Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN WALKTHROUGH SURVEY

Pabrik Tahu

Oleh
Kelompok 13

Program Studi Pendidikan Dokter


Universitas Lampung
Fakultas Kedokteran
BandarLampung
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan

seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk yang berkualitas

tinggi. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumber daya

manusia yang dimiliki perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan

suatu masalah penting dalam setiap proses operasional sebab hal tersebut terkait erat

dengan sumber daya manusia sebagai karyawan.

Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam setiap aktivitas. Pada bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, risiko yang paling sering diperhatikan adalah

risiko yang berakibat negatif. Risiko tersebut berupa bahaya yang mengancam

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Untuk menghindari dampak negatif dari

risiko tersebut, setiap industri harus mampu melakukan pengelolaan potensi risiko

yang timbul sehingga peluang terjadi atau akibat yang ditimbulkannya tidak besar.

Dengan kata lain, dengan mengetahui tingkat risiko yang akan terjadi, maka

perusahaan dapat mengetahui bagaimana cara untuk mengurangi dampak yang

ditimbulkannya sehingga risiko tersebut dapat dikendalikan. Oleh karena itu, yang

menjadi fokus utama dalam manajemen risiko keselamatan kerja adalah tindakan

pencegahan atau pengurangan ancaman keselamatan dan kesehatan kerja.

Potensi bahaya (hazard) menjadi problematika bagi perindustrian sebab

merupakan sumber risiko yang potensial mengakibatkan kerugian material,

lingkungan, dan manusia.


Salah satu bentuk risiko bahaya yang dapat muncul adalah kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat timbul baik dari lingkungan fisik kerja, perilaku para

pekerja, maupun mesin dan peralatan industri yang digunakan.

Riset yang dilakukan International Labor Organization (ILO) atau Organisasi

Perburuhan Internasional di bawah PBB menghasilkan kesimpulan, setiap hari

rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2

juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan

mereka. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan

350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan

(ILO dalam Suardi, 2005).

HIRARC (Hazard identification, Risk Assessment, and Risk Control) merupakan

elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Di

samping itu, HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko

(Ramli, 2009). Aktivitas dalam HIRARC mencakup aktivitas identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Tujuan identifikasi bahaya yaitu untuk

menjamin bahwa proses produksi bisa berjalan secara terus-menerus dengan

melindungi pekerja, peralatan dan lingkungan dari terjadinya kecelakaan kerja.

Dengan dilakukannya identifikasi bahaya dan pencegahannya diharapkan dapat

meminimalkan kecelakaan yang terjadi sehingga dapat dicapai tingkat kecelakaan

dengan mendekati 0 (zero accident).


Proses identifikasi dilakukan terhadap jenis pekerjaan, keberadaan dari peralatan

dan keberadaan pekerja sebagai operator. Salah satu metode identifikasi bahaya

ini adalah Job Safety Analysis (JSA). JSA berfungsi untuk menganalisis potensi

bahaya dari pekerjaan yang akan dijalankan dan nantinya dapat membantu pekerja

untuk memahami kegiatan kerja yang akan dilakukan. Dengan demikian pekerja

menjadi sadar akan potensi bahaya yang ada dalam menjalankan kegiatan kerja

tersebut, sehingga pekerja dapat berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

semua unsur yang berpotensi mengganggu jalannya proses produksi. Penilaian

risiko dilakukan untuk menentukan prioritas langkah - langkah pengendalian

risiko. Risiko yang dinilai berupa risiko bahaya yang telah diidentifikasi

sebelumnya.

Industri Tahu merupakan milik perorangan yang bergerak dalam bidang produksi

pangan. Aktivitas produksi di industry ini menggunakan sistem manusia dan

beberapa mesin tradisional dan mesin modern seperti semprong bara api yang

mereka punya. Dimana pada setiap aktivitasnya yang mereka jalankan terdapat

risiko bahaya bagi mereka, baik dari segi manusia (pekerja), mesin dan peralatan,

maupun lingkungan kerja.

1.2 Tujuan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, Walkthrough Survey (WS)

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses produksi tahu, dilihat dari

aspek bahaya potensial meliputi : fisik, biologis, kimia, dan ergonomi.


1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa :

Mengetahui aspek bahaya potensial meliputi : fisik, biologis, kimia,


dan ergonomi pada industri tahu.

1.3.2 Bagi Industri

1. Mengetahui bahaya potensial yang dapat dialami oleh pekerja.


2. Menjadi tolak ukur industri.
3. Meningkatkan kesejahteraan pekerja.
BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1. Profil Perusahaan

Industri tahu rumahan yang beralamat di Jl.Sari Dele II Kelurahan Gunung

Sulih Kecamatan Way Halim yang kami kunjungi telah berdiri sejak tahun

1980 hingga sekarang usia industri tahu ini berusia 37 tahun. Usaha industri

tahu rumahan ini memiliki satu orang pemilik pabrik tahu dan enam orang

pegawai dengan masing-masing tugas, yaitu satu orang sebagai penggiling

tahu, satu orang sebagai pencetak tahu, dua orang sebagai penggoreng tahu,

dan dua orang dibagian pengemasan tahu. Setiap harinya 125-150 Kg kacang

kedelai diproses menjadi sekitar 12000 tahu goreng yang akan dipasarkan

kembali ke sejumlah pasar. Pembuatan tahu ini dilakukan mulai dari pukul

07.00-15.00 WIB.

2.2 Hasil Observasi

Industri tahu yang bertempat di Jl. Sari Dele II Kelurahan Gunung Sulih

Kecamatan Way Halim ini memiliki 5 orang pekerja yang bekerja dalam

proses produksi. Lima orang pekerja dalam proses produksi ini terdiri dari 2

orang yang bertugas dalam penggorengan tahu, 2 orang yang bertugas dalam

pembuatan bahan mentah tahu, dan 1 orang yang bertugas dalam pengemasan

tahu. Selama proses kunjungan dan melakukan pemantauan terhadap proses

produksi kami menemukan berbagai permasalahan akibat kerja yang mungkin

dapat terjadi di lingkungan kerja industri tahu tersebut.


Bahaya potensial yang mungkin dapat terjadi yaitu yang pertama dari segi

fisik adalah suhu panas yang berasal dari kompor yang dipakai dalam proses

penggorengan tahu. Asap hasil penggorengan juga dapat membahayakan

pekerja ditambah dengan kurangnya ventilasi di ruangan tempat produksi

yang dapat memperberat resiko terjadinya penyakit, paparan asap yang terus

menerus dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya

kanker paru. Bahaya potensial lain yang ditemukan adalah air yang dipakai

dalam produksi bahan mentah tahu dapat meningkatan resiko terjadinya

penyakit-penyakit kulit seperti dermatitis kontak iritan karena pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan) pada saat proses produksi.

Licinnya lantai dikarenakan air yang dibuang dari proses produksi bahan

mentah tahu juga berbahaya karena dapat menyebabkan pekerja tergelincir.

Bahaya potensial lain dari segi ergonomis yang mungkin dapat terjadi yaitu

low back pain karena selama proses penggorengan tahu, para pekerja

menggoreng dengan posisi membungkuk, dan juga pada saat produksi bahan

mentah tahu pekerja kerap berbalik badan dengan posisi yang kurang baik.

Masalah lain yang kami temukan yaitu adalah penggunaan minyak goreng

secara berulang saat penggorengan tahu yang dapat membahayakan

konsumen tahu tersebut.

2.3 Penatalaksanaan

Intervensi yang kami lakukan terhadap beberapa masalah bahaya potensial

yang telah kami identifikasi dan evaluasi yaitu berupa promosi kesehatan

khususnya terhadap Industri pembuatan tahu.


Promosi kesehatan merupakan proses yang memungkinkan setiap individu

untuk meningkatkan kendali atas dirinya sendiri demi untuk meningkatkan

kesehatan. Metode Promosi Kesehatan ini kami lakukan dengan tujuan agar

memberikan informasi kepada para pekerja tentang bahaya potensial di

lingkungan pekerjaan dan agar para pekerja dapat membentuk perilaku

kesehatan terhadap pekerjaan tersebut.

