1 PB
1 PB
4 : 189 – 199
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946
ABSTRAK
Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi, salah satu penyebabnya adalah
terjadinya hipertensi. Hipertensi dan komplikasinya memberi kontribusi besar dalam morbiditas dan
mortalitas neonatal dan maternal. Penggunaan obat antihipertensi selama kehamilan memiliki manfaat
dan risiko. Oleh karena itu, tatalaksana terapi hipertensi yang tepat perlu diperhatikan untuk
meminimalkan risiko yang dapat terjadi pada ibu dan bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi penggunaan obat antihipertensi dan kesesuaiannya dikaji dengan
standar pelayanan medik dan guideline American College of Obstetrics and Gynecologists (ACOG).
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat luaran terapi yang meliputi tekanan darah mencapai target,
proteinuria, dan edema. Penelitian ini merupakan pene litian cross sectional dengan pengambilan data
secara retrospektif melalui rekam medik pasien yang menjalani rawat inap di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta selama periode tahun 2012 – 2015 Data diperoleh dengan metode consecutive sampling dari
rekam medik pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh akan dianalisis
secara deskriptif dan dikaji kesesuaiannya dengan standar pelayanan medik dan guideline ACOG. Hasil
penelitian menunjukkan, antihipertensi yang banyak digunakan pada 85 pasien adalah nifedipin sebesar
51,8%, metildopa sebesar 2,6%, dan amlodipin sebesar 2,6%. Berdasarkan evaluasi ketepatan
pengobatan, 75,3% dinyatakan tepat indikasi, 100% tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis. Luaran
terapi meliputi tekanan darah mencapai target yaitu sebanyak 77 pasien, proteinuria bernilai negatif dan
edema bernilai negatif. Tekanan darah pasien saat keluar rumah sakit rata-rata 128,9±15,9/85±10,9
mmHg. Secara umum pola penggunaan obat hipertensi pada wanita hamil sudah baik dan sesuai dengan
standar yang digunakan.
Kata kunci: hipertensi, kehamilan, pengobatan, luaran klinik, rumah sakit
ABSTRACT
Maternal mortality in Indonesia is relatively high, hypertension becomes one of the causes.
Hypertension and complication give particular contribution on morbidity and mortality on neonatal and
maternal. On the other hand, antihypertensive drug use in pregnancy has both benefit and risk.
Therefore, appropriate hypertension management needs to be assesed in order to minimize the risk in
mother and baby. The aim of the study is to determine the utilization pattern of antihypertensive drugs
that will be assesed for suitability with the standard of medical service and American College of Obstetrics
and Gynecologists (ACOG) guideline, as well as to determine clinical outcome of the therapy, which
includes achieving target blood pressure, proteinuria, and edema. This study was a cross-sectional study
with retrospective data collected from hospitalized patients’ medical record in RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta from 2012 – 2015. The data of patients’ medical records according to inclusion and exclusion
criteria was obtained using consecutive sampling method. Data obtained was analyzed descriptively and
reviewed with the suitability of standard of medical service and ACOG guideline. Research shows that
most widely used antihypertensive drugs are nifedipine by 51,8%, methyldopa by 2,6%, and amlodipine
by 2,6%. Based on the evaluation of sensibility of treatment, 75,3% stated right indication, 100% right
patient, and right medication and dosage. Clinical outcome includes blood pressure that had achieved the
target as many as 77 patient, with negative value of proteinuria and edema. Blood pressure when patients
were dismissed from the hospital was on average of 128,9±15,9/85±10,9 mmHg. In general, the utilization
pattern of hypertension drugs in pregnant women has been well and according to the standards used.
Keywords: hypertension, pregnancy, treatment, clinical outcome, hospital
tindakan lain dan pengobatan lain yang obat yang diberikan kepada pasien hipertensi
diberikan pada pasien wanita hamil yang selama kehamilan
mengalami hipertensi. Analisis data dilakukan secara
deskriptif dengan membandingkan
METODE kesesuaian pengobatan yang diterima pasien
Penelitian ini merupakan penelitian dengan standar yang digunakan, yaitu
cross sectional dengan pengambilan data Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit 2012
secara retrospektif dari data rekam medis dan Guideline ACOG 2013. Analisis kesesuaian
pasien ibu hamil yang mengalami hipertensi penggobatan yang dilihat meliputi jenis obat
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum yang diberikan, dosis, frekuensi dan durasi
PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode pemberian.
2012 – 2015. Pengambilan sampel dilakukan
secara consecutive sampling dari pasien ibu HASIL DAN PEMBAHASAN
hamil yang mengalami hipertensi di Instalasi Pada penellitian ini ada 99 pasien yang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum PKU terdiagnosa hipertensi selama kehamilan dan
Muhammadiyah Yogyakarta periode 2012 – 85 pasien sesuai dengan kriteria inklusi
2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria penelitian ini.
inklusi pada penelitian ini adalah 1). Wanita Karakteristik Pasien
hamil yang didiagnosis utama mengalami Karakteristik pasien yang dilihat
hipertensi selama kehamilan dan mengalami meliputi Karakteristik pasien meliputi usia ibu
rawat inap periode 2012-2015 di RS PKU saat hamil, indek massa tubuh, usia
Muhammadiyah, 2). Rekam data medik kehamilan, dan riwayat kehamilan
lengkap Sedangkan kriteria eksklusinya sebelumnya. Faktor –faktor tersebut
adalah pasien yang dirujuk ke rumah sakit merupakan faktor yang perlu diperhatikan
lain. saat kehamilan karena ada kaitannya dengan
Data yang diambil meliputi data kejadian hipertensi yang dialami oleh ibu
karakteristik pasien (meliputi usia pasien, usia hamil. Data karakteristik pasien (Tabel I).
kehamilan, riwayat kehamilan), riwayat Risiko hipertensi juga meningkat pada
penyakit, riwayat pengobatan, data usia 35 tahun karena terjadinya perubahan
pemeriksaan fisik, data laboratorium pada jaringan alat - alat kandungan dan lahir
(termasuk proteinuria), udem dan kejadian tidak lentur lagi karena penuaan organ tubuh,
kejang selama rawat inap. Data terapi obat sehingga penyakit yang berhubungan dengan
yang didata meliputi jenis obat dan kombinasi kehamilan juga akan meningkat.
Tabel III. Klasifikasi Hipertensi Selama Kehamilan Berdasarkan Guideline ACOG (2013)
Diagnosis hipertensi Jumlah Persentase (%)
Preeklamsia 79 92,9
Hipertensi kronik 5 5,9
Hipertensi gestasional 1 1,1
Total 85 100
Usia maternal lebih dari 40 tahun Karakteristik hipertensi pasien (Tabel II).
