Anda di halaman 1dari 14

TEOLOGI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Teologi Islam”

Dosen Pengampu:
M. Bik Muhtaruddin, M. Th. I

Disusun oleh:

Alief Mawaddah (932210318)

Citra Dea Shafira (932210418)

DEPARTEMEN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang sempurna dan agama yang di ridhoi Allah SWT.
kesempurnaan agama seseorang hamba dapat dilihat melalui akidahnya. Dalam hal ini,
akidah merupakan keyakinan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan rukun Iman,
baik mengenai keyakinan kepada Tuhan, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan takdir
Allah. Sumber akidah agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

Seseorang yang telah mempelajari dan memahami teologi secara mendalam


diharapkan mampu mendapatkan pedoman dan keyakinan yang kuat dalam beragama,
dengan begitu maka tidak akan mudah diperdaya oleh perkembangan zaman. Karena
setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan dilandaskan dengan keyakinan yang
menjadikan falsafah dalam kehidupan. Mengkaji ilmu teologi dalam Islam pada dasarnya
adalah upaya untuk memahami kerangka berpikir dan pengambilan keputusan para
ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Setiap manusia
memiliki potensi dan kemampuan baik dalam potensi biologis ataupun potensi
psikologis. Oleh sebab itu, selalu ada perbedaan mengenai kesimpulan pemikiran dalam
mengkaji suatu objek tertentu.

Dalam kajian teologi, telah banyak dijelaskan mengenai pengertian teologi.


Secara umum teologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai ketuhanan, yang
membicarakan tentang dzat Tuhan dalam segala segi dan hubungannya dengan alam.
Sedangkan teologi Islam adalah Ilmu kalam yang membahas mengenai eksistensi dan
sifat-sifat Tuhan yang didasarkan pada firman-firman atau kalam Allah yang terdapat di
dalam Al-Qur’an. Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam sama dengan pembahasan
mengenai rung lingkup teologi. Ilmu kalam juga membicarakan mengenai Tuhan, ada-
Nya, keesaan-Nya, sifat-sifatnya dari semua segi hubungan Tuhan dengan manusia dan
alam semesta., yang berupa keadilan dan kebijaksanaan, qadla dan qadar, pertalian
dengan kenabian, dan pengutusan rasul-rasul Allah sebagai penghubung antara Tuhan
dan manusia. Namun ilmu kalam lebih mengarah pada pembahasan mengenai ketuhanan
yang bersumber dan berdasarkan pada prinsip-prinsip ajaran agama Islam oleh sebab itu
dinamakan dengan teologi Islam.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan Teologi Islam?

b. Apa sajakah nama lain Teologi Islam?

c. Apa sumber-sumber pembahasan Teologi Islam itu?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teologi Islam


Dalam pengertiannya, secara bahasa, kata teologi berasal dari dua kata bahasa
Yunani yaitu theos dan logos. Kata theos dalam bahasa Yunani bermakna Tuhan,
sementara itu logos berarti ilmu, wacana atau kata1. Dari penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa teologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan
ketuhanan.

Dalam pengertiannya, secara ontologis, teologi merupakan pengetahuan yang


membahas hal-hal terkait dengan eksistensi Tuhan, sifat-sifat Tuhan, kaitan dengan alam
semesta termasuk terjadinya alam, perbuatan manusia, keadilan dan kekuasaan Tuhan,
pengutusan Rasul yang meliputi penyampaian wahyu dan berita-berita gaib didalamnya
seperti hari akhirat, surga, neraka, dan peran akal manusia menghadapi itu semua. Istilah
teologi itu sendiri bukan berasal dari tradisi Islam. Sedangkan dalam kepustakaan islam,
teologi diartikan sebagai Ilmu kalam yang membahas mengenai eksistensi dan sifat-sifat
Tuhan yang didasarkan pada firman-firman atau kalam Allah yang terdapat di dalam Al-
Qur’an.

