Anda di halaman 1dari 170

ELEMEN STRUKTUR

YANG DIBEBANI
SEC ARA AKSI AL

PENGANTAR

Komponen struktur yang hanya mengalami tarik atau tekan


dikenal sebagai elemen struktur yang dibebani secara aksial.
Batang solid dengan sumbu longitudinal Cc lurus adalah jenis
yang paling umum digunakan namun kabel dan pegas koil
juga dapat memikul beban aksial. 1toh batang yang
dibebani secara aksial adalah elemen pada ran mg,
batang penghubung pada mesin, jeruji pada roda sepeda,
kolom di gedung, dan batang tekan di penopang mesin
(E 0/L).
pesawat terbang. Perilaku tegangan­ regangan di elemen
seperti ini telah dibahas pada Bab 1, di mana kita juga telah
mendapatkan persamaan untuk tegangan yang bekerja
pada penampang (er = PIA) dan regangan di arah
longitudinal =
Di dalam bab ini kita tinjau beberapa aspek lain pada
elemen struktur yang dibebani secara aksial, dimulai dengan
penentuan perubahan panjang yang diakibatkan oleh beban
(Subbab 2.2 dan 2.3). Perhitungan perubahan panjang
merupakan bagian yang sangat penting dalam analisis
rangka batang statis tak tentu, suatu topik yang
diperkenalkan pada Subbab 2.4. Perubahan panjang juga
harus dihitung apabila peralihan suatu struktur perlu
dikontrol, apakah itu karena alasan estetika atau alasan
fungsional. Dalam Subbab 2.5, kita membahas efek
temperatur terhadap panjang batang dan konsep tegangan-
regangan termal. Tinjauan umum tegangan di batang yang
dibebani secara aksial dibahas dalam Subbab 2.6, di mana
kita membahas tegangan pada potongan miring (untuk
membedakannya dengan potongan melintang) dari suatu
batang. Meskipun hanya tegangan normal yang bekerja di
suatu potongan melintang (penampang) dari batang yang
dibebani secara aksial, pada potongan miring ada tegangan
normal dan tegangan geser.
Selanjutnya kita membahas beberapa topik penting lain
tentang mekanika bahan, yang disebut energi regangan
(Subbab 2.7), beban kejut (Subbab 2.8), fatik (Subbab 2.9),
konsentrasi tegangan (Subbab 2. 10), dan
perilaku nonlinier (Subbab 2. 1 1 dan 2. 1 2). Sekalipun
masalah-masalah ini dibahas dalam konteks elemen dengan
beban aksial, pembahasannya memberikan dasar untuk
menerapkan konsep yang sama pada elemen struktural
lainnya, seperti batang yang mengalami tarsi dan balok
yang mengalami lentur.
Mekanika Bahan 61

PERUBAHAN PANJANG PADA ELEMEN STRUKTUR YANG


DIBEBANI SECARA AKSIAL

Dalam menentukan perubahan panjang elemen struktur


yang dibebani secara aksial, akan lebih mudah kalau dimulai
dengan pegas koil (Gambar 2- 1). Jenis pegas seperti ini
banyak digunakan pada berbagai jenis mesin dan peralatan-
Gambar 2-1 Pegas yang meng-
misalnya ada beberapa lusin pada sebuah mobil. Apabila
alami beban aksial P beban diterapkan di sepanjang sumbu pegas, seperti terlihat
dalam Gambar 2- 1, pegas tersebut akan memanjang atau
memendek bergantung pada arah beban. Jika beban
bekerja menjauhi pegas, maka pegas akan memanjang dan
kita katakan bahwa pegas mengalami beban tarik. Jika beban
bekerja ke arah pegas, maka pegas akan memendek dan kita
katakan bahwa pegas tersebut mengalami tekan. Perlu
diingat bahwa dalam terrninologi ini, masing-masing koil
dari pegas tidak mengalami tarik atau tekan langsung,
melainkan mengalami torsi (atau puntir) dan geser
langsung. Sekalipun demikian, perpanjangan atau
perpendekan menyeluruh suatu pegas analog dengan
perilaku batang yang mengalami tarik atau tekan, sehingga
terminologi yang sama kita gunakan.
Perpanjangan suatu pegas ditunjukkan dalam Gambar
2-2. di mana bagian atas dari gambar menunjukkan
Gambar 2-2 Perpanjangan pegas pegas pada saat panjangnya merupakan panjang alami L
yang dibebani secara aksial
Guga disebut panjang tak bertegangan, panjang rileks, atau panjang
bebas), dan bagian bawah dari gambar menunjukkan efek
penerapan beban tarik. Akibat aksi gaya P, pegas tersebut
memanjang sebesar 8 dan panj ang akhirnya menj adi L + 8.
Jika bahan dari pegas tersebut elastis linier, maka beban
dan perpanjangan akan sebanding:

(2- la,b)

di mana k dan f adalah konstanta proporsionalitas.


Konstanta k disebut
kekakuan pegas dan didefinisikan sebagai gaya yang
menghasilkan =

perpanjangan satuan, P/8. Dengan cara sama,


artinya k
J_ konstanta f
disebut fleksibilitas dan didefinisikan sebagai perpanjangan
() yang dihasilkan oleh beban sebesar satu, artinyaf= 8/P.
-��
J/ l
Meskipun dalam pembahasan ini kita menggunakan pegas
tersebut untuk tarik, jelaslah bahwa Persamaan

�- - ,

-
rn
(2 b erlaku pada pegas yang mengalami tekan.
-1 ) Dari pembahasan di atas, jelas bahwa kekakuan dan
fleksibilitas pegas
a)
d j
a u
n g
(2 a
-
1 b
r � - p ll ')
., . (2-2a,b)
e$-·;
" . , ,\

merupakan kebalikan satu sama lainnya:


k .

'P
--

ti'

r Fleksibilitas pegas dapat dengan mudah ditentukan dengan

( mengukur perpanjangan yang dihasilkan dengan beban


yang diketahui, dan kekakuan dapat dihitung dari
r� Persamaan (2-2a). Sebutan lain untuk kekakuan dan
fleksibilitas suatu pegas masing-masing adalah konstanta
pegas dan kesesuaian pegas.
Besaran pegas yang diberikan oleh Persamaan (2- 1) dan
(2-2) dapat digunakan dalam analisis dan desain berbagai alat
mekanis terrnasuk'pegas seperti terlihat dalam Contoh 2- 1.
62 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

• Batang Prismatis
Batang yang dibebani secara aksial selalu memanjang akibat beban tarik
dan memendek akibat beban tekan, sebagaimana terjadi juga pada pegas.
Untuk menganalisis perilaku ini, tinjaulah batang prismatis yang terlihat
dalam Gambar 2-3. Batang prismatis adalah elemen struktur yang
mempunyai sumbu longitudinal lurus dan penampang konstan di seluruh
panj angnya. Meskipun kita sering menggunakan batang berpenampang
lingkaran di dalam ilustrasi, kita harus ingat bahwa elemen struktur
mungkin mempunyai penampang yang bukan lingkaran seperti terlihat
dalam Gambar 2-4.
Perpanjangan8 pada suatu batang prismatis yang mengalami beban
tarik P terlihat dalam Gambar 2-5. Jika beban bekerja melalui pusat berat
penampang ujung, maka tegangan normal terbagi rata di penampang yang
jauh dari ujung dapat dinyatakan dengan rumus a = PIA, di mana A
adalah luas penampang. Selain itu, jika batang tersebut terbuat dari bahan
yang homogen, maka regangan aksialnya adalah £ = 8/L, di mana 8 adalah
perpanjangan dan L adalah panjang batang. Asumsikan bahwa bahannya
elastis linier yang berarti bahwa hukum Hooke berlaku. Selanjutnya,
tegangan dan regangan longitudinal dapat dihubungkan dengan persamaan
Penampang berlubang a= Et:, di mana E adalah modulus elastisitas. Dengan menggabungkan
hubungan-hubungan dasar ini, maka kita dapat menghitung perpanjangan
batang:

prismatis yang mengalami tarik

Penampang terbuka berdinding tipis '

Gambar 2-4 Penampang elemen


struktur yang khas

Gambar 2-5 Perpanjangan batang


metal struktural, misalnya
baja atau aluminium. Sebagai contoh, tinj aulah batang tekan aluminium
yang panjangnya 75,0 in dan mengalami tegangan tekan 7000 psi. Jika
modulus elastisitasnya 10.500 ksi, maka perpendekan batang tekan ini
( a) 8
(dari Persamaan 2-3 dengan PIA digantikan dengan adalah =
2
0,050
-in. Dengan demikian, rasio perubahan panjang terhadap panjang semula
3adalah 0,05175, atau 111500, dan panjang akhimya adalah 0,999
kali
) panjang semula. Pada kondisi seperti ini, kita dapat menggunakan panjang
semula suatu batang (bukan panjang akhir) dalam perhitungan.
Kekakuan dan fleksibilitas suatu batang prismatis didefinisikan dengan
Persamaan ini cara yang sama seperti pada pegas. Kekakuan adalah gaya yang dibutuhkan
menunjukkan bahwa
perpanjangan berbanding
langsung dengan beban P
dan panjang L dan
berbanding terbalik dengan
modulus elastisitas E serta
luas penampang A. Hasil
kali EA dikenal sebagai
rigiditas aksial suatu
batang.
Meskipun Persamaan
(2-3) diturunkan untuk
elemen struktur yang
mengalami tarik, namun
persamaan tersebut
berlaku juga untuk elemen
struktur yang mengalarni
tekan, di mana 8
menunjukkan perpendekan
batang. Biasanya kita dapat
mengetahui dengan cepat
apakah suatU elemen
struktur menjadi lebih
panjang atau lebih pendek;
namun, ada kalanya
dibutuhkan perjanjian
tanda (misalnya, untuk
menganalisis batang statis
tak tentu). Dalam hal
seperti itu, perpanjangan
biasanya bertanda positif
dan perpendekan bertanda
negatif.
Perubahan panjang
suatu batang biasanya
sangat kecil dibandingkan
panjangnya, khususnya
jika bahannya berupa
Mekanika Bahan 63

untuk menghasilkan perpanjangan satuan, atau P/8, dan


fleksibilitas adalah perpanjangan akibat beban satuan, atau
8/P. Jadi, dari Persamaan (2-3), kita lihat bahwa kekakuan dan
fleksibilitas suatu batang prismatis masing­ masing adalah

(2-4a,b)

Kekakuan dan fleksibilitas suatu elemen struktural, termasuk


yang diberikan dengan Persamaan (2-4a) dan (2-4b),
mempunyai peran khusus dalam analisis struktur besar
dengan menggunakan metode yang berorientasi komputer.

• Kabel

Kabel digunakan untuk menyalurkan gaya tarik besar,


sebagai contoh, untuk menarik dan mengangkat benda
berat, menaikkan elevator, dan memikul jembatan gantung.
Tidak seperti pegas dan batang prismatis, kabel tidakdapat
menahan tarik. Selain itu, kabel hanya mempunyai sedikit
tahanan terhadap lentur sehingga sangat mudah menjadi
berbentuk lengkung, bukannya lurus. Sekalipun demikian,
kabel biasanya dipandang sebagai elemen struktur yang
dibebani secara aksial karena hanya mengalami gaya tarik.
Karena gaya tarik di kabel mempunyai arah di sepanjang
sumbunya, maka gaya-gayanya dapat bervariasi, baik arah
maupun besamya, bergantung pada konfigurasi kabel dan
lokasi potongan yang ditinjau.
Kabel terbuat dari sejumlah besar kawat yang dijalin
secara teratur. Ada banyak jalinan kabel yang masing-masing
bergantung pada tujuan penggunaannya. Salah satu yang
umum terlihat dalam Gambar 2-6, yang dibentuk oleh enam
strand yang dijalin secara helikal di sekeliling strand tengah.
Setiap strand terdiri atas banyak kawat kecil, yang juga dijalin
secara helikal. Karena itulah, kabel sering juga disebut
sebagai tali kawat. Luas penampang kabel sama dengan luas
penampang total masing­ masing kawat, yang disebut luas
efektif atau luas metalik. Luas ini lebih kecil daripada luas
Jingkaran yang mempunyai diameter yang sama dengan
kabel karena ada ruang antara masing-masing kawat.
Sebagai contoh, luas
strand dan wire pada kabel baja
penampang aktual (luas efektif) suatu kabel yang berdiameter 1
2
'
,0 in hanyalah 0,471 in , sedangkan luas lingkaran yang
berdiameter 1 ,0 in.
2
adalah 0,785 in .
Jika dibebani tarik,
perpanjangan suatu
kabel lebih besar
daripada
perpanjangan batang
solid dari bahan dan luas
penampang metalik
yang sama karena kawat
"mengencang" seperti
yang terjadi pada serat
pada tali rami. Jadi,
modulus elastisitas
(disebut modulus efektif)
suatu kabel lebih kecil
daripada modulus bahan
pembentuk kabel.
Modulus efektif kabel
baja sekitar 20.000 ksi
(140 GPa), di mana baja
sendiri mempunyai
modulus sekitar 30.000
ksi (210 GPa). Dalam
menentukan
perpanjangan kabel dari
Persamaan (2-3),
modulus efektif harus
digunakan untuk E dan
luas efektif harus
digunakan untuk A.
Di dalam praktek, dimensi
melintang dan besaran
Gambar 2-6 Susunan tipikal diperoleh dari pabrik kabel yang bersangkutan. Dalam
kabel lainnya memecahkan soal­

soal dalam buku ini (dan


jelas bukan untuk aplikasi
teknik), dicantumkan
64 Bab 2 E/emen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Tabel 2- 1 yang memuat besaran suatu jenis kabel. Perhatikan


bahwa kolom terakhir dalam tabel tersebut memuat
kekuatan putus, atau beban ultimit. Beban izin diperoleh
dengan menerapkan suatu faktor keamanan yang
mempunyai harga dari 3 sampai 10, bergantung pada
bagaimana kabel tersebut akan digunakan. Masing-masing
kawat pada kabel biasanya terbuat dari baja yang berkekuatan
tinggi, dan tegangan tarik yang dihitung pada beban putus
dapat setinggi 20.000 + 0 psi (1400 MPa).

Tabel 2-1 Besaran Kabel Baja

Diameter Berat Luas Kekuatan


nominal kira-kira efek tif Putus
2
(in.) (lb/ft) (in ) (!b)

0,50 0,42 0, 1 19 23. 1 00


0,75 0,95 0,268 51 .900
1 ,00 1,67 0,471 91 .300
1,25 2,64 0,745 144.400
1,50 3,83 1 ,08 209.000
1 ,75 5,24 1 ,47 285 .000
2,00 6,84 1 ,92 372.000

Contoh berikut ini menggambarkan cara menganalisis


suatu peralatan sederhana yang terdiri atas pegas-pegas
dan batang-batang. Solusinya membutuhkan penggunaan
diagram benda bebas, persamaan keseimbangan, dan
persamaan untuk perubahan panjang. Soal-soal di akhir bab
dapat digunakan sebagai contoh tambahan.

• Contoh 2-1

(panjang b 1 1kaku
Sebuah rangka ,0 in)ABC
dan batang vertikal L terdiri
yang berbentuk (panjang
atasc batang
= 9,5 in)horizontal
ditahan diAB
titik
= BC
B, seperti terlihat dalam Garnbar 2-7a. Titik B tersebut terhubung pada rangka luar
BCD yang terletak di atas bangku laboratorium. Posisi penunjuk di C dikontrol
oleh sebuah pegas (kekakuan k = 4,2 lb/in.) yang terpasang pada batang berulir.
Posisi batang berulir dapat disesuaikan dengan cara memutar mur. Pitch pada
1/16 in, yang berarti
uliran (yaitu jarak dari satu ulir ke ulir berikutnya) adalah p =
bahwa satu putaran penuh dari mur akan menggerakkan batang sama besarnya.
Pada awalnya, mur diputar hingga penunjuk di ujung batang BC tepat berada di
atas tanda referensi
Jika suatu bendarangka luar.
yang beratnya W= A,
2 lb diletakkan pada penggantung di
berapa putaran mur yang dibutuhkan untuk membawa penunjuk kembali ke posisi
tanda? (Deformasi bagian-bagian metal dapat diabaikan karena biasanya kecil
dibandingkan perubahan panjang pegas.)
Mekanika Bahan 65

w
-- b

(b)

(a)

Gambar 2-7 Contoh 2-1. Rangka


ABC yang berbentukL yang ber-
Solusi
tumpuan di B Pemeriksaan alat ini menunjukkan bahwa bobot W yang bekerja ke bawab akan
menyebabkan penunjuk C bergerak ke kanan. Apabila penunjuk bergerak ke kanan,
maka pegas akan memanjang sejauh tertentu yang dapat dihitung dari gaya F yang
beketja di pegas. Gaya F dapat dihitung dari diagram benda bebas rangka dalam
Gambar 2-7b. Perhatikan bahwa reaksi di titik B ditunjukkan dengan garis panab
yang dicoret (lihat pembahasan tentang reaksi di akhir Subbab 1 .8).
Dengan mengambil momen terhadap titik B,

F = Wb (a)
c
Perpanjangan o yang berkaitan dengan gaya tersebut (dari Persamaan 2- l a) adalah

(b)

Untuk mengembalikan penunjuk ke posisi tanda, kita hams memutarkan mur agar
batang berulir dapat bergerak ke kiri sedemikian hingga besarnya gerakan sama
dengan perpanjangan pegas. Karena setiap satu putaran mur menggerakkan batang
sejauh sama dengan pitch p, maka gerakan total batang akan sama dengan np, di
mana n adalah banyaknya putaran. Jadi

Wb
np = O = (a)
ck

sehingga kita mendapatkan rumus untuk banyaknya putaran mur:

= Wb (b) •
n -
ckp
Untuk mendapatkan hasil numerik, kita memasukkan data yang ada ke dalam

Persamaan (d), sebagai berikut

Wb (2 lb)(l l ,O in.)
n = -
= = 8,8 putaran
ckp (9,5 in.)(4,2 lb/in.)( l/l6 in.)

Hasil ini menunjukkan bahwa jika kita memutar mur sampai 8,8 putaran, maka
batang berulir akan bergerak ke kiri sejauh sama dengan perpanjangan pegas yang
diakibatkan oleh beban 2 lb, sehingga mengembalikan penunjuk ke tanda referensi.
66 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

• Contoh 2.2
Suatu struktur yang terlihat dalam Gambar 2-8a terdiri atas balok horizontal ABC
yang ditumpu oleh dua batang vertikal BD dan CE. Batang CE mempunyai sendi
di kedua ujungnya tetapi batang BD adalah jepit di pondasi di ujung bawahnya.
Jarak dari A ke B adalah 450 mm dan dari B ke C adalah 225 mm. Batang BD
dan CE mempunyai panjang masing-masing 480 mm dan 600 mm. Batang-batang
ini terbuat dari baja yang mempunyai modulus elastisitas E = 205 GPa. Dengan
mengasumsikan bahwa balok ABC adalah kaku, carilah beban izin maksimum
Pmaks jika peralihan di titik A dibatasi I ,0 mm.

Solusi

dengan menggunakan persamaan umum = PUEA (Persamaan 2-3). Kita mulai


Untuk
Denganmencari peralihan
demikian, titik A,mencari
kita harus kita perlu mengetahui
perubahan peralihan
panjang batangtitik
BDB dan
danCE,
C.
dengan mencari gaya-gaya di batang dari8diagram benda bebas (Gambar 2-8b).
Karena batang CE mempunyai sendi di kedua ujungnya, maka ini merupakan
elemen "dua-gaya" dan hanya menyalurkan gaya vertikal FCEke balok. Sedangkan
batang BD dapat menyalurkan baik gaya vertikal maupun gaya horizontal. Dari
keseimbangan balok ABC di arah horizontal, kita melihat bahwa gaya-gaya hori-
zontal haruslah no!.
Dua persamaan keseimbangan lainnya memungkinkan kita menyatakan gaya
FBD dan FC Edalam beban P. Jadi, dengan mengambil momen terhadap titik B dan
menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal, maka kita dapatkan

Perhatikan bahwa gaya FC bekerja ke bawah di batang ABC dan gaya FBD bekerja
FeE = 2P (e)
E
ke atas. Dengan demikian, elemen struktur CE mengalami tarik dan elemen struktur
BD mengalami tekan.
Perpendekan elemen BD adalah

FBDLBD
:= EABD
P)( 480 mm) 2
=
'
(3 p x 1 0--6 mm (P = newton) (f)
=
6 887
(205 GPa)( l 020 mm ) 8

Perhatikan bahwa perpendekan BD dinyatakan dalam mm asalkan beban P


dinyatakan dalam newton. Dengan cara sama, perpanjangan elemen CE adalah

8 FCELCE
CE
=

EAc E

=
(2 ?)(600 mm)
(205 GPa)(520 mm2 ) = 1 1,26 P x 10
--6
mm (P = newton) (g)

Peralihan di sini pun dinyatakan dalam mm asalkan beban P


dinyatakan dalam
newton. Dengan diketahuinya perubahan panjang kedua batang, maka kita dapat
mencari peralihan di titik A.
Diagram peralihan yang menunjukkan posisi relatif titik A, B, dan C
ditunjukkan dalam Gambar 2-8c. Garis ABC menunjukkan posisi awal ketiga titik.
P
Sesudah beban dikeljakan, elemen BD memendek sebesar 8
BD dan titik B bergerak
ke B'. Selain itu, elemen CE memanj ang sebesar 8CE, dan titik C bergerak ke C '.
Karena balok ABC diasumsikan kaku, maka titik A � B ', dan C' terletak pada
sebuah garis lurus.
Agar lebih jelas, semua peralihan digambar dengan sangat dibesarkan. Pada
kenyataannya garis ABC berotasi dengan sudut yang sangat kecil ke posisi baru
A 'B 'C' (lihat Catatan 2 di akhir contoh ini).
Mekanika Bahan 67

450 mm 225 mm
600 mm

120
E

(a)

FeE
450 mm 225 mm

(b)

A" �- -- - - - - - - - - - -- B"
()CE
A:

{)A

A'
Gambar 2-8 Contoh 2-2. Balok I 450 mm 225 mm

horizontal ABC yang ditumpu oleh


dua batang vertikal
(c)

Dengan menggunakan segitiga yang sama, kita sekarang dapat mencari hubungan
antara peralihan di titik A, B, dan C. Dari segitiga AJ1"C' dan B 'B "C' kita peroleh

A'A " = B'B" atau 8A + DcE = (h)


- -
A"C' B"C' 450 + 225 225
di mana semua suku dinyatakan dalam mm. Dengan memasukkan 8BDdan 8cE
dari Persamaan (f) dan (g) didapatkan

8A +1 1,26? X 10- 6 _ 6,887P X 10- 6 + 1 1,26? X 10 -6


450 + 225 225
Akhimya, kita substitusikan 8A dengan harga batas sebesar 1 ,0 mm dan kita
pecahkan persamaan tersebut untuk mendapatkan beban P. Hasilnya adalah

P = Pmaks = 23.200 N (atau 23,2 kN)

Apabila beban mencapai harga ini, maka peralihan ke bawah di titik A adalah
l ,O mm.
68 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Catatan 1: Karena struktur ini berpelilaku secara elastis Jinier, maka peralihan
akan sebanding dengan besamya beban. Misalnya, jika bebannya setengah Pmaks'
artinya jika P = 1 1 ,6 kN, maka peralihan titik A ke bawah adalah 0,5 mm.
Catatan 2: Untuk menyelidiki kebenaran bahwa garis ABC berotasi dengan
sudut yang sangat kecil. kita dapat menghitung sudut rotasi adali diagram peralihan
(Gambar 2-8c) sebagai belikut:

A' A " =
tan a = "- (i)
A C' 675 mm

Peralihan �� titik A ada1ah 1 .0 mm. dan perpanjangan DcE batang CE didapat dari
(g) dengan memasukkan P = 23.200 N; hasi1nya adalah 8CE 0,26 1 mm. Dengan
=

demikian, dari Persamaan (i l kita peroleh


tan

675 mm 675 mm
di mana a =

0, 1 1 °. Sudut ini sedemikian k.eci1nya sehingga jika kita mencoba


untuk menggambar diagram peralihan dengan ska1a, kita tidak dapat membedakan
antara galis semula ABC dan garis yang telah berotasi A 'B 'C'. Jadi, dalam bekerj a
dengan diagram peralihan. kita biasanya dapat memandang peralihan sebagai
besaran yang sangat kecil sehingga dapat menyederhanakan geometri. Dalam contoh
ini, kita dapat mengasumsikan bahwa titik A, B, dan C bergerak hanya dalam arah
vertikal, sedangkan jika peralihan sangat besar, maka kita mungkin harus
memandang titik-titik tersebut bergerak pada alur yang lengkung.

L_

PERUBAHAN PANJANG BATANG YANG TIDAK SERAGAM

Apabila suatu batang prismatis dari bahan elastis linier


dibebani hanya di ujung-ujungnya, maka kita dapat
persamaa
memperoleh perubahan panjangnya dari PUEA,
n8 = sebagaimana diterangkan dalam subbab sebelum
ini. Di dalam subbab ini kita akan melihat bagaimana
persamaan yang sama dapat digunakan untuk situasi yang
lebih umum.
Tinjaulah, sebagai contoh, suatu batang prismatis yang
dibebani oleh satu atau lebih beban aksial yang bekerja pada
titik-titik antara di sepanjang sumbunya (Gambar 2-9a). Kita
dapat menentukan perubahan panjang batang ini dengan
secara aljabar menjumlahkan perpanjangan dan
perpendekan masing-masing segmen. Prosedurnya adalah
sebagai berikut:
(l) Identifikasikan segmen-segmen batang ini (segmen AB,
BC, dan CD) masing-masing sebagai segmen 1, 2, dan 3. (2)
Tentukan gaya aksial internal N 1 , N2 , dan N3 di masing-
masing segmen dari diagram benda bebas dalam Gambar
2-9b, c, dan d. Perhatikan bahwa gaya aksial inter­ nal diberi
notasi N untuk membedakannya dengan beban luar P.
Dengan menj umlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal, kita
dapat memperoleh ekspresi berikut untuk gaya aksial

Dalam menulis persamaan di atas, kita menggunakan


perjanjian tanda yang telah disebutkan dalam subbab
sebelum ini (gaya aksial internal
Mekanika Bahan 69

bertanda positif jika tarik, dan negatif jika tekan). (3)


Tentukan perubahan panjang masing-masing segmen dari
Persamaan (2-3):

81
-

di mana Ll' L2, dan L3 adalah panjang masing-masing segmen


dan EA adalah rigiditas aksial batang. (4) Jumlahkan 81 ' 82 , dan
83 untuk mendapatkan perubahan panjang batang secara
= +
keseluruhan:
8 81 + 82 83

Seperti telah diuraikan, perubahan panj ang harus


dijumlahkan secara aljabar, dengan perpanj angan bertanda
positif dan perpendekan bertanda negatif.

Gambar 2-9 (a) Batang dengan


beban luar yang bekerja di titik-titik
antara. (b), (c), dan (d) diagram
benda bebas yang menunjukkan
gaya aksial internal N1 , N2• dan N3'

(a) (b) (c) (d)

Metode yang sama dapat digunakan jika batang terdiri atas


beberapa segmen prismatis, yang masing-masing
mempunyai gaya aksial berbeda, dimensi berbeda, dan
bahan berbeda (Gambar 2-10). Perubahan panjang dapat
diperoleh dari persamaan

(2-5)
di mana subskrip i adalah indeks penomoran untuk berbagai
segmen batang dan n adalah banyak total segmen. Ingat
bahwa Ni bukanlah beban ekstemal melainkan gaya aksial
Gambar 2-1 0 Batang yang terdiri
internal di segmen i.
atas segmen-segmen prismatis yang
mempunyai gaya aksial berbeda, di-
mensi berbeda, dan bahan berbeda.
N
Kadang-kadang gaya aksial dan luas penampang A
bervariasi secara kontinu di sepanjang sumbu batang, seperti
digambarkan dengan batang tak prismatis dalam Gambar 2-
lla . Batang ini tidak hanya mempunyai penampang yang
bervariasi secara kontinu, melainkan juga mempunyai gaya
aksial yang bervariasi secara kontinu (karena bebannya
terdistribusi di sepanjang sumbunya). Beban aksial yang
terdistribusi dapat ditimbulkan oleh gaya sentrifugal, gaya
gesekan, atau oleh berat batang jika posisinya
70 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Gambar 2-1 1 Batang dengan luas


(a) (b) (c)
penampang yang bervariasi dan
gaya aksial yang bervariasi.

vertikal. Pada kondisi-kondisi tersebut kita tidak dapat lagi


menggunakan Persamaan (2-5) untuk menghitung
perubahan panjang. Sebagai gantinya, kita harus
menentukan perubahan panjang elemen diferensial dari
batang (Gambar 2- 1 la) dan mengintegrasikan di seluruh
panjang batang.
Kita memilih elemen diferensial pada jarak x dari ujung
kiri batang (Gambar 2- 1 la). Gaya aksial internal N(x) yang
bekerja di penampang ini (Gambar 2-1 1 b) dapat ditentukan
dari keseimbangan dengan menggunakan segmen AC atau
segmen CB sebagai benda bebas. Pada umumnya, gaya ini
merupakan fungsi dari x. Juga, dengan mengetahui dimensi
o =
batang, dengan
kita memasukkan N(x)luas
dapat mengekspresikan untuk P, dx untuk L,
A(x) sebagai fungsi
dan x.A(x)
dari Perpanjangan do pada elemen diferensial (Gambar 2- 1
lc) dapat dihitung dari persamaan
PUEA
untuk A, sebagai
berikut:
N(x)dx
do =
EA(x)

Perpanj angan batang secara keseluruhan dapat dihitung


dengan mengintegrasi persamaan di seluruh panjang:

(2-6)

Jika ekspresi untuk N(x) dan A(x) tidak begitu rumit, maka
integrasi ini dapat dilakukan secara analitis dan rumus untuk
o dapat diperoleh, seperti digambarkan dalam Contoh 2-4.
Namun, jika integrasi formal sulit atau tidak mungkin, maka
metode numerik untuk mengevaluasi integral harus
digunakan.
elastisitas E di dalam rumusnya. Juga,
Persamaan (2-5) dan (2-6) hanya berlaku pada batang
yang terbuat dari bahan yang elastis linier, seperti terlihat
dengan adanya modulus
PUEA diturunkan
dengan menggunakan asumsi bahwa distribusi tegangan
terbagi rata di setiap penampang (karena distribusi
tersebut berdasarkan atas rumus <J = PIA). Asumsi ini berlaku
untuk batang prismatis tetapi tidak berlaku untuk batang
yang meruncing sehingga Persamaan (2-6) memberikan
basil yang baik untuk batang yang meruncing hanya jika
sudut antara sisi-sisi batang kecil. Sebagai ilustrasi, jika
sudut antara sisi-sisi adalah 20°, maka tegangan yang
dihitung dari persamaan <J = PIA (pada penampang yang
dipilih secara bebas) adalah 3% lebih kecil daripada
tegangan eksak di penampang yang sama yang dihitung
dengan metode lain yang lebih lanjut. Untuk
Mekanikct Bahan 71

sudut yang lebih kecil, galat (error) ini lebih kecil. Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa Persamaan (2-6)
cukup memadai jika sudut peruncingan kecil. Jika sudut
tersebut besar, maka metode analisis yang lebih akurat
dibutuhkan (Ref. 2- 1).
Contoh berikut ini menggambarkan penentuan
perubahan panjang batang yang tak prismatis.

• Contoh 2-3

Sebuah batang baja vertikal ABC ditumpu di ujung atasnya dan dibebani oleh
gaya P1 di ujung bawahnya (Gambar 2- l2a). Sebuah balok horizontal BDE
dihubungkan dengan batang vertikal tersebut dengan menggunakan sendi di titik
hubung B dan balok tersebut ditumpu di titik D. Balok tersebut memikul beban
P2 di ujung E.
Bagian atas dari batang vertikal (segmen AB) mempunyai panjang L1 = 20,0
2
in. dan luas penampang A 1 = 0,25 in ; bagian bawahnya
= 30,0 in. dan luas A2 = 0, 16 in . Modulus
( segmen
elastisitas E BC)
baja mempunyai
adalah
2
panjang
29,0 x L�
10 psi. Bagian kiri dan kanan balok BDE mempunyai panjang masing-
masing a 28 in. dan b 25 in.
= =

Hitunglah peralihan vertikal Oc di titik Cjika beban P1 = 2250 lb dan beban


P2 = 5800 lb. (abaikan berat batang dan balok.)

G a m b a r 2- 1 2 Contoh 2-3. (a) (b) (c)

Perubahan panj ang batang yang


tidak prismatis (batang ABC)

Solusi
Gaya aksial di batang ABC. Dari Gambar 2-12a, kita lihat bahwa peralihan vertikal
titik C sama dengan perubahan panjang batang ABC. Dengan demikian, kita harus
mencari gaya aksial di kedua segmen batang. Gaya aksial N1 di segmen bawah
sama dengan beban P 1. Gaya aksial N2 di segmen atas dapat dicari jika kita
mengetahui gaya yang diberikan oleh balok ke batang. Gay.t ini dapat diperoleh
dari diagram benda bebas balok (Gambar 2- 1 2b), di mana gaya yang bekerja di
balok (dari batang vertikal) diberi notasi P3 dan reaksi vertikal di tumpuan D
diberi notasi RD. Tidak ada gaya horizontal yang bekerja antara batang dan balok,
sebagaimana dapat kita lihat pada diagram benda bebas batang vertikal (Gambar
2-12c). Dengan demikian, tidak ada reaksi horizontal di tumpuan D.

'
72 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Dengan mengambil momen terhadap titik D untuk diagram benda bebas


balok (Gambar 2- 1 2b), maka

p3 = P2b (5800 lb)(25,0 in)


= = 5179 lb
a 28,0 in

Gaya ini bekerja ke bawah pada balok dan ke atas pada batang vertikal (Gambar
2- 1 2c).
Sekarang kita dapat menentukan reaksi ke bawah tumpuan batang di A
(Gambar 2- 1 2c):
RA = P3 - P1 = 5179 lb - 21 50 lb = 3029 lb
Bagian atas dari batang vertikal (segmen AB) mengalami gaya aksial tekan N1 yang
sama dengan RA, yaitu 3029 lb. Bagian bawah (segmen BC) memikul gaya tarik
aksial N2 sama dengan P I ' yaitu 2250 lb. (Sebagai alternatif, kita dapat memperoleh
hasil yang sama dengan menggunakan diagram benda bebas keseluruhan struktur,
bukannya diagram benda bebas BDE.)
Perubahan panjang. Dengan menggunakan perjanjian tanda positif untuk
tarik, Persamaan (2-5) menghasilkan
N;L; N1 � N2 Lz
8 = =

E;A; EA1 + EA2


i=l

(29,0 x psi)(0,25 (2250 lb)(32,0


106 in.)in.Z )
psi)(0,16
+
(29, 0
= 0,007 1 in.
x
-0,0084 in. +
0,0155 in.

di mana 8 adalah perubahan panj ang di batang ABC. Karena 8 positif, maka
batang tersebut memanjang. Peralihan titik C sama dengan perubahan panjang
batang.
De =
0,007 1 in.
Peralihan ini ke bawah.

• Contoh 2-4

Sebuah batang AB yang agak meruncing yang mempunyai penampang lingkaran


dan panjang L (Gambar 2- 1 3a) ditumpu di ujung B dan mengalami beban tarik P
di ujung bebas A. Diameter batang di ujung A dan B masing-masing adalah dan dA
dB . Tentukanlah perpanjangan batang ini akibat beban P.

Gambar 2-13 Contoh 2-4 Solusi


Perubahan panjang batang yang
meruncing dan mempunyai pe- Batang yang dianalisis dalam contoh ini mempunyai gaya aksial konstan (sama
nampang lingkaran. dengan beban P) di seluruh panjangnya. Namun, luas penampang bervariasi secara
kontinu dari satu ujung ke ujung lainnya. Dengan dernikian, kita hams menggunakan
integrasi (lihat Persamaan 2-6) untuk menentukan perubahan panjang.
Mekanika Bahan 73

Luas penampang. Langkah pertama dalam penyelesaian soal ini adalah mendapatkan
ekspresi untuk luas penampang A(x) di sembarang penampang batang. Untuk itu,
kita harus menggunakan titik awal koordinat x. Salah satu kemungkinan adalah
dengan menempatkan titik awal koordinat di ujung bebas A dari batang. Namun,
integrasi yang akan dilakukan akan sedikit lebih mudah kalau kita memilih titik
awal
di koordinat dengan meneruskan sisi-sisi batang yang meruncing hingga bertemu
titik
0, seperti terlihat dalam Gambar02-ke
13b.
ujung A dan B mempunyai rasio
A
Jarak L dan L8 dari titik awal

LA =
dA
LB dB

yang diperoleh dari segitiga sebangun dalam Gambar 2- 13b. Dari segitiga sebangun
juga kita dapat memperoleh rasio diameter d(x) di jarak x dari titik awal terhadap
diameter dA di ujung kecil batang:

atau (b)

7r[d(x)] = �
A(x) = (c)

4 4L:4

Dengan demikian, luas penampang melintang pad a jarak x dari titik awal adalah
Perubahan panjang. Kita sekarang memasukkan ekspresi untuk A(x) ke dalam
2 rd 2 2
7
Persamaan (2-6) dan mendapatkan perpanjangan 8:

(d)

Dengan melakukan integrasi (lihat Lampiran C untuk rumus-rumus integrasi) dan


memasukkan batas-batasnya, kita dapatkan

Ekspresi untuk o dapat disederhanakan dengan mengingat bahwa

Jadi, persamaan untuk 8 menjadi

Akhimya, kita masukkan LiL8 =

(e)
d /d8 (lihat Persamaan a) dan kita dapatkan
8 A=
(2-7) ..

Rumus ini memberikan perpanjangan batang yang meruncing dengan penampang


lingkaran. Dengan memasukkan harga-harga numerik, kita dapat menentukan
perubahan panjang untuk suatu batang.

Catatan
1: Kesalahan yang umum terjadi adalah mengasumsikan bahwa
perpanjangan suatu batang yang meruncing dapat ditentukan dengan menghitung
perpanjangan batang prismatis yang mempunyai luas penampang sama dengan
luas penampang di potongan tengah batang yang meruncing tersebut. Dengan
memperhatikan Persamaan (2-7) terlihat jelas bahwa hal ini tidaklah benar.
Catatan 2: Rumus untuk batang yang meruncing (Persamaan 2-7) dapat

d. Hasilnya adalah

yang kita ketahui memang benar adanya.