meningkatkan risiko sebesar 2 kali lipat8. Berdasarkan klasifikasi hipertensi
Indek massa tubuh (IMT) merupakan selama kehamilan, pada penelitian ini ada 3
faktor lain yang mempengaruhi selama klasifikasi hipertensi selama kehamilan
kehamilan. Pasien dikatakan obese jika nilai didominasi dengan preeklamsia sebanyak 79
IMT>30 yaitu sebanyak 17 kasus (56,67%) dan pasien (92,9%), hipertensi kronik sebanyak 5
pasien yang memiliki IMT <30 sebanyak 13 pasien (5,9%), dan hipertensi gestasional
kasus (43,33%). Risiko terjadinya sebanyak 1 pasien (1,1%). Myrtha (2015)
preeklamasia meningkat dengan adanya menyatakan 10-15% kehamilan disertai
peningkatan IMT9. Kejadian preeklamsia komplikasi hipertensi (preeklamsia)
berkurang secara signifikan pada pasien berkontribusi besar dalam morbiditas dan
dengan IMT <20. Pada penelitian ini tidak mortalitas neonatal dan maternal, sehingga
semua pasien dapat dihitung nilai IMT-nya, pasien yang mengalami preeklamsia
karena ada data berat badan atau tinggi badan memerlukan perawatan yang intensif dan
yang tidak ditulis pada rekam medik. biasanya berujung pada rawat inap. Menurut
Preeklamsia paling sering didapatkan POGI (2010) hipertensi dalam kehamilan
setelah umur kehamilan 20 minggu, semakin terutama preeklamsia ditemukan dalam
bertambahnya usia kehamilan maka semakin jumlah menetap dan cenderung meningkat
besar pula kemungkinan untuk terjadi hingga 5-7% dari kehamilan dan merupakan
preeklamsia.Penelitian ini menunjukan bahwa komplikasi tersering dalam kehamilan,
usia kehamilan pada pasien didominasi kurang lebih 70% wanita yang didiagnosis
dengan usia aterm sebanyak 55 pasien hipertensi dalam kehamilan merupakan
(64,70%) dan usia preterm ditemukan preeklamsia.
sebanyak 30 pasien (35,30%).
Riwayat kehamilan sebelumnya dapat Pengobatan Hipertensi
menjadi faktor hipertensi selama kehamilan. Pengobatan hipertensi yang diterima
Hasil penelitian menunjukan riwayat pasien yang terlibat dalam penelitian (Tabel
kehamilan didominasi pasien dengan riwayat III). Tabel III menunjukkan bahwa obat
abortus sebanyak 16 orang (18,82%), sebanyak antihipertensi tunggal yang paling banyak
2 pasien (2,35%) mempunyai riwayat diberikan pada pasien adalah nifedipin yaitu
preeklamsia sebelumnya, dan sebanyak 12 pada 44 pasien (51,8%), diikuti dengan
pasien (14,12%) mempunyai riwayat penyakit amlodipin dan metildopa masing – masing
hipertensi sebelumnya. Ibu hamil yang pada 2 pasien (2,6%).
sebelumnya memiliki riwayat preeklamsia Metildopa merupakan lini pertama
meningkatkan risiko sebesar 7 kali lipat yang digunakan pada hipertensi selama
terjadinya hipertensi pada kehamilan8. kehamilan. Obat lain yang memiliki
keamanan dan efikasi, untuk lini pertama
Karakteristik Hipertensi Pasien adalah metildopa dan labetol, untuk lini
Karakteristik hipertensi pasien yang kedua adalah hidralazin, nifedipin dan
dilihat meliputi klasifikasi hipertensi dan prazosin . Nifedipin lebih efektif digunakan
6
parameter hipertensi awal masuk rumah sakit. sebagai agen anti hipertensi dengan
persalinan diakhiri dengan vakum ekstraksi. gangguan cairan. Pada Preeklamsia biasanya
Terminasi dengan ekstraktor vakum dipilih terjadi vasokontriksi dan mungkin mengalami
karena pada kala II, pasien dengan hipertensi reduksi volume intravaskuler yang relatif dan
mempunyai bahaya perdarahan dalam otak keduanya dapat mengurangi keluaran urin17.
lebih besar14. Keseimbangan cairan harus diperhatikan.
Tindakan yang bisa dilakukan pada Hasil penelitian menunjukkan hampir semua
preeklamsia berat adalah mengakhiri pasien yaitu sebanyak 63 pasien menerima
kehamilan untuk mencegah komplikasi ringer laktat pada awal masuk rawat inap.
