Anda di halaman 1dari 57

I.

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Umum


Struktur adalah himpunan elemen untuk meneruskan beban ke tanah dengan
aman.
Contoh:

Sebatang pohon adalah sebuah struktur


Tangga adalah
alam
Sebuah struktur sederhana

Struktur dapat dikenali menurut:

a. Beban

Jika beban lebih besar, kita


memerlukan struktur yang
lebih kuat

b. Kualitas Bahan

Jika bahan lebih kuat,


kita memerlukan
elemen struktur lebih
sedikit

Baja kayu

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 1


c. Tingkat keamanan

Jika tingkat keamanan yang dikehendaki lebih tinggi, kita


memerlukan bahan lebih banyak

d. Perilaku Bahan

bahan: fleksibel (salah) bahan: rigid (benar)

Tergantung dari bentuk elemen, harus digunakan


menurut perilaku bahan

e. Bentuk dan sifat joint (sambungan) elemen struktur

smb. pin smb. rigid

salah benar

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 2


f. Macam tumpuan yang dipakai

Salah: tumpuan gelinding (rol) Benar: tumpuan gelinding (rol) dan


sendi

Benar: tumpuan jepit

Selanjutnya, hal-hal mengenai jenis dan sifat tumpuan akan dibahas lebih
terperinci dalam bab-bab berikutnya. Semua hal-hal di atas digunakan sebagai
pertimbangan awal bahwa struktur tersebut adalah aman.

Selanjutnya ada beberapa contoh cara untuk menghimpun elemen-elemen menjadi


sebuah struktur untuk memikul beban.

Busur Rangka batang

Gantungan
Struktur yang berbeda dapat digunakan atas pertimbangan berbagai hal. Jika
pemindahan/penerusan beban ke tanah lebih langsung, maka struktur lebih ekonomis
(bahan yang digunakan lebih sedikit).

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 3


Langsung Tak langsung

Dalam perhitungan struktur, hal-hal yang paling mendasar yang harus mendapat
perhatian adalah:
a. Struktur harus “Seimbang” (tidak bergerak)
Hal ini dapat terjadi jika beban total yang bekerja diimbangi oleh gaya reaksi
pada tumpuan.

1 1 1 1

b. Struktur harus “Stabil”


Hal ini terjadi jika beban-beban yang bekerja menghasilkan perubahan bentuk
(deformasi) yang tidak menyebabkan struktur runtuh.

STRUKTUR TAK STABIL

c. Struktur harus “Kuat”


Struktur mempunyai kekuatan untuk memikul beban tanpa patah.

d. Struktur harus mempunyai “Kekakuan” yang cukup

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 4


Bahwa deformasi yang terjadi pada struktur tidak menyebabkan struktur tidak
berguna.

A B

A. Balok kaku, pintu dapat ditutup B. Deformasi besar, pintu


tidak dapat ditutup (struktur
tidak berguna)
1.2 Beban-beban yang bekerja pada struktur
Beban-beban yang diperhitungkan bekerja pada suatu struktur secara umum
dibagi menjadi dua yaitu “beban merata; g, p, q” per satuan luas atau panjang (kN/m2;
N/mm2; ton/m2; kg/cm2; kN/m1; N/m1; ton/m1) dan “beban terpusat; G, P, F” (kN; N;
ton; kg).

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 5


II. GAYA

2.1 Umum
Gaya (luar dan dalam) tidak dapat dilihat atau dirasakan, namun yang dapat dilihat
dan dirasakan adalah akibat yang ditimbulkan oleh gaya itu sendiri. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa pergeseran atau perputaran. Sebuah gaya dapat ditentukan oleh
ukuran, jurusan dan tempatnya. Gaya dapat ditentukan dengan huruf “P”, kecuali huruf
“K” dan “R” masing-masing untuk gaya tekuk dan resultan. Nilai atau besaran gaya bisa
dalam kg, ton, Newton (N), Kilonewton (kN). Jika ada beberapa gaya kita dapat
menandainya dengan P1, P2, P3 dst. Gaya juga dapat digambar dengan garis lurus
berskala dengan ujung bertanda panah sesuai arahnya (disebut Grafis dengan skala 1 cm
= 1 ton, atau dengan skala lainnya).

2.2 Mengumpulkan dan membagi gaya dalam satu bidang


2.2.1 Ukuran dan jurusan gaya
Satu gaya P dapat ditentukan oleh garis kerja dan ukurannya.
Contoh:
+y P
a,b = potongan ordinat
A(x,y) dan absis
r = jarak dari titik
kutub O
r = a Sin α
r = b Cos α
r b
α
+x
O(0,0)
a

Gambar 2.1

Garis kerja gaya dapat ditentukan oleh dua dari empat nilai berikut:
a, b, r dan α (misalnya hanya oleh a dan b atau a dan r atau α dan a), sedangkan ukuran
dari gaya P ditentukan dalam kg, ton, N atau kN.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 6


Selanjutnya kita boleh menentukan bahwa kita memerlukan tiga nilai untuk
menentukan suatu Gaya dalam satu bidang. Titik tangkap A tidak kita tentukan karena
pada soal tentang keseimbangan pada benda yang penting adalah garris kerjanya saja.

Kita boleh mengubah suatu gaya dalam arah garis kerjanya tanpa mengubah akibatnya

+y Py P

Px
A(x,y)

r b
α
+x
O(0,0)
a

Gambar 2.2

Dari tiga nilai yang diberikan untuk menentukan suatu gaya, dua nilai berasal dari
geometri, yaitu nilai yang diperlukan untuk penentuan garis kerja dan satu nilai yang
berasal dari nilai statika, yaitu ukuran gaya.
Kita juga dapat menentukan suatu gaya P dari komponen gaya horisontal (Px)
dan komponen gaya vertikal (Py) atau oleh Momen (M) dari gaya P terhadap titik
kordinat O.
Maka boleh dikatakan bahwa:

Px = P cos α
Py = P sin α
............................................................................ (1)
M = P.r

Berdasarkan hukum Phytagoras dapat ditentukan gaya P sebagai:


............................................................................. (2)

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 7


Px dan Py menjadi positif jika jurusannya sama dengan jurusan ordinat dan absis pada
sistem kordinat dengan titik kutub O. Momen M dari gaya P menjadi posistif (+) jika
berputar searah jarum jam dan menjadi negatif (-) jika sebaliknya.
Antara nilai Geometri dan nilai Statika terdapat hubungan sebagai berikut:

................................... (3)

2.2.2 Gaya-gaya dengan titik tangkap bersama


Menurut rumus (1) kita membagi P1 dan P2 menjadi komponen Px dan Py. Dengan
menjumlahkan masing-masing komponen, kita mendapat jumlah komponen yang menjadi
komponen resultan R yaitu Rx dan Ry.

+y

Ry R

Py1 P1
Py2 P2
α1
α2 αR +x
........................... (4)
Px1 Px2 Rx

Gambar 2.3

Kita juga bisa membagi suatu gaya resultan (R) menjadi dua gaya P 1 dan P2
dengan garis kerja masing-masig P sudah diketahui.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 8


Menurut rumus (4)

+y P1 Dan menurut rumus (3)

Ry R
P2
.... (5)

α1
α2 αR +x
Selanjutnya kita dapat
Rx
menentukan Rx dan Ry
Gambar 2.4

...................... (6)

Contoh dengan beberapa gaya


Diketahui ukuran gaya masing-masing dengan sudut α pada garis kerjanya. Dicari
ukuran resultan R dengan sudut αR.

P1

P2
α1
α2
α3 α4
αR
P3 P4

R1-4

Gambar 2.5

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 9


Penyelesaian
I. Semua gaya Pi kita bagi pada komponen Pxi dan Pyi
Pxi = Pi cos αi Pyi = Pi sin αi

II. Menjumlahkan semua komponen Pxi dan Pyi dengan memperhatikan tanda +/-, dan
hasilnya adalah Rx dan Ry, menurut rumus sebagai berikut:

III. Komponen Rx dan Ry menentukan R sebagai:

Pada sudut αR harus diperhatikan dengan khusus tanda (+/-) dari komponen
masing-masing. Kemungkinan nilainya adalah sebagai berikut:

Kumpulan gaya yang tidak mempunyai titik tangkap bersama:


Untuk gaya-gaya dengan titik tangkap diluar kertas gambar atau bahkan tidak ada jika
gaya-gaya tersebut sejajar, dapat diselesaikan dengan cara berikut:
Contoh:
Dua gaya sejajar dengan titik kutub O sembarang.
Kita perhatikan sekarang dua gaya P1 dan P2 yang sejajar dengan suatu kutub O yang
sembarang terhadap momen masing-masing.

P1 R P2

d a b

c l

Gambar 2.6

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 10


Kita dapat menentukan momen (M) masing-masing terhadap O sebagai berikut:
M bagi P1 dan P2 : MP = P1.d + P2.(l+d) = P2.l + (P1 + P2).d
M bagi R : MR = R.(d + a) = R.d + R.a
Jumlah momen akibat P sama dengan momen akibat R
Dengan kata lain : M P = MR
Sedangkan : R = P1 + P2
Maka posisi R terhadap O, (d+a = c) dapat dihitung:

Atau dengan kata lain: Momen resultan MR menjadi sama dengan momen gaya MP
masing-masing.
Syarat persamaan momen ini berlaku tidak hanya pada dua gaya yang sejajar melainkan
pada lebih dari dua gaya yang sejajar, misalnya:
Dengan beberapa gaya sejajar:

P1 P3 P4
P2 R

a3
a2
a1
aR

Gambar 2.7
Perhitungan:

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 11


Dengan dua gaya P1 dan gaya P2 yang tidak sejajar:

R
Ry P2
Py2
Py1 P1

Kutub O Rx
Px1 Px2
a b

Gambar 2.8
Selanjutnya kita dapat menetukan:

dan

Untuk menentukan R pada jurusan dan tempatnya kita memilih kutub O pada
garis sumbu x dengan hasil bahwa momen ordinat ordinat menjadi 0 (nol) oleh karena
jarak tangkai pengungkit dengan titik kutub sama dengan 0 (nol).
Jarak a antara kutub O dengan dan resultante R dapat kita tentukan menurut rurmus:

Beberapa gaya yang tidak sejajar:

P1 P2 P3

Cara menyelesaikannya pada prinsipnya sama seperti dua gaya yang tidak sejajar.
Pada penentuan jurusan dan tempat resultante R, kita melihat contoh dengan beberapa
gaya yang sejajar.
Rumusnya adalah:

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 12


MR = Rx.aR = MP = Py1.a1 + Py2.a2 + Py3.a3

kemudian:

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 13


III. MOMEN

Hasil kali antara garis kerja gaya P


dengan kutub D kita tentukan sebagai
D
a “MOMEN” satu gaya P terhadap titik
kutub D

M = P.a
P Jarak “a” yang dimaksud adalah jarak
terdekat antara garis kerja gaya P
dengan kutub D, yaitu satu garis yang
melalui kutub D memotong tegak lurus
garis kerja gaya P.

Dalam satuan tm; kgcm; Nmm; kNm.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 14


IV. DUA PANDANGAN TERHADAP STRUKTUR

4.1 Struktur sebagai satu kesatuan dan bagian-bagian sebuah struktur


Kita harus selalu mempertimbangkan suatu struktur dari dua sudut pandang ini. Kita
anggap bahwa struktur adalah kaku (tidak mempunyai deformasi internal). Namun
kenyataannya, kita lihat sebuah struktur mempunyai deformasi internal tetapi sangat kecil
dibandingkan dimensi/ukuran struktur. Secara umum deformasi ini tidak mempengaruhi
dalam keseimbangan sebuah struktur.

4.1.1 Stuktur sebagai satu kesatuan


Kita harus selalu mempertimbangkan suatu struktur sebagai sebuah benda kaku (rigid
body), maka struktur dalam keseimbangan jika ditahan pada tempatnya dengan tumpuan-
tumpuan. Struktur harus dapat menahan gerakan atau perputaran. Kita dapat memilih
bentuk-bentuk tumpuan yang berbeda untuk sebuah struktur.
 Gerakan-gerakan dari sebuah benda kaku dapat berupa:

DV
DH 

Pergeseran vertikal Pergeseran horisontal Perputaran dengan sudut 


 Dalam rangka menahan gerakan-gerakan ini kita perlukan gaya-gaya reaksi
sebagai berikut:

P
P RH M
DV = 0
 =0
DH = 0
RV

RV menahan DV RH menahan DH M menahan 

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 15


 Dalam praktek kita mengenal bermacam-macam tumpuan:
a. Tumpuan Sendi
Konstruksi: Simbol dalam statika:

RH

R RV

Dua besaran RH dan RV belum diketahui


(RH = reaksi horisontal pada tumpuan)
(RV = reaksi vertikal pada tumpuan)

b. Tumpuan Rol
Konstruksi Simbol dalam statika:

RV

RV Hanya besaran RV yang belum diketahui.


(RV = reaksi vertikal pada tumpuan)

c. Tumpuan Jepit
Konstruksi Simbol dalam statika:

P P

M M RH

R RV

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 16


Tiga besaran RH, RV dan M belum diketahui
(RH = reaksi horisontal pada tumpuan)
(RV = reaksi vertikal pada tumpuan)
(M = reaksi momen pada tumpuan)

 Sekarang kita harus melengkapi struktur yang dipertimbagkan sebagai benda


kaku dengan tumpuan-tumpuan sehingga tidak dapat bergerak (seimbang).
Sebagai contoh:

P P
M
RAH RAH

RAV RBV RAV

Dengan mudah dapat diperiksa bahwa benda kaku ini tidak dapat bergerak
(seimbang).
Dan dari dua hal tersebut di atas kita dapatkan bahwa:
DV = 0 dapat juga dituliskan sebagai ∑V = 0
DH = 0 dapat juga dituliskan sebagai ∑H = 0
 = 0 dapat juga dituliskan sebagai ∑M = 0
Telah kita ketahui bahwa dengan syarat-syarat keseimbangan ini dimungkinkan
menghitung gaya-gaya reaksi dari suatu struktur

Jika suatu struktur mempunyai cukup gaya-gaya perlawanan yang


dihasilkan oleh tumpuan-tumpuan dalam keadaan seimbang, maka kita
berbicara masalah Sistem Statis Tertentu.

Contoh yang dibicarakan di atas adalah sistem statis tertentu


Dengan pertolongan tiga syarat keseimbagan di atas, dimungkinkan menghitung 3 (tiga)
gaya-gaya reaksi yang belum diketahui.

Jika untuk sebuah benda kaku kita dapatkan lebih banyak gaya-gaya
perlawanan daripada jumlah minimumnya 3 (tiga) yang diperlukan dalam
keadaan seimbang maka kita berbicara masalah Sistem StatisTak Tentu

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 17


PV P

RAH PH  Statis tertentu


 Benda kaku
 Tiga Gaya reaksi
RAV RBV

PV P
M
RAH PH
 Statis tak tentu
 Benda kaku
RAV RBV  Empat Gaya reaksi

RAH RBH
 Statis tertentu
 Benda tidak kaku
RAV RBV (kabel)

P
Contoh:
Hitung reaksi yang diperlukan dengan menggunakan syarat-syarat keseimbangan di
bawah ini:
∑V = 0
∑H = 0
∑M = 0

Arah gaya ke atas, ke kanan dan berputar searah


jarum jam dianggap bernilai positif

Catatan: Pertama kali kita pilih arah positif untuk RAH; RAV; RBH dan M
Jika setelah perhitungan dilakukan didapatkan hasil dengan tanda “+”
maka arah yang dipilih adalah benar, dan jika hasil yang diperoleh
bertanda “ - “ berarti R bekerja dengan arah yang berlawanan dengan
arah yang dipilih tadi arah R harus segera dibalik

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 18


Contoh (1):
∑V = 0
RAV + RBV – 10 kN = 0 ...............(1)
10 kN
RAH 5 kN ∑H = 0
RAH – 5 kN = 0 ...........................(2)

∑MA = 0
RAV RBV
-RBV.4 + 10 kN.2,0 m = 0 .........(3a)
atau
2,0 m 2,0 m ∑MB = 0
RAV.4 - 10 kN.2,0 m = 0 ..........(3b)
Dari 3b) didapat RAV = 5 kN
Dari 2) didapat RAV = 5 kN
Dari 1) dan 3a) didapat RAV = 5 kN

Contoh (2):
∑V = 0
10 kN RAV – 10 kN = 0 RAV = 10 kN
M
RAH 5 kN ∑H = 0
RAH – 5 kN = 0 RAH = 5 kN
RAV
∑MA = 0
-M + 10 kN.2,0 m M = 20 kNm

 Freebody (benda bebas)


Freebody adalah sebuah benda kaku dengan gaya-gaya yang bekerja padanya dan
gaya-gaya yang diperlukan untuk mendapat keseimbangan.
Contoh:
PV
RBV
RAH PH
A “Freebody”

RAV

2,0 m 2,0 m

 Gaya-gaya luar

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 19


Gaya-gaya yang bekerja pada suatu struktur termasuk gaya-gaya reaksi pada
tumpuan disebut gaya-gaya luar. Kita dapat menyatakan bahwa gaya-gaya luar yang
bekerja pada struktur tersebut harus ada dalam keadaan seimbang.

4.1.2. Bagian-bagian sebuah struktur.

Setelah mendapatkan semua gaya-gaya luar, sekarang kita ingin mengetahui


bagaimana gaya-gaya didistribusikan oleh mereka sendiri kedalam bagian-bagian yang
berbeda, atau elemen-elemen sebuah struktur.
Kita pertimbangkan sebuah struktur dibagi dalam bagian-bagian atau elemen-elemen
untuk menentukan gaya-gaya yang bekerja dibagian dalam struktur pada elemen tersebut.

 Gaya-gaya dalam.
Gaya-gaya yang bekerja dibagian dalam sebuah struktur, atau pada elemen-
elemen struktur disebut gaya-gaya dalam.
Elemen-elemen sebuah struktur harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya dalam yang
bekerja sehingga struktur aman.

Prinsip dasar untuk menghitung/menentukan gaya-gaya dalam :


Jika sebuah benda kaku dalam keseimbangan, maka tiap-tiap bagian dari
padanya harus dalam keseimbangan pula.
( Jika sebuah benda kaku tidak bergerak, maka tiap-tiap bagian harus tidak
bergerak pula )

Untuk menjaga satu bagian dari sebuah benda kaku tetap pada posisinya kita harus
memasukkan beberapa gaya (M ; L ; N) yang secara nyata diberikan oleh bagian lainnya.
(Lihat contoh di bawah).

4.1.3. Balok sederhana (Simple beam).

 Freebody : Perluasan konsep.


Satu bagian dari sebuah benda kaku dengan gaya-gaya yang bekerja padanya dan
gaya-gaya dalam yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan disebut sebuah
“Freebody”. Kadang-kadang hal ini bermanfaat untuk mengambil sebuah freebody yang
terlampau kecil/atau pendek sehingga dibayangkan = 0 (nol).

