Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘Ilmu al-Lughoh al-Nafsy

Dosen Pengampu: Jauhar Ali, M. Pd. I

Disusun oleh:

1. Nur Bayti Farha (2217062)


2. Helga Regita Safira (2217067)
3. Alisa Qotrun Nada (2217068)
4. Hana Fahiroh (2217143)

Kelas C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Bahasa Anak” . Dan kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak Jauhar Ali M. Pd. I selaku dosen mata kuliah
‘Ilmu al-Lughoh al-Nafsy yang telah memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kepada kita semua mengenai “Perkembangan Bahasa Anak”. Kami
juga menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat untuk dimasa yang akan
datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun yang
membaacanya. Sebelumnya kelompok kami minta maaf apabila terdapat
kesalahan kata kata yang kurang berkenaan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari anda, demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Pekalongan, 27 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................ii


Daftar Isi .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2


A. Perkembangan Bahasa Anak Menurut Para Ahli..............................2
B. Teori Perkembangan Bahasa Anak....................................................4
C. Perkembangan Motorik.....................................................................7
D. Perkembangan Sosial dan Komunikasi.............................................9
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
E. Perkembangan Kognitif...................................................................11

BAB III PENUTUP .........................................................................................15


A. Kesimpulan......................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangana anak, bahasa yang mereka gunakan


pun meningkat dalam hal keluasan serta kerumitan. Anak-anak belajar
berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara. Meskipun cara anak
yang satu dan yang lainnya berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada
hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak,
perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan
individual dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan
pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca
dan menulis permulaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan bahasa anak menurut para ahli?
2. Apa saja teori dalam perkembangan bahasa anak?
3. Bagaimana perkembangan motorik anak?
4. Bagaimana perkembangan sosial dan komunikasi anak?
5. Bagaimana perkembangan kognitif anak?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak menurut para ahli
2. Untuk mengetahui teori perkembangan bahasa anak
3. Untuk mengetahui perkembangan motorik anak
4. Untuk mengetahui perkembangan sosial dan komunikasi anak
5. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Bahasa Anak Menurut Para Ahli


1. Menurut Aitchison

Aitchison menyatakan bahwa dalam menguasai bahasa, anak


memiliki tahapan-tahapan kemampuan yang terus berkembang, antara
lain:

No. Tahap Perkembangan Bahasa Usia


1 Menangis Lahir
2 Mendekur 6 minggu
3 Meraban 6 bulan
4 Pola intonasi 8 bulan
5 Tuturan satu kata 1 tahun
6 Tuturan dua kata 18 bulan
7 Infleksi kata 2 tahun
8 Kalimat tanya dan ingkar 2 ¼ tahun
9 Konstruksi yang jarang dan kompleks 5 tahun
10 Tuturan yang matang 10 tahun

2. Menurut Schaerlaekens

Schaerlaekens menuturkan perkembangan anak memiliki beberapa


periode, yaitu:

a) Periode prelingual (0-1 tahun)

Pada usia ini anak belum bisa menggunakan bahasa secara


sempurna seperti orang dewasa, karenanya disebut prelingual. Pada
periode ini, perkembangan yang menonjol adalah perkembangan
comprehension, yaitu hanya sebagai respon pasif dari sesuatu hal atau
keadaan yang menimpanya. Periode ini terbagi kedalam beberapa
tahapan, antara lain:

2
- Tahap mendekut (cooing). Anak mengeluarkan bunyi yang
teridentifikasi seperti bunyi vokal atau konsonan (/a/)
- Tahap berceloteh (babbling). Anak sudah mengeluarkan bunyi
gabungan antara vokal dan konsonan seperti bunyi bla, mam,
pap.
b) Periode lingual dini (1- 2,5 tahun)

Pada periode ini anak sudah mulai bisa menghasilkan kata,


meskipun belum bisa melafalkan secara sempurna. Pada periode ini
anak masih sukar melafalkan beberapa huruf seperti r, s, k, j, dan t.

c) Periode diferensiasi (2,5 – 5 tahun)

Pada periode ini anak sudah menguasai bahasa ibu dengan


baik dan sudah menguasai tata bahasa pokok. Selain itu, anak sudah
mampu berkomunikasi dengan baik, dan sudah bisa mendeskripsikan
dan mempersepsikan peristiwa dan pengalamannya. Dalam periode
ini anak juga sudah menggunakan kata kerja, kata benda, awalan, dan
akhiran dengan baik.

3. Menurut Conny R. Semiawan

Conny R. Semiawan berpendapat bahwa tahap perkembangan


bahasa anak terdiri dari empat tahap, yaitu:

(1) Perkembangan bahasa usia bayi

Secara umum bayi mulai bisa mengeluarkan bunyi bahasa


pada usia antara 10 – 16 bulan. Pada usia 3-6 bulan, bayi akan
membuat ocehan seperti baa, maa, paa, dll. Kata-kata yang akan
muncul biasanya nama-nama orang terdekat juga nama-nama
bintang dan benda-benda lain yang ada di sekitarnya. Ketika mulai
memasuki usia 18-24 bulan, biasanya mulai melafalkan 2 kata.

(2) Perkembangan bahasa anak usia dini

3
Pada usia ini anak sudah bisa melafalkan lebih dari 2 kata
dan sudah mulai bisa membuat kalimat sederhana.

(3) Perkembangan bahasa usia sekolah

Pada usia ini anak sudah mengalami perkembangan luar


biasa dalam berbahasa, anak sudah mulai melakukan penekanan
bahasa dari sekedar bahasa ke isi dan penggunaan bahasa. Pada usia
ini anak sudah pandai berbahasa dengan bernyanyi dan bersajak.

(4) Perkembangan membaca dan menulis

Kemampuan anak dalam membaca dan menulis sangat


dipengaruhi oleh sumber bacaan yang disediakan oleh lingkungan
dimana anak tinggal, di rumah maupun di sekolah.1

B. Teori Perkembangan Bahasa Anak


a. Teori Nativisme

Nativisme berpendapat bahwa bahasa merupakan pemberian


biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”. Kaum
nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit,
sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode
seperti “peniruan” (imitation).2

Teori ini dianut oleh Chomsky, dimana ia berpendapat bahwa


bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Binatang tidak mungkin dapat
menguasai bahasa manusia. Pendapat ini didasarkan pada beberapa
asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), dimana ia memiliki pola perkembangan yang universal dan
lingkungan hanya memiliki peranan kecil didalam proses pematangan
bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat. Ketiga,

1
Enjang Burhanudin Yusuf, “Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak”, Yin Yang,
Vol. 11, No. 1, 2016, hlm. 42.
2
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 222.

4
lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi
penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.

Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat


pemerolehan bahasa” (LAD). Alat ini yang merupakan pemberian
biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang
mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis
dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak mempunyai
kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya.

b. Teori Behaviorisme

Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa


pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang
diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum behavioris
dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud,
sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan.
Padahal, bahasa itu merupakan salah satu perilaku diantara perilaku-
perilaku manusia lainnya. Oleh karena itu, mereka lebih suka
menggunakan istilah perilaku verbal (verbal behavior), agar tampak lebih
mirip dengan perilaku lain yang harus dipelajari. Kaum behavioris
berpendapat bahwa rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu
memperkuat kemampuan berbahasa anak.

Tokoh yang mendukung teori ini adalah B.F. Skinner. Ia


menyatakan bahwa kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh
anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Proses
perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang
diberikan oleh lingkungannya. Teori behaviorisme Skinner merupakan
perluasan teorinya tentang belajar yang disebut operant conditioning.
Oleh karena itu, Skinner yakin bahwa perilaku verbal adalah perilaku
yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah atau sesuatu
yang menyenangkan maka perilaku ini akan terus dipertahankan,

5
kemampuan dan frekuensinya akan terus berkembang. Namun bila
akibatnya hukuman maka akan terjadi sebaliknya.3

c. Teori Kognitivisme

Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu


ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa
kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi
oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan
yang lebih mendasar dan lebih umum didalam kognisi. Jadi, urut-urutan
perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa. Hal ini
tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa
mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan
struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan
lingkungan berbahasa, bahasa harus diperoleh secara alamiah.

Menurut teori kognitivisme, hal yang paling utama harus dicapai


adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam
bentuk keterampilan berbahasa. Tahap perkembangan dari lahir hingga 18
bulan, bahasa dianggap belum ada, anak hanya memahami dunia melalui
indranya. Anak hanya mengenal benda yang dialaminya secara langsung.
Menjelang usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda
memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk
mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini
kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.

C. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir


yang paling tampak, anak juga mampu melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi sehingga terciptanya gerak otomatisme gerak

3
Enjang Burhanudin Yusuf, “Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak”, Yin Yang,
Vol. 11, No. 1, 2016, hlm. 49.

6
jasmani,4 yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk, merangkak,
sampai berjalan. Menurut Morgan (1986), motor sendiri berarti bergerak, dua
kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatikan para pakar adalah
berjalan dan penggunaan tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun
pemahaman penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada pendewasaan.
Namun bantuan orang tua atau pengasuh dapat membantu sedikit percepatan
perkembangan motorik ini. Berbagai kajian terhadap anak-anak yang
kemampuan geraknya terbatas pada bulan-bulan pertama pada hidupnya
menunjukan bukti bahwa kekurangan latihan tidak mengubah urutan kejadian
yang mengarah ke berjalan. Kalau latihan “berjalan” diperkaya, diberi porsi
lebih, mungkin kemampuan berjalan dapat diperoleh lebih dini, tetapi urutan
kemampuan tidak berubah..

Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua, yaitu mototik kasar


dan motorik halus.

1) Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot


besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik kasar seperti:
berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Sekitar usia 3 tahun anak
sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata
anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar usia 4 tahun anak
hampir menguasai cara berjalan orang dewasa.

2) Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot


halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
4
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi,
2017), hlm. 14.

7
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti:
menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta
memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 1980)5

Pemahaman penggunaan tangan juga mengikuti urutan


perkembangan yang dapat di prediksi, yaitu dari gerakan dimulai dengan
gerakan kasar tangan bayi ke arah suatu objek untuk dimanipulasi.
Kemudian segera berkembang ke arah meraih dengan tangan secara
sederhana, menggenggam objek-objek dengan telapak tangan. Tahap
berikutnya, anak meraih dengan tangan diikuti dengan ketangkasan jari
dan ibu jari, sampai anak itu dapat menggunakan dua jari saja seperti
kita memungut sebuah pensil. Urutan kemampuan menggunakan tangan
ini dikendalikan oleh pendewasaan dari sistem saraf otak.6

Menurut Hurlock (2001) menyatakan beberapa kondisi yang


mempengaruhi laju perkembangan motorik anak, antara lain:

a. Sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan


mempengaruhi laju perkembangan.

b. Awal kehidupan pascalahir tidak ada hambatan pada kondisi


lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin
cepat perkembangan motorik anak.

c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pascalahir.

d. Kelahiran yang sukar, apabila ada kerusakan pada otak akan


memperlambat perkembangan motorik.

5
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi,
2017), hlm. 21-22.
6
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 225.

8
e. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakan
semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.

f. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan persiapan


perkembangan kemampuan motorik.

g. Kelahiran sebelum waktunya, biasanya memperlambat perkembangan


motorik.

h. Cacat fisik.7

D. Perkembangan Sosial dan Komunikasi

Ada pendapat bayi sejak lahir sampai usia sekitar 1 tahum dianggap
belum punya bahasa atau belum berbahasa. Meskipun dikatakan belum
mempunyai bahasa, tetapi sebenarnya bayi itu sudah berkomunikasi.
Menangis merupakan salah satu cara pertama untuk berkomunikasi dengan
dunia sekitarnya.

Sesungguhnya semenjak lahir, bayi sudah "disetel" secara biologis


untuk berkomunikasi, dia akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan
oleh orang sekitarnya (terutama ibunya). Daya lihat bayi paling baik pada
jarak kira-kira 20 cm (8 inci), yakni jarak yang terjadi pada waktu interaksi
rutin antara bayi dan ibu, ketika bayi itu menyusu pada ibunya. Karena pada
saat itu ibu memandangi bayinya sehingga bayi akan membalas tatapan ibunya
dengan melihat mata sang ibu yang menarik perhatiannya. Kemudian bayi
juga belajar bahwa sewaktu terjadi saling tatap mata berarti ada komunikasi,
antara bayi dan ibunya.

Tahapan sosial dan komunikasi, antara lain:


a) Setelah dilahirkan, bayi aktif berinteraksi dengan ibunya, bayi
menanggapi suara dan gerak-gerik ibunya serta mengamati wajah ibunya.

7
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi,
2017), hlm. 22-23.