maternal yang potensial akan muncul. Namun Penggunaan kortikosteroid biasa
demikian, terapi suportif seperti mencegah dilakukan pada kehamilan preterm ketika
timbulnya kejang, pengendalian tekanan dilakukan tindakan konservatif, antara lain
darah, dan penilaian janin juga penting untuk adalah penggunaan dexametason untuk
mencapai hasil yang memuaskan. Jenis obat mempercepat kematangan paru paru janin,
lain yang digunakan dalam penanganan dan menurunkan respiratory distress syndrome
preeklamsia (Tabel V). Pengobatan yang pada bayi yang dilahirkan. Sebelas pasien
diberikan sebelum melahirkan antara lain: yang menerima kortikosteroid, 6 pasien
oksitosin, magnesium sulfat, dan menerima kortikosteroid karena usia
antihipertensi. Misoprostol digunakan untuk kehamilan preterm (<37 minggu). Saat ini
mempercepat kelahiran sebanyak 11 kasus. kortikosteroid banyak digunakan pada kasus
Pasien tidak perlu mendapatkan penginduksi preeklamsia khususnya pada kehamilan
melahirkan karena usia kehamilan sudah prematur untuk pematangan paru janin dan
memasuki usia melahirkan15. kasus preeklamsia berat18. Mereka juga
Agen pencegahan kejang digunakan berpendapat bahwa pendekatan terapi ini bisa
obat magnesium sulfat, diazepam, dan meningkatkan perawatan maternal fetal,
fenitoin. Magnesium sulfat paling efektif dan menurunkan perlunya transfusi darah
obat lini pertama untuk terapi kejang pada maternal, menurunkan morbiditas atau
eklamsia. Magnesium juga direkomendasikan mortalitas. Hasil penelitian menunjukan 11
untuk profilaksis eklamsia pada wanita pasien menerima kortikosteroid yaitu 10
dengan preeklamsia berat16. Magnesium sulfat memakai dexametason dan 1 memakai
ditemukan dalam kasus sebanyak 10 pasien metilprednisolon.
dibanding diazepam hanya 7 pasien dan Sebanyak 75 pasien menerima
fenitoin hanya 1 pasien. Diazepam dan antibiotik, baik pemakaian tunggal dan
fenitoin termasuk kategori D dalam kehamilan kombinasi. Kombinasi yang paling banyak
yang dapat menyebabkan congenital digunakan adalah seftriaxon dan klindamisin
malformation, tetapi untuk pencegahan sebanyak 21 pasien. Penggunaan antibiotika
kejang pada severe preeklamsia diazepam dan pada pembedahan ditunjukan untuk
fenitoin dapat digunakan dengan penyesuaian mencegah terjadinya infeksi pasca bedah19.
dosis dan monitoring terapi obat6. Pasien bedah biasanya lebih rentan terhadap
Selain itu digunakan ringer laktat bakteri baik dari lingkungan, maupun dari
dalam bentuk infus untuk mengatasi floranormal tubuh sendiri20. Pemakaian
kombinasi digunakan untuk lebih dari satu sebelum operasi atau tindakan obstetrik
mikroba yang berbeda21. Penggunaan adalah ampisilin dan sefazolin22.
antibiotik yang sering digunakan selama Seftriaxon merupakan sefalosporin
kehamilan antara lain ampisilin, sepalosporin, yang berspektrum luas yang membasmi gram
klindamisin dan golongan aminoglikosida. positif maupun negatif, sedangkan
Antibiotik yang digunakan untuk profilaksis klindamisin aktif sebagai bakterisid dan
Tabel VI. Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi
Selama Kehamilan
Ketepatan Jumlah Persentase (%)
Tepat indikasi 64 75,30
Tidak tepat 21 24,70
Tepat Pasien 85 100
Tidak tepat pasien 0 0
Tepat obat 85 100
Tidak tepat obat 0 0
Tepat dosis 85 100
Tidak tepat dosis 0 0
bakteriostatik tergantung dari dosis yang terapi hipertensi karena pemberian terapi
digunakan. Antibiotik untuk profilaksis hipertensi akan menyebabkan hipotensi pada
ataupun postpartum, yang sering digunakan ibu dan fetal akan menyebabkan distress25.
adalah golongan sefalosporin baik tunggal Terjadi perubahan tekanan darah postpartum
ataupun kombinasi. Keuntungan penggunaan pada pasien hipertensi ringan yaitu dengan
kombinasi adalah mengurangi resisten dan rata rata tekanan darah sistolik dan tekanan
mengurangi efek toksik obat23. darah diastolik, hal ini dikarenakan tekanan
Antibiotik tunggal paling banyak darah pasien hipertensi ringan akan kembali
digunakan adalah klindamisin sebanyak 17 normal sesudah melahirkan. Pasien akan
pasien dan amoksisilin sebanyak 16 pasien. sembuh dalam kurun waktu 42 hari
Lama penggunaan antibiotik setelah operasi postpartum26.
ialah selama 3 hari24. Sebanyak 73 pasien lama Dua puluh satu kasus lainnya tidak
penggunaan aantibiotik selama 1-3 hari. tepat indikasi yaitu antihipertensi diberikan
Pemakaian antibotik 4-11 hari diberikan jika pada tekanan darah <160/110 mmHg dan pada
belum terjadi perbaikan tanda dan gejala. tekanan darah >160/110 mmHg tidak
diberikan terapi hipertensi. Pasien dengan
Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat preeklamsia berat tidak diberi terapi
Evaluasi ketepatan penggunaan obat antihipertensi sebanyak 11 kasus, dinilai dari
meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat faktor seperti usia ibu yang berusia >35 tahun
obat dan tepat dosis. Evaluasi ketepatan yang merupakan salah satu faktor risiko,
penggunaan obat (Tabel VI). selain itu dimungkinkan, pasien tersebut
didiagnosis tekanan darah akan turun secara
Tepat indikasi spontan setelah melahirkan, sehingga
Ketepatan pemberian antihipertensi penanganan dengan menginduksi
disesuaikan dengan kondisi klinis persalinan27.
berdasarkan diagnosis dan keluhan pasien.
Hasil penelitian sebanyak 64 kasus (75,30%) Tepat pasien
tepat indikasi karena antihipertensi yang Ketepatan pasien dilihat dari pemilihan
diberikan pada pasien sudah sesuai yaitu antihipertensi yang sesuai dengan kondisi
antihipertensi diberikan jika tekanan darah fisiologis dan patologis pasien yaitu dilihat
sistolik >160 mmHg atau tekanan darah ada tidak kontraindikasi pada ibu hamil.
diastolik > 110 mmHg25. Ketepatan pasien pada penelitian ini dalam
Apabila memiliki tekanan darah dari penggunaan antihipertensi sebesar yaitu 100
140/90 mmHg sampai 149/109 mmHg, atau %. Antihipertensi yang digunakan antara lain
disebut hipertensi ringan tidak diberikan nifedipin, metildopa, amlodipin untuk terapi
tunggal. Nifedipin dan amlodipin termasuk hipertensi kronik dan untuk mild-moderate
kategori C, katagori ini aman bagi ibu hamil hipertensi25.
dibanding antihipertensi lain. metildopa
termasuk kategori B, pilihan utama untuk ibu Tepat dosis
hamil tanpa disertai malformasi atau efek Evaluasi ketepatan dosis untuk
berbahaya bagi ibu dan janin. beberapa obat antihipertensi yang digunakan
Penggunaan terapi antihipertensi (Tabel VII). Ketepatan dosis dilihat dari
kombinasi juga sudah tepat. Kelima kasus kesesuaian dosis antihipertensi yang
tetap menggunakan nifedipin dan digunakan dengan standar yaitu guideline
kombinasinya antara lain metildopa, ACOG. Hasil penelitian menyatakan 100%
nikardipin, captopril, bisoprolol, dan dosis antihipertensi yang digunakan sesuai
furosemid. Penggunaan captopril, bisoprolol dengan standar. Ketepatan dosis dapat dilihat
dan furosemid digunakan setelah dilakukan dalam standar dengan membandingkan dosis
tindakan obstetrik yaitu ketika menyusui. yang direkomendasikan dengan dosis yang
Konsentrasi ketiga obat tersebut rendah dalam digunakan.
air susu, sehingga aman digunakan ketika
masa menyusui16. KESIMPULAN
Pengobatan hipertensi selama
Tepat Obat kehamilan dapat dilakukan dengan terapi
Ketepatan obat dilihat dari pemilihan antihipertensi dan terapi lain. Terapi
antihipertensi harus memiliki efek terapi yang antihipertensi yang banyak digunakan adalah
sesuai, obat antihipertensi yang dipakai akan penggunaan nifedipin sebanyak 44 kasus
disesuaikan dengan standar yang digunakan (51,8%), amlodipin, dan metildopa masing
yaitu standar pelayanan medik dan guideline masing sebanyak 2 pasien (2,6%). Penggunaan
ACOG. Berdasarkan standar, drug of choice terapi hipertensi nifedipin, amlodipin,
adalah golongan CCB, labetolol, dan metildopa, dan kombinasi lain ditujukan
hidralazin. Nifedipin dan amlodipin termasuk untuk terapi pada hipertensi berat (>160/110
dalam golongan CCB yaitu sebesar 51,8% mmHg). Terapi lain ditujukan untuk
menggunakan nifedipin dan sebesar 2,6% menunjang tindakan obstetrik antara lain
menggunakan amlodipin baik sebelum dan digunakan antibiotik, analgetik,
sesudah tindakan obstetrik. Nifedipin kortikosteroid, oksitosin, MgSO4, dan mineral
merupakan lini pertama saat terjadinya severe lain. Evaluasi ketepatan pola pengobatan
hipertensi, selain labetolol dan hidralazin. antihipertensi dinyatakan 75,3% tepat
Metildopa juga menjadi lini pertama saat indikasi, 100% tepat pasien, 100% tepat obat,
dan 100% tepat dosis. Secara umum 10. Jayasutha, J., Ismail, A.M. and
pengobatan yang diterima oleh ibu hamil yang Senthamarai R. Evaluation on Efficacy
mengalami hipertensi sudah sesuai dengan of Methyldopa Monotherapy and
pedoman yang ada. Combination Therapy with Nifedipin in
Pregnancy-induced Hypertension. Der
UCAPAN TERIMA KASIH Pharm Lett. 2011;3(3):383-387.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang 11. Rezaei Z. Comparison of Efficacy of
telah membantu hingga terselesaikannya Nifedipin and Hydralazine in
penelitian ini, dari RS PKU Muhammadiyah Hypertensive Crisis in Pregnancy. Acta
sebagai tempat penelitian yang mengijinkan Med Iran. 2011;47(11):701-706.
peneliti untuk melakukan pengambilan data. 12. Sarker, S.K., Ganesan, K. and Paul R.
Current Prescribing Pattern of
DAFTAR PUSTAKA Antihypertensive Drug in Preeclamsia.
1. WHO. A Global Brief on Hypertension: Int J Integr Med Sci. 2015;2(4):110-113.
Silent Killer, Global Public Health 13. Anderson NR, Undeberg M, Bastianelli
Crisis. 2013: 9-28. doi:10.1136/bmj.1. KMS. Pregnancy - Induced
4815.882-a Hypertension and Preeclampsia: A
2. ML D, H S. Prevalensi dan Faktor Review of Current Antihypertensive
Determinan Penyakit jantung di Pharmacologic Treatment Options.
Indonesia. Puslitbang Biomedis dan Farm. Austin J Pharmacol Ther. 2013;1(1):8.
2009;37:142-159. doi:10.1016/j.bios.2016.01.015
3. Krishnachetty B, Plaat F. Management 14. Cunningham FG. Obstetri Wiliiams. 2nd
of hypertensive disorders of pregnancy. ed. Jakarta: ECG; 2005.