Kami menggunakan media intervensi berupa poster tentang higiene, flip chart

tentang bahaya potensial dan alat pelindung diri, serta leaflet tentang jaminan

kesehatan nasional (Jamkesmas). Intervensi dilakukan dengan metode diskusi

kepada pekerja. Hasil yang diharapkan agar para pekerja dapat melakukan

pencegahan dimulai dari hal-hal yang penting seperti memakai sarung tangan

dan masker saat melakukan pembuatan tahu dan saat penggorengan tahu,

memakai sepatu boot khusus untuk pekerja pembuat tahu agar terhindar dari

bahaya potensial seperti dermatitis. Setelah menjelaskan pentingnya alat

pelindung diri di lingkungan kerja, kami memberikan poster tersebut untuk di

temple di sekitar dapur dan bingkisan berupa alat pelindung diri dan obat-

obatan. Alat pelindung diri tersebut diantaranya masker, sarung tangan

plastik, untuk pekerja pembuat tahu dan penggoreng tahu . Pemilik Industri

pembuat tahu mengaku bahwa para pekerja telah disediakan alat pelindung

diri berupa sarung tangan, namun para pekerja tidak nyaman memakainya,

sehingga dengan adanya diskusi ini kami berharap para pekerja dapat

menggunakan alat pelindung diri (APD).


2.4 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang

sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada

selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu

bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Evaluasi

merupakan bagian intgral dari pengendalian bahan berbahaya menurut

peraturan kesehatan tahun 1988. Evaluasi bahaya yang tampak nyata dapat

dilakukan dengan pengamatan atau inspeksi, tetapi jika diperkirakan ada

bahaya potensial di udara, survei higiene kerja juga perlu dilakukan

(Harrington dan Gill, 1995). Kegiatan evaluasi dilakukan setelah tahap tahap

pemantauan yaitu evaluasi terhadap bahaya potensial di lingkungan kerja.

Bahaya potensial di lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada pada

lingkungan kerja yang berpotensi menjadi bahaya akibat adanya suatu proses

kerja (Kemenakertrans, 2011). Potensi bahaya kesehatan yang biasa di

tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor

fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi (ILO, 2013).

Pengukuran bahaya potensial lingkungan kerja yaitu di tahu yang dikunjungi

antara lain :

a. Bahaya Faktor Fisik

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat

fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja,

gelombang mikro dan sinar ultra ungu.


Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari

proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan

(ILO, 2013). Faktor fisik yang di temukan pada industri tahu

yang di observasi adalah panas dan asap. Faktor panas berasal

dari api kayu bakar pada saat proses penggorengan tahu. Pada

hasil observasi didapatkan suhu tempat produksi tahu melebihi

nilai suhu ruangan yaitu >30º C. Selain panas didapatkan pula

faktor fisik berupa asap, yang dihasilkan oleh kayu yang di bakar

dalam tungku untuk menggoreng tahu.

b. Bahaya Faktor Ergonomi

Menurut International Labor Organization tahun 2013,

ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dengan

tubuh manusia. Risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat

apabila pekerja mengerjakan tugas monoton, berulang atau

kecepatan tinggi, postus tidak netral atau canggung dan apabila

kurang istirahat yang cukup. Pada industri tahu yang di observasi

terdapat bahaya potensial ergonomi yang ada pada penggoreng

tahu yaitu tugas monoton yang berulang yang dilakukan selama 6

jam, dalam posisi yang tidak netral aatu canggung yaitu

menggoreng tahu selama 6 jam sambil berdiri dan agak sedikit

membungkuk.
c. Bahaya Faktor Biologi

Bahaya faktor biologi yang di evaluasi dari hasil observasi atau

pengamatan pada industri tahu adalah adanya jamur atau kerak

yang terdapat pada wadah penampungan tahu yang telah di

uapkan, yang dapat menjadi sumber penyakit pada produk tahu.