Rumus umum seperti Persamaan (2-7) harus dicek sejauh mungkin dengan
menyelidiki apakah rumus tersebut akan tereduksi menjadi rumus yang benar
untuk kasus-kasus yang lebih sederhana. Jika reduksi tersebut tidak memberikan
hasil yang benar, maka rumus semula mengandung kesalahan. Jika hasil yang
benar diperoleh, maka rumus semula masih mungkin tidak benar tetapi keyakinan
kita meningkat. Dengan perkataan lain jenis pengecekan seperti ini merupakan
kondisi perlu tetapi belum cukup untuk menyelidiki kebenaran rumus semula.

STRU KTUR STATIS TAK TENTU

Pegas, batang, dan kabel yang kita bahas sejauh ini


mempunyai kondisi penting yang sama-reaksi dan gaya-
gaya internalnya dapat ditentukan cukup dengan
menggunakan diagram benda bebas dan persamaan
keseimbangan. Jenis struktur seperti ini disebut statis
tertentu. Kita perlu mengingat khususnya bahwa gaya-gaya
pada struktur statis tertentu dapat diperoleh tanpa harus
mengetahui besaran bahan. Tinjaulah, sebagai contoh,
batang AB
Gambar 2- yang terlihat dalam Gambar 2- 14. Perhitungan
untuk gaya aksial internal di kedua bagian batang, selain
!4,

juga untuk reaksi R di dasar, tidak bergantung pada bahan


pembentuk batang tersebut.
Gambar Kebanyakan struktur lebih rumit daripada batang yang
tertentu ada pada dan reaksi serta gaya internalnya
tidak dapat diperoleh
dengan statika saja. Situasi ini digambarkan dalam Gambar
2- 15, yang menunjukkan sebuah batang AB yang terjepit di
(RA
kedua ujung. Sekarang ada dua reaksi vertikal dan R8)
tetapi hanya satu persamaan
keseimbangan yang dapat digunakan, yaitu persamaan yang
menjumlahkan
gaya-gaya dalam arah vertikal. Kar�na persamaan ini
mengandung dua anl!_ , maka persamaan tersebut tidak cukup
untuk mencari reaksi . Struktur seperti ini dikelompokkan ke
dalam struktur statis tak tentu. Untuk
menganalisis struktur seperti ini kita harus melengkapi
persamaan keseimbangan dengan persamaan tambahan
yang berkaitan dengan peralihan struktur.
Untuk melihat bagaimana struktur statis tak tentu
diana dalam Gambar 2- 1 6a. Batang prismatis AB terjepit di
lisis, tumpuan kaku di kedua ujungnya dan secara aksial dibebani
tinjau P di titik tengah C. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,
lah dan R8 tidak dapat diperoleh dari statika saja karena hanya
conto ada satu persamaan keseimbangan:
h

(a)

Persamaan tambahan diperlukan untuk memecahkan kedua


reaksi yang belum diketahui tersebut.
Persamaan tambahan dimaksud didasarkan atas
Gambar pengamatan bahwa sebuah batang dengan kedua ujungnya
tentu
terjepit tidak berubah panjangnya. Jika kita memisahkan
batang tersebut dari tumpuannya (Gambar 2- 1 6b), kita
dapatkan bahwa batang tersebut bebas di kedua ujungnya
dan dibebani
Mekanika Bahan 75

oleh tiga gaya, RA, R8, dan P. Ketiga gaya ini menyebabkan
batang tersebut berubah panjang sebesar DAB' yang harus
sama dengan nol:
DAB = 0 (b)
Persamaan ini, yang disebut persamaan keserasian
(kompatibilitas), menunjukkan fakta bahwa perubahan panjang
batang harus serasi dengan kondisi tumpuan.
Untuk memecahkan Persamaan (a) dan (b), kita harus
menyatakan persamaan keserasian dalam gaya yang belum
diketahui RA dan R8. Hubungan antara gaya-gaya yang
bekerja di batang dan perubahan panjang dikenal dengan
hubungan gaya-peralihan. Hubungan ini mempunyai berbagai
bentukbergantung pada besaran bahan. Jika bahan tersebut
bersifat elastis linier, maka persamaan D = PUEA dapat
E.
digunakan untuk memperoleh hubungan gaya-peralihan.
Asumsikan bahwa batang dalam Gambar 2- 16
mempunyai luas penampang A dan terbuat dari bahan
dengan modulus Selanjutnya, perubahan panjang segmen
atas dan bawah batang masing-masing adalah

RAa
DAe - (c,d)
(a) (b) EA
Gambar 2-16 Analisis batang
di mana tanda minus menunjukkan perpendekan batang.
statis tak tentu
Hubungan gaya­ peralihan sekarang digabungkan agar
menghasilkan perubahan panjang keseluruhan batang:

DAB = DAe + Den =

Jadi, persamaan keserasian (Persamaan b) menjadi

(e)

yang mengandung kedua reaksi sebagai anu.


Langkah terakhir untuk menganalisis batang statis tak
tentu adalah dengan memecahkan secara simultan
persamaan keseimbangan (Persamaan
a) dan persamaan keserasian (Persamaan e). Hasilnya adalah

RA , -
_ Pb RB - Pa
_

L (2-8a,b)
L
Dengan diketahuinya reaksi, maka semua gaya dan
peralihan dapat ditentukan. Sebagai contoh, misalkan kita
ingin mencari peralihan ke bawah De titik C. Peralihan ini

-
_ _
sama dengan perpanjangan segmen AC:
RAa Pab
De - DAe
_

(2-9)
EA - LEA
Juga, kita dapat memperoleh tegangan di kedua segmen
batang secara langsung dari gaya aksial internal (misalnya <YAe
= RA/A = PhiAL).
Sebagai rangkuman, kita lihat dari contoh ini bahwa
analisis struktur
statis tak tentu meliputi penyusunan dan pemecahan
persamaan ke­ seimbangan dan persamaan keserasian.
Persamaan keseimbangan meng­ hubungkan beban yang
bekerja di struktur dengan gaya-gaya yang belum diketahui
(yang mungkin berupa reaksi atau gaya dalam), dan
persamaan keserasian menunjukkan kondisi peralihan
pada struktur tersebut.
76 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf

Persamaan keserasian dinyatakan dalam gaya-gaya yang


belum diketahui dengan mensubstitusikan hubungan gaya-
peralihan. Akhimya, persamaan keseimbangan dan
keserasian dipecahkan secara simultan untuk mendapatkan
gaya-gaya yang belum diketahui.
Dalam literatur teknik, berbagai sebutan digunakan
untuk kondisi yang dinyatakan dengan keseimbangan,
keserasian, dan persamaan gaya­ peralihan. Persamaan
keseimbangan juga dikenal dengan persamaan statika atau
kinetik; persamaan keserasian kadang-kadang disebut
persamaan geometris, persamaan kinematis, atau persamaan
deformasi konsisten; dan hubungan gaya-peralihan sering
disebut hubungan konstitutif (karena hubungan ini berkaitan
dengan konstitusi, atau besaran fisik bahan).
Untuk struktur yang relatif sederhana yang dibahas
dalam bab ini, metode analisis di atas sudah memadai.
Tetapi, pendekatan yang lebih formal dibutuhkan untuk
struktur yang Jebih rumit. Dua metode yang umum
digunakan, yaitu metodefleksibilitas dan metode kekakuan, dibahas
secara rinci pada berbagai buku tentang analisis struktur
(Ref. 2-2). Meskipun metode-metode ini biasanya
digunakan untuk struktur rumit dan besar yang
membutuhkan solusi ratusan atau bahkan kadang-kadang
ribuan persamaan simultan, metode-metode tersebut masih
didasarkan atas konsep-konsep yang diuraikan di atas, yaitu
persamaan keseimbangan, persamaan keserasian, dan
hubungan gaya-peralihan.*
Contoh berikut ini menggambarkan metodologi untuk
menganalisis struktur statis tak tentu yang terdiri atas
elemen-elemen yang dibebani secara aksial. Contoh kedua
dan ketiga juga menggambarkan penggunaan diagram
peralihan dalam menyusun persamaan keserasian.

• Contoh 2-5

Sebuah silinder baja lingkaran solid S terletak di dalam tabung tembaga lingkaran
berlubang C (Gambar 2- 1 7a dan b). Silinder dan tabung tersebut ditekan di antara
dua plat kaku dari sebuah mesin uji dengan gaya tekan P. Silinder baja tersebut
mempunyai luas penampang As dan modulus elastisitas Es. Tabung tembaga
mempunyai luas Ac dan modulus elastisitas Ec. Keduanya mempunyai panjang L.
Tentukanlah besaran-besaran berikut: (a) gaya tekan Ps di silinder baja dan
pc di tabung tembaga; (b) tegangan tekan as dan ac; serta (c) perpendekan 8
keduanya.

Solusi
(a) Gaya tekan di silinder baja dan tabung ternbaga. Kita mulai dengan melepaskan
plat atas dari struktur ini untuk mengekspos gaya Ps dan Pc yang masing-masing
bekerja di silinder baja dan tabung tembaga (Gambar 2-1 7c). Gaya P, adalah
resultan dari tegangan terbagi rata yang bekerja di penampang silinder baja, dan
gaya Pc adalah resultan dari tegangan terbagi rata yang bekerja di penampang
tabung tembaga.

*Dari tinjauan sejarah, kelihatannya Euler pada tahun 1774 adalah orang pertama yang menganalisis
sistem statis tak tentu; ia meninjau masalah meja kaku dengan empat kakinya ditumpu pada pondasi
elastis (Ref. 2-3 dan 2-4). Analisis selanjutnya dilakukan oleh matematikawan dan insinyur Perancis
L.M.H.Navier, yang pada tahun 1825 menyatakan bahwa reaksi statis tak tentu dapat dicari hanya dengan
memperhitungkan elastisitas struktur (Ref. 2-5). Navier juga menganalisis rangka batang statis tak tentu.
Mekanika Bahan 77

(b)

(a)

Gambar 2-17 Contoh 2-5.


Analisis struktur statis tak tentu (c)

Persamaan keseimbangan. Diagram benda bebas plat atas ditunjukkan dalam


Gambar 2-1 7d. Plat ini mengalami gaya P dan gaya-gaya tekan P,. dan P, yang
belum diketahui; jadi, persamaan keseimbangannya adalah
P, + Pc - P = 0 (f)
Persamaan ini, yang merupakan satu-satunya persamaan keseimbangan nontrivial
yang tersedia, mengandung dua anu. Dengan demikian, dapat kita simpulkan
bahwa struktur ini statis tak tentu.
Persamaan keserasian. Karena plat ujung adalah kaku, maka silinder baja
dan tabung tembaga harus memendek sama besar. Dengan menuliskan perpendekan
bagian-bagian baja dan tembaga masing-masing dengan 8, dan 8c, kita dapatkan
persamaan keserasian sebagai berikut:
(g)
Hubungan gaya-peralihan. Perubahan panjang silinder dan tabung dapat diperoleh
dari persamaan umum 8 =PUEA. Dengan demikian, di dalam contoh ini, hubungan
gaya-peralihan adalah:
78 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

(h,i)

Dengan memasukkan hubungan ini ke dalam persamaan keserasian Persamaan


(g), maka

Persamaan ini memberikan kondisi keserasian yang dinyatakan dalam gaya-gaya


yang belum diketahui.
Solusi persamaan. Sekarang kita selesaikan persamaan keseimbanga dan
keserasian (Persamaan f dan j) dan mendapatkan gaya-gaya aksial di silinder baja
dan tabung tembaga:

(2- l Oa,b) ..

Persamaan di atas menunjukkan bahwa gaya tekan di bagian baja dan tembaga
masing-masing berbanding langsung dengan kekakuan aksial dan berbanding
terbalik dengan jumlah kekakuannya.
(b) Tegangan tekan di silinder baja dan tabung tembaga. Dengan mengetahui
gaya-gaya aksial, maka kita dapat memperoleh tegangan tekan di kedua bahan:

(2-l l a,b) ..

bahan. Dengan demikian, bahan yang "lebih kaku" mempunyai tegangan yang
lebih besar.
(c) Perpendekan struktur. Perpendekan 8 keseluruhan struktur dapat diperoleh

Persamaan 2- Oa dan b), kita peroleh:

batang yang dibebani secara aksial adalah k = EA/L).

• Contoh 2-6

Sebuah batang kaku AB mempunyai sendi di ujung A dan ditumpu oleh dua kawat
(CD dan EF) di titik-titik D dan F (Gambar 2- 1 8a). Sebuah beban vertikal P
bekerja di ujung B dari batang tersebut. Batang tersebut mempunyai panjang 3b
dan kawat CD dan EF mempunyai panj ang masing-masing L 1 dan L2. Juga, kawat
CD mempunyai diameter d 1 dan modulus elastisitas E1; kawat EF mempunyai
diameter d2 dan modulus elastisitas E2.
(a) Dapatkan rumus untuk beban izin P jika tegangan izin di kawat CD dan
EF masing-masing adalah a1 dan a2. (abaikan berat sendiri batang.)
(b) Hitunglah beban izin P untuk kondisi berikut. Kawat CD terbuat dari
aluminium dengan modulus elastisitas E 1 = 72 GPa, diameter d 1 =4,0 mm, dan
panjang L1 = 0,40 m. Kawat EF terbuat dari magnesium dengan modulus elastisitas
E2 45 GPa, diameter d2 = 3,0 mm, dan panjang L2 = 0,30 m. Tegangan izin di
=

kawat aluminium dan magnesium adalah masing-masing a1 = 200 MPa, dan a2


= 1 75 MPa.
Mekanika Bahan 79

Solusi
Persamaan keseimbangan. Kita mulai analisis dengan menggambar diagram benda
bebas batang AB (Gambar 2- 1 8b). Di dalam diagram ini T1 dan T2 adalah gaya
tarik yang belum diketahui pada kawat-kawat dan RH dan Rv adalah komponen
reaksi dalam arah masing-masing horizontal dan vertikal di tumpuan. Kita lihat
dengan mudah bahwa struktur ini statis tak tentu karena ada empat gaya yang
belum diketahui (T1, T2, RH, dan Rv) tetapi hanya ada satu persamaan keseimbangan
independen. Dengan mengambil momen terhadap titik A (dengan perjanjian tanda
positif untuk momen yang searah jarum jam) maka

LMA = Q (k)

Dua persamaan lainnya, yang diperoleh dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam


arah horizontal dan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal, tidak dapat
digunakan untuk mencari T1 dan T2.

(a)

(b)

Gambar 2-1 8 Contoh 2-6 B'


Analisis struktur statis tak tentu

Persamaan keserasian. Untuk mendapatkan persamaan yang berkaitan dengan


peralihan, kita amati bahwa beban P tidak dapat berotasi terhadap tumpuan sendi
di A, sehingga menyebabkan kawat memanjang. Peralihan yang diakibatkan ha!
ini ditunjukkan dalam diagram peralihan dalam Gambar 2- 1 8c, di mana garis AB
menunjukkan posisi semula batang kaku dan garis AB ' menunjukkan posisi setelah
berotasi. Peralihan 81 dan 82 adalah perpanj angan kawat. Karena peralihan ini
sangat kecil, maka batang tersebut berotasi dengan sudut yang sangat kecil pula
(di dalam gambar ditunjukkan dengan sangat diperbesar) dan kita dapat melakukan
perhitungan dengan asumsi bahwa titik D, F, dan B bergerak ke arah vertikal ke
bawah (bukan mengikuti alur lengkungan).
Karena jarak horizontal AD dan DF sama, maka kita mendapatkan hubungan
geometris antara kedua perpanjangan sebagai berikut:

(I)
80 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Hubungan gaya-peralihan. Karena kawat berperilaku elastis linier, maka


perpanjangannya dapat dinyatakan dalam gaya yang belum diketahui T1 dan T2
dengan menggunakan rumus berikut

di mana A 1 dan A masing-masing adalah luas penampang kawat CD dan EF; jadi
2

A� - 7rd� Az --
mli
4 4
Untuk memudahkan penulisan persamaan, kita gunakan notasi berikut untuk
fleksibilitas kawat (lihat Persamaan 2-4b):

-
I (m,n)
4
Dengan demikian, hubungan gaya-peralihan menjadi

Dengan memasukkan rumus ini ke dalam persamaan keserasian (Persamaan I)


maka
(o)

Sekarang kita telah mendapatkan rersamaan keserasian yang dinyatakan dalam


gaya-gaya yang belum diketahui.
Solusi persamaan. Persamaan keseimbangan (Persamaan k) dan persamaan
keserasian (Persamaan o) mengandung gaya-gaya T1 dan T2 sebagai besaran yang
belum diketahui. Dengan memecahkan kedua persamaan tersebut secara simultan
kita peroleh

1J = 4
.iJ + fz
Dengan diketahuinya gaya-gaya T1 dan T2, maka kita dapat dengan mudah mencari
perpanjangan kawat dari hubungan gaya-peralihan.
(a) Beban izin P. Karena analisis statis tak tentu telah diselesaikan dan gaya-
gaya di kawat telah diketahui maka kita dapat menentukan harga beban P yang
diizinkan. Tegangan cr1 di kawat CD dan tegangan cr di kawat EF dapat dihitung
2
langsung dari gaya-gayanya (Persamaan p dan q):

Dari persamaan pertama di atas, kita hitung gaya izin P1 yang didasarkan atas

tegangan izin cr1 untuk kawat aluminium:

p, _ <r1A1(4.fJ + /2 ) p, =
<rJ AJ (4 .fJ + fz )
I
-
I 3fz (r) •
3fz
Dengan cara yang sama, persamaan kedua kita dapatkan gaya izin P2 yang
didasarkan atas tegangan izin kawat magnesium:

p -
_ <Tz Az (4iJ + fz )
2 6fi
Yang terkecil di antara kedua harga ini merupakan beban izin maksimum Pizin·
(b) Perhitungan numerik untuk beban izin. Dengan menggunakan data yang
ada dan persamaan-persamaan di atas, kita peroleh harga-harga numerik sebagai
berikut:
n(4,0 mm)2
1 2,57 mm2
4
Mekanika Bahan 81

n(3,0 mm)z
= 7,069 mmz
4
0•40 m
= 0,4420 10 -6 miN
x

0•30 m
= 0,943 1 x 10-6 miN

Juga, tegangan izinnya adalah

a1 =
200 MPa a2 = 175 MPa
Dengan memasukkan harga-harga di atas ke dalam Persamaan (r) dan (s) maka
PI = 2,41 kN P2 = 1 ,26 kN
Hasil pertama didasarkan atas tegangan izin a1 di kawat aluminium dan yang
kedua didasarkan atas tegangan izin a2 di kawat magnesium. Beban izin adalah
yang terkecil di antara kedua harga tersebut:

Pizin = 1,26 kN
Pada taraf beban ini tegangan di magnesium adalah 175 MPa (yaitu tegangan
izinnya) dan tegangan di aluminium adalah (1 ,26/2,41 )(200 MPa) = 105 MPa.
Sebagaimana diduga, tegangan ini lebih kecil daripada tegangan izin 200 MPa.

• Contoh 2-7

Sebuah batang kaku ADB yang panjangnya 2b mempunyai sendi untuk memikulnya
di A dan ditahan oleh dua kawat miring CD dan CB (Gambar 2- 1 9a). Kawat-
kawat ini terpasang di tumpuan di titik C, yang terletak pada jarak vertikal b di
atas titik A. Kedua kawat terbuat dari bahan yang sama dan mempunyai diameter
yang sama.
Tentukanlah gaya tarik T1 dan T2 di kawat CD dan CB akibat beban vertikal
P yang bekerja di ujung batang.

Solusi
Persamaan keseimbangan. Diagram benda bebas batang AB (Gambar 2-19b)
menunjukkan bahwa ada empat gaya anu, yaitu gaya tarik T1 dan T2 di kawat-
kawat dan dua komponen reaksi (RH dan Ry) di tumpuan sendi. Karena hanya ada
tiga persamaan keseimbangan independen, maka struktur ini adalah statis tak
tentu. Kita dapat memperoleh persamaan keseimbangan yang hanya mengandung
T1 dan T2 sebagai anu dengan menj umlahkan momen terhadap titik A:

LMA = 0 bT1 sin a1 + 2bT2 sin U-z - 2bP = 0 (t)


di mana al dan az adalah sudut antara kawat dan batang.
Dari geometri struktur (Gambar 2-1 9a) kita lihat bahwa
. CA = b = 1 . CA = b
Sil at =
i Sil a2 =
(u)
CD b{ {
i CB b.)S .J5
Dengan memasukkan harga-harga ini ke dalam Persamaan (t) kita peroleh
Il_
2Tz
+ =
2P (v)
{i .J5
yang merupakan bentuk akhir dari persamaan keseimbangan.
Persamaan keserasian. Persamaan keserasian dapat diperoleh dengan
meninjau peralihan titik-titik D dan B. Untuk itu, kita menggambarkan diagram
peralihan seperti terlihat dalam Gambar 2- 1 9c. Garis AB menunjukkan posisi
82 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

----------------------------------------------

Gambar 2-1 9 Contoh 2-7.


(d) (e)
Analisis struktur statis tak tentu.

semula dari batang AB dan garis AB'menunjukkan posisi setelah berotasi. Karena
sudut rotasi batang AB sangat kecil, maka peralihan 81 dan 82 di titik D dan B,
dapat dipandang sebagai peralihan vertikal yang kecil. Karena jarak dari A ke B
dua kali jarak dari A ke D, maka kita lihat bahwa

82 = 2 81 (w)
yang merupakan persamaan keserasian.
Hubungan gaya-peralihan. Sekarang kita membutuhkan hubungan antara
gaya T1 dan T2 dan peralihan vertikal 81 dan 82 masing-masing di titik D dan B.
Mekanika Bahan 83

Kita mulai dengan meninjau kawat CD, yang berotasi dari posisi semula CD ke
posisi akhir CD' (Gambar 2-19c). Kita gambarkan DD" yang tegak lurus dari titik
D ke garis CD'. Karena peralihan dan sudut berubah sangat kecil, maka kita dapat
mengasumsikan bahwa jarak CD" sama dengan jarak CD. (artinya, busur lingkaran
DD" dengan titik C sebagai pusatnya tidak dapat dibedakan dengan garis DD'�)
Segitiga peralihan DD'D" dalam Gambar 2- 1 9c digambar ulang agar lebih
jelas di Gambar 2- 1 9d. Jarak DD' adalah peralihan vertikal 81 titik D dan jarak
D'D" adalah perpanjangan 8cv kawat CD. Sudut a1 terlihat dalam segitiga sebagai
sudut D'DD'� Untuk membuktikan ini, kita perhatikan bahwa garis DD' adalah
tegak lurus garis AB, dan garis DD" tegak lurus garis CD (untuk sudut rotasi
yang kecil). Dengan demikian, dari segitiga peralihan DD 'D" kita peroleh
8I
0
Sin
= -(X=
I -.J2
Persamaan ini memberikan hubungan geometri antara perpanjangan kawat CD
dan peralihan ke bawah titik D.
Perpanjangan 8cv pada kawat CD dihubungkan dengan gaya di kawat tersebut
dengan hubungan gaya-peralihan:

� Lc - �b-fi v
8cv - � �

di mana Lcv = b .fi adalah panjang kawat CD. Dengan menggabungkan dua
persamaan terakhir untuk 8cv kita dapatkan
2b �
8 = (x)
I EA
Dengan cara yang sama, kita dapat menghubungkan peralihan 8 dengan 2
perpanjangan 8c8 pada kawat CB (lihat Gambar 2- 1 9e) dan mendapatkan
5 b T2
82 _

- EA
Persamaan (x) dan (y) adalah hubungan gaya-peralihan yang memberikan peralihan
titik-titik D dan B yang dinyatakan dalam gaya anu di kawat.
Dengan memasukkan 81 dan 8 dari 2 hubungan gaya-peralihan ke dalam
persamaan keserasian (Persamaan w) maka
(z)
yang merupakan persamaan keserasian yang dinyatakan dalam gaya anu.
Solusi persamaan. Pada langkah terakhir dalam contoh ini kita memecahkan
persamaan keseimbangan (Persamaan v) dan keserasian (Persamaan z) secara
simultan. Hasilnya adalah

O.JiO 4�
T,
I
_
- g-iIf P
-/5 = 1,406? T2 = = 1' 1 25P •
+ 5 5
Jadi, kita mendapatkan gaya tarik di kawat dengan menganalisis struktur statis tak
tentu.
Dengan diketahuinya gaya tarik di kawat, maka kita dapat dengan mudah
menentukan semua gaya dan peralihan. Sebagai contoh, reaksi di tumpuan A
dapat diperoleh dari persamaan keseimbangan dan peralihan 8I dan 82 dapat
diperoleh dari Persamaan (x) dan (y)
Catatan: Dalam contoh ini, solusi akhir untuk gaya-gaya tidak melibatkan
rigiditas aksial EA dari kawat. (Fakta ini nyata di dalam solusi simbolik tetapi
tidak terlihat nyata di dalam solusi numerik.) Sebabnya adalah bahwa kedua kawat
mempunyai rigiditas aksial yang sama, sehingga besaran EA saling meniadakan
di dalam solusi. Jika setiap kawat mempunyai rigiditas yang berbeda, maka masing-
masing rigiditas tersebut akan muncul di dalam rumus ekspresi akhir.
84 Bab 2 Elemen Struktur yang Oibebani Secara Aksial

EFEK TERMAL

Beban luar bukanlah satu-satunya sumber tegangan dan regangan di suatu


struktur. Perubahan temperatur menyebabkan ekspansi atau kontraksi
bahan, sehingga teljadi regangan termal dan tegangan termal. Ilustrasi
sederhana tentang ekspansi termal ditunjukkan dalam Gambar 2-20, di
mana suatu blok bahan tidak dikekang sehingga bebas berekspansi. Apabila
bahan tersebut dipanaskan, setiap elemen di bahan tersebut mengalami
regangan termal di segala arah, sehingga dimensi blok tersebut bertambah.
Jika kita mengambil pojok A sebagai titik referensi yang tetap dan
memisalkan sisi AB pada garis yang sama, maka blok tersebut akan
A B mempunyai bentuk seperti garis yang putus.
Gambar 2-20 Blok bahan yang Pada kebanyakan bahan, regangan termalET sebanding dengan
mengalami peningkatan temperatur perubahan temperatur !J.T; jadi,

(2- 13)

di mana a adalah besaran bahan yang disebut koefisien ekspansi termal.


Karena regangan merupakan besaran yang tak berdimensi, maka koefisien
ekspansi termal mempunyai satuan yang sama dengan kebalikan perubahan
temperatur. Dalam satuan SI, dimensi a dapat dinyatakan dalam 1/K
(kebalikan kelvin) atau l/°C (kebalikan derajat Celcius). Hargaa untuk
kedua kasus sama karena perubahan secara numerik sama untuk Kelvin
dan derajat Celcius. Dalam satuan USCS, dimensi a adalah 1/°F (kebalikan
derajat Fahrenheit).* Harga a yang khas dicantumkan dalam Tabel H-4
dalam Lampiran H.
Jika perjanjian tanda untuk regangan termal dibutuhkan, kita biasanya
mengasumsikan bahwa ekspansi bertanda positif dan kontraksi bertanda
negatif.
Untuk menunjukkan pentingnya regangan termal, kita akan meng-
hitung regangan termal dengan regangan yang diakibatkan beban dengan
cara berikut. Misalkan kita mempunyai batang yang dibebani secara aksial
dengan regangan longitudinal yang diberikan oleh persamaanE = CJIE, di
mana CJ adalah tegangan dan E adalah modulus elastisitas. Kemudian
misalkan kita mempunyai batang identik yang mengalami perubahan
temperatur !J.T, yang berarti bahwa batang tersebut mempunyai regangan
yang dihitung dengan Persamaan (2- 13). Dengan menyamakan kedua
regangan maka haruslah CJ = Ea(!J.T). Dari persamaan ini kita dapat
menghitung tegangan aksial cryang menghasilkan regangan yang sama
dengan akibat perubahan temperatur !J.T. Sebagai contoh, tinjaulah suatu
batang baja tahan karat dengan E = 30 X 1 06 psi dan a = 9,6 X 1 0-6/°F.
Perhitungan sederhana dari persamaan untuk cr menunj ukkan bahwa
perubahan temperatur sebesar 1 00°F menghasilkan regangan yang sama
dengan tegangan 29.000 psi. Tegangan ini masih di bawah tegangan izin
bahan ini. Jadi, perubahan temperatur yang relatif wajar menghasilkan
regangan yang sama besar dengan regangan yang diakibatkan oleh taraf
beban biasa, yang menun'jukkan bahwa efek temperatur dapat merupakan
hal penting di dalam desain.

*Untuk pembahasan satuan temperatur dan skala. lihat Subbab A.4 pacta Lampiran A.
Mekanika Bahan 85

Bahan struktural biasa akan memuai jika ctipanaskan ctan menyusut


jika ctictinginkan sehingga peningkatan temperatur akan menimbulkan
regangan termal yang bertancta positif. Regangan termal biasanya ctapat
balik, artinya elemen tersebut akan kembali ke bentuk semula jika tempe-
ratumya ctikembalikan ke temperatur semula. Namun, acta beberapa pactuan
metal khusus yang belakangan ini ctikembangkan yang tictak berperilaku
seperti biasa. Untuk selang temperatur tertentu pacta pactuan semacam ini
akan menyusut jika ctipanaskan ctan memuai jika ctictinginkan. Air juga
merupakan bahan yang tictak biasa ctari tinj auan termal-air memuai jika
ctipanaskan ctari temperatur 4°C ctan juga memuai jika ctictinginkan cti
bawah 4°C. Jacti, air mempunyai berat jenis maksimum pacta 4°C.
Sekarang kita kembali ke blok bahan yang terlihat ctalam Gambar 2-
20. Kita asumsikan bahwa bahan ini isotropis ctan homogen, ctan bahwa
peningkatan temperatur f.T actalah seragam cti seluruh blok. Kita ctapat
menghitung bertambahnya ctimensi manapun ctari blok ini ctengan
mengalikan ctimensi semula ctengan regangan termal. Sebagai contoh, jika
salah satu ctimensi actalah L, maka ctimensi tersebut·akan bertambah sebesar

(2- 14)

Persamaan (2- 14) actalah hubungan temperatur-peralihan, yang analog


ctengan hubungan gaya-peralihan yang telah ctibahas ctalam subbab sebelum
ini. Hubungan ini ctapat ctigunakan untuk menghitung perubahan panjang
elemen struktur yang mengalami perubahan temperatur seragam, seperti
perpanjangan 8pacta
T batang prismatis yang terlihat ctalam Gambar 2-2 1.
(Dimensi transversal pacta batang ini juga berubah, tetapi perubahan ini
tictak ctitunjukkan ctalam gambar tersebut karena biasanya tictak
menimbulkan pengaruh terhactap gaya aksial cti batang tersebut.)

Gambar 2-21 Pertambahan


panjang suatu batang prismatis 0
akibat peningkatan temperatur
seragam (Persamaan 2- 14) T 1--
Di ctalam pembahasan tentang regangan termal, kita berasumsi bahwa
strukturnya tictak mempunyai kekangan ctan ctapat berekspansi atau
berkontraksi ctengan bebas. Konctisi-konctisi ini acta kalau suatu bencta
terletak pacta permukaan yang tak bergesekan atau tergantung pacta ruang
terbuka. Pacta kasus seperti ini tictak acta tegangan yang ctihasilkan oleh
perubahan temperatur seragam cti seluruh bencta, sectangkan perubahan
temperatur yang tictak seragam ctapat menimbulkan regangan internal.
Untuk struktur yang mempunyai tumpuan yang mencegah ekspansi ctan
kontraksi, tegangan termal akan timbul meskipun perubahan temperatur
cti seluruh struktur seragam.
Untuk menggambarkan icte-icte cti atas tentang efek termal, tinjaulah
rangka batang ABC yang terctiri atas ctua batang ctalam Gambar 2-22 ctan
asumsikan bahwa temperatur batang AB berubah f.T1 , ctan temperatur
batang BC berubah f.T2. Karena rangka batang ini statis tertentu, maka
Gambar 2-22 Rangka batang kectua batang tersebut bebas memanjang atau memenctek, yang menye-
statis tertentu dengan perubahan babkan terjactinya peralihan cti B. Sekalipun ctemikian, tictak acta tegangan
temperatur seragam di setiap batang pacta kectua batang ctan tictak acta reaksi cti tumpuan. Kesimpulan ini berlaku
86 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

secara umum pada struktur statis tertentu; jadi, perubahan temperatur


di elemen struktur menimbulkan regangan termal (dan perubahan panjang)
tanpa adanya tegangan.
Suatu struktur statis tak tentu mungkin saja menghasilkan tegangan
temperatur, bergantung pada karakter struktur tersebut dan bagaimana
perubahan temperatur itu terj adi. Untuk menggambarkan beberapa
kemungkinan, tinjaulah rangka batang statis tak tentu yang terlihat dalam
Gambar 2-23. Karena tumpuan struktur ini memungkinkan titik hubung
D
Gambar 2-23 Rangka batang statis bergerak dalam arah horizontal, maka tidak ada tegangan yang timbul
tak tentu yang mengalami apabila keseluruhan rangka batang ini dipanaskan secara seragam. Semua
perubahan temperatur
batang akan memanjang yang sebanding dengan panjang semula, dan
rangka batang ini akan menj adi sedikit lebih besar. Namun, jika sebagian
(tidak semua) batang dipanaskan, maka tegangan termal akan timbul karena
adanya susunan statis tak tentu dari batang-batang ini mencegah
perpanjangan bebas. Untuk menggambarkan kondisi ini, bayangkan bahwa
. hanya satu batang yang dipanaskan. Karena batang ini menjadi panjang,
maka batang ini akan menjumpai tahanan dari batang lain, dan akibatnya
timbul tegangan pada setiap batang.
Analisis struktur statis tak tentu dengan perubahan temperatur
didasarkan atas konsep-konsep yang dibahas dalam subbab sebelum ini,
yaitu persamaan keseimbangan, persamaan keserasian, dan hubungan
peralihan. Perbedaan utama adalah bahwa kita sekarang menggunakan
hubungan temperatur-peralihan (Persamaan 2-14) selain juga hubungan
gaya-peralihan (seperti 8 = PUEA) dalam melakukan analisis. Contoh
berikut menggambarkan prosedurnya secara rinci.

temperatur tegangan l!.T (a)


Mekanika Bahan 87

Solusi
Karena temperatur meningkat, maka batang akan berusaha untuk memanjang tetapi
ditahan oleh tumpuan kaku di A dan B. Dengan demikian, reaksi RA dan RB akan
timbul di kedua tumpuan, dan batang tersebut akan mengalami tegangan tekan
seragam.
Persamaan keseimbangan. Gaya-gaya yang bekerja di batang ini hanyalah
reaksi di kedua ujung seperti terlihat dalam Gambar 2-24a. Dengan demikian,
keseimbangan gaya dalam arah vertikal adalah

(a)

Karena ini adalah satu-satunya persamaan keseimbangan nontrivial, dan karena


persamaan ini mengandung dua anu, maka kita lihat bahwa struktur ini adalah
statis tak tentu dan persamaan tambahan dibutuhkan.
Persamaan keserasian. Persamaan keserasian menunjukkan fakta bahwa
perubahan panjang batang adalah no! (karena tumpuannya tidak bergerak):
DAB = 0 (b)
Untuk menentukan perubahan panjang ini, kita membuang tumpuan atas dari
batang tersebut dan mendapatkan batang yang terjepit di ujung bawah dan bebas
di ujung atas (Gambar 2-24b dan c). Apabila hanya perubahan temperatur yang
bekerja (Gambar 2-24b), maka perpanjangan batang adalah 87 dan jika hanya RA
yang bekerja, maka batang akan memendek sebesar 8R (Gambar 2-24c). Jadi,
perubahan panjang neto adalah DAB = Or - 8R, dan persamaan keserasian menjadi
DAB= 87 - 8R = 0 (c)
Hubungan peralihan. Pertambahan panjang batang akibat perubahan
temperatur ll.T ditentukan oleh hubungan temperatur-peralihan (Persamaan 2-14):

(d)

di mana a adalah koefisien ekspansi termal. Pengurangan panjang akibat gaya RA


dihitung dengan hubungan gaya-peralihan:

8 -
RA L (e)
R
EA

di mana E adalah modulus elastisitas dan A adalah luas penampang. Dengan


memasukkan hubungan peralihan (d) dan (e) ke dalam Persamaan (c) kita dapatkan
bentuk akhir persamaan keserasian:

(f)

Pemecahan persamaan. Sekarang kita pecahkan persamaan keseimbangan dan


keserasian (Persamaan a dan f) untuk mendapatkan reaksi RA dan RB:
(2- 15)

Dari hasil-hasil ini kita peroleh tegangan termal a7 pada batang:

(2-16) •

Tegangan ini adalah tegangan tekan jika temperatur batang meningkat.

Catatan 1: Di dalam contoh ini, reaksi tidak bergantung pada panjang batang
dan tegangan tidak bergantung pada panjang dan Iuas penampang (Iihat Persamaan
2- 15 dan 2-16). Jadi, sekali lagi kita lihat kegunaan solusi simbolik karena hal-hal
penting pada perilaku batang seperti ini tidak terlihat pada solusi numerik.

Catatan 2: Dalam menentukan perpanjangan termal suatu batang (Persamaan


d), kita berasumsi bahwa bahan adalah homogen dan bahwa peningkatan temperatur
88 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksia/

adalah seragam di seluruh volume batang. Juga, dalam menentukan pengurangan


panjang akibat gaya reaksi (Persamaan e), kita berasumsi bahwa bahan bersifat
elastis Iinier. Pembatasan ini harus selalu diingat di dalam menuliskan hubungan
temperatur-peralihan dan gaya-peralihan.
Catatan 3: Batang pada contoh ini mempunyai peralihan longitudinal nol,
bukan hanya di ujung-ujung yang terjepit, melainkan juga di setiap potongan.
Jadi, tidak ada regangan aksial pacta batang ini, dan kita mempunyai situasi khusus
di mana ada tegangan longitudinal tetapi tidak ada regangan longitudinal. Tentu
saja, ada regangan transversal di batang yang ditimbulkan oleh perubahan
temperatur dan tekan aksial.

• Contoh 2-9

Sebuah selongsong berbentuk tabung lingkaran yang panjangnya L


diletakkan
di sekeliling sebuah baut dan dan terletak di antara plat-plat antara di setiap
ujungnya (Gambar 2-25a). Mur diputar sampai susunan tersebut kencang.
Selongsong dan baut terbuat dari bahan yang berbeda dan mempunyai luas
penampang yang berbeda pula. (a) Jika temperatur keseluruhan susunan meningkat
sebesar llT, berapakah tegangan a, dan ab yang masing-masing timbul di selongsong
dan baut? (b) Berapakah peningkatan o panjang L selongsong dan baut? (Asumsikan
bahwa koefisien ekspansi termal a, untuk selongsong lebih besar daripada koefisien
ab untuk baut.)

Mur Plat antara Selongsong Kepala baut

(a

(b)

Gambar 2-25 Contoh 2-9.


Susunan selongsong dan baut
dengan peningkatan temperatur
(c)
seragam llT

Solusi
Karena selongsong dan baut terbuat dari bahan yang berbeda, maka perpanjangan
masing-masing bahan tersebut akan berbeda kalau dipanaskan dan diperbolehkan
berekspansi secara bebas. Namun, apabila keduanya ditahan bersama oleh suatu
Mekanika Bahan 89

susunan, maka ekspansi bebas tidak dapat terjadi, dan tegangan termal akan timbul
di kedua bahan. Untuk mencari tegangan ini, kita menggunakan konsep yang
sama pada analisis statis tak tentu-persamaan keseimbangan, keserasian, dan
hubungan peralihan. Kita perlu melepaskan elemen-elemen struktur ini agar dapat
memformulasikan persamaan-persamaan tersebut.
Cara mudah untuk memotong struktur ini adalah dengan menghilangkan
kepala baut, sehingga selongsong dan baut dapat berekspansi dengan bebas akibat
perubahan temperatur b.T (Gambar 2-25b). Perpanjangan pada selongsong dan
baut akibat ha! ini diberi notasi masing-masing 81 dan 82, dan hubungan temperatur-
peralihan untuk ini adalah

Karena as Jebih besar daripada ab, maka perpanj angan 81 akan lebih besar daripada
82, seperti terlihat dalam Gambar 2-25b.
Gaya-gaya aksial di selongsong dan baut harus sedemikian hingga gaya-
gaya tersebut memperpendek selongsong dan memperpanjang baut sampai panjang
akhir keduanya sama. Gaya-gaya ini terlihat dalam Gambar 2-25c, di mana Ps
menunjukkan gaya tekan di selongsong dan Pb menunjukkan gaya tarik di baut.
Perpendekan 83 selongsong dan perpanjangan 84 baut adalah
P,L = PbL
83 = 84 (h)
E,As Eb Ab
di mana E�s dan E0b adalah rigiditas masing-masing bahan. Persamaan (h)
adalah hubungan beban-peralihan.
Sekarang kita dapat menuliskan persamaan keserasian yang menyatakan
fakta bahwa perpanjangan akhir 8 sama untuk selongsong dan baut. Perpanj angan
selongsong adalah 81 - 83 dan perpanj angan baut adalah 82 + 8�; jadi,
8= � - � = � + � w
Dengan memasukkan hubungan temperatur-peralihan dan beban-peralihan
(Persamaan g dan h) ke dalam persamaan akan menghasilkan
P, L
8 = aJ!:lT) L- (j)
E,A,
yang dapat ditulis dengan
P,L
- PbL = a,(b.T)L - ab(b.T)L
E,A, + -

EbAb
yang merupakan bentuk akhir persamaan keserasian. Perhatikan bahwa persamaan
ini mengandung gaya-gaya P, dan Ph sebagai anu.
Persamaan keseimbangan diperoleh dari Gambar 2-25c, yang merupakan
diagram benda bebas dari bagian yang tersisa sesudah kepala baut dihilangkan.
Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horizontal, maka
(1)
yang menyatakan fakta nyata bahwa gaya tekan di selongsong sama dengan gaya
tarik di baut.
Sekarang kita pecahkan persamaan keseimbangan dan keserasian secara simul-
tan (Persamaan k dan 1) dan mendapatkan gaya aksial di selongsong dan baut:

p ph = (a, - ab )(!:lT)E,A, EbAb (2- 17)


s =

E,A, + EbAb
Dalam menurunkan persamaan ini, kita berasumsi bahwa temperatur meningkat
dan bahwa koefisien as lebih besar daripada koefisien ab. Pada kondisi ini, PS
adalah gaya tekan di selongsong dan Pbadalah gaya tarik di baut.
Hasilnya akan berbeda jika temperatur meningkat tetapi koefisien a, kurang
dari koefisien ab. Pada kondisi ini, ada celah yang terbuka di antara kepala baut
dan selongsong dan tidak ada tegangan di masing-masing komponen.
90 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

(a) Tegangan di selongsong dan baut. Persamaan untuk tegangan er, dan erb
masing-masing di selongsong dan baut dapat diperoleh dengan membagi gaya
dengan luasnya:

P, (a, - ab )(tlT)EsEbAb
er, = (2- 1 8a) •
A, E,As + EbAb

P. (a, - ab)(tlT)E,EbAs
erb = i = (2-1 8b) •
Ab E,A, + EbAb

Pada kondisi yang diasumsikan, tegangan er, di selongsong adalah tekan dan
tegangan erb di baut adalah tarik. Menarik dicatat bahwa tegangan ini tidak
bergantung pada panjang susunan elemen dan besamya berbanding terbalik dengan
luasnya (artinya erjerb = A,JA,. )
(b) Pertambahan panjang selongsong dan baut. Perpanjangan masing-masing
elemen dapat diperoleh dengan memasukkan P, atau Pb dari Persamaan (2-17) ke
dalam Persamaan (j),

0 = (a5E,A, + abEbAb )(tlT)L


(2-19) •
ES AS + EbAb
Dengan adanya rumus-rumus di atas, kita dapat dengan mudah menghitung gaya,
tegangan, dan peralihan setiap elemen untuk data numerik yang diketahui.
Catatan: Sebagai pengecekan parsial untuk hasil-hasil ini, kita dapat melihat
jika Persamaan (2- 17), (2- 18), dan (2-19) susut menjadi harga yang diketahui
untuk kasus sederhana. Sebagai contoh, misalkan bahwa baut bersifat kaku sehingga
tidak dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Kita dapat merepresentasikan situasi
ini dengan menetapkan ab = 0 dan membiarkan Eb menjadi besar seka1i yang
berarti membuat susunan di mana selongsong ditahan di antara tumpuan-tumpuan
kaku. Dengan memasukkan harga-harga ab dan Eb ke dalam Persamaan (2-17),
(2-18a) dan (2-19), kita dapatkan
0=0

Hasil-hasil ini cocok dengan yang ada di Contoh 2-8 yang meninjau suatu batang
yang ditahan oleh tumpuan kaku di kedua ujungnya (bandingkan Persamaan 2-15
dan 2- 16, dan dengan Persamaan b).
Sebagai kasus khusus lainnya, misalkan bahwa selongsong dan baut terbuat
dari bahan yang sama. Karena itu kedua bagian akan berekspansi dengan bebas
dan akan memanjang sama besar jika temperatur berubah. Tidak ada gaya dan
tegangan yang akan timbul. Untuk melihat apakah persamaan yang diturunkan
dapat memprediksi perilaku ini, kita akan mengasumsikan bahwa kedua bagian
mempunyai besaran a, E, dan A. Dengan memasukkan harga-harga ini ke dalam
Persamaan (2-17), (2- 18), dan (2-19), maka

8 = a(llT)L
yang merupakan hasil yang diharapkan.
Sebagai kasus khusus ketiga, misalkan kita membuang selongsong sedemikian
hingga hanya baut yang tertinggal. Baut itu selanjutnya bebas berekspansi dan
tidak ada gaya atau tegangan yang akan timbul. Kita dapat merepresentasikan
kasus ini dengan menuliskan A, = 0 di dalam Persamaan (2- 17), (2-1 8b), dan (2-
19), yang menghasilkan
Pb = 0 erb = 0 8 = ab(llT)L
Sekali lagi, ini merupakan hasil yang diharapkan.
Sebagaimana telah disebutkan di akhir Subbab 2.3, penyelidikan suatu kasus
khusus tidak cukup untuk meyakini kebenaran suatu rumus umum. Namun, ini
tentu saja acta gunanya. Jika suatu kasus khusus dapat diverifikasi, kita
meningkatkan keyakinan akan hasil yang diperoleh. Jika kasus khusus tidak cocok,
maka ha! ini berarti bahwa rumus umum mempunyai kesalahan.
Mekanika Bahan 91

I TEGANGAN PADA POTONGAN MIRING


Pada pembahasan sebelumnya, tentang tarik dan tekan pada elemen struktur
yang dibebani secara aksial, tegangan yang kita tinjau hanyalah tegangan
normal yang bekerja di potongan melintang. Tegangan ini ditunjukkan
dalam Gambar 2-26, di mana kita meninjau batang AB yang mengalami
gaya aksial P. Jika batang tersebut dipotong pada potongan melintang
tengah oleh bidang mn (yang tegak lurus sumbu x), kita akan memperoleh
diagram benda bebas seperti terlihat dalam Gambar 2-26b. Tegangan
normal yang beketja di seluruh potongan tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus ax= PIA asalkan distribusi tegangan terbagi secara
merata di seluruh luas potongan melintang. Sebagaimana diuraikan dalam
Bab 1, kondisi ini ada jika batang tersebut prismatis, bahannya homogen,
gaya aksial P bekerja di pusat berat penampang, dan potongan melintang
terletak cukup jauh dari lokasi pemusatan tegangan. Tentu saja, tidak ada
tegangan geser yang beketja di potongan melintang, karena potongan ini
tegak lurus sumbu longitudinal batang.
Untuk mudahnya, kita biasanya menunjukkan tegangan di gambar
tampak 2 dimensi batang tersebut (Gambar 2-26c) bukannya gambar
tampak 3 dimensi (Gambar 2-26b). Namun, apabila bekerja dengan gambar
dua dimensi kita tidak boleh lupa bahwa batang mempunyai tebal yang
tegak lurus dengan bidang gambar. Dimensi ketiga ini harus ditinjau dalam
membuat penurunan rumus dan perhitungan.
Cara yang paling berguna untuk menunjukkan tegangan di batang 2-
26 adalah dengan mengisolasi elemen kecil dari bahan, sedemikian rupa
sehingga elemen yang berlabel C dalam Gambar 2-26c, dan selanjutnya
menunjukkan tegangan yang beketja di semua muka elemen. Elemen seperti

(a)

Gambar 2·26 Batang prismatis


yang mengalami tarik yang me-
nunjukkan tegangan yang bekerja
pada potongan melintang mn (a)
batang dengan gaya aksial P, (b)
tampak tiga dimensi batang yang
dipotong yang menunjukkan
tegangan normal, dan (c) tampak
(c)
dua dimensi
92 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

ini disebut elemen tegangan. Elemen tegangan di titik C merupakan blok


tegangan kecil (tidak peduli apakah ini berupa kubus atau paralelepipedum)
dengan muka sebelah kanan terletak pacta potongan mn . Dimensi setiap
elemen tegangan diasumsikan sangat kecil, tetapi demi kejelasan kita
menggambarkan elemen dengan skala yang besar. seperti terlihat dalam
Gambar 2-27a.

dan z, dan satu-satunya tegangan adalah tegangan normal crx yang


bekerja pada sisi x (ingat bahwa sisi x sejajar punya gaya normal yang
sejajar dengan sumbux).Kita biasanya menggambar tampak dua dimensi
elemen tersebut (Gambar 2-27b) bukannya tampak tiga dimensi, karena
cara itu lebih enak.

Gambar 2-27 Elemen tegangan


di titik C dari batang yang dibebani
secara aksial yang terlihat dalam
Gambar 2-26c: (a) tampak tiga
dirnensi dari elemen, dan (c) tarnpak
dua dimensi dari elemen

Elemen tegangan dalam Gambar 2-27 memberikan hanya tampak


sebagian dari tegangan yang bekerja pacta batang yang dibebani secara
aksial. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rumit, kita perlu
memeriksa tegangan yang bekerja pacta potongan miring, seperti potongan
yang dipotong oleh bidang dalam
pq Gambar 2-28a. Karena tegangan
sama di seluruh bagian batang, tegangan yang bekerja di seluruh potongan
miring harus mempunyai distribusi terbagi rata, seperti terlihat di dia-
gram benda bebas dalam Gambar 2-28b (tampak tiga dimensi) dan Gambar
2-28c (tampak dua dimensi). Dari keseimbangan benda bebas, kita ketahui
bahwa resultan tegangan harus sama dengan gaya horizontal P. (Resultan
ini digambar dengan garis putus dalam Gambar 2-28b dan 2-28c).
Mula-mula kita membutuhkan skema untuk menetapkan orientasi
potongan miring pq. Metode standar untuk ini adalah menetapkan sudut
e antara sumbu x dan normal n dalam potongan (Gambar 2-29a). Jadi,
sudut euntuk potongan miring yang ditunjukkan dalam gambar kira-kira
30°. Sebaliknya, potongan mn (Gambar 2-26a) mempunyai sudut 8 yang
sama dengan no! (karena normal penampang ini adalah sumbu
x). Contoh
lain, tinjaulah elemen tegangan (Gambar 2-27). Sudut 8 untuk muka kanan
adalah 0, untuk muka atas adalah 90° (potongan longitudinal batang),
untuk muka kiri adalah 1 80°, dan untuk muka bawah adalah 270° (atau
-90°).
Sekarang kita kembali ke tujuan mencari tegangan yang bekerja di
potongan pq (Gambar 2-29b). Sebagaimana telah disebutkan, resultan
tegangan ini adalah gaya P yang bekerja di arah x. Resultan ini dapat
Mekanika Bahan 93

(b)

Gambar 2-28 Batang prismatis


yang mengalami tarik yang me-
nunjukkan tegangan yang bekerja
di potongan pq yang miring: (a)
batang dengan gaya aksial P. (b)
tampak tiga dimensi dari batang
yang dipotong yang menunjukkan (c)
tegangan, dan (c) tampak dua
dimensi.

diuraikan atas dua komponen, gaya normal N yang berarah tegak lurus
bidang miring pq
dan gaya geser V yang berarah tangensial padanya. Jadi
komponen gaya tersebut adalah

N = P cos () V = P sin () (2-20a,b)

Berkaitan dengan gaya N dan V ada tegangan normal dan tegangan geser
yang mempunyai distribusi terbagi rata di seluruh potongan melintang
(Gambar 2-29c dan d). Tegangan normal ini sama dengan gaya normal N
dibagi luas potongan, dan tegangan geser tersebut sama dengan gaya geser
V dibagi dengan luas potongan. Jadi, kedua tegangan tersebut adalah

(J (2-2 l a,b)

di mana A1 adalah luas potongan miring:

A
A� = --
(2-22)
cos ()

Seperti biasa, A menunjukkan luas potongan batang. Tegangan a dan tt


bekerja dengan arah seperti terlihat dalam Gambar 2-29c dan d, artinya
mempunyai arah masing-masing sama dengan gaya normal N dan gaya
geser V.
Hingga saat ini kita perlu menetapkan perjanjian tanda dan notasi
untuk tegangan yang bekerja pada potongan miring. Kita akan mengguna-
kan subskrip () yang menunjukkan bahwa tegangan yang bekerja pada
94 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

\q
A,
cos () (c)

=
Gambar 2-29 Batang prismatis --Vx,-
yang mengalami tarik yang
menunjukkan tegangan yang A
bekerja pada potongan miring pq \q
A, (d)
cos ()

potongan yang miring ctengan suctut () (Gambar 2-30), seperti juga k:ita
menggunakan subskrip x untuk menunjukkan bahwa tegangan bekerja
pacta potongan yang sejajar sumbu x (lihat Gambar 2-26). Tegangan nor-

mal a6 bertancta positifjika tarik ctan tegangan geser r6 actalah positifjika


menghasilkan rotasi bahan berlawanan jarum jam, seperti terlihat ctalam
Gambar 2-30.

Gambar 2-30 Perjanjian tanda


untuk tegangan yang bekerja pada
potongan miring. (Tegangan normal
adalah positif apabila tarik dan
tegangan geser adalah positif
apabila menghasilkan rotasi yang
berlawanan jarum jam.)

Untuk sebuah batang yang mengalami tarik, gaya normal N meng-


hasilkan tegangan normal positif a6 (lihat Gambar 2-29c) ctan tegangan
geser V menghasilkan tegangan geser negatif r6 (lihat Gambar 2-29ct).
Tegangan-tegangan ini ctinyatakan ctengan persamaan berikut (lihat
Persamaan 2-20, 2-21, ctan 2-22):
N P p sin () cos 8
ae = - = - cos 2 8 re = -� = -

A1 A A1 A

Dengan menggunakan notasi ax = PIA, cti mana ax actalah tegangan nor-


mal pacta penampang, juga ctengan menggunakan hubungan trigonometri
Mekanika Bahan 95

2
cos 8 = ko + cos28) sin() cos() = k (sin28)
kita peroleh

(2-23a)

(2-23b)

Persamaan-persamaan ini memberikan tegangan normal dan geser yang


bekerja pada potongan yang berarah miring dengan sudut e.
Perlu diketahui bahwa Persamaan (2-23a) dan (2-23b) diturunkan
hanya dari statika sehingga keduanya tidak bergantung pada bahan. Jadi,
keduanya berlaku untuk bahan apapun, apakah tinier atau nonlinier, elastis
atau inelastis.
Bagaimana tegangan bervariasi untuk kemiringan bidang potongan
ditunjukkan dalam Gambar 2-3 1. Sumbu horizontal dinyatakan dalam sudut
() yang bervariasi dari -90° sampai +90°, dan sumbu vertikal memberikan
tegangan G8 dan re- Perhatikan bahwa tanda positif () diukur berarah
berlawanan jarum jam dari sumbu x (Gambar 2-30) dan sudut negatif
diukur searah jarum jam.

Gambar 2-31 Graflk tegangan nor-


mal CJ9 dan -r9 versus sudut 8 dari
potongan miring (lihat Gambar 2-
30 dan Persamaan 2-23a dan b)

Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar tersebut, tegangan normal


G8 sama dengan Gx jika () = 0. Selanjutnya, jika0bertambah atau berkurang,
tegangan normal akan mengecil sampai menjadi nol pada () = ±90° karena
tidak ada tegangan normal di potongan yang sejajar dengan sumbu
longitudinal. Tegangan normal maksimum terjadi pada () = 0 dan
besarnya adalah
(2-24)

Juga, kitalihatbahwajika ()= ±45°, maka tegangan normal adalah setengah


harga maksimurnya.
Tegangan geser r8 berharga nol pada penampang batang (() = 0) dan
juga pada potongan longitudinal (() = ±90°). Di antara kedua batas tersebut,
tegangan bervariasi seperti terlihat dalam gambar tersebut, hingga men-
96 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksia/

capai harga positif terbesar pacta e = --45° ctan harga negatif terbesar pacta
() = +45°. Kectua tegangan geser maksimum ini mempunyai besar yang
sama yaitu

(2-25)

tetapi masing-masing memutar elemen ke arah yang berlawanan.


Tegangan maksimum cti batang yang mengalami tarik ctitunjukkan
ctalam Gambar 2-32. Kectua elemen tegangan ini ctipilih-elemen A
berorientasi pacta e = oo ctan elemen B berorientasi pacta e = 45°. Elemen
A mempunyai tegangan normal maksimum (Persamaan 2-24) ctan elemen
B mempunyai tegangan geser maksimum (Persamaan 2-25). Untuk elemen
A (Gambar 2-32b), tegangan yang acta hanyalah tegangan normal
maksimum (tictak acta tegangan geser cti muka ini).

(a)

Gambar 2-32 Tegangan normal


dan geser yang bekerja pada elemen
tegangan yang berorientasi (}=0°
dan (} = 45° umuk batang yang (b)
mengalami tarik

Dalam kasus elemen B (Gambar 2-32c), baik tegangan normal maupun


tegangan geser bekerja pacta semua muka (kecuali, pacta muka ctepan ctan
belakang elemen). Tinjau, sebagai contoh, muka cti 45° (muka kanan atas).
Di muka ini tegangan normal ctan geser (ctari Persamaan 2-23a ctan b)
actalah CJ/2 ctan -CJ/2. Jacti, tegangan normal actalah tarik (positif) ctan
tegangan geser bekerj a searah jarum jam (negatif) terhactap elemen.
Tegangan cti muka lainnya ctiperoleh ctengan cara sama ctengan
memasukkan 135°,() = --45° ctan -135° ke ctalam Persamaan (2-23a ctan
b). Jacti. ctalam kasus khusus untuk elemen yang berorientasi e = 45° ini,
tegangan noirnal cti keempat muka actalah sama (sama ctengan CJ)2) ctan
keempat tegangan geser mencapai besar maksimum (sama ctengan CJ)2).
Mekanika Bahan 97

Beban Juga, perhatikan bahwa tegangan geser yang bekerja pada bidang-bidang
yang tegak lurus mempunyai besar yang sama dan mempunyai arah menuju,
atau meninggalkan, garis perpotongan bidang-bidang, sebagaimana dibahas
dengan rinci dalam Subbab 1 .6.
Jika suatu batang dibebani tekan, bukannya tarik, maka tegangan ax
akan berupa tekan dan akan mempunyai harga negatif. Karena itu, semua
tegangan yang bekerja di elemen tegangan akan mempunyai arah yang
berlawanan dengan untuk batang yang mengalami tarik. Tentu saja,
Persamaan (2-23a dan b) masih dapat digunakan untuk perhitungan dengan
memasukkan ax sebagai besaran negatif.
Meskipun tegangan geser maksimum di batang yang dibebani secara
aksial hanyalah setengah dari tegangan normal maksimum, tegangan geser
dapat menyebabkan kegagalan jika bahannya jauh lebih lemah terhadap
geser dibandingkan terhadap tarik. Sebuah contoh yang menunjukkan
kegagalan geser terlihat dalam Gambar 2-33, yang menunjukkan sebuah
blok kayu yang telah dibebani tekan dan gagal karena tetjadi geser di
sepanjang bidang 45°. Jenis perilaku seperti ini tetjadi pada baja lunak
ban yang dibebani tarik. Selama uji tarik pada batang datar dari baja berkarbon
Gambar 2-33 Kegagalan geser rendah dengan permukaan yang dipoles, jalur gelincir (slip bands terlihat
di sepanjang bidang blok kayu
pada sisi-sisi batang pada 45° dengan sumbu (Gambar 2-34). Jalur ini
45° yang dibebani tekan
menunjukkan bahwa bahan tersebut gagal secara geser di sepanjang bidang-
bidang di mana tegangan geser mencapai maksimum. Jalur seperti ini
Beban pertama kali diamati oleh G. Piobert pada tahun 1842 dan W. Ltiders pada
tahun 1 860 (lihat Ref. 2-6 dan 2-7), dan dewasa ini jalur tersebut disebut
Jalur Liiders atau lalur Piobert. Jalur ini mulai terlihat jika tegangan
luluh di batang tercapai (titik B dalam Gambar 1-1 0).
Keadaan tegangan yang dijelaskan dalam subbab ini disebut tegangan

yang paling penting untuk tegangan uniaksial adalah e = e = 45°

mumikarena
uniaksial,
tarik alasan
atau tekan yangsatu
pada sudah jelas,
arah yaitu
saja. batang tersebut
Orientasi elemenmengalami
tegangan
0 dan
(Gambar 2-32); yang disebut pertama mempunyai tegangan normal
maksimum dan yang disebut terakhir mempunyai tegangan geser
maksimum. Jika potongan di batang mempunyai sudut lainnya, maka
tegangan yang bekerja di muka-muka elemen tegangan dapat ditentukan
dari Persamaan 2-23a dan b), seperti digambarkan dalam Contoh 2- 10 dan
2- 1 1 berikut ini. Tegangan uniaksial adalah kasus khusus dari keadaan
t tegangan yang lebih umum yang dikenal dengan tegangan bidang, yang
dibahas dengan rinci dalam Bab 7.
Beban

Gambar 2-34 Jalur gelincir (atau


jalur Luders) pada benda uji baja
yang dipoles dibebani tarik

• Contoh 2-1 o
2
Sebuah batang prismatis yang mempunyai luas penampang A = 1 200 mm ditekan
dengan gaya aksial P = 90 kN (Gambar 2-35a). Tentukanlah tegangan yang bekerja
yang dipotong melalui batang dengan sudut e = 25°. (b)
di potongan miring pq
Tentukan keadaan tegangan secara lengkap untuk e = 2SO dan tunjukkan tegangan
di elemen tegangan yang diarahkan dengan benar.
98 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

(a)

(b) (c

(a) Untuk mendapatkan tegangan yang bekerja pada potongan pada sudut 6
=

Gambar 2-35 Contoh 2-10. Solusi


25°, mula-mula kita hitung tegangan normal a x yang bekerja pada potongan
Tegangan pada potongan miring
melintang: p
= --
90 kN
C1X
2 = -75 MPa

A
di mana tanda minus menunjukkan 1 200 mm tegangan adalah tekan. Selanjutnya,
bahwa
kita hitung tegangan normal dan geser dari Persamaan (2-23a dan b) dengan (J =
25°, sebagai berikut:

2 2
a9 = ax cos 8 = (-75 MPa)(cos 25°) = -6 1 , 1 MPa ..

r9 = -ax sin 8 cos 8 = (75 MPa)(sin 25°)(cos 25°) = 28,7 MPa ..

Tegangan ini ditunjukkan bekerja pada potongan miring dalam Gambar 2-35b.
Perhatikan bahwa tegangan normal a 9adalah negatif (tekan) dan tegangan geser
r9adalah positif (berlawanan jarum jam).
(b) Untuk menentukan keadaan tegangan yang lengkap, kita perlu mencari
tegangan yang bekerja di semua muka elemen tegangan yang berorientasi 25°
(Gambar 2-35c). Muka ab, di mana (J = 25°, mempunyai orientasi sama dengan
bidang miring dalam Gambar 2-35b. Dengan demikian, tegangannya sama dengan
yang dituliskan di atas.
Tegangan di muka sebaliknya cd adalah sama dengan yang ada di muka ab,
yang dapat diverifikasi dengan memasukkan (J = 25° + 1 80° = 205° ke dalam
Persamaan (2-23a dan b).
Untuk muka be kita masukkan (J = 25° - 90° = -65° ke dalam Persamaan
(2-23a dan b) dan mendapatkan

a9 = -13,4 MPa 1:9 = -28,7 MPa

Tegangan-tegangan yang sama ini juga berlaku di muka sebaliknya, ad,


sebagaimana dapat diverifikasi dengan memasukkan (J = 25° + 90° = 1 15° ke
dalam Persamaan (2-23a dan b). Catat bahwa tegangan normal ini adalah tekan
dan tegangan geser mempunyai arah berlawanan jarum jam.
Keadaan tegangan secara lengkap ditunjukkan denganelemen tegangan dalam
Gambar 2-35c. Sketsa seperti ini merupakan cara yang sangat baik untuk
menunjukkan a r a htegangand a norientasi bidang di mana tegangan tersebut bekerja.
Mekanika Bahan 99

• Contoh 2-1 1

Sebuah batang yang mempunyai penampang bujursangkar dengan sisi b harus


memikul beban P =8000 lb (Gambar 2-36a). Dua bagian batang dihubungkan
oleh joint berlem (dikenal dengan scarf joint) di sepanjang bidang pq, yang
membentuk sudut a =40° dengan vertikal. Batang ini terbuat dari plastik struktural
yang mempunyai tegangan izin tekan dan geser masing-masing 1 100 psi dan 600
psi. Selain itu, tegangan izin di joint yang berlem adalah 750 psi untuk tekan dan
500 psi untuk geser. Tentukanlah lebar minimum b untuk batang.

a = 40°
3f 50°
9= -{3 = -50°

Gambar 2-36 Contoh 2- 1 1 .


Tegangan pada potongan miring (a) (b)

Solusi
Untuk mudahnya, kita putar batang ini menjadi horizontal (Gambar 2-36b) yang
cocok dengan gambar yang digunakan dalam menurunkan persamaan untuk
tegangan di potongan miring (lihat Gambar 2-29 dan 2-30). Dengan posisi batang
seperti ini, kita lihat bahwa normal n terhadap bidang joint berlem (bidang pq)
membentuk sudut f3= 90° a, atau 50°, dengan sumbu batang. Karena sudut (}
-

didefinisikan positif jika berlawanan jarum jam (Gambar 2-30), kita simpulkan
bahwaLuas -50° untuk joint
(} =penampang mempunyai kaitan dengan beban P dan tegangan
berlem.
batang
a
x di penampang dengan persamaan

(a)

Dengan demikian, untuk memperoleh luas yang dibutuhkan, mula-mula kita harus
menentukan harga ax yang berkaitan dengan masing-masing dari empat tegangan
izin. Selanjutnya, harga terkecil dari ax akan menentukan luas yang dibutuhkan.
Harga ax diperoleh dengan menyusun kembali Persamaan (2-23a dan b) sebagai
berikut:

aX = (2-26a,b)
sin (} cos (}

Sekarang kita akan menerapkan persamaan-persamaan di atas ke jointberlem dan


ke plastik.
1 00 Bab 2 Elemen Struktur yang Oibebani Secara Aksial

(a) Harga crx yang didasarkan atas tegangan i::in di joint berlem. Untuk
tekan di joint berlem kita ketahui CTe = -750 psi dan 8 = -50°. Dengan
memasukkannya ke dalam Persamaan (2-26a) kita dapatkan
er
-750 psi
= = (b)
X (COS - 50°) 2 -1815 psi
tidak begitu jelas apakah e adalah +500 psi ataukah -500 psi. Salah satu pendekatan
Untuk geser dijoint berlemr
kita ketahui tegangan izin 500 psi. Sekalipun demikian,
ada1ah dengan memasukkan kedua harga tersebut ke dalam Persamaan (2-26b)
dan selanjutnya memilih harga crx yang negatif. Harga er lainnya akan positif
,
(tarik) dan tidak berlaku untuk batang ini, yang mengalami tekan. Pendekatan lain
adalah dengan memeriksa batang itu sendiri (Gambar 2-36b) dan mengamati dari
arah beban bahwa tegangan geser akan berarah jarum jam terhadap bidang p q'

-500berarti
yang psi dan e tegangan
bahwa -50° ke dalam
geserPersamaan (2-26b)demikian,
negatif. Dengan dan mendapatkan
kita masukkan re
= =
()X =
-1015 psi
(sin - 50°)(cos -50°)
-500 psi (c)
=

(b) Harga er
,
berdasarkan atas tegangan izin di plastik. Tegangan tekan

maksimum di p1astik terjadi di potongan melintang. Dengan demikian, karena


tegangan izin tekan adalah 1 100 psi, maka kita langsung mengetahui bahwa
crx = -1 1 00 psi (d)
Tegangan geser maksimum di bidang terjadi pada arah 45° dan secara numerik
sama dengan cr)2 (lihat Persamaan 2-25). Karena tegangan geser izin adalah 600
psi, maka
crx = -1 200 psi
H asil yang sama dapat diperoleh dari Persamaan (2-26b) dengan memasukkan re
= 600 psi dan e =45°.
(c) Lebar minimum batang. Dengan membandingkan keempat harga cr x
(Persamaan b, c, d, dan e), kita lihat bahwa yang terkecil ada1ah crx= -1 0 1 5 psi.
Dengan demikian, harga ini menentukan desainnya. Dengan memasukkannya ke
dalam Persamaan (a), dan dengan menggunakan harga numerik, maka kita peroleh
luas yang dibutuhkan

8000 1b
A= 7,88 in.z
=

1015 psi
2
Karena batang ini mempunyai penampang bujursangkar (A = b ), maka lebar
minimum adalah

..

Setiap 1ebar yang lebih besar daripada bmin akan menjamin bahwa tegangan izin
tidak dilampaui. Sebagai contoh, kita dapat memilih b = 3,0 in.

ENERGI REGANGAN

Energi regangan adalah konsep dasar di dalam mekanika terapan, dan


prinsip energi regangan banyak digunakan untuk mencari respons mesin
dan struktur terhadap beban statik maupun dinamik. Di dalam subbab ini
kita meninjau topik energi regangan dalam bentuk yang paling sederhana
dengan hanya meninjau elemen struktur yang dibebani secara aksial yang
mengalami beban statik. Elemen struktur yang lebih rumit dibahas pada
bab-bab lain-batang yang mengalami torsi dibahas di Subbab 3.9 dan
Mekanika Bahan 1 01

balok yang mengalami lentur dibahas di Subbab 9.8. Selain itu, penggunaan
energi regangan dalam kaitan dengan beban dinamik diuraikan dalam
subbab berikutnya (Subbab 2.8) dan dalam Subbab 9. 10.
Untuk menggambarkan ide dasar. tinj aulah batang prismatis yang
panjangnya L yang mengalami gaya tarik P (Gambar 2-37). Kita asumsikan
bahwa beban diterapkan secara perlahan-lahan, sedemikian hingga beban
tersebut bertambah dari nol ke harga maksimumnya P. Beban seperti ini
disebut beban statik karena tidak ada efek dinamik ataupun inersia akibat
gerakan. Batang ini secara perlahan-lahan memanjang pada saat beban
diterapkan, hingga akhimya mencapai perpanj angan maksimum 8 pada
saat yang sama dengan beban mencapai harga maksimum P. Dengan
Gambar 2-37 Batang prismatis demikian, beban dan perpanjangan harus tetap tak berubah.
yang mengalami beban statis.
Selama proses pembebanan, beban P bergerak perlahan-lahan melalui
jarak 8 dan melakukan sej umlah usaha. Untuk mengevaluasi usaha ini,
kita ingat dari mekanika dasar bahwa gaya konstan melakukan usaha
sama dengan hasil kali gaya dan jarak yang ditempuhnya. Dalam kasus
kita, besar gaya bervariasi dari nol ke harga maksimum P. Untuk
mendapatkan usaha yang dilakukan oleh beban akibat kondisi ini, kita
perlu mengetahui bagaimana beban tersebut berubah. Informasi ini
diberikan dengan diagram beban-peralihan, sepeni terlihat dalam Gambar
2-38. Pada diagram ini sumbu vertikal menujukkan beban aksial dan sumbu
horizontal menunjukkan perpanjangan batang. Bentuk kurva ini bergantung
pada besaran bahan.
Kita gunakan notasi P1 untuk harga beban berapapun antara no! dan
harga maksimum P, dan mencatat perpanjangan di batang tersebut dengan
81 • Lalu, pertambahan dP1 pada beban akan menghasilkan peningkatan
do1 pada perpanjangan. Usaha yang dilakukan oleh beban selama
peningkatan perpanjangan adalah hasil kali beban dan jarak yang dilampaui,
Gambar 2-38 Diagram beban-
artinya usaha sama dengan P1do1 • Usaha ini dinyatakan dalam gambar
peralihan
tersebut dengan luas yang di arsir gelap di bawah kurva beban-peralihan.
Usaha total yang dilakukan oleh beban pada saat meningkat dari nol ke
harga maksimum P adalah jumlah dari semua strip elemental:

w = fo� do1 (2-27)

Dalam tinj auan geometrik, usaha yang dilakukan oleh beban sama dengan
luas di bawah kurva beban-peralihan.
Apabila beban memperpanjang batang, maka timbul regangan. Adanya
regangan ini menambah taraf energi batang itu sendiri. Dengan demikian,
besaran baru, yang disebut energi regangan, didefinisikan sebagai energi
yang diserap oleh batang selama proses pembebanan. Dari prinsip
konservasi energi, kita ketahui bahwa energi ini sama dengan usaha yang
dilakukan oleh beban asalkan tidak ada energi yang ditambahkan atau
dikurangi di dalam batang panas. Dengan demikian,

(2-28)

di mana U adalah simbol untuk energi regangan. Kadang-kadang energi


regangan disebut dengan usaha dalam untuk membedakannya dengan
usaha luar yang dilakukan oleh beban.
1 02 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

p Usaha dan energi dinyatakan dalam satuan yang sama. Dalam SI, satuan
usaha dan energi adalah dalam joule (J), yang sama dengan satu newton
Energi meter ( 1 J =1 Nm). Dalam satuan USCS, usaha dan energi dinyatakan
regangan
inelastis dalam foot-pound (ft-lb), foot-kip (ft-k), inci-pound (in.-lb), dan inci-kip
Energi
(in.-k). *
regangan Jika gaya P (Gambar 2-37) secara perlahan-lahan dihilangkan dari
elastis batang, maka batang tersebut akan memendek. Jika limit elastis bahan
tidak dilampaui, maka batang akan kembali ke panjang semula. Jika limit
ini terlampaui, maka set permanen akan tertinggal (lihat Subbab 1 .4).
D c 8
Jadi, semua atau sebagian dari energi regangan akan terpulihkan menjadi
Gambar 2-39 Energi regangan
usaha. Perilaku ini ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan dalam Gambar
elastis dan inelastis 2-39. Selama pembebanan, usaha yang dilakukan oleh beban sama dengan
luas di bawah kurva (luas OABCDO). Jika beban dihilangkan, maka diagram
beban-peralihan mengikuti garis BD jika titik B ada di luar limit elastis dan
perpanjangan permanen OD tetap tersisa. Jadi, energi regangan yang
terpulihkan selama penghilangan beban, yang disebut energi regangan
elastis, dinyatakan dengan segitiga yang diarsir gelap (BCD). Luas OABDO
menunjukkan energi yang hilang dalam proses merubah bentuk batang
secara permanen. Energi ini dikenal dengan energi regangan inelastis.
Kebanyakan struktur didesain dengan harapan bahwa bahan akan
tetap di dalam selang elastis pada kondisi layanan yang biasa. Untuk
batang yang mengalami tarik, beban pada saat tegangan di bahan mencapai
limit elastis dinyatakan dengan titik A di kurva beban-peralihan (Gambar 2-
39). Selama beban masih di bawah harga ini, semua energi regangan akan
dapat pulih selama penghilangan beban dan tidak ada perpanjangan permanen
yang tersisa. Jadi, batang ini akan beraksi sebagai pegas elastis, yang
menyimpan dan melepaskan energi apabila beban diterapkan dan
dihilangkan.

• Perilaku Elastis Linier

Sekarang kita asumsikan bahwa bahan pembentuk batang mengikuti hukum


Hooke sedemikian hingga kurva beban-peralihan adalah garis lurus
(Gambar 2-40). Jadi, energi regangan U yang disimpan di batang tersebut
p (sama dengan usaha W yang dilakukan oleh beban) adalah

Tp
(2-29)

_j01 8 --1
yang merupakan luas segthga yang digelapkan OAB dalam gambar
tersebut.** Selanjutnya, kita ketahui bahwa hubungan antara beban P dan
8
perpanjangan untuk bahan elastis linier dinyatakan dengan persamaan
Gambar 2-40 Diagram beban-
peralihan untuk batang dari bahan 8 PL
= (2-30)
elastis Jinier EA

* Faktor-faktor konversi untuk ketja dan energi diberikan dalam Lampiran A, Tabel A-5.
* * Prinsip babwa kerja oleh beban luar sama dengan energi regangan (untuk kasus perilaku elastis
linier) pertama kali dinyatakan oleh insinyur Perancis B.P.E. Clapeyron (1799-1864) dan dikenal dengan
teorema Clapeyron (Ref. 2-8).
Mekanika Bahan 1 03

Dengan menggabungkan persamaan ini dengan Persamaan (2-29), kita


dapat menyatakan energi regangan pada batang elastis linier dalam bentuk
sebagai berikut

(2-3 1 a,b)

Persamaan pertama menyatakan energi regangan sebagai fungsi dari beban


dan yang kedua menyatakannya sebagai fungsi dari perpanjangan. Dari
persamaan pertama kita lihat bahwa memperbesar panjang suatu batang
akan meningkatkan energi regangan meskipun bebannya tidak berubah
(karena lebih banyak bahan yang diregangkan oleh beban). Sebaliknya,
meningkatkan modulus elastisitas atau luas penampang akan mengurangi
energi regangan karena regangan di batang berkurang. Ide ini digambarkan
dalam Contoh 2- 12 dan 2- 13.
Persamaan energi regangan yang analog dengan Persamaan (2-3 1 a)
dan (2-3 1b) dapat ditulis untuk pegas elastis linier dengan mengganti ke-
kakuan EA/L dari batang prismatis dengan kekakuan k suatu pegas. Jadi,

(2-32a,b)

Tentu saja, rumus-rumus ini ekivalen asalkan P = ko untuk suatu pegas.


Energi regangan total U pada suatu batang yang terdiri atas beberapa
segmen sama dengan jumlah energi regangan dari masing-masing segmen.
Sebagai contoh, energi regangan suatu batang yang terlihat dalam Gambar
2-41 sama dengan energi regangan segmen AB ditambah energi regangan
segmen BC. Konsep ini dinyatakan dalam bentuk umum dengan persamaan
sebagai berikut

(2-33)

Gambar 2-41 Batang yang terdiri di mana U; adalah energi regangan segmen i dari batang dan n adalah
atas segmen-segmen prismatis yang banyaknya segmen. (Hubungan ini berlaku apakah bahan berperilaku linier
mempunyai luas penampang dan maupun nonlinier.)
gaya aksial yang berbeda-beda
Sekarang kita asumsikan bahwa bahan dari batang ini elastis linier
dan bahwa gaya aksial konstan di dalam setiap segmen. Kita dapat
menggunakan Persamaan (2-3 1 a) untuk mendapatkan .energi regangan
segmen, dan Persamaan (2-33) menjadi

(2-34)
== L

�J
di mana N; adalah gaya aksial yang bekeija di segmen i dan L;, E;, dan
A ; adalah besaran segmen i. (Penggunaan persamaan ini digambarkan
dalam Contoh 2- 12 dan 2- 13 di akhir subbab ini.)
Kita dapat memperoleh energi regangan pada batang nonprismatis
dengan gaya aksial yang bervariasi secara kontinu (Gambar 2-42) dengan
Gambar 2-42 Batang non- menerapkan Persamaan (2-3 1a) untuk elemen diferensial (ditunjukkan
prismatis dengan gaya aksial yang dengan bagian yang digelapkan dalam gambar) dan selanjutnya meng-
bervariasi integrasikan di seluruh panjang batang
1 04 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf

2
[N(x)] dx
U= (2-35)

Di dalam persamaan ini, N(x) dan A(x) adalah gaya aksial dan luas
penampang pada jarak x dari ujung batang. (Contoh 2-14 menggambarkan
penggunaan persamaan ini.)
Rumus untuk energi regangan di atas (Persamaan 2-3 1 sampai 2-35)
menunjukkan bahwa energi regangan bukanlah merupakan fungsi linier
dari beban, meskipun bahannya bersifat elastis linier. Jadi, perlu diingat
bahwa kita tidak dapat memperoleh energi regangan suatu struktur yang
memikul lebih dari satu beban dengan menggabungkan energi regangan
yang diperoleh dari masing-masing beban secara terpisah. Dalam hal
batang nonprismatis yang terlihat dalam Gambar 2-41, energi regangan
total bukanlah merupakan jumlah dari energi regangan akibat beban P1
yang bekerja sendiri dan energi regangan akibat beban P2 yang bekerja
sendiri. Untuk itu, kita harus menghitung energi regangan dengan semua
beban yang bekerja secara simultan, sebagaimana akan ditunjukkan dalam
Contoh 2-14.
Meskipun kita hanya meninjau elemen tarik di dalam pembahasan
energi regangan, semua konsep dan persamaan berlaku sama dengan elemen
tekan. Karena kerja yang dilakukan oleh beban aksial adalah positif, tak
peduli apakah beban menyebabkan tarik atau tekan, maka energi regangan
selalu merupakan besaran positif. Fakta ini juga nyata dalam rumus untuk
energi regangan pada batang elastis linier (seperti Persamaan 2-3 1 a dan 2-
31b). Rumus-rumus ini selalu positif karena beban dan perpanj angan
dikuadratkan.
Energi regangan adalah bentuk dari energi potensial (atau "energi
posisi") karena energi ini bergantung pada lokasi relatif partikel-partikel
elemen yang membentuk elemen struktur. Apabila suatu batang atau pegas
mengalami tekan, maka partikel-partikelnya akan semakin rapat; apabila
ditarik, jarak antara partikel akan bertambah. Dalam kedua kasus tersebut
energi regangan elemen struktur akan bertambah dibandingkan dengan
energi regangan pada posisi tak dibebani.

• Peralihan yang Disebabkan oleh Beban Tunggal

Peralihan suatu struktur elastis linier yang memikul hanya satu beban
dapat ditentukan dari energi regangannya. Untuk menggambarkan metode
ini, tinjaulah rangka batang dua batang (Gambar 2-43) yang dibebani oleh
gaya vertikal P. Tujuan kita adalah untuk menentukan peralihan vertikal
8 di joint B di mana beban tersebut diterapkan.
Apabila diterapkan perlahan-lahan pada rangka batang tersebut, beban
P melakukan usaha pada saat ia bergerak melalui peralihan vertikal 8.
Namun, ia tidak melakukan usaha pada saat bergerak ke arah lateral, yaitu
ke samping. Dengan demikian, karena diagram beban-peralihan adalah
linier (lihat Persamaan 2-29 dan Gambar 2-40), maka energi regangan U
yang disimpan dalam struktur tersebut sama dengan kerja yang dilakukan
oleh beban, yaitu

G a mb ar 2-43 Struktur yang Po


memikul beban tunggal P u w
2
Mekanika Bahan 1 05

sehingga kita dapatkan

(2-36)

Persamaan ini menunjukkan bahwa pada kondisi khusus tertentu,


sebagaimana disebutkan di bawah ini, peralihan suatu struktur dapat
ditentukan secara langsung dari energi regangan.
Kondisi yang harus dipenuhi agar Persarnaan (2-36) berlaku adalah:
(1) struktur harus berperilaku elastis linier, dan (2) hanya satu beban yang
bekerja pada struktur. Lebih jauh lagi, satu-satunya peralihan yang dapat
ditentukan adalah peralihan yang berkaitan dengan beban itu sendiri
(artinya, peralihan tersebut harus dalam arah beban dan harus di titik di
mana beban itu bekerja). Dengan dernikian, metode untuk mencari peralihan
sangat terbatas dalam penerapannya dan bukan merupakan indikator yang
baik dari pentingnya prinsip energi regangan di dalam mekanika struktur.
Sekalipun demikian, metode ini memberikan pengantar pada penggunaan
energi regangan. (metode ini digambarkan dalarn Contoh 2- 15.)

• Rapat Energi-Regangan

Pada banyak situasi akan lebih mudah jika menggunakan besaran yang
disebut rapat energi-regangan, yang didefinisikan sebagai energi regangan
per volume satuan bahan. Rumus untuk rapat energi regangan bagi bahan
yang elastis linier dapat diperoleh dari rumus untuk energi regangan batang
prismatis (Persamaan 2-3 1 a dan b). Karena energi regangan suatu batang
terdistribusi secara merata di seluruh volumenya, maka kita dapat
menentukan energi regangan dengan membagi energi regangan total U
dengan volume batang AL. Jadi, rapat energi regangan, yang ditulis dengan
u, dapat ditulis dalam bentuk:
p2

2 EA 2
u = - (2-37a,b)

Jika kita mengganti PIA dengan tegangan er dan 8/L dengan regangan e,
maka

(2-38a,b)

Persamaan-persamaan ini memberikan rapat energi regangan pada bahan


elastis linier yang dinyatakan dalam tegangan normal er dan regangan
normal e.
Persarnaan (2-38a dan b) mempunyai interpretasi geometri sederhana.
Keduanya sama dengan luas cre/2 dari segitiga di bawah kurva tegangan-
regangan untuk bahan yang mengikuti hukum Hooke (er = Ee). Dalam
situasi yang lebih umum di mana bahan tidak mengikuti hukum Hooke,
rapat energi-regangan masih sama dengan luas di bawah kurva tegangan-
regangan, tetapi luas tersebut harus dievaluasi pada masing-masing kasus
khusus.
Rapat energi-regangan mempunyai satuan energi dibagi dengan
volume. Satuan SI adalah joule per meter kubik (J/m3) dan satuan USCS
adalah ft-lb/ft3, lb-inlin3, dan satuan-satuan lain yang serupa. Karena semua
1 06 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

satuan ini dapat susut menjadi satuan tegangan (ingat bahwa 1 J =1 N.m,
maka kita dapat juga menggunakan satuan seperti pascal (Pa) dan psi
untuk rapat energi-regangan.
Rapat energi regangan untuk bahan yang mengalami tegangan hingga
mencapai limit proporsionalnya disebut modulus resiliensi ur. Ini dapat
dihitung dengan memasukkan limit proporsional aP1 ke dalam Persamaan
(2-38a):
2

ur = O"pl (2-39)
2E

Sebagai contoh, bahan baja lunak yang mempunyai aP1 = 30.000 psi dan
E 30 x 6
= 10 psi mempunyai modulus resiliensi ur = 15 psi (atau 1 03 kPa).

Catatbahwa modulus resiliensi sama dengan luas di bawah kurva tegangan-


regangan sampai limit proporsional. Resiliensi menunjukkan kemampuan
bahan untuk menyerap dan melepaskan energi di dalam selang elastis.
Besaran lain, yang disebut ketangguhan (toughness), mengandung
arti kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi tanpa mengalami
fraktur. Modulus yang berkaitan dengan itu, disebut modulus ketangguhan
u1, adalah rapat energi regangan apabila suatu bahan mengalami tegangan
hingga titik kegagalan. Ini sama dengan luas di bawah keseluruhan kurva
tegangan-regangan. Semakin tinggi modulus ketangguhan, semakin besar
kemampuan bahan itu untuk menyerap energi tanpa gagal. Harga modu-
lus ketangguhan yang tinggi merupakan hal yang penting apabila suatu
bahan mengalami beban kejut (lihat Subbab 2.8)
Rumus untuk rapat energi regangan (Persamaan 2-37 sampai 2-39)
diturunkan untuk tegangan uniaksial, artinya untuk bahan yang hanya
mengalami tarik atau tekan. Rumus energi regangan untuk keadaan
tegangan yang lebih umum dibahas di dalam Bab 7.

• Contoh 2-1 2

Tiga batang bundar yang mempunyai panjang yang sama (L), tetapi bentuk yang
berbeda, terlihat dalam Gambar 2-44. Batang pertama mempunyai diameter d di
seluruh panjangnya, yang kedua mempunyai diameter d pada 1/5 dari panjangnya,
dan yang ketiga mempunyai diameter dpada 1/15 dari panjangnya. Di bagian lain,
batang kedua dan ketiga mempunyai diameter 2d. Ketiga batang ini mengalami
beban aksial P yang sama.
Hitunglah besarnya energi regangan yang disimpan pada masing-masing
batang, dengan menganggap perilaku elastis linier. (Abaikan efek-efek konsentrasi
tegangan dan berat batang.)

Solusi
(a) Energi regangan U1 pada batang pertama. Energi regangan batang
pertama diperoleh Iangsung dari Persamaan (2-3 l a):

U1 = p2L (a) •
2EA

di mana A = 7tlP/4.

(b) Energi regangan U2pada batang kedua. Energi regangan diperoleh dengan
menjumlahkan energi regangan di ketiga segmen batang (lihat Persamaan 2-34).
Mekanika Bahan 1 07

_j_
Gambar 2-44 Contoh 2- 12.
(a) (b ) (c)
Perhitungan energi regangan

Jadi,

(b) ..
2 2EA 2£(4A.) S EA

yang hanya 40% dari energi regangan pada batang pertama. Jadi, memperbesar
luas penampang pada sebagian dari panjang sangat mengurangi besamya energi
regangan yang dapat disimpan pada batang.
(c)Energi regangan U3 pada batang ketiga dengan menggunakan Persamaan
(2-34) kita dapatkan

i 3 U1

Ni2 Li P2 (LI5) + P2 (14L/15) 3P2 L =


U3 = i=l 2E ; A = 2EA 2£(4A)= 20EA 10
i

Sekarang energi regangan berkurang sampai menj adi 30% energi regangan batang
pertama.
Catatan: Dengan membandingkan hasil-hasil ini, kita lihat bahwa energi
regangan berkurang apabila sebagian dari batang dengan luas yang lebih besar
bertambah. Sejum1ah kerja yang sama yang diberikan pada ketiga batang akan
menghasilkan tegangan yang terbesar pada batang yang ketiga karena batang ketiga
mempunyai kapasitas serap energi yang paling sedikit. Jika daerah yang mempunyai
diameter d lebih kecil lagi, maka kapasitas serap energinya akan lebih berkurang
lagi. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa dibutuhkan sedikit kerja untuk
menghasilkan tegangan tarik besar di suatu batang dengan takikan, dan semakin
sempit takikan, semakin parah pula kondisinya. Apabila bebannya adalah dinamik
dan kemampuan untuk menyerap energi merupakan ha! penting, maka adanya
takikan akan sangat merusak.
Dalam ha! beban statik, tegangan maksimum akan lebih penting dibandingkan
dengan kemampuan untuk menyerap energi. Dalam contoh ini, ketiga batang
mempunyai tegangan maksimum PIA (asalkan konsentrasi tegangan dapat diredam),
sehingga ketiga batang mempunyai kapasitas pikul beban apabila beban diterapkan
secara statis.

siklus tekanan rendah dan tinggi di ruang, pada akhimya baut dapat putus.
1 08 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Untuk mengurangi kemungkinan baut gaga!, perencana menyarankan dua


kemungkinan modifikasi: (a) Dengan menggunakan mesin, perkecil ukuran diam-
eter tangkai baut hingga sama dengan diameter bagian berulir dr, seperti terlihat
dalam Gambar 2-46a. (b) Gantilah setiap pasang baut dengan satu baut panjang,
seperti terlihat dalam Gambar 2-46b. Baut yang panjang adalah sama dengan baut
semula (Gambar 2-45b) kecuali bahwa grip baut ini bertambah dengan jarak L =

13,5 in.
Bandingkan kapasitas penyerapan-energi ketiga konfigurasi baut: (I) baut
semula, (2) baut dengan diameter tangkai yang direduksi, (3) baut panjang.
(Asumsikan perilaku elastis linier dan abaikan pengaruh konsentrasi tegangan.)

Silin der
\

Ruang Piston

Gambar 2-45 Contoh 2- 13. (a)


Silinder dengan piston dan baut (a) (b)
penjepit, dan (b) Detail satu baut

Ga m ba r 2-46 Contoh 2- 1 3 .
Modifikasi yang disarankan untuk
baut: (a) Baut dengan diameter yang
direduksi, dan (b) baut dengan
panjang yang ditambah (a) (b)

Solusi
(1) Baut semula. Baut semula dapat diidealisasikan sebagai batang yang alas
dua segmcn (Gambar 2-45b). Segmen kiri mempunyai panjang g - t diameter d,
terdiri
dan segmcn kanan mempunyai panjang t dan diameter dr. Energi regangan satu baut
yang mengalami beban tarik P dapat diperoleh dengan
menjumlahkan energi regangan kedua segmen (Persamaan 2-34):

" N;2 L;
, 2
_ _ P" (g - t) P t
ul - - + - (d)
2E;A; 2 EA5 2 EAr
i=l

di mana As adalah luas penampang tangkai baut, dan Ar adalah luas penampang
baut di akar uliran; jadi,
Mekanika Bahan 1 09

Jrd 2
A = -
s
A' = Jrd ; (e)
4 4
Dengan memasukkan rumus ini ke dalam Persamaan (d), kita dapatkan rumus
berikut untuk energi regangan satu dari empat baut semula:

2P 2 (g - t J + -
-
2 t
2P
- 2 (f)
I 7rEd i!Ed;
(2) Baut dengan diameter tangkai mng tereduksi. B aut ini dapat
diidealisasikan sebagai batang prismatis dengan panjang g dan diameter dr (Gambar 2-
46a). Dengan demikian, energi regangan satu baut (!ihat Gambar 2-3 1 a) adalah
- p2g :
2P g
V2 - -
2EA, nEd;

Rasio energi regangan untuk kasus (1) dan (2) adalah

Vz = gd2
(h)
VI (g - t)d; + td 2
atau, dengan memasukkan harga-harga numerik.
VI (1 ,50 in. - 0,25 in.)(0,406 in.) 2 + (0.25
2 in. )(0.500 in. \2
V2 (1 ,50 in.)(0,500 in.) I 40 ..
= =
·

Jadi, dengan menggunakan baut yang diameter tangkainya berkurang akan diperoleh
peningkatan 40% pada energi regangan yang dapat diserap oleh baut. Jika
diimplementasikan, skema ini dapat mengurangi banyaknya kegagalan yang disebabkan
oleh beban kejut.
(3) Baut panjang. Perhitungan untuk baut panjang (Gambar 2-46b) sama
dengan untuk baut semula, tetapi grip g diganti dengan grip L. Dengan demikian,
energi regangan untuk baut panjang (bandingkan dengan Persamaan t) adalah

2 P2 (L - t) + 2 P2 t
v3 = - (i )
nEd2 nEd;
Karena satu baut panjang menggantikan dua baut semula, maka kita harus
membandingkan energi regangan dengan mengambil rasio V3 terhadap 2V1, sebagai
berikut
2
.!:!.J. (L - t)d; + td 2
=

2V1 2(g - t)d; + 2td


Dengan memasukkan harga-harga numerik maka

v3 (1 3,5 in. - 0,25 in.)(0,406 in.)2 + (0,25 in.)(0,500 in.)2


= 4,1 8 ..
2 VI = 0,25 in.)(0,406 in l
2
2(0,25 in.)(0,500 in.)2 ( 1 ,50 in. -
+
Jadi, penggunaan baut panjang akan meningkatkan kapasitas serap energi sebesar
31 8% dan mendapatkan faktor keamanan yang lebih besar dari tinjauan energi
regangan.
Catatan: Dalam mendesain baut, perencana harus meninjau tegangan tarik
maksimum, tegangan tumpu maksimum, konsentrasi tegangan, dan ha1-hal lainnya.

ditambah beban P di ujung bawah. (Asumsikan peri1aku elastis 1inier.)


1 1 0 Bab 2 E/emen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Solusi

(a) Energi regangan akibat berat sendiri batang (Gambar 2-47a). Batang ini
T
I
X
tI T X
mengalami gaya aksial yang bervariasi, di ujung bawah adalah no! dan di ujung
atas adalah maksimum. Untuk menentukan besarnya gaya aksial, kita tinjau elemen

I yang panjangnya dx (ditunjukkan dengan digelapkan pada gambar) pada jarak x

l L dari ujung atas. Gaya aksial internal N(x) yang bekerja pada elemen ini sama
dengan berat batang di bawah elemen
-dx N(x) = yA(L - x) (k)

di mana yadalah berat jenis bahan dan A adalah luas penampang batang. Dengan
memasukkan Persamaan (2-35) dan mengintegrasinya, maka energi-regangan to-
(a) (b) tal adalah

Gambar 2-47 Contoh 2-14. (a) U =fL


[N(x)]2 dx
=
[ yA( L - x)]2 dx
=
y2 AL3
(2-40) •
Batang tergantung yang memikul o 2EA(x) 2EA 6£
berat sendiri. dan (b) batang ter-
Hasil yang sama dapat diperoleh dari rapat energi-regangan. Di sembarang
gantung yang memikul berat sendiri
dan beban tambahan P jarak x dari tumpuan, tegangannya adalah

N(x)
er = = y(L - x) (l)
A
sehingga energi regangan (Persamaan 2-38a) adalah
az
u = -
=
yz(L _ x)z (m)
2£ 2E
Energi regangan total dapat diperoleh dengan mengintegrasi u di seluruh volume
batang

= L y 2 A(L - xf dx yzAL3
U = fu dV = f L u(A dx ) l (n)
0 0 2£ 6E
yang cocok dengan Persamaan (2-40).
(b) Energi regangan akibat berat batang ditambah beban P (Gambar 2-
47b). Dalam kasus ini gaya aksial N(x) yang bekerja pada elemen adalah

N(x) = yA(L - x) + P (o)

(bandingkan dengan Persamaan k). Dari Persamaan (2-35) kita dapatkan

U =
x) + P]2 dx
2EA
=
y2AIJ
6E
J PL2
2E
+ P2 L
2 EA
(2_41) •

Catatan: Suku pertama dalam rumus ini sama dengan energi regangan pada
batang yang tergantung dan dibebani berat sendiri saja (Persamaan 2-40), dan
suku terakhir sama dengan energi regangan suatu batang yang hanya mengalami
gaya aksial P (Persamaan 2-3 la). Namun, suku yang tengah mengandung y dan
P, yang menunjukkan bahwa energi tersebut bergantung pada berat batang dan
besamya beban yang bekerja. Jadi, contoh ini menggambarkan bahwa energi
regangan suatu batang yang mengalami dua beban tidak sama dengan jumlah
energi regangan yang diperoleh dari masing-masing beban yang bekerja secara
terpisah.

• Contoh 2-1 5

Tentukan peralihan vertikal 88 di joint B dari rangka batang yang terlihat dalam
Gambar 2-48. Perhatikan bahwa beban yang bekerja pada rangka batang hanyalah
rangka batang dengan beban vertikal P di joint B. Asumsikan bahwa kedua batang
dari rangka batang ini mempunyai rigiditas aksial EA yang sama.
Mekanika Bahan 111

Gambar 2·48 Contoh 2- 15.


Peralihan rangka batang yang me-
mikul beban tunggal P

Solusi
Karena hanya ada satu beban yang beketja pada rangka batang
ini, maka kita dapat mencari peralihan yang berkaitan dengan
beban tersebut dengan menyamakan ketja yang dilakukan beban
tersebut dengan energi regangan pada batang-batang. Namun,
untuk mendapatkan energi regangan kita harus mengetahui
gaya-gaya pada batang (lihat Persamaan 2-31 a).
Dari keseimbangan gaya yang beketja pada joint B kita lihat
bahwa gaya aksial F di masing-masing batang adalah

F =

2 cos f3 (p)

Juga, dari geometri rangka batang kita lihat bahwa panjang setiap
L1 =
batang adalah H!cos {3, di mana H adalah tinggi rangka
batang dan f3 adalah sudut yang
ditunjukkan dalam
gambar.
Sekarang kita dapat memperoleh energi regangan kedua
batang:
p2 H
=
U
=

(q)
2EA 4EA cos3 f3

Ketja yang dilakukan beban P adalah

W =
PoB
2
di mana oB adalah peralihan ke bawah joint B. Dengan menyamakan
U dan W dan menyelesaikan oB, kita dapatkan

(2-42) ..

Persamaan ini memberikan peralihan vertikaljoint B pada rangka


batang. Perhatikan bahwa kita memperoleh peralihan dengan
menggunakan keseimbangan dan energi regangan-kita tidak
menggunakan diagram peralihan di joint B.

*2.8 1
BEBAN KEJUT

Beban dapat dikelompokkan sebagai statik atau dinamik bergantung pada


apakah beban itu tetap konstan atau bervariasi terhadap waktu. Beban
statik diterapkan perlahan-lahan
sedemikian hingga tidak
menyebabkan efek dinamik atau
getaran pada struktur. Beban
bertarnbah perlahan-lahan dari nol
hingga mencapai harga
maksimurnya, sehingga tetap
konstan. Beban dinamik
dapat mempunyai berbagai
bentuk-beberapa beban diterapkan
dan dihilangkan secara tiba-tiba
(beban kejut), ada pula yang
berjangka waktu lama dan
berubah-ubah secara kontinu
terhadap waktu (beban yang
berfiuktuasi). Beban kejut
dihasilkan apabila dua benda
bertumbukan atau apabila benda
jatuh dan mengenai suatu struktur.
Beban
112 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Gambar 2-49 Beban kejut pada


batang prismatis AB ak:ibatjatuhnya
benda dengan massa M (a)

yang berfluktuasi dihasilkan oleh mesin yang berputar, lalu lintas, angin,
gelombang air, gempa bumi, dan proses pembuatan di pabrik.
Sebagai contoh bagaimana suatu struktur merespon beban dinamik,
kita akan membahas kejut yang terjadi akibat jatuhnya benda ke suatu
batang prismatis (Gambar 2-49). Sebuah massa M, yang mula-mula dalam
keadaan diam, jatuh dari tinggi h ke sayap di ujung bawah batang AB.
Apabila massa tersebut menumbuk sayap, maka batang akan mulai
memanjang, sehingga menimbulkan tegangan dan regangan aksial di
batang. Pacta selang waktu yang sangat singkat, mungkin hanya beberapa
milidetik, sayap akan bergerak ke bawah dan mencapai posisi peralihan
maksimum. Dengan demikian, batang akan memendek, lalu memanjang,
lalu memendek lagi yang berarti batang bergetar secara longitudinal dan
ujung batang bergerak ke atas dan bawah. Getaran ini analog dengan yang
terjadi apabila suatu pegas ditarik dan kemudian dilepaskan. Getaran batang
akan berhenti karena efek redaman, dan batang akan diam dengan massa
M akan terletak pacta sayap.
Respons suatu batang terhadap massa yang jatuh tentu saja sangat
rumit, dan analisis lengkap dan akurat membutuhkan penggunaan teknik
matematika lanjut. Sekalipun demikian, kita dapat membuat analisis pen-
dekatan dengan menggunakan konsep energi regangan. (Subbab 2.7) dan
membuat beberapa asumsi yang menyederhanakan.
Kita mulai dengan meninjau energi suatu sistem sesaat sebelum massa
dilepaskan (Gambar 2-49a). Energi potensial massa terhadap elevasi sayap
adalah Mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi.* Energi potensial ini
dikonversikan menjadi energi kinetik pacta saat massa jatuh. Pacta saat
massa menumbuk sayap, energi potensialnya terhadap elevasi sayap adalah
nol dan energi kinetiknya adalah Mv2!2 di mana v = adalah
**
kecepatannya. Setelah tumbukan terj adi, energi kinetik massa di-
transformasikan menjadi energi regangan batang yang meregang. Sebagian
energi terdisipasi menjadi panas atau menjadi deformasi plastis yang
terlokalisasi pacta massa dan sayap. Sebagian kecil masih sebagai energi
kinetik dari massa, yang mungkin bergerak ke bawah lebih jauh lagi
(selama masih kontak dengan sayap) atau memantul ke atas.

* Dalam satuan SI, percepatan gravitasi g 9,81


= rn!detik2; dalam satuan USCS, g 32,2=ft/detik2.
Untuk harga yang lebih akurat atau untuk pembahasan tentang massa dan berat, lihat Lampiran A.
** Dalam dunia teknik, kecepatan biasanya dipandang sebagai besaran vektor. Namun, karena energi
kinetik merupakan besaran skalar, maka k:ita akan menggunakan sebutan "kecepatan" yang berarti
besarnya kecepatan atau kelajuan.
Mekanika Bahan 113

Untuk membuat analisis yang disederhanakan dari situasi yang


sebenamya rurnit, kita akan mengidealisasikan perilaku ini dengan membuat
asumsi-asumsi sebagai berikut. Pertama, kita asumsikan bahwa massa dan
sayap mempunyai konstruksi sedemikian hingga massa "menempel" ke
sayap dan bergerak ke bawah bersama-sama (dengan perkataan lain, massa
tidak memantul). Perilaku ini lebih mungkin terjadi apabila massa tersebut
jauh lebih besar dibandingkan massa batang. Kedua, kita abaikan semua
energi yang hilang dan asumsikan bahwa energi kinetik dari massa yang
jatuh berubah seluruhnya menjadi energi regangan batang. Asumsi ini
konservatif dalam arti bahwa ini akan memprediksi tegangan yang lebih
besar di batang dibandingkan dengan yang diprediksi apabila kita
memperhitungkan kehilangan energi. Ketiga. kita abaikan semua perubahan
energi potensial pada batang itu sendiri (akibat gerakan vertikal elemen
batang), dan kita abaikan adanya energi regangan di batang akibat berat
sendirinya. Kedua efek ini sangat kecil. Keempat. kita asumsikan bahwa
tegangan di batang tetap berada dalam daerah elastis linier. Akhimya, kita
anggap bahwa distribusi tegangan di seluruh batang sama dengan apabila
batang tersebut dibebani secara statis oleh gaya di ujung bawah, artinya
tegangan terbagi rata di seluruh volume batang. Kondisi ini hanya
merupakan pendekatan karena dalam kenyataannya gelombang tegangan
longitudinal akan menjalar melalui batang, sehingga menyebabkan variasi
dalam distribusi tegangan.
Berdasarkan atas asumsi-asumsi di atas. kita dapat menghitung
perpanjangan maksimum dan tegangan tarik maksimum yang dihasilkan
oleh beban kejut. (lngat bahwa kita mengabaikan berat sendiri batang dan
mencari tegangan akibat massa yang jatuh saja.)

• Perpanjangan Maksimum pada Batang

Perpanjangan maksimum 8maks (Gambar 2-49b) dapat diperoleh dari prinsip


konservasi energi dengan menyamakan energi potensial yang hilang pada
saat jatuhnya massa dengan energi regangan yang timbul di batang. Energi
potensial yang hilang adalah W(h + 8maks), di mana W = Mg adalah berat
massa dan (h + 8maks) adalah jarak yang dilalui pada saat massa tersebut
bergerak. Energi regangan batang adalah EA&maks/2L, di mana EA adalah
rigiditas
Jadi, kita aksial, dan L persamaan
mendapatkan adalah panjang batang (lihat Persamaan 2-3 1b).
berikut:

EA8�aks
W(h + 8maks ) = (2-43)
2L
Persamaan ini adalah kuadratik dalam 8maks dan dapat dipecahkan untuk

](
mencari akar positif yaitu

8maks =
WL
EA
+
[( EA
)
WL 2 + 2h
WL
EA
1 12

(2-44)

Catat bahwa perpanjangan maksimum batang bertambah jika berat massa

)
atau tinggi jatuh bertambah. Perpanjangan akan hilang jika kekakuan EA/
L bertambah.
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana
dengan menggunakan notasi

(2-45)
11 4 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

di mana 851 adalah perpanjangan batang akibat berat benda yang jatuh
pada kondisi pembebanan statik. Persamaan (2-44) menjadi

(2-46)

Dari persamaan ini kita lihat bahwa perpanjangan batang akibat beban
kejut jauh lebih besar daripada jika beban yang sama diterapkan secara
statik. Sebagai contoh, rnisalkan bahwa tinggi h adalah 40 kali peralihan
statik 851; perpanjangan maksimum akan menjadi 10 kali perpanjangan
statik.
Apabila tinggi h besar dibandingkan dengan perpanjangan statik, maka
kita dapat mengabaikan suku pertama dan kedua pada bagian kanan
Persamaan (2-46) dan mendapatkan

8maks = '\i2h8st

= (2-47)
EA
di mana M =Wig dan v = 2gh -, adalah kecepatan massa yang jatuh
apabila massa tersebut menumbuk sayap. Persamaan ini dapat pula
diperoleh secara langsung dari Persamaan (2-43) dengan mengabaikan
8maks di bagian kanan persamaan dan mencari 8maks· Dengan diabaikannya
suku-suku tsb, maka harga 8maks yang dihitung dari Persamaan (2-47)
selalu lebih kecil daripada yang dihitung dari Persamaan (2-46).

• Tegangan Maksimum di Batang

Tegangan maksimum dapat dihitung dengan mudah dari perpanjangan


maksimum karena kita menganggap bahwa distribusi tegangan terbagi
merata di seluruh panjang batang. Dari persamaan umum 8 = PUEA =
aUE, kita ketahui bahwa

(Jmaks = (2-48)

Dengan memasukkan Persamaan (2-44), kita peroleh persamaan berikut

]
untuk tegangan tarik maksimum:

W W 2 ( )
112

[
2WhE
maks = A +
a + (2-49)
Dengan menggunakan notasi
A AL

w Mg £851
(Jst = A = -
A
=
L
- (2-50)

di mana CJ51 adalah tegangan apabila beban bekerj a secara statik, maka
kita dapat menulis Persamaan (2-49) dalam bentuk

(Jmaks = (J st +
2 2hE
s t+ L (Jst
)
"2
(2-5 1)

Persamaan ini analog dengan Persamaan (2-46) dan sekali lagi


menunjukkan bahwa beban kejut menghasilkan efek yang lebih besar
daripada apabila beban yang sama diterapkan secara statik.
Dengan meninjau kasus di mana tinggi h adalah besar dibandingkan
dengan perpanjangan batang (bandingkan dengan Persamaan 2-47), kita
peroleh
Mekanika Bahan 115

(j maks -
(2_52)

Dari hasil ini kita lihat bahwa peningkatan energi kinetik Mv212 pada
massa yang jatuh akan memperbesar tegangan, sedangkan pertambahan
volume AL pada batang akan mengurangi tegangan. Situasi ini berbeda
dengan tarik statik batang, di mana tegangan tidak bergantung pada panjang
L dan modulus elastisitas E.
Persamaan-persamaan di atas untuk perpanjangan maksimum dan
tegangan maksimum berlaku hanya pada saat sayap batang ada di posisi
terbawah. Sesudah perpanjangan maksimum tercapai di batang, batang
akan bergetar secara aksial sampai menjadi diam pada perpanjangan statik.
Sejak itu, perpanjangan dan tegangan mempunyai harga yang diberikan
dengan Persamaan (2-45) dan (2-50).

• Faktor Kejut
Rasio respons dinamik suatu struktur terhadap respons statik ( untuk beban
yang sama) disebut faktor kejut. Sebagai contoh. faktor kejut untuk
perpanjangan batang dalam Gambar 2-49 adalah rasio antara perpanjangan
maksimum (Persamaan 2-44, 2-46, atau 2-47) terhadap perpanjangan statik
(Persamaan 2-45):
8maks
Faktor kejut
=
8,1
Faktor ini menunjukkan berapa kali perpanj angan statik diperbesar akibat
efek dinamik suatu kejut.
Persamaan yang analog dengan Persamaan (2-53) dapat ditulis untuk
faktor kejut lain, misalya faktor kejut untuk tegangan di batang (rasio
O'maks terhadap 0'81). Apabila suatu massa j atuh melalui tinggi yang sangat
besar, maka faktor kejut dapat sangat besar, misalnya 100 atau lebih.

• Beban yang Diterapkan secara Tiba-tiba

Suatu kasus khusus dari kejut terjadi apabila suatu beban diterapkan tiba-
tiba dengan kecepatan awal. Untuk menjelaskan jenis pembebanan seperti
ini, tinj au lagi batang prismatis vertikal yang terlihat dalam Gambar 2-49
dan asumsikan bahwa massa yang menggelincir direndahkan perlahan-
lahan sampai menyentuh sayap. Selanjutnya massa secara tiba-tiba
dilepaskan. Meskipun dalam hal ini tidak ada energi kinetik pada awal
ekstensi batang, perilaku ini berbeda dengan beban statik pada batang.
Pada kondisi beban statik, beban dilepas perlahan-lahan dan keseimbangan
selalu ada antara beban yang diterapkan dan gaya tahanan di batang.
Namun, tinjaulah apa yang terjadi apabila massa dilepaskan tiba-tiba
dari titik kontaknya dengan flens. Mula-mula perpanjangan batang dan
tegangan di batang adalah nol, tetapi massa bergerak ke bawah akibat aksi
dari berat sendiri. Selama gerakan ini, batang memanjang dan gaya
tahanannya secara bertingkat bertambah. Gerakan ini terus terjadi sampai
pada saat gaya tahanan tepat sama dengan W, berat massa. Pada saat itu
perpanjangan batang adalah 8sr Namun, massa sekarang mempunyai energi
kinetik, yang diperoleh selama bergerak ke bawah sejauh 081• Dengan
dernikian, massa terus bergerak ke bawah sampai kecepatannya dinolkan
116 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

oleh gaya tahanan di batang. Perpanjangan maksimum untuk kondisi ini


diperoleh dari Persamaan (2-46) dengan menetapkan h sama dengan nol;
jadi,
(2-54)
Dari persamaan ini kita lihat bahwa beban yang diterapkan tiba-tiba
menyebabkan perpanjangan dua kali lebih besar dibandingkan perpanjangan
yang disebabkan oleh beban yang sama yang diterapkan secara statik.
Jadi, faktor kejut adalah 2.
Sesudah perpanjangan maksimum 2 051 dicapai, ujung batang akan
bergerak ke atas dan memulai serangkaian getaran ke atas dan ke bawah,
akhimya berhenti pada *
kondisi perpanjangan statik yang dihasilkan oleh
berat sendiri massa.

• Kehi langan Energi dan Efek lnelastis

Analisis di atas didasarkan atas asumsi bahwa tidak ada energi yang hilang
selama kejut. Nyatanya, kehilangan energi selalu terjadi selama kejut,
dengan sebagian besar didisipasikan dalam bentuk panas dan deformasi
lokal bahan. Karena kehilangan ini, energi kinetik suatu sistem sesaat
sesudah suatu kejut lebih kecil daripada sebelum kejut. Akibatnya, lebih
sedikit energi yang dikonversikan menjadi energi regangan batang
dibandingkan yang kita asumsikan sebelum ini. Karena itu, peralihan aktual
di ujung batang dalam Gambar 2-49 lebih kecil daripada yang diprediksi
dengan analisis sederhana yang kita lakukan.
Kita juga telah berasumsi bahwa tegangan di batang tetap berada
dalam limit proporsional. Jika tegangan maksimum melebihi limit ini,
maka analisis menjadi lebih rumit karena perpanjangan batang tidak lagi
proporsional dengan gaya aksial. Faktor-faktor lain yang perlu ditinjau
adalah efek-efek gelombang tegangan, redaman, dan ketidaksempumaan
pada permukaan kontak. Dengan demikian, kita tidak boleh lupa bahwa
semua rumus di dalam subbab ini didasarkan atas kondisi yang sangat
diidealisasikan dan hanya memberikan pendekatan kasar mengenai kondisi
yang sebenamya (biasanya agak mengabaikan perpanjangan).
Bahan yang menunjukkan keuletan besar selewat limit proporsional
biasanya memberikan tahanan jauh lebih besar terhadap beban kejut
dibandingkan dengan bahan getas. Juga, batang dengan takikan, lubang,
dan bentuk-bentuk konsentrasi tegangan lainnya (lihat Subbab 2.9 dan
2.1 0) sangat lemah terhadap kejut-sedikit kejut saja dapat menyebabkan
fraktur, meskipun bahan itu sendiri ulet pada pembebanan statik.

