Disusun oleh:
Kelas C
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Bahasa Anak” . Dan kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak Jauhar Ali M. Pd. I selaku dosen mata kuliah
‘Ilmu al-Lughoh al-Nafsy yang telah memberikan tugas ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kepada kita semua mengenai “Perkembangan Bahasa Anak”. Kami
juga menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat untuk dimasa yang akan
datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan bahasa anak menurut para ahli?
2. Apa saja teori dalam perkembangan bahasa anak?
3. Bagaimana perkembangan motorik anak?
4. Bagaimana perkembangan sosial dan komunikasi anak?
5. Bagaimana perkembangan kognitif anak?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak menurut para ahli
2. Untuk mengetahui teori perkembangan bahasa anak
3. Untuk mengetahui perkembangan motorik anak
4. Untuk mengetahui perkembangan sosial dan komunikasi anak
5. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Menurut Schaerlaekens
2
- Tahap mendekut (cooing). Anak mengeluarkan bunyi yang
teridentifikasi seperti bunyi vokal atau konsonan (/a/)
- Tahap berceloteh (babbling). Anak sudah mengeluarkan bunyi
gabungan antara vokal dan konsonan seperti bunyi bla, mam,
pap.
b) Periode lingual dini (1- 2,5 tahun)
3
Pada usia ini anak sudah bisa melafalkan lebih dari 2 kata
dan sudah mulai bisa membuat kalimat sederhana.
1
Enjang Burhanudin Yusuf, “Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak”, Yin Yang,
Vol. 11, No. 1, 2016, hlm. 42.
2
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 222.
4
lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi
penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
b. Teori Behaviorisme
5
kemampuan dan frekuensinya akan terus berkembang. Namun bila
akibatnya hukuman maka akan terjadi sebaliknya.3
c. Teori Kognitivisme
C. Perkembangan Motorik
3
Enjang Burhanudin Yusuf, “Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak”, Yin Yang,
Vol. 11, No. 1, 2016, hlm. 49.
6
jasmani,4 yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk, merangkak,
sampai berjalan. Menurut Morgan (1986), motor sendiri berarti bergerak, dua
kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatikan para pakar adalah
berjalan dan penggunaan tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun
pemahaman penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada pendewasaan.
Namun bantuan orang tua atau pengasuh dapat membantu sedikit percepatan
perkembangan motorik ini. Berbagai kajian terhadap anak-anak yang
kemampuan geraknya terbatas pada bulan-bulan pertama pada hidupnya
menunjukan bukti bahwa kekurangan latihan tidak mengubah urutan kejadian
yang mengarah ke berjalan. Kalau latihan “berjalan” diperkaya, diberi porsi
lebih, mungkin kemampuan berjalan dapat diperoleh lebih dini, tetapi urutan
kemampuan tidak berubah..
1) Motorik Kasar
2) Motorik Halus
7
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti:
menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta
memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 1980)5
c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pascalahir.
5
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi,
2017), hlm. 21-22.
6
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 225.
8
e. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakan
semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.
h. Cacat fisik.7
Ada pendapat bayi sejak lahir sampai usia sekitar 1 tahum dianggap
belum punya bahasa atau belum berbahasa. Meskipun dikatakan belum
mempunyai bahasa, tetapi sebenarnya bayi itu sudah berkomunikasi.
Menangis merupakan salah satu cara pertama untuk berkomunikasi dengan
dunia sekitarnya.
7
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi,
2017), hlm. 22-23.
9
b) Pada minggu pertama kehidupannya dia sudah mulai menirukan kegiatan
menggerakan tangan, menjulurkan lidah, dan membuka mulut.
c) Pada usia dua minggu bayi sudah dapat membedakan wajah ibunya
dengan wajah orang lain. Lalu bayi sangat tanggap terhadap orang yang
mendekatinya, dan terutama untuk mengamati mata dan mulut dan dia
bereaksi dengan senyum.
d) Menjelang usia satu bulan bayi mulai menirukan tinggi rendah dan
panjang pendek suara ibunya
e) Bulan kedua bayi sering "berdekut" (cooing). Apabila bayi dalam keadaan
senang, misalnya ada yang mengajak bicara dan mengajak bermain.
f) Menjelang usia 3 bulan kemampuan kognitif bayi sudah meningkat, bayi
tidak tertarik pada wajah yang diam saja, bayi mengharapkan lebih dari
itu agar tetap berminat untuk berinteraksi. Dan juga bayi mulai
mengeluarkan suara balasan jika ibu memberikan tanggapan terhadap
suaranya.
g) Tahap berikutnya, bayi mulai memahami "pola gilir" (turn-taking)
didalam komunikasi.
h) Menjelang usia lima bulan, bayi mulai menirukan suara dan gerak-gerak
orang dewasa secara sengaja, sehingga semakin meningkatnya
perbendaharaan ekspresi wajahnya. Dan dapat bersuara dengan sikap
yang menunjukkan rasa senang, dan rasa tidak senang.
i) Menjelang usia 6 bulan minat bayi pada mainan dan benda-benda
semakin meningkat. Maka sejak itu, interaksi menjadi tiga serangkai:
bayi, ibu, dan benda-benda.
j) Antara usia tujuh sampai dua belas bulan anak mulai lebih memegang
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak belajar menyatakan
keinginan dan kehendaknya secara jelas dan lebih efektif dengan gerakan
tangan tanpa disertai suara, tetapi kemuadian secara bertahap suara
muncul menyertainya.8
8
Abdul Chaer, Psikolonguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm 225-
228.