Tempat produksi tahu juga sangat terbuka sehingga semua bahan

dapat terkontaminasi mikroorganisme lain, dan dapat dihinggapi

serangga terutama lalat.

d. Bahaya Faktor Kimia

Hasil evaluasi bahaya faktor kimia ditemukan, bahwa air

perendaman tahu menyebabkan pekerjanya sering gatal-gatal

pada tangan yang kemungkinan disebabkan oleh adanya zat

kimia pada kedelai yang baru di rendam.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Dari walkthrough survey yang telah kami lakukan, kami mengacu pada

hierarki pengendalian bahaya atau risiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja) yang disajikan pada tabel berikut:

Hierarki pengendalian bahaya/risiko K3


Eliminasi Eliminasi sumber bahaya Tempat kerja/ pekerjaan
Substitusi Substitusi alat/ mesin/ bahan aman mengurangi bahaya
Perancangan Modifikasi/perancangan alat/
mesin/ tempat kerja yang
lebih aman
Administrasi Prosedur, aturan, pelatihan, Tenaga kerja aman
durasi kerja, tanda bahaya, mengurangi paparan
rambu, poster, label
Alat pelindung diri Alat perlindungan diri tenaga
(APD) kerja

Pengendalian resiko/bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,

kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Seperti yang

kami lakukan saat pertemuan pertama yaitu identifikasi masalah. Di lingkungan

kerja pabrik tahu, lantai yang licin berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja

sehingga perlu dibersihkan supaya tidak licin lagi. Kemudian minyak goreng yang

digunakan untuk menggoreng tahu terlihat hitam seperti sudah berkali – kali

digunakan dalam menggoreng. Maka dari itu kami menyarankan kepada pemilik

pabrik untuk mengganti minyak goreng tersebut apabila sudah berganti warna

karena berpotensi berubah menjadi karsinogen.


Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi

menurun seperti diilustrasikan pada gambar di bawah:

Aspek yang menjadi fokus utama kelompok kami pada kelompok usaha

pembuatan tahu yaitu alat pelindung diri (APD). Pada intervensi telah dijelaskan

kepada para pekerjanya tentang pentingnya penggunaan APD yang sesuai dengan

pekerjaan yang mereka lakukan. Kami juga meminta agar para pekerja selalu

mengenakan APD ketika sedang bekerja.

Hal-hal lainnya yang kami sampaikan pada saat intervensi yaitu tentang

jamkesmas, higiene dan sanitasi, ergonomi, dan pemakaian minyak goreng. Pada

saat pertemuan intervensi telah dijelaskan tentang jamkesmas dan menyarankan

para pekerja untuk mendaftarkan diri sebagai anggota BPJS. Selain itu telah

dijelaskan higiene dan sanitasi yang baik dan sesuai pada lingkungan kerja,

pengetahuan tentang ergonomi, dan pemakaian minyak jelantah yang baik.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Saran

Berdasarkan pembahasan yang sudah dijabarkan, kami memberikan saran

sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan identifikasi dan pengkajian lebih mendalam terkait bahaya

potensial yang ada di pabrik tahu ini.

2. Perlu adanya tindakan evaluasi lanjutan setelah dilakukan intervensi pada

pabrik tahu ini sehingga target perubahan yang diinginkan bisa terpantau.

3. Intervensi yang dilakukan sebaiknya dilakukan lebih interaktif sehingga

pemilik dan pekerja pabrik lebih mudah memahami maksud dan tujuan

yang diinginkan.

4.2 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dijabarkan kami menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Masih terdapat beberapa bahaya potensial dari bidang ergonomic terhadap

kesehatan kerja para pekerja yang memerlukan perhatian khusus dari

perusahaan.

2. Kurang lengkapnya alat pelindung diri untuk para pekerja perusahaan yang

dapat mencegah terjadinua kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

3. Masih terdapat beberapa bahaya potensial yang dapat mengganggu

kesehatan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai