YANG DIBEBANI
SEC ARA AKSI AL
PENGANTAR
(2- la,b)
-
rn
(2 b erlaku pada pegas yang mengalami tekan.
-1 ) Dari pembahasan di atas, jelas bahwa kekakuan dan
fleksibilitas pegas
a)
d j
a u
n g
(2 a
-
1 b
r � - p ll ')
., . (2-2a,b)
e$-·;
" . , ,\
'P
--
ti'
• Batang Prismatis
Batang yang dibebani secara aksial selalu memanjang akibat beban tarik
dan memendek akibat beban tekan, sebagaimana terjadi juga pada pegas.
Untuk menganalisis perilaku ini, tinjaulah batang prismatis yang terlihat
dalam Gambar 2-3. Batang prismatis adalah elemen struktur yang
mempunyai sumbu longitudinal lurus dan penampang konstan di seluruh
panj angnya. Meskipun kita sering menggunakan batang berpenampang
lingkaran di dalam ilustrasi, kita harus ingat bahwa elemen struktur
mungkin mempunyai penampang yang bukan lingkaran seperti terlihat
dalam Gambar 2-4.
Perpanjangan8 pada suatu batang prismatis yang mengalami beban
tarik P terlihat dalam Gambar 2-5. Jika beban bekerja melalui pusat berat
penampang ujung, maka tegangan normal terbagi rata di penampang yang
jauh dari ujung dapat dinyatakan dengan rumus a = PIA, di mana A
adalah luas penampang. Selain itu, jika batang tersebut terbuat dari bahan
yang homogen, maka regangan aksialnya adalah £ = 8/L, di mana 8 adalah
perpanjangan dan L adalah panjang batang. Asumsikan bahwa bahannya
elastis linier yang berarti bahwa hukum Hooke berlaku. Selanjutnya,
tegangan dan regangan longitudinal dapat dihubungkan dengan persamaan
Penampang berlubang a= Et:, di mana E adalah modulus elastisitas. Dengan menggabungkan
hubungan-hubungan dasar ini, maka kita dapat menghitung perpanjangan
batang:
(2-4a,b)
• Kabel
• Contoh 2-1
(panjang b 1 1kaku
Sebuah rangka ,0 in)ABC
dan batang vertikal L terdiri
yang berbentuk (panjang
atasc batang
= 9,5 in)horizontal
ditahan diAB
titik
= BC
B, seperti terlihat dalam Garnbar 2-7a. Titik B tersebut terhubung pada rangka luar
BCD yang terletak di atas bangku laboratorium. Posisi penunjuk di C dikontrol
oleh sebuah pegas (kekakuan k = 4,2 lb/in.) yang terpasang pada batang berulir.
Posisi batang berulir dapat disesuaikan dengan cara memutar mur. Pitch pada
1/16 in, yang berarti
uliran (yaitu jarak dari satu ulir ke ulir berikutnya) adalah p =
bahwa satu putaran penuh dari mur akan menggerakkan batang sama besarnya.
Pada awalnya, mur diputar hingga penunjuk di ujung batang BC tepat berada di
atas tanda referensi
Jika suatu bendarangka luar.
yang beratnya W= A,
2 lb diletakkan pada penggantung di
berapa putaran mur yang dibutuhkan untuk membawa penunjuk kembali ke posisi
tanda? (Deformasi bagian-bagian metal dapat diabaikan karena biasanya kecil
dibandingkan perubahan panjang pegas.)
Mekanika Bahan 65
w
-- b
(b)
(a)
F = Wb (a)
c
Perpanjangan o yang berkaitan dengan gaya tersebut (dari Persamaan 2- l a) adalah
(b)
Untuk mengembalikan penunjuk ke posisi tanda, kita hams memutarkan mur agar
batang berulir dapat bergerak ke kiri sedemikian hingga besarnya gerakan sama
dengan perpanjangan pegas. Karena setiap satu putaran mur menggerakkan batang
sejauh sama dengan pitch p, maka gerakan total batang akan sama dengan np, di
mana n adalah banyaknya putaran. Jadi
Wb
np = O = (a)
ck
= Wb (b) •
n -
ckp
Untuk mendapatkan hasil numerik, kita memasukkan data yang ada ke dalam
Wb (2 lb)(l l ,O in.)
n = -
= = 8,8 putaran
ckp (9,5 in.)(4,2 lb/in.)( l/l6 in.)
Hasil ini menunjukkan bahwa jika kita memutar mur sampai 8,8 putaran, maka
batang berulir akan bergerak ke kiri sejauh sama dengan perpanjangan pegas yang
diakibatkan oleh beban 2 lb, sehingga mengembalikan penunjuk ke tanda referensi.
66 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
• Contoh 2.2
Suatu struktur yang terlihat dalam Gambar 2-8a terdiri atas balok horizontal ABC
yang ditumpu oleh dua batang vertikal BD dan CE. Batang CE mempunyai sendi
di kedua ujungnya tetapi batang BD adalah jepit di pondasi di ujung bawahnya.
Jarak dari A ke B adalah 450 mm dan dari B ke C adalah 225 mm. Batang BD
dan CE mempunyai panjang masing-masing 480 mm dan 600 mm. Batang-batang
ini terbuat dari baja yang mempunyai modulus elastisitas E = 205 GPa. Dengan
mengasumsikan bahwa balok ABC adalah kaku, carilah beban izin maksimum
Pmaks jika peralihan di titik A dibatasi I ,0 mm.
Solusi
Perhatikan bahwa gaya FC bekerja ke bawah di batang ABC dan gaya FBD bekerja
FeE = 2P (e)
E
ke atas. Dengan demikian, elemen struktur CE mengalami tarik dan elemen struktur
BD mengalami tekan.
Perpendekan elemen BD adalah
FBDLBD
:= EABD
P)( 480 mm) 2
=
'
(3 p x 1 0--6 mm (P = newton) (f)
=
6 887
(205 GPa)( l 020 mm ) 8
8 FCELCE
CE
=
EAc E
=
(2 ?)(600 mm)
(205 GPa)(520 mm2 ) = 1 1,26 P x 10
--6
mm (P = newton) (g)
450 mm 225 mm
600 mm
120
E
(a)
FeE
450 mm 225 mm
(b)
A" �- -- - - - - - - - - - -- B"
()CE
A:
{)A
A'
Gambar 2-8 Contoh 2-2. Balok I 450 mm 225 mm
Dengan menggunakan segitiga yang sama, kita sekarang dapat mencari hubungan
antara peralihan di titik A, B, dan C. Dari segitiga AJ1"C' dan B 'B "C' kita peroleh
Apabila beban mencapai harga ini, maka peralihan ke bawah di titik A adalah
l ,O mm.
68 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Catatan 1: Karena struktur ini berpelilaku secara elastis Jinier, maka peralihan
akan sebanding dengan besamya beban. Misalnya, jika bebannya setengah Pmaks'
artinya jika P = 1 1 ,6 kN, maka peralihan titik A ke bawah adalah 0,5 mm.
Catatan 2: Untuk menyelidiki kebenaran bahwa garis ABC berotasi dengan
sudut yang sangat kecil. kita dapat menghitung sudut rotasi adali diagram peralihan
(Gambar 2-8c) sebagai belikut:
A' A " =
tan a = "- (i)
A C' 675 mm
Peralihan �� titik A ada1ah 1 .0 mm. dan perpanjangan DcE batang CE didapat dari
(g) dengan memasukkan P = 23.200 N; hasi1nya adalah 8CE 0,26 1 mm. Dengan
=
675 mm 675 mm
di mana a =
L_
81
-
(2-5)
di mana subskrip i adalah indeks penomoran untuk berbagai
segmen batang dan n adalah banyak total segmen. Ingat
bahwa Ni bukanlah beban ekstemal melainkan gaya aksial
Gambar 2-1 0 Batang yang terdiri
internal di segmen i.
atas segmen-segmen prismatis yang
mempunyai gaya aksial berbeda, di-
mensi berbeda, dan bahan berbeda.
N
Kadang-kadang gaya aksial dan luas penampang A
bervariasi secara kontinu di sepanjang sumbu batang, seperti
digambarkan dengan batang tak prismatis dalam Gambar 2-
lla . Batang ini tidak hanya mempunyai penampang yang
bervariasi secara kontinu, melainkan juga mempunyai gaya
aksial yang bervariasi secara kontinu (karena bebannya
terdistribusi di sepanjang sumbunya). Beban aksial yang
terdistribusi dapat ditimbulkan oleh gaya sentrifugal, gaya
gesekan, atau oleh berat batang jika posisinya
70 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
(2-6)
Jika ekspresi untuk N(x) dan A(x) tidak begitu rumit, maka
integrasi ini dapat dilakukan secara analitis dan rumus untuk
o dapat diperoleh, seperti digambarkan dalam Contoh 2-4.
Namun, jika integrasi formal sulit atau tidak mungkin, maka
metode numerik untuk mengevaluasi integral harus
digunakan.
elastisitas E di dalam rumusnya. Juga,
Persamaan (2-5) dan (2-6) hanya berlaku pada batang
yang terbuat dari bahan yang elastis linier, seperti terlihat
dengan adanya modulus
PUEA diturunkan
dengan menggunakan asumsi bahwa distribusi tegangan
terbagi rata di setiap penampang (karena distribusi
tersebut berdasarkan atas rumus <J = PIA). Asumsi ini berlaku
untuk batang prismatis tetapi tidak berlaku untuk batang
yang meruncing sehingga Persamaan (2-6) memberikan
basil yang baik untuk batang yang meruncing hanya jika
sudut antara sisi-sisi batang kecil. Sebagai ilustrasi, jika
sudut antara sisi-sisi adalah 20°, maka tegangan yang
dihitung dari persamaan <J = PIA (pada penampang yang
dipilih secara bebas) adalah 3% lebih kecil daripada
tegangan eksak di penampang yang sama yang dihitung
dengan metode lain yang lebih lanjut. Untuk
Mekanikct Bahan 71
sudut yang lebih kecil, galat (error) ini lebih kecil. Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa Persamaan (2-6)
cukup memadai jika sudut peruncingan kecil. Jika sudut
tersebut besar, maka metode analisis yang lebih akurat
dibutuhkan (Ref. 2- 1).
Contoh berikut ini menggambarkan penentuan
perubahan panjang batang yang tak prismatis.
• Contoh 2-3
Sebuah batang baja vertikal ABC ditumpu di ujung atasnya dan dibebani oleh
gaya P1 di ujung bawahnya (Gambar 2- l2a). Sebuah balok horizontal BDE
dihubungkan dengan batang vertikal tersebut dengan menggunakan sendi di titik
hubung B dan balok tersebut ditumpu di titik D. Balok tersebut memikul beban
P2 di ujung E.
Bagian atas dari batang vertikal (segmen AB) mempunyai panjang L1 = 20,0
2
in. dan luas penampang A 1 = 0,25 in ; bagian bawahnya
= 30,0 in. dan luas A2 = 0, 16 in . Modulus
( segmen
elastisitas E BC)
baja mempunyai
adalah
2
panjang
29,0 x L�
10 psi. Bagian kiri dan kanan balok BDE mempunyai panjang masing-
masing a 28 in. dan b 25 in.
= =
Solusi
Gaya aksial di batang ABC. Dari Gambar 2-12a, kita lihat bahwa peralihan vertikal
titik C sama dengan perubahan panjang batang ABC. Dengan demikian, kita harus
mencari gaya aksial di kedua segmen batang. Gaya aksial N1 di segmen bawah
sama dengan beban P 1. Gaya aksial N2 di segmen atas dapat dicari jika kita
mengetahui gaya yang diberikan oleh balok ke batang. Gay.t ini dapat diperoleh
dari diagram benda bebas balok (Gambar 2- 1 2b), di mana gaya yang bekerja di
balok (dari batang vertikal) diberi notasi P3 dan reaksi vertikal di tumpuan D
diberi notasi RD. Tidak ada gaya horizontal yang bekerja antara batang dan balok,
sebagaimana dapat kita lihat pada diagram benda bebas batang vertikal (Gambar
2-12c). Dengan demikian, tidak ada reaksi horizontal di tumpuan D.
'
72 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Gaya ini bekerja ke bawah pada balok dan ke atas pada batang vertikal (Gambar
2- 1 2c).
Sekarang kita dapat menentukan reaksi ke bawah tumpuan batang di A
(Gambar 2- 1 2c):
RA = P3 - P1 = 5179 lb - 21 50 lb = 3029 lb
Bagian atas dari batang vertikal (segmen AB) mengalami gaya aksial tekan N1 yang
sama dengan RA, yaitu 3029 lb. Bagian bawah (segmen BC) memikul gaya tarik
aksial N2 sama dengan P I ' yaitu 2250 lb. (Sebagai alternatif, kita dapat memperoleh
hasil yang sama dengan menggunakan diagram benda bebas keseluruhan struktur,
bukannya diagram benda bebas BDE.)
Perubahan panjang. Dengan menggunakan perjanjian tanda positif untuk
tarik, Persamaan (2-5) menghasilkan
N;L; N1 � N2 Lz
8 = =
di mana 8 adalah perubahan panj ang di batang ABC. Karena 8 positif, maka
batang tersebut memanjang. Peralihan titik C sama dengan perubahan panjang
batang.
De =
0,007 1 in.
Peralihan ini ke bawah.
• Contoh 2-4
Luas penampang. Langkah pertama dalam penyelesaian soal ini adalah mendapatkan
ekspresi untuk luas penampang A(x) di sembarang penampang batang. Untuk itu,
kita harus menggunakan titik awal koordinat x. Salah satu kemungkinan adalah
dengan menempatkan titik awal koordinat di ujung bebas A dari batang. Namun,
integrasi yang akan dilakukan akan sedikit lebih mudah kalau kita memilih titik
awal
di koordinat dengan meneruskan sisi-sisi batang yang meruncing hingga bertemu
titik
0, seperti terlihat dalam Gambar02-ke
13b.
ujung A dan B mempunyai rasio
A
Jarak L dan L8 dari titik awal
LA =
dA
LB dB
yang diperoleh dari segitiga sebangun dalam Gambar 2- 13b. Dari segitiga sebangun
juga kita dapat memperoleh rasio diameter d(x) di jarak x dari titik awal terhadap
diameter dA di ujung kecil batang:
atau (b)
7r[d(x)] = �
A(x) = (c)
4 4L:4
Dengan demikian, luas penampang melintang pad a jarak x dari titik awal adalah
Perubahan panjang. Kita sekarang memasukkan ekspresi untuk A(x) ke dalam
2 rd 2 2
7
Persamaan (2-6) dan mendapatkan perpanjangan 8:
(d)
(e)
d /d8 (lihat Persamaan a) dan kita dapatkan
8 A=
(2-7) ..
Catatan
1: Kesalahan yang umum terjadi adalah mengasumsikan bahwa
perpanjangan suatu batang yang meruncing dapat ditentukan dengan menghitung
perpanjangan batang prismatis yang mempunyai luas penampang sama dengan
luas penampang di potongan tengah batang yang meruncing tersebut. Dengan
memperhatikan Persamaan (2-7) terlihat jelas bahwa hal ini tidaklah benar.
Catatan 2: Rumus untuk batang yang meruncing (Persamaan 2-7) dapat
d. Hasilnya adalah
(a)
oleh tiga gaya, RA, R8, dan P. Ketiga gaya ini menyebabkan
batang tersebut berubah panjang sebesar DAB' yang harus
sama dengan nol:
DAB = 0 (b)
Persamaan ini, yang disebut persamaan keserasian
(kompatibilitas), menunjukkan fakta bahwa perubahan panjang
batang harus serasi dengan kondisi tumpuan.
Untuk memecahkan Persamaan (a) dan (b), kita harus
menyatakan persamaan keserasian dalam gaya yang belum
diketahui RA dan R8. Hubungan antara gaya-gaya yang
bekerja di batang dan perubahan panjang dikenal dengan
hubungan gaya-peralihan. Hubungan ini mempunyai berbagai
bentukbergantung pada besaran bahan. Jika bahan tersebut
bersifat elastis linier, maka persamaan D = PUEA dapat
E.
digunakan untuk memperoleh hubungan gaya-peralihan.
Asumsikan bahwa batang dalam Gambar 2- 16
mempunyai luas penampang A dan terbuat dari bahan
dengan modulus Selanjutnya, perubahan panjang segmen
atas dan bawah batang masing-masing adalah
RAa
DAe - (c,d)
(a) (b) EA
Gambar 2-16 Analisis batang
di mana tanda minus menunjukkan perpendekan batang.
statis tak tentu
Hubungan gaya peralihan sekarang digabungkan agar
menghasilkan perubahan panjang keseluruhan batang:
(e)
RA , -
_ Pb RB - Pa
_
L (2-8a,b)
L
Dengan diketahuinya reaksi, maka semua gaya dan
peralihan dapat ditentukan. Sebagai contoh, misalkan kita
ingin mencari peralihan ke bawah De titik C. Peralihan ini
-
_ _
sama dengan perpanjangan segmen AC:
RAa Pab
De - DAe
_
(2-9)
EA - LEA
Juga, kita dapat memperoleh tegangan di kedua segmen
batang secara langsung dari gaya aksial internal (misalnya <YAe
= RA/A = PhiAL).
Sebagai rangkuman, kita lihat dari contoh ini bahwa
analisis struktur
statis tak tentu meliputi penyusunan dan pemecahan
persamaan ke seimbangan dan persamaan keserasian.
Persamaan keseimbangan meng hubungkan beban yang
bekerja di struktur dengan gaya-gaya yang belum diketahui
(yang mungkin berupa reaksi atau gaya dalam), dan
persamaan keserasian menunjukkan kondisi peralihan
pada struktur tersebut.
76 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf
• Contoh 2-5
Sebuah silinder baja lingkaran solid S terletak di dalam tabung tembaga lingkaran
berlubang C (Gambar 2- 1 7a dan b). Silinder dan tabung tersebut ditekan di antara
dua plat kaku dari sebuah mesin uji dengan gaya tekan P. Silinder baja tersebut
mempunyai luas penampang As dan modulus elastisitas Es. Tabung tembaga
mempunyai luas Ac dan modulus elastisitas Ec. Keduanya mempunyai panjang L.
Tentukanlah besaran-besaran berikut: (a) gaya tekan Ps di silinder baja dan
pc di tabung tembaga; (b) tegangan tekan as dan ac; serta (c) perpendekan 8
keduanya.
Solusi
(a) Gaya tekan di silinder baja dan tabung ternbaga. Kita mulai dengan melepaskan
plat atas dari struktur ini untuk mengekspos gaya Ps dan Pc yang masing-masing
bekerja di silinder baja dan tabung tembaga (Gambar 2-1 7c). Gaya P, adalah
resultan dari tegangan terbagi rata yang bekerja di penampang silinder baja, dan
gaya Pc adalah resultan dari tegangan terbagi rata yang bekerja di penampang
tabung tembaga.
*Dari tinjauan sejarah, kelihatannya Euler pada tahun 1774 adalah orang pertama yang menganalisis
sistem statis tak tentu; ia meninjau masalah meja kaku dengan empat kakinya ditumpu pada pondasi
elastis (Ref. 2-3 dan 2-4). Analisis selanjutnya dilakukan oleh matematikawan dan insinyur Perancis
L.M.H.Navier, yang pada tahun 1825 menyatakan bahwa reaksi statis tak tentu dapat dicari hanya dengan
memperhitungkan elastisitas struktur (Ref. 2-5). Navier juga menganalisis rangka batang statis tak tentu.
Mekanika Bahan 77
(b)
(a)
(h,i)
(2- l Oa,b) ..
Persamaan di atas menunjukkan bahwa gaya tekan di bagian baja dan tembaga
masing-masing berbanding langsung dengan kekakuan aksial dan berbanding
terbalik dengan jumlah kekakuannya.
(b) Tegangan tekan di silinder baja dan tabung tembaga. Dengan mengetahui
gaya-gaya aksial, maka kita dapat memperoleh tegangan tekan di kedua bahan:
(2-l l a,b) ..
bahan. Dengan demikian, bahan yang "lebih kaku" mempunyai tegangan yang
lebih besar.
(c) Perpendekan struktur. Perpendekan 8 keseluruhan struktur dapat diperoleh
• Contoh 2-6
Sebuah batang kaku AB mempunyai sendi di ujung A dan ditumpu oleh dua kawat
(CD dan EF) di titik-titik D dan F (Gambar 2- 1 8a). Sebuah beban vertikal P
bekerja di ujung B dari batang tersebut. Batang tersebut mempunyai panjang 3b
dan kawat CD dan EF mempunyai panj ang masing-masing L 1 dan L2. Juga, kawat
CD mempunyai diameter d 1 dan modulus elastisitas E1; kawat EF mempunyai
diameter d2 dan modulus elastisitas E2.
(a) Dapatkan rumus untuk beban izin P jika tegangan izin di kawat CD dan
EF masing-masing adalah a1 dan a2. (abaikan berat sendiri batang.)
(b) Hitunglah beban izin P untuk kondisi berikut. Kawat CD terbuat dari
aluminium dengan modulus elastisitas E 1 = 72 GPa, diameter d 1 =4,0 mm, dan
panjang L1 = 0,40 m. Kawat EF terbuat dari magnesium dengan modulus elastisitas
E2 45 GPa, diameter d2 = 3,0 mm, dan panjang L2 = 0,30 m. Tegangan izin di
=
Solusi
Persamaan keseimbangan. Kita mulai analisis dengan menggambar diagram benda
bebas batang AB (Gambar 2- 1 8b). Di dalam diagram ini T1 dan T2 adalah gaya
tarik yang belum diketahui pada kawat-kawat dan RH dan Rv adalah komponen
reaksi dalam arah masing-masing horizontal dan vertikal di tumpuan. Kita lihat
dengan mudah bahwa struktur ini statis tak tentu karena ada empat gaya yang
belum diketahui (T1, T2, RH, dan Rv) tetapi hanya ada satu persamaan keseimbangan
independen. Dengan mengambil momen terhadap titik A (dengan perjanjian tanda
positif untuk momen yang searah jarum jam) maka
LMA = Q (k)
(a)
(b)
(I)
80 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
di mana A 1 dan A masing-masing adalah luas penampang kawat CD dan EF; jadi
2
A� - 7rd� Az --
mli
4 4
Untuk memudahkan penulisan persamaan, kita gunakan notasi berikut untuk
fleksibilitas kawat (lihat Persamaan 2-4b):
-
I (m,n)
4
Dengan demikian, hubungan gaya-peralihan menjadi
1J = 4
.iJ + fz
Dengan diketahuinya gaya-gaya T1 dan T2, maka kita dapat dengan mudah mencari
perpanjangan kawat dari hubungan gaya-peralihan.
(a) Beban izin P. Karena analisis statis tak tentu telah diselesaikan dan gaya-
gaya di kawat telah diketahui maka kita dapat menentukan harga beban P yang
diizinkan. Tegangan cr1 di kawat CD dan tegangan cr di kawat EF dapat dihitung
2
langsung dari gaya-gayanya (Persamaan p dan q):
Dari persamaan pertama di atas, kita hitung gaya izin P1 yang didasarkan atas
p, _ <r1A1(4.fJ + /2 ) p, =
<rJ AJ (4 .fJ + fz )
I
-
I 3fz (r) •
3fz
Dengan cara yang sama, persamaan kedua kita dapatkan gaya izin P2 yang
didasarkan atas tegangan izin kawat magnesium:
p -
_ <Tz Az (4iJ + fz )
2 6fi
Yang terkecil di antara kedua harga ini merupakan beban izin maksimum Pizin·
(b) Perhitungan numerik untuk beban izin. Dengan menggunakan data yang
ada dan persamaan-persamaan di atas, kita peroleh harga-harga numerik sebagai
berikut:
n(4,0 mm)2
1 2,57 mm2
4
Mekanika Bahan 81
n(3,0 mm)z
= 7,069 mmz
4
0•40 m
= 0,4420 10 -6 miN
x
0•30 m
= 0,943 1 x 10-6 miN
a1 =
200 MPa a2 = 175 MPa
Dengan memasukkan harga-harga di atas ke dalam Persamaan (r) dan (s) maka
PI = 2,41 kN P2 = 1 ,26 kN
Hasil pertama didasarkan atas tegangan izin a1 di kawat aluminium dan yang
kedua didasarkan atas tegangan izin a2 di kawat magnesium. Beban izin adalah
yang terkecil di antara kedua harga tersebut:
Pizin = 1,26 kN
Pada taraf beban ini tegangan di magnesium adalah 175 MPa (yaitu tegangan
izinnya) dan tegangan di aluminium adalah (1 ,26/2,41 )(200 MPa) = 105 MPa.
Sebagaimana diduga, tegangan ini lebih kecil daripada tegangan izin 200 MPa.
• Contoh 2-7
Sebuah batang kaku ADB yang panjangnya 2b mempunyai sendi untuk memikulnya
di A dan ditahan oleh dua kawat miring CD dan CB (Gambar 2- 1 9a). Kawat-
kawat ini terpasang di tumpuan di titik C, yang terletak pada jarak vertikal b di
atas titik A. Kedua kawat terbuat dari bahan yang sama dan mempunyai diameter
yang sama.
Tentukanlah gaya tarik T1 dan T2 di kawat CD dan CB akibat beban vertikal
P yang bekerja di ujung batang.
Solusi
Persamaan keseimbangan. Diagram benda bebas batang AB (Gambar 2-19b)
menunjukkan bahwa ada empat gaya anu, yaitu gaya tarik T1 dan T2 di kawat-
kawat dan dua komponen reaksi (RH dan Ry) di tumpuan sendi. Karena hanya ada
tiga persamaan keseimbangan independen, maka struktur ini adalah statis tak
tentu. Kita dapat memperoleh persamaan keseimbangan yang hanya mengandung
T1 dan T2 sebagai anu dengan menj umlahkan momen terhadap titik A:
----------------------------------------------
semula dari batang AB dan garis AB'menunjukkan posisi setelah berotasi. Karena
sudut rotasi batang AB sangat kecil, maka peralihan 81 dan 82 di titik D dan B,
dapat dipandang sebagai peralihan vertikal yang kecil. Karena jarak dari A ke B
dua kali jarak dari A ke D, maka kita lihat bahwa
82 = 2 81 (w)
yang merupakan persamaan keserasian.
Hubungan gaya-peralihan. Sekarang kita membutuhkan hubungan antara
gaya T1 dan T2 dan peralihan vertikal 81 dan 82 masing-masing di titik D dan B.
Mekanika Bahan 83
Kita mulai dengan meninjau kawat CD, yang berotasi dari posisi semula CD ke
posisi akhir CD' (Gambar 2-19c). Kita gambarkan DD" yang tegak lurus dari titik
D ke garis CD'. Karena peralihan dan sudut berubah sangat kecil, maka kita dapat
mengasumsikan bahwa jarak CD" sama dengan jarak CD. (artinya, busur lingkaran
DD" dengan titik C sebagai pusatnya tidak dapat dibedakan dengan garis DD'�)
Segitiga peralihan DD'D" dalam Gambar 2- 1 9c digambar ulang agar lebih
jelas di Gambar 2- 1 9d. Jarak DD' adalah peralihan vertikal 81 titik D dan jarak
D'D" adalah perpanjangan 8cv kawat CD. Sudut a1 terlihat dalam segitiga sebagai
sudut D'DD'� Untuk membuktikan ini, kita perhatikan bahwa garis DD' adalah
tegak lurus garis AB, dan garis DD" tegak lurus garis CD (untuk sudut rotasi
yang kecil). Dengan demikian, dari segitiga peralihan DD 'D" kita peroleh
8I
0
Sin
= -(X=
I -.J2
Persamaan ini memberikan hubungan geometri antara perpanjangan kawat CD
dan peralihan ke bawah titik D.
Perpanjangan 8cv pada kawat CD dihubungkan dengan gaya di kawat tersebut
dengan hubungan gaya-peralihan:
� Lc - �b-fi v
8cv - � �
di mana Lcv = b .fi adalah panjang kawat CD. Dengan menggabungkan dua
persamaan terakhir untuk 8cv kita dapatkan
2b �
8 = (x)
I EA
Dengan cara yang sama, kita dapat menghubungkan peralihan 8 dengan 2
perpanjangan 8c8 pada kawat CB (lihat Gambar 2- 1 9e) dan mendapatkan
5 b T2
82 _
- EA
Persamaan (x) dan (y) adalah hubungan gaya-peralihan yang memberikan peralihan
titik-titik D dan B yang dinyatakan dalam gaya anu di kawat.
Dengan memasukkan 81 dan 8 dari 2 hubungan gaya-peralihan ke dalam
persamaan keserasian (Persamaan w) maka
(z)
yang merupakan persamaan keserasian yang dinyatakan dalam gaya anu.
Solusi persamaan. Pada langkah terakhir dalam contoh ini kita memecahkan
persamaan keseimbangan (Persamaan v) dan keserasian (Persamaan z) secara
simultan. Hasilnya adalah
O.JiO 4�
T,
I
_
- g-iIf P
-/5 = 1,406? T2 = = 1' 1 25P •
+ 5 5
Jadi, kita mendapatkan gaya tarik di kawat dengan menganalisis struktur statis tak
tentu.
Dengan diketahuinya gaya tarik di kawat, maka kita dapat dengan mudah
menentukan semua gaya dan peralihan. Sebagai contoh, reaksi di tumpuan A
dapat diperoleh dari persamaan keseimbangan dan peralihan 8I dan 82 dapat
diperoleh dari Persamaan (x) dan (y)
Catatan: Dalam contoh ini, solusi akhir untuk gaya-gaya tidak melibatkan
rigiditas aksial EA dari kawat. (Fakta ini nyata di dalam solusi simbolik tetapi
tidak terlihat nyata di dalam solusi numerik.) Sebabnya adalah bahwa kedua kawat
mempunyai rigiditas aksial yang sama, sehingga besaran EA saling meniadakan
di dalam solusi. Jika setiap kawat mempunyai rigiditas yang berbeda, maka masing-
masing rigiditas tersebut akan muncul di dalam rumus ekspresi akhir.
84 Bab 2 Elemen Struktur yang Oibebani Secara Aksial
EFEK TERMAL
(2- 13)
*Untuk pembahasan satuan temperatur dan skala. lihat Subbab A.4 pacta Lampiran A.
Mekanika Bahan 85
(2- 14)
Solusi
Karena temperatur meningkat, maka batang akan berusaha untuk memanjang tetapi
ditahan oleh tumpuan kaku di A dan B. Dengan demikian, reaksi RA dan RB akan
timbul di kedua tumpuan, dan batang tersebut akan mengalami tegangan tekan
seragam.
Persamaan keseimbangan. Gaya-gaya yang bekerja di batang ini hanyalah
reaksi di kedua ujung seperti terlihat dalam Gambar 2-24a. Dengan demikian,
keseimbangan gaya dalam arah vertikal adalah
(a)
(d)
8 -
RA L (e)
R
EA
(f)
(2-16) •
Catatan 1: Di dalam contoh ini, reaksi tidak bergantung pada panjang batang
dan tegangan tidak bergantung pada panjang dan Iuas penampang (Iihat Persamaan
2- 15 dan 2-16). Jadi, sekali lagi kita lihat kegunaan solusi simbolik karena hal-hal
penting pada perilaku batang seperti ini tidak terlihat pada solusi numerik.
• Contoh 2-9
(a
(b)
Solusi
Karena selongsong dan baut terbuat dari bahan yang berbeda, maka perpanjangan
masing-masing bahan tersebut akan berbeda kalau dipanaskan dan diperbolehkan
berekspansi secara bebas. Namun, apabila keduanya ditahan bersama oleh suatu
Mekanika Bahan 89
susunan, maka ekspansi bebas tidak dapat terjadi, dan tegangan termal akan timbul
di kedua bahan. Untuk mencari tegangan ini, kita menggunakan konsep yang
sama pada analisis statis tak tentu-persamaan keseimbangan, keserasian, dan
hubungan peralihan. Kita perlu melepaskan elemen-elemen struktur ini agar dapat
memformulasikan persamaan-persamaan tersebut.
Cara mudah untuk memotong struktur ini adalah dengan menghilangkan
kepala baut, sehingga selongsong dan baut dapat berekspansi dengan bebas akibat
perubahan temperatur b.T (Gambar 2-25b). Perpanjangan pada selongsong dan
baut akibat ha! ini diberi notasi masing-masing 81 dan 82, dan hubungan temperatur-
peralihan untuk ini adalah
Karena as Jebih besar daripada ab, maka perpanj angan 81 akan lebih besar daripada
82, seperti terlihat dalam Gambar 2-25b.
Gaya-gaya aksial di selongsong dan baut harus sedemikian hingga gaya-
gaya tersebut memperpendek selongsong dan memperpanjang baut sampai panjang
akhir keduanya sama. Gaya-gaya ini terlihat dalam Gambar 2-25c, di mana Ps
menunjukkan gaya tekan di selongsong dan Pb menunjukkan gaya tarik di baut.
Perpendekan 83 selongsong dan perpanjangan 84 baut adalah
P,L = PbL
83 = 84 (h)
E,As Eb Ab
di mana E�s dan E0b adalah rigiditas masing-masing bahan. Persamaan (h)
adalah hubungan beban-peralihan.
Sekarang kita dapat menuliskan persamaan keserasian yang menyatakan
fakta bahwa perpanjangan akhir 8 sama untuk selongsong dan baut. Perpanj angan
selongsong adalah 81 - 83 dan perpanj angan baut adalah 82 + 8�; jadi,
8= � - � = � + � w
Dengan memasukkan hubungan temperatur-peralihan dan beban-peralihan
(Persamaan g dan h) ke dalam persamaan akan menghasilkan
P, L
8 = aJ!:lT) L- (j)
E,A,
yang dapat ditulis dengan
P,L
- PbL = a,(b.T)L - ab(b.T)L
E,A, + -
EbAb
yang merupakan bentuk akhir persamaan keserasian. Perhatikan bahwa persamaan
ini mengandung gaya-gaya P, dan Ph sebagai anu.
Persamaan keseimbangan diperoleh dari Gambar 2-25c, yang merupakan
diagram benda bebas dari bagian yang tersisa sesudah kepala baut dihilangkan.
Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horizontal, maka
(1)
yang menyatakan fakta nyata bahwa gaya tekan di selongsong sama dengan gaya
tarik di baut.
Sekarang kita pecahkan persamaan keseimbangan dan keserasian secara simul-
tan (Persamaan k dan 1) dan mendapatkan gaya aksial di selongsong dan baut:
E,A, + EbAb
Dalam menurunkan persamaan ini, kita berasumsi bahwa temperatur meningkat
dan bahwa koefisien as lebih besar daripada koefisien ab. Pada kondisi ini, PS
adalah gaya tekan di selongsong dan Pbadalah gaya tarik di baut.
Hasilnya akan berbeda jika temperatur meningkat tetapi koefisien a, kurang
dari koefisien ab. Pada kondisi ini, ada celah yang terbuka di antara kepala baut
dan selongsong dan tidak ada tegangan di masing-masing komponen.
90 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
(a) Tegangan di selongsong dan baut. Persamaan untuk tegangan er, dan erb
masing-masing di selongsong dan baut dapat diperoleh dengan membagi gaya
dengan luasnya:
P, (a, - ab )(tlT)EsEbAb
er, = (2- 1 8a) •
A, E,As + EbAb
P. (a, - ab)(tlT)E,EbAs
erb = i = (2-1 8b) •
Ab E,A, + EbAb
Pada kondisi yang diasumsikan, tegangan er, di selongsong adalah tekan dan
tegangan erb di baut adalah tarik. Menarik dicatat bahwa tegangan ini tidak
bergantung pada panjang susunan elemen dan besamya berbanding terbalik dengan
luasnya (artinya erjerb = A,JA,. )
(b) Pertambahan panjang selongsong dan baut. Perpanjangan masing-masing
elemen dapat diperoleh dengan memasukkan P, atau Pb dari Persamaan (2-17) ke
dalam Persamaan (j),
Hasil-hasil ini cocok dengan yang ada di Contoh 2-8 yang meninjau suatu batang
yang ditahan oleh tumpuan kaku di kedua ujungnya (bandingkan Persamaan 2-15
dan 2- 16, dan dengan Persamaan b).
Sebagai kasus khusus lainnya, misalkan bahwa selongsong dan baut terbuat
dari bahan yang sama. Karena itu kedua bagian akan berekspansi dengan bebas
dan akan memanjang sama besar jika temperatur berubah. Tidak ada gaya dan
tegangan yang akan timbul. Untuk melihat apakah persamaan yang diturunkan
dapat memprediksi perilaku ini, kita akan mengasumsikan bahwa kedua bagian
mempunyai besaran a, E, dan A. Dengan memasukkan harga-harga ini ke dalam
Persamaan (2-17), (2- 18), dan (2-19), maka
8 = a(llT)L
yang merupakan hasil yang diharapkan.
Sebagai kasus khusus ketiga, misalkan kita membuang selongsong sedemikian
hingga hanya baut yang tertinggal. Baut itu selanjutnya bebas berekspansi dan
tidak ada gaya atau tegangan yang akan timbul. Kita dapat merepresentasikan
kasus ini dengan menuliskan A, = 0 di dalam Persamaan (2- 17), (2-1 8b), dan (2-
19), yang menghasilkan
Pb = 0 erb = 0 8 = ab(llT)L
Sekali lagi, ini merupakan hasil yang diharapkan.
Sebagaimana telah disebutkan di akhir Subbab 2.3, penyelidikan suatu kasus
khusus tidak cukup untuk meyakini kebenaran suatu rumus umum. Namun, ini
tentu saja acta gunanya. Jika suatu kasus khusus dapat diverifikasi, kita
meningkatkan keyakinan akan hasil yang diperoleh. Jika kasus khusus tidak cocok,
maka ha! ini berarti bahwa rumus umum mempunyai kesalahan.
Mekanika Bahan 91
(a)
(b)
diuraikan atas dua komponen, gaya normal N yang berarah tegak lurus
bidang miring pq
dan gaya geser V yang berarah tangensial padanya. Jadi
komponen gaya tersebut adalah
Berkaitan dengan gaya N dan V ada tegangan normal dan tegangan geser
yang mempunyai distribusi terbagi rata di seluruh potongan melintang
(Gambar 2-29c dan d). Tegangan normal ini sama dengan gaya normal N
dibagi luas potongan, dan tegangan geser tersebut sama dengan gaya geser
V dibagi dengan luas potongan. Jadi, kedua tegangan tersebut adalah
(J (2-2 l a,b)
A
A� = --
(2-22)
cos ()
\q
A,
cos () (c)
=
Gambar 2-29 Batang prismatis --Vx,-
yang mengalami tarik yang
menunjukkan tegangan yang A
bekerja pada potongan miring pq \q
A, (d)
cos ()
potongan yang miring ctengan suctut () (Gambar 2-30), seperti juga k:ita
menggunakan subskrip x untuk menunjukkan bahwa tegangan bekerja
pacta potongan yang sejajar sumbu x (lihat Gambar 2-26). Tegangan nor-
A1 A A1 A
2
cos 8 = ko + cos28) sin() cos() = k (sin28)
kita peroleh
(2-23a)
(2-23b)
capai harga positif terbesar pacta e = --45° ctan harga negatif terbesar pacta
() = +45°. Kectua tegangan geser maksimum ini mempunyai besar yang
sama yaitu
(2-25)
(a)
Beban Juga, perhatikan bahwa tegangan geser yang bekerja pada bidang-bidang
yang tegak lurus mempunyai besar yang sama dan mempunyai arah menuju,
atau meninggalkan, garis perpotongan bidang-bidang, sebagaimana dibahas
dengan rinci dalam Subbab 1 .6.
Jika suatu batang dibebani tekan, bukannya tarik, maka tegangan ax
akan berupa tekan dan akan mempunyai harga negatif. Karena itu, semua
tegangan yang bekerja di elemen tegangan akan mempunyai arah yang
berlawanan dengan untuk batang yang mengalami tarik. Tentu saja,
Persamaan (2-23a dan b) masih dapat digunakan untuk perhitungan dengan
memasukkan ax sebagai besaran negatif.
Meskipun tegangan geser maksimum di batang yang dibebani secara
aksial hanyalah setengah dari tegangan normal maksimum, tegangan geser
dapat menyebabkan kegagalan jika bahannya jauh lebih lemah terhadap
geser dibandingkan terhadap tarik. Sebuah contoh yang menunjukkan
kegagalan geser terlihat dalam Gambar 2-33, yang menunjukkan sebuah
blok kayu yang telah dibebani tekan dan gagal karena tetjadi geser di
sepanjang bidang 45°. Jenis perilaku seperti ini tetjadi pada baja lunak
ban yang dibebani tarik. Selama uji tarik pada batang datar dari baja berkarbon
Gambar 2-33 Kegagalan geser rendah dengan permukaan yang dipoles, jalur gelincir (slip bands terlihat
di sepanjang bidang blok kayu
pada sisi-sisi batang pada 45° dengan sumbu (Gambar 2-34). Jalur ini
45° yang dibebani tekan
menunjukkan bahwa bahan tersebut gagal secara geser di sepanjang bidang-
bidang di mana tegangan geser mencapai maksimum. Jalur seperti ini
Beban pertama kali diamati oleh G. Piobert pada tahun 1842 dan W. Ltiders pada
tahun 1 860 (lihat Ref. 2-6 dan 2-7), dan dewasa ini jalur tersebut disebut
Jalur Liiders atau lalur Piobert. Jalur ini mulai terlihat jika tegangan
luluh di batang tercapai (titik B dalam Gambar 1-1 0).
Keadaan tegangan yang dijelaskan dalam subbab ini disebut tegangan
mumikarena
uniaksial,
tarik alasan
atau tekan yangsatu
pada sudah jelas,
arah yaitu
saja. batang tersebut
Orientasi elemenmengalami
tegangan
0 dan
(Gambar 2-32); yang disebut pertama mempunyai tegangan normal
maksimum dan yang disebut terakhir mempunyai tegangan geser
maksimum. Jika potongan di batang mempunyai sudut lainnya, maka
tegangan yang bekerja di muka-muka elemen tegangan dapat ditentukan
dari Persamaan 2-23a dan b), seperti digambarkan dalam Contoh 2- 10 dan
2- 1 1 berikut ini. Tegangan uniaksial adalah kasus khusus dari keadaan
t tegangan yang lebih umum yang dikenal dengan tegangan bidang, yang
dibahas dengan rinci dalam Bab 7.
Beban
• Contoh 2-1 o
2
Sebuah batang prismatis yang mempunyai luas penampang A = 1 200 mm ditekan
dengan gaya aksial P = 90 kN (Gambar 2-35a). Tentukanlah tegangan yang bekerja
yang dipotong melalui batang dengan sudut e = 25°. (b)
di potongan miring pq
Tentukan keadaan tegangan secara lengkap untuk e = 2SO dan tunjukkan tegangan
di elemen tegangan yang diarahkan dengan benar.
98 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
(a)
(b) (c
(a) Untuk mendapatkan tegangan yang bekerja pada potongan pada sudut 6
=
A
di mana tanda minus menunjukkan 1 200 mm tegangan adalah tekan. Selanjutnya,
bahwa
kita hitung tegangan normal dan geser dari Persamaan (2-23a dan b) dengan (J =
25°, sebagai berikut:
2 2
a9 = ax cos 8 = (-75 MPa)(cos 25°) = -6 1 , 1 MPa ..
Tegangan ini ditunjukkan bekerja pada potongan miring dalam Gambar 2-35b.
Perhatikan bahwa tegangan normal a 9adalah negatif (tekan) dan tegangan geser
r9adalah positif (berlawanan jarum jam).
(b) Untuk menentukan keadaan tegangan yang lengkap, kita perlu mencari
tegangan yang bekerja di semua muka elemen tegangan yang berorientasi 25°
(Gambar 2-35c). Muka ab, di mana (J = 25°, mempunyai orientasi sama dengan
bidang miring dalam Gambar 2-35b. Dengan demikian, tegangannya sama dengan
yang dituliskan di atas.
Tegangan di muka sebaliknya cd adalah sama dengan yang ada di muka ab,
yang dapat diverifikasi dengan memasukkan (J = 25° + 1 80° = 205° ke dalam
Persamaan (2-23a dan b).
Untuk muka be kita masukkan (J = 25° - 90° = -65° ke dalam Persamaan
(2-23a dan b) dan mendapatkan
• Contoh 2-1 1
a = 40°
3f 50°
9= -{3 = -50°
Solusi
Untuk mudahnya, kita putar batang ini menjadi horizontal (Gambar 2-36b) yang
cocok dengan gambar yang digunakan dalam menurunkan persamaan untuk
tegangan di potongan miring (lihat Gambar 2-29 dan 2-30). Dengan posisi batang
seperti ini, kita lihat bahwa normal n terhadap bidang joint berlem (bidang pq)
membentuk sudut f3= 90° a, atau 50°, dengan sumbu batang. Karena sudut (}
-
didefinisikan positif jika berlawanan jarum jam (Gambar 2-30), kita simpulkan
bahwaLuas -50° untuk joint
(} =penampang mempunyai kaitan dengan beban P dan tegangan
berlem.
batang
a
x di penampang dengan persamaan
(a)
Dengan demikian, untuk memperoleh luas yang dibutuhkan, mula-mula kita harus
menentukan harga ax yang berkaitan dengan masing-masing dari empat tegangan
izin. Selanjutnya, harga terkecil dari ax akan menentukan luas yang dibutuhkan.
Harga ax diperoleh dengan menyusun kembali Persamaan (2-23a dan b) sebagai
berikut:
aX = (2-26a,b)
sin (} cos (}
(a) Harga crx yang didasarkan atas tegangan i::in di joint berlem. Untuk
tekan di joint berlem kita ketahui CTe = -750 psi dan 8 = -50°. Dengan
memasukkannya ke dalam Persamaan (2-26a) kita dapatkan
er
-750 psi
= = (b)
X (COS - 50°) 2 -1815 psi
tidak begitu jelas apakah e adalah +500 psi ataukah -500 psi. Salah satu pendekatan
Untuk geser dijoint berlemr
kita ketahui tegangan izin 500 psi. Sekalipun demikian,
ada1ah dengan memasukkan kedua harga tersebut ke dalam Persamaan (2-26b)
dan selanjutnya memilih harga crx yang negatif. Harga er lainnya akan positif
,
(tarik) dan tidak berlaku untuk batang ini, yang mengalami tekan. Pendekatan lain
adalah dengan memeriksa batang itu sendiri (Gambar 2-36b) dan mengamati dari
arah beban bahwa tegangan geser akan berarah jarum jam terhadap bidang p q'
-500berarti
yang psi dan e tegangan
bahwa -50° ke dalam
geserPersamaan (2-26b)demikian,
negatif. Dengan dan mendapatkan
kita masukkan re
= =
()X =
-1015 psi
(sin - 50°)(cos -50°)
-500 psi (c)
=
(b) Harga er
,
berdasarkan atas tegangan izin di plastik. Tegangan tekan
8000 1b
A= 7,88 in.z
=
1015 psi
2
Karena batang ini mempunyai penampang bujursangkar (A = b ), maka lebar
minimum adalah
..
Setiap 1ebar yang lebih besar daripada bmin akan menjamin bahwa tegangan izin
tidak dilampaui. Sebagai contoh, kita dapat memilih b = 3,0 in.
ENERGI REGANGAN
balok yang mengalami lentur dibahas di Subbab 9.8. Selain itu, penggunaan
energi regangan dalam kaitan dengan beban dinamik diuraikan dalam
subbab berikutnya (Subbab 2.8) dan dalam Subbab 9. 10.
Untuk menggambarkan ide dasar. tinj aulah batang prismatis yang
panjangnya L yang mengalami gaya tarik P (Gambar 2-37). Kita asumsikan
bahwa beban diterapkan secara perlahan-lahan, sedemikian hingga beban
tersebut bertambah dari nol ke harga maksimumnya P. Beban seperti ini
disebut beban statik karena tidak ada efek dinamik ataupun inersia akibat
gerakan. Batang ini secara perlahan-lahan memanjang pada saat beban
diterapkan, hingga akhimya mencapai perpanj angan maksimum 8 pada
saat yang sama dengan beban mencapai harga maksimum P. Dengan
Gambar 2-37 Batang prismatis demikian, beban dan perpanjangan harus tetap tak berubah.
yang mengalami beban statis.
Selama proses pembebanan, beban P bergerak perlahan-lahan melalui
jarak 8 dan melakukan sej umlah usaha. Untuk mengevaluasi usaha ini,
kita ingat dari mekanika dasar bahwa gaya konstan melakukan usaha
sama dengan hasil kali gaya dan jarak yang ditempuhnya. Dalam kasus
kita, besar gaya bervariasi dari nol ke harga maksimum P. Untuk
mendapatkan usaha yang dilakukan oleh beban akibat kondisi ini, kita
perlu mengetahui bagaimana beban tersebut berubah. Informasi ini
diberikan dengan diagram beban-peralihan, sepeni terlihat dalam Gambar
2-38. Pada diagram ini sumbu vertikal menujukkan beban aksial dan sumbu
horizontal menunjukkan perpanjangan batang. Bentuk kurva ini bergantung
pada besaran bahan.
Kita gunakan notasi P1 untuk harga beban berapapun antara no! dan
harga maksimum P, dan mencatat perpanjangan di batang tersebut dengan
81 • Lalu, pertambahan dP1 pada beban akan menghasilkan peningkatan
do1 pada perpanjangan. Usaha yang dilakukan oleh beban selama
peningkatan perpanjangan adalah hasil kali beban dan jarak yang dilampaui,
Gambar 2-38 Diagram beban-
artinya usaha sama dengan P1do1 • Usaha ini dinyatakan dalam gambar
peralihan
tersebut dengan luas yang di arsir gelap di bawah kurva beban-peralihan.
Usaha total yang dilakukan oleh beban pada saat meningkat dari nol ke
harga maksimum P adalah jumlah dari semua strip elemental:
Dalam tinj auan geometrik, usaha yang dilakukan oleh beban sama dengan
luas di bawah kurva beban-peralihan.
Apabila beban memperpanjang batang, maka timbul regangan. Adanya
regangan ini menambah taraf energi batang itu sendiri. Dengan demikian,
besaran baru, yang disebut energi regangan, didefinisikan sebagai energi
yang diserap oleh batang selama proses pembebanan. Dari prinsip
konservasi energi, kita ketahui bahwa energi ini sama dengan usaha yang
dilakukan oleh beban asalkan tidak ada energi yang ditambahkan atau
dikurangi di dalam batang panas. Dengan demikian,
(2-28)
p Usaha dan energi dinyatakan dalam satuan yang sama. Dalam SI, satuan
usaha dan energi adalah dalam joule (J), yang sama dengan satu newton
Energi meter ( 1 J =1 Nm). Dalam satuan USCS, usaha dan energi dinyatakan
regangan
inelastis dalam foot-pound (ft-lb), foot-kip (ft-k), inci-pound (in.-lb), dan inci-kip
Energi
(in.-k). *
regangan Jika gaya P (Gambar 2-37) secara perlahan-lahan dihilangkan dari
elastis batang, maka batang tersebut akan memendek. Jika limit elastis bahan
tidak dilampaui, maka batang akan kembali ke panjang semula. Jika limit
ini terlampaui, maka set permanen akan tertinggal (lihat Subbab 1 .4).
D c 8
Jadi, semua atau sebagian dari energi regangan akan terpulihkan menjadi
Gambar 2-39 Energi regangan
usaha. Perilaku ini ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan dalam Gambar
elastis dan inelastis 2-39. Selama pembebanan, usaha yang dilakukan oleh beban sama dengan
luas di bawah kurva (luas OABCDO). Jika beban dihilangkan, maka diagram
beban-peralihan mengikuti garis BD jika titik B ada di luar limit elastis dan
perpanjangan permanen OD tetap tersisa. Jadi, energi regangan yang
terpulihkan selama penghilangan beban, yang disebut energi regangan
elastis, dinyatakan dengan segitiga yang diarsir gelap (BCD). Luas OABDO
menunjukkan energi yang hilang dalam proses merubah bentuk batang
secara permanen. Energi ini dikenal dengan energi regangan inelastis.
Kebanyakan struktur didesain dengan harapan bahwa bahan akan
tetap di dalam selang elastis pada kondisi layanan yang biasa. Untuk
batang yang mengalami tarik, beban pada saat tegangan di bahan mencapai
limit elastis dinyatakan dengan titik A di kurva beban-peralihan (Gambar 2-
39). Selama beban masih di bawah harga ini, semua energi regangan akan
dapat pulih selama penghilangan beban dan tidak ada perpanjangan permanen
yang tersisa. Jadi, batang ini akan beraksi sebagai pegas elastis, yang
menyimpan dan melepaskan energi apabila beban diterapkan dan
dihilangkan.
Tp
(2-29)
_j01 8 --1
yang merupakan luas segthga yang digelapkan OAB dalam gambar
tersebut.** Selanjutnya, kita ketahui bahwa hubungan antara beban P dan
8
perpanjangan untuk bahan elastis linier dinyatakan dengan persamaan
Gambar 2-40 Diagram beban-
peralihan untuk batang dari bahan 8 PL
= (2-30)
elastis Jinier EA
* Faktor-faktor konversi untuk ketja dan energi diberikan dalam Lampiran A, Tabel A-5.
* * Prinsip babwa kerja oleh beban luar sama dengan energi regangan (untuk kasus perilaku elastis
linier) pertama kali dinyatakan oleh insinyur Perancis B.P.E. Clapeyron (1799-1864) dan dikenal dengan
teorema Clapeyron (Ref. 2-8).
Mekanika Bahan 1 03
(2-3 1 a,b)
(2-32a,b)
(2-33)
Gambar 2-41 Batang yang terdiri di mana U; adalah energi regangan segmen i dari batang dan n adalah
atas segmen-segmen prismatis yang banyaknya segmen. (Hubungan ini berlaku apakah bahan berperilaku linier
mempunyai luas penampang dan maupun nonlinier.)
gaya aksial yang berbeda-beda
Sekarang kita asumsikan bahwa bahan dari batang ini elastis linier
dan bahwa gaya aksial konstan di dalam setiap segmen. Kita dapat
menggunakan Persamaan (2-3 1 a) untuk mendapatkan .energi regangan
segmen, dan Persamaan (2-33) menjadi
(2-34)
== L
�J
di mana N; adalah gaya aksial yang bekeija di segmen i dan L;, E;, dan
A ; adalah besaran segmen i. (Penggunaan persamaan ini digambarkan
dalam Contoh 2- 12 dan 2- 13 di akhir subbab ini.)
Kita dapat memperoleh energi regangan pada batang nonprismatis
dengan gaya aksial yang bervariasi secara kontinu (Gambar 2-42) dengan
Gambar 2-42 Batang non- menerapkan Persamaan (2-3 1a) untuk elemen diferensial (ditunjukkan
prismatis dengan gaya aksial yang dengan bagian yang digelapkan dalam gambar) dan selanjutnya meng-
bervariasi integrasikan di seluruh panjang batang
1 04 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksiaf
2
[N(x)] dx
U= (2-35)
Di dalam persamaan ini, N(x) dan A(x) adalah gaya aksial dan luas
penampang pada jarak x dari ujung batang. (Contoh 2-14 menggambarkan
penggunaan persamaan ini.)
Rumus untuk energi regangan di atas (Persamaan 2-3 1 sampai 2-35)
menunjukkan bahwa energi regangan bukanlah merupakan fungsi linier
dari beban, meskipun bahannya bersifat elastis linier. Jadi, perlu diingat
bahwa kita tidak dapat memperoleh energi regangan suatu struktur yang
memikul lebih dari satu beban dengan menggabungkan energi regangan
yang diperoleh dari masing-masing beban secara terpisah. Dalam hal
batang nonprismatis yang terlihat dalam Gambar 2-41, energi regangan
total bukanlah merupakan jumlah dari energi regangan akibat beban P1
yang bekerja sendiri dan energi regangan akibat beban P2 yang bekerja
sendiri. Untuk itu, kita harus menghitung energi regangan dengan semua
beban yang bekerja secara simultan, sebagaimana akan ditunjukkan dalam
Contoh 2-14.
Meskipun kita hanya meninjau elemen tarik di dalam pembahasan
energi regangan, semua konsep dan persamaan berlaku sama dengan elemen
tekan. Karena kerja yang dilakukan oleh beban aksial adalah positif, tak
peduli apakah beban menyebabkan tarik atau tekan, maka energi regangan
selalu merupakan besaran positif. Fakta ini juga nyata dalam rumus untuk
energi regangan pada batang elastis linier (seperti Persamaan 2-3 1 a dan 2-
31b). Rumus-rumus ini selalu positif karena beban dan perpanj angan
dikuadratkan.
Energi regangan adalah bentuk dari energi potensial (atau "energi
posisi") karena energi ini bergantung pada lokasi relatif partikel-partikel
elemen yang membentuk elemen struktur. Apabila suatu batang atau pegas
mengalami tekan, maka partikel-partikelnya akan semakin rapat; apabila
ditarik, jarak antara partikel akan bertambah. Dalam kedua kasus tersebut
energi regangan elemen struktur akan bertambah dibandingkan dengan
energi regangan pada posisi tak dibebani.
Peralihan suatu struktur elastis linier yang memikul hanya satu beban
dapat ditentukan dari energi regangannya. Untuk menggambarkan metode
ini, tinjaulah rangka batang dua batang (Gambar 2-43) yang dibebani oleh
gaya vertikal P. Tujuan kita adalah untuk menentukan peralihan vertikal
8 di joint B di mana beban tersebut diterapkan.
Apabila diterapkan perlahan-lahan pada rangka batang tersebut, beban
P melakukan usaha pada saat ia bergerak melalui peralihan vertikal 8.
Namun, ia tidak melakukan usaha pada saat bergerak ke arah lateral, yaitu
ke samping. Dengan demikian, karena diagram beban-peralihan adalah
linier (lihat Persamaan 2-29 dan Gambar 2-40), maka energi regangan U
yang disimpan dalam struktur tersebut sama dengan kerja yang dilakukan
oleh beban, yaitu
(2-36)
• Rapat Energi-Regangan
Pada banyak situasi akan lebih mudah jika menggunakan besaran yang
disebut rapat energi-regangan, yang didefinisikan sebagai energi regangan
per volume satuan bahan. Rumus untuk rapat energi regangan bagi bahan
yang elastis linier dapat diperoleh dari rumus untuk energi regangan batang
prismatis (Persamaan 2-3 1 a dan b). Karena energi regangan suatu batang
terdistribusi secara merata di seluruh volumenya, maka kita dapat
menentukan energi regangan dengan membagi energi regangan total U
dengan volume batang AL. Jadi, rapat energi regangan, yang ditulis dengan
u, dapat ditulis dalam bentuk:
p2
2 EA 2
u = - (2-37a,b)
Jika kita mengganti PIA dengan tegangan er dan 8/L dengan regangan e,
maka
(2-38a,b)
satuan ini dapat susut menjadi satuan tegangan (ingat bahwa 1 J =1 N.m,
maka kita dapat juga menggunakan satuan seperti pascal (Pa) dan psi
untuk rapat energi-regangan.
Rapat energi regangan untuk bahan yang mengalami tegangan hingga
mencapai limit proporsionalnya disebut modulus resiliensi ur. Ini dapat
dihitung dengan memasukkan limit proporsional aP1 ke dalam Persamaan
(2-38a):
2
ur = O"pl (2-39)
2E
Sebagai contoh, bahan baja lunak yang mempunyai aP1 = 30.000 psi dan
E 30 x 6
= 10 psi mempunyai modulus resiliensi ur = 15 psi (atau 1 03 kPa).
• Contoh 2-1 2
Tiga batang bundar yang mempunyai panjang yang sama (L), tetapi bentuk yang
berbeda, terlihat dalam Gambar 2-44. Batang pertama mempunyai diameter d di
seluruh panjangnya, yang kedua mempunyai diameter d pada 1/5 dari panjangnya,
dan yang ketiga mempunyai diameter dpada 1/15 dari panjangnya. Di bagian lain,
batang kedua dan ketiga mempunyai diameter 2d. Ketiga batang ini mengalami
beban aksial P yang sama.
Hitunglah besarnya energi regangan yang disimpan pada masing-masing
batang, dengan menganggap perilaku elastis linier. (Abaikan efek-efek konsentrasi
tegangan dan berat batang.)
Solusi
(a) Energi regangan U1 pada batang pertama. Energi regangan batang
pertama diperoleh Iangsung dari Persamaan (2-3 l a):
U1 = p2L (a) •
2EA
di mana A = 7tlP/4.
(b) Energi regangan U2pada batang kedua. Energi regangan diperoleh dengan
menjumlahkan energi regangan di ketiga segmen batang (lihat Persamaan 2-34).
Mekanika Bahan 1 07
_j_
Gambar 2-44 Contoh 2- 12.
(a) (b ) (c)
Perhitungan energi regangan
Jadi,
(b) ..
2 2EA 2£(4A.) S EA
yang hanya 40% dari energi regangan pada batang pertama. Jadi, memperbesar
luas penampang pada sebagian dari panjang sangat mengurangi besamya energi
regangan yang dapat disimpan pada batang.
(c)Energi regangan U3 pada batang ketiga dengan menggunakan Persamaan
(2-34) kita dapatkan
i 3 U1
Sekarang energi regangan berkurang sampai menj adi 30% energi regangan batang
pertama.
Catatan: Dengan membandingkan hasil-hasil ini, kita lihat bahwa energi
regangan berkurang apabila sebagian dari batang dengan luas yang lebih besar
bertambah. Sejum1ah kerja yang sama yang diberikan pada ketiga batang akan
menghasilkan tegangan yang terbesar pada batang yang ketiga karena batang ketiga
mempunyai kapasitas serap energi yang paling sedikit. Jika daerah yang mempunyai
diameter d lebih kecil lagi, maka kapasitas serap energinya akan lebih berkurang
lagi. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa dibutuhkan sedikit kerja untuk
menghasilkan tegangan tarik besar di suatu batang dengan takikan, dan semakin
sempit takikan, semakin parah pula kondisinya. Apabila bebannya adalah dinamik
dan kemampuan untuk menyerap energi merupakan ha! penting, maka adanya
takikan akan sangat merusak.
Dalam ha! beban statik, tegangan maksimum akan lebih penting dibandingkan
dengan kemampuan untuk menyerap energi. Dalam contoh ini, ketiga batang
mempunyai tegangan maksimum PIA (asalkan konsentrasi tegangan dapat diredam),
sehingga ketiga batang mempunyai kapasitas pikul beban apabila beban diterapkan
secara statis.
siklus tekanan rendah dan tinggi di ruang, pada akhimya baut dapat putus.
1 08 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
13,5 in.
Bandingkan kapasitas penyerapan-energi ketiga konfigurasi baut: (I) baut
semula, (2) baut dengan diameter tangkai yang direduksi, (3) baut panjang.
(Asumsikan perilaku elastis linier dan abaikan pengaruh konsentrasi tegangan.)
Silin der
\
Ruang Piston
Ga m ba r 2-46 Contoh 2- 1 3 .
Modifikasi yang disarankan untuk
baut: (a) Baut dengan diameter yang
direduksi, dan (b) baut dengan
panjang yang ditambah (a) (b)
Solusi
(1) Baut semula. Baut semula dapat diidealisasikan sebagai batang yang alas
dua segmcn (Gambar 2-45b). Segmen kiri mempunyai panjang g - t diameter d,
terdiri
dan segmcn kanan mempunyai panjang t dan diameter dr. Energi regangan satu baut
yang mengalami beban tarik P dapat diperoleh dengan
menjumlahkan energi regangan kedua segmen (Persamaan 2-34):
" N;2 L;
, 2
_ _ P" (g - t) P t
ul - - + - (d)
2E;A; 2 EA5 2 EAr
i=l
di mana As adalah luas penampang tangkai baut, dan Ar adalah luas penampang
baut di akar uliran; jadi,
Mekanika Bahan 1 09
Jrd 2
A = -
s
A' = Jrd ; (e)
4 4
Dengan memasukkan rumus ini ke dalam Persamaan (d), kita dapatkan rumus
berikut untuk energi regangan satu dari empat baut semula:
2P 2 (g - t J + -
-
2 t
2P
- 2 (f)
I 7rEd i!Ed;
(2) Baut dengan diameter tangkai mng tereduksi. B aut ini dapat
diidealisasikan sebagai batang prismatis dengan panjang g dan diameter dr (Gambar 2-
46a). Dengan demikian, energi regangan satu baut (!ihat Gambar 2-3 1 a) adalah
- p2g :
2P g
V2 - -
2EA, nEd;
Vz = gd2
(h)
VI (g - t)d; + td 2
atau, dengan memasukkan harga-harga numerik.
VI (1 ,50 in. - 0,25 in.)(0,406 in.) 2 + (0.25
2 in. )(0.500 in. \2
V2 (1 ,50 in.)(0,500 in.) I 40 ..
= =
·
Jadi, dengan menggunakan baut yang diameter tangkainya berkurang akan diperoleh
peningkatan 40% pada energi regangan yang dapat diserap oleh baut. Jika
diimplementasikan, skema ini dapat mengurangi banyaknya kegagalan yang disebabkan
oleh beban kejut.
(3) Baut panjang. Perhitungan untuk baut panjang (Gambar 2-46b) sama
dengan untuk baut semula, tetapi grip g diganti dengan grip L. Dengan demikian,
energi regangan untuk baut panjang (bandingkan dengan Persamaan t) adalah
2 P2 (L - t) + 2 P2 t
v3 = - (i )
nEd2 nEd;
Karena satu baut panjang menggantikan dua baut semula, maka kita harus
membandingkan energi regangan dengan mengambil rasio V3 terhadap 2V1, sebagai
berikut
2
.!:!.J. (L - t)d; + td 2
=
Solusi
(a) Energi regangan akibat berat sendiri batang (Gambar 2-47a). Batang ini
T
I
X
tI T X
mengalami gaya aksial yang bervariasi, di ujung bawah adalah no! dan di ujung
atas adalah maksimum. Untuk menentukan besarnya gaya aksial, kita tinjau elemen
l L dari ujung atas. Gaya aksial internal N(x) yang bekerja pada elemen ini sama
dengan berat batang di bawah elemen
-dx N(x) = yA(L - x) (k)
di mana yadalah berat jenis bahan dan A adalah luas penampang batang. Dengan
memasukkan Persamaan (2-35) dan mengintegrasinya, maka energi-regangan to-
(a) (b) tal adalah
N(x)
er = = y(L - x) (l)
A
sehingga energi regangan (Persamaan 2-38a) adalah
az
u = -
=
yz(L _ x)z (m)
2£ 2E
Energi regangan total dapat diperoleh dengan mengintegrasi u di seluruh volume
batang
= L y 2 A(L - xf dx yzAL3
U = fu dV = f L u(A dx ) l (n)
0 0 2£ 6E
yang cocok dengan Persamaan (2-40).
(b) Energi regangan akibat berat batang ditambah beban P (Gambar 2-
47b). Dalam kasus ini gaya aksial N(x) yang bekerja pada elemen adalah
U =
x) + P]2 dx
2EA
=
y2AIJ
6E
J PL2
2E
+ P2 L
2 EA
(2_41) •
Catatan: Suku pertama dalam rumus ini sama dengan energi regangan pada
batang yang tergantung dan dibebani berat sendiri saja (Persamaan 2-40), dan
suku terakhir sama dengan energi regangan suatu batang yang hanya mengalami
gaya aksial P (Persamaan 2-3 la). Namun, suku yang tengah mengandung y dan
P, yang menunjukkan bahwa energi tersebut bergantung pada berat batang dan
besamya beban yang bekerja. Jadi, contoh ini menggambarkan bahwa energi
regangan suatu batang yang mengalami dua beban tidak sama dengan jumlah
energi regangan yang diperoleh dari masing-masing beban yang bekerja secara
terpisah.
• Contoh 2-1 5
Tentukan peralihan vertikal 88 di joint B dari rangka batang yang terlihat dalam
Gambar 2-48. Perhatikan bahwa beban yang bekerja pada rangka batang hanyalah
rangka batang dengan beban vertikal P di joint B. Asumsikan bahwa kedua batang
dari rangka batang ini mempunyai rigiditas aksial EA yang sama.
Mekanika Bahan 111
Solusi
Karena hanya ada satu beban yang beketja pada rangka batang
ini, maka kita dapat mencari peralihan yang berkaitan dengan
beban tersebut dengan menyamakan ketja yang dilakukan beban
tersebut dengan energi regangan pada batang-batang. Namun,
untuk mendapatkan energi regangan kita harus mengetahui
gaya-gaya pada batang (lihat Persamaan 2-31 a).
Dari keseimbangan gaya yang beketja pada joint B kita lihat
bahwa gaya aksial F di masing-masing batang adalah
F =
2 cos f3 (p)
Juga, dari geometri rangka batang kita lihat bahwa panjang setiap
L1 =
batang adalah H!cos {3, di mana H adalah tinggi rangka
batang dan f3 adalah sudut yang
ditunjukkan dalam
gambar.
Sekarang kita dapat memperoleh energi regangan kedua
batang:
p2 H
=
U
=
(q)
2EA 4EA cos3 f3
W =
PoB
2
di mana oB adalah peralihan ke bawah joint B. Dengan menyamakan
U dan W dan menyelesaikan oB, kita dapatkan
(2-42) ..
*2.8 1
BEBAN KEJUT
yang berfluktuasi dihasilkan oleh mesin yang berputar, lalu lintas, angin,
gelombang air, gempa bumi, dan proses pembuatan di pabrik.
Sebagai contoh bagaimana suatu struktur merespon beban dinamik,
kita akan membahas kejut yang terjadi akibat jatuhnya benda ke suatu
batang prismatis (Gambar 2-49). Sebuah massa M, yang mula-mula dalam
keadaan diam, jatuh dari tinggi h ke sayap di ujung bawah batang AB.
Apabila massa tersebut menumbuk sayap, maka batang akan mulai
memanjang, sehingga menimbulkan tegangan dan regangan aksial di
batang. Pacta selang waktu yang sangat singkat, mungkin hanya beberapa
milidetik, sayap akan bergerak ke bawah dan mencapai posisi peralihan
maksimum. Dengan demikian, batang akan memendek, lalu memanjang,
lalu memendek lagi yang berarti batang bergetar secara longitudinal dan
ujung batang bergerak ke atas dan bawah. Getaran ini analog dengan yang
terjadi apabila suatu pegas ditarik dan kemudian dilepaskan. Getaran batang
akan berhenti karena efek redaman, dan batang akan diam dengan massa
M akan terletak pacta sayap.
Respons suatu batang terhadap massa yang jatuh tentu saja sangat
rumit, dan analisis lengkap dan akurat membutuhkan penggunaan teknik
matematika lanjut. Sekalipun demikian, kita dapat membuat analisis pen-
dekatan dengan menggunakan konsep energi regangan. (Subbab 2.7) dan
membuat beberapa asumsi yang menyederhanakan.
Kita mulai dengan meninjau energi suatu sistem sesaat sebelum massa
dilepaskan (Gambar 2-49a). Energi potensial massa terhadap elevasi sayap
adalah Mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi.* Energi potensial ini
dikonversikan menjadi energi kinetik pacta saat massa jatuh. Pacta saat
massa menumbuk sayap, energi potensialnya terhadap elevasi sayap adalah
nol dan energi kinetiknya adalah Mv2!2 di mana v = adalah
**
kecepatannya. Setelah tumbukan terj adi, energi kinetik massa di-
transformasikan menjadi energi regangan batang yang meregang. Sebagian
energi terdisipasi menjadi panas atau menjadi deformasi plastis yang
terlokalisasi pacta massa dan sayap. Sebagian kecil masih sebagai energi
kinetik dari massa, yang mungkin bergerak ke bawah lebih jauh lagi
(selama masih kontak dengan sayap) atau memantul ke atas.
EA8�aks
W(h + 8maks ) = (2-43)
2L
Persamaan ini adalah kuadratik dalam 8maks dan dapat dipecahkan untuk
](
mencari akar positif yaitu
8maks =
WL
EA
+
[( EA
)
WL 2 + 2h
WL
EA
1 12
(2-44)
)
atau tinggi jatuh bertambah. Perpanjangan akan hilang jika kekakuan EA/
L bertambah.
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana
dengan menggunakan notasi
(2-45)
11 4 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
di mana 851 adalah perpanjangan batang akibat berat benda yang jatuh
pada kondisi pembebanan statik. Persamaan (2-44) menjadi
(2-46)
Dari persamaan ini kita lihat bahwa perpanjangan batang akibat beban
kejut jauh lebih besar daripada jika beban yang sama diterapkan secara
statik. Sebagai contoh, rnisalkan bahwa tinggi h adalah 40 kali peralihan
statik 851; perpanjangan maksimum akan menjadi 10 kali perpanjangan
statik.
Apabila tinggi h besar dibandingkan dengan perpanjangan statik, maka
kita dapat mengabaikan suku pertama dan kedua pada bagian kanan
Persamaan (2-46) dan mendapatkan
8maks = '\i2h8st
�
= (2-47)
EA
di mana M =Wig dan v = 2gh -, adalah kecepatan massa yang jatuh
apabila massa tersebut menumbuk sayap. Persamaan ini dapat pula
diperoleh secara langsung dari Persamaan (2-43) dengan mengabaikan
8maks di bagian kanan persamaan dan mencari 8maks· Dengan diabaikannya
suku-suku tsb, maka harga 8maks yang dihitung dari Persamaan (2-47)
selalu lebih kecil daripada yang dihitung dari Persamaan (2-46).
(Jmaks = (2-48)
]
untuk tegangan tarik maksimum:
W W 2 ( )
112
[
2WhE
maks = A +
a + (2-49)
Dengan menggunakan notasi
A AL
w Mg £851
(Jst = A = -
A
=
L
- (2-50)
di mana CJ51 adalah tegangan apabila beban bekerj a secara statik, maka
kita dapat menulis Persamaan (2-49) dalam bentuk
(Jmaks = (J st +
2 2hE
s t+ L (Jst
)
"2
(2-5 1)
(j maks -
(2_52)
Dari hasil ini kita lihat bahwa peningkatan energi kinetik Mv212 pada
massa yang jatuh akan memperbesar tegangan, sedangkan pertambahan
volume AL pada batang akan mengurangi tegangan. Situasi ini berbeda
dengan tarik statik batang, di mana tegangan tidak bergantung pada panjang
L dan modulus elastisitas E.
Persamaan-persamaan di atas untuk perpanjangan maksimum dan
tegangan maksimum berlaku hanya pada saat sayap batang ada di posisi
terbawah. Sesudah perpanjangan maksimum tercapai di batang, batang
akan bergetar secara aksial sampai menjadi diam pada perpanjangan statik.
Sejak itu, perpanjangan dan tegangan mempunyai harga yang diberikan
dengan Persamaan (2-45) dan (2-50).
• Faktor Kejut
Rasio respons dinamik suatu struktur terhadap respons statik ( untuk beban
yang sama) disebut faktor kejut. Sebagai contoh. faktor kejut untuk
perpanjangan batang dalam Gambar 2-49 adalah rasio antara perpanjangan
maksimum (Persamaan 2-44, 2-46, atau 2-47) terhadap perpanjangan statik
(Persamaan 2-45):
8maks
Faktor kejut
=
8,1
Faktor ini menunjukkan berapa kali perpanj angan statik diperbesar akibat
efek dinamik suatu kejut.
Persamaan yang analog dengan Persamaan (2-53) dapat ditulis untuk
faktor kejut lain, misalya faktor kejut untuk tegangan di batang (rasio
O'maks terhadap 0'81). Apabila suatu massa j atuh melalui tinggi yang sangat
besar, maka faktor kejut dapat sangat besar, misalnya 100 atau lebih.
Suatu kasus khusus dari kejut terjadi apabila suatu beban diterapkan tiba-
tiba dengan kecepatan awal. Untuk menjelaskan jenis pembebanan seperti
ini, tinj au lagi batang prismatis vertikal yang terlihat dalam Gambar 2-49
dan asumsikan bahwa massa yang menggelincir direndahkan perlahan-
lahan sampai menyentuh sayap. Selanjutnya massa secara tiba-tiba
dilepaskan. Meskipun dalam hal ini tidak ada energi kinetik pada awal
ekstensi batang, perilaku ini berbeda dengan beban statik pada batang.
Pada kondisi beban statik, beban dilepas perlahan-lahan dan keseimbangan
selalu ada antara beban yang diterapkan dan gaya tahanan di batang.
Namun, tinjaulah apa yang terjadi apabila massa dilepaskan tiba-tiba
dari titik kontaknya dengan flens. Mula-mula perpanjangan batang dan
tegangan di batang adalah nol, tetapi massa bergerak ke bawah akibat aksi
dari berat sendiri. Selama gerakan ini, batang memanjang dan gaya
tahanannya secara bertingkat bertambah. Gerakan ini terus terjadi sampai
pada saat gaya tahanan tepat sama dengan W, berat massa. Pada saat itu
perpanjangan batang adalah 8sr Namun, massa sekarang mempunyai energi
kinetik, yang diperoleh selama bergerak ke bawah sejauh 081• Dengan
dernikian, massa terus bergerak ke bawah sampai kecepatannya dinolkan
116 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Analisis di atas didasarkan atas asumsi bahwa tidak ada energi yang hilang
selama kejut. Nyatanya, kehilangan energi selalu terjadi selama kejut,
dengan sebagian besar didisipasikan dalam bentuk panas dan deformasi
lokal bahan. Karena kehilangan ini, energi kinetik suatu sistem sesaat
sesudah suatu kejut lebih kecil daripada sebelum kejut. Akibatnya, lebih
sedikit energi yang dikonversikan menjadi energi regangan batang
dibandingkan yang kita asumsikan sebelum ini. Karena itu, peralihan aktual
di ujung batang dalam Gambar 2-49 lebih kecil daripada yang diprediksi
dengan analisis sederhana yang kita lakukan.
Kita juga telah berasumsi bahwa tegangan di batang tetap berada
dalam limit proporsional. Jika tegangan maksimum melebihi limit ini,
maka analisis menjadi lebih rumit karena perpanjangan batang tidak lagi
proporsional dengan gaya aksial. Faktor-faktor lain yang perlu ditinjau
adalah efek-efek gelombang tegangan, redaman, dan ketidaksempumaan
pada permukaan kontak. Dengan demikian, kita tidak boleh lupa bahwa
semua rumus di dalam subbab ini didasarkan atas kondisi yang sangat
diidealisasikan dan hanya memberikan pendekatan kasar mengenai kondisi
yang sebenamya (biasanya agak mengabaikan perpanjangan).
Bahan yang menunjukkan keuletan besar selewat limit proporsional
biasanya memberikan tahanan jauh lebih besar terhadap beban kejut
dibandingkan dengan bahan getas. Juga, batang dengan takikan, lubang,
dan bentuk-bentuk konsentrasi tegangan lainnya (lihat Subbab 2.9 dan
2.1 0) sangat lemah terhadap kejut-sedikit kejut saja dapat menyebabkan
fraktur, meskipun bahan itu sendiri ulet pada pembebanan statik.
• Contoh-contoh
Perhitungan perpanjangan maksimum dan tegangan maksimum yang
disebabkan oleh beban kejut pada batang vertikal digambarkan dalam
Contoh 2-16. Contoh-contoh lainnya (Contoh 2- 17 dan 2- 1 8) meng-
gambarkan bagaimana prinsip konservasi energi dapat digunakan dalam
analisis jenis lain masalah kejut. Ketiga contoh itu, ditambah soal-soal di
akhir bab ini, didasarkan atas asumsi-asumsi dan idealisasi yang telah
disebutkan sebelum ini.
*Persamaan (2-54) pertama kali didapati oleh matematikawan dan ilmuwan Perancis J.V. Poncelet
(1788-1 867); lihar Ref. 2-9.
Mekanika Bahan 117
• Contoh 2-1 6
Sebuah batang baja prismatis (E = 210 GPa) yang panjangnya = 2,0 m dan L
diametemya d = 15 mm tergantung secara vertikal pada tumpuan di ujung atasnya
(Gambar 2-50). Sebuah benda dengan massa M = 20 kg jatuh dari ketinggian h
= ! 50 mm ke sayap di ujung bawah batang tanpa memantul kembali. (a) Hitunglah
perpanjangan maksimum batang akibat kejut dan tentukan faktor kejutnya. (b)
Hitunglah tegangan tarik maksimum dan faktor kejutnya.
mm
Solusi
Karena susunan batang dan benda yang jatuh dalarn contoh ini sesuai dengan
d= 15
Gambar 2-49, kita dapat menggunakan persamaan yang telah diturunkan sebelum
ini (Persamaan 2-43 sampai 2-52).
I
I
(a) Perpanjangan maksimum. Perpanjangan yang dihasilkan oleh jatuhnya
L = 2,0 m benda dapat ditentukan secara 1angsung dari Persarnaan (2 -46). Langkah pertama
M= 20 kg adalah menentukan perpanjangan statik pada batang akibat berat benda. Karena
--r
h=
II berat benda adalah Mg, maka kita hitung sebagai berikut:
st
EA EA (210 GPa)(n/4 )t l5 mmr
Gambar 2-50 Contoh 2- 16. Perpanjangan dimasukkan ke dalam Persamaan (2-46) untuk mendapatkan
O ak =
statik:
8maks 1,79 mm
Faktor kejut = = 169 ..
8,t 0,01 06 mm
Hasil ini menunjukkan bahwa efek dari beban yang dikerjakan secara dinamik
dapat sangat besar dibandingkan dengan efek beban yang sama yang diterapkan
secara statik.
(b) Tegangan tarik maksimum. Tegangan maksimum yang dihasilkan oleh
jatuhnya benda diperoleh dari Persamaan (2-48) sebagai berikut:
maks ..
L 2,0 mm
a =
Rasio maks terhadap a,1 adalah 188/1 ,1 1 1 69, yang merupakan faktor kejut yang
sama dengan untuk perpanjangan. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan karena
tegangan sebanding langsung dengan perpanjangannya (lihat Persamaan 2-48 dan
2-50).
11 8 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
• Contoh 2-1 7
Batang horizontal AB yang panjangnya L ditumbuk di ujung bebasnya oleh blok
berat yang massanya M yang bergerak dalam arah horizontal dengan kecepatan v
(Gambar 2-5 1). (a) Tentukan perpendekan maksimum 8maks pada batang akibat
kejut dan tentukan faktor kejutnya. (b) Tentukan tegangan tekan maksimum O"maks
dan faktor kejutnya. (Misalkan EA menunjukkan rigiditas aksial batang tersebut.)
Solusi
Pembebanan di batang pada contoh ini berbeda dengan beban pada Gambar 2-49
dan 2-50. Dengan demikian, kita harus membuat analisis barn yang didasarkan
atas konservasi energi.
(a) Perpendekan maksimum batang. Untuk analisis ini kita menggunakan
asumsi yang sama seperti yang telah disebutkan sebelum ini. Jadi, k.ita mengabaikan
Gambar 2-51 Contoh 2- 17. semua kehilangan energi dan berasumsi bahwa energi kinetik blok yang bergerak
Beban kejut pada batang horizontal diubah seluruhnya menjadi energi regangan batang.
2
Energi kinetik blok pada saat tumbukan terjadi adalah Mv /2. Energi regangan
batang pada saat blok mencapai perpendekan maksimum adalah EA52makJ2L,
sebagaimana diberikan oleh Persamaan (2-31 b). Dengan demikian, kita dapat
menulis persamaan berikut untuk konservasi energi:
(2-56) ..
Persamaan ini sama dengan Persamaan (2-47), yang telah kita antisipasi
sebelumnya.
Untuk mendapatkan faktor kejut, kita harus mengetahui peralihan statik ujung
batang. Dalam hal ini peralihan statik adalah perpendekan batang akibat berat
blok yang diterapkan sebagai beban tekan di batang
WL = MgL
8'' =
EA EA
Jadi, faktor kejut adalah
8maks EAv2
Faktor kejut = = (2-58) ..
8,, Mg2L
Dalam situasi realistis, harga yang ditentukan dari persamaan ini mungkin jauh
lebih besar daripada l.
(b) Tegangan tekan maksimum di batang. Tegangan maksimum di batang
diperoleh dari perpendekan maksimum dengan menggunakan persamaan
E8maks = E
u maks = L L EA = AL (2-59) ..
• Contoh 2-1 8
Sebuah elevator yang beratnya W dipikul oleh kabel yang tergulung pacta drum
yang berputar (Gambar 2-52). Elevator dan kabel bergerak ke bawah dengan
kecepatan konstan v. Berapakah tegangan tarik maksimum yang dihasilkan di
kabel apabila drum tiba-tiba terkunci? (Misalkan EA adalah rigiditas aksial kabel
dan L adalah panjang kabel yang diekspos pacta saat drum terkunci.)
Solusi
untuk kabel Analisis kabel dan elevator sangat berbeda dengan semua analisis yang disebutkan
di atas karena kita tidak dapat secara benar mengasumsikan bahwa kabel tidak
bertegangan sebelum drum terkunci. Dalam pembahasan serta contoh-contoh
sebelum ini, kita berasumsi bahwa batang-batang tidak bertegangan karena batang-
batang tersebut belum terkena gaya yang berasal dari benda yang akan
menumbuknya. Dengan demikian, batang-batang belum mempunyai energi
regangan sebelum kejut terjadi. Sebaliknya, karena kabel dalam contoh ini memikul
berat elevator, maka sejumlah besar energi telah ada sebelum drum dibebani.
Dengan demikian, kita hams menulis persamaan untuk konservasi energi yang
cocok dengan kondisi baru ini.
Seperti dalam analisis sebelum ini, kita akan konserYatif apabila kita berasumsi
bahwa tidak ada kehilangan energi pada saat drum terkunci. Karena itu energi
total sistem (yang terdiri atas energi kinetik, potensial. dan regangan), sesaat
sebelum terkunci harus sama dengan energi total pacta saat elevator berada dalam
keadaan diam.
Energi total suatu sistem sesaat sebelum drum terkunci.
(a) Energi kinetik. Sebelum terkunci, energi kinetik elevator yang bergerak
adalah
Gambar 2-52 Contoh 2- 18. El-
evator yang tiba-tiba berhenti Wv 2
K.E. = (a)
Kita akan mengabaikan energi kinetik kabel dan drum yang berputar karena jauh
lebih kecil daripada energi kinetik elevator.
(b) Energi potensial. Energi potensial elevator akan ditentukan terhadap posisi
terendahnya (artinya, posisi elevator apabila kabel mencapai perpanjangan terbesar).
Misalkan 81 adalah jarak tempuh elevator ke bawah sesudah drum terkunci. Jarak
ini tidak sama dengan perpanjangan maksimum kabel karena kabel telah mempunyai
perpanjangan statik 8" akibat berat elevator:
WL
8 "= (2-60)
EA
Perpanjangan maksimum 8maks kabel adalah 8,1 ditambah 81 sehingga perpanjangan
tambahan 81 akibat terkunci adalah 8maks - 8,1. Perpanj angan ini sama dengan
peralihan ke bawah �elevator sesudah drum mengunci. Akibatnya, energi potensial
elevator sebelum terkunci adalah
(b)
Untuk memudahkan analisis, kita akan mengabaikan energi potensial kabel karena
jauh lebih kecil dibandingkan energi potensial elevator.
(c) Energi regangan. Energi regangan kabel sebelum terkunci (dari Persamaan
2-3 l b) adalah
EA8;;
S.E. = (c)
2L
(d) Energi total. Dengan menggabungkan rumus (a), (b), dan (c), kita dapatkan
energi total sistem sebelum terkunci:
lg
Wv 2 + W(8maks - 8,, ) + EA8,� (d)
2L
di mana 8,, diberikan oleh Persamaan (2-60).
1 20 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
(2-62)
a akms .
=
E8maks
L
=
W
A
1 ( + = a (
"
1 +
(2-63) ..
Perilaku suatu struktur bergantung bukan hanya pada sifat bahan melainkan
juga pada karakter beban. Ada situasi di mana beban adalah statis-beban
dikerjakan secara perlahan-lahan, bekerja untuk jangka waktu lama, dan
berubah secara perlahan-lahan. Beban lain ada yang bersifat dinamis-
Mekanika Bahan 121
contohnya adalah beban kejut yang bekerja tiba-tiba (Subbab 2.8) dan
beban berulang yang terjadi sejurnlah besar siklus.
Pola khas beban berulang ditunjukkan dalarn Gambar 2-53. Garnbar
!
Waktu pertarna (a) menunjukkan beban yang diterapkan, dihilangkan, dan
(a) diterapkan lagi, selalu bekerja dalarn arah yang sarna. Gambar kedua (b)
menunjukkan beban berganti yang berubah arah setiap siklus pembebanan,
B
dan garnbar ketiga (c) menggambarkan beban berfluktuasi yang bervariasi
di sekitar harga rata-rata. Beban berulang biasanya berkaitan dengan mesin,
turbin, generator, propeler, bagian-bagian pesawat, bagian-bagian mobil,
(b) dan sebagainya. Beberapa jenis struktur ini mengalarnijutaan (atau bahkan
milyaran) siklus pembebanan selarna masa gunanya.
Suatu struktur yang mengalami beban dinarnik cenderung gagal pada
tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan beban yang sarna yang
diterapkan secara statik, khususnya bila beban berulang sebanyak sejumlah
besar siklus. Pada kasus seperti ini, kegagalan biasanya disebabkan oleh
(c) fatik atau fraktur progresif. Contoh terkenal kegagalan fatik adalah
peristiwa memberikan tegangan pada klip (penjepit kertas) logam hingga
Gambar 2·53 Jenis-jenis beban
mencapai titik putusnya dengan berulang kali melenturkannya bolak-balik.
berulang: (a) beban yang bekerja
pada satu arah saja, (b) beban ber- Sebetulnyaj ika klip dilenturkan hanya sekali, dia tidak akan putus. Tetapi
ganti atau berubah arah, dan (c) bila dia dilenturkan ke arah sebaliknya, dan jika keseluruhan siklus
beban berfluktuasi yang bervariasi pembebanan diulang beberapa kali, akhirnya klip akan putus.F atik dapat
di sekitar harga rata-rata didefinisikan sebagai rusaknya bahan akibat siklus tegangan dan regangan
yang berulangkali, yang menyebabkan terjadinya retak progresif dan pada
akhimya menghasilkan fraktur.
Pada kegagalan fatik yang khas, retak rnikroskopik terbentuk di titik
di mana ada tegangan tinggi (biasanya di pemusatan tegangan, yang
dibahas di subbab berikut) dan secara perlahan-lahan membesar karena
beban diberikan secara berulang-ulang. Apabila retak menjadi sedemikian
besar sehingga bahan yang tersisa tidak dapat menahan beban, maka fraktur
tiba-tiba pada bahan terjadi (Garnbar 2-54). Tergantung pada sifat bahan,
jumlah siklus untuk menghasilkan kegagalan fatik bisa bervariasi dari
hanya sedikit saja sarnpai ratusan juta siklus.
Tegangan terjadi, dan banyak n siklus pembebanan hingga gagal dicatat. Pengujian ini
gaga!
�
c
diulang untuk tegangan yang berbeda, katakanlah a2 • Jika a2 lebih
r
besar daripada a1 , maka banyaknya siklus hingga gagal akan lebih kecil.
Jika a2 lebih kecil daripada ai' maka bilangan tersebut akan lebih besar.
t Akhirnya, data yang digunakan untuk memplot kurva ketahanan, atau
Limit fatik diagram S-N, di mana tegangan gagal (S) diplot versus banyaknya (N)
0 siklus hingga gagal (Gambar 2-55). Sumbu vertikal biasanya berskala
Banyaknyansiklus higga
gaga! linier dan sumbu horizontal biasanya merupakan skala logaritma.
Kurva ketahanan seperti terlihat dalam Gambar 2-55 menunjukkan
Gambar 2-55 Kurva ketahanan,
bahwa semakin kecil tegangan, semakin banyak siklus yang menyebabkan
atau diagram S-N, yang me-
nunjukkan limit fatik kegagalan. Untuk beberapa bahan, kurva tersebut mempunyai asimtot
horizontal sebagai limit fatik atau limit ketahanan. Apabila limit itu ada,
maka limit itu adalah batas: untuk tegangan yang lebih kecil daripada itu
kegagalan fatik tidak akan teljadi, tak peduli berapa kali beban berulang.
Bentuk yang tepat dari kurva ketahanan bergantung pacta banyak faktor,
termasuk besaran bahan, geometri benda uji, kecepatan pengujian, pola
pembebanan, dan kondisi permukaan benda uji. Banyak sekali basil
pengujian fatik, yang terbuat dari banyak sekali bahan dan komponen
struktural, telah dilaporkan dalam berbagai literatur teknik.
Diagram S-N yang khas untuk baja dan aluminium ditunjukkan dalam
Gambar 2-56. Ordinatnya adalah tegangan gagal, yang dinyatakan dalam
persentase tegangan ultimit untuk bahan dan absisnya adalah jumlah siklus
pada saat kegagalan terjadi. Perhatikan bahwa banyak siklus diplot pada
skala logaritma. Kurva untuk baja menjadi horizontal pada sekitar 1 07
siklus, dan limit fatis sekitar 50% dari tegangan tarik ultimate untuk
pembebanan statik biasa. Limit fatik untuk aluminium tidak secara jelas
terdefinisi tetapi harga yang khas untuk limit fatik adalah tegangan pacta
5 x 10 8 siklus, atau sekitar 25% dari tegangan ultimate.
Tegangan gaga!
(persen dari
tegangan
tarik ultimate)
*2·1 0
I KONSENTRASI TEGANGAN
Dalam menentukan tegangan pacta batang yang dibebani secara aksial,
kita biasanya menggunakan rumus dasar CJ = PIA , di mana P adalah gaya
aksial di batang dan A adalah luas penampang. Rumus ini didasarkan atas
asumsi bahwa distribusi tegangan terbagi rata di seluruh penampang. Pada
kenyataannya, batang sering mempunyai lubang, takikan, uliran, maupun
bentuk-bentuk perubahan geometri yang menimbulkan pola distribusi yang
tidak terbagi rata. Diskontinuitas geometri menyebabkan tegangan tinggi
pacta daerah yang sangat kecil pacta batang, dan tegangan tinggi ini disebut
konsentrasi tegangan. Diskontinuitas itu sendiri dikenal sebagai peningkat
tegangan (Stress raisers).
Konsentrasi tegangan juga muncul di titik pembebanan. Sebagai
contoh, suatu beban terpusat j arang terdistribusi secara merata pacta suatu
penampang. Yang mungkin terjadi adalah beban tersebut bekerja pada
daerah yang sangat kecil dan menghasilkan tegangan tinggi pada daerah
di sekitar titik kerja gaya. Contohnya adalah beban yang diterapkan melalui
sambungan sendi, di mana beban diterapkan pada daerah tumpu sendi
tersebut.
Tegangan yang ada pada konsentrasi tegangan dapat ditentukan baik
dengan metode-metode eksperimental, maupun dengan metode-metode
analisis lanjut, termasuk metode elemen hingga (finite element). Hasil-
hasil penelitian untuk banyak kasus yang menarik telah tersedia dalam
banyak literatur teknik (sebagai contoh, Ref 2- 10 dan 2- 1 1 ). Data
konsentrasi tegangan yang khas diberikan dalam subbab ini dan dalam
Subbab 3. 1 1 dan 5.13.
• Prinsip Saint-Venant
Untuk menggambarkan karakteristik konsentrasi tegangan, tinj aulah
tegangan pacta batang yang berpenampang persegi panjang (lebar b, tebal
t) yang mengalami beban terpusat P di ujungnya (Gambar 2-57). Tegangan
puncak langsung di bawah beban mungkin beberapa kali tegangan rata-
rata P!bt, bergantung pacta daerah di mana beban tersebut diterapkan.
Sekalipun demikian, tegangan maksimum berkurang dengan cepat apabila
kita menjauhi titik penerapan beban, seperti terlihat dalam kurva tegangan-
regangan dalam gambar tersebut. Pacta lokasi sejauh b .dari ujung batang,
distribusi tegangan sudah hampir terbagi rata, dan tegangan maksimum
P
terpusat yang bekerja di area kecil
*Prinsip Saint-Venant diberi nama seperti itu untuk menghargai Bar de Saint-Venant (1797-
1886), seorang matematikawan dan elastikawan Perancis yang terkenal (Ref. 2- 12). Prinsip ini berlaku
secara umum pada batang solid dan balok tetapi tidak untuk penampang terbuka berdinding tipis. Untuk
pembabasan tentang pembatasan prinsip Saint-Venant, Iibat Ref. 2-13.
Mekanika Bahan 1 25
• Faktor Konsentrasi-Tegangan
Sekarang kita tinjau beberapa kasus khusus mengenai konsentrasi tegangan
yang disebabkan oleh adanya diskontinuitas bentuk suatu batang. Kita
mulai dengan sebuah batang yang mempunyai penampang persegi panjang
dan mempunyai lubang lingkaran serta mengalarni gaya tarik P (Gambar 2-
59a). Batang ini relatif tipis dengan lebar b jauh lebih besar dibandingkan
tebal t. Juga, lubangnya mempunyai diameter d.
P +-
P +-
(2-64)
ketahui bahwa pada jarak sama dengan lebar b menjauhi lubang pada
salah satu arah aksial, distribusi tegangan praktis sudah terbagi rata dan
sama dengan P dibagi luas penampang bruto (a = Plbt), tak peduli
berapapun ukuran lubang.
p
K = crma�<.
nom t = ketebalan
Cfmaks
(J
e
Gambar 2-60 Faktor konsentrasi-
t
tegangan K untuk suatu batang
pipih dengan lubang lingkaran.
0 0, 1 0,2 0,5
d
b
Faktor konsentrasi tegangan untuk dua kasus lain yang menarik terlihat
dalam Gambar 2-61 dan 2-62. Kedua grafik ini adalah masing-masing
untuk batang datar dan batang lingkaran, yang berkurang secara drastis
membentuk bahu (shoulder). Untuk mengurangi efek konsentrasi tegangan,
fillet digunakan untuk memperlembut sudut di pojok di mana terjadi
perubahan penampang.* Tanpa adanya fillet, faktor konsentrasi tegangan
akan sangat besar, seperti terlihat di sebelah kiri masing-masing gambar
di mana K mendekati tak hingga bila jari-jari fillet R mendekati no!. Pada
kedua kasus, tegangan maksimum terjadi di bagian yang lebih kecil dari
**
batang di daerah filler.
p
�
=K K crmak>
Cfnom =-
p
et
Cfmaks
0
* Suatu fillet
adalah perftukaan cekung yang dibentuk apabila dua perftukaan lain berteftu,
Tujuannya adalah untuk fteftbundarkan suatu sudut yang seftula tajaft.
** Faktorkonsentrasi tegangan yang diberikan dalaft grafik adalah faktorteoretis untuk batang dari
bahan elastis linier. Grafik-grafik diplot dari ruftus yang diberikan dalaft Ref. 2-10.
Mekanika Bahan 1 27
I PERILAKU NONLJNIER
Hingga saat ini, pembahasan kita hanya berkenaan utamanya dengan
elemen dan struktur yang terdiri atas bahan yang mengikuti hukum Hooke.
Sekarang kita akan meninjau perilaku elemen struktur yang dibebani secara
aksial apabila tegangannya melebihi limit proporsional. Pada kasus-kasus
tersebut tegangan, regangan, dan peralihan bergantung pada bentuk kurva
tegangan-regangan di daerah selewat limit proporsional (lihat beberapa
kurva tegangan-regangan yang khas pada Subbab 1.3).
Untuk maksud analisis dan desain, kita sering menggantikan kurva
tegangan-regangan aktual suatu bahan dengan kurva tegangan-regangan
yang diidealisasi, yang dapat dinyatakan sebagai fungsi matematis.
B eberapa contoh ditunjukkan dalam Gambar 2-63. Diagram pertama
(Gambar 2-63a) terdiri atas dua bagian, daerah elastis linier awal yang
diikuti dengan daerah nonlinier yang didefinisikan dengan ekspresi
matematis yang cocok. Perilaku paduan aluminium kadang-kadang dapat
dinyatakan secara akurat dengan kurva seperti ini, sedikitnya di daerah
sebelum regangan menjadi sangat besar (bandingkan Gambar 2-63a dengan
Gambar 1-13). Pada contoh kedua (Gambar 2-63b), satu ekspresi matematis
digunakan untuk keseluruhan kurva tegangan-regangan. Ekspresi seperti
ini yang sangat dikenal adalah hukum tegangan-regangan Ramberg-Osgood,
yang akan diuraikan lebih rinci (lihat Persamaan 2-67 dan 2-68).
Diagram tegangan-regangan yang digunakan untuk baja struktural
ditunjukkan dalam Gambar 2-63c. Karena baja mempunyai daerah elastis
(b) linier yang diikuti dengan daerah luluh yang nyata (lihat kurva tegangan-
regangan dalam Gambar 1-10 dan 1-12), perilakunya dapat dinyatakan
dengan dua garis lurus. ahanTnra
B umsikan mengikuti hukum Hooke
hingga tegangan luluh av. Sesudah tegangan ini, bahan tersebut akan luluh
pada tegangan konstan. Peri1aku yang disebut terakhir ini disebut plastisitas
sempurna. Daerah plastis sempuma akan terus hingga regangan mencapai
10 sampai 20 kali lebih besar daripada regangan luluh. Suatu bahan yang
mempunyai kurva tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elasto-
plastis (atau bahan elastis-plastis).
Akhimya, pada saat regangan menjadi sangat besar, kurva tegangan-
regangan untuk baja meningkat di atas tegangan luluh akibat pengerasan
regang (strain hardening), seperti diuraikan dalam Subbab 1 .3. Namun,
pada saat strain hardening dimulai, peralihan sudah sedemikian besarnya
sehingga struktur akan menjadi tidak bermanfaat. Akibatnya, analisis
struktur baja yang didasarkan atas diagram elastoplastis seperti terlihat
dalam Gambar 2-63c dengan diagram tarik dan tekan dianggap sama
adalah hal yang umum dilakukan. Analisis yang dilakukan dengan asumsi
ini disebut analisis elastoplastis, atau singkatnya analisis plastis, dan
diuraikan dalam subbab berikut.
Gambar 2-63d menunjukkan diagram tegangan-regangan yang terdiri
(d)
atas dua garis yang mempunyai kerniringan yang berbeda, yang disebut
diagram tegangan-regangan bilinier. Perhatikan bahwa di kedua bagian
Gambar 2·63 Tipe-tipe perilaku diagram tersebut hubungan antara tegangan dan regangan adalah linier,
bahan yang diidealisasikan: (a) tetapi hanya pada bagian pertama saja tegangan sebanding dengan tegangan
kurva tegangan-regangan nonlinier
elastis, (b) kurva tegangan-regangan (mengikuti hukum Hooke). Diagram yang diidealisasikan ini dapat
nonlinier biasa, (c) kurva tegangan- digunakan untuk merepresentasikan bahan dengan strain hardening atau
regangan nonlinier elastoplastis, (d) sebagai pendekatan untuk diagram dengan bentuk nonlinier lain seperti
kurva tegangan-regangan bilinier terlihat dalam Gambar 2-63a dan b.
Mekanika Bahan 1 29
( 2-65)
(a)
+
(J (J E (2-67) =
cr Eacr( cro m) o E,
Dalam persamaan ini dan masing-masing adalah tegangan dan
regangan, dan dan adalah konstanta bahan (yang diperoleh
dari uji tarik). Bentuk altematif dari persamaan ini adalah
, , = mcr0 oaa (_Q_)m
(J + (J
E
(2-68)
cr
di mana mempunyai satuan psi. Perhitungan perubahan panjang batang
dengan menggunakan Persamaan (2-69) untuk hubungan tegangan-
regangan digambarkan dalam Contoh 2- 19.
er (psi)
50.00
40.00
30.000
20.000
E = 10 X 1 06 psi
10.000
£= J( (J
Gambar 2-65 Kurva tegangan- er = +
menggunakan persamaan Ramberg- 0,010 614,0 38.00
10 X 106 0,020 0,030
regangan untuk paduan aluminium 0 e
Osgood.
Paduan aluminium
psi disajikan dalamRef. 2-1 4.
*Hukuft Tegangan-regangan Raftberg-Osgood
Mekanika Bahan 131
Jika suatu struktur adalah statis tak tentu dan bahan berperilaku nonlinier,
maka tegangan, regangan, dan peralihan dapat dicari dengan cara
memecahkan persamaan-persamaan umum yang telah diuraikan dalam
Subbab 2.4 untuk struktur elastis linier. yaitu persamaan keseimbangan,
persamaan keserasian, dan hubungan gaya-peralihan (atau hubungan
tegangan-regangan ekivalen). Perbedaan utama adalah bahwa hubungan
gaya-peralihan sekarang adalah nonlinier, yang berarti bahwa solusi analitis
tidak dapat diperoleh kecuali pada beberapa situasi yang sangat sederhana.
Pada umumnya, persamaan-persamaan harus dipecahkan secara numerik,
baik dengan menggunakan program komputer. arau dengan melakukan
perhitungan manual yang sangat rumit (sebagaimana digambarkan dalam
Contoh 2-20).
Soal 2. 1 1 -9 sampai 2. 1 1 -14 di akhir bab ini meliputi struktur statis
tak tentu dengan karakteristik bahan nonlinier.
• Contoh 2-1 9
Sebuah batang prismatis AB yang panjangnya L = 86 in dan mempunyai luas
penampang A = 2 0,75 in memikul dua =
seperti
b
eb
anterpusat P1 dalam Gambar 2-66. B ahan batang ini adalah
terlihat 24 k dan P2aluminium
paduan = 6 k,
t:
- X
a + 1 ( a )w
- 10 106 614,0 38.000
di mana a mempunyai satuan psi. (Hubungan tegangan-regangan ditunjukkan
secara grafis dalam Gambar 2-65.)
L Tentukanlah peralihan 88 ujung bawah batang akibat kondisi sebagai berikut:
(a) beban P1 bekerja sendiri, (b) P2 bekerja sendiri, dan (c) P1 dan P2 bekerja
bersama-sama.
pl Solusi
(a) Peralihan akibat beban P1 yang bekerja sendiri. Beban P1 menimbulkan
Gambar 2-66 Contoh 2- 19.
Perpanj angan suatu batang dari tegangan tarik terbagi rata di seluruh panjang batang sama dengan P/A atau
bahan nonlinier dengan meng- 32.000 psi. Dengan memasukkan harga ini ke hubungan tegangan-regangan maka
gunakan persamaan Ramberg- t: = 0,003492. Dengan demikian, perpanjangan batang sama dengan peralihan di
Osgood. B adalah (lihat Persamaan 2-66):
88 t:L (0,003492)(86 in.) 0,300 in.
= = = •
di setengah bawah batang adalah P/A dan setengah bawah adalah (P1 + P2)/
A.
Tegangannya adalah 32.00 psi dan 40.00 psi, dan regangannya adalah 0,003492 dan
0,006720 (dari persamaan Ramberg-Osgood). Dengan demikian, perpanjangan
batang adalah
88 = (0,003492)(43 in.) + (0,006720)(43 in.)
= = •
0, 15
in. + 0,289 in. 0,439 in.
1 32 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Ketiga harga OB
yang dihitung menggambarkan prinsip penting mengenai struktur
yang terbuat dari bahan yang berperilaku tidak linier. Pada struktur nonlinier,
peralihan yang dihasilkan oleh dua (atau lebih) beban yang bekerja secara simultan
tidak sama dengan jumlah dari peralihan yang dihasilkan oleh masing-masing
beban yang bekerja secara terpisah.
• Contoh 2-20
Sebuah batang kaku horizontal AB yang panjangnya 3b ditahan oleh dua kabel
identik dan memikul beban = 20 kN di ujung B (Gambar 2-67). Hubungan
beban-peralihan untuk kabelQdinyatakan dengan persamaan hiperbolik sebagai
berikut:
p 1,30
= o :s ; o s 60 mm (P = kN, o = mm) (2-70)
1 + 0,0260
di mana P adalah gaya aksial di kabel (satuan kN) dan 8 adalah perpanjangan
(satuan mm). Hubungan gaya-peralihan ini ditunjukkan secara grafis dalam Gambar
Tentukan gaya aksial F1 dan F2 masing-masing di kabel 1 dan 2, perpanjangan
2-68. (Kurva ini adalah segmen hiperbola.)
01
dan 82 masing-masing di kabel I dan 2, dan peralihan ke bawah OB
di titik B.
Gaya-gaya F1 dan F2 adalah anu di dalam persamaan ini (perhatikan bahwa gaya-
gaya dinyatakan dalam satuan kN).
Persamaan keserasian. Pada saat beban Q diterapkan pada struktur, batang
AB akan berotasi terhadap sendi A. Karena batang ini diasumsikan kaku, maka
peralihan ke bawah di setiap titik sebanding dengan jaraknya dari A. Jadi,
0 20 40 60 perpanjangan 82 pada kabel 2 adalah dua kali perpanjangan 81 pada kabel 1:
o (mm)
02 = 28, (b)
Gambar 2-68 Kurva beban- dan peralihan ke bawah titik B adalah tiga kali perpanjangan kabel 1:
peralihan (pers. 2-70) untuk kabel (c)
dalam contoh 2-20. OB = 3 81
Mekanika Bahan 1 33
Hubungan beban-peralihan. Hubungan antara gaya anu (F1 dan F2) dan
perpanjangan kabel ( 01 dan o2) diperoleh dari persamaan beban-peralihan
(Persamaan 2-70), sebagai berikut:
F. 1,301
-
F: = (d,e)
I 1 + 0,02601 !+ 0,02682
Di dalam kedua persamaan di atas, F1 dan F2 dinyatakan dalam satuan kN dan 01
dan 02 dinyatakan dalam satuan mm.
Solusi persamaan. Sekarang kita dapat memecahkan kelima persamaan
(Persamaan a, b, c, d, dan e) untuk mencari Iima besaran anu Fl' F2, 01, 02, dan
OB. Dengan
dapatkan menggunakan
hasil-hasil program komputer untuk menyelesaikannya, kita
seba gai berikut
F1 = 14,66 kN
F2 = 22,67 kJ-.;
01 = 15,95 mm 02 = 31,91 mm OB = 47.86 mm •
Jadi, semua besaran anu telah diperoleh dan analisis struktur statis tak tentu telah
se1esai. (Perhatikan bahwa peralihan 01 dan 02 ada di dalam selang di mana
Persamaan 2-70 berlaku.)
Solusi persamaan alternatif. Di dalam contoh ini, kita dapat menggabungkan
beberapa persamaan dan mereduksi solusinya menjadi persamaan kuadrat.
Prosedurnya adalah sebagai berikut. Mu1a-mula, kita masukkan F1 dan F2 dari
Persamaan (d) dan (e) ke dalam Persamaan (a), mendapatkan persamaan dengan
01 dan 02 sebagai anu. Lalu, kita substitusi 02 yang dinyatakan dalam 01 dengan
menggunakan Persamaan (b). Hasilnya adalah persamaan berikut yang mengandung
o1 sebagai satu-satunya anu:
5,201
+ = 3Q = 60 (t)
1+ 1 + 0,05281
Berikutnya, kita kalikan setiap suku di dalam persamaan ini dengan hasil kali dari
penyebutnya. Lalu, dengan menyusun dan mengumpulkan beberapa suku, kita
dapatkan persamaan kuadrat sebagai berikut:
0, 1 2 1 68 o; (g)1
,820
Dengan menggunakan rumus 1 - 60 persamaan
= 0
+ kuadrat, kita dapatkan 81 =1 5,95 mm,
sama dengan yang telah dipero1eh di atas.
Anu yang lain dapat dicari dengan mudah. Perpanjangan kabel 2 (dari
Persamaan b) dan peralihan titik B (dari Persamaan c) adalah
82 281 = 3 1 ,90 mm oB = 301 47,85 mm
= =
Juga, gaya tarik F1 dan F2 di kabel dihitung dari Persamaan (d) dan (e):
F; 1'381 1,382
= = 1 4,66 kN F2 - -
22,67 kN
l + 0,02681 1 + 0,02682
Jadi, semua besaran didapatkan dan analisisnya telah selesai.
Catatan 1:
Untuk praktisnya, semua hasil di atas sebaiknya dibulatkan dengan
dua angka penting, yang merupakan ketelitian data semula (lihat, misalnya,
Persamaan 2-70).
Catatan 2: Karena perilaku nonlinier kabel, kita tidak dapat mencari gaya
dan peralihan untuk harga beban Q lainnya dengan proporsi lain, sebagaimana
biasa dilakukan pada struktur linier. Pada struktur nonlinier ini, kelima persamaan
harus dipecahkan lagi, dengan Persamaan (a) diubah sesuai dengan harga beban
yang barn.
Catatan 3: Contoh ini menggambarkan bagaimana gaya-gaya dan peralihan
pada suatu struktur statis taktentu dapat dihitung dari ketiga konsep dasar mekanika
bahan, yaitu persamaan keseimbangan (yang didasarkan atas prinsip-prinsip statika),
persamaan keserasian (berdasarkan atas prinsip-prinsip geometri), dan hubungan
beban-peralihan (yang didasarkan atas besaran bahan).
134 8ab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
*2"1 2
I ANALISIS ELASTOPLASTIS
Di dalam subbab sebelum ini kita telah membahas perilaku struktur apabila
tegangan di bahan melebihi limit proporsional. Sekarang kita akan meninjau
bahan yang sangat penting dalam desain teknik yaitu baja, yang merupakan
metal struktural yang paling banyak digunakan. Baja lunak (atau baja
struktural) dapat dimodelkan sebagai bahan elastoplastis (lihat diagram
E.
tegangan-regangan dalam Gambar 2-63c). Suatu bahan elastoplastis pada
awalnya berperilaku secara elastis linier dengan modulus elastisit!LS
Sesudah luluh plastis mulai, regangan akan meningkat pada taraf tegahgan
yang kurang lebih konstan, yang disebut tegangan luluh cry. Regangan
pada saat dimulainya luluh dikenal dengan regangan luluh £Y.
Di dalam subbab ini kita akan membahas analisis struktur statis tak
tentu dengan bahan elastoplastis. Untuk menggambarkan perilaku struktur
seperti ini, kita akan menggunakan susunan sederhana seperti terlihat dalam
Gambar 2-69a. Struktur ini terdiri atas tiga batang baja yang memikul
beban P yang bekerja melalui plat kaku. Kedua batang tepi mempunyai
panjang Ll' dan batang tengah mempunyai panjang L2, serta ketiga batang
E
untuk baja diidealisasikan seperti terlihat dalam Gambar 2�69b, dan modu-
lus elastisitas di daerah elastis linier adalah j t: y-
= cr•··
Plat kaku
Gambar 2-69 Analisis elasto-
(a) (b)
plastis suatu struktur statis tak tentu
Seperti yang biasa dilakukan pada struktur statis tak tentu, kita akan
memulai analisis dengan persamaan keseimbangan dan keserasian. Dari
keseimbangan plat kaku di dalam arah vertikal kita peroleh
(a)
di mana F1 dan F2 adalah gaya-gaya aksial di batang-batang tepi. Karena
plat bergerak ke bawah sebagai benda tegar, pada saat beban diterapkan,
maka persamaan keserasiannya adalah
(b)
peduli apakah regangan ada di daerah elastis linier atau di daerah plastis.
Apabila beban P kecil, maka tegangan di batang lebih kecil daripada
tegangan luluh av dan bahan tersebut mengalami tegangan di dalarn daerah
elastis linier. Dengan demikian, hubungan gaya-peralihan antara gaya
batang dan perpanjangannya adalah
I F Ll = FzLz (d)
Dengan memecahkan secara simultan Persarnaan (a) dan (d), maka
p�
F.
I - � + 2� (2-7 1 a,b)
(
PY = aYA l + (2-73)
Selarna beban P lebih kecil daripada Py, struktur berperilaku secara elastis
linier dan gaya-gaya di batang dapat dihitung dari Persarnaan (2-7 1 a dan b).
Peralihan ke bawah pada batang kaku akibat beban luluh, yang disebut
peralihan luluh 8y, sarna dengan perpanjangan batang tengah pada saat
c
tegangan mencapai tegangan luluh ay pertarna kali:
a Y Lz
F2 Lz a2 Lz
8y (2-74)
- EA - � - �
Hubungan antara beban P dan peralihan ke bawah 8 batang kaku
ditunjukkan dalarn diagram beban-peralihan dalam Garnbar 2-70. Perilaku
struktur sarnpai beban luluh PY ditunjukkan dengan garis OA.
Gambar 2·70 Diagram beban-
peralihan untuk struktur statis tak
Dengan bertambahnya beban, maka gaya F1 di batang tepi luar
tentu yang ditunjukkan dalam bertarnbah, tetapi gaya F2 di batang tengah tetap konstan sebesar ayA
gambar 2-69a. karena batang ini sekarang plastis sempuma (lihat Garnbar 2-69b). Apabila
1 36 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
gaya F 1 mencapai harga <Jv A , maka batang tepi juga luluh sehingga struktur
tidak dapat memikul beban tambahan apapun. Ketiga batang akan
memanjang secara plastis pada taraf beban konstan, yang disebut beban
plastis PP. Beban plastis yang ditunjukkan dengan titik B pada diagram
beban-peralihan (Gambar 2-70), dan garis horizontal BC menunjukkan
daerah deformasi plastis kontinu tanpa adanya penambahan beban.
Beban plastis PP dapat dihitung dari keseimbangan statis (Persamaan a)
dengan diketahuinya
(f)
Jadi, dari keseimbangan kita dapatkan
pp = 3 <Jy4 (2-75)
(2-76)
Dengan membandingkan oP dan oy, kita lihat bahwa rasio peralihan plastis
terhadap peralihan luluh adalah
op �
- =- (2-77)
oy �
Juga, rasio beban plastis terhadap beban luluh adalah
pp
- (2-78)
=
pv � + 2�
Sebagai contoh, jika L1 = 1 ,5L2 maka rasionya adalah O/O = 1 ,5 dan P/
,
Y
Pv = 917 = 1 ,29. Pada umumnya, rasio peralihan lebih besar daripada rasio
bebannya, sehingga daerah yang plastis sebagian AB pada dengan beban-
peralihan (Gambar 2-70) selalu mempunyai kemiringan yang lebih kecil
dibandingkan dengan di daerah elastis OA. Tentu saja, daerah plastis penuh
BC mempunyai kemiringan terkecil (nol).
Untuk memahami mengapa grafik beban-peralihan adalah linier di
daerah plastis parsial (garis AB) dan mempunyai kemiringan lebih kecil
daripada di daerah elastis linier, tinjaulah hal berikut. Di daerah plastis
parsial dari struktur, batang tepi masih berperilaku elastis linier. Dengan
demikian, perpanjangannya merupakan fungsi linier dari beban. Karena
perpanjangannya sama dengan peralihan ke bawah plat kaku, maka
peralihan plat kaku juga harus merupakan fungsi linier dari beban. Akibat-
nya, kita mempunyai garis lurus antara titik A danB. Namun, kemiringan
dari diagram beban-peralihan di daerah ini lebih kecil daripada di daerah
linier awal karena batang tengah mengalarni luluh secara plastis dan hanya
batang tepi yang dapat memberikan tahanan tambahan terhadap peningkatan
beban. Ini berarti kekakuan struktur telah berkurang.
Dari pembahasan yang berkaitan dengan Persamaan (2-75), kita lihat
bahwa perhitungan beban plastis PP membutuhkan hanya statika, karena
semua elemen struktur telah luluh dan gaya aksialnya diketahui. Sebaliknya,
perhitungan beban luluh PY membutuhkan analisis statis tak tentu, yang
berarti persamaan keseimbangan, keserasian, dan gaya-peralihan harus
dipecahkan.
Mekanika Bahan 1 37
• Contoh 2-21
Struktur yang terlihat dalam Gambar 2-7 1 a terdiri atas balok horizontal AB
(diasumsikan kaku) yang dipikul oleh dua batang identik (batang 1 dan 2) yang
penampang A, danelastoplastis.
terbuat dari bahan Batang-batang
bahannya mempunyai luluh ay,panjang L. dan Juasf.v,
ini mempunyai
tegangan
regangan luluh
dan modulus elastisitas E = CJ/£Y. Balok ini mempunyai panjang 3b dan memikul
beban P di ujung B.
(a) Tentukanlah beban luluh P, dan peralihan luluhnya 8Y di titik B. (b)
Tentukan beban plastis PP dan peralihan plastisnya 8P di titik B. (c) Gambarlah
diagram beban-peralihan yang menghubungkan beban P dan peralihan 88 di titik B.
t F1
p
tF:
PP = S py
6
py :n c
'
'
Solusi
Persamaan keseimbangan. Karena struktur ini statis tak tentu, maka kita mulai
dengan persamaan keseimbangan dan keserasian. Dengan meninjau keseimbangan
balok AB, kita mengambil momen terhadap titik A dan mendapatkan
I MA = 0 Fl(b) + Fz(2b) - P(3b) = 0
di mana F1 dan F2 masing-masing adalah gaya-gaya aksial di batang I dan 2.
Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi
EA
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas dengan kondisi keserasian
(Persamaan h), maka
Fz L F.,L
=2 atau F2 = 2F., (j )
EA EA
Sekarang dengan memasukkannya ke persamaan keseimbangan (Persamaan g),
kita dapatkan
F. _ 3P F, 6P
I -= (k)
-
5 5
Batang 2, yang mempunyai gaya lebih besar, akan mencapai tegangan luluh terlebih
dahulu. Pada saat itu, gaya di batang 2 adalah F2 ay4=. Dengan memasukkan harga
ini ke dalam Persamaan (k) maka beban luluh PY adalah
5a,A
_
_
. (I) •
6
Perpanjangan batang 2 (dari yang kedua dalam Persamaan i) adalah 82 = apE
(m) •
6 2E
P dan 8 ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan (Gambar 2-7 1 b).
Y Y
(b) Beban plastis dan peralihan plastis. Pada saat beban plastis PP dicapai,
kedua batang akan meregang pada taraf tegangan luluh dan gaya-gaya F1 dan F2
akan sama dengan ay4 . Dari keseimbangan (Persamaan g), beban plastis adalah
PP = ay4 (n) •
Pada taraf beban ini, batang kiri (batang 1) barn saja mencapai tegangan luluh sehingga
perpanjangannya (dari yang pertama dalam Persamaan i) adalah 81 = apE dan
peralihan plastis titik B adalah
3a L
8P = 381 =
(o) •
E
Rasio beban plastis terhadap beban luluh (lihat Persamaan n dan 1) adalah 6/5, dan
rasio peralihan plastis terhadap peralihan luluh (lihat Persamaan o dan m) adalah
2. Harga-harga ini juga ditunjukkan dalam diagram beban-peralihan.
(c) Diagram beban-peralihan. Perilaku beban-peralihan struktur secara
lengkap diplot dalam Gambar 2-7 1 b. Perilaku ini elastis linier pada daerah dari ke
0
A, plastis sebagian dari A ke B, dan plastis penuh dari B ke C.
SOAL-SOAL BAB 2 I
Lembar PERUBAHAN PANJANG PADA ELEMEN 2.2-1 Sebuah kawat baja dan kawat tembaga mem-
Ke�ia
STRUKTUR VANG DIBEBANI SECARA punyai panjang sama dan memikul beban sama P (lihat
AKSIAL gambar). Modulus elastisitas untuk baja dan tembaga
Mekanika Bahan 1 39
= 6
mengangkat potongan jembatan yang beratnya 12 ton,
seperti terlihat dalam gambar. Kabel ini mempunyai
10
kabel mempunyai panj ang 45 ft, berapakah kabel itu
akan memanjang pada saat beban tersebut diangkat? (b)
Jika kabel itu dicanangkan untuk beban maksimum 15
1 40 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksia/
80 mm dix
berapakah dari pegas kiri beban P =
18 !\ harus di-
L =
tembaga
2.2-10 Rangka batang ABC yang terlihat dalam gambar
psi harus
0,5
titik hub
B? (b Berapa beban izin maksimum
Pmaks jika peralihan
dibatasi pada 0,15 in, berapakah beban maksimum Pmaks
yang diizinkan?
(a) Tentukan peralihan ke bawah 8 di ujung bawah batang Gambar untuk Soal 2.2-11 dan 2.2- 12
tembaga akibat beban P 85 k. (b) Berapakah beban
izin maksimum Pmaks jika peralihan 8 dibatasi pada
0,30 in.?