9
b) Pada minggu pertama kehidupannya dia sudah mulai menirukan kegiatan
menggerakan tangan, menjulurkan lidah, dan membuka mulut.
c) Pada usia dua minggu bayi sudah dapat membedakan wajah ibunya
dengan wajah orang lain. Lalu bayi sangat tanggap terhadap orang yang
mendekatinya, dan terutama untuk mengamati mata dan mulut dan dia
bereaksi dengan senyum.
d) Menjelang usia satu bulan bayi mulai menirukan tinggi rendah dan
panjang pendek suara ibunya
e) Bulan kedua bayi sering "berdekut" (cooing). Apabila bayi dalam keadaan
senang, misalnya ada yang mengajak bicara dan mengajak bermain.
f) Menjelang usia 3 bulan kemampuan kognitif bayi sudah meningkat, bayi
tidak tertarik pada wajah yang diam saja, bayi mengharapkan lebih dari
itu agar tetap berminat untuk berinteraksi. Dan juga bayi mulai
mengeluarkan suara balasan jika ibu memberikan tanggapan terhadap
suaranya.
g) Tahap berikutnya, bayi mulai memahami "pola gilir" (turn-taking)
didalam komunikasi.
h) Menjelang usia lima bulan, bayi mulai menirukan suara dan gerak-gerak
orang dewasa secara sengaja, sehingga semakin meningkatnya
perbendaharaan ekspresi wajahnya. Dan dapat bersuara dengan sikap
yang menunjukkan rasa senang, dan rasa tidak senang.
i) Menjelang usia 6 bulan minat bayi pada mainan dan benda-benda
semakin meningkat. Maka sejak itu, interaksi menjadi tiga serangkai:
bayi, ibu, dan benda-benda.
j) Antara usia tujuh sampai dua belas bulan anak mulai lebih memegang
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak belajar menyatakan
keinginan dan kehendaknya secara jelas dan lebih efektif dengan gerakan
tangan tanpa disertai suara, tetapi kemuadian secara bertahap suara
muncul menyertainya.8

8
Abdul Chaer, Psikolonguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm 225-
228.

10
Walaupun perkembangan komunikasi pada anak akan berkembang
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Namun, kemampuan itu akan lebih
mudah dikuasai anak apabila orangtua (ibu) selalu memberikan dorongan
kepada anak untuk berbahasa. Seperti menggunakan nama benda-benda yang
ada di lingkungan anak serta mengajarkan pengucapannya dengan benar
karena banyak anak pada usia 2 tahun sulit mengucapkan huruf R, L, atau G.

Anak yang berusia 2,5 tahun keatas, sudah mulai bersosialisasi dengan
teman-teman seusianya. Biasanya mereka meniru apa yang diucapkan oleh
teman-teman seusianya, walaupun mereka belum mengerti. Oleh karena itu,
orangtua harus tetap mengawasi tutur kata anak-anaknya dan membetulkan
kata-kata yang diucapkan anaknya. Lalu biasanya anak usia 3 atau 4 tahun
mulai ingin bermain. Maka orangtua membelikan permainan serta
mengajarkan cara menggunakan permainan. Itu merupakan salah satu cara
orsngtua untuk mengembangkan bahasa anaknya. Selain itu orangtua
memberikan kesempatam bermain anaknya dengan tetangga atau orang
sekitarnya. Karena pada kesempatan itu anak akan belajar berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan temannya. 9

E. Perkembangan Kognitif

Istilah Kognitif berasal dari kata cognition atau knowing yang artinya
konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak
dalam pemerolehan, organisasi atau penataan dan penggunaan. Perkembangan
kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan
dalam menggunakan pengetahuannya. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif, anak dapat dengan mudah menguasai pengetahuan yang luas
sehingga anak mampu menjalankan fungsinya secara wajar dalam interaksi
dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.10
9
Mainizar, “Peranan Orangtua dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada
Anak Usia 2-6 Tahun”, Marwah, Vol. 12, No. 1, 2013, hlm. 99-102.