Muhammad Abduh menyatakan bahwa teologi merupakan jalan yang dipakai


seseorang untuk mengetahui tentang Tuhan, melalui wahyu dan juga akal. Akal berusaha
menggali dan mendapat pengetahuan mengenai Tuhan dan wahyu. Dengan demikian
bahwa konsep teologi ini dapat dikatakan bahwa Tuhan berada diatas alam wujud dan
manusia didasarnya. Hassan Hanafi menyatakan bahwa teologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan dengan menggunakan firman Allah SWT yaitu berupa Al-Qur’an untuk
melihat problematika apakah firman Allah qadim (dahulu) atau hadist (baru).

Teolog muslim bernama Hasan Al-Banna berpendapat bahwa teologi merupakan


perihal-perihal yang berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan dalam hati, sehingga
hati dan jiwa tentram, tidak ragu dan juga bimbang, terhindar dari keraguan, prasangka,
dan was-was.2 Menurut Hassan Hanafi, teologi bukan pemikiran murni yang muncul

1
Muh. Subhan Ashari, “Teologi Islam Perspektif Harun Nasution”, An-Nur Jurnal Studi Islam, Volume X, Nomor
1, (Yogyakarta: Institut Ilmu Al-Quran (IIQ), 2020), hal. 74.
2
Hasan Al-Banna, Al-Aqaid (Alih bahasa Salim Mahud), Surabaya, 1981, hlm. 7
dalam kehampaan kesejarahan, melainkan hasil refleksi permasalahan tentang sosial-
politik

Dari penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teologi merupakan


ilmu yang mempelajari mengenai ajaran-ajaran suatu agama, sebagaimana manusia yang
ingin mempelajari agamanya secara mendalam yang berdasarkan dengan landasan yang
kuat juga. Dalam Islam juga terdapat banyak sekali istilah-istilah atau nama-nama ilmu
yang mempelajari terkait ketuhanan, diantaranya yaitu ilmu kalam, fiqih akbar, ilmu
ushuludidin, ilmu tauhid, ilmu aqaid, ilmu tauhid wa sifat dan ilmu nadzar wa istidlal

B. Nama-Nama Lain Teologi Islam

1. Ilmu Kalam

Ilmu kalam merupakan ilmu yang membahas mengenai kepercayaan


keagamaan (agama Islam) serta bukti-bukti yang logis atau masuk akal. Ilmu kalam
membahas tentag masalah ketuhanan dengan menggunakan dasar-dasar naqliyah dan
argumentasi rasional (aqliyah). Argumentasi naqliyahberasal dari dalil-dalil Al-
Qur’an dan hadist, sedangkan rasional berasal dari pemahaman metode berpikir
filosofis.

Al-Farabi berpendapat bahwa ilmu kalam merupakan disiplin ilmu yang


membahas mengenai dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua permasalahan
yang berlandaskan pada doktrin islam. Sedangkan Ibnu Kaldum menyatakan bahwa
ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai pendapat atau
argumentasi mengenai akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.3

2. Ilmu Tauhid

Menurut istilah agama islam, ilmu tauhid yaitu keyakinan mengenai satu atau
esanya Tuhan, segala pemikiran, teori dan dalil-dalil yang mengarah pada
kesimpulan bahwa Tuhan itu satu. Ilmu tauhid merupakan ilmu yang memberikan
bekal mengenai pengertian tentang pedoman keyakinan hidup manusia. Syekh
Muhammad Abduh menyatakan bahwa ilmu ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas
mengenai wujud Allah, sifat-sifat wajib Allah, sifat-sifat jaiz Allah, dan sifat-sifat
mustahil Allah. Ilmu tauhid juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk

3
Mukhlis
menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal jaiz
yang ada pada dirinya, dan hal-hal yang dilarang dihubungkan pada dirinya.

Secara kodrat manusia diciptakan Allah dengan kekuatan yang berbeda


antara satu dengan yang lainnya. Tidak sedikit manusia yang tidak mempunyai
pedoman dan kehilangan arah sehingga menjadikan mereka sesat. Disinilah ilmu
tauhid mempunyai fungsi dan peran penting dalam memberikan pedoman dan arah.

Sepanjang sejarah agama-agama wahyu, Ilmu Tauhid yang digunakan untuk


menetapkan dan menerangkan segala hal yang diwahyukan Allah kepada Rasul-
Nya. Dalam hal ini, para tokoh agama berusaha memelihara dan meneguhkan agama
dengan berbagai macam cara dan dalil. PerkembanganIlmu Tauhid mengalami
tahapan sesuai denganperkembangan Islam.4

Ilmu tauhid merupakan ilmu yang menetapkan sifat wahdah (satu) Allah
dalam zat-Nya, dalam penciptaan seluruh alam semesta, dan bahwa Allah pula
tempat kembali. Muhammad Abduh menjelaskan:

Yang berarti bahwa “tauhid adalah sebuah ilmu yang mengulas mengenai
wujud Allah, sifat-sifat Allah, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan
sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Allah. Selain itu juga membahas mengenai
rasul-rasul Allah, apa yang boleh dinisbatkan (dihubungkan) pada rasul Allah, dan
apa yang tidak boleh dihubungkan dengan rasul Allah”.

3. Ilmu Ushuluddin

Kata Ushul berarti pokok, fundamen, prinsip, peraturan, akidah sedangkan


Aidin berarti agama. Jadi ushuluddin adalah pokok-pokok atau dasar-dasar agama.
Ilmu ushuluddinmerupakan ilmu yang membahas tentang pokok-pokok (dasar)
agama yaitu akidah, tauhid, dan itikad (keyakinan) tentang rukun iman.

4
Syafii
4. Ilmu Aqaid

Menurut bahasa, aqoid berarti pengikat yang kuat yang berasal dari kata
aqada, ya qidu dan aqdan. Jadi ilmu aqoidadalah pengetahuan yang terikat dalam
masalah keyakinan keagamaan yang diambil dari dalil-dalil syara. Manfaat
mempelajari ilmu aqoid yaitu untuk membetulkan dan meneguhkan iman manusia
kepada Allah SWT.

Meskipun nama yang diberikan berbeda namun inti pokok pembahasan


teologi sama yaitu membahas tentang ilmu yang mempelajari mengenai ajaran-
ajaran suatu agama, sebagaimana manusia yang ingin mempelajari agamanya secara
mendalam yang berdasarkan dengan landasan yang kuat. Oleh sebab itu pokok
penting mempelajari teologi islam yaitu yakin dan percaya akan adanya Allah yang
maha kuasa, maha sempurna di atas segalanya. Keyakinan dan kepercayaan yang
demikian akan membawa pada keyakinan terhadap adanya malaikat, nabi, rasul,
kitab-kitab, hari akhir sehingga akan memunculkan kesadaran akan tugas dan
kewajiban kepada Khaliq (pencipta). Ilmu mengenai teologi islam tidak hanya perlu
diketahui namun juga harus mampu dihayati dan diresapi dengan baik dan benar.

Keesaan Allah mencakup empat hal yang meliputi: , keesaan sifat, keesaan
perbuatan, dan keesaan dalam beribadah kepada Allah.

1) Keesaan Dzat

Keesaan dzatdisini mengandung arti bahwa Allah SWT tidak berasal dari
unsur-unsur maupun bagian-bagian. Al-Qur’an telah menegaskan yang artinya
“Wahai seluruh manusia, kamulah yang butuh kepada Allah dan Allah Maha
kaya tidak membutuhkan sesuatu lagi Maha Terpuji” (QS. Fatir : 15)

2) Keesaan Sifat

Allah mempunyai sifat yang tidak sama dengan substansi dan kapasitanya
dengan mahkluk lainnya. Baik dari segi bahasa yang digunakan untuk menunjuk
pada sifat tersebut sama. Allah esa dalam sifatnya, tidak ada menyamai substasi
dan kapasitas sifat Allah. Allah berfirman dalam QS. Al-Fatihah: 3 yang berarti
“Maha Pemurah lagi maha Penyayang”. (QS. Al-Fatihah : 3).
3) Keesaan Perbuatan

Keesaan perbuatan mengandung makna bahwa segala suatu hal yang


berada dialam raya, baik sistem kerja, sebab, dan wujud merupakan hasil ciptaan
Allah SWT. apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Tidak ada daya maupun kekuatan kecuali
bersumber dari Allah SWT. Keesaan perbuatan-Nya dihubungkan dengan
hukum-hukum, takdir, dan sunnatullah yang ditetapkan-Nya. Allah tidak
membutuhkan siapapun sebagaimana dalam firman-Nya yang berarti
“Sesungguhnya Keadaan-Nya bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata,
‘Jadilah!’ Maka jadilah ia.” (QS. Yasin : 82).

4) Keesaan dalam beribadah kepada-Nya

Mengesakan Allah dalam beribadah yaitu dengan melaksanakan semua


hal hanya karena Allah SWT, baik sesuatu itu dalam hal beribadah mahdah
(murni) maupun lainnya. Keesaan Allah dalam beribadah kepada-Nya yaitu
dengan melaksanakan apa yang telah ada dalam firman-Nya, seperti dalam QS.
Al-An’am : 162 yang artinya “Katakalah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanya karena Allah, Pemelihara seluruh alam.”

C. Sumber-Sumber Pembahasan Teologi Islam

1. Sumber ideal yaitu Al-Qur’an dan hadist yang berisi hal-hal yang berhubungan
dengan objek kajian teologi Islam atau bisa juga disebut dengan ilmu tauhid. Allah
berfirman:

“Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS.Al-Baqoroh : 217).

2. Sumber historik yaitu berupa perkembangan pemikiran manusia yang berhubungan


dengan kajian objek teologi Islam, baik perkembangan pemikiran yang terdapat
dalam kalangan internal umat islam maupun pemikiran eksternal yang mengarah
pada kajian agama Islam.
Perkembangan pemikiran yang terdapat pada kalangan internal umat islam,
diantaranya5:

a. Pelaku dosa besar, apakah masih dihukumi sebagai mukmin ataukah tidak.

b. Al-Qur’an wahyu Allah.apakah ia makhluk atau bukan, atau Al-Qur’an itu


qadim atau hudus (baru).

c. Melihat Tuhan Allah. Apakah itu di dunia atau di akhirat, atau di akhirat saja,
dan apakah dengan mata kepala atau dengan hati saja.

d. Sifat-sifat Tuhan. Apakah Tuhan memiliki sifat-sifat zati dan sifat af’al ataukah
Dia tidak layak diberi sifat-sifat tersebut.

e. Kepemimpinan setelah Rasulullah wafat, apakah ia harus dipegang oleh suku


Qurays saja, atau apakah nabi Muhammas saw meninggalkan wasiat bagi
seseorang dari ahlul bait untuk memimpin umatnya ataukah tidak, atau bahwa
pemimpin itu harus dipilih berdasarkan musyawarah, atau menurut keputusan
ahlul hall wal aqdi.

f. Takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Apakah diperbolehkan mengadakan


takwil atau tidak.

D. Aliran-Aliran Teologi Islam


1. Aliran Syiah
Syiah di sini berarti kelompok dalam islam yang berpendapat bahwa sahabat
Ali merupakan orang yang berhak menjadi khalifah atau pemimpin sebagai pengganti
nabi Muhammad SAW. sedangkan 3 sahabat lainnya yang tergabung dalam khulafa
Arrasyidin adalah pengasab (perampas).

Ajaran primer sekte ini yaitu meliputi:

a. Al Ishamah, dimana pemimpinnya tidak pernah berbuat dosa besar maupun dosa
kecil, tidak terlihat melakukan maksiat, dan tidak boleh berbuat salah ataupun
lupa dalam melakukan tindakan.

b. Ar-raj’ah, merupakan salah satu kepercayaan sekte syiah mengenai datangnya


imam mereka setelah gaib, memiliki tujuan untuk menegakkan keadilan,
membangun kekuasaan, dan menghancurkan hal yang lazim.
5
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terj, Firdaus A.N, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, hal.36
c. Al-Mahdi, dimana golongan yang menjaga kehormatan, menjaga keselamatan jiwa
dan harta benda yang dimilikinya.

Paham-paham tersebut memiliki pengaruh terhadap masalah-masalah politik,


agama, dan sosial. Dalam hal ini, perkembangan golongan syiah terbagi menjadi 25
aliran. Namun hanya 3 yang masih ada hingga sekarang:

a. Syiah al-Kisaniyah: Mukhtar bin Abi Ubaid as-Tasaqafy

b. Syiah az-zaidiyah: Zaid bin Ali bin Husein

c. Syiah Al-Imamiyah: Muhammad al-Mahdi al-Mutadar

2. Aliran Khawarij

Khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti telah keluar dan mereka
disebut khawarij. Nama-nama lain dari aliran ini yaitu syurah, muhakkimah, dan
haruriyah.

Ajaran firqoh khawarij yaitu mengenai khilifah, dosa, dan imam. Khilafah
dipilih dengan cara demokrasi melalui pemilihan bebas. Menurut ajaran ini, hanya ada
dosa besar atau kabair. Hal ini memiliki tujuan agar orang Islam tidak dapat berjalan
dengan pendriannya, dapat diperangi dan dapat dirampas harta bendanya. Sedangkan
dalam hal iman, bukan hanya dibenarkan dalam hati, namun harus diucapkan dalam
lisan, dan melakukan amal ibadah. 3 hal tersebut menjadi bagian dari iman.

Karakteristik atau ciri-ciri orang khawarij yaitu memiliki pandangan yang


kaku dan ekstrem, kecuali aliran al-ibadiyah6.

3. Aliran Jabariyah

Ajaran jabariyah ini telah melampaui batas. Ajaran ini meyakini bahwa tidak
berdosa jika berbuat kejahatan. Orang yang mencuri sudah di qodrat dan iradat-Nya.
Sebagian besar pengikut Jabariyah menganggap bahwa dirinya telah bersatu dengan
Tuhan sehingga memunculkan ajaran wihdatul wujud.

4. Aliran Qadariyah

6
Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah al-Juz’a al-anwal, Fi al-al-Siyasah Wa al-‘Aqaid  karangan Syaikh Muhammad
Zahrah, hal. 85
Aliran qodariyah muncul sekitar tahun 689 M/70 H. Aliran ini dipimpin oleh
Ma’bad al Juhni al-bisri. Menurut ajaran ini, iman adalah berjanji kepada Allah SWT,
makrifat kepada para rasul, dan segala apa yang dibawa Allah SWT mengenai perihal
yang disepakati oleh orang-orang Islam, seperti: shalah, puasa, zakat, haji, dan perihal
lainnya yang diperselisihkannya.

5. Aliran Murji’ah

Istilah murji’ah berasal dari kata “arja” yang berarti memberikan harapan
untuk memperoleh ampunan. Hal tersebut menjadi dasar bahwa perbuatan dosa atau
maksiat tidak merusak iman. Aliran ini muncul karena latar belakang politik. Ketika
pusat pemerintahan Islam pindah ke Damaskus, mulai terlihat kurangnya ketaatan
beragama dikalangan penguasa Bani Umayyah. Orang-orang Murji’ah berpendapat
bahwa seorang muslim boleh shalat dibelakang orang shaleh maupun orang fasiq.
Karena hanya Allah SWT yang menilai baik buruknya perbuatan hamba-Nya.

Firqoh murji’ah memperkenalkan ajaran bahwa iman hanya membenarkan


melalui hati, dengan kata lain bahwa iman adalah makrifat kepada Allah SWT. hal
tersebut didasarkan pada Al-Qur’an. Namun sebagian golongan murji’ah berpendapat
bahwa iman terdiri dari dua unsur yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan
dengan lisan. Kedua unsur tersebut harus dilakukan orang mukmin. Jadi jika
seseorang membenarkan dengan hati namun menyatakan kebohongan dengan lisan,
maka tidak disebut dengan mukmin.

6. Aliran Mu’tazillah

Kata mu’tazilah berasal dari kata I’tizal yang bermakna memisahkan diri,
sedangkan Mu’tazillah bermakna orang-orang yang memisahkan diri.

Washil bin Atho merupakan pencetus aliran ini. Ia berlajar dan berguru
dengan ulama yang merupakan tabi’in terkenal, bernama Imam Hasan al-Basri yang
melakukan majelisnya di kota Basroh. Namun pandangannya berlawanan tentang
dosa besar.

Firqoh mu’tazillah bermula dari majelis disudut masjid Basrah. Meskipun


firqoh terbagi menjadi 22 aliran namun tetap memiliki lima prinsip pokok ajaran yang
disepakati yaitu meliputi tauhid, keadilan, janji dan ancaman, tempat diantara dua
tempat, dan amar makruf nahi munkar.
Tokoh-tokoh dalam aliran mu’tazillah yaitu Utsman al-jahiz, pengarang kitab
al-Hiwan, pengarang kitab Majaz Al-Qur’an, Syarif Radhi, Abdul Jabbar bin Ahmad,
Zamakhsyari pengarang kitab Tafsir al-Kasyasyaf, dan ibnu Abil Haddad pengarang
kitab Syarah Nahjul Balghah.

7. Aliran As’riyah

Madzab Asy’ariah merupakan sebuah paham yang dinisbatkan pada Abu


Hasan al-Asy’ari. Al-Asy’ari dulunya pernah menjadi pengikut mazhab Mu’tazillah,
akan tetapi pada perkembangannya ia menolak paham-paham golongan Mu’tazilah
sehingga ia memisahkan diri dari Mu’tazillah.

Tokoh-tokoh yang menganut aliran Asy’ariah yaitu


● Abubakr bin Tayyib
● Al-ghazali
● Abu al-Maaly bin Abdillah, dan
● Abdul Abdillah Muhammad bin Yusuf.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teologi merupakan ilmu
yang mempelajari dan membahas segala sesuatu tentang ketuhanan, membahas mengenai
eksistensi dan sifat-sifat Tuhan yang didasarkan pada firman-firman atau kalam Allah
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits sebagaimana manusia yang mempelajari
agamanya secara mendalam dengan landasan yang kuat. Dalam teologi Islam, terdapat
beberapa nama lain yang yang berkaitan dengan penjelasan tersebut yang dikenal
diantaranya yaitu ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu ushuluddin dan juga ilmu aqoid. Selain
itu terdapat dua sumber penjelasan teologi islam yaitu sumber ideal dan juga sumber
historik. Dengan mempelajari penjelasan mengenai teologi islam di atas, diharapkan agar
dapat dipahami kebenaran-kebenaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan
sehingga tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran yang menyimpang.
REFERENSI

Abduh, Muhammad. (1979) Terj Risalah Tauhid, Firdaus A.N, Jakarta: Bulan Bintang

Ashari, M. S. (2020). Teologi Islam Perspektif Harun Nasution. An-Nur Jurnal Studi Islam ,
X (1). Yogyakarta: Institut Ilmu AL-Qur’an (IIQ)

Syafii. (Volume 23, No 1, Januari 2012). dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam ke Teologi: Analisis
Epistemologis. IAIN Walisongo Semarang: TEOLOGIA.

Mukhlis, F. H. (2020). Model Penelitian Kalam: Teologi Islam (lmu Kalam) Ahmad Hanafi.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: http://eprints.walisongo.ac.id.

Ulum, D. (2018). Studi Pemikiran Kalam. IAIN Madura


:https://www.researchgate.net/publication/329468757_artikel_teologi_islam_darul_ul
um.

Anda mungkin juga menyukai