• Contoh-contoh
Perhitungan perpanjangan maksimum dan tegangan maksimum yang
disebabkan oleh beban kejut pada batang vertikal digambarkan dalam
Contoh 2-16. Contoh-contoh lainnya (Contoh 2- 17 dan 2- 1 8) meng-
gambarkan bagaimana prinsip konservasi energi dapat digunakan dalam
analisis jenis lain masalah kejut. Ketiga contoh itu, ditambah soal-soal di
akhir bab ini, didasarkan atas asumsi-asumsi dan idealisasi yang telah
disebutkan sebelum ini.

*Persamaan (2-54) pertama kali didapati oleh matematikawan dan ilmuwan Perancis J.V. Poncelet
(1788-1 867); lihar Ref. 2-9.
Mekanika Bahan 117

• Contoh 2-1 6
Sebuah batang baja prismatis (E = 210 GPa) yang panjangnya = 2,0 m dan L
diametemya d = 15 mm tergantung secara vertikal pada tumpuan di ujung atasnya
(Gambar 2-50). Sebuah benda dengan massa M = 20 kg jatuh dari ketinggian h
= ! 50 mm ke sayap di ujung bawah batang tanpa memantul kembali. (a) Hitunglah
perpanjangan maksimum batang akibat kejut dan tentukan faktor kejutnya. (b)
Hitunglah tegangan tarik maksimum dan faktor kejutnya.

mm
Solusi
Karena susunan batang dan benda yang jatuh dalarn contoh ini sesuai dengan
d= 15
Gambar 2-49, kita dapat menggunakan persamaan yang telah diturunkan sebelum
ini (Persamaan 2-43 sampai 2-52).
I
I
(a) Perpanjangan maksimum. Perpanjangan yang dihasilkan oleh jatuhnya
L = 2,0 m benda dapat ditentukan secara 1angsung dari Persarnaan (2 -46). Langkah pertama
M= 20 kg adalah menentukan perpanjangan statik pada batang akibat berat benda. Karena
--r
h=
II berat benda adalah Mg, maka kita hitung sebagai berikut:

st
EA EA (210 GPa)(n/4 )t l5 mmr

Gambar 2-50 Contoh 2- 16. Perpanjangan dimasukkan ke dalam Persamaan (2-46) untuk mendapatkan
O ak =

m s 8,t + (OZ,t + 2h8,/12


2 + (1 0 mm)(0,0106 )]1 1
=
Beban kejut pada batang vertikal perpanjangan maksimum
mm 2
0,0106 mm + [(0,01 06 mm) 25
= 1,79 mm ..
Karena tinggi jatuh sangat besar dibandingkan perpanjangan statik, maka kita
memperoleh hasil yang hampir sama dengan menghitung perpanjangan maksimum
dari Persamaan (2-47):
8maks ..
= = [2( 1 50 mm)(0,0106 mm)] 1 12 1 ,78 mm
Faktor kejut sama dengan rasio perpanjangan maksimum terhadap perpanjangan
=

statik:

8maks 1,79 mm
Faktor kejut = = 169 ..
8,t 0,01 06 mm

Hasil ini menunjukkan bahwa efek dari beban yang dikerjakan secara dinamik
dapat sangat besar dibandingkan dengan efek beban yang sama yang diterapkan
secara statik.
(b) Tegangan tarik maksimum. Tegangan maksimum yang dihasilkan oleh
jatuhnya benda diperoleh dari Persamaan (2-48) sebagai berikut:

maks ..
L 2,0 mm

Tegangan ini dapat dibandingkan dengan tegangan statik, yaitu

A A (n/4) (15 mm) 2

a =
Rasio maks terhadap a,1 adalah 188/1 ,1 1 1 69, yang merupakan faktor kejut yang
sama dengan untuk perpanjangan. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan karena
tegangan sebanding langsung dengan perpanjangannya (lihat Persamaan 2-48 dan
2-50).
11 8 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

• Contoh 2-1 7
Batang horizontal AB yang panjangnya L ditumbuk di ujung bebasnya oleh blok
berat yang massanya M yang bergerak dalam arah horizontal dengan kecepatan v
(Gambar 2-5 1). (a) Tentukan perpendekan maksimum 8maks pada batang akibat
kejut dan tentukan faktor kejutnya. (b) Tentukan tegangan tekan maksimum O"maks
dan faktor kejutnya. (Misalkan EA menunjukkan rigiditas aksial batang tersebut.)

Solusi
Pembebanan di batang pada contoh ini berbeda dengan beban pada Gambar 2-49
dan 2-50. Dengan demikian, kita harus membuat analisis barn yang didasarkan
atas konservasi energi.
(a) Perpendekan maksimum batang. Untuk analisis ini kita menggunakan
asumsi yang sama seperti yang telah disebutkan sebelum ini. Jadi, k.ita mengabaikan
Gambar 2-51 Contoh 2- 17. semua kehilangan energi dan berasumsi bahwa energi kinetik blok yang bergerak
Beban kejut pada batang horizontal diubah seluruhnya menjadi energi regangan batang.
2
Energi kinetik blok pada saat tumbukan terjadi adalah Mv /2. Energi regangan
batang pada saat blok mencapai perpendekan maksimum adalah EA52makJ2L,
sebagaimana diberikan oleh Persamaan (2-31 b). Dengan demikian, kita dapat
menulis persamaan berikut untuk konservasi energi:

Dengan demik.ian 8maks adalah

(2-56) ..

Persamaan ini sama dengan Persamaan (2-47), yang telah kita antisipasi
sebelumnya.
Untuk mendapatkan faktor kejut, kita harus mengetahui peralihan statik ujung
batang. Dalam hal ini peralihan statik adalah perpendekan batang akibat berat
blok yang diterapkan sebagai beban tekan di batang

WL = MgL
8'' =
EA EA
Jadi, faktor kejut adalah

8maks EAv2
Faktor kejut = = (2-58) ..
8,, Mg2L

Dalam situasi realistis, harga yang ditentukan dari persamaan ini mungkin jauh
lebih besar daripada l.
(b) Tegangan tekan maksimum di batang. Tegangan maksimum di batang
diperoleh dari perpendekan maksimum dengan menggunakan persamaan

E8maks = E
u maks = L L EA = AL (2-59) ..

yang sama dengan Persamaan (2-52).


,, di batang sama dengan W/A atau Mg/A, yang (dengan
Tegangan statik u
kombinasi Persamaan 2-59) dapat menghasilkan faktor kejut yang sama dengan
sebelumnya (Persamaan 2-58).
Mekanika Bahan 119

• Contoh 2-1 8
Sebuah elevator yang beratnya W dipikul oleh kabel yang tergulung pacta drum
yang berputar (Gambar 2-52). Elevator dan kabel bergerak ke bawah dengan
kecepatan konstan v. Berapakah tegangan tarik maksimum yang dihasilkan di
kabel apabila drum tiba-tiba terkunci? (Misalkan EA adalah rigiditas aksial kabel
dan L adalah panjang kabel yang diekspos pacta saat drum terkunci.)

Solusi
untuk kabel Analisis kabel dan elevator sangat berbeda dengan semua analisis yang disebutkan
di atas karena kita tidak dapat secara benar mengasumsikan bahwa kabel tidak
bertegangan sebelum drum terkunci. Dalam pembahasan serta contoh-contoh
sebelum ini, kita berasumsi bahwa batang-batang tidak bertegangan karena batang-
batang tersebut belum terkena gaya yang berasal dari benda yang akan
menumbuknya. Dengan demikian, batang-batang belum mempunyai energi
regangan sebelum kejut terjadi. Sebaliknya, karena kabel dalam contoh ini memikul
berat elevator, maka sejumlah besar energi telah ada sebelum drum dibebani.
Dengan demikian, kita hams menulis persamaan untuk konservasi energi yang
cocok dengan kondisi baru ini.
Seperti dalam analisis sebelum ini, kita akan konserYatif apabila kita berasumsi
bahwa tidak ada kehilangan energi pada saat drum terkunci. Karena itu energi
total sistem (yang terdiri atas energi kinetik, potensial. dan regangan), sesaat
sebelum terkunci harus sama dengan energi total pacta saat elevator berada dalam
keadaan diam.
Energi total suatu sistem sesaat sebelum drum terkunci.
(a) Energi kinetik. Sebelum terkunci, energi kinetik elevator yang bergerak
adalah
Gambar 2-52 Contoh 2- 18. El-
evator yang tiba-tiba berhenti Wv 2
K.E. = (a)

Kita akan mengabaikan energi kinetik kabel dan drum yang berputar karena jauh
lebih kecil daripada energi kinetik elevator.
(b) Energi potensial. Energi potensial elevator akan ditentukan terhadap posisi
terendahnya (artinya, posisi elevator apabila kabel mencapai perpanjangan terbesar).
Misalkan 81 adalah jarak tempuh elevator ke bawah sesudah drum terkunci. Jarak
ini tidak sama dengan perpanjangan maksimum kabel karena kabel telah mempunyai
perpanjangan statik 8" akibat berat elevator:
WL
8 "= (2-60)
EA
Perpanjangan maksimum 8maks kabel adalah 8,1 ditambah 81 sehingga perpanjangan
tambahan 81 akibat terkunci adalah 8maks - 8,1. Perpanj angan ini sama dengan
peralihan ke bawah �elevator sesudah drum mengunci. Akibatnya, energi potensial
elevator sebelum terkunci adalah
(b)
Untuk memudahkan analisis, kita akan mengabaikan energi potensial kabel karena
jauh lebih kecil dibandingkan energi potensial elevator.
(c) Energi regangan. Energi regangan kabel sebelum terkunci (dari Persamaan
2-3 l b) adalah

EA8;;
S.E. = (c)
2L
(d) Energi total. Dengan menggabungkan rumus (a), (b), dan (c), kita dapatkan
energi total sistem sebelum terkunci:

lg
Wv 2 + W(8maks - 8,, ) + EA8,� (d)
2L
di mana 8,, diberikan oleh Persamaan (2-60).
1 20 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Energi total sistem pada saat kabel mempun ai perpanjangan maksimum.


Sesudah drum terkunci, kabel memanjang, dan mencapai perpanj angan
maksimum 8maks· Pada saat itu, elevator tidak mempunyai energi kinetik karena
kecepatannya no!. Energi potensialnya juga no! karena elevator ada di posisi
terendah (peralihan ke bawah sama dengan q).Jadi yang perlu dihitung hanyalah
energi regangan kabel. Karena kabel mempunyai perpanjangan maksimum, maka
energi regangannya adalah
EA 8 !ah
S.E. = (e)
2L
Besaran ini menunjukkan energi regangan sistem sesudah kabel terkunci dan el-
evator ada di titik terendah.
Konservasi energi. Dengan menggunakan prinsip konservasi energi dan
menyamakan energi total sebelum dan sesudah penguncian drum (rumus d dan e),
kita dapatkan
EA8 !aks
2L (2-61)

Persamaan ini dapat dipecahkan untuk mendapatkan perpanjangan maksimum 8maks


pada kabel
bahwa W =dengan caraKemudian
berikut. Mula-mula, kita perhatikan
kita masukkan dari W
rumus untuk ke dalam(2-60)
Persamaan suku
EA8jL.
kedua dari Persamaan (2-61) dan menyusunnya sehingga
_ 8 ) EA (8 z
Wv 2 EA8,1 maks st = maks - 8 szt )
+
(8
2g [ 2[
atau
Wv2 = EA 8
2g
maks - 8st )2

Selanjutnya kita pecahkan persamaan ini untuk mendapatkan perpanjangan


maksimum kabel:

(2-62)

Akhimya, kita dapatkan tegangan tarik maksimum di kabel

a akms .
=
E8maks
L
=
W
A
1 ( + = a (
"
1 +
(2-63) ..

di mana ast = WIA.


Faktor kejut, yang merupakan suku dalam kurung dalam Persamaan (2-62)
dan (2-63) mungkin jauh lebih besar daripada satu, yang menunjukkan bahwa
perpanjangan dinamik dan tegangan dinamik di kabel dapat jauh lebih besar
daripada besaran statiknya.
Sebagai kasus khusus dari contoh ini, perhatikan bahwa jika kecepatan v=
0, maka faktor kejut adalah 1 dan Persamaan (2-62) dan (2-63) memberikan harga
statiknya.

1 BEBAN BERULANG DAN FATIK

Perilaku suatu struktur bergantung bukan hanya pada sifat bahan melainkan
juga pada karakter beban. Ada situasi di mana beban adalah statis-beban
dikerjakan secara perlahan-lahan, bekerja untuk jangka waktu lama, dan
berubah secara perlahan-lahan. Beban lain ada yang bersifat dinamis-
Mekanika Bahan 121

contohnya adalah beban kejut yang bekerja tiba-tiba (Subbab 2.8) dan
beban berulang yang terjadi sejurnlah besar siklus.
Pola khas beban berulang ditunjukkan dalarn Gambar 2-53. Garnbar
!
Waktu pertarna (a) menunjukkan beban yang diterapkan, dihilangkan, dan
(a) diterapkan lagi, selalu bekerja dalarn arah yang sarna. Gambar kedua (b)
menunjukkan beban berganti yang berubah arah setiap siklus pembebanan,
B
dan garnbar ketiga (c) menggambarkan beban berfluktuasi yang bervariasi
di sekitar harga rata-rata. Beban berulang biasanya berkaitan dengan mesin,
turbin, generator, propeler, bagian-bagian pesawat, bagian-bagian mobil,
(b) dan sebagainya. Beberapa jenis struktur ini mengalarnijutaan (atau bahkan
milyaran) siklus pembebanan selarna masa gunanya.
Suatu struktur yang mengalami beban dinarnik cenderung gagal pada
tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan beban yang sarna yang
diterapkan secara statik, khususnya bila beban berulang sebanyak sejumlah
besar siklus. Pada kasus seperti ini, kegagalan biasanya disebabkan oleh
(c) fatik atau fraktur progresif. Contoh terkenal kegagalan fatik adalah
peristiwa memberikan tegangan pada klip (penjepit kertas) logam hingga
Gambar 2·53 Jenis-jenis beban
mencapai titik putusnya dengan berulang kali melenturkannya bolak-balik.
berulang: (a) beban yang bekerja
pada satu arah saja, (b) beban ber- Sebetulnyaj ika klip dilenturkan hanya sekali, dia tidak akan putus. Tetapi
ganti atau berubah arah, dan (c) bila dia dilenturkan ke arah sebaliknya, dan jika keseluruhan siklus
beban berfluktuasi yang bervariasi pembebanan diulang beberapa kali, akhirnya klip akan putus.F atik dapat
di sekitar harga rata-rata didefinisikan sebagai rusaknya bahan akibat siklus tegangan dan regangan
yang berulangkali, yang menyebabkan terjadinya retak progresif dan pada
akhimya menghasilkan fraktur.
Pada kegagalan fatik yang khas, retak rnikroskopik terbentuk di titik
di mana ada tegangan tinggi (biasanya di pemusatan tegangan, yang
dibahas di subbab berikut) dan secara perlahan-lahan membesar karena
beban diberikan secara berulang-ulang. Apabila retak menjadi sedemikian
besar sehingga bahan yang tersisa tidak dapat menahan beban, maka fraktur
tiba-tiba pada bahan terjadi (Garnbar 2-54). Tergantung pada sifat bahan,
jumlah siklus untuk menghasilkan kegagalan fatik bisa bervariasi dari
hanya sedikit saja sarnpai ratusan juta siklus.

Gambar 2-54 Kegagalan fatik


suatu batang yang dibebani ber-
ulang secara tarik; retak menyebar
secara gradual di penampang
sampai fraktur teijadi tiba-tiba (Atas
izin MTS Systems
Corporation)
Sebagaimana telah disebutkan, besamya beban yang menyebabkan
kegagalan fatik lebih kecil daripada beban yang dapat ditahan secara statis.
Untuk menentukan beban gagal, pengujian bahan harus dilakukan. Dalarn
hal beban berulang, bahan diuji pada berbagai taraf tegangan dan banyaknya
siklus hingga gagal dihitul).g. Sebagai contoh, suatu benda uji dari suatu
bahan diletakkan pada mesin uji fatik dan dibebani berulang pada tegangan
tertentu, katakanlah Siklus
Oi pembebanan diteruskan sarnpai kegagalan
·
1 22 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Tegangan terjadi, dan banyak n siklus pembebanan hingga gagal dicatat. Pengujian ini
gaga!


c
diulang untuk tegangan yang berbeda, katakanlah a2 • Jika a2 lebih
r
besar daripada a1 , maka banyaknya siklus hingga gagal akan lebih kecil.
Jika a2 lebih kecil daripada ai' maka bilangan tersebut akan lebih besar.
t Akhirnya, data yang digunakan untuk memplot kurva ketahanan, atau
Limit fatik diagram S-N, di mana tegangan gagal (S) diplot versus banyaknya (N)
0 siklus hingga gagal (Gambar 2-55). Sumbu vertikal biasanya berskala
Banyaknyansiklus higga
gaga! linier dan sumbu horizontal biasanya merupakan skala logaritma.
Kurva ketahanan seperti terlihat dalam Gambar 2-55 menunjukkan
Gambar 2-55 Kurva ketahanan,
bahwa semakin kecil tegangan, semakin banyak siklus yang menyebabkan
atau diagram S-N, yang me-
nunjukkan limit fatik kegagalan. Untuk beberapa bahan, kurva tersebut mempunyai asimtot
horizontal sebagai limit fatik atau limit ketahanan. Apabila limit itu ada,
maka limit itu adalah batas: untuk tegangan yang lebih kecil daripada itu
kegagalan fatik tidak akan teljadi, tak peduli berapa kali beban berulang.
Bentuk yang tepat dari kurva ketahanan bergantung pacta banyak faktor,
termasuk besaran bahan, geometri benda uji, kecepatan pengujian, pola
pembebanan, dan kondisi permukaan benda uji. Banyak sekali basil
pengujian fatik, yang terbuat dari banyak sekali bahan dan komponen
struktural, telah dilaporkan dalam berbagai literatur teknik.
Diagram S-N yang khas untuk baja dan aluminium ditunjukkan dalam
Gambar 2-56. Ordinatnya adalah tegangan gagal, yang dinyatakan dalam
persentase tegangan ultimit untuk bahan dan absisnya adalah jumlah siklus
pada saat kegagalan terjadi. Perhatikan bahwa banyak siklus diplot pada
skala logaritma. Kurva untuk baja menjadi horizontal pada sekitar 1 07
siklus, dan limit fatis sekitar 50% dari tegangan tarik ultimate untuk
pembebanan statik biasa. Limit fatik untuk aluminium tidak secara jelas
terdefinisi tetapi harga yang khas untuk limit fatik adalah tegangan pacta
5 x 10 8 siklus, atau sekitar 25% dari tegangan ultimate.

Tegangan gaga!
(persen dari
tegangan
tarik ultimate)

Gambar 2-56 Diagram S-N yang


khas untuk baja dan aluminium
pada pembebanan berganti

Karena kegagalan fatik biasanya mulai dengan retak mikroskopik


pacta titik tegangan tinggi yang terlokalisasi (artinya pacta konsentrasi
tegangan), kondisi permukaan bahan sangat penting. Benda uji yang sangat
dipoles mempunyai limit ketahanan yang lebih tinggi. Permukaan kasar,
khususnya yang ada di konsentrasi tegangan di sekitar lubang atau takikan,
Mekanika Bahan 1 23

sangat menurunkan limit ketahanan. Korosi, yang berarti pembentukan


permukaan tak teratur, mempunyai efek yang sama. Untuk baja, korosi
biasa dapat mengurangi limit fatik sebanyak lebih dari 50%.

*2·1 0
I KONSENTRASI TEGANGAN
Dalam menentukan tegangan pacta batang yang dibebani secara aksial,
kita biasanya menggunakan rumus dasar CJ = PIA , di mana P adalah gaya
aksial di batang dan A adalah luas penampang. Rumus ini didasarkan atas
asumsi bahwa distribusi tegangan terbagi rata di seluruh penampang. Pada
kenyataannya, batang sering mempunyai lubang, takikan, uliran, maupun
bentuk-bentuk perubahan geometri yang menimbulkan pola distribusi yang
tidak terbagi rata. Diskontinuitas geometri menyebabkan tegangan tinggi
pacta daerah yang sangat kecil pacta batang, dan tegangan tinggi ini disebut
konsentrasi tegangan. Diskontinuitas itu sendiri dikenal sebagai peningkat
tegangan (Stress raisers).
Konsentrasi tegangan juga muncul di titik pembebanan. Sebagai
contoh, suatu beban terpusat j arang terdistribusi secara merata pacta suatu
penampang. Yang mungkin terjadi adalah beban tersebut bekerja pada
daerah yang sangat kecil dan menghasilkan tegangan tinggi pada daerah
di sekitar titik kerja gaya. Contohnya adalah beban yang diterapkan melalui
sambungan sendi, di mana beban diterapkan pada daerah tumpu sendi
tersebut.
Tegangan yang ada pada konsentrasi tegangan dapat ditentukan baik
dengan metode-metode eksperimental, maupun dengan metode-metode
analisis lanjut, termasuk metode elemen hingga (finite element). Hasil-
hasil penelitian untuk banyak kasus yang menarik telah tersedia dalam
banyak literatur teknik (sebagai contoh, Ref 2- 10 dan 2- 1 1 ). Data
konsentrasi tegangan yang khas diberikan dalam subbab ini dan dalam
Subbab 3. 1 1 dan 5.13.

• Prinsip Saint-Venant
Untuk menggambarkan karakteristik konsentrasi tegangan, tinj aulah
tegangan pacta batang yang berpenampang persegi panjang (lebar b, tebal
t) yang mengalami beban terpusat P di ujungnya (Gambar 2-57). Tegangan
puncak langsung di bawah beban mungkin beberapa kali tegangan rata-
rata P!bt, bergantung pacta daerah di mana beban tersebut diterapkan.
Sekalipun demikian, tegangan maksimum berkurang dengan cepat apabila
kita menjauhi titik penerapan beban, seperti terlihat dalam kurva tegangan-
regangan dalam gambar tersebut. Pacta lokasi sejauh b .dari ujung batang,
distribusi tegangan sudah hampir terbagi rata, dan tegangan maksimum
P
terpusat yang bekerja di area kecil

Gambar 2-57 Distribusi tegangan


di dekat ujung batang suatu pe-
nampang persegi panjang (lebar
b,
tebal t) yang mengalami beban
hanya beberapapersen lebih
besar daripada tegangan
rata-rata. Pengamatan
ini benar untuk
kebanyakan pemusatan CJ
tegangan, seperti lubang
dan takikan. Jadi, kita
dapat membuat
pemyataan umum bahwa
rumus = PI
A memberikan tegangan
aksial hanya jika
penampang batang
sedikitnya sej auh b dari
lokasi beban terpusat atau
diskontinuitas bentuk, di
mana b
adalah dimensi lateral
terbesar dari batang
(misalnya lebar atau
diameter). Pernyataan di
atas mengenai tegangan
pacta batang prismatis
merupakan bagian dari
pengamatan umum yang
dikenal dengan prinsip
Saint-Venant. Dengan
sedikit kekecualian, prinsip
ini berlaku untuk benda
elastis linier. Untuk
memahami prinsip Saint-
Venant, bayangkan bahwa
1 24 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

kita mempunyai benda dengan sistem pembebanan yang bekerja pada


bagian kecil dari permukaannya. Sebagai contoh, misalkan kita mempunyai
batang prismatis yang lebarnya b yang mengalami sistem beberapa beban
terpusat yang bekerja di ujungnya (Gambar 2-58a). Untuk mudahnya,
asumsikan bahwa beban adalah simetris dan hanya mempunyai resultan
vertikal. Selanjutnya, tinjau sistem beban yang berbeda tetapi ekivalen
secara statis, yang bekerja pada daerah kecil yang sama dari batang
("Ekivalen secara statis" berarti bahwa kedua sistem gaya mempunyai
resultan gaya yang sama dan resultan momen yang sama.) Sebagai contoh,
beban yang terdistribusi secara merata yang terlihat dalam Gambar 2-58b
ekivalen secara statis dengan sistem beban terpusat yang terlihat dalam
Gambar 2-58a. Prinsip Saint-Venant menyatakan bahwa tegangan di benda
yang disebabkan oleh kedua sistem pembebanan ini sama, asalkan kita
menjauh dari daerah yang dibebani dengan jarak sedikitnya sama dengan
dimensi terbesar dari daerah yang dibebani Garak b pada contoh ini). Jadi,
distribusi tegangan yang terlihat dalam Gambar 2-57 adalah ilustrasi dari
prinsip Saint-Venant. Tentu saja, "prinsip" ini bukan merupakan hukum
mekanika yang teliti melainkan pengamatan common-sense yang didasarkan
*
atas pengalaman praktis dan teoretis.

Gambar 2-58 Ilustrasi prinsip


Saint-Venant: (a) sistem beban
tepusat yang bekerja pada daerah
kecil di suatu batang, dan (b) sistem
yang ekivalen secara statik (a) (b)

Prinsip Saint-Venant mempunyai sangat banyak arti penting yang


praktis di dalam desain dan analisis batang, balok, dan struktur lain yang
umum dijumpai dalam mekanika bahan. Karena efek konsentrasi tegangan
terlokalisasi, maka kita dapat menggunakan semua rumus tegangan standar
(seperti cr = PIA) di penampang yang cukup jauhnya dari sumber
pemusatan. Di dekat sumber, tegangan bergantung pada detail dari beban
tersebut dan batang elemen struktur. Selain itu, rumus-rumus yang berlaku
pada keseluruhan elemen, seperti rumus untuk perpanjangan, peralihan,
dan energi regangan memberikan basil yang memadai meskipun ada
pemusatan tegangan. Penjelasannya terdapat dalam fakta bahwa konsentrasi

*Prinsip Saint-Venant diberi nama seperti itu untuk menghargai Bar de Saint-Venant (1797-
1886), seorang matematikawan dan elastikawan Perancis yang terkenal (Ref. 2- 12). Prinsip ini berlaku
secara umum pada batang solid dan balok tetapi tidak untuk penampang terbuka berdinding tipis. Untuk
pembabasan tentang pembatasan prinsip Saint-Venant, Iibat Ref. 2-13.
Mekanika Bahan 1 25

tegangan selalu terlokalisasi dan mempunyai sedikit pengaruh terhadap


perilaku menyeluruh dari elemen struktur.

• Faktor Konsentrasi-Tegangan
Sekarang kita tinjau beberapa kasus khusus mengenai konsentrasi tegangan
yang disebabkan oleh adanya diskontinuitas bentuk suatu batang. Kita
mulai dengan sebuah batang yang mempunyai penampang persegi panjang
dan mempunyai lubang lingkaran serta mengalarni gaya tarik P (Gambar 2-
59a). Batang ini relatif tipis dengan lebar b jauh lebih besar dibandingkan
tebal t. Juga, lubangnya mempunyai diameter d.

P +-

P +-

Gambar 2-59 Distribusi tegangan


di batang datar dengan lubang
lingkaran (b)

Tegangan normal yang bekerja pada potongan melintang yang melalui


lubang mempunyai distribusi seperti terlihat dalam Gambar 2-59b.
Tegangan maksimum amaks terjadi di tepi-tepi lubang dan dapat jauh lebih
besar dibandingkan tegangan nominal a = P/ct pada potongan melintang
yang sama. (Perhatikan bahwa et adalah luas neto di potongan melintang
yang melalui lubang.) lntensitas konsentrasi tegangan biasanya dinyatakan
dengan rasio tegangan maksimum terhadap tegangan nominal, yang disebut
faktor konsentrasi tegangan K:

(2-64)

Untuk suatu batang yang mengalami tarik, tegangan nominal adalah


tegangan rata-rata yang didasarkan atas luas penampang neto. Pada kasus-
kasus lain, berbagai tegangan lain mungkin digunakan. Jadi, apabila faktor
konsentrasi tegangan digunakan, maka perlu diketahui dengan baik
bagaimana tegangan nominal didefinisikan.
Suatu grafik faktor konsentrasi tegangan K untuk sebuah batang
dengan lubang terlihat dalam Gambar 2-60. Jika lubang ini kecil sekali,
maka faktor K sama dengan 3, yang berarti bahwa tegangan maksimum
adalah tiga kali tegangan nominal. Apabila lubangnya menjadi lebih besar
dibandingkan dengan lebar batang, maka K menjadi lebih kecil dan efek
adanya konsentrasi tidak begitu parah. Dari prinsip Saint-Venant kita
1 26 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

ketahui bahwa pada jarak sama dengan lebar b menjauhi lubang pada
salah satu arah aksial, distribusi tegangan praktis sudah terbagi rata dan
sama dengan P dibagi luas penampang bruto (a = Plbt), tak peduli
berapapun ukuran lubang.

p
K = crma�<.
nom t = ketebalan
Cfmaks
(J
e
Gambar 2-60 Faktor konsentrasi-
t
tegangan K untuk suatu batang
pipih dengan lubang lingkaran.
0 0, 1 0,2 0,5
d
b

Faktor konsentrasi tegangan untuk dua kasus lain yang menarik terlihat
dalam Gambar 2-61 dan 2-62. Kedua grafik ini adalah masing-masing
untuk batang datar dan batang lingkaran, yang berkurang secara drastis
membentuk bahu (shoulder). Untuk mengurangi efek konsentrasi tegangan,
fillet digunakan untuk memperlembut sudut di pojok di mana terjadi
perubahan penampang.* Tanpa adanya fillet, faktor konsentrasi tegangan
akan sangat besar, seperti terlihat di sebelah kiri masing-masing gambar
di mana K mendekati tak hingga bila jari-jari fillet R mendekati no!. Pada
kedua kasus, tegangan maksimum terjadi di bagian yang lebih kecil dari
**
batang di daerah filler.

p

=K K crmak>
Cfnom =-
p
et
Cfmaks

Gambar 2-61 Faktor konsentrasi-


tegangan K pada batang datar
dengan shoulder fillet. Garis
ter- B
.
e
lingkaran.
putus untuk fillet seperernpat 0 0,05 0, 10 0,15 0,20 0,25 0,30

0
* Suatu fillet
adalah perftukaan cekung yang dibentuk apabila dua perftukaan lain berteftu,
Tujuannya adalah untuk fteftbundarkan suatu sudut yang seftula tajaft.
** Faktorkonsentrasi tegangan yang diberikan dalaft grafik adalah faktorteoretis untuk batang dari
bahan elastis linier. Grafik-grafik diplot dari ruftus yang diberikan dalaft Ref. 2-10.
Mekanika Bahan 1 27

K K = crrr.ah (}nom = niJ 2 /4


(j"l� I

Gambar 2-62 Faktor konsentrasi-


tegangan K pada batang bundar
dengan shoulder fillet. Garis ter- 0 0,05 0, 1 0 0, 1 5 0.20 0,25 0,30
putus untuk fillet seperempat R
lingkaran. D
I

• Desain Terhadap Konsentrasi Tegangan


Karena adanya kemungkinan tetjadinya kegagalan fatik, konsentrasi tegang-
an khususnya penting apabila suatu elemen struktur mengalami beban
berulang. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, retak mulai tetjadi di
titik di mana terjadi tegangan tinggi dan menjalar secara gradual melalui
bahan apabila beban terus berulang. Dalam desain praktek, limit fatik
(Gambar 2-55) dipandang sebagai tegangan ultimate untuk bahan apabila
banyaknya siklus sangat besar. Tegangan izin diperoleh dengan menerap-
kan faktor keamanan terhadap tegangan ultimate ini. Kemudian, tegangan
puncak di konsentrasi tegangan dibandingkan dengan tegangan izin.
Pada banyak situasi, penggunaan harga teoretis penuh untuk faktor
konsentrasi tegangan terlalu berlebihan. Pengujian fatik pada benda uji
dengan konsentrasi tegangan biasanya menghasilkan kegagalan pada level
tegangan nominal yang lebih tinggi dibandingkan dengan membagi limit
fatik dengan K. Dengan perkataan lain, suatu elemen struktur yang meng-
alarni beban berulang tidak sesensitif konsentrasi tegangan seperti yang
diindikasikan oleh K. Dengan demikian, faktor konsentrasi tegangan yang
direduksi sering digunakan.
Jenis lain beban dinarnik, seperti beban kejut, juga membutuhkan
diperhitungkannya faktor konsentrasi tegangan. Jika informasi yang lebih
baik tak tersedia, sebaiknya digunakan faktor konsentrasi tegangan penuh.
Elemen struktur yang mengalami temperatur rendah juga sangat mungkin
gagal di konsentrasi tegangan sehingga pada kasus tersebut perlu diberikan
perhatian khusus.
Pentingnya konsentrasi tegangan apabila suatu elemen struktur
mengalami beban statik bergantung pada jenis bahan. Dengan bahan ulet,
seperti baja struktural, konsentrasi tegangan seringkali dapat diabaikan.
Hal ini disebabkan karena bahan di titik tegangan maksimum (seperti di
sekitar lubang) akan luluh dan aliran plastis akan terjadi, sehingga
mengurangi intensitas konsentrasi tegangan dan menyebabkan distribusi
tegangan mendekati terbagi rata. Sebaliknya, pada bahan getas (seperti
kaca) konsentrasi tegangan akan tetap ada sampai terjadinya fraktur.
Dengan demikian, kita dapat menarik kesimpulan umum bahwa dengan
beban statis dan bahan ulet, efek konsentrasi tegangan tidak begitu penting,
tetapi dengan beban statik dan bahan getas, faktor konsentrasi tegangan
penuh sebaiknya ditinjau.
1 28 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

I PERILAKU NONLJNIER
Hingga saat ini, pembahasan kita hanya berkenaan utamanya dengan
elemen dan struktur yang terdiri atas bahan yang mengikuti hukum Hooke.
Sekarang kita akan meninjau perilaku elemen struktur yang dibebani secara
aksial apabila tegangannya melebihi limit proporsional. Pada kasus-kasus
tersebut tegangan, regangan, dan peralihan bergantung pada bentuk kurva
tegangan-regangan di daerah selewat limit proporsional (lihat beberapa
kurva tegangan-regangan yang khas pada Subbab 1.3).
Untuk maksud analisis dan desain, kita sering menggantikan kurva
tegangan-regangan aktual suatu bahan dengan kurva tegangan-regangan
yang diidealisasi, yang dapat dinyatakan sebagai fungsi matematis.
B eberapa contoh ditunjukkan dalam Gambar 2-63. Diagram pertama
(Gambar 2-63a) terdiri atas dua bagian, daerah elastis linier awal yang
diikuti dengan daerah nonlinier yang didefinisikan dengan ekspresi
matematis yang cocok. Perilaku paduan aluminium kadang-kadang dapat
dinyatakan secara akurat dengan kurva seperti ini, sedikitnya di daerah
sebelum regangan menjadi sangat besar (bandingkan Gambar 2-63a dengan
Gambar 1-13). Pada contoh kedua (Gambar 2-63b), satu ekspresi matematis
digunakan untuk keseluruhan kurva tegangan-regangan. Ekspresi seperti
ini yang sangat dikenal adalah hukum tegangan-regangan Ramberg-Osgood,
yang akan diuraikan lebih rinci (lihat Persamaan 2-67 dan 2-68).
Diagram tegangan-regangan yang digunakan untuk baja struktural
ditunjukkan dalam Gambar 2-63c. Karena baja mempunyai daerah elastis
(b) linier yang diikuti dengan daerah luluh yang nyata (lihat kurva tegangan-
regangan dalam Gambar 1-10 dan 1-12), perilakunya dapat dinyatakan
dengan dua garis lurus. ahanTnra
B umsikan mengikuti hukum Hooke
hingga tegangan luluh av. Sesudah tegangan ini, bahan tersebut akan luluh
pada tegangan konstan. Peri1aku yang disebut terakhir ini disebut plastisitas
sempurna. Daerah plastis sempuma akan terus hingga regangan mencapai
10 sampai 20 kali lebih besar daripada regangan luluh. Suatu bahan yang
mempunyai kurva tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elasto-
plastis (atau bahan elastis-plastis).
Akhimya, pada saat regangan menjadi sangat besar, kurva tegangan-
regangan untuk baja meningkat di atas tegangan luluh akibat pengerasan
regang (strain hardening), seperti diuraikan dalam Subbab 1 .3. Namun,
pada saat strain hardening dimulai, peralihan sudah sedemikian besarnya
sehingga struktur akan menjadi tidak bermanfaat. Akibatnya, analisis
struktur baja yang didasarkan atas diagram elastoplastis seperti terlihat
dalam Gambar 2-63c dengan diagram tarik dan tekan dianggap sama
adalah hal yang umum dilakukan. Analisis yang dilakukan dengan asumsi
ini disebut analisis elastoplastis, atau singkatnya analisis plastis, dan
diuraikan dalam subbab berikut.
Gambar 2-63d menunjukkan diagram tegangan-regangan yang terdiri
(d)
atas dua garis yang mempunyai kerniringan yang berbeda, yang disebut
diagram tegangan-regangan bilinier. Perhatikan bahwa di kedua bagian
Gambar 2·63 Tipe-tipe perilaku diagram tersebut hubungan antara tegangan dan regangan adalah linier,
bahan yang diidealisasikan: (a) tetapi hanya pada bagian pertama saja tegangan sebanding dengan tegangan
kurva tegangan-regangan nonlinier
elastis, (b) kurva tegangan-regangan (mengikuti hukum Hooke). Diagram yang diidealisasikan ini dapat
nonlinier biasa, (c) kurva tegangan- digunakan untuk merepresentasikan bahan dengan strain hardening atau
regangan nonlinier elastoplastis, (d) sebagai pendekatan untuk diagram dengan bentuk nonlinier lain seperti
kurva tegangan-regangan bilinier terlihat dalam Gambar 2-63a dan b.
Mekanika Bahan 1 29

• Perubahan Panjang Batang


Perpanjangan atau perpendekan suatu batang dapat ditentukan jika kurva
tegangan-regangan bahan diketahui. Untuk menggambarkan prosedur
umum, kita akan meninjau batang yang meruncing AB yang terlihat dalam
Gambar 2-64a. Baik luas penampang maupun gaya aksial bervariasi di
sepanj ang batang, dan bahannya mempunyai kurva tegangan-regangan
nonlinier (Gambar 2-64b). Karena batang ini statis tertentu, maka kita
dapat menentukan gaya aksial di semua penampang dari tinjauan
keseimbangan saja. Kemudian, kita dapat mencari tegangan dengan cara
membagi gaya dengan luas penampang, dan kita dapat mencari regangan
dari kurva tegangan-regangan. Akhimya, kita dapat menentukan perubahan
panjang dari regangan, sebagaimana diuraikan dalam paragraf berikut ini.
Perubahan panjang suatu elemen dx dari suatu batang (Gambar 2-64a)
adalah e dx, di mana e adalah regangan pada jarak x dari ujung. Dengan
mengintegrasi rumus ini dari satu ujung batang keujung lainnya, kita
peroleh perubahan panjang batang:

( 2-65)

di mana L adalah panjang batang. Jika regangan dinyatakan dengan rumus


analitis, maka Persamaan (2-65) dapat diintegrasikan dengan rumus
matematika sehingga rumus perubahan panjang dapat diperoleh. Jika
tegangan dan regangan dinyatakan secara numerik, artinya suatu tabel
harga-harga numerik, kita dapat melakukan langkah-langkah sebagai
berikut. Kita dapat membagi batang menjadi segmen-segmen kecil &,
menentukan tegangan dan regangan rata-rata untuk setiap segmen, dan
selanjutnya menghitung perpanjangan seluruh batang dengan menjumlah-
kan perpanjangan masing-masing segmen. Proses ini ekivalen dengan
mengevaluasi integral dalam Persamaan (2-65) secara numerik.