10
Walaupun perkembangan komunikasi pada anak akan berkembang
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Namun, kemampuan itu akan lebih
mudah dikuasai anak apabila orangtua (ibu) selalu memberikan dorongan
kepada anak untuk berbahasa. Seperti menggunakan nama benda-benda yang
ada di lingkungan anak serta mengajarkan pengucapannya dengan benar
karena banyak anak pada usia 2 tahun sulit mengucapkan huruf R, L, atau G.
Anak yang berusia 2,5 tahun keatas, sudah mulai bersosialisasi dengan
teman-teman seusianya. Biasanya mereka meniru apa yang diucapkan oleh
teman-teman seusianya, walaupun mereka belum mengerti. Oleh karena itu,
orangtua harus tetap mengawasi tutur kata anak-anaknya dan membetulkan
kata-kata yang diucapkan anaknya. Lalu biasanya anak usia 3 atau 4 tahun
mulai ingin bermain. Maka orangtua membelikan permainan serta
mengajarkan cara menggunakan permainan. Itu merupakan salah satu cara
orsngtua untuk mengembangkan bahasa anaknya. Selain itu orangtua
memberikan kesempatam bermain anaknya dengan tetangga atau orang
sekitarnya. Karena pada kesempatan itu anak akan belajar berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan temannya. 9
E. Perkembangan Kognitif
Istilah Kognitif berasal dari kata cognition atau knowing yang artinya
konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak
dalam pemerolehan, organisasi atau penataan dan penggunaan. Perkembangan
kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan
dalam menggunakan pengetahuannya. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif, anak dapat dengan mudah menguasai pengetahuan yang luas
sehingga anak mampu menjalankan fungsinya secara wajar dalam interaksi
dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.10
9
Mainizar, “Peranan Orangtua dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada
Anak Usia 2-6 Tahun”, Marwah, Vol. 12, No. 1, 2013, hlm. 99-102.
10
Novi Mulyani, Perkembagan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018),
hlm. 44-45.
11
Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan
landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti
Chomsky mengatakan bahwa linguis itu sebenarnya psikologi kognitif.
Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa
tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tatabahasa, misalnya tidak
lagi dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia. 11 Pada
tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena
mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu
tumbuh. Orang-orang seperti Chomsky dan Leenberg mengatakan bahwa
pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan
pertumbuhan biologis.12
12
motoriknya. Pada akhir periode ini bayi dapat berfikir tentang dunia, yaitu
yang berhubungan dengan pengalaman dan tindakan yang sederhana.
Pada tahap ini anak berfikir tentang cara bagaimana hal-hal atau
benda-benda tampak. Cara berfikirnya kurang operasional, berfikirnya
anak masih kacau dan kurang terorganisasi secara baik.
Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan hipotesis,
anak juga sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin
terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja juga sudah mampu berfikir
sistematik, telah mampu memikirkan semua kemungkinan secara
sistematik untuk memecahkan masalah, juga memiliki kemampuan
berfikir alternatif, sehingga kemungkinan menyelesaikan masalahnya
lebih beragam.14
14
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), hlm.
133-142.
13
sebagai cikal bakal munculnya bahasa, seperti permanensi objek dan
representasi simbolik.15
15
.Novi Mulyani, Perkembagan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018),
hlm. 123.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan bahasa anak menurut para ahli seperti Aitchison,
Schaerlaekens dan Conny R. Semiawan.
2. Teori perkembangan bahasa anak meliputi teori nativisme atau mentalistik,
teori behaviorisme dan teori kognitivisme.
3. Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang
paling tampak, anak juga mampu melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi sehingga terciptanya gerak otomatisme gerak
jasmani, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk,
merangkak, sampai berjalan. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi
dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
4. Perkembangan sosial dan komunikasi merupakan perkembangan dimana
anak dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan baik kepada orang lain
yang ada di sekitarnya.
5. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya.
Tahapan-tahapannya adalah tahap sensorimotor, tahap praoperasional,
tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi, kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk memperbaiki ke depannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Indah, Rohmani Nur & Abdurrahman. 2008. Psikolinguistik Konsep & Isu Umum.
Malang: Uin Malang Press.
Mulyani, Novi. 2018. Perkembagan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media.
Sit, Masganti. 2017. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Depok: Kencana.
16