Anaesthesia tutorial of the week 304. 15. Luh N, Lisniawati G, L LPF, Astuti KW.
Aagbi. 2014; (March) :1-13. Kajian Penggunaan Obat Antihipertensi
www.totw.anesthesiologists.org. pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di
4. Rahajeng E, Tuminah S. Hidup Bersama RSUP Sanglah Denpasar Periode
Hipertensi. Maj Kedokt Indones. Januari 2009 - Desember 2011 (
2009;59(12):580-587. Lisniawati , N . L . G ., Febryana , L . P .,
5. Sharma R, Kapoor B, U V. Drug Astuti , KAJIAN PENGGUNAAN
Utilization Pattern During Pregnancy in OBAT ANTIHIPERTENSI PADA
North India. Indian J Med Sci. PASIEN HIPERTENSI GES. Repos
2006;60:277-287. Unud. 2011;2011:[cited 2017 November
6. OGCCU. Complications of Pregnancy and 18]; p. 82-90. https://ojs.unud.ac.id/
Hypertension in Pregnancy.; 2003. index.php/jfu/article/view/5759.
7. Sidani, M. and Siddik-Sayyid SM. 16. Myrtha. Penatalaksanaan Tekanan
Preeclamsia, A New Perspective in Darah pada Preeklampsia. Manag Blood
2011. Middle East J Anesthesiol. Press Preeclampsia Fak Kedokt Univ Sebel
2011;21(2):2017-2216. Maret. 2015;42(4):262-266.
8. Robson, S.E. and Jason W. Patologi Pada 17. Hacker, N.F. and Moore JG. Esensial
Managemen Kehamilan Dan Asuhan Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
Kebidanan (Medical Disorder in Hipocrates; 2001.
Pregnancy: A Manual for Midwives). 18. Magann, E.F., Bass, D., Chauhan, C.P.,
Jakarta: ECG; 2012. Sullivan, D.L., Martin, R.W., Martin JN.
9. Duckitt, K. and Harrington K. Risk Antepartum Corticosteroid: Disease
Factor for Pre-eclampsi at Atenatal Stabilization in Patient with Sindrome
Booking Systemic Review of Controll HELLP. Am J Obstet Gynecol.
Studies. BMJ. 2005;330:565-572. 1994;171:1148-1153.
19. Hidajat NN. Pencegahan Infeksi Luka 24. Tumirah M dan S. Perbandingan Lama
Operasi. 2009. Penyembuhan Luka Post Operasi
20. Setiawan, D. dan Haefa AB. Pola Seksio Sesarea dengan Terapi
Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Antibiotik Profilaksis dan Terapeutik. J
Pasien Bedah Caesar di Rumah Sakit Penelit Poltekes Dep Kesehat Surabaya.
Umum Daerah Purbalingga Tahun 2009;7(2):99-106.
2007. In: Proseeding Kongres Ilmiah ISFI 25. ACOG. Emergent Therapy for Acute-
XVI 2008. ; 2008. Onset, Severe Hypertension During
21. Gunawan, S.G., Rianto SN and E. Pregnancy and the Postpartum Period.
Farmakologi Dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Am Coll Obstet Gynecol. 2011:623.
Fakultas Kedokteran Universitas 26. Chichel, L.S., Grzegorz, H.B., Andrzej T.
Indonesia Departemen dan Terapetik; Treatment of Arterial Hypertension in
2008. Pregnancy. Poland; 2007.
22. Manuaba IGB. Pengantar Kuliah Obstetri. 27. Magee L. Diagnosis, Evaluation, and
Jakarta: EGC; 2007. Management of Hypertensive
23. Gondo HK. Penggunaan Antibiotika Disorders of Pregnancy. J Obstet
pada Kehamilan. Wijaya Kusuma. Gynaecol (Lahore). 2008;30(3):1-48.
2007;1(1):57-62.