Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS)

OLEH

KELOMPOK VII

1. KRISTIN AGNES NABUN (518 011 158)

2. NURCAHYANI UMAR (518 011 090)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu saya hantarkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada saya, sehingga
kepada kelompo VII bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS)”.

Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih


kepada dosen mata kuliah FARMAKOTERAPI 1 yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini beserta teman-teman kelompok VII
yang selalu mendukung kelancaran penyelesaian tugas . Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata Farmakoterapi 1

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari Dosen dan para teman-
teman akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami
berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami
penyusun dan para pembaca semuanya. Amin !!!
BAB I

PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.

Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan


muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya
usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)

Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal


menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan
berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati
urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada klien
rematoid artritis.

B.        RUMUSAN MASALAH

1.  Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?

2.  Apa etiologi rheumatoid arthritis?

3.  Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?

4.  Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?

5.  Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?

6.  Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan ole penyakit rheumatoid arthritis?

7.  Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?

8.  Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?

9.  Bagaimana pencegahan dan obat rheumatoid arthritis?

10.Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?

C.        TUJUAN

1.   Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.

2.   Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis

3.   Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.

4.   Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.

5.   Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.

6.   Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.

7.   Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
BAB II

PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa,
rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang


terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang.

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra –


artikuler. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).

B.  ETIOLOGI

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun


faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi


jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann,
1998 : Blab et al, 1999)
C.MANIFESTASI KLINIS

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan
sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.
Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan
biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis
yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik
dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan
menurun, anemia (Long, 1996).

D.  PATOFISIOLOGI

Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur


sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi.
Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel
darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium
hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemu
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas.

E.  KOMPLIKASI

1. Osteoporosis

2. Gangguan jantung

3. Gangguan paru
F.  PROGNOSIS

Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi


penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis
reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar
penyakit ini telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama
sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat


sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung,
ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa
benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-
paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan
pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini
bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada
daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan
dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang
mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan
membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di
pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai
pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di
atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat
pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi
kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying
antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular
dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.   Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.

2.   LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin
serum rendah dan fosfatase alkali meningkat.

3.   Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.

4.   Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit
yang berat.

5.  Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

H.  PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,


sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung
Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.

Dibawah ini adalah contoh obat rematik yang dapat diberikan:

1.NSAIDs (Non-steroid antiinflammatory drugs)


Obat-obat NSAID umumnya dipakai sebagai terapi komplementer, jarang
digunakan secara tunggal/monoterapi pada AR. Obat ini bekerja menghambat
sintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dengan menekan kerja
enzim siklooksigenase. Penghambatan ini tidak selektif sehingga obat-obat ini
menyebabkan efek samping gastrointestinal. Golongan penghambat selektif
siklooksigenase-2 (COX-2) memiliki efikasi yang sebanding dengan NSAIDs
tetapi efek samping gastrointerstinalnya lebih ringan. Contoh obat-obat ini adalah
ibuprofen, naproxen, natrium diklofenak, piroksikam dan indometasin.

ibuprofen : Dewasa ( 3-4x 200-400 mg/hari)


Piroxicam : 1 x 20 mg sehari
Natrium diklofenak : dewasa ( 100-150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis)

b. Khasiat/ Indikasi

1. Obat-Obat Penting Edisi V : 313

Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri juga pada migrain dan
encok. Lagipula secara parenteral sangat efektif untuk
menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu).
2. Martindale 35th edition : ebook
Diklofenak, derivate asam fenil asetat, adalah AINS. Digunakan dalam bentuk
garam natrium untuk menghilangkan nyeri dan inflamasi dalam berbagai kondisi,
musculoskeletal dan kerusakan tulang sendi seperti rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, da ankylosin spendytis; kerusakan jaringang sinyoid nartis dan
tendonisitis; kerusakan jaringan lunak sepertin sprains dan strics; dan kondisi
nyeri lainnya seperti kolik ginjal, asam urat akut, dysmenorrheal.
3. American Hospital Formulary Service Drug Information 2004 : e-book
a. Inflamasi
Natrium diklofenak dan kalium diklofenak digunakan sebagai antiinflamasi dan
analgesic pada pengobatan gejala akut dan kronik rheumatoid, dan osteoarthritis.
b. Arthritis rheumatoid dan osteoarthritis
Ketika digunakan untuk pengobatan gejala arthritis rheumatoid, diklofenak dapat
menghilangkan nyeri dan kekakuan,menghilangkan pembengkakan. Dalam
mengobati gejala osteoarthritis, diklofenak menghilangkan nyeri dan kekakuan,
dan aktivitas fungsional, meningkatkan fungsi lutut.
4. Data Obat Indonesia : 350
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala rheumatoid arthritis,osteoarthritis, dan
ankylosing sponditis.
5. Farmakologi dan Terapi : 217
Beberapa AINS di bawah ini (diklofenak) umumnya bersifat antiinflamasi,
analgesic, dan antipiretik. Obat ini hanya digunakan untuk terapi penyakit
inflamasi sendi seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis, sponditi ankilosa, dan
penyakit pira.
c. Mekanisme Kerja
1. Farmakologi dan Terapi : 207
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konceksi asam
arachidonat menjadi PGG2 terganggu.
2. Obat-Obat Penting Edisi V : 311
Cara kerja NSAID untuk sebagian besar berdasarkan hambatan sitesis
prostaglandin di mana kedua jenis siklooksigenase diblokir.
3. American Hospital Formulary Service Drug Information 2004 : ebook
Diklofenak memiliki aksi farmakologis secara dengan AINS yang lain.
Kebanyakan aksinya berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin.
4. Data Obat Indonesia : 950
Natrium diklofenak adalah golongan obat nonsteroid, dengan aktivitas
antiinflamasi analgesia dan antipiretik. diklofenak dengan jalan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
d. Efek Samping
1. Data Obat Indonesia : 351
Nyeri, sakit kepala, pusing.
2. Farmakologi dan Terapi: 218
Efek samping yang lazim adalah mual dan peningkatan enzim transaminasi.
3. Martindale 35th edition : ebook
Nyeri, adakalanya, kerusakan jaringan pada daerah yang diinjeksikan ketika
diklofenak diberi intramuscular.
e. Kontraindikasi

