Dosen Pengampu:
Sejarah Islam Asia Tenggara
Ahmad Rifai Ritonga, S.H, M.H dan Tamaddun Melayu
KELOMPOK 15 :
Syah Maulana Ramadhan (11850110474)
Welvia Ningsih (11850120447)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah dan Perkembangan Islam di Burma ”. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Siat dan Tamaddun Melayu. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
Ahmad Rifai Ritonga selaku dosen pengampu mata kuliah Siat dan Tamaddun
Melayu di Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan
arahan dan penyusunan makalah ini. Makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
pemerintah militer yang berkuasa saat itu. Nama Myanmar akhirnya mulai
digunakan secara resmi oleh sebagian besar pemerintah asing dan organisasi
internasional. Namun, beberapa negara di dunia masih menyebut Myanmar
dengan nama Burma (surya, 2021).
Sejak dahulu telah banyak dipadati oleh para pedagang Arab. Tempat
ini terkenal di kalangan para pelaut Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah,
dan Bengal. Mereka datang sebagai pedagang, prajurit dan ulama. Mereka
menggunakan jalur darat dan laut. Pendatang tersebut banyak yang tinggal di
Arakan dan berasimilasi dengan penduduk setempat. Muslim Arab datang
pertama kali pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Pada waktu itu
rempah-rempah, katun, batu mulia, barang tambang, dan komuditas lainnya
merupakan barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Timur
Tengah dan Eropa. Orang-orang Arab datang sebagai pedagang, dan hampir
menguasai perdagangan tersebut. Melalui hubungan dagang tersebut, mereka
mulai memperkenalkan dan menyebarkan Islam. Pengetahuan mereka tentang
navigasi, ilmu garis lintang, dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi
negaranegara telah membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di
Samudera Hindia selama beberapa abad. Orang-orang Arab tersebut menulis
tentang tempat-tempat yang mereka datangi untuk membuktikan kedatangan
mereka di dunia Timur dan Barat.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana kedatangan islam di Burma (Myanmar)!
2. Mengetahui Kedatangan Orang-orang Arab di Arakan!
3. Mengetahui Kedatangan Orang-orang Muslim di Pagan (Bagan)!
4. Mengetahui Rohingnya dan Problem Minoritas !
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kedatangan Islam di Burma (Myanmar)
Myanmar (dulu Burma) pada awalnya terbagi menjadi beberapa
kerajaan. Hal ini menimbulkan beberapa versi mengenai kedatangan Islam
khususnya di dua daerah bagian di Burma yakni, Pagan (Bagan) dan Arakan
(negara bagian yang terletak di Barat Myanmar). Untuk mengetahui
islamisasi di Myanmar perlu melihat pada proses islamisasi di kedua daerah
tersebut.
5
2.2 Kedatangan Orang-orang Arab di Arakan
Arakan (negara bagian yang terletak di Barat Myanmar) dulunya
merupakan sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara
bergantian oleh orang Hindu, Buddha dan Muslim. Pada 1203 M Bengal
menjadi sebuah negara Islam, dan sejak saat itu pula pengaruh Islam mulai
merambah masuk ke wilayah Arakan. Hingga pada akhirnya pada 1430 M
Arakan menjadi sebuah negara Muslim. Selama 350 tahun kerajaan Muslim
berdiri di Arakan dan Umat Islam hidup dengan tenang. Namun pada 24
September 1784 M raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi Arakan dan
menguasainya.
Muslim Arab datang pertama kali pada abad ke-7 melalui jalur
perdagangan. Pada waktu itu rempah-rempah, katun, batu mulia, barang
tambang, dan komuditas lainnya merupakan barang-barang yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Timur Tengah dan Eropa. Orang-orang Arab
datang sebagai pedagang, dan hampir menguasai perdagangan tersebut.
6
Melalui hubungan dagang tersebut, mereka mulai memperkenalkan dan
menyebarkan Islam. Pengetahuan mereka tentang navigasi, ilmu garis
lintang, dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi negaranegara
telah membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di Samudera
Hindia selama beberapa abad. Orang-orang Arab tersebut menulis tentang
tempat-tempat yang mereka datangi untuk membuktikan kedatangan
mereka di dunia Timur dan Barat.
Pada tahun 1431, Sultan Sulaiman Sah digulingkan oleh Wali Khan.
Sultan Sulaiman untuk kedua kalinya melarikan diri ke Bengal untuk
mendapatkan bantuan dari Sultan Bengal. Berkat hubungan baik dua
kerajaan Islam tersebut, pada tahun 1433 Nadir Shah, Sultan Bengal
mengirimkan 30,000 tentara yang dipimpin oleh Sindhi Khan untuk
membantu Sultan Sulaiman. Setelah kejadian ini, Arakan kembali bernaung
di bawah kesultanan Bengal. Arakan mulai membayar pajak tahunan kepada
7
kesultanan Bengal Bahasa Parsi terus digunakan sebagai bahasa
pemerintahan. Peristiwa ini memberikan kesan kepada seluruh etnik
Rohingya di Arakan. Pada hakikatnya Arakan tidak pernah dijajah secara
paksa oleh raja Bengal karena Arakan sebagai suatu kerajaan kecil memang
telah meminta perlindungan kepada kerajaan Bengal yang kekuasaannya
lebih besar sebagai suatu kerajaan Islam.
8
Sumber lain datang dari Eropa, dimana para pelaut Eropa yang telah
mengunjungi pesisir pantai Burma di abad ke-15 sampai 17 M
menggambarkan bahwa perkampungan para pedagang Muslim dan lalu
lintas perdagangan mereka menghubungkan Burma dengan jalur Sumatra,
Malaka, dan Pulau Maluku hingga Cina dan Jepang, di satu sisi, dan
berhadapan langsung dengan Bengal dan Sri langka, Persia dan laut Merah
di lain sisi. Para pedagang Muslim mengadakan jual beli di daerah ini.
Faktanya adalah beberapa bagian di pesisir Burma berkembang dalam
pelabuhan terpenting dan merupakan pusat reparasi kapal terutama untuk
orang-orang Arab dan para pedagang Armenia.
9
Sawlu, yang memperkenalkan suatu perkampungan Muslim di pedalaman
Burma lewat tawanan-tawanan Muslim asal India. Di abad ketiga belas,
pasukan Kubilai Khan yang didominasi oleh tentara-tentara Muslim di
bawah pimpinan Nasruddin, anak gubernur Yunan, menyerang daerah
Pagan. Hal ini membuat keberadaan mereka di Burma kembali terasa.
Populasi Muslim di Myanmar sempat meningkat pada masa penjajahan
Inggris, disebabkan oleh meningkatnya migrasi Muslim India ke Myanmar.
Berikutnya, populasi Muslim semakin menurun setelah penandatanganan
perjanjian India-Myanmar pada tahun 1941 (Helmiati, 2014).
10
tapi juga kepada umat Kristiani dan etnis non mayoritas lain seperti Shan,
Kachin, Karen, Chin, dan lain-lain.
Pada saat bangsa Burma lainnya merayakan kemerdekaan pada
tahun 1948, Umat Islam Rohingya justru seakan dikucilkan dari
kegembiraan itu. Hal ini ditandai dengan tidak diundangnya satupun
perwakilan Umat Islam Rohingya saat perjanjian penyatuan Burma di tanda
tangani pada 12 September 1947 di Pinlong, negara bagian Shanantara
Jenderal Aung San (Ayah tokoh pro Demokrasi Aung San Su Kyi) dan
perwakilan dari berbagai etnis di Burma untuk bersama-sama merebut
kemerdekaan dari Inggris dan kemudian membentuk negara federal Burma
yang terdiri dari negara-negara bagian sesuai dengan komposisi etnis dan
dengan hak untuk menggabungkan diri setelah 10 tahun, etnis Rohingya
sama sekali tidak dilibatkan dalam proses ini.
Berbeda dengan etnis lain yang berhak mendirikan negara bagian
sendiri, etnis Rohingya kehilangan haknya, bahkan wilayahnya (Arakan)
diserahkan kepada etnis Rakhin yang beragama Buddha, walaupun
populasinya kurang dari 10% penduduk Arakan. Sejak saat itulah hakhak
etnis Rohingya berusaha dihilangkan oleh para politisi Buddha Burma.
Bahkan semenjak junta militer menguasai Burma keadaan semakin
memburuk, bukan saja hak-hak politis yang dikekang, tetapi juga dalam
bidang sosial-budaya, hal ini ditandai dengan ditutupnya tempat-tempat
belajar bahasa Rohingya pada tahun 1965 oleh junta. Sejak puluhan tahun
dahulu, ratusan ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh
disebabkan kekejaman pemerintahan Burma dan penganut Buddha terhadap
mereka. Selain Bangladesh, mereka juga melarikan diri ke Pakistan, Arab
Saudi, Thailand dan Malaysia untuk berlindung dan sebahagian besar dari
mereka masih berstatus pelarian hingga kini. Penolakan Bangladesh dan
negara Muslim lainnya termasuk Malaysia membuat kaum Muslim
Rohingya dipaksa kembali ke Myanmar.