(a)

Gambar 2-64 Perubahan panjang


suatu batang meruncing yang terdiri
atas bahan yang mempunyai kurva
tegangan-regangan nonlinier.
1 30 Bab 2 E/emen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf

Jika regangan di seluruh panjang batang seragam, sebagaimana yang


terjadi pacta batang prismatis dengan gaya aksial konstan, integrasi
Persamaan (2-65) menghasilkan perubahan panjang
0 eL = (2-66)
yang sesuai dengan Persamaan 1 -2 dalam Subbab 1 .2.

• Hukum Tegangan-Regangan Ramberg-Osgood


Kurva tegangan-regangan untuk beberapa metal, termasuk aluminium dan
magnesium, dapat secara akurat dinyatakan dengan persamaan Ramberg-
Osgood:

+
(J (J E (2-67) =
cr Eacr( cro m) o E,
Dalam persamaan ini dan masing-masing adalah tegangan dan
regangan, dan dan adalah konstanta bahan (yang diperoleh
dari uji tarik). Bentuk altematif dari persamaan ini adalah
, , = mcr0 oaa (_Q_)m
(J + (J
E
(2-68)

di mana adalah modulus elastisitas bagian awal dari kurva


*
tegangan-regangan.
E E rc0
Grafik untuk Persamaan (2-68) diberikan dalam Gambar 2-65 untuk
61 0 psi, E=
38.000 psi, = m=a
317, dan E = cr E0J
paduan aluminium dengan konstanta-konstanta 10 x
10. Persamaan untuk kurva tegangan-regangan
ini adalah
( )1 0 cr0 =
E - cr
-
10 X 106
1
614,0 38.000
(2-69)

cr
di mana mempunyai satuan psi. Perhitungan perubahan panjang batang
dengan menggunakan Persamaan (2-69) untuk hubungan tegangan-
regangan digambarkan dalam Contoh 2- 19.

er (psi)
50.00

40.00

30.000

20.000

E = 10 X 1 06 psi
10.000
£= J( (J
Gambar 2-65 Kurva tegangan- er = +
menggunakan persamaan Ramberg- 0,010 614,0 38.00
10 X 106 0,020 0,030
regangan untuk paduan aluminium 0 e

Osgood.
Paduan aluminium
psi disajikan dalamRef. 2-1 4.
*Hukuft Tegangan-regangan Raftberg-Osgood
Mekanika Bahan 131

• Struktur Statis Tak Tentu

Jika suatu struktur adalah statis tak tentu dan bahan berperilaku nonlinier,
maka tegangan, regangan, dan peralihan dapat dicari dengan cara
memecahkan persamaan-persamaan umum yang telah diuraikan dalam
Subbab 2.4 untuk struktur elastis linier. yaitu persamaan keseimbangan,
persamaan keserasian, dan hubungan gaya-peralihan (atau hubungan
tegangan-regangan ekivalen). Perbedaan utama adalah bahwa hubungan
gaya-peralihan sekarang adalah nonlinier, yang berarti bahwa solusi analitis
tidak dapat diperoleh kecuali pada beberapa situasi yang sangat sederhana.
Pada umumnya, persamaan-persamaan harus dipecahkan secara numerik,
baik dengan menggunakan program komputer. arau dengan melakukan
perhitungan manual yang sangat rumit (sebagaimana digambarkan dalam
Contoh 2-20).
Soal 2. 1 1 -9 sampai 2. 1 1 -14 di akhir bab ini meliputi struktur statis
tak tentu dengan karakteristik bahan nonlinier.

• Contoh 2-1 9
Sebuah batang prismatis AB yang panjangnya L = 86 in dan mempunyai luas
penampang A = 2 0,75 in memikul dua =

seperti
b
eb
anterpusat P1 dalam Gambar 2-66. B ahan batang ini adalah
terlihat 24 k dan P2aluminium
paduan = 6 k,

yang mempunyai kurva tegangan-regangan nonlinier yang mengikuti persamaan


Ramberg-Osgood (Persamaan 2-69):

t:
- X
a + 1 ( a )w
- 10 106 614,0 38.000
di mana a mempunyai satuan psi. (Hubungan tegangan-regangan ditunjukkan
secara grafis dalam Gambar 2-65.)
L Tentukanlah peralihan 88 ujung bawah batang akibat kondisi sebagai berikut:
(a) beban P1 bekerja sendiri, (b) P2 bekerja sendiri, dan (c) P1 dan P2 bekerja
bersama-sama.

pl Solusi
(a) Peralihan akibat beban P1 yang bekerja sendiri. Beban P1 menimbulkan
Gambar 2-66 Contoh 2- 19.
Perpanj angan suatu batang dari tegangan tarik terbagi rata di seluruh panjang batang sama dengan P/A atau
bahan nonlinier dengan meng- 32.000 psi. Dengan memasukkan harga ini ke hubungan tegangan-regangan maka
gunakan persamaan Ramberg- t: = 0,003492. Dengan demikian, perpanjangan batang sama dengan peralihan di
Osgood. B adalah (lihat Persamaan 2-66):
88 t:L (0,003492)(86 in.) 0,300 in.
= = = •

(b) Peralihan akibat beban P1 yang bekerja sendiri. Tegangan di setengah


bagian atas batang adalah PiA atau 8.000 psi, dan tidak ada tegangan di setengah
bawahnya. Dengan melakukan perhitungan seperti bagian (a), maka kita dapatkan
perpanjangan sebagai berikut:

88 = t:U2 = (0,000800)(43 in.) = 0,034 in. •

di setengah bawah batang adalah P/A dan setengah bawah adalah (P1 + P2)/
A.
Tegangannya adalah 32.00 psi dan 40.00 psi, dan regangannya adalah 0,003492 dan
0,006720 (dari persamaan Ramberg-Osgood). Dengan demikian, perpanjangan
batang adalah
88 = (0,003492)(43 in.) + (0,006720)(43 in.)
= = •
0, 15
in. + 0,289 in. 0,439 in.
1 32 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Ketiga harga OB
yang dihitung menggambarkan prinsip penting mengenai struktur
yang terbuat dari bahan yang berperilaku tidak linier. Pada struktur nonlinier,
peralihan yang dihasilkan oleh dua (atau lebih) beban yang bekerja secara simultan
tidak sama dengan jumlah dari peralihan yang dihasilkan oleh masing-masing
beban yang bekerja secara terpisah.

• Contoh 2-20
Sebuah batang kaku horizontal AB yang panjangnya 3b ditahan oleh dua kabel
identik dan memikul beban = 20 kN di ujung B (Gambar 2-67). Hubungan
beban-peralihan untuk kabelQdinyatakan dengan persamaan hiperbolik sebagai

berikut:

p 1,30
= o :s ; o s 60 mm (P = kN, o = mm) (2-70)
1 + 0,0260

di mana P adalah gaya aksial di kabel (satuan kN) dan 8 adalah perpanjangan
(satuan mm). Hubungan gaya-peralihan ini ditunjukkan secara grafis dalam Gambar
Tentukan gaya aksial F1 dan F2 masing-masing di kabel 1 dan 2, perpanjangan
2-68. (Kurva ini adalah segmen hiperbola.)
01
dan 82 masing-masing di kabel I dan 2, dan peralihan ke bawah OB
di titik B.

Gambar 2-67 Contoh 2-20. Q= 20 kN


Analisis nonlinier suatu struktur
statis tak tentu.
Solusi
Karena struktur ini statis tak tentu, maka kita harus memformulasikan persamaan
keseimbangan, persamaan keserasian, dan hubungan beban-peralihan. Selanjutnya,
persamaan-persamaan ini dapat dipecahkan untuk mendapatkan gaya-gaya dan
peralihan yang belum diketahui pada struktur tersebut.
Persamaan keseimbangan. Dari keseimbangan batang AB kita peroleh
P (kN)
persamaan berikut:
F1 (b) + Fi2b ) - Q(3 b) = 0
atau F1 + 2F2 = 3Q = 60 kN (a)

Gaya-gaya F1 dan F2 adalah anu di dalam persamaan ini (perhatikan bahwa gaya-
gaya dinyatakan dalam satuan kN).
Persamaan keserasian. Pada saat beban Q diterapkan pada struktur, batang
AB akan berotasi terhadap sendi A. Karena batang ini diasumsikan kaku, maka
peralihan ke bawah di setiap titik sebanding dengan jaraknya dari A. Jadi,
0 20 40 60 perpanjangan 82 pada kabel 2 adalah dua kali perpanjangan 81 pada kabel 1:
o (mm)
02 = 28, (b)
Gambar 2-68 Kurva beban- dan peralihan ke bawah titik B adalah tiga kali perpanjangan kabel 1:
peralihan (pers. 2-70) untuk kabel (c)
dalam contoh 2-20. OB = 3 81
Mekanika Bahan 1 33

Hubungan beban-peralihan. Hubungan antara gaya anu (F1 dan F2) dan
perpanjangan kabel ( 01 dan o2) diperoleh dari persamaan beban-peralihan
(Persamaan 2-70), sebagai berikut:

F. 1,301
-
F: = (d,e)
I 1 + 0,02601 !+ 0,02682
Di dalam kedua persamaan di atas, F1 dan F2 dinyatakan dalam satuan kN dan 01
dan 02 dinyatakan dalam satuan mm.
Solusi persamaan. Sekarang kita dapat memecahkan kelima persamaan
(Persamaan a, b, c, d, dan e) untuk mencari Iima besaran anu Fl' F2, 01, 02, dan
OB. Dengan
dapatkan menggunakan
hasil-hasil program komputer untuk menyelesaikannya, kita
seba gai berikut
F1 = 14,66 kN
F2 = 22,67 kJ-.;
01 = 15,95 mm 02 = 31,91 mm OB = 47.86 mm •

Jadi, semua besaran anu telah diperoleh dan analisis struktur statis tak tentu telah
se1esai. (Perhatikan bahwa peralihan 01 dan 02 ada di dalam selang di mana
Persamaan 2-70 berlaku.)
Solusi persamaan alternatif. Di dalam contoh ini, kita dapat menggabungkan
beberapa persamaan dan mereduksi solusinya menjadi persamaan kuadrat.
Prosedurnya adalah sebagai berikut. Mu1a-mula, kita masukkan F1 dan F2 dari
Persamaan (d) dan (e) ke dalam Persamaan (a), mendapatkan persamaan dengan
01 dan 02 sebagai anu. Lalu, kita substitusi 02 yang dinyatakan dalam 01 dengan
menggunakan Persamaan (b). Hasilnya adalah persamaan berikut yang mengandung
o1 sebagai satu-satunya anu:
5,201
+ = 3Q = 60 (t)
1+ 1 + 0,05281
Berikutnya, kita kalikan setiap suku di dalam persamaan ini dengan hasil kali dari
penyebutnya. Lalu, dengan menyusun dan mengumpulkan beberapa suku, kita
dapatkan persamaan kuadrat sebagai berikut:
0, 1 2 1 68 o; (g)1
,820
Dengan menggunakan rumus 1 - 60 persamaan
= 0
+ kuadrat, kita dapatkan 81 =1 5,95 mm,
sama dengan yang telah dipero1eh di atas.
Anu yang lain dapat dicari dengan mudah. Perpanjangan kabel 2 (dari
Persamaan b) dan peralihan titik B (dari Persamaan c) adalah
82 281 = 3 1 ,90 mm oB = 301 47,85 mm
= =

Juga, gaya tarik F1 dan F2 di kabel dihitung dari Persamaan (d) dan (e):
F; 1'381 1,382
= = 1 4,66 kN F2 - -
22,67 kN
l + 0,02681 1 + 0,02682
Jadi, semua besaran didapatkan dan analisisnya telah selesai.
Catatan 1:
Untuk praktisnya, semua hasil di atas sebaiknya dibulatkan dengan
dua angka penting, yang merupakan ketelitian data semula (lihat, misalnya,
Persamaan 2-70).
Catatan 2: Karena perilaku nonlinier kabel, kita tidak dapat mencari gaya
dan peralihan untuk harga beban Q lainnya dengan proporsi lain, sebagaimana
biasa dilakukan pada struktur linier. Pada struktur nonlinier ini, kelima persamaan
harus dipecahkan lagi, dengan Persamaan (a) diubah sesuai dengan harga beban
yang barn.
Catatan 3: Contoh ini menggambarkan bagaimana gaya-gaya dan peralihan
pada suatu struktur statis taktentu dapat dihitung dari ketiga konsep dasar mekanika
bahan, yaitu persamaan keseimbangan (yang didasarkan atas prinsip-prinsip statika),
persamaan keserasian (berdasarkan atas prinsip-prinsip geometri), dan hubungan
beban-peralihan (yang didasarkan atas besaran bahan).
134 8ab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

*2"1 2
I ANALISIS ELASTOPLASTIS

Di dalam subbab sebelum ini kita telah membahas perilaku struktur apabila
tegangan di bahan melebihi limit proporsional. Sekarang kita akan meninjau
bahan yang sangat penting dalam desain teknik yaitu baja, yang merupakan
metal struktural yang paling banyak digunakan. Baja lunak (atau baja
struktural) dapat dimodelkan sebagai bahan elastoplastis (lihat diagram

E.
tegangan-regangan dalam Gambar 2-63c). Suatu bahan elastoplastis pada
awalnya berperilaku secara elastis linier dengan modulus elastisit!LS
Sesudah luluh plastis mulai, regangan akan meningkat pada taraf tegahgan
yang kurang lebih konstan, yang disebut tegangan luluh cry. Regangan
pada saat dimulainya luluh dikenal dengan regangan luluh £Y.
Di dalam subbab ini kita akan membahas analisis struktur statis tak
tentu dengan bahan elastoplastis. Untuk menggambarkan perilaku struktur
seperti ini, kita akan menggunakan susunan sederhana seperti terlihat dalam
Gambar 2-69a. Struktur ini terdiri atas tiga batang baja yang memikul
beban P yang bekerja melalui plat kaku. Kedua batang tepi mempunyai
panjang Ll' dan batang tengah mempunyai panjang L2, serta ketiga batang

mempunyai luas penampang yang sama A. Diagram tegangan-regangan

E
untuk baja diidealisasikan seperti terlihat dalam Gambar 2�69b, dan modu-
lus elastisitas di daerah elastis linier adalah j t: y-
= cr•··

Plat kaku
Gambar 2-69 Analisis elasto-
(a) (b)
plastis suatu struktur statis tak tentu

Seperti yang biasa dilakukan pada struktur statis tak tentu, kita akan
memulai analisis dengan persamaan keseimbangan dan keserasian. Dari
keseimbangan plat kaku di dalam arah vertikal kita peroleh
(a)
di mana F1 dan F2 adalah gaya-gaya aksial di batang-batang tepi. Karena
plat bergerak ke bawah sebagai benda tegar, pada saat beban diterapkan,
maka persamaan keserasiannya adalah
(b)

di mana 81 dan 82 masing-masing adalah perpanjangan batang tepi dan


batang tengah. Karena hanya bergantung pada keseimbangan dan geometri,
maka kedua persamaan di atas berlaku untuk semua taraf beban P, tidak
Mekanika Bahan 1 35

peduli apakah regangan ada di daerah elastis linier atau di daerah plastis.
Apabila beban P kecil, maka tegangan di batang lebih kecil daripada
tegangan luluh av dan bahan tersebut mengalami tegangan di dalarn daerah
elastis linier. Dengan demikian, hubungan gaya-peralihan antara gaya
batang dan perpanjangannya adalah

8 - Fi� 8-- = Fz� (c)


1 EA EA
Dengan memasukkan ini ke dalam persarnaan keserasian (Persamaan b),
maka

I F Ll = FzLz (d)
Dengan memecahkan secara simultan Persarnaan (a) dan (d), maka

p�
F.
I - � + 2� (2-7 1 a,b)

Jadi, kita sekarang mendapatkan gaya-gaya di batang pada daerah elastis


linier. Tegangannya adalah
F
a] = Fi =
p� - -
- _1. -
(2-72a,b)
A A(� + 2 � ) A A(� + 2�l
Persamaan-persarnaan di atas untuk gaya dan tegangan berlaku asalkan
tegangan di ketiga batang masih di bawah tegangan luluh a,.
Dengan meningkatnya beban P, tegangan di batang menirigkat sarnpai
tegangan luluh dicapai di salah satu batang. Sekarang asumsikan bahwa
batang-batang tepi lebih daripada batang tengah, seperti terlihat dalarn
Gambar 2-69a:
(e)
Dengan demikian, batang tengah mengalarni tegangan yang lebih tinggi
dibandingkan batang tepi (lihat Persarnaan 2-72a dan b) dan akan mencapai
tegangan luluh terlebih dahulu. Apabila hal ini tetjadi, maka gaya di
batang tengah adalah F2 = aY A. Besarnya beban P pada saat tegangan
luluh pertarna kali dicapai di salah satu batang disebut beban luluh PY.
Kita dapat menentukan Pv dengan menetapkan F2 sarna dengan ayA di
Persarnaan (2-71 b) dan menghitung beban:

(
PY = aYA l + (2-73)

Selarna beban P lebih kecil daripada Py, struktur berperilaku secara elastis
linier dan gaya-gaya di batang dapat dihitung dari Persarnaan (2-7 1 a dan b).
Peralihan ke bawah pada batang kaku akibat beban luluh, yang disebut
peralihan luluh 8y, sarna dengan perpanjangan batang tengah pada saat
c
tegangan mencapai tegangan luluh ay pertarna kali:
a Y Lz
F2 Lz a2 Lz
8y (2-74)
- EA - � - �
Hubungan antara beban P dan peralihan ke bawah 8 batang kaku
ditunjukkan dalarn diagram beban-peralihan dalam Garnbar 2-70. Perilaku
struktur sarnpai beban luluh PY ditunjukkan dengan garis OA.
Gambar 2·70 Diagram beban-
peralihan untuk struktur statis tak
Dengan bertambahnya beban, maka gaya F1 di batang tepi luar
tentu yang ditunjukkan dalam bertarnbah, tetapi gaya F2 di batang tengah tetap konstan sebesar ayA
gambar 2-69a. karena batang ini sekarang plastis sempuma (lihat Garnbar 2-69b). Apabila
1 36 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

gaya F 1 mencapai harga <Jv A , maka batang tepi juga luluh sehingga struktur
tidak dapat memikul beban tambahan apapun. Ketiga batang akan
memanjang secara plastis pada taraf beban konstan, yang disebut beban
plastis PP. Beban plastis yang ditunjukkan dengan titik B pada diagram
beban-peralihan (Gambar 2-70), dan garis horizontal BC menunjukkan
daerah deformasi plastis kontinu tanpa adanya penambahan beban.
Beban plastis PP dapat dihitung dari keseimbangan statis (Persamaan a)
dengan diketahuinya

(f)
Jadi, dari keseimbangan kita dapatkan

pp = 3 <Jy4 (2-75)

Peralihan plastis oP tepat pada saat beban mencapai beban plastis PP


sama dengan perpanjangan batang tepi pada saat mencapai tegangan luluh.
Dengan demikian,

(2-76)

Dengan membandingkan oP dan oy, kita lihat bahwa rasio peralihan plastis
terhadap peralihan luluh adalah
op �
- =- (2-77)
oy �
Juga, rasio beban plastis terhadap beban luluh adalah

pp
- (2-78)
=
pv � + 2�
Sebagai contoh, jika L1 = 1 ,5L2 maka rasionya adalah O/O = 1 ,5 dan P/
,
Y
Pv = 917 = 1 ,29. Pada umumnya, rasio peralihan lebih besar daripada rasio
bebannya, sehingga daerah yang plastis sebagian AB pada dengan beban-
peralihan (Gambar 2-70) selalu mempunyai kemiringan yang lebih kecil
dibandingkan dengan di daerah elastis OA. Tentu saja, daerah plastis penuh
BC mempunyai kemiringan terkecil (nol).
Untuk memahami mengapa grafik beban-peralihan adalah linier di
daerah plastis parsial (garis AB) dan mempunyai kemiringan lebih kecil
daripada di daerah elastis linier, tinjaulah hal berikut. Di daerah plastis
parsial dari struktur, batang tepi masih berperilaku elastis linier. Dengan
demikian, perpanjangannya merupakan fungsi linier dari beban. Karena
perpanjangannya sama dengan peralihan ke bawah plat kaku, maka
peralihan plat kaku juga harus merupakan fungsi linier dari beban. Akibat-
nya, kita mempunyai garis lurus antara titik A danB. Namun, kemiringan
dari diagram beban-peralihan di daerah ini lebih kecil daripada di daerah
linier awal karena batang tengah mengalarni luluh secara plastis dan hanya
batang tepi yang dapat memberikan tahanan tambahan terhadap peningkatan
beban. Ini berarti kekakuan struktur telah berkurang.
Dari pembahasan yang berkaitan dengan Persamaan (2-75), kita lihat
bahwa perhitungan beban plastis PP membutuhkan hanya statika, karena
semua elemen struktur telah luluh dan gaya aksialnya diketahui. Sebaliknya,
perhitungan beban luluh PY membutuhkan analisis statis tak tentu, yang
berarti persamaan keseimbangan, keserasian, dan gaya-peralihan harus
dipecahkan.
Mekanika Bahan 1 37

Sesudah beban plastis P tercapai, struktur akan terus berdeformasi


P
seperti terlihat dengan garis BC pacta diagram beban-peralihan dalarn
Garnbar 2-70. Pacta akhimya strain hardening terjadi dan struktur akan
marnpu memikul beban tambahan. Tetapi, adanya peralihan yang sangat
besar biasanya berarti struktur sudah tidak lagi berguna, dan begitu pula
beban plastis P dipandang sebagai beban gaga!.
P
Diskusi di atas berkaitan dengan perilaku struktur apabila beban
diterapkan untuk pertarna kali. Jika beban dihilangkan sebelum beban
luluh dicapai, maka struktur akan berperilaku secara elastis dan kembali
ke kondisi semula. Narnun, jika beban luluh telah dilampaui, sebagian
dari struktur akan mempertahankan set yang permanen apabila beban
dihilangkan, jadi menimbulkan kondisi tegangan awal. Akibatnya, struktur
tersebut akan mempunyai tegangan residual (sisa) meskipun belum ada
beban yang bekerja. Jika beban diterapkan sekali lagi. maka struktur akan
berperilaku secara berbeda.

• Contoh 2-21
Struktur yang terlihat dalam Gambar 2-7 1 a terdiri atas balok horizontal AB

(diasumsikan kaku) yang dipikul oleh dua batang identik (batang 1 dan 2) yang
penampang A, danelastoplastis.
terbuat dari bahan Batang-batang
bahannya mempunyai luluh ay,panjang L. dan Juasf.v,
ini mempunyai
tegangan
regangan luluh
dan modulus elastisitas E = CJ/£Y. Balok ini mempunyai panjang 3b dan memikul
beban P di ujung B.
(a) Tentukanlah beban luluh P, dan peralihan luluhnya 8Y di titik B. (b)
Tentukan beban plastis PP dan peralihan plastisnya 8P di titik B. (c) Gambarlah
diagram beban-peralihan yang menghubungkan beban P dan peralihan 88 di titik B.

t F1
p
tF:
PP = S py
6
py :n c
'
'

Gambar 2-71 Contoh 2-2 1. p


Analisis elastoplastis pada suatu
struktur statis tak tentu. (a) (b)

Solusi
Persamaan keseimbangan. Karena struktur ini statis tak tentu, maka kita mulai
dengan persamaan keseimbangan dan keserasian. Dengan meninjau keseimbangan
balok AB, kita mengambil momen terhadap titik A dan mendapatkan
I MA = 0 Fl(b) + Fz(2b) - P(3b) = 0
di mana F1 dan F2 masing-masing adalah gaya-gaya aksial di batang I dan 2.
Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi

Persamaan keserasian. Persamaan keserasian didasarkan atas geometri


struktur. Akibat bekerjanya beban P, balok kaku berotasi terhadap titik A, sehingga
1 38 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

peralihan ke bawah di setiap titik di sepanjang balok sebanding dengan jaraknya


dari titik A. Jadi, persamaan keserasian adalah
(h)
dimana 82 adalah perpanjangan batang 2 dan 81 adalah perpanjangan batang l.
(a) Beban luluhdanperalihan luluh. Jika beban P kecil dan tegangan-tegangan
pada bahan berada dalam daerah elastis linier, hubungan antara gaya-peralihan
kedua batang adalah
F.,L F2L
I8-- EA 82 (i)
=

EA
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas dengan kondisi keserasian
(Persamaan h), maka
Fz L F.,L
=2 atau F2 = 2F., (j )
EA EA
Sekarang dengan memasukkannya ke persamaan keseimbangan (Persamaan g),

kita dapatkan
F. _ 3P F, 6P
I -= (k)
-
5 5
Batang 2, yang mempunyai gaya lebih besar, akan mencapai tegangan luluh terlebih
dahulu. Pada saat itu, gaya di batang 2 adalah F2 ay4=. Dengan memasukkan harga
ini ke dalam Persamaan (k) maka beban luluh PY adalah
5a,A
_
_

. (I) •
6
Perpanjangan batang 2 (dari yang kedua dalam Persamaan i) adalah 82 = apE

sehingga peralihan luluh di titik B adalah


382 3a> L
8y _
- -
_
- -

(m) •
6 2E
P dan 8 ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan (Gambar 2-7 1 b).
Y Y
(b) Beban plastis dan peralihan plastis. Pada saat beban plastis PP dicapai,
kedua batang akan meregang pada taraf tegangan luluh dan gaya-gaya F1 dan F2
akan sama dengan ay4 . Dari keseimbangan (Persamaan g), beban plastis adalah
PP = ay4 (n) •
Pada taraf beban ini, batang kiri (batang 1) barn saja mencapai tegangan luluh sehingga
perpanjangannya (dari yang pertama dalam Persamaan i) adalah 81 = apE dan
peralihan plastis titik B adalah
3a L
8P = 381 =
(o) •
E
Rasio beban plastis terhadap beban luluh (lihat Persamaan n dan 1) adalah 6/5, dan
rasio peralihan plastis terhadap peralihan luluh (lihat Persamaan o dan m) adalah
2. Harga-harga ini juga ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan.
(c) Diagram beban-peralihan. Perilaku beban-peralihan struktur secara
lengkap diplot dalam Gambar 2-7 1 b. Perilaku ini elastis linier pada daerah dari ke
0
A, plastis sebagian dari A ke B, dan plastis penuh dari B ke C.

SOAL-SOAL BAB 2 I
Lembar PERUBAHAN PANJANG PADA ELEMEN 2.2-1 Sebuah kawat baja dan kawat tembaga mem-
Ke�ia
STRUKTUR VANG DIBEBANI SECARA punyai panjang sama dan memikul beban sama P (lihat
AKSIAL gambar). Modulus elastisitas untuk baja dan tembaga
Mekanika Bahan 1 39

ma sing-masing adalah Es = 29 x 1 06 psi dan Ec = 18 x


6 ton, berapakah faktor keamanan terhadap kegaga1an
10 . (a) Jika kedua kawat mempunyai diameter sama, kabel?
berapakah rasio perpanjangan kawat tembaga terhadap
perpanjangan kawat baja? (b) Jika kawat memanjang
sama besar. berapakah rasio diameter kawat tembaga
terhadap diameter kawat baja?

__- Kawat tembaga


..

Kawat baja 2.2-4 Sebuah katup pengaman di bagian atas tangki


yang mengandung uap bertek.ananp mempunyai lubang
pembuangan dengan diameter d (lihat gambar). Katup
ini didesain untuk melepaskan uap pada saat tekanan
mencapai harga PmaL· Jik.a panjang alami pegas L dan
kekakuannya adalah k. berapa seharusnya diameter katup?
(Nyatakan hasilnya sebaga.i rumus untuk h).

2.2-2 Sebuah benda berat sedang diangkat dari dasar


!aut dengan menggunakan kapal tarik (lihat gambar).
Kabel baja mempunyai modulus elastisitas efektif sama
dengan 140 GPa, dan bebannya menimbulkan tegangan
di kabel sama dengan 290 MPa. Jika bagian kabel yang
dibebani mempunyai panjang 90 m, berapakah
perpanjangan kabel pada saat benda diangkat?

2.2-5 Peralatan yang terlihat dalam gambar terdiri atas


penunjuk ARC yang dipikul oleh pegas yang berkekakuan
k. Pegas ini terletak pada jarak b dari ujung sendi. Peralat-
an inibeban
ada disesua.ikan sedemikian
P, penunjuk hingga agar
menunjukkan apabila
angka tidak
no! pada

skala sudut. Pada jarak


x berapa beban harus diletakkan
agar penunjuk akan menunjukkan 2° pada skala? Guna-
kan data berikut: k = 8,0 lb/in, b = 8 in, dan P = 3 lb.

2.2-3 Sebuah kabel baja dengan diameter 1 ,0 in (lihat


Tabel 2- 1 ) digunakan dalam konstruksi untuk

modulus elastisitas efektif E 20 psi. (a) Jika


x

= 6
mengangkat potongan jembatan yang beratnya 12 ton,
seperti terlihat dalam gambar. Kabel ini mempunyai
10
kabel mempunyai panj ang 45 ft, berapakah kabel itu
akan memanjang pada saat beban tersebut diangkat? (b)
Jika kabel itu dicanangkan untuk beban maksimum 15
1 40 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksia/

2 -6 Sebuah batang seragam AB yang beratnya W =


:.5 '\ dipikul oleh
Pegas di kiridua
me pegas,
mpunyaiseperti k1 dalam
terlihat
kekakuan 300 NI / Tiang baja
= =
m dan panjang alami L1 L2 = 200 mm. Jarak
= L = 350
antara pegas adalah
kanan adalah 250 mm. Besaran untuk pegas
=

80 mm dix
berapakah dari pegas kiri beban P =

k2 400 N/m dan jarak


/�
Batang

mm, dan pegas di kanan

digantung pada tumpuan yang berjarak h

bawah titik tumpuan untuk pegas kiri. Pada

18 !\ harus di-

letakkan agar batang ini terletak horizontal·?


h

L =

elastisitas E = 200 GPa. Sebuah beban P bekerja


dalarn arah horizontal ke kanan di titik hubung C. (a)
Jika P 620 kN, berapa peralihan horizontal titik hubung
=

un g B dibatasi pada 1 ,0 mm?


2.2-7 Sebuah baja mutu tinggi dengan diameter d =

tembaga
2.2-10 Rangka batang ABC yang terlihat dalam gambar

mempunyai bentang 3 m dan terbuat dari pipa baja


2

: ang mempunyai luas penampang A = 3540 mm dan


md
o ulus
= 30 x 1 06
=
L

ameter d 2 mm dan modulus elastisitas E 75 GPa

tumpuan sendi dengan tiang baja (lihat gambar). Batang


temba ga mempunyai panjang 26 ft, luas penampang
2 = 6

in dan modulus elastisitas E menyalurka n beban P 61 00


30.000 ksi) mengalami beban tekan P, seperti terlihat
dalam gambar. Kolom ini mempunyai panjang L = 8,2 ft
dan diameter d =

psi harus
0,5
titik hub
B? (b Berapa beban izin maksimum
Pmaks jika peralihan
dibatasi pada 0,15 in, berapakah beban maksimum Pmaks
yang diizinkan?

2.2-8 Sebuah kawat aluminium yang mempunyai di-


2.2-1 1 Sebuah kolom Iingkaran berlubang dari baja (£
=

= 8,0 in. Beban P


= =
panjang kawat adalah 3,8 m, berapa beban izin Pmaks?
2.2-9 Sebuah batang panjang dari tembaga persegi
panjang yang mengalami beban tarik P digantung pada
pang 8,4 in , dan modulus elastisitas E, 29 x 10 psi.

(a) Tentukan peralihan ke bawah 8 di ujung bawah batang Gambar untuk Soal 2.2-11 dan 2.2- 12
tembaga akibat beban P 85 k. (b) Berapakah beban
izin maksimum Pmaks jika peralihan 8 dibatasi pada
0,30 in.?
Mekanika Bahan 1 41

tekan izin adalah 8, 1 ksi dan perpendekan izin untuk yang berjarak x dari titik C. Berapakah jarak x agar plat
kolom adalah 0.025 in, berapakah tebal dinding yang tersebut mempunyai kemiringan 0,1 ° (di sepanjang garis
dibutuhkan? CD) akibat gabungan
aksi gaya P dan berat W?

2.2-12 Sebuah kolom lingkaran berlubang dari baja (E


= 210 GPa) mengalami beban tekan P, seperti terlihat
BATANG TAK SERAGAM
dalam gambar. Kolom ini mempunyai panj ang L = 2,5
m dan diameter d 200 mm. Beban P 490 kN. Jika
= =

tegangan tekan izin adalah 56 MPa dan perpendekan 2.3-1 Perhatikan balok dan batang yang terlihat dalam
izin untuk kolom adalah 0,6 mm, berapakah tebal dinding Gambar 2- 12a pada Contoh 2-3, dan memperhatikan
t yang dibutuhkan? bahwa beban P1 dan P: bekerja masing-masing di titik
C dan E. Dengan menga'>umsikan bahwa kedua bagian
2.2-13 Balok kaku horizontal ABCD dipikul oleh batang batang vertikal ABC terbuat sed
dari bahan hingga
emikian yang sama, carilah
peralihan
vertikal
l OO kBE
dandan
P2 CF 90dan
= dibebani
k yang oleh gaya vertikal
masing-masing bekerjaP1
di 1
(��
titik A dan D (lihat gambar). Batang BE dan CF terbuat
= atakan hasilnya di dalam
dari baja (E 29,5 1 06 psi) dan luas penampang A8 luas
rumuspenampang A1 dan A:·
vertikaluntuk
titik Crasio
akanP.;P
sen
a a,
no!.
pada
2 batang ditunjukkan
=
2
x
E
dalam gambar. Tentukan per- dimensi Ll' L2, dan
= = dan b seperti terlihat dalarn garnbar tersebut.)

alihan vertikal 8A dan 8D masing-masing di titik A dan D. luas penampang 260 mm2 dan dibebani gaya P1 = 1 2 kN,
=
segmen batang adalah

22, 1 in dan AcF 18,3 in . Jarak antara titik-titik P2 8 kN, dan P3 = a = 1,5 m. b = 0.6 m, dan c =

6 kc�. Panjang masing-masing

0,9 m. (a) Dengan mengasumsikan bahwa modulus


elastisitas E 210 GPa, hitunglah perubahan panjang
2.3-2 Sebuah batang baja A.D (}ihat garnbar) mempunyai

2.2-1 4 Sebuah plat setengah 1ingkaran A CBD yang


beratnya W = 500 N dan jari-jarinya R = 1 ,0 m ditumpu

batang, Apakah batang ini memanjang atau memendek?

(b) Berapakah P3 harus dibesarkan agar ujung D batang


E = 630 x 1 0 psi dibebani gaya P ' P2, dan P 3
(lihat
a b 3 ft, dan c = 6 ft.
= =

= =
2.3-3 Sebuah pipa yang mempunyai modulus elastisitas
I 12 ft, dan jarak
gambar). Pipa ini mempunyai panjang
antara titik-titik beban ada1ah
Bebannya adalah P1 4 k, P2 3 k, d2an P3 3 k, dan
=

tidak bergerak apabila beban bekerja? jarak


x

J
r

dan panjang L = = 210 GPa, diameter d = 2 mm,


= p

di titik A, B, dan D oleh tiga kawat identik (lihat gambar).


Titik C ada di pusat busur lingkaran ADB dan jari-jari
CD tegak lurus diameter AB. Setiap kawat mempunyai
modulus elastisitas E
1 ,2 m. Asumsikan bahwa plat ini kaku.
Beban P 3W diletakkan pada jari-jari CD di titik
peralihan 88, De, dan 8D di titik-titik beban. (b) Tentukan
dari tumpuan kiri ke penampang di mana
peralihannya no!.
2.3-4 Sebuah gedung dua tingkat mempunyai kolom
baja AB di lantai pertama dan BC di kolom kedua (lihat
gambar) (lihat gambar). Beban atap P1 sama dengan

luas penampang pipa adalah 2,8 in . (a) Hitunglah



a = 3,75 m
a = 3,75 m
J
1 42 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Setiap kolom mempunyai panjang a = 3,75 m. Luas eter d1 =


1 00 mm dan segmen BC mempunyai diameter
penampang kolom Jantai pertama dan kedua masing- d2 = 60 mm. Kedua segmen mempunyai panjang U2 =
masing adalah 1 1 .000 mm 2 dan 3.900 mm2• (a) Dengan
0,6 m. Sebuah lubang longitudinal yang diameternya d
menganggap bahwa E = 206 GPa, tentukan peralihan ke
dibor menembus segmen AB hingga setengah dari
bawah De titik C akibat beban P1 dan P2, (b) Berapa =
beban tambahan P0 yang dapat diletakkan di puncak
panjangnya (jarak U4 0,3 m). Batang ini terbuat dari
C) Beban tekan P 1 10 kN bekerja di ujung batang. Jika
kolom (titik jika peralihan ke bawah titik C tidak =

plastik yang mempunyai modulus elastisitas E 4,0 GPa.


boleh melebihi 4,0 mm? perpendekan batang dibatasi pada 8,0 mm, berapakah
=

diameter lubang maksimum d yang diizinkan?


2.3-5 Sebuah batang prismatis AD mengalami beban
Pp P2, dan P3 yang bekerja di titik B,C. dan D. seperti
terlihat dalam gambar. Setiap segmen batang mempunyai
panjang 2 0in. Batang ini mempunyai luas penampang A
2
= 1 ,40 in dan terbuat dari tembaga dengan E = 17.000

ksi. (a) Tentukan peralihan 60 di ujung bebas batang.


(b) Berapakah seharusnya beban P3 jika peralihan di
titik D dikehendaki menjadi setengah dari harga semu1a?

2.3-9 Sebuah tiang baja, yang dipancang ke dalam


tanah, memikul beban P dengan cara gesekan di sepan-
jang sisi-sisinya (lihat gambar). Friksi gayafper panjang
satuan tiang dianggap mempunyai distribusi terbagi rata
di seluruh permukaan tiang. Tiang ini mempunyai
2.3-6 Batang ABC terdiri atas dua bahan dan mem- panjang L, luas penampang A, dan modulus elastisitas
punyai panjang total I m dan diameter 50 mm (lihat E. (a) Turunkan rumus untuk perpendekan 0 dari tiang
gambar). Bagian AB adalah baja (E,=210 GPa) dan yang dinyatakan dalam P, L, E, dan A. (b) Gambarlah
bagian BC adalah aluminium (Ea = 70 GPa). Batang ini diagram yang menunjukkan bagaimana tegangan tekan
mengalami gaya tarik 1 1 0 kN. (a) Tentukan panj ang L 1 ac bervariasi di seluruh panjang tiang.
dan L2 untuk masing-masing bagian agar kedua bagian
mempunyai perpanjangan yang sama. (b) Berapakah
perpanjangan total o batang?

2.3-7 Sebuah batang yang panjangnya 8 ft mempunyai


diameter penampang d1=0,75 in di setengah panjangnya, P 0 Sebuah
= 22,0
2.3-1 kabelbawahnya
kN di ujung baja panjang ABgambar).
(lihat memiku1Panjang
beban
dan d2 = 0,50 in di setengah panjang Jainnya (lihat
gambar). (a) Berapakah perpanjangan batang akibat beban kabel L = 450 m dan berat per satuan panjang ada1ah w

tarik P = 5000 lb? (b) Jika volume bahan yang sama = 6, 1 N/m. Regangan di tengah tinggi kabel diukur
digunakan untuk membuat batang dengan diameter d dan
panjang 8 ft, berapakah perpanjangan batang ini akibat
beban P yang sama? (Asumsikan E = 30 x 1 0 6 psi.)

2.3-8 Sebuah batang ABC yang panjangnya L terdiri


atas dua bagian yang panjangnya sama tetapi diametemya
berbeda (lihat gambar). Segmen AB mempunyai diam-
Mekanika Bahan 1 43

dengan strain gage dan diperoleh besarnya 0,00223. (a) dan modulus elastisitas nya adalah E. (a) Turunkan rumus

regangan t:8 di ujung bawah kabel? (c) Berapa per- dalam P, L1, L2• E, dan A. (b) Gambarlah diagram yang

ac bervariasi
di seluruh panjang tiang.
Berapakah regangan EA di ujung atas kabel? (b) Berapa
panjangan 8 kabel?
2.3-1 1 Sebuah batang prismatis AB yang panjangnya
L, luas penampangnya A, modulus elastisitasnya E, dan
untuk menghitung perpendekan 8 tiang yang dinyatakan
beratnya W digantung secara vertikal dan dibebani berat
sendiri (lihat gambar). (a) Turunkan rumus untuk
peralihan ke bawah 8c di titik C, yang terletak di j arak menunjukkan bagaimana tegangan tekan
c
dari ujung bawah batang. (b) Berapa perpanjangan 88
keseluruhan batang? (c) Berapa rasio r perpanjangan T
tI
-�
setengah bagian atas batang terhadap perpanjangan
setengah bagian bawahnya?

L
T
L_ B
I
I
t

2.3-1 2 Sebuah tiang beton AB yang mempunyai pe-


l
nampang bujursangkar dan tinggi L meruncing dari *2.3-14 Sebuah batang kerucut panjang, langsing yang
bawah ke atas (lihat gambar). Penampang di atas dan berpenampang lingkaran dan mempunyai panjang L, serta
bawah mempunyai lebar masing-masing b dan 2b. (a) diameter dasar d digantung dalam arah vertikal dan
Dapatkan rumus untuk perpendekan 8 tiang ini akibat mengalami beban akibat berat sendiri, seperti terlihat
beban tekan P (abaikan berat sendiri tiang). (b) Hitunglah dalam bagian (a) pada gambar. Batang ini mempunyai
perpendekannya jika L = 4 m, b = 0,8 m, P = 1 800 kN, berat W dan modulus elastisitas E. (a) Turunkan rumus
dan modulus elastisitas beton adalah 24 GPa. untuk menghitung perpanjangan oc batang kerucut. (b)
Jika volume bahan yang sama digunakan dalam batang
prismatis dengan penampang lingkaran dan panjang L
[lihat bagian (b) pada gambar], berapakah perpan-
jangannya?

(a) (b)

*2.3-1 3 Sebuah tiang kayu yang memikul kepala tiang *2.3-1 5 Sebuah cakram (disk) kaku dengan j ari-jari R
berputar dengan kelajuan sudut konstan
mengalami gaya gesekan f per panjang satuan tiang di
gbagian panj
ambar). angnya gaya
Intensitas yang gesekan
tertanambervariasi
di dalam secara
tanah linier
(lihat sumbu yang melalui pusatnya C (lihat gambar). m terhadap
Enam
pisau prismatis identik, yang masing-masing mempunyai
terhadap jarak y dari dasar tiang, artinyaf di mana panjang L, terpasang dengan arah radial ke luar dari
tersebut. Bahan pisau mempunyai modulus elastisitas disk
E
adalah konstanta. Panjang tiang yang tertanam adalah
L1 dan bagian atas tiang mempunyai panjang
c = c y , L2 juga,
dan rapat massa p (massa per unit volum). Tentukan
beban di tiang adalah P, luas penampangnya adalah A, perpanjangan o pisau ini akibat efek sentrifugal.
1 44 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

bagian (b) pada gambar] sebagai kabel parabolik yang


ditumpu di titik A dan B dan memikul beban terbagi rata
dengan intensitas q pada bidang horizontal. Bentang kabel
adalah L, sag-nya h, serta rigiditas aksial adalah EA, dan
pusat koordinat ada di tengah bentang. (a) Turunkan
rumus untuk perpanjangan 8 kabel AOB yang terlihat
dalam bagian (b) gambar tersebut. (b) Hitunglah
perpanjangan 8 bentang tengah dari kabel utama pada
Golden Gate Bridge, di mana dimensi dan besarannya
adalah L = 4.200 ft, h = 470 ft, q= 12.700 lb/ft, dan E
**2.3-16 Sebuah tiang aluminium yang meruncing AB = 28.800.000
paralel denganksi. Kabel0,ini1 terdiri
diameter 96 in. atas 27.572
(Petunjuk: kabel
Tentukan

dengan penampang lingkaran berlubang dan panjang L gaya tarik T di sembarang titik dari kabel dari diagram
ditekan oleh beban P (lihat gambar). Diameter luar di benda bebas dari kabel; 1alu, tentukan perpanjangan
atas dan bawah tiang adalahAd dan 8,
d dan tebal dinding elemen kabel yang panjangnya d5; akhimya, integrasikan
adalah t. Turunkan rumus untuk perpendekan tiang. di sepanjang kurva kabel untuk mendapatkan persamaan
perpanj angan 8.)

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

di mana E adalah modulus elastisitas. 2.4-1 Sebuah struktur yang terdiri atas inti perunggu
dan pipa aluminium mengalami gaya tekan P (lihat
gambar). Panjang pipa aluminium dan inti perunggu
adalah 14,0 in., diameter inti adalah 1,0 in., dan dia-
meter luar pipa adalah I ,6 in. Juga, modulus e1astisitas
aluminium dan perunggu masing-masing adalah I 0,5 x
1 06 psi dan 15,0 x 106psi. (a) Jika panjang struktur ini
berkurang 0, 1% apabila dibebani P, berapa besar beban
P tersebut? (b) Berapa beban izin maksimum Pmaks jika
tegangan izin di aluminium dan perunggu masing-masing
adalah 1 2.000 psi dan 18.000 psi?

**2.3-1 7 Kabel utama dari jembatan gantung [lihat


bagian (a) dari gambar] mengikuti kurva yang mendekati
parabola karena beban utama di kabel adalah berat dek
jembatan, yang mempunyai intensitas seragam di
sepanjang horizontal. Dengan demikian, kita dapat
menyatakan daerah tengah AOB dari kabel utama [lihat

(a)

2.4-2 Sebuah struktur terdiri atas inti perunggu (dia-


meter d1 = 6,0 mm), dan pipa baja (diameter dalam d2
= 7,0 mm, diameter luar d3 = 9 mm). Sebuah beban P
menekan struktur yang mempunyai panjang L = 85 mm
ini. Modulus elastisitas perunggu dan baja masing-masing
adalah 100 GPa dan 200 GPa. (a) Berapa beban P yang
(b) akan memendekkan struktur ini 0,1 mm? (b) Jika
Mekanika Bahan 1 45

tegangan izin baja adalah 1 80 MPa dan tegangan izin di batang luar (bahan A) adalah identik. Luas penampang
perunggu adalah 140 MPa, berapa beban tekan izin P izin? batang tengah (bahan B) adalah 50% lebih besar daripada
luas penampang satu batang luar. Juga, modulus
elastisitas bahanAadalah dua kali bahan B. Berapa fraksi
dari beban P yang disalurkan oleh batang tengah? (b)
Berapakah rasio tegangan di batang tengah terhadap
batang luar? (cBerapa
) rasio regangan batang tengah
terhadap regangan batang luar?

erunggu

2.4-5 Tiga kabel baja digabungkan bersama untuk


memikul beban 12 k (lihat gambar). Diameter kabel
tengah adalah 3/4 in dan diameter masing-masing kabel

t a) Berapa persen dari


dari beban, maksudnya 4 21
9 k hingga beban totalnya k.
tepi adalah 1/2 in. Tarik di kabel disesuaikan sedemikian
lingkaran
2.4-3 dankolom
Sebuah panjang L =bertulang dengan penampang
beton tegangan am dan a
hingga masing-masing kabel hanya memikul
k. Kemudian. sepertiga
beban diperbesar
dan tepi? (
=
P Catatan: Lihat Tabel 2-1 di Subbab 2.2 untuk
0 masing-masing di kabel baja tengah
12 ft memikul beban tekan
200 ktulangan,
batang (lihat gambar). Kolom ini mempunyai
masing-masing mempunyaidiameter
delapan
beban total yang dipikul oleh kabel tengah? (b) Berapa
efektif 1 ,0 in. Batang-batang dikekang oleh sengkang
besaran-besaran kabel.)
lingkaran untuk mencegahnya menekuk ke luar. Luas
=

terlihat dalam gambar (bagian luar dari beton dapat pecah


sehingga tidak dipandang efektif dalam memikul beban). x

Asumsikan bahwa modulus elastisitas baja adalah 29

1 06 psi
efektif dan untuk
beton beton adalah
mempunyai 3,6 de
diameter 13 6 psi.
1 0in, (a)
seperti
Hitunglah tegangan dan

as <Ye di baja dan beton. (b)

Hitunglah perpendekan 8 di kolom. (Petunjuk: Dalam

menghitung luas beton, abaikan luas yang ditempati oleh


delapan tulangan baja.)

2.4-4 Tiga batang prismatis, dua dari bahan A dan satu

2.4-6 Sebuah batang A CB yang mempunyai dua luas

dari bahan B, menyalurkan beban P (lihat gambar). Kedua

R R8A

penampang yang berbeda A1 dan A2 ditahan antara dua

tumpuan kaku A dan B (lihat gambar). Sebuah beban P

bekerja di titik C, yang berjarak b1 dari ujung A dan

berjarak b2 dari ujung B. (a) Dapatkan rumus untuk reaksi

dan masing-masing di tumpuan A dan B, akibat


1 40 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

8c
beban P. (b) Dapatkan rumus untuk peralihan ke bawah natnya adalah peralihan horizontal titik yang ber-
di titik C. sangkutan di batang.

2.4-9 Sebuah batang AB dengan kedua ujungnya terjepit


bl dan mempunyai dua luas penampang yang berbeda
dibebani oleh dua beban P yang sama besar tetapi
berlawanan arah, seperti terlihat dalam gambar. Luas
1, dan di tengah
penampang
A . (a) di dekat ujung adalahdan
R4 R8
adalah Tentukan reaksi A
2 di kedua ujung
I
batang. (b) Tentukan gaya aksial tekan F di bagian tengah
I
batang. (c) Pacta kondisi bagaimana tegangan tekan di
b2 tengah batang secara numerik sama dengan tegangan
I tarik di ujung batang?

2.4-7 Pipa aluminium dan baja yang terlihat dalam


gambar dikekang di tumpuan kaku A dan B dan di C
pacta pertemuan kedua pipa. Panjang pipa aluminium
dua kali panjang pipa baja. Dua beban yang sama dan
simetris P bekerja di plat C. (a) Dapatkan rumus untuk 2.4-10 Sebuah batang komposit dengan penampang
tegangan aksial0"0 dan 0"5 masing-masing di pipa alu- bujursangkar dan dimensi 2b x 2b terbuat dari dua bahan
minium dan baja. (b) Hitunglah tegangan untuk data yang berbeda dengan modulus elastisitas E1 dan E2 (lihat
berikut: P = 1 2 k, luas penampang pipa aluminium Aa = gambar). Kedua bagian batang mempunyai dimensi

lus elastisitas aluminium Ea = 10 x 10 psi dan modulus beban P yang bekeija melalui plat ujung kaku. Garis kerja
6 e

elastisitas baja Es = 29 x 10 psi. beban ini mempunyai eksentrisitas sedemikian hingga


2 2
8,92 in , luas penampang pipa baja As = 1 ,03 in , modu-
6
potongan melintang yang sama. Batang tersebut memikul
setiap(a)
rata. bagian batang
Tentukan mengalami
gaya aksial P1 tegangan tekan bagian
dan P2 di kedua terbagi
batang. (b) Tentukan eksentrisitas e beban. (c) Tentukan
rasio tegangan a1 dan a2 di kedua bagian batang.

c
2L
Pipa
aluminium
¥

2.4-1 1 Tiga kabel vertikal dengan diameter yang sama


dan dari bahan yang sama memikul balok horizontal
kaku di titik A, B, dan C (lihat gambar). Kabel B dan C
2.4-8 Batang berbeban aksialABCD yang terlihat dalam mempunyai panjang h dan kabel A mempunyai panjang
2h. Tentukan jarak x antara kabel A dan B sedemikian

T
gambar ditahan antara tumpuan-tumpuan kaku. Batang
tersebut mempunyai luas penampang A0 dari A ke C dan
RA 2h
T
Rv
dan
2A0 daridiCujung-ujung batang. (b)
ke D. (a) Dapatkan Tentukan
rumus untuk peralihan
reaksi

88 Oc
mana absisnya adalah jarak x dari tumpuan kiri dan ordi-
dan di titik B dan C. (c) Gambarlah diagram di

1
h

1
Mekanika Bahan 1 47

hingga balok akan tetap horizontal apabila beban P di B. Tentukan peralihan Oc di ujung bawah batang akibat
bekeija di titik tengah. beban P, dengan beranggapan bahwa pipa tersebut pas
benar di B apabila tidak ada beban. (Asumsikan L1 =
2.4-12 Sebuah benda tegar AB yang beratnya W di- 2
2L 3= 250 mm. L: = 225 mm, A1 = 2A3 = 960 mm , dan
gantung pacta kawat vertikal yang beijarak satu sama =
A2 = 300 mm . )
lain sama. dua dari baja dan satu dari aluminium (lihat
gambar). Kawat-kawat ini memikul beban P yang bekeija
di titik tengah blok. Diameter kawat baja adalah 2 mm,
dan diameter kawat aluminium adalah4 mm. Berapa
beban P yang dapat dipikul jika tegangan izin di kawat
baja adalah 220 MPa dan di kawat aluminium adalah 80
MPa? (Asumsikan W = 800 N, E5 = 210 GPa, dan Ea =
70 GPa.)

A 2.4-1 5 Sebuah batang kaku A.B yang panjangnya L


dihubungkan ke dinding dengan menggunakan sendi di
A dan dipikul oleh dua kawat vertikal yang terpasang di
titik C dan D (lihat gambar). Kawat-kawat ini mempunyai
2.4-13 Sebuah batang kaku horizontal AB yang mem-
luas penampang A yang sama dan terbuat dari bahan
punyai berat W = 7.200 lb dipikul oleh tiga batang yang sama pula (modulus elastisitas E), tetapi kawat D
lingkaran langsing (lihat gambar). Dua batang tepi terbuat
6 mempunyai panjang dua kali kawat C. (a) Carilah gaya
dari aluminium (E1 = lO x 10 psi) dengan diameter d1
tarik Tc dan TD di kawat akibat beban vertikal P yang
= 0,4 in. dan panjang L1 = 40 in. Batang tengah adalah
6
magnesium (E2 = 6,5 x 10 psi) dengan diameter d2 dan
88
bekeija di ujung B. (b) Carilah peralihan ke bawah di
ujung B.
panjang L2. Tegangan izin di aluminium dan magnesium
masing-masing adalah 24.000 psi dan 13.000 psi. Jika
dikehendaki agar ketiga batang dibebani hingga mencapai
harga izinnya, berapa diameter d2 dan panjang L2 pada
batang tengah?
t
h

2.4-1 6 Sebuah batang kaku ABCD ditumpu sendi di


titik B dan ditumpu dua pegas di A dan D (lihat gambar).
Pegas di A dan D mempunyai kekakuan k1 = 15 kN/m
dan k2 = 35 kN/m. Beban P bekerja di titik C. Jika sudut

b = 500 mm
2.4-14 Sebuah batang baja ABC (E = 200 GPa)
mempunyai luas penampang A1 dari A ke B dan luas
penampang A2 dari B ke C (lihat gambar). Batang ini
dipikul di ujung A dan mengalami beban P yang sama
dengan 40 kN di ujung C. Sebuah pipa baja lingkaran
BD dengan luas penampang A3 memikul batang tersebut k1 = 15 kN/m
1 48 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

r-���
2.4-20 Sebuah rangka persegi panjang yang lebarnya

izin maksimum Pmaks?


7b danditingginya
sendi 3b (lihat
C dan ditumpu A dan mempunyai
di gambar) tumpuan
D oleh kawat-kawat
batang akibat aksi beban P dibatasi 2°, berapa
:ci\an 7 Tiga pegas yang identik dan berjarak sama me-
2.4-1
mikul batang kaku horizontal ABC (lihat gambar). Beban
P bekerja pada jarak x dari titik A. (a) Plotlah grafik
yang menunjukkan bagaimana gaya FA, F8, dan Fe di
ketiga pegas bervariasi terhadap jarak x. (Misalkan x
bervariasi dari 0 hingga 2L.) (b) Untuk harga x berapakah
ketiga pegas mengalami tekan? (c) Untuk x berapakah
pegas di A mengalami tarik?

2.4-1 8 Sebuah batang kaku AB dipikul oleh dua kabel


CE dan BD seperti terlihat dalam gambar. Kabel-kabel
ini identik kecuali panjangnya-kabel BD mempunyai
panjang h dan kabel CD mempunyai panjang 1 ,5h (yang
berarti panjang batang adalah L =h -J5
). Tentukan gaya
tarik T8D dan TeE di kabel akibat bebas P yang bekerja
di titik F.

Th

2.4-1 9 Sebuah batang kaku BD mempunyai ujung sendi


di B dan dipikul oleh kabel AC dan AD (lihat gambar).
Panjang batang adalah 3b dan titik A berada pada 1 ,5b
di atas titik B. Beban P bekerja ke bawah di ujung D dari
batang. (a) Tentukan gaya tarik TAe dan TAD di kabel-
kabel. (b) Tentukan peralihan ke bawah 8D di titik D.
vertikal yang identik. Rangka ini dibebani gaya P yang
bekerja di B. Diameter kawat adalah 2 mm. Jika
tegangan tarik di kawat akibat beban P tidak dapat
melebihi
220 MPa, berapa beban izin maksimum Pmaks? (Abaikan
deformasi rangka.)

2.4-21 Sebuah batang kaku EDB ditumpu sendi di titik


E dan ditahan oleh dua kabel AB dan CD (lihat
gambar). Kedua kabel adalah sama, kecuali panjangnya.
Beban P bekerja di ujung B dari batang. Tentukan gaya
tarik di kabel dan sudut rotasi batang.

T
3b

6b

l
4b -- p1--
*2.4-22 Sebuah batang trimetalik ditekan secara seragam
oleh gaya aksial P yang bekerja melalui plat kaku (lihat
gambar). Batang ini terdiri atas inti baja lingkaran yang

(a) (b)
Mekanika Bahan 1 49

dikelilingi oleh tabung perunggu dan tabung tembaga. 2.5-5 Sebuah silinder baja solid S diletakkan di dalam
lnti baja mempunyai diameter 10 mm, tabung perunggu tabung tembaga C yang mempunyai panjang sama (lihat
mempunyai diameter luar 15 mm, dan tabung tembaga gambar). Koefisien ekspansi termal ac untuk tembaga
mempunyai diameter luar 20 mm. Modulus elastisitas lebih besar daripada koefisien as untuk baja. Sesudah
masing-masing bahan adalah Es = 210 GPa, Eb = 1 00 dirakit, silinder dan tabung ditekan di antara plat-plat
GPa, dan Ec = 1 20 GPa. Hitunglah tegangan tekan as, kaku dengan gaya P. Dapatkan rumus untuk peningkatan
ab, dan a, di baja, perunggu, dan tembaga, apabila beban temperatur t.T yang akan menyebabkan semua beban
P sama dengan 12 kN. dipikul oleh tabung tembaga.

EFEK TERMAL
..
'

2.5-1 Rei kereta api dilas di ujung-ujungnya (untuk


membentuk
apabila rodarei kontinusambungan
melewati sehingga rei)
menghilangkan suara
pacta temperatur :c s i:cI
;
! .

x 1 0- /oF
dan modulus elastisitas E = 29 x 1 06 psi?

50°F. Berapa tegangan tekan a yang dihasilkan pacta 6


saat rei tersebut diipanaskan oleh matahari
jika koefisien ekspansi termal a adalah 6,5 hingga l 20°F
2.5-2 Sebuah pipa uap yang diameternya 150 mm
terletak di dalam alur pacta temperatur 1 3°C. Apabila
uap melewati pipa tersebut, temperaturnya meningkat
l 20°C.
pipa (a) Berapa
tersebut berekspansi t.d
bebaspertambahan di diameter
dalam pipa jika
semua arah? (b) 2.5-6 Sebuah batang AB yang panjangnya L ditahan di
Berapa tegangan aksial a di dalam pipajika alur menahan antara tumpuan-tumpuan kaku dan dipanaskan secara
pipa tersebut sedemikian rupa sehingga pipa tersebut me-
tidak seragam sehingga peningkatan temperatur t.T pacta
manjang hanya sepertiga dari perpanjangan kalau pipa
jarak x dari ujung A dinyatakan dengan rumus t.T =
tersebut bebas berekspansi? (Catatan: Pipa terbuat dari
t.T1Y?!L2, di mana !':.T1 adalah peningkatan temperatur di
baja dengan modulus elastisitas E = 200 GPa dan ujung B dari batang (lihat gambar). Tentukanlah tegangan
1 0-6
koefisien ekspansi termaJ a = 12 X /0C.) tekan ac di batang (Asumsikan bahwa bahan ini mem-
2.5-3 Sebuah pipa aluminium mempunyai panj ang punyai modulus elastisitas E dan koefisien ekspansi
1 90 ft pacta temperatur 65°F. Pipa baja di dekatnya pacta termal a.
temperatur yang sama
panjang daripada mempunyaiPacta
pipaaluminium. panjang 0,25 inberapa
temperatur lebih

(dalam derajat Fahrenheit) perbedaan panjang keduanya


0,50 in.? (Asumsikan bahwa koefisien ekspansi termal
aluminium dan baja masing-masing adalah aa = 1 3 x
1 0-6 /oF dan as = 6,5 X I 0-6 /°F.)
0
A B

2.5-4 Peralatan yang terlihat dalam gambar ini terbuat


dari batang wolfram AC dan batang magnesium BD yang
terpasang di penunjuk CDP dengan sendi di C dan D.
Misalkan koefisien muai termal untuk magnesium dan

8
wolfram dinyatakan dengan am dan ar Turunkan rumus
2.5-7 Sebuah batang baja bundar yang diameternya
untuk peralihan vertikal (positif ke atas) titik P akibat
0,375 in. ditahan secara pas (tetapi tanpa tegangan awal)
pertambahan temperatur seragam t.T. Dapatkah alat ini
di antara dinding kaku oleh susunan seperti terlihat dalam
digunakan sebagai termometer?
gambar. Hitunglah penurunan temperatur t.T (deraj at
Fahrenheit) yang menimbulkan tegangan geser rata-rata
r- -- di baut yang diameternya 0,25 in. menjadi 7500 psi.
(Untuk baja, gunakan a = 6,5 x 1 0-6 /oF dan E 30 x=
,
10 psi.) 6

Baut dengan diameter 0,25 in.


L !:J.T !:J.T

0,375 in.
1 50 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

1 5 mm, panjang L1 = 1 1 00 mm) mempunyai selubung ah = 1 1 X �


· t°F dan Eh = 1 5
w X 1 0 psi; untuk baja, as
X
6 6
perunggu (diameter luar d2 = 21 mm, panjang L2 = 400 = 6.5 1 0- /oF dan Eh = 30 x 10 psi.
2.5-8 Sebuah batang baj a bundar AB (diameter d1 =

8
mm) yang pas benar seperti terlihat dalam gambar. (Gunakan besaran bahan sebagai berikut: untuk perunggu,
6
Hitunglah perpanjangan total batang baja akibat Selubung perunggu
adalah sebagai
peningkatan l'lT =baja
berikut: untuk
temperatur 350°C. 12 x 1 0 bahan
as =(Besaran /' C dan
-"
-D
E = 210 GPa, untuk perunggu a = 20 .t�c dan
s = 1 10 GPa)
Eb b x 10
Baut baja

2.5-1 2 Sebuah batang lingkaran solid yang diametemya


pas di dalam tabung tembaga mempunyai panjang yang
sama dengan tabung tersebut (lihat gambar). Diameter
luar tabung tembaga adalah 50 mm dan diameter
dalamnya adalah 45 mm. Diameter batang aluminium
adalah 42 mm. Pacta setiap ujung rakitan, sendi metal
2.5-9 Sebuah batang plastik ACB yang mempunyai dua dengan diameter
tabung tadi 8 mm
dengan dapat
sudut sikumelewati
terhadap susunan
sumbu batang-
batang.
penampang lingkaran solid ditahan di antara tumpuan- Carilah tegangan geser rata-rata di sendi jika temperatur-
di bagian kiri dan kanan masing-masing adalah 2,0 in dan a = 23 x

ac = 1 0- /oC.
12 in. Juga, modulus elastisitas E = 860 ksi dan koefisien 10- /oC; untuk tembaga, Ec = 1 20 GPa
dan 3,0 in. Panjangnya masing-masing adalah 9 in. dan 17 X 6
a
dan

nya ditingkatkan 20 °C. (Untuk aluminium, Ea = 70 GPa


6

tumpuan kaku seperti terlihat dalam gambar. Diameter


ekspansi termal a adalah 60 6

X w- /°F. Batang ini

Oc

batang; (b) tegangan tekan maksimum ac; dan (c)


----------
mengalami peningkatan temperatur seragam sebesar

peralihan titik C.

2.5-1 0 Sebuah batang nonprismatis A CB yang panjang-


nya L ditahan di antara dua tumpuan kaku (lihat gambar).
50°F. Hitunglah besaran berikut: (a) gaya tekan P di
Setengah bagian kiri dari batang tersebut mempunyai luas
penampang A1 dan setengah sisanya mempunyai
luas penampang A2. Modulus elastisitasnya adalah E dan
a.
di ujung A dan ditumpu oleh dua kabel di titik B dan C
(lihat gambar). Kabel di B mempunyai diameter dB =
0,5 in. dan kabel di C mempunyai diameter de = 0,75 in.
Batang aluminium Sebuah beban P bekerja di ujung D dari batang. Berapa
beban izin p jika temperatur meningkat sejauh 1 00°F
dan setiap kabel diharuskan untuk mempunyai faktor
keamanan sedikitnya 5 terhadap putus? (Catatan: IKabel-
0- fOF.

2.5-1 3 Sebuah batang kaku ABCD mempunyai sendi 10 6 psi dan koefisien ekspansi termal a = 6,5 X
6

kabel mempunyai modulus elastisitas efektif E = 20 x

koefisien ekspansi termalnya adalah Dengan meng- Besaran lain untuk kabel dapat diperoleh dalam Tabel
anggap bahwa batang ini mengalami peningkatan
(a) gaya tekan P di batang, dan (b) peralihan Oc titik C
(positif berarti peralihan tersebut berarah ke kiri).
2.5-1 1 Sebuah selubung perunggu terletak pas di se- keliling
baut baja (lihat gambar) dan mur dikencangkan sampai pas
benar. Baut tersebut mempunyai diameter 3/ 8 in., dan
selubungnya mempunyai diameter dalam dan luar masing-
masing 1 3/32 in. dan 5/8 i11. Hitunglah
peningkatan temperatur l'lT yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tegangan tekan 3500 psi selubung.

temperatur l'lT dan bahwa A2 >A 1 , turunkan rumus untuk:


2. I, Subbab 2.2.)
540 kN dan koefisien ekspansi terma1 a = 23 X I Q- /0C.

T TA
(a) Jika heban \ertikal P = 2,2
kN kawat A dan B? (b)

B
Jika, sementara beban bt:�"'rja,

2.5-1 4 Sebuah plat segitiga mempunyai sendi di C dan


gambar). Setiap kawat mempunyai rigiditas aksial E A =
6 D,
bekerja di titik
berapakal< �aya ta�"ik dan di
P temperatur kedua kawat

ditahan oleh dua kawat horizontal di titik A dan B (lihat


Mekanika Bahan 151

ditingkatkan 1 CXFC. berapa gaya TA dan T8? (c) Berapa suatu mesin uji (lihat gambar). Jika tegangan ultimate
peningkatan temperatur D.T yang akan menyebabkan untuk bata adalah 1 100 psi dan tegangan tekan ultimate-
kawat B menJadi kendor? nya ada1ah 3800 psi. berapa gaya Pmaks dibutuhkan untuk
memecahkan bata ini�
2.6-4 Sebuah kawat perunggu dengan diameter d
= 2
mm ditarik antara dua tumpuan kaku sedemikian hingga
gaya tariknya adalah T = 1 40 N (lihat gambar). Berapa
penurunan temperatur izin maksimum D.T jika tegangan
geser izin di kawat adalah 80 MPa? (K oefisien ekspansi
termal untuk kawat adalah 19.5 x 1 0-6/oC dan modulus
elastisitasnya adalah1 GPa.)
05

-- 2b 2.6-5 Sebuah kawat baja dengan diameter d= 1/16 in.


ditarik antara tumpuan-tumpuan kaku dengan gaya tarik
-- awal T =45 lb (lihat gambar 1. a) 1 Jika temperatur
diturunkan 50°F, berapa tegangan geser maksimum rmaks
di kawat? (b) Jika tegangan geser izin adalah 18.000

TEGANGAN Dl POTONGAN MIRING (Asumsikan bahwa koefisien ekspansi termal adalah 6,5

sangkar (1 ,5 in.
x

1,5 in.) memikul beban tarik P (lihat X I 06 psi.)


X 6

2.6-1 Sebuah batang baja dengan penampang bujur- MPa, berapa penurunan temperatur izin maksimum?
gambar). Tegangan
ada1ah 1 8.000 izin1tarik
psi. dan 1 .000dan
psi.geser masing-masing
Tentukan beban izin w- /°F dan modulus elastisitas adalah 30
maksimum Pmaks· 2.6-6 Sebuah batang baja yang diametemya 20 mm
mengalami beban tarik P= 25 kN (lihat gambar). (a)
Berapa tegangan normal maksimum amaks di batang? (b)
Berapa tegangan geser maksimum rmaks? (c) Gambarlah
elemen tegangan yang berorientasi 45° terhadap sumbu
2.6-2 Sebuah batang baja bundar dengan diameter d batang dan tunjukkan semua tegangan yang bekerja di
mengalami gaya tarik P= 80 kN (lihat gambar). setiap muka elemen tegangan tersebut.
Tegangan izin tarik dan geser masing-masing adalah
1 20 MPa dan 55 MPa. Tentukan diameter izin minimum 2.6-7 Selama uji tarik pada benda uji baja lunak (lihat
dmin batang ini? gambar), ekstensiometer menunjukkan perpanjangan
sebesar 0,00 1 50 in. pada panjang terukur 2 in. Asumsikan
bahwa baja ini mengalami tegangan yang masih di bawah
limit prop orsionalnya dan bahwa modulus elastisitas E
6
= 29 x 10 psi. (a) Berapa tegangan normal maksimum

amaks di benda uji? (b) Berapa tegangan geser maksimum


2.6-3 Bata standar yang mempunyai dimensi 8 in. x h? (c) Gambarlah elemen tegangan yang berorientasi
r ma
4 in. x 2,5 in. ditekan dalam arah memanjang dalam 45° terhadap sumbu batang dan tunjukkan semua
tegangan yang bekerja di setiap muka elemen tegangan
tersebut.

2.6-8 Sebuah elemen struktur tekan di rangka batang


terbuat dari profil baja bersayap lebar (lihat gambar).
2
Luas penampanga = 6640 mm dan beban aksial P =
1 52 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

-HO kN. Tentukan tegangan normal dan geser yang boleh dilampaui? (Asumsikan a = 9,4 x 10-6/oF dan E
bekerja di semua muka elemen tegangan yang terletak = 18 x 106 psi.) (b) Jika temperatur meningkat sejauh
di badan balok dan berorientasi pada: (a) sudut () = 0°,
maksimum yang diizinkan. berapa tegangan di bidang
(b) sudut () = 22,5°, dan (c) sudut () = 45°. Pada setiap pq?
kasus, tunjukkan tegangannya.

2.6-12 Sebuah batang plastik ditahan secara pas (batang


tanpa tegangan awal) di antara dua tumpuan kaku (lihat
2 0 gambar) pada temperatur kamar ( 20°C). Pada saat
is a temperatur batang ditingkatkan 70°C. tegangan tekan di
bidang miring pq menjadi 12,0 MPa. (a) Berapa tegangan
= 0". (b) sudut
()
= 22,5°, dan (c) sudut = 45°. Pada setiap kasus, E = 3,0 GPa.) b) Gambarlah elemen tegangan yang
geser di bidang pq? (Asumsikan a = 100 x 10-6/oc dan
tegangan yang berorientasi:()(a) sudut
berorientasi bidang pq dan tunjukkan semua tegangan
tunjukkan tegangannya. yang bekerja di semua muka elemen.

2.6-13 Sebuah batang perunggu lingkaran yang


diametemya d terdiri atas dua segmen yang disambung
pada bidang pq sehingga membentuk sudut a = 36°
dengan sumbu batang (lihat gambar). Tegangan izin di
perunggu adalah 13.000 psi untuk tarik dan 7000 psi
untuk geser. Padajoint yang disambung, tegangan izinnya
adalah 6000 psi untuk tarik dan 3000 psi untuk geser.
Jika batang ini harus menahan gaya tarik P = 7000 lb,
berapa diameter minimum yang diperlukan dmin pada
batang?

2.6-1 0 Dua buah papan digabungkan dengan meng-


gunakan !em di sepanjang scarf joint seperti terlihat q
dalam gambar. Untuk mudahnya, sudut a di antara bidang

adalah 4,9 MPa. (a) Berapa tegangan normal dan geser yang membentuk sudut () 30° (lihat gambar). Tentukan
joint dan Akibat
kurang. muka-muka di papan
beban tarik harus sebesar
P, tegangan 45°
normal di atau
papan 2.6-1 4 Sebuah batang prismatis mengalami gaya aksia1
yang menghasilkan tegangan tekan 56 MPa di bidang
yang bekerja di joint yang dilem jika a = 20°? (b) Jika =
()
tegangan geser izin di joint adalah 2,25 MPa, berapa tegangan yang bekerja di semua muka dari elemen
harga izin terbesar untuk sudut a? (c) Untuk suduta tegangan pada sudut = 60° dan tunjukkan tegangannya.
berapa tegangan geser di joint berlem secara numerik
besarnya dua kali tegangan normal di joint?

2.6-1 1 Sebuah batang tembaga ditahan secara pas


(batang tanpa tegangan awal) di antara dua tumpuan kaku
(lihat gambar). Tegangan izin di bidang miring pq, untuk
8= 53, 1 3°, ditetapkan sebesar 7500 psi (tekan) dan 4500 2.6-15 Sebuah batang prismatis mengalami gaya aksial
psi (geser). (a) Berapa peningkatan temperatur izin yang menghasilkan tegangan tarik u0 = 1 0,4 ksi dan
maksimum f:.T jika tegangan izin di bidang pq tidak tegangan geser 0 r= -5,2 ksi pada bidang miring tertentu
Mekanika Bahan 1 53

(lihat gambarl. Tentukan tegangan yang bekeija di semua maksimum pmak< jika luas penampang batang adalah
muka dari elemen tegangan yang berorientasi 8 = 50° 2
600 mm •
dan tunjukkan tegangan pada sketsa elemen tersebut.

ENERGI REGANGAN

Soal untuk Subbab 2. -:- dis<!esaikan dengan menganggap


bahwa bahan berperilaki< "·!astis tinier.

2.7-1 Sebuah kolom baja up tingkat di dalam sebuah


gedung memikul beban atar dan lantai seperti terlihat
dalam gambar. Tinggi tingkat H adalah 10,5 ft, luas
2.6-1 6 Pada sisi-sisi elemen tegangan yang dipotong
penampang kolom adalah 15 .-l in : . dan modulus
dari batang yang mengalami tekan uniaksial bekerja
e1astisitas baja adalah 29 x 1 0' psi. Hirunglah energi
tegangan normal 60 MPa dan 20 MPa, seperti terlihat regangan U pada kolom dengan menganggap P1 41 k =

dalam gambar. (a) Tentukan sudut 8 dan tegangan geser dan P = P3 62 k.2
=

rw (b) Berapa tegangan normal maksimum amaks dan

tegangan geser maksimum maks pada


r bahan?

20 MPa = 60 MPa

l
*2.6-1 7 Tegangan normal di bidang
pqdari batang
prismatis yang mengalami tarik (lihat gambar) adalah
I
H
8220 psi. Pada bidang rs, yang membentuk sudut f3 =
30° dengan bidangpq, tegangannya adalah 3290 psi.
Tentukan tegangan normal maksimum amaks dan tegangan
l
geser maksimum rpada
maks
batang ini.