10
Novi Mulyani, Perkembagan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018),
hlm. 44-45.

11
Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan
landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti
Chomsky mengatakan bahwa linguis itu sebenarnya psikologi kognitif.
Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa
tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tatabahasa, misalnya tidak
lagi dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia. 11 Pada
tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena
mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu
tumbuh. Orang-orang seperti Chomsky dan Leenberg mengatakan bahwa
pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan
pertumbuhan biologis.12

Pikiran mempengaruhi bahasa. Pendukung pendapat ini adalah tokoh


psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui
observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif
anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan
mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut
semakin tinggi bahasa yang digunakannya.13

Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam


proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau
berfikir. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap dalam perkembangan
kognitif anak, tahap-tahap ini adalah sebagai berikut :

(a) Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)

Tahap sensorimotor merupakan tahap pertama yang berlangsung


pada dua tahun pertama dalam kehidupannya. Bayi pada tahap ini
menggunakan panca indera lalu disesuaikan dengan kemampuan
11
Soenjono Dardjowidjojo, Unika Atma Jaya, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman
Bahasa Anak, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm. 6.
12
Rohmani Nur Indah & Abdurrahman, Psikolinguistik Konsep & Isu Umum, (Malang:
Uin Malang Press, 2008), hlm. 25.
13
Muhammad Thoriqussu’ud, Pengantar Psikolinguistik, digilib.uinsby.ac.id.

12
motoriknya. Pada akhir periode ini bayi dapat berfikir tentang dunia, yaitu
yang berhubungan dengan pengalaman dan tindakan yang sederhana.

(b) Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)

Pada tahap ini anak berfikir tentang cara bagaimana hal-hal atau
benda-benda tampak. Cara berfikirnya kurang operasional, berfikirnya
anak masih kacau dan kurang terorganisasi secara baik.

(c) Tahap Operasional Konkret (7 – 11 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis dan


mulai mamapu memahami operasi sejumlah konsep. Mereka memahami
alam sekitarnya tanpa terlalu mengandalkan informasi yang bersumber
dari pancaindera. Mereka mulai mampu memebedakan apa yang tampak
oleh mata dengan kenyataan sesungguhnyajuga antara yang bersifat
sementara dan bersifat menetap.

(d) Tahap Operasional Formal (11 – 15 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan hipotesis,
anak juga sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin
terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja juga sudah mampu berfikir
sistematik, telah mampu memikirkan semua kemungkinan secara
sistematik untuk memecahkan masalah, juga memiliki kemampuan
berfikir alternatif, sehingga kemungkinan menyelesaikan masalahnya
lebih beragam.14

Berdasarkan penjelasan pandangan perkembangan kognitif, maka


orang tua dan guru harus lebih memperhatikan fase perkembangan kognitif
anak dan menggunakan pengetahuan tersebut secara tepat untuk
merencanakan kegiatan belajar. Sebagai contoh dalam pembelajaran di
sekolah para guru akan lebih menghargai pentingnya mekanisme kognitif

14
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), hlm.
133-142.

13
sebagai cikal bakal munculnya bahasa, seperti permanensi objek dan
representasi simbolik.15

15
.Novi Mulyani, Perkembagan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018),
hlm. 123.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan bahasa anak menurut para ahli seperti Aitchison,
Schaerlaekens dan Conny R. Semiawan.
2. Teori perkembangan bahasa anak meliputi teori nativisme atau mentalistik,
teori behaviorisme dan teori kognitivisme.
3. Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang
paling tampak, anak juga mampu melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi sehingga terciptanya gerak otomatisme gerak
jasmani, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk,
merangkak, sampai berjalan. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi
dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
4. Perkembangan sosial dan komunikasi merupakan perkembangan dimana
anak dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan baik kepada orang lain
yang ada di sekitarnya.
5. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya.
Tahapan-tahapannya adalah tahap sensorimotor, tahap praoperasional,
tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi, kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk memperbaiki ke depannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2005. Psikolonguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono & Unika Atma Jaya. 2012. Psikolinguistik Pengantar


Pemahaman Bahasa Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Indah, Rohmani Nur & Abdurrahman. 2008. Psikolinguistik Konsep & Isu Umum.
Malang: Uin Malang Press.

Kompri. 2017. Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Yogyakarta:


Media Akademi.

Mainizar. 2013. “Peranan Orangtua dalam Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa Pada Anak Usia 2-6 Tahun”. Marwah. 12(1): 99-102.

Mulyani, Novi. 2018. Perkembagan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media.

Sit, Masganti. 2017. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Depok: Kencana.

Thoriqussu’ud, Muhammad Pengantar Psikolinguistik, digilib.uinsby.ac.id.

Yusuf, Enjang Burhanudin. 2016. “Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa


Anak”. Yin Yang. 11(1): 49.

16

Anda mungkin juga menyukai