Menurut data yang diperoleh MINA, pemerintah Myanmar secara
tegas membentuk UU Imigrasi Daruratpada 1974 yang menghapus
11
kewarganegaraan Rohingya dan dilanjutkan pada 1982 melalui Peraturan
Kewarganegaraan Myanmar (Burma Citizenship Law 1982), dimana
Myanmar menghapus Rohingya dari daftar delapan etnis utama (yaitu
Burmans, Kachin, Karen, Karenni, Chin, Mon, Arakan, Shan) dan dari 135
kelompok etnis kecil lainnya. Undang-undang ini bersifat sentimen
keagamaan dan penuh diskriminasi. Implikasi UU tersebut adalah Muslim
Rohingya tidak diakui sebagai warganegara, malah diberi julukan
“pendatang” di tanah air mereka sendiri. Pemerintahan junta menafikan
semua sejarah penduduk Muslim Rohingya, bahasa mereka, kebudayaan,
adat-istiadat dan segala hubungan mereka dengan Arakan, tanah tumpah
darah mereka. Malah dengan undang-undang baru ini, mereka tidak
dibenarkan terlibat dalam segala bentuk perdagangan.
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Islam sampai ke Burma melalui beberapa jalur. Pada pedagang
Arab menetap di garis pantai negeri ini selama abab 1 tahun
hijriah (abad VII masehi), atau sesudahnya. Pada awalnya
mereka menempati kawasan di sekitar pantai Arakan, dan
kemudia ke selatan. Menurut para sejarawan, para pelaut muslim
telah datang ke Burma pada abad IX.
2. Pada 860 M, para pengelana dari China menemukan daerah
koloni persia di perbatasan Yunnan. Myanmar (dulu Burma)
pada awalnya terbagi menjadi beberapa kerajaan. Hal ini
menimbulkan beberapa versi mengenai kedatangan Islam
khususnya di dua daerah bagian di Burma yakni, Pagan (Bagan)
dan Arakan (negara bagian yang terletak di Barat Myanmar).
Untuk mengetahui islamisasi di Myanmar perlu melihat pada
proses islamisasi di kedua daerah tersebut.
3. Sejak dahulu Arakan telah banyak dipadati oleh para pedagang
Arab. Tempat ini terkenal di kalangan para pelaut Arab, Moor,
Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal. Mereka datang
sebagai pedagang, prajurit dan ulama. Mereka menggunakan
jalur darat dan laut. Pendatang tersebut banyak yang tinggal di
Arakan dan berasimilasi dengan penduduk setempat.
4. Dua orang pelaut Muslim dari keluarga BYAT. Byat Wi dan
Byat Ta, tiba di pantai Burma dekat Thaton. Setelah kapal
mereka rusak, mereka mengunakan papan berenang ke pantai.
Mereka berlindung dan tinggal di Biara di Thaton. Raja Thaton
menjadi takut tpada mereka dan membunuh saudara tertua
mereka ketika sedang tidur. Saudaranya yang paling muda
berhasil meloloskan diri ke Bagan dan berlindung kepada Raja
Anawartha. Kemudian dia tinggal di Bagan dan menikahi
13
seorang wanita dan memiliki dua orang anak, Shwe Byin
bersaudara.
5. Etnis Rohingya adalah penduduk asli negara bagian Arakan.
Arakan sendiri merupakan sebuah negara bagian yang terletak di
Barat Myanmar dan berbatasan langsung dengan India di Utara,
negara bagian China di timur laut, dan Bangladesh di Barat Laut.
Arakan dulu dikenal dengan sebutan Rohang dan saat ini lebih
dikenal dengan Arakan/Rakhine.
3.2 Saran
Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya makalah
menjadi lebih sempurna lagi kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
fakultas ushuluddin, h. (2016). sejarah Islam asia tenggara. pekanbaru: LPPM UIN
SUSKA RIAU.
haif, A. (2016). ISLAM DI BURMA. jurnal adabiyah, 149-157.
Helmiati. (2014). sejarah islam asia tenggara. Pekanbaru: LPPM UIN SUSKA RIAU.
surya, G. (2021, March 12). kenapa burma menjadi myanmar. Retrieved from solo,
kompasTV: https://www.kompas.tv/article/154765/kenapa-burma-berubah-
jadi-myanmar-ini-penjelasannya
15