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 20


Sebuah Freebody dapat berupa seluruh benda, sebagian atau sebuah titik
daripadanya.
4.1.4. Balok sederhana (simple beam)

Contoh soal

10 kN. 10 kN
A 55 kN
t. B 5 kN A 5 5kN
t. B
5 kN

5 kN 5 kN 5 kN
5 kN

2M 2M

1M 3M

LX MX MX LX 10 kN
5 kN
t. A 55kN
t. B
NX NX

5 kN 5 kN

1M 3M

Gaya dalam diperlukan untuk Gaya dalam diperlukan


keseimbangan bagian A - X untuk keseimbangan bagian
X-B
Keterangan :
LX = Gaya lintang dalam ( disebut juga sebagai DX )
NX = Gaya normal dalam
MX = Momen lentur dalam

Perjanjian tanda : Untuk gaya-gaya dalam seperti yang diperlihatkan dalam


gambar di atas kita beri tanda ( + ).
Perjanjian ini juga berlaku untuk gaya-gaya luar seperti
dalam gambar.
Perhatikan bahwa gaya-gaya dalam pada bagian kiri dan bagian kanan bekerja
dalam arah yang berlawanan karenanya masing-masing saling menghilangkan
(membuat keseimbangan) satu sama lain.
(Contoh : MKIRI seimbang dengan MKANAN ).

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 21


Jika kita terapkan syarat-syarat keseimbangan, maka kita dapatkan :

 Untuk Freebody A – X sebelah kiri :


ΣV =0 (+) - 5 + LX = 0 LX = 5
ΣH =0 (+) NX - 5 = 0 NX = 5
Σ MX = 0 (+) MX - 5.1 = 0 MX = 5
 Untuk Freebody B – X sebelah kanan :
ΣV =0 (+) LX - 10 + 5 = 0 LX = 5
ΣH =0 (+) NX - 5 = 0 NX = 5
Σ MX = 0 (+) MX + 10.1 - 5.3 = 0 MX = 5

maka gaya-gaya dalam telah didapatkan !

Kita dapat menentukan gaya-gaya dalam pada titik yang lain dengan membuat bagan
gambar Freebody lainnya, sesuai dengan cara yang telah ditentukan.
 Gaya besar dalam/gaya lintang LX menahan gerakan luncur bagian kiri relatif
terhadap bagian kanan

LX

 Gaya normal dalam NX menahan perpindahan tempat bagian kiri relatif


terhadap bagian kanan.

NX

 Momen dalam MX menahan perputaran bagian kiri relatif terhadap bagian


kanan.

N
MXX

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 22


Perjanjian tanda positif untuk gaya-gaya yang bekerja pada “ Freebody “

Kita tentukan gaya-gaya dalam


dengan perjanjian nilai positif (+),
sesuai dengan perjanjian tanda pada
LX
MX MX “Freebody”.
Jika setelah perhitungan kita dapatkan
NX NX
LX suatu nilai negatif (-), ini berarti gaya
dalam yang benar mempunyai arah
yang berlawanan dengan perjanjian
awal.

Jika setelah perhitungan kita dapatkan suatu nilai positif tanda ( + ) maka arah gaya
dalam adalah sama seperti semula.

Variasi gaya-gaya dalam, sebuah struktur dapat kita temui dengan membagi struktur
tersebut menjadi Freebody-freebody.

Contoh ( 1 ).
10 kN
A B

5 kN 5 kN

3M 3M

□ Langkah pertama: Tentukan besarnya gaya-gaya reaksi dengan meninjau freebody.


ΣV =0 (+) RAV + RBV = 0 ........... 1)
ΣH =0 (+) RAH + 0 = 0 ........... 2)
Σ MA = 0 (+) RBV.6 - 10.3 = 0 ........... 3)

Dari 3) didapat RBV = 5 kN


Dari 2) didapat RAH = 0 kN

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 23


Dari 1) didapat RAV = 5 kN
□ Langkah kedua: Tentukan distribusi gaya-gaya dalam dengan meninjau freebody
yang berbeda.
P = 10 kN
A B

RAV RBV

3M 3M
MX
+ LX - RAV = 0
A + LX - 5 = 0 LX = 5 kN
NX
LX + MX - RAV.0 = 0
RAV + MX - 5.0 = 0 MX = 0 kNm.

MX + LX - RAV = 0
A + LX - 5 = 0 LX = 5 kN
NX
LX
RAV + MX - RAV.3 = 0
10 kN
+ MX - 5.3 = 0 MX = 15 kNm.
MX

A + LX - RAV + 10 = 0
NX + LX - 5 + 10 = 0 LX = - 5 kN
LX
RAV
3 M. + MX - RAV.3 = 0
+ MX - 5.3 = 0 MX = 15 kNm.

MX + LX + RBV = 0
LX
B + LX + 5 = 0 LX = - 5 kN
NX
+ MX - RBV.0 = 0
RBV
+ MX - 5.0 = 0 MX = 0 kNm.
MX LX
B + LX + RBV = 0
NX + LX + 5 = 0 LX = - 5 kN

RBV + MX - RBV.3 = 0
10 kN + MX - 5.3 = 0 MX = 15 kNm.
MX LX B
+ LX + RBV - 10 = 0
NX
+ LX + 5 - 10 = 0
RBV LX = + 5 kN

3 M. + MX - RBV.3 + 10.0 = 0
+ MX - 5.3 + 10.0 = 0
MX = 15 kNm.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 24


□ Langkah ketiga: Penggambaran diagram distribusi Gaya Lintang dan Momen.

Diagram LX

+ RBV = - 5 kN
RAV = 5 kN
-

Diagram MX

+ + 15 kNm.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 25


Contoh ( 2 ) :
Sistem dan pembebanan :
q = 10 kN/m’
A B
1. Reaksi Perletakan.

RAV
6,00 m. Σ MB = 0
MX
RBV RAV.6 - q.6.1/2.6 = 0
A RAV.6 - 10.6.1/2.6 = 0
NX RAV = 30 kN.
RAV LX
ΣV = 0
x
RAV + RBV - 10.6 = 0
10.1 RBV = 60 - 30 = 30 kN.
MX
A NX ΣH = 0
RAH = 0
RAV LX
1 m.
10.2

MX
A NX

RAV LX

2 m.

10.3
MX
A NX
LX
RAV
3 m.

RAV (+) Bidang “ L “

30 20 10 (-)
Bidang “ M “
0
(+)
25

40
45

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 26


4.1.4. Hubungan antara beban, gaya lintang dan momen lentur di dalam struktur :
Hubungan antara beban, gaya lintang dan momen lentur di dalam struktur sangat
penting karena berdasarkan hal-hal tersebut memungkinkan menyelesaikan diagram M,
L, N secara cepat untuk semua sistem balok sederhana ( simple beams )
Jika tidak ada beban bekerja , Lx konstan
Jika beban terdapat beban P bekerja , Lx berubah secara mendadak dengan ΔLx
= -P
Jika terdapat beban merata q yang bekerja, Lx berupa garis lurus.
Dari diagram Lx tentukan titik ( x ) yang jaraknya x dari suatu perletakan tertentu
dimana Lx = 0. Pada titik tersebut Mx = Mmax

Lx = 0 Mx = MMAX

Jika bekerja beban horizontal PH, beban tersebut akan bekerja dari titik kerjanya
sampai pada perletakan yang “diam“ (dalam hal ini adalah tumpuan/perletakan jepit
atau sendi) sebagai gaya normal “N“.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 27


4.2. Bentuk-bentuk diagram Mx dan Lx untuk macam-macam pembebanan
Bentuk-bentuk diagram Mx dan Lx dapat diturunkan dari hubungan-hubungan antara
: Beban, Gaya lintang ( L ) dan Momen ( M ).

a. Satu beban titik b. Dua beban titik simetris

(+) (+)

(-) (-)

(+) (+)

c. Beban merata sebagian d. Kombinasi beban titik dan beban merata


sebagian

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 28


(+) (+)

(-) (-)

(+) (+)

parabola parabola

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 29


e. Beban merata penuh

(+)

(-)

(+)

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 30


Cara lain penyelesaikan contoh ( 2 ) :

q = 10 kN/m’
A B

RAV
6,00 m.
RBV

MX
A
NX
LX
RAV Qx

RAV = RBV = q . 6/2 = 10.6/2 = 30 kN.


ΣMx = 0
+ Mx - AV.x + Qx.1/2.x = 0
+ Mx = 30.x - 10.x. 1/2.x
+ Mx = 30.x - 5.x2 0≤x≤6 “tidak terjadi perubahan kondisi beban”
Untuk : x=0 ; Mx = 0
x=1 ; Mx = 30.1 - 5.12
Mx = 25 kNm.
x=2 ; Mx = 30.2 - 5.22
Mx = 40 kNm.
x=3 ; Mx = 30.3 - 5.32
Mx = 45 kNm.

Jika beban dan struktur simetris, Mx dapat dihitung separuh bentang, kemudian gambar
dibuat simetris pula antara kiri dan kanan.

ΣVx = 0
+ Lx - AV + Qx. = 0
+ Lx = 30 - 10.x. 0≤x≤6 ( persamaan linear/garis lurus )

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 31


Cukup ditentukan 2 (dua) titik saja !
Untuk : x=0 ; Lx = 30 - 10.0
Lx = + 30 kN.
x=6 ; Lx = 30 - 10.6
Lx = - 30 kN.
3 m.

RAV (+) Bidang “ L “ ( kN )

30 20 10 (-)
RBV

Bidang “ M “ ( kNm.)
0
(+)
25 Mmax.

40
45

Contoh ( 3 ) :
Balok sederhana dengan kantilever.

x
q = 10 kN/m’
A B’
x B
RAV
6,00 m. 2,00 m.
RBV

MX
A NX
MX
RAV Qx LX
NX B’

xkr. LX Qx

xkn.
Penyelesaian :
1. Reaksi perletakan :

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 32


Σ MB = 0 Kontrol :
RAV.6 - q.8.2 = 0 ΣV = 0
RAV = (10.8.2)/6 = 26,667 kN. RAV + RBV - 10.8 = 0
Σ MA = 0 26,667 + 53,333 - 80 = 0
- RBV.6 + q.8.4 = 0 0 = 0 ; O.K.!
RBV = (10.8.4)/6 = 53,333 kN.

2. Perhitungan Bidang M, L
Bagian A-B
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + Qx. ½ .x = 0
Mx = 26,667.x - 10.x. ½.x
Mx = 26,667.x - 5 x2 0 ≤ x ≤ 6
Untuk : x=0 ; Mx = 0 tm.
x=1 ; Mx = + 21,667 kNm.
x=2 ; Mx = + 33,334 kNm.
x=3 ; Mx = + 35,001 kNm.
x=4 ; Mx = + 26,668 kNm.
x=5 ; Mx = + 8,335 kNm.
x=6 ; Mx = - 20,000 kNm.
Σ Vx = 0
+ Lx - RAV + Qx. = 0
Lx = + 26,667 - 10.x ( linear ) 0≤x≤6
Untuk : x=0 ; Lx = + 26,667 kN.
x=6 ; Lx = - 33,333 kN.

Bagian B’- B
Σ Mx = 0
+ Mx + Qx. ½ .x = 0
Mx = - 10.x. ½.x
Mx = - 5 x2 (parabola dengan 0 ≤ x ≤ 2)

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 33


Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=1 ; Mx = - 5,00 kNm.
x=2 ; Mx = - 20,00 kNm.
Σ Vx = 0
+ Lx - Qx. = 0
Lx = + 10.x ( linear ) 0≤x≤2
Untuk : x=0 ; Lx = + 0,000 kN.
x=2 ; Lx = + 20,000 kN.
Pada titik yang sama (tumpuan B) momen yang terjadi adalah sama, baik ditinjau dari bagian
kiri (A – B) atau dari bagian kanan (B’- B). Demikian juga untuk momen pada titik-titik yang
lain.
3. Gambar Bidang M, L
Perhitungan Mmax dan tempat kedudukannya.
Dari bagian A – B
Persamaan bidang M ;
Mx = 26,667.x - 5 x2
dMx /dx = 0 = Lx ( Pada saat Lx = 0, momen “M” = max )
0 = 26,667 - 10.x
x = 26,667 /10 = 2,6667 m. dari perletakan A
Masukkan nilai x ke persamaan Mx:
Mmax = 26,667.2,6667 – 5 (2,6667)2
= 35,556 kNm.

2,667 m.
+ 26,667 kN. + 20,000 kN.

Bidang “L”

- 33,333 kN.
- 20,000 kNm.
Bidang “M”

+ Mmax

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 34


Contoh ( 4 ) :
Balok sederhana dengan kantilever dan beban kombinasi

P1 = 40 kN. P2 = 10 kN.
q = 10 kN/m’
PH = 20 kN.
R AH A B’
x C B x
RAV
6,00 m. 2,00 m.
RBV

3,00 m.

MX
A NX
MX
RAV Qx LX
NX

x.
P1 = 40 kN. LX
MX xkn.
RAH PH = 20 kN.
A
NX

LX
RAV Q
(x – 1,5)
x

Penyelesaian :
1. Reaksi perletakan :
Σ MB = 0
RAV.6 - q.3.4,5 – P1.3 + P2.2 = 0
RAV = ( 10.3.4,5 + 40.3 – 10.2 )/6 = 39,167 kN.
Σ MA = 0
- RBV.6 + P2.8 + P1.3 + q.3.1,5 = 0
RBV = ( 10.8 + 40.3 + 10.3.1,5 )/6 = 40,833 kN.
Kontrol :
ΣV = 0
RAV + RBV - P1 – P2 – q.3 = 0
39,167 + 40,833 – 40 – 10 – 10.3 = 0
0 = 0 ; O.K.!