1. American Hospital Formulary Service Drug Information 4 : ebook

Pada pasien yang hipersensitif pada obat ini


2. Data Obat Indonesia : 351
Penderita hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma.
3. Obat-Obat Penting Edisi V : 312
Penderita asma, wanita hamil tidak diberikan AINS diberi triwulan akhir.

f. Dosis
1. Martindale 35th Edition : ebook

Natrium diklofenak diberi secara intramuscular dalam otot pantat.


Dengan dosis 75 mg sekali sehari, bila perlu dalam kondisi yang lain, 75 mg/hari.

2. Obat-Obat Penting Edisi V : 313


Dosis : intramuscular pada nyeri kolik / serangan encok; 1-2 dd
75 mg selama 1-3 hari.

2.Metotreksat

Saat ini MTX dianggap sebagai obat DMARD pilihan oleh banyak
rematologis untukmengatasi AR. MTX bekerja dengan menghambat produksi
sitokin (cytokines), menghambat biosintesis purin, dan mungkin menstimulasi
pelepasan adenosin, yang semuanya dapat mengarah pada kerja antiinflamasi.
Obat ini memiliki onset yang agak cepat, hasil dapat dilihat kurang lebih 2-3
minggu setelah dimulainya terapi. Obat bisa diberikan secara i.m., s.c., atau p.o.
Efek samping atau gejala toksisitas MTX adalah gangguan gastrointestinal,
hematologi, pulmonar, dan hepatik. Test terhadap fungsi liver perlu dilakukan
untuk memantau penggunaan obat ini. MTX dikontraindikasikan untuk kehamilan
dan menyusui, gangguan liver kronis, defisiensi imun, leukopenia,
trombositopenia, gangguan darah, serta pasien yang kreatin klirens-nya kurang
dari 40 mL/min. Karena MTX adalah antagonis asam folat, maka ia juga dapat
menyebabkan defisiensi asam folat. Untuk itu suplementasi asam folat diperlukan
untuk mengurangi efek samping. (Schuna, 2005).
3.Leflunomid

Leflunomid memiliki efikasi yang mirip dengan MTX dalam mengatasi


AR. Iabekerja dengan menghambat sintesis pirimidin, sehingga dapat menurunkan
proliferasi limfosit dan menghambat inflamasi. Obat ini diberikan dengan loading
dose 100 mg sehari untuk 3 hari, dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 20
mg sehari. Seperti MTX, obat ini cukup toksis terhadap hati, sehingga
dikontraindikasikan bagi pasien yang punya riwayat gangguan liver. Selain itu
obat ini juga teratogenik, sehingga tidak boleh digunakan pada wanita hamil atau
yang merencanakan hamil. Bedanya, leflunomid jarang menyebabkan gangguan
darah, sehingga memungkinakan untuk dipakai pada pasien dengan gangguan
darah.

4.Hidroksiklorokuin
Obat ini dikenal sebagai antimalaria, tetapi juga dapat menekan sistem
imun, sehingga seringkali digunakan pada penyakit gangguan imun. Kelebihan
obat ini adalah ia tidak toksis terhadap hepar atau renal. Toksisitasnya bersifat
jangka pendek, meliputi : gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah atau
diare.

F.  PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Memberikan Pendidikan

Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,


penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen
obat yang kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien.

Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang


cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi
aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.

2.  Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.

 3.  Latihan Fisik

Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup


gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.

4.  Termotrafi

Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.

5.  Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan


mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi.

Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½
L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan
energi total.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID


ARTRITIS

1.  Pengkajian

Sistem Muskuloskeletal

a. Inspeksi :

-    Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai,
bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas
bawah dan panggul

-  Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi

.b. Palpasi :
-   Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak.

Dengan skala nyeri :

Ringan                        : 0 – 3

Sedang                        : 3 – 7

Berat                           : 7 – 10

-   Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.

 2.  Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid


arthritis (doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :

a.   Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.

b.  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/


ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.

c.   Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.

d.    Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.

e.   Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan


dengan proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak
adekuat. 

f.    Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan


pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
BAB III

PENUTUP

A.       KESIMPULAN

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. (


Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai


mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane
C. Baughman. 2000 )

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun


faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

B.        SARAN

Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar
seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita. 
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kalim.Handono.1996.Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer.Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius


FKUI.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai