Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA BISNIS DI NEGARA JEPANG

Meeting Digunakan Sebagai Pelaporan


Budaya bisnis Jepang yang selalu diutamakan perusahaan Jepang adalah peranan meeting
untuk pelaporan. Jika di perusahaan negara lain tidak menutup kemungkinan meeting
digunakan sebagai arena untuk berdebat. Berbeda dengan perusahaan Jepang, meeting
digunakan sebagai pelaporan berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Budaya meeting
ini dilatarbelakangi oleh nemawashi.
Nemawashi merupakan bentuk kesepakatan yang dihasilkan dari proses konsultasi dengan
berbagai pihak di perusahaan. Sesuai dengan nemawashi, proses konsultasi dilakukan
sebelum adanya meeting. Jika seseorang di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan
bagus, bisa dikatakan bahwa orang tersebut mengerjakan pekerjaan dengan baik. Meeting
yang baik juga tidak akan berlangsung lebih dari satu jam.

Berikut ini terdapat beberapa budaya bisnis di jepang antara lain ;


 Hormati Kartu Nama Orang Lain
Sebuah meeting di Jepang selalu dimulai dengan ritual pertukaran kartu nama yang dilakukan
secara formal dan resmi. Ritual ini dinamakan Meishi Kokan. Dalam proses pertukaran kartu
nama, orang yang diberi kartu menerimanya dengan kedua tangan, membaca kartu nama
tersebut dengan teliti, membaca tulisan yang ada hingga terdengar oleh semua orang, lalu
meletakkannya dalam tempat kartu nama, atau di atas meja di depannya (sehingga bisa
langsung dibaca kembali apabila diperlukan). Kartu nama tidak pernah ditaruh di dalam
kantong, karena dianggap tak sopan.
Pelajaran yang bisa diambil: Pertukaran kartu nama adalah cara untuk mengekspresikan rasa
hormat dan menganggap penting orang lain dalam suatu pertemuan. Ini menunjukkan
menghargai pertemuan tersebut, sama dengan halnya akan menghargai pertemuan-pertemuan
selanjutnya.
 Mengalah pada yang Lebih Tua
Sudah merupakan kebiasaan dalam meeting di Jepang untuk selalu memberi kesempatan
pada orang yang lebih tua dan mempunyai jabatan tertinggi untuk memberikan pendapat atau
komentar terlebih dahulu. Orang yang lebih tua juga selalu paling diperhatikan pendapat dan
nasihatnya. Ketika membungkuk—tradisi menyapa Jepang—kita harus selalu membungkuk
lebih dalam kepada orang-orang yang lebih senior.
Pelajaran yang bisa diambil: Budaya bisnis Jepang menghargai mereka yang lebih senior
untuk kebijaksanaan dan pengalaman yang mereka bagikan ke perusahaan. Di Jepang, umur
adalah sama dengan pangkat. Jadi, semakin tua seseorang, semakin dianggap penting pulalah
dia.
 Tanamkan Motivasi Melalui Slogan
Banyak perusahaan Jepang memulai hari mereka dengan meeting pagi, dimana para pekerja
berbaris dan menyanyikan slogan perusahaan sebagai salah satu cara untuk menanamkan
motivasi dan kesetiaan terhadap perusahaan. Hal ini juga penting untuk menjaga agar semua
karyawan tetap ingat akan maksud dan tujuan perusahaan.
Pelajaran yang bisa diambil: Sekilas, tradisi ini mungkin terlihat seperti aktivitas untuk “cuci
otak” atau indoktrinasi. Tetapi, hal ini merupakan cara Jepang untuk menanamkan semangat
kerja bagi seluruh karyawannya. Acara pagi ini berfungsi untuk terus mengingatkan misi dan
visi perusahaan yang perlahan bisa menjadi kabur seiring dengan sibuknya hari-hari kerja.
 Muka Serius Tanpa Ekspresi
Kita mungkin tidak akan pernah melihat muka-muka datar tanpa ekspresi, seperti yang dilihat
di kantor-kantor Jepang. Sesekali mungkin ada karyawan yang tertawa, tetapi para pekerja
pada umumnya akan menunjukkan ekspresi muka yang datar dan serius, khususnya saat
meeting. Mereka berbicara dengan nada yang rendah dan teratur. Mereka bahkan kerap
menutup mata ketika mendengar dan memperhatikan pembicara—kebiasaan ini sering
disalahartikan oleh orang asing yang tidak mengerti, sebagai tanda kebosanan.
Pelajaran yang bisa diambil: Orang Jepang menganggap tempat kerja sebagai tempat yang
harus dihormati. Mereka jarang bercanda kecuali pada waktu luang atau istirahat. Jarang
sekali ada kontak fisik antarpekerja, apalagi menepuk punggung atau kepala.
 Getol Kerja, Getol Hiburan Juga
Setelah melalui waktu kerja, para pekerja Jepang siap untuk bersantai—sangat santai bahkan.
Mengunjungi bar demi bar setelah jam kerja adalah hal yang umum—bahkan sudah menjadi
tradisi. Jika lingkungan kerja merupakan tempat yang formal dan resmi, bar adalah tempat
para pekerja Jepang berhura-hura. Salah satu tempat favorit adalah karaoke bar, dimana
semua orang diharapkan untuk ikut bernyanyi—walaupun ada dari mereka yang tidak bisa
menyanyi. Selain itu, klub-klub malam juga menjadi tempat favorit, tidak hanya untuk
menyeimbangkan pekerjaan dengan hiburan, tetapi juga untuk saling berbagi informasi dan
memperkuat tali persaudaraan dalam suatu tim.

Etika dan Cara Kerja di Jepang Lainnya yang Harus Diperhatikan


 Buat banyak catatan selama rapat. Ini tidak hanya berlaku sebagai cara kerja di
Jepang. Ini menunjukkan tingkat minat dalam rapat, dan juga bisa mendiskusikan
poin-poin penting dengan rekan kerja setelah itu.
 Ketika berkunjung ke suatu perusahaan atau dalam undangan meeting di restoran,
jangan duduk sebelum tuan rumah mempersilahkan duduk.
 Bahkan jika tidak berbicara bahasa Jepang, pelajari bahasa Jepang sederhana yang
mengungkapkan salam dan terima kasih.
 Jangan letakkan tangan di saku saat berbicara dengan seseorang. Ini menunjukkan
bahwa percakapan itu membosankan dan tidak menarik.
 Saat menunjuk sesuatu, jangan menunjuk seseorang dengan jari atau sumpit. Itu
dianggap tindakan yang sangat kasar.
 Jangan meniup hidung (buang ingus) saat rapat. Silakan tinggalkan tempat duduk dan
pergi ke kamar kecil atau lakukan di luar ruangan.
 Jangan terlambat untuk rapat. Orang Jepang sangat tepat waktu. Rapat dimulai dan
berakhir pula tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai