagi menjadi dua jenis sarana. Diantara sarana-sarana manajeman
yaitu sebagai berikut :

1. Sarana Yang Bersifat Manajerial


a) Manajemen dengan pengaturan yaitu manajemen yang didasarkan pada sikap berlebih lebihan
tanpa memikirkan aspek keluar,
b) Manajemen reaksi, manajemen yang disasarkan pada aspek menunggu reaksi pihak lain,
c) Manajemnen krisis , merupakan sebuah manjemen yang bersifat insidental,
d) Manajemen bertujuan, manajemen yang dibangun berdasarkan sikap memperliahtkan tujuan
kepada kariawan,
e) Manajemen mengakah, Manajemen dengan strategi mundur dalam melakukan posisi, dll.

2. Sedangkan Sarana Manajemen Yang Bersifat Aplikatif


a) Penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas atau memadai.
b) Pengadaai informasi yang tepat dan akurat.
c) Pengadaan alatalat pendukung.
d) Pengadaan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan serta dengan kondisi mad’u.
e) Dukungan finansial untuk pendukung sesuai aktifitas lembaga dakwah13.

BAB III
13
Irfan Taufik, “Sejarah Manajemen Dakwah”, Dikutip dari http://irfantaufik26.blogspot.co.id/2016/03/manajemen-dakwa-pembahasan-
arti-sejarah.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara klasik manajemen muncul ribuan tahun lalu ketika manusia sudah melakukasebuah
pengorganisasian yang diarahkan kepada orang orang yang bertanggung jawab atas perencanaan,
pemimpin dan pengendalian kegiatan manusia. Dalam prinsip manajemen islam, dalam sejarah
perkembangannya manajemen dipengarui oleh agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Maka
islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia memiliki
potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif. Rasulullah saw., berdakwah pada periode Mekkah
yang berlangsung selama sepuluh tahun, prioritas utama dakwahnya adalah perubahan seorang Arab
menjadi seorang muslim. Setelah pasca-Mekkah atau lebih dikenal periode Madinah barulah dilakukan
pembinaan masyarakat Islam. Pada periode Madinah Islam tampil menjadi dua kekuatan, yaitu
kekuatan dunia dan kekuatan spiritual. Dalam periode Madinah banyak terobosan dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw.

Pengetahuan dan teknologi. Pada masa ini penuh dengan problema yang kompleks, problema
tersebut menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya dan kenegaraan. Untuk mengetasi problema
tersebut perlu adanya ilmu manajemen. Kapasitas peranan (peran interpersonal, peran informasi, dan
peran desisional) manajemen dakwah dalam hal ini yaitu melakukan kerja sama secara harmonis yang
merupakan usaha kolektif, yang terwujud dalam sebuah organisasi yang memiliki fungsi dan tugas
sesuai dengan bidangnya serta distur oleh prinsip-prinsip manajemen.

Sarana manejemen dakwah terbagi menjadi dua jenis sarana. Diantara sarana-sarana manajeman
yaitu sarana yang bersifat manajerial dan sedangkan sarana manajemen yang bersifat aplikatif

B. Saran

Makalah yang memuat pembahasan tentang sejarah, peranan, dan sarana manajemen dakwah ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan materi ini dengan
berbagai sumber referensi yang lebih banyak yang tentunya dapat dimanfaatkan dan dipertanggung
jawabkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya, dan pembaca pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir M.A. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

H. Zainal Muchtarom. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin Press.

Illahi, Wahyu dan Harjani Efendi. 2007. Sejarah Dakwah. Jakarta : Prenada Media Group.

Iqbaal Ramazhaan. 2014. “Sejarah Dakwah Pada Masa Khulafaur Rasyidin”. Dikutip dari
http://humamiqbalazizi.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-dakwah-pada-masa-khulafaur.html. Irfan
Taufik. 2016. “Sejarah Manajemen Dakwah”. Dikutip dari
http://irfantaufik26.blogspot.co.id/2016/03/manajemen-dakwa-pembahasan-arti-sejarah.html.

Munir dan Wahyu Illahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta.

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Niezam Uchiha. 2016. “Manajemen Dakwah Rosulullah saw.”. Dikutip dari


http://sains39.blogspot.co.id/2016/01/manajemen-dakwah-rosulullah-saw.html.

Sahrul Taufik. 2013. “Sejarah Manajemen Dakwah”. Dikutip dari


http://arulyuy.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-manajemen-dakwah.html.

Anda mungkin juga menyukai