2.7-2 Sebuah batang dengan penampang lingkaran yang


mempunyai dua diameter yang berbeda d dan 2d
ditunjukkan dalam gambar. Setiap segmen dari batang
ini mempunyai panjang U2 dan modulus elastisitas bahan
adalah E. (a) Dapatkan rumus untuk energi regangan U
di batang akibat beban P. (b) Hitunglah energi regangan
jika beban P 27 kN, panjang L 600 mm, bahan
= =

adalah perunggu dengan E = 1 05 GPa, dan diameter d


= 40 mm.
*2.6-1 8 Sebuah elemen struktur tarik akan dibuat dari
dua potong plastik yang dilem di sepanjang bidangpq
(lihat gambar). Untuk mudahnya, sudut 8 harus di antara
25° dan 45°. Tegangan izin di joint yang dilem untuk
tarik dan geser masing-masing adalah 13,5 MPa dan 9
MPa. (a) Tentukan sudut 8 agar batang ini dapat memikul
beban P terbesar. (Asumsikan bahwa kekuatanjoint yang
dilem menentukan desain.) (b) Tentukan beban izin
1 54 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

2.7-3 Sebuah batang AD dengan panjang L, luas


penampang A, dan modulus elastisitas E mengalami
beban SP, 3P, dan P yang bekerja di titik B, C, dan D
ilihat gambar). Segmen AB, BC, dan CD mempunyai
p
e
2
regangan jika P = 5 k, L 48 in., A = 2,76 in , dan
b

2.7-7 Rangka batang ABC yang terlihat dalam gambar


mengalami beban horizontal P di joint B. Setiap batang
mempunyai luas penampang A dan modulus elastisitas
E. 1 1a Tentukan energi regangan U pada rangka batang
ini jika f3 = 6 0 °. (b) Tentukan peralihan horizontal 88 di
2.7-4 Batang ABC yang terlihat dalam gambar dibebani joint B dengan menyamakan energi regangan rangka
gaya P yang bekerja di ujung C dan oleh gaya Q yang batang dan kelja yang dilakukan oleh beban.
bekerja di titik tengah B. Batang ini mempunyai rigiditas
konstan EA. (a) Tentukan energi regangan U1 batang
apabila beban P bekerja sendiri (Q = 0). (b) Tentukan
energi regangan U2 apabila gaya-gaya P dan Q secara
simulta

L
2.7-5 Rangka batang ABC yang terlihat
=
dalam gambar 2.7-8 Rangka batang ABCD yang terlihat dalam gambar
memikul beban horizontal P1 2000 lb dan beban memikul beban vertikal P di joint D. Semua batang
vertikal P, A
=
= 2,00
4000 lb.inKedua
dan terbuat
batangdari baja dengan
mempunyai luasE mempunyai rigiditas aksial EA . (a) Tentukan energi
g
10 psi. (a) Tentukan energi regangan U1 pada regangan U rangka batang. (b) Tentukan peralihan
= 29 x
6
2 vertikal 8vjoint D dengan menyamakan energi regangan
penampan =
(b) Tentukan energi regangan U2 apabila beban P2 bekelja
rangka (P1 0).
sendiribatang = (c) Tentukan
apabila beban P1energi regangan
bekerja U apabila
sendiri (P 2 0). rangka batang dan kelja yang dilakukan oleh beban.
kedua beban bekerja simultan.

2.7-9 Struktur statis tak tentu yang terlihat dalam


gambar terdiri atas batang horizontal AB, yang dianggap
2.7-6 Sebuah batang yang bentuknya kerucut lingkaran kaku, dipikul oleh Iima pegas yang berjarak sama. Dua
mempunyai panjang L dan diameter d di tumpuan. Batang pegas tepi mempunyai kekakuan 2k dan tiga pegas tengah
ini digantung secara vertikal dan memikul berat sendiri mempunyai kekakuan k. Pada saat bertegangan, ujung
(lihat gambar). Turunkan rumus untuk energi regangan bawah semua pegas terletak di sepanjang garis horizon-
U pada batang ini. (Misalkan y = berat jenis dan E = tal. Batang AB, yang mempunyai berat W, menyebabkan
modulus elastisitas bahan.)
8.
pegas memanjang sebesar (a) Tentukan energi
Mekanika Bahan 1 55

A = luas penampang, E = modulus elastisitas , dan p =


8. 8
regangan total U dari pegas yang dinyatakan dalam
peralihan batang ke bawah (b) Hitunglah peralihan rapat massa.)

F1
dengan menyamakan energi regangan pegas dengan kerja
P
2.7-1 3 Beban tekan disalurkan melalui plat kaku ke
F2
yang dilakukan berat W. (c) Tentukan gaya-gaya
masing-masing di pegas tengah dan tepi.
dan
tiga batang dari paduan magnesium yang identik kecuali
bahwa pada awalnya batang tengah sedikit lebih pendek
daripada dua batang lainnya (lihat gambar). Dimensi dan

2
besaran susunan ini adalah sebagai berikut: panjang L=
,5 ft, luas penampang etiap batang A = 4,91 in2, modu-

P: s
lus elastisitas E = 6.5 x I 06 psi, dan celah = 0,05 in.

8
(a) Hitunglah beban yang diperlukan untuk menutup

P
celah. (b) Tentukan peralihan ke bawah
U
plat kaku,
apabila
P
= 150 k. (c1 Hitung energi regangan total

P8/2. (Petunjuk:
U tidak
ketiga batang apabila =!50 k. (d) Terangkan mengapa
energi regangan sama dengan

P
2.7-1 0 Sebuah batang nonprismatis AB dari penampang
lingkaran mengalami beban di ujung bebasnya, seperti Gambarlah diagram beban-peralihan.)
terlihat dalam gambar. Diameter di ujung-ujung adalah
d1 d2,dan
U
panjangnya adalah L, dan modulus elastisitas

8
adalah E. (a) Tentukan energi regangan batang ini. (b)
Tentukan perpanjangan batang dengan menyamakan
energi regangan dan kerja yang dilakukan oleh beban.

P b2 P k1
2.7-1 1 Batang nonprismatis AB dari penampang persegi 2.7-14 Sebuah blok B didorong ke tiga pegas dengan
panjang dan panjang L dibebani (lihat gambar). Lebar gaya (lihat gambar). Pegas tengah mempunyai
batang bervariasi secara linier dari di ujung A ke b1
k2.
kekakuan dan pegas tepi mempunyai kekakuan

U t 8
di ujung B. Tebal konstan. (a) Tentukan energi regangan
batang. (b) Tentukan perpanj angan batang dengan
masing-masing Pada awalnya, pegas tak mempunyai

Ps).
tegangan dan pegas tengah sedikit lebih panjang daripada

P.
menyamakan energi regangan dan kerja yang dilakukan pegas tepi (perbedaan panjang ditunjukkan dengan
oleh beban
s
(a) Gambarlah diagram gaya-peralihan dengan beban

U1
sebagai ordinat dan peralihan blok sebagai absis. (b)

U1 2s. P0/2
Dari diagram tersebut, tentukan energi regangan di
pegas apabila x =
regangan tidak sama dengan 8
(c) Jelaskan mengapa energi
di mana = 2s.

2.7-1 5 Rangkabatang ABC yang terlihat dalam gambar


memikul beban vertikal P di titik hubung B. Batang AB
dan BC adalah identik dengan modulus elastisitas E dan
luas penampang A. Sudut(3 dapat divariasikan dengan
mengubah panjang kedua batang, batang di titik hubung

U
B harus tetap pada jarak L dari dinding vertikal.
(a) Hitunglah energi regangan di rangka batang. (b)
1 56 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

Tentukan sudut f3 agar energi regangan menjadi mini- 8c


kabel? (b) Berapa peralihan di titik di mana beban P

88 8
mum. (c) Tentukan energi regangan minimum. (d) bekerja? (c) Bandingkan energi regangan U dengan
Tentukan peralihan vertikal di titik hubung B. besaran PJ 2. (Catatan: perpanjangan kabel tidak kecil
dibandingkan panjang semula.)

BEBAN KEJUT

Soa/-soal dalam Subbab 2.8 diselesaikan berdasarkan


asumsi dan idealisasi yang diuraikan dalam teks
' khususnya, tidak ada energi yang hilang selama kejut
terjadi dan bahan berperilaku elastis tinier).
2.8-1Sebuah cincin yang beratnya W = 1 50 lb jatuh
dari ketinggian =h
2
panj ang L = 4 ft, 2luas
in kepenampang
flens di bawahAbatang
=
vertikal
langsing elastisitas
modulus ilihat gambar).
E = 30Batang
x tersebut
psi. mempunyai
Hitunglah besaran-
1 06 0,75 in , dan

batang. (C

besaran sebagai berikut: (a) peralihan ke bawah maksi-


statis tak tentu ABCD (lihat gambar). Semua batang mum pada= tlens.
faktor (b)
80 tegangan
kejut.
= tarik maksimum pada=
2.8-2 Pecahkan soal sebelum ini jika cincin
2 mempunyai
3 in., luas penampang
= A = 350 mm , dan modulus
*2.7-1 6 Beban vertikal P dipikul oleh rangka batang massa M kg. tinggi h 0,5 m, dan panjang L
terbuat dari bahan yang sama (modulus elastisitas E) elastisitas E 170 GPa.
dan mempunyai luas penampang A yang sama. (a)
Tentukan energi regangan U di rangka batang yang
8D.
F8D, FCD
dinyatakan
(b) Tentukan peralihan
dalam peralihan
dan
(c)vertikal
Tentukan gaya-gayaFAD•8D
titik hubung D.
di masing-masing rangka batang. Cincin

Batang bundar
- I
L
Flens (sayap)

**2.7-1 7 Sebuah
mempunyai panjkabel yang berperilaku
ang sebelum elastis
bertegangan linier
L0 = 30 in.

dan kekakuan k = 0, 8 lb/in. Kabel ini terpasang pada


ditarik
dua titik, yang jaraknya b = 1 5 in.= 18 lb (lihat
satu gambar).
sama lain dan 2.8-3 Sebuah bola karet (berat W = I oz) terpasang
di titik tengah oleh gaya P pada tali karet ke papan kayu (lihat gambar). Panjang
(a) Berapa energi regangan U yang disimpan dalam alami taliL0 = 12 in., luas penampang adalah A = 0,0025
Mekanika Bahan 1 57

in2 , dan modulus elastisitas E = 300 psi. Sesudah dipukul merusakkan tiang bumper apabila gerbong tersebut
dengan papan kayu, bola menarik tali hingga panj angnya menabraknya?
menjadi L 1 =40 in. Berapa kecepatan v bola pada saat
meninggalkan papan? (Asumsikan perilaku elastis linier
pada tali karet, dan abaikan energi potensial akibat
perubahan ketinggian bola.)

2.8-4 Sebuah blok yang beratnya W= 5 N jatuh di


dalam silinder dari tinggi h = 200 mm ke pegas yang
mempunyai kekakuan k = 90 N/m (lihat gambar). (a)
Tentukan perpendekan maksimum pegas akibat kejut,
dan (b) tentukan faktor kejut.

2.8-8 Sebuah kabe1 dengan pengekang di ujung bawah


tergantung secara vertikal pacta ujung atasnya ( lihat
gambar). Kabel tersebut mempunyai panjang L = 12 m,
luas penampang efektif A = -W mm2, dan modulus
e1astisitas efektif E= 130 GPa. Sebuah eretan (slider)
dengan massa M= 40 kg jatuh dari tinggi h
ke pengekang
tersebut. Jika tegangan izin di kabel pada beban kejut
adalah 500 MPa, berapa tinggi izin maksimum h?

2.8-5 Pecahkan soal sebelum ini jika blok mempunyai

2.8-6 Sebuah bumper untuk gerbong tambang terbuat


dari pegas dengan kekakuan k = 176 kN/m (lihat gambar).
Jika sebuah gerbong yang beratnya 14 kN melaju dengan
kecepatan v = 8 km/jam pada saat menumbuk pegas,
berapa perpendekan maksimum pegas?

2.8-9Pecahkan soal sebelum ini jika eretan mempunyai


berat W = 1 00 lb, L = 50 ft, A = 0,065 in2, E = 20 x 1 06
psi, dan tegangan izin adalah 70 ksi.

2.8-1 0 Sebuah benda dengan berat W terletak di atas


sebuah dinding dan tersambung ke tali yang sangat
fleksibel dan mempunyai 1uas penampang A dan modu-
lus elastisitas E (lihat gambar). Ujung lain dari tali itu
tersambung dengan dinding. Benda tersebut didorong
hingga j atuh bebas hingga sepanjang tali. (a) Turunkan
rumus untuk faktor kejut. (b) Hitunglah faktor kejut jika

2.8-7 Sebuah bumper di ujung rei kereta api mempunyai


konstanta pegas k = 35.000 lb/in. (lihat gambar). Peralihan
maksimum d di ujung plat tumbukan yang dapat terjadi
adalah 1 ,5 ft. Berapa kecepatan maksimumv yang dapat
dimilik.i gerbong yang beratnya W = 1 05.000 lb tanpa
1 58 5ao 2 Eiemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

:-.:-: tcrs.ebut, apabila digantung secara statis, mem- melakukan kerja Wdalam meregangkan baut, baut meng-
�811J ang tali sebesar 2,5% dari panjang semula. alami tegangan tarik maksimum 0'1 • Sekarang misalkan

b2,
bahwa sambungan ini diabaikan sedemikian hingga grip

I
.8-1 1 Sebuah benda
2 dengan berat W = 4500 lb jatuh pada baut bertambah seperti terlihat pada bagian (b)
.:m ketinggian h = ft ke tiang kayu vertikal yang dalam gambar. Gaya F(t) melak:ukan kerja W yang sama
mempunyai panjang= 18 L ft, diameter d = 12 in .. dan
0'2.
banyak dalam meregangkan baut dan menghasilkan
modulus elastisitas E = 1,5 x 1 06 psi (lihat gambar).
Tentukan perpendekan maksimum tiang, tegangan tekan
maksimum di tiang, dan faktor kejut.
= 1
tegangan tarik maksimum yang sama dengan Jika b2
5b berapakah rasio tegangan acla1? (Catatan: Baut
'

yang mengalami beban dinamik seringkali didesain


dengan grip yang panjang untuk memanfaatkan kondisi
4.500 lb
tegangan yang lebih dikehendaki.J

2.8-1 3 Seorang peloncat yang beratnya 125 lb meloncat


dari jembatan dengan memakai tali elastis panjang yang
mempunyai rigiditas aksial EA=480 lb (lihat gambar).
Jika titik loncatan adalah 200 ft di atas muka air, dan jika
d= 12 io. dikehendaki jarak bersih 30 ft antara peloncat dan muka
air, berapa panjang L dari tali yang hams digunakan?

L = 1 8 ft

2.8-1 2 Plat ujung dari silinder yang bertekanan dijepit


ke flens dengan menggunakan enam baut seperti terlihat

b
pada bagian (a) dalam gambar. Panj ang grip baut adalah
•1 Akibat gaya yang bervariasi terhadap waktu F(t) yang

Plat ujung

2.8-1 4 Sebuah batang prismatis AB yang panjangnya L


dipikul di titik tengah C oleh pegas dengan kekakuan k
(lihat gambar). Sebuah benda dengan massa M jatuh ke
ujung B batang tersebut dari ketinggian h. Dengan

88
menggunakan asumsi bahwa batang AB adalah kaku,
turunkan rumus berikut untuk peralihan maksimum
titik B akibat kejut benda yang jatuh:
1�)12 ]
(a) 8 B =
4Mg
k
[
l +
(I +
2Mg

(b)
Mekanika Bahan 1 59

2.8-1 5 Sebuah batang kaku AB yang beratnya W =


2 lb batang mempunyai tebal t = 0,375 in. (a) Untuk batang
dan mempunyai panjang = dengan lubang lingkaran, tentukan tegangan maksimum
ujung A dan ditumpu di B oleh L
12tali
in,nilon BC (lihat
mempunyai
bar). Tali ini mempunyai luas penampang A
gam-
sendi di
2 d
untuk diameter lubang d = 1 in. dan = 2 in. jika lebar
b = 6,0 in. (bI Cntuk batang bertangga dengan shoulder
panjang b
Jika batang= ini diangkat
9 in. hinggaelastisitas
dan modulus
300 in
=0,04
tinggi maksimum
E=
selanjutnya dilepaskan, berapa tegangan maksimum di
ksi.,
dan
fillets (gambar b tentukan
1

R
tegangan maksimumnya jika
jari-jari fillet R = 0.25 in. dan = 0,5 in. dan lebar
batang adalah b = -+.0 in. dan c = 2,5 in.
tali?

p p
.
_ _
.

p p
*2.8- 1 6 Batang prismatis yang terlihat dalam gambar .
_ _
_
.
= =

dan modulus elastisitas E = 210 GPa. Sebuah pegas


mempunyai panjang
dengan kekakuan k
L=

1 2,0 m, diameter
,0 MN/m 15 mm,
dipasangd di ujung
= 20,0 kg

dijatuhkan dari tinggi h


batang. Sebuah benda dengan massa M
= 1 50 mm ke pegas tersebut.
Tentukan perpanjangan maksimum 8maks dari
tegangan tarik maksimum amaks di batang,
batang,
dan faktor
Batang datar yang ditunjukkan
2.1 0-2 ib)
dalam gambar mengalami gaya tarik P
dalam bagian (a)
= 8,0 kN. Setiap

kejut. Bandingkan hasilnya dengan yang diperoleh dalam batang mempunyai tebal t
Contoh 2- 16 Subbab 2.8 untuk batang yang sama, tanpa 6 mm.
dengan lubang lingkaran, tentukan
=
(a) Untuk
tegangan batang
maksimum
pegas (lihat Gambar 2-50). untuk di ameter lubang d = 12 mm dan d= 20 mm jika

shoulderfillets
=

lebar b 60.0 mm. (b) U ntuk batang


(gambar b) tentukan
R
bertangga dengan
tegangan maksimum-

d --+ R
lebar batang adalah b 60,0 mmdan =
nya jika jari-jari fillet =
6,0 mm dan
=datar dengan lebar40
c =
10mm.
mm dan
2.1 0-3 Sebuah batang
d
mempunyai lubang dengan diameter yang menembus-
nya (lihat gambar). Lubang tersebut dapat mempunyai
b dan tebal t

Pipa
diameter yang cukup di batang tersebut. Berapa beban
L
tarik izin maksimum P maksjika tegangan tarik bahan
t adalah a1?
h

p p
.
_ _
.

t
2.1 0-4Sebuah batang perunggu bundar dengan dia-
meter d1 = 20 mm mempunyai ujung lebih besar dengan

KONSENTRASI TEGANGAN Fillets

Soal-soal untuk Subbab 2. 10 diselesaikan dengan


meninjau faktor konsentrasi tegangan dan meng-
asumsikan perilaku elastis linier.
2.1 0-1 Batang datar yang ditunjukkan dalam bagian (a)
dalam gambar mengalami gaya tarik P = 4,0 k. Setiap ----
1 60 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

�perempat lingkaran digunakan di pertemuan kedua meningkatkan beban izin tanpa merubah tebal t atau lebar
�gmen batang dan modulus elastisitas perunggu adalah b2. Jika hanya satu dimensi yang dapat diubah (b1, b3,
E = 1 00 GPa. Jika batang tersebut memanjang 0. 12 mm atau d), dimensi mana yang akan diubah? Apakah akan
akibat beban tarik P, berapa tegangan maksimum amak ' dibesarkan atau dikecilkan?
pada batang?
Pecahkan soal sebelum ini untuk batang dengan
2.1 0-5 dimensi b1 = = = =
75 mm, b2 1 00 mm, b3 65 mm, t
15 mm, dan =
d
metal monel yang mempunyai besaran sebagai bcrikut:
1 ,0 =in., d2 = 1 ,4 in., L1 = 20,0 in., L2 = 5.0 in .. dan
d1
2.1 0-8 Pecahkan soal sebelum ini dengan menggunakan
E = 25 x 10 psi. Juga, batang akan memanjang 0.00-+0 30 mm. Juga. gunakan tegangan izin
40 MPa.
2.1 0-9 Sebuah batang datar dengan lubang (lihat gam-
bar) mempunyai lebar b 2,4 in. dan I ,6 in. Fillets
mempunyai jari-j ari sama dengan 0,2 in. Berapa dia-
=
ini tanpa mengurangi kapasitas pikul
c =
beban�
6
in. apabila beban tarik diterapkan.
2.1 0-6Sebuah batang prismatis yang diametem: a d0
(nonprismatis) yang mempunyai diameter <.ama =
meter dmaks lubang terbesar yang dapat dibuat pada batang
p
.
berdiameter = 24 mm (lihat gambar 1. Jari-jari fillets
d2 dibandingkan
20 mm sedang dengan batang bertangga
di batang bertangga adalah 2,0 a 1 .-\pakah mem-
(d1
perbesar batang di daerah tengah membuatnya lebih kuat
daripada batang prismatis? Tunjukkan jawaban ini dengan PERILAKU NONLINIER (PERUBAHAN PANJANG
menentukan beban izin maksimum P1 untuk batang BATANG)
prismatis dan beban izin maksimum P2 untuk batang
yang membesar, dengan menganggap bahwa tegangan 2.1 1-1 Sebuah batang AB yang panjangnya L dan berat
izin untuk bahan adalah 1 10 MPa. (b) Berapakah seharus- jenisnya y digantung secara vertikal dan memikul berat
nya diameter batang prismatis d0 agar didapatkan beban sendiri (lihat gambar). Hubungan tegangan-regangan
izin maksimum yang sama dengan batang bertangga? untuk bahan dinyatakan dengan persamaan Ramberg-
Osgood (Persamaan 2-68):

E =

E
+
E
�)m
a0

Turunkan rumus berikut yL)m


8 = 2E2 aa L
yL + (m + a0

yang menyatakan perpanjangan batang.

2.1 0-7 Sebuah batang datar bertangga dengan lubang


(lihat gambar) mempunyai lebar b1 I ,6 in., b2 = 2,0 in.,
=
b3 = 1 ,4 in. Juga, tebal t = 0,25 in., diameter lubang d an
d =0,7 in., dan fillets adalah seperempat lingkaran yang
mempunyai jari-jari terbesar yang cukup. (a) Jika tegang-
an izin adalah 6000 psi, berapa beban izin maksimum
Pm aks ? (b) Asumsikan bahwa dikehendaki untuk
2.1 1 -2 Sebuah batang prismatis yang panjangnya L =
1 ,8 m dan luas penampangnya A = 480 mni dibebani
..
p p gaya P1 = 30
ini terbuat kNpaduan
dari dan P2 = 60 kN (lihatyang
magnesium gambar). Batang
mempunyai
_
_
kurva tegangan-regangan yang mengikuti persamaan
Ramberg-Osgood:
+
Mekanika Bahan 1 61
£ 200
= -+5.00
a 1
)10(
a
(a = MPa)
��:]

618 1 70 1- _
_

di mana a mempunyai satuan MPa. (a) Hitunglah CJ (MPa)


peralihanOcdi ujung batang apabila hanya ada beban
P1. (b) Hitunglah peralihan apabila hanya beban P2 yang
1 00
bekerja.( cHitunglah peralihan apabila kedua beban
bekeija bersama.

0
-- u.00
E5 0,010

2.1 1 -3 Sebuah kawat yang digantung yang mempunyai


panjang L = 8 ft dan diameter d = 0,0625 in. memikul 2.1 1 -5 Dua batang identik AB dan BC memikul beban

beban P di ujung bawah (lihat gambar). Kawat ini terbuat vertikal P (lihat gambar . Kcdua batang ini terbuat dari
dari paduan tembaga yang mempunyai hubungan paduan aluminium yang mempunyai be>aran yang dapat
tegangan-regangan hiperbolik: didekati dengan diagram re zangan-regangan bilinier
seperti terlihat dalam gambar. Luas penampang setiap
a = 0 :: £ :: 0,03 (a = ksi) batang adalah 2,0 in2 dan tinggi h adalah 75 in. Hitunglah
peralihan vertikal OB t i t i k B untuk harga-harga beban
(a) Gambarlah diagram tegangan-regangan untuk bahan sebagai berikut: P = 8 k. 16 k. 2-+ k, 32 k, dan 40 k. Dari
ini. (b) Jika perpanjangan kawat dibatasi pada 0,75 in. hasil-hasil ini, plotlah diagram beban-peralihan untuk
dan tegangan maksimum dibatasi pada 40 ksi, berapa struktur ini.
beban izin P?

d---1 L

_l
p

(J

2.1 1 -4 Sebuah rangka batang yang terdiri atas dua


batang ABC yang memikul beban P = 60 kN (lihat 12.000
gambar) terbuat dari bahan yang mempunyai diagram psi
tegangan-regangan seperti tergambar. Setiap batang
2
mempunyai luas penampang A = 265 mm dan jarak
antara tumpuan adalah L = 3,0 m. Tentukan peralihan
vertikal oB di titik B pada rangka batang.
0
1- L-
E

---
2.1 1 -6 Sebuah batang kaku AB, yang berujung sendi di
A ditumpu oleh kawat CD dan dibebani gaya P di ujung
B (lihat gambar). Kawat ini terbuat dari baja mutu tinggi
yang mempunyai modulus elastisitas E = 210 GPa dan
tegangan luluh ay = 820 MPa. Panjang kawat adalah L
= 1 m dan diametemya adalah d = 3 mm. Diagram
tegangan-regangan untuk baja didefinisikan dengan
p rumus pangkat yang dimodifikasi sebagai berikut:
1 62 BaD 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

sendiri dan gaya P jika berat jenis y = 28 kN/m.l, luas


a = Et: 0� a � ay

( J
penampang A = 960 mm2• panjang L = 360 m. dan
beban P = 92 kN.
a = av a � aY

peralihan
, a Dengan88 diberanggapan
ujung batang akibat
bahwa beban P. Arnbil
n = 0,2, harga
hitunglah ()

P dari 2 sampai 6 kN dengan pertambahan 0...1 k.'\. b


1 1
Plotlah diagram beban-peralihan yang menunjukkan P
versus 88"
- .
L

L- 2b -----
l b--1 p PERILAKU NONLINIER (STRUKTUR STATIS TAK
TENTU)

*2.1 1 -9 Sistem
statis tak tentu yang terlihat dalam
2.1 1 -7 Sebuah benda dengan massa M = 1 ,6 slug
gambar ini terdiri atas batang kaku horizontal ABCD
terpasang di ujung batang langsing yang berotasi dengan
yang ditumpu oleh dua pegas identik di titik A dan C.
kelajuan sudut tinggi terhadap sumbu yang melalui titik
Pegas mempunyai hubungan gaya-peralihan nonlinier
C (lihat gambar). Batang ini mempunyai panjang efektif
yang dinyatakan dengan persamaan hiperbolik sebagai
L = 40 in. dan luas penampang A = 0,10 in2• Bahan ini
berikut:
adalah paduan magnesium yang mempunyai hubungan
tegangan-regangan yang memenuhi persamaan Ramberg- F = 608
0 � 8 � 2.5 in. (F = lb, 8 = in.)
Osgood (Persamaan 2-68): I+ 1,28
di mana F adalah gaya aksial di pegas (satuan pound)
dan 8 adalah perubahan panjang pegas (dapat berupa
perpanjangan atau perpendekan, dalam satuan in.). Juga,
beban P sama
mempunyai panjdengan
ang a = 15 lb bdan
35in, = 10segmen
in., dan batang
= 10 in.
317, dan m =E 10.
di mana = 6,5 x 1 06kelajuan
Berapa psi, a0 sudut izin psi
= 25.000 maksimum
dan a = c
(a) Gambarlah diagram beban-peralihan untuk salah satu
n (putaran per menit) jika perpanjangan batang dibatasi pegas. (b) Hitunglah gaya-gaya FA dan Fc di pegas di A
0,2 in.? (Abaikan massa batang itu sendiri.)
dan C, perubahan panjang
sudut rotasi e dari batang.
8
dan 8cA
dari pegas. serta

p
\ /'
/
L '
/

2.1 1 -8 Sebuah batang bundar panjang yang digantung


*2.1 1-1 0 Pecahkan soal
sebelum ini dengan beban P =
secara vertikal dibebani P di ujung bawahnya (lihat
1 50 N, panjang segmen a = 400 mm, h = 300 mm, dan
gambar). Bahannya mempunyai kurva tegangan-regang- = 370 mm, dan hubungan gaya-peralihan adalah
an bilinier seperti terlihat dalam gambar, di mana E1 c
dan E menunjukkan kemiringan kedua bagian pada 10,88
F- 0 � 8 � 60 mm (F = N, 8 = mm)
:U
diagra . Carilah perpanjangan 8 batang akibat berat 1 + 0,0488
Mekanika Bahan 1 63

2) 0(
8
di mana F adalah gaya aksial di pegas (satuan newton)
dan adalah perubahan panjang pegas (satuan mm).
10 =
10
a
X 106
+ I a
307,0 76.000
(a = psi)

*2.1 1 -1 1 Sistem statis tak tentu yang terlihat dalam di mana amempunyai satuan psi. Beban P sama dengan
gambar terdiri atas batang kaku dengan berat W = 750 3000 lb. (a) Gambarlah diagram tegangan-regangan untuk
lb yang dipikul oleh tiga kawat. Kawat tepi mempunyai
diameter d1 = l OO mils dan panjang L1 = 26 in.; kawat kawat 1 dan 2, perpanjangan 81 dan 82
bahan. (b) Tentukan gaya F1 dan F2 masing-masing di
kedua kawat, dan
tegangan serta regangan di kedua kawat.
L2
tengah mempunyai diameter d2 = l OO mil dan panjang
= 20 in. Kawat ini terbuat dari paduan magnesium
yang mempunyai hubungan tegangan-regangan yang
Pecahkan soal sebelum ini dengan mengguna-
*2.1 1 - 1 4
kan P = 13 kN, diameter kawat d1 = 4,0 mm dan d2=
memenuhi persamaan pangkat tiga: 5,0 mm, panjang kawat L = 0.8 m, dan kurva tegangan-
a = (2£ X 1 06)(3 - 1 50£ + 2500�) 0 � £ � O,Q2
regangan paduan aluminium mempunyai hubungan:
di mana a adalah tegangan (satuan psi) dan £ adalah
e =
. r
(a = MPa)
+ s
regangan. Untuk regangan yang lebih besar daripada 0,02, 70.000 3 1 20 .
tegangan adalah 40.000 psi. (a) Gambarlah diagram
di mana a adalah tegangan 1 aruan :\1Pa) dan£ adalah
8
tegangan-regangan untuk bahan ini. (b) Tentukan
peralihan ke bawah batang ini serta gaya, tegangan,
dan regangan di kawat.
regangan.

ANALISIS ELASTOPLASTIS

Soal-soal untuk Subbab 2. 12 dise/esaikan dengan


menganggap bahwa bahan ada/ah elastoplastis dengan
tegangan luluh a, regangan luluh £,, dan modulus
elastisitas adalah E di daerah elastis linier.

2.1 2-1 Sebuah batang kaku horizontal AB yang me-


mikul beban P digantung dengan menggunakan Iima
kawat yang terletak simetris, masing-masing dengan luas
penampang A Oihat gambar). Kawat-kawat ini disambung
ke permukaan lengkung yang jari-jarinya R. (a) Tentukan
beban plastis PP jika bahan untuk kawat adalah elasto-
*2.11 -12 Pecahkan soal sebelum ini dengan mengguna-
plastis dengan tegangan luluh ay. (b) Bagaimana PP harus
kan berat W = 3 kN, diameter kawat d1 =d2 = 2,5 mm,
panjang L1 = 650 mm dan L2 = 500 mm, dan persamaan diubah agar batang AB adalah fleksibel, bukannya kaku?
(c) Bagaimana PP harus diubah apabila jari-jari R di-
tegangan-regangan adalah
perbesar?
a = 1 4.000£ (3 - 1 50£ + 2500�) 0 � £ � O,Q2
di mana a adalah tegangan (satuan MPa) dan £ adalah
regangan. Untuk regangan yang lebih besar daripada 0,02,
tegangannya adalah 280 MPa.

*2.1 1-1 3 Sistem statis tak tentu yang seperti dalam


gambar terdiri atas batang AB yang dipikul oleh dua
kawat. Kawat 1 mempunyai d1 = 150 mil dan kawat 2
mempunyai diameter d2 = 200 mil. Kedua kawat
L
mempunyai panjang = 35 in. Kawat ini terbuat dari
paduan aluminium yang mempunyai kurva tegangan-
regangan yang dinyatakan dengan persamaan Ramberg-
Osgood:
2.1 2-2 Sebuah batang bertangga (nonprismatis) ACB
ditahan di antara tumpuan kaku dan dibebani oleh gaya
aksial P di tengah tinggi (lihat gambar). Diameter untuk
kedua bagian batang adalah d1 = 20 mm dan d2 = 25 mm,
1 64 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial

� �ahan ini adalah elastoplastis dengan tegangan luluh luas penampang A dan terbuat dari bahan elastoplastis
c. = ::..5 a. (a) Tentukan beban luluh PY. (b) Tentukan dengan tegangan luluh a,. Dapatkan rumus untuk beban
·

X
n
a
b plastis PP. plastis PP.
2.1 2-3 Batang ABCD yang berat totalnya W= 900 lb 2.12-6 Lima batang, masing-masing mempunyai dia-
digantung pada posisi horizontal dengan menggunakan meter 10 mm, memikul beban P seperti terlihat dalam
tiga kawat baja yang tersusun seperti terlihat dalam gambar. Tentukan beban plastis PP jika bahan ini
gambar. Setiap kawat mempunyai diameter d = 0.242 in. elastoplastis dengan tegangan luluh a, =290 MPa.
n
a
d baja adalah bahan elastoplastis dengan tegangan luluh
a, = 40.000 psi. Berapa beban P yang dapat menyebab- I-- h -+- h --1-- h � --1h
kan sistem ini kolaps akibat luluhnya kawat-kawat?

I
p

I
w
�- h - - h - --- I 2.1 2-7 Sebuah batang kaku ACB ditumpu sendi di C
dan dibebani oleh gaya P di ujung B (lihat gambar).
2.1 2-4 Sebuah batang baja yang mempunyai penam- Tiga kawat identik yang terbuat dari bahan elastoplastis
pang lingkaran AB dengan diameter d = 12 mm ditarik (tegangan luluh a, dan modulus elastisitas E) memikul
secara kencang di antara dua tumpuan sedemikian hingga batang. Setiap kawat mempunyai luas penampang A dan
pada awalnya tegangan tarik di batang adalah 50 MPa panjang L. (a) Tentukan beban luluh P v dan peralihan
(lihat gambar). Gaya aksial P selanjutnya dikerjakan di luluh 8> di titik B. (b) Tentukan bebari plastis PP dan
batang pada lokasi C. (a) Tentukan beban plastis PP jika peralihan
harga PP 8P titik B apabila
. (c)diGambarlah bebannya
diagram tepat mencapai
beban-peralihan yang
bahan ini elastoplastis dengan tegangan luluh a
= 250 menunjukkan beban P versus peralihan 88 titik B.
y
MPa. (b) Bagaimana PP berubah jika tegangan tarik awal
diperbesar menjadi 1 00 MPa?

2.1 2-8 Rangkabatang ABCD (lihat gambar) terbuat dari


2.1 2-5 Beban P dipikul oleh balok horizontal yang di- tiga batang baja (bahan elastoplastis) yang masing-masing
tumpu oleh empat kawat yang tersusun secara simetris mempunyai luas penampang A dan tegangan luluh ay.
seperti terlihat dalam gambar. Setiap batang mempunyai Tentukan harga izin beban P dengan menggunakan faktor
keamanan n terhadap beban plastis.
Mekanika Bahan 1 65

*2.1 2-9 Struktur yang terlihat dalam gambar terdiri atas kabel 1ebih panjang daripada lainnya apabi1a digantung
batang kaku horizontal AB yang ditumpu oleh dua kawat dan secara terpisah belum dibebani. Perbedaan panjang-
baja, satu panjangnya L dan lainnya panjangnya 2L. nya adalah d =100 mm. Kabel-kabe1 ini terbuat dari
Kedua kawat mempunyai luas penampang A dan terbuat baja yang mempunyai diagram tegangan-regangan
dari bahan elastoplastis dengan tegangan luluh a dan
y
e1astop1astis dengan a, = 500 MPa. Asumsikan bahwa
modulus elastisitas E. Beban vertikal P bekerja di ujung berat W secara perlahan-1ahan ditambah dengan menam-
B dari batang tersebut. (a) Tentukan beban luluh PY dan bahkan bahan ke dalam wadah. (a) Tentukan berat Wy
peralihan 8, di titik B. (b) Tentukan beban plastis PP dan yang pertama kali menghasilkan luluh di kabe1 yang lebih
peralihan 8P titik B. (c) Gambarlah diagram beban- pendek. Juga, tentukan perpanjangan 8Y pada kabel yang
peralihan dengan beban P sebagai ordinal dan peralihan 1ebih pendek. (b) Tentukan berat WP yang menghasilkan
88 di titik B sebagai absis. luluh pada kedua kab.:l. Juga tentukan perpanjangan 8P
dari kabe1 yang lebih pendek, apabila beban W tepat
mencapai WP. (c) Buatlah diagram beban-peralihan yang
menunjukkan berat W ebagai ordinal dan elongasi 8 di
kabel yang lebih pendek ebagai absis. (Petunjuk: Dia-
gram beban-pera1ihan bukan merupakan garis 1urus
tunggal di daerah 0 � W � lr . 1
ClJ 2L
2.1 2-1 1 Sebuah tabung lingkaran berlubang T yang
panjangnya L = 15 in. ditekan secara seragam oleh gaya
P yang bekerja mela1ui p1at kaku (lihat gambar). Dia-
meter 1uar dan da1am tabung masing-masing adalah 3,0
in. dan 2,75 in. Batang lingkaran solid konsentris B yang

p diametemya 1,5 in terletak di dalam tabung. Apabila


tidak
batangada
B beban.
dan platada daerah
kaku. kosong
Batang =0,010terbuat
dan ctabung in. antara
dari

dengan E = 29 x 10 ksi dan ay = 36 ksi. (a) Tentukan


baja yang mempun yai diagram tegangan-regangan
3
beban 1uluh P, dan perpendekan 8Y pada tabung. (b)
*2.1 2-1 0 Dua kabel, masing-masing mempunyai pan- Tentukan beban plastis PP dan perpendekan 8P tabung
tersebut. (c) Gambar1ah diagram beban-peralihan yang
jang L kira-kira 40 m, memikul wadah yang terisi dengan
penampang efektifA = 48,0 mm dan modulus e1astisitas sebagai absis. (Petunjuk: Diagram beban-peralihan bukan
berat W (lihat gambar). Kabelny a, yang mempunyai 1uas menunjukkan P sebagai ordinal dan perpendekan 8
= 2 � �
efektif E 1 60 GPa, adalah identik, kecua1i bahwa satu merupakan garis lurus di daerah 0 P PY.)
1 66 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf

tris,
**2. memikul beban
12-1 2 Tiga P (Iihat
batang baja,gambar). Luassecara
yang tersusun penampang
sime-

batang vertikal adalah dua kali batang miring. Dengan


menganggap perilaku elastoplastis, tentukan sudut f3
sedemikian hingga rasio beban plastis P terhadap beban
P
luluh PY mencapai harga maksimum.

-
3

Anda mungkin juga menyukai