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 35


ΣH = 0
RAH - PH = 0 ; RAH = 20 kN ( )
2. Perhitungan Bidang M, L
2.1. Bagian A-C
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + Qx. ½ .x = 0
Mx = 39,167.x - 10.x. ½.x
Mx = 39,167.x - 5 x2 0 ≤x ≤ 3
Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=1 ; Mx = + 34,167 kNm.
x=2 ; Mx = + 58,334 kNm.
x=3 ; Mx = + 72,501 kNm.
Σ Vx = 0
+ Lx - RAV + Qx. = 0
Lx = + 39,167 - 10.x ( linear ) 0≤x≤3
Untuk : x=0 ; Lx = + 39,167 kN.
x=3 ; Lx = + 9,167 kN.
Σ Hx = 0
+ Nx + RAH = 0 ; Nx = - 20 kN. (tekan) (konstan)
dari A sampai C

2.2.Bagian C - B
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + Q. ( x – 1,5 ) + P1 . ( x – 3 ) = 0
Mx = + 39,167.x – 10.3. ( x – 1,5 ) – 40. ( x – 3 )
Mx = - 30,833.x + 165 ( linear ) 3≤x≤6
Untuk : x=3 ; Mx = + 72,501 kNm.
x=6 ; Mx = - 19,998 kNm.
Σ Vx = 0
+ Lx - RAV + Q + P1 = 0
Lx = 39,167 - 10.3 - 40

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 36


Lx = 30,833 kN. (konstan)
Σ Hx = 0
+ Nx + RAH - PH = 0
+ Nx = - 20 + 20 = 0
Bagian B’- B
Σ Mx = 0
+ Mx + P2.x = 0
Mx = - 10.x ( linear ) 0≤x≤2
Untuk : x=0 ; Mx = - 0,000 kNm.
x=2 ; Mx = - 20,000 kNm.
Σ Vx = 0
+ Lx - P2 = 0
Lx = + 10 kN. (konstan)

3. Gambar Bidang M, L
Perhitungan Mmax dan tempat kedudukannya.
Dari bagian A – B
Persamaan bidang M ;
Mx = 39,167.x - 5 x2
dMx /dx = 0 = Lx ( Pada saat Lx = 0, momen “M” = max )
0 = 39,167 - 10.x
x = 3,9167 m. dari perletakan A
Nilai x berada diluar batas persamaan Mx, maka Mmax berada pada x = 3

+ 39,167 kN.
3,00 m.
+ 10,000 kN.
+ 9,167 Bidang “L”

- 30,833 - 30,833 kN.


- 20,000 kNm.
Bidang “M”

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 37


+ Mmax

+ 72,501 kNm.

- 20,000 kN. Bidang “N”

Contoh ( 5 ) :
Balok sederhana dengan beban segi tiga.

qmax = 10 kN/m’
A B
C B
RAV
6,00 m.
RBV

Y
MX
A
NX

Qx LX
RAV
X/3
x
Penyelesaian :
1. Reaksi perletakan :
Σ MB = 0
RAV.6 - ½.6.q.1/3.6 = 0
RAV = ( ½.6.10.1/3.6 )/6 = 10,000 kN.
Σ MA = 0
- RBV.6 + ½.6.q.2/3.6 = 0
RBV = ( ½.6.10.2/3.6 )/6 = 20,000 kN.
Kontrol :
ΣV = 0

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 38


RAV + RBV - ½.6.10 = 0
10 + 20 – 30 = 0
0 = 0 ; O.K.!
Menghitung volume beban Qx :
Qx = ½.x.y ; sedangkan y = 10.x /6 = 1,667.x
Qx = ½.x.1,667x = 0,833 x2.

2. Perhitungan Bidang M, L
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + Qx. 1/3 .x = 0
Mx = 10.x - 0,833.x2. 1/3 .x
Mx = 10.x - 0,278 x3 ( hyperbola ) ; 0≤x≤6
Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=1 ; Mx = + 9,722 kNm.
x=2 ; Mx = + 17,776 kNm.
x=3 ; Mx = + 22,497 kNm.
x=4 ; Mx = + 22,208 kNm.
x=5 ; Mx = + 15,250 kNm.
x=6 ; Mx = + 0 kNm.

Σ Vx = 0
+ Lx - RAV + Qx. = 0
Lx = + 10 - 0,833.x2 ( parabola ) ; 0≤x≤6
Untuk : x=0 ; Lx = + 10,000 kN.
x=1 ; Lx = + 9,167 kN.
x=2 ; Lx = + 6,668 kN.
x=3 ; Lx = + 2,503 kN.
x=4 ; Lx = - 3,328 kN.
x=5 ; Lx = - 10,825 kN.
x=6 ; Lx = - 20,000 kN.
2. Gambar Bidang M, L
Perhitungan Mmax dan tempat kedudukannya.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 39


Dari bagian A – B
Persamaan bidang M ;
Mx = 10.x - 0,278 x3
dMx /dx = 0 = Lx ( Pada saat Lx = 0, momen “M” = max )
0 = 10 - 0,834.x2
x2 = 11,990 ; x = √ 11,990 = 3,463 m. dari perletakan A
Mmax = 10.3,463 - 0,278 (3,463)3
Mmax = 23,082 kNm.

0 1 2 3 4 5 6

Bidang “M”
+

Mmax =
23,082 kNm.

+ 10,0 kN.

Bidang “N”

- 20,0 kN
3,463 m.

Contoh ( 6 ) :
Batang miring.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 40


B
P = 40 kN. AB2 = 42 + 32
RBV
AB = 5 m.

3,0 m. Cos α = 4/5

Sin α = 3/5
RAH α

A
4,0 m.
RAV

Langkah kerja :
1. Reaksi Perletakan ;
Σ MA = 0
- RBV.4 + P.2 = 0 RBV = 40.2 /4 = 20 kN.
ΣH= 0
RAH = 0
Σ MB = 0
+ RAV.4 – RAH.3 – P.2 = 0
RAV = 40. 2 /4 = 20 kN.

2. Perhitungan Bidang M, L

MX NX

LX

α
RAV Sin α
A α
α RAV Cos α

x
RAV

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 41


Untuk bagian A sampai dengan sedikit disebelah kiri beban P (beban P belum memberikan
kontribusi terhadap Gaya lintang)
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x = 0
Mx = 20.x ( linear ) ; 0≤x≤2
Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=1 ; Mx = + 20 kNm.
x=2 ; Mx = + 40 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batan )


+ Lx - RAV Cos α = 0
Lx = + 20.4/5 = 16 kN. (konstan) ; 0≤x≤2

Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)


+ Nx + RAV Sin α = 0
Nx = - 20. 3/5 = - 12 kN (tekan - konstan) ; 0≤x≤2

P = 40 t. MX
P Cos α NX

LX

P Sin α

α
RAV Sin α
A α
RAV Cos α
α

RAV x

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 42


Untuk bagian sebelah kanan P sampai dengan tumpuan B (beban P memberi-kan kontribusi
terhadap Gaya lintang)
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + P.(x – 2) = 0
Mx = 20.x - 40.x + 80
Mx = - 20.x + 80 ( linear ) ; 2≤x≤4
Untuk : x=2 ; Mx = + 40 kNm.
x=3 ; Mx = + 20 kNm.
x=4 ; Mx = + 0 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx - RAV Cos α + P Cos α = 0
Lx = + 20.4/5 - 40. 4/5 = 16 kN. (konstan) ; 2≤x≤4

Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)


+ Nx + RAV Sin α - P Sin α = 0
Nx = - 20. 3/5 + 40.3/5 = + 12 kN (tarik - konstan) ; 2≤x≤4

3. Gambar Bidang M, L

RBV

3,0 m.

4,0 m.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 43


Bidang “L”
16 kN.

16 kN.

Bidang “M”

MMAX = 40 kNm.

Bidang “N”

12 kN.

12 kN.

Contoh ( 7 ) :
Batang miring dan datar :
q
B
P1 C
RBV
P2
3,0 m.

RAH α

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 44


A
4,0 m. 4,0 m.
RAV

Ketentuan : P1 = P2 = 20 kN : q = 5 kN/m’

AB2 = 42 + 32 AB = 5 m.

Cos α = 4/5 Sin α = 3/5

Langkah kerja :
1. Reaksi Perletakan ;
Σ MA = 0
- RBV.8 + P1.2 + P2.1,5 + q.4.6 = 0
- RBV.8 + 20.2 + 20.1,5 + 5.4.6 = 0
RBV = 23,75 kN.
ΣH= 0
RAH + P2 = 0
RAH + 20 = 0
RAH = - 20 kN. (hasil negatif = berlawanan arah dari anggapan semula)

Σ MB = 0
RAV.8 - P1.6 - P2.1,5 - q.4.2 + RAH.3 = 0
RAV.8 - 20.6 - 20.1,5 - 5.4.2 + 20.3 = 0
RAV = 16,25 kN.

Kontrol :
ΣV= 0
+ RAV + RBV – P2 – q.4 = 0
+ 16,25 + 23,75 – 20 – 5.4 = 0 ........O.K.
2. Perhitungan bidang M, L, N ;
Bagian A – C ;

MX NX

RAH Sin α
LX

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 45


y
RAH α

RAH Cos α A α
RAV Cos α
RAV Sin α α

RAV x

Untuk bagian A sampai dengan sedikit disebelah kiri beban P ( beban P belum memberikan
kontribusi terhadap Gaya lintang )
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x - RAH.y = 0
+ Mx - 16,25.x - 20.x tg α = 0 ; tg α = ¾
Mx = 16,25.x + 20.3/4.x
Mx = 31,25.x (linear); 0≤x≤2
Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=2 ; Mx = + 62,50 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx - RAV Cos α - RAH Sin α = 0
Lx = + 16,25.4/5 + 20.3/5 = 25 kN. (konstan) ; 0≤x≤2

Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)


+ Nx + RAV Sin α - RAH Cos α = 0
Nx = - 16,25. 3/5 + 20. 4/5 = +6,25 kN ; (tarik - konstan) 0≤x≤2
P1
MX
P1 Cos α NX

P2 Sin α
LX
P2 y
RAH Sin α P1 Sin α
P2 Cos α
RAH α

RAH Cos α A α
RAV Cos α

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 46


RAV Sin α α

RAV x

Untuk bagian sebelah kanan P sampai dengan tumpuan B (beban P memberi-kan kontribusi
terhadap Gaya lintang)
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x - RAH.y + P1.(x – 2) + P2 (y – 2. tg α ) = 0
+ Mx - 16,25.x - 20.x tg α + 20 (x – 2) + 20 (x tg α – 2.tg α) = 0 ; tg α= ¾
Mx = 16,25.x + 20.3/4.x – 20.(x-2) – 20.( 3/4.x – 2.3/4)
= - 3,75.x + 70 ; (linear); 2≤x≤4
Untuk : x=2 ; Mx = + 62,50 kNm.
x=4 ; Mx = + 55,00 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx - RAV Cos α - RAH Sin α + P1 Cos α + P2 Sin α = 0
Lx = + 16,25. 4/5 + 20.3/5 - 20. 4/5 - 20. 3/5 = -3,00 kN.
( konstan ) ; 2 < x < 4
Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)
+ Nx - RAH Cos α + RAV Sin α + P2 Cos α - P1 Sin α
Nx = + 20. 4/5 – 16,25. 3/5 - 20. 4/5 + 20.3/5 = + 2,25 kN. (tarik - konstan);2 ≤ x ≤ 4

Bagian B – C ;
q
MX
NX
B
LX
RBV

Σ Mx = 0
+ Mx - RBV.x + q.x.1/2.x = 0

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 47


+ Mx = + 23,75.x – 2,5.x2 ; (parabola) ; 0≤x≤4
Untuk : x=0 ; Mx = 0 tm.
x=1 ; Mx = + 23,75 kNm.
x=2 ; Mx = + 37,50 kNm.
x=3 ; Mx = + 48,75 kNm.
x=4 ; Mx = + 55,00 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx + RBV - q.x = 0
Lx = - 23,75 + 5.x. (konstan) ; 0≤x≤4
Untuk : x=0 ; Lx = - 23,75 kN.
x=4 ; Lx = - 3,75 kN
Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)
+ Nx = 0

3. Gambar Bidang L, M ;
Bagian B – C ;
q

C B
RBV
Bidang “M”

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 48


55,00 kNm

- 3,75 kN. ( -( )-) Bidang “L”

- 23,75 kN.

P1
P2
3,0 m.

4,0 m.

Bidang “M”
55,00 kNm

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 49


0,00 kNm.

62,50 kNm

-3,00 kN

+25,00 kN. Bidang “L”

+2,25 kN.
Bidang “N”
+6,20 kN.

Contoh ( 8 ) :
Batang miring, datar dan tegak :
q
C D
P1
1,5m.
P2 P3

1,5m.
RAH

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 50


α
A B
4,0 m. 4,0 m. RBV
RAV

Ketentuan : P1 = P2 = 20 ton : P3 = 30 ton : q = 5 t/m’

AC2 = 42 + 32 AC = 5 m.

Cos α = 4/5 Sin α = 3/5

Langkah kerja :
1. Reaksi Perletakan ;
Σ MA = 0
- RBV.8 + P1.2 + P2.1,5 + q.4.6 - P3.1,5 = 0
- RBV.8 + 20.2 + 20.1,5 + 5.4.6 - 30.1,5 = 0
RBV = 18,125 kN.
ΣH= 0
RAH + P2 - P3 = 0
RAH + 20 - 30 = 0
RAH = 10 kN. (hasil positif = arah sesuai anggapan semula)
Σ MB = 0
RAV.8 - P1.6 + P2.1,5 - q.4.2 - RAH.0 – P3.1,5 = 0
RAV.8 - 20.6 + 20.1,5 - 5.4.2 - 30.1,5 = 0
RAV = 21,875 kN.
Kontrol :
ΣV= 0
+ RAV + RBV – P2 – q.4 = 0
+ 18,125 + 21,875 – 20 – 5.4 = 0 ........O.K.
2. Perhitungan bidang M, L, N ;
Bagian A – C ;

MX NX

RAH Sin α
LX y
RAH α

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 51


RAH Cos α A α
RAV Cos α
RAV Sin α α

RAV x

Untuk bagian A sampai dengan sedikit disebelah kiri beban P ( beban P belum memberikan
kontribusi terhadap Gaya lintang )
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + RAH.y = 0
+ Mx - 21,875.x + 10.x tg α = 0 ; tg α = ¾
Mx = 21,875.x - 10.3/4.x
Mx = 14,375.x (linear); 0≤x≤2
Untuk : x=0 ; Mx = 0 kNm.
x=2 ; Mx = + 28,750 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx - RAV Cos α + RAH Sin α = 0
Lx = + 21,875.4/5 - 10.3/5 = 11,5 kN. (konstan) ; 0≤x≤2
Σ Hx = 0 ( Berimpit dengan sumbu batang )
+ Nx + RAV Sin α + RAH Cos α = 0
Nx = - 21,875. 3/5 - 10. 4/5 = -21,125 kN ; (tekan-konstan) 0≤x≤2

P1
MX
P1 Cos α NX

P2 Sin α
LX
P2 y
RAH Sin α P1 Sin α
P2 Cos α
RAH α

RAH Cos α A α
RAV Cos α
RAV Sin α α

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 52


RAV x

Untuk bagian sebelah kanan P sampai dengan titik C (beban P memberi-kan kontribusi
terhadap Gaya lintang)
Σ Mx = 0
+ Mx - RAV.x + RAH.y + P1.(x – 2) + P2 (y – 2. tg α ) = 0
+ Mx - 21,875.x + 10.x tg α + 20 (x – 2) + 20 (x tg α – 2.tg α) = 0 ; tg α= ¾
Mx = 21,875.x - 10.3/4.x – 20.(x-2) – 20.( 3/4.x – 2.3/4)
= - 20,625.x + 70 ; (linear); 2≤x≤4
Untuk : x=2 ; Mx = + 28,75 kNm.
x=4 ; Mx = - 12,50 kNm.

Σ Vx = 0 ( Tegak lurus sumbu batang )


+ Lx - RAV Cos α + RAH Sin α + P1 Cos α + P2 Sin α = 0
Lx = + 21,875. 4/5 - 10.3/5 - 20. 4/5 - 20. 3/5 = -16,50 kN.
(konstan) ; 2≤x≤4
Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)
+ Nx + RAH Cos α + RAV Sin α + P2 Cos α - P1 Sin α
Nx = - 10. 4/5 – 21,875. 3/5 - 20. 4/5 + 20.3/5 = + 25,125 kN (tarik - konstan); 2 ≤ x ≤ 4
Bagian D – C (Tinjau dari kanan ke kiri) ;

q
MX
NX D

LX
1,5 m
P3

1,5 m
B

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 53


RBV

Σ Mx = 0
+ Mx - RBV.x + q.x.1/2.x + P3.1,5 = 0
+ Mx = + 18,125.x – 2,5.x2 – 30.1,5 ; ( parabola ) ; 0≤x≤4
Untuk : x=0 ; Mx = - 45,00 kNm.
x=1 ; Mx = - 29,375 kNm.
x=2 ; Mx = - 18,75 kNm.
x=3 ; Mx = - 13,125 kNm.
x=4 ; Mx = - 12,50 kNm.

Σ Vx = 0 (Tegak lurus sumbu batang)


+ Lx + RBV - q.x = 0
Lx = - 18,125 + 5.x. (linear); 0≤x≤4
Untuk : x=0 ; Lx = - 18,125 kNm.
x=4 ; Lx = - 1,875 kNm
Σ Hx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)
+ Nx + P3 = 0
Nx = -30 kN. (tekan).

Bagian B – D ;

NX
Σ Nx = 0 (Berimpit dengan sumbu batang)
LX + Nx + RBV = 0

MX Nx = -18,125 kN. (tekan).


Mx = 0

B Lx = 0

RBV

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 54


NX

LX
D M ; L ; N di titik D
MX
1,5 m.
+ Mx + P3.1,5 = 0

P3 Mx = - 30.1,5 = 45,00 kNm.


+ Lx – P3 = 0

1,5 m. Lx = + 30,00 kN
+ Nx + RBV = 0
B
Nx = - 18,125 kN ; (tekan)

RBV

3. Gambar Bidang L, M ; N

Bagian A – C ;

P1
P2
3,0 m.

RAH
α

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 55


4,0 m.

- 12,50 kNm

Bidang “M”

0,00 kNm.

28,75 kNm

Bidang “L”

-16,50 kN.

+11,50 kN.

- 25,125 kN.

Bidang “N”
-21,125 kN.

Bagian C - D ;
q

C D
RBV
-45,00 kNm.

Bidang “M”

(-)
-12,5 kNm.

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 56


- 1,875 kN. ( -) ( - ) Bidang “L”

- 18,125 kN.

-30,00 kN.

(-)
Bidang “N”

Bagian B – D ;

-45,00 kNm -30,00 kN. - 18,125 kN.

P3 1,5 m.

1,5 m.

B
Bidang “M” Bidang “L” Bidang “N”
RBV

Mekanika Teknik I – Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 57

Anda mungkin juga menyukai