Mekanika Bahan 1 41
tekan izin adalah 8, 1 ksi dan perpendekan izin untuk yang berjarak x dari titik C. Berapakah jarak x agar plat
kolom adalah 0.025 in, berapakah tebal dinding yang tersebut mempunyai kemiringan 0,1 ° (di sepanjang garis
dibutuhkan? CD) akibat gabungan
aksi gaya P dan berat W?
tegangan tekan izin adalah 56 MPa dan perpendekan 2.3-1 Perhatikan balok dan batang yang terlihat dalam
izin untuk kolom adalah 0,6 mm, berapakah tebal dinding Gambar 2- 12a pada Contoh 2-3, dan memperhatikan
t yang dibutuhkan? bahwa beban P1 dan P: bekerja masing-masing di titik
C dan E. Dengan menga'>umsikan bahwa kedua bagian
2.2-13 Balok kaku horizontal ABCD dipikul oleh batang batang vertikal ABC terbuat sed
dari bahan hingga
emikian yang sama, carilah
peralihan
vertikal
l OO kBE
dandan
P2 CF 90dan
= dibebani
k yang oleh gaya vertikal
masing-masing bekerjaP1
di 1
(��
titik A dan D (lihat gambar). Batang BE dan CF terbuat
= atakan hasilnya di dalam
dari baja (E 29,5 1 06 psi) dan luas penampang A8 luas
rumuspenampang A1 dan A:·
vertikaluntuk
titik Crasio
akanP.;P
sen
a a,
no!.
pada
2 batang ditunjukkan
=
2
x
E
dalam gambar. Tentukan per- dimensi Ll' L2, dan
= = dan b seperti terlihat dalarn garnbar tersebut.)
alihan vertikal 8A dan 8D masing-masing di titik A dan D. luas penampang 260 mm2 dan dibebani gaya P1 = 1 2 kN,
=
segmen batang adalah
22, 1 in dan AcF 18,3 in . Jarak antara titik-titik P2 8 kN, dan P3 = a = 1,5 m. b = 0.6 m, dan c =
= =
2.3-3 Sebuah pipa yang mempunyai modulus elastisitas
I 12 ft, dan jarak
gambar). Pipa ini mempunyai panjang
antara titik-titik beban ada1ah
Bebannya adalah P1 4 k, P2 3 k, d2an P3 3 k, dan
=
J
r
tarik P = 5000 lb? (b) Jika volume bahan yang sama = 6, 1 N/m. Regangan di tengah tinggi kabel diukur
digunakan untuk membuat batang dengan diameter d dan
panjang 8 ft, berapakah perpanjangan batang ini akibat
beban P yang sama? (Asumsikan E = 30 x 1 0 6 psi.)
dengan strain gage dan diperoleh besarnya 0,00223. (a) dan modulus elastisitas nya adalah E. (a) Turunkan rumus
regangan t:8 di ujung bawah kabel? (c) Berapa per- dalam P, L1, L2• E, dan A. (b) Gambarlah diagram yang
ac bervariasi
di seluruh panjang tiang.
Berapakah regangan EA di ujung atas kabel? (b) Berapa
panjangan 8 kabel?
2.3-1 1 Sebuah batang prismatis AB yang panjangnya
L, luas penampangnya A, modulus elastisitasnya E, dan
untuk menghitung perpendekan 8 tiang yang dinyatakan
beratnya W digantung secara vertikal dan dibebani berat
sendiri (lihat gambar). (a) Turunkan rumus untuk
peralihan ke bawah 8c di titik C, yang terletak di j arak menunjukkan bagaimana tegangan tekan
c
dari ujung bawah batang. (b) Berapa perpanjangan 88
keseluruhan batang? (c) Berapa rasio r perpanjangan T
tI
-�
setengah bagian atas batang terhadap perpanjangan
setengah bagian bawahnya?
L
T
L_ B
I
I
t
(a) (b)
*2.3-1 3 Sebuah tiang kayu yang memikul kepala tiang *2.3-1 5 Sebuah cakram (disk) kaku dengan j ari-jari R
berputar dengan kelajuan sudut konstan
mengalami gaya gesekan f per panjang satuan tiang di
gbagian panj
ambar). angnya gaya
Intensitas yang gesekan
tertanambervariasi
di dalam secara
tanah linier
(lihat sumbu yang melalui pusatnya C (lihat gambar). m terhadap
Enam
pisau prismatis identik, yang masing-masing mempunyai
terhadap jarak y dari dasar tiang, artinyaf di mana panjang L, terpasang dengan arah radial ke luar dari
tersebut. Bahan pisau mempunyai modulus elastisitas disk
E
adalah konstanta. Panjang tiang yang tertanam adalah
L1 dan bagian atas tiang mempunyai panjang
c = c y , L2 juga,
dan rapat massa p (massa per unit volum). Tentukan
beban di tiang adalah P, luas penampangnya adalah A, perpanjangan o pisau ini akibat efek sentrifugal.
1 44 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
dengan penampang lingkaran berlubang dan panjang L gaya tarik T di sembarang titik dari kabel dari diagram
ditekan oleh beban P (lihat gambar). Diameter luar di benda bebas dari kabel; 1alu, tentukan perpanjangan
atas dan bawah tiang adalahAd dan 8,
d dan tebal dinding elemen kabel yang panjangnya d5; akhimya, integrasikan
adalah t. Turunkan rumus untuk perpendekan tiang. di sepanjang kurva kabel untuk mendapatkan persamaan
perpanj angan 8.)
di mana E adalah modulus elastisitas. 2.4-1 Sebuah struktur yang terdiri atas inti perunggu
dan pipa aluminium mengalami gaya tekan P (lihat
gambar). Panjang pipa aluminium dan inti perunggu
adalah 14,0 in., diameter inti adalah 1,0 in., dan dia-
meter luar pipa adalah I ,6 in. Juga, modulus e1astisitas
aluminium dan perunggu masing-masing adalah I 0,5 x
1 06 psi dan 15,0 x 106psi. (a) Jika panjang struktur ini
berkurang 0, 1% apabila dibebani P, berapa besar beban
P tersebut? (b) Berapa beban izin maksimum Pmaks jika
tegangan izin di aluminium dan perunggu masing-masing
adalah 1 2.000 psi dan 18.000 psi?
(a)
tegangan izin baja adalah 1 80 MPa dan tegangan izin di batang luar (bahan A) adalah identik. Luas penampang
perunggu adalah 140 MPa, berapa beban tekan izin P izin? batang tengah (bahan B) adalah 50% lebih besar daripada
luas penampang satu batang luar. Juga, modulus
elastisitas bahanAadalah dua kali bahan B. Berapa fraksi
dari beban P yang disalurkan oleh batang tengah? (b)
Berapakah rasio tegangan di batang tengah terhadap
batang luar? (cBerapa
) rasio regangan batang tengah
terhadap regangan batang luar?
erunggu
1 06 psi
efektif dan untuk
beton beton adalah
mempunyai 3,6 de
diameter 13 6 psi.
1 0in, (a)
seperti
Hitunglah tegangan dan
R R8A
8c
beban P. (b) Dapatkan rumus untuk peralihan ke bawah natnya adalah peralihan horizontal titik yang ber-
di titik C. sangkutan di batang.
lus elastisitas aluminium Ea = 10 x 10 psi dan modulus beban P yang bekeija melalui plat ujung kaku. Garis kerja
6 e
c
2L
Pipa
aluminium
¥
T
gambar ditahan antara tumpuan-tumpuan kaku. Batang
tersebut mempunyai luas penampang A0 dari A ke C dan
RA 2h
T
Rv
dan
2A0 daridiCujung-ujung batang. (b)
ke D. (a) Dapatkan Tentukan
rumus untuk peralihan
reaksi
88 Oc
mana absisnya adalah jarak x dari tumpuan kiri dan ordi-
dan di titik B dan C. (c) Gambarlah diagram di
1
h
1
Mekanika Bahan 1 47
hingga balok akan tetap horizontal apabila beban P di B. Tentukan peralihan Oc di ujung bawah batang akibat
bekeija di titik tengah. beban P, dengan beranggapan bahwa pipa tersebut pas
benar di B apabila tidak ada beban. (Asumsikan L1 =
2.4-12 Sebuah benda tegar AB yang beratnya W di- 2
2L 3= 250 mm. L: = 225 mm, A1 = 2A3 = 960 mm , dan
gantung pacta kawat vertikal yang beijarak satu sama =
A2 = 300 mm . )
lain sama. dua dari baja dan satu dari aluminium (lihat
gambar). Kawat-kawat ini memikul beban P yang bekeija
di titik tengah blok. Diameter kawat baja adalah 2 mm,
dan diameter kawat aluminium adalah4 mm. Berapa
beban P yang dapat dipikul jika tegangan izin di kawat
baja adalah 220 MPa dan di kawat aluminium adalah 80
MPa? (Asumsikan W = 800 N, E5 = 210 GPa, dan Ea =
70 GPa.)
b = 500 mm
2.4-14 Sebuah batang baja ABC (E = 200 GPa)
mempunyai luas penampang A1 dari A ke B dan luas
penampang A2 dari B ke C (lihat gambar). Batang ini
dipikul di ujung A dan mengalami beban P yang sama
dengan 40 kN di ujung C. Sebuah pipa baja lingkaran
BD dengan luas penampang A3 memikul batang tersebut k1 = 15 kN/m
1 48 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
r-���
2.4-20 Sebuah rangka persegi panjang yang lebarnya
Th
T
3b
6b
l
4b -- p1--
*2.4-22 Sebuah batang trimetalik ditekan secara seragam
oleh gaya aksial P yang bekerja melalui plat kaku (lihat
gambar). Batang ini terdiri atas inti baja lingkaran yang
(a) (b)
Mekanika Bahan 1 49
dikelilingi oleh tabung perunggu dan tabung tembaga. 2.5-5 Sebuah silinder baja solid S diletakkan di dalam
lnti baja mempunyai diameter 10 mm, tabung perunggu tabung tembaga C yang mempunyai panjang sama (lihat
mempunyai diameter luar 15 mm, dan tabung tembaga gambar). Koefisien ekspansi termal ac untuk tembaga
mempunyai diameter luar 20 mm. Modulus elastisitas lebih besar daripada koefisien as untuk baja. Sesudah
masing-masing bahan adalah Es = 210 GPa, Eb = 1 00 dirakit, silinder dan tabung ditekan di antara plat-plat
GPa, dan Ec = 1 20 GPa. Hitunglah tegangan tekan as, kaku dengan gaya P. Dapatkan rumus untuk peningkatan
ab, dan a, di baja, perunggu, dan tembaga, apabila beban temperatur t.T yang akan menyebabkan semua beban
P sama dengan 12 kN. dipikul oleh tabung tembaga.
EFEK TERMAL
..
'
x 1 0- /oF
dan modulus elastisitas E = 29 x 1 06 psi?
8
wolfram dinyatakan dengan am dan ar Turunkan rumus
2.5-7 Sebuah batang baja bundar yang diameternya
untuk peralihan vertikal (positif ke atas) titik P akibat
0,375 in. ditahan secara pas (tetapi tanpa tegangan awal)
pertambahan temperatur seragam t.T. Dapatkah alat ini
di antara dinding kaku oleh susunan seperti terlihat dalam
digunakan sebagai termometer?
gambar. Hitunglah penurunan temperatur t.T (deraj at
Fahrenheit) yang menimbulkan tegangan geser rata-rata
r- -- di baut yang diameternya 0,25 in. menjadi 7500 psi.
(Untuk baja, gunakan a = 6,5 x 1 0-6 /oF dan E 30 x=
,
10 psi.) 6
0,375 in.
1 50 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
8
mm) yang pas benar seperti terlihat dalam gambar. (Gunakan besaran bahan sebagai berikut: untuk perunggu,
6
Hitunglah perpanjangan total batang baja akibat Selubung perunggu
adalah sebagai
peningkatan l'lT =baja
berikut: untuk
temperatur 350°C. 12 x 1 0 bahan
as =(Besaran /' C dan
-"
-D
E = 210 GPa, untuk perunggu a = 20 .t�c dan
s = 1 10 GPa)
Eb b x 10
Baut baja
ac = 1 0- /oC.
12 in. Juga, modulus elastisitas E = 860 ksi dan koefisien 10- /oC; untuk tembaga, Ec = 1 20 GPa
dan 3,0 in. Panjangnya masing-masing adalah 9 in. dan 17 X 6
a
dan
Oc
peralihan titik C.
2.5-1 3 Sebuah batang kaku ABCD mempunyai sendi 10 6 psi dan koefisien ekspansi termal a = 6,5 X
6
d·
koefisien ekspansi termalnya adalah Dengan meng- Besaran lain untuk kabel dapat diperoleh dalam Tabel
anggap bahwa batang ini mengalami peningkatan
(a) gaya tekan P di batang, dan (b) peralihan Oc titik C
(positif berarti peralihan tersebut berarah ke kiri).
2.5-1 1 Sebuah selubung perunggu terletak pas di se- keliling
baut baja (lihat gambar) dan mur dikencangkan sampai pas
benar. Baut tersebut mempunyai diameter 3/ 8 in., dan
selubungnya mempunyai diameter dalam dan luar masing-
masing 1 3/32 in. dan 5/8 i11. Hitunglah
peningkatan temperatur l'lT yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tegangan tekan 3500 psi selubung.
T TA
(a) Jika heban \ertikal P = 2,2
kN kawat A dan B? (b)
B
Jika, sementara beban bt:�"'rja,
ditingkatkan 1 CXFC. berapa gaya TA dan T8? (c) Berapa suatu mesin uji (lihat gambar). Jika tegangan ultimate
peningkatan temperatur D.T yang akan menyebabkan untuk bata adalah 1 100 psi dan tegangan tekan ultimate-
kawat B menJadi kendor? nya ada1ah 3800 psi. berapa gaya Pmaks dibutuhkan untuk
memecahkan bata ini�
2.6-4 Sebuah kawat perunggu dengan diameter d
= 2
mm ditarik antara dua tumpuan kaku sedemikian hingga
gaya tariknya adalah T = 1 40 N (lihat gambar). Berapa
penurunan temperatur izin maksimum D.T jika tegangan
geser izin di kawat adalah 80 MPa? (K oefisien ekspansi
termal untuk kawat adalah 19.5 x 1 0-6/oC dan modulus
elastisitasnya adalah1 GPa.)
05
TEGANGAN Dl POTONGAN MIRING (Asumsikan bahwa koefisien ekspansi termal adalah 6,5
sangkar (1 ,5 in.
x
2.6-1 Sebuah batang baja dengan penampang bujur- MPa, berapa penurunan temperatur izin maksimum?
gambar). Tegangan
ada1ah 1 8.000 izin1tarik
psi. dan 1 .000dan
psi.geser masing-masing
Tentukan beban izin w- /°F dan modulus elastisitas adalah 30
maksimum Pmaks· 2.6-6 Sebuah batang baja yang diametemya 20 mm
mengalami beban tarik P= 25 kN (lihat gambar). (a)
Berapa tegangan normal maksimum amaks di batang? (b)
Berapa tegangan geser maksimum rmaks? (c) Gambarlah
elemen tegangan yang berorientasi 45° terhadap sumbu
2.6-2 Sebuah batang baja bundar dengan diameter d batang dan tunjukkan semua tegangan yang bekerja di
mengalami gaya tarik P= 80 kN (lihat gambar). setiap muka elemen tegangan tersebut.
Tegangan izin tarik dan geser masing-masing adalah
1 20 MPa dan 55 MPa. Tentukan diameter izin minimum 2.6-7 Selama uji tarik pada benda uji baja lunak (lihat
dmin batang ini? gambar), ekstensiometer menunjukkan perpanjangan
sebesar 0,00 1 50 in. pada panjang terukur 2 in. Asumsikan
bahwa baja ini mengalami tegangan yang masih di bawah
limit prop orsionalnya dan bahwa modulus elastisitas E
6
= 29 x 10 psi. (a) Berapa tegangan normal maksimum
-HO kN. Tentukan tegangan normal dan geser yang boleh dilampaui? (Asumsikan a = 9,4 x 10-6/oF dan E
bekerja di semua muka elemen tegangan yang terletak = 18 x 106 psi.) (b) Jika temperatur meningkat sejauh
di badan balok dan berorientasi pada: (a) sudut () = 0°,
maksimum yang diizinkan. berapa tegangan di bidang
(b) sudut () = 22,5°, dan (c) sudut () = 45°. Pada setiap pq?
kasus, tunjukkan tegangannya.
adalah 4,9 MPa. (a) Berapa tegangan normal dan geser yang membentuk sudut () 30° (lihat gambar). Tentukan
joint dan Akibat
kurang. muka-muka di papan
beban tarik harus sebesar
P, tegangan 45°
normal di atau
papan 2.6-1 4 Sebuah batang prismatis mengalami gaya aksia1
yang menghasilkan tegangan tekan 56 MPa di bidang
yang bekerja di joint yang dilem jika a = 20°? (b) Jika =
()
tegangan geser izin di joint adalah 2,25 MPa, berapa tegangan yang bekerja di semua muka dari elemen
harga izin terbesar untuk sudut a? (c) Untuk suduta tegangan pada sudut = 60° dan tunjukkan tegangannya.
berapa tegangan geser di joint berlem secara numerik
besarnya dua kali tegangan normal di joint?
(lihat gambarl. Tentukan tegangan yang bekeija di semua maksimum pmak< jika luas penampang batang adalah
muka dari elemen tegangan yang berorientasi 8 = 50° 2
600 mm •
dan tunjukkan tegangan pada sketsa elemen tersebut.
ENERGI REGANGAN
dalam gambar. (a) Tentukan sudut 8 dan tegangan geser dan P = P3 62 k.2
=
20 MPa = 60 MPa
l
*2.6-1 7 Tegangan normal di bidang
pqdari batang
prismatis yang mengalami tarik (lihat gambar) adalah
I
H
8220 psi. Pada bidang rs, yang membentuk sudut f3 =
30° dengan bidangpq, tegangannya adalah 3290 psi.
Tentukan tegangan normal maksimum amaks dan tegangan
l
geser maksimum rpada
maks
batang ini.
L
2.7-5 Rangka batang ABC yang terlihat
=
dalam gambar 2.7-8 Rangka batang ABCD yang terlihat dalam gambar
memikul beban horizontal P1 2000 lb dan beban memikul beban vertikal P di joint D. Semua batang
vertikal P, A
=
= 2,00
4000 lb.inKedua
dan terbuat
batangdari baja dengan
mempunyai luasE mempunyai rigiditas aksial EA . (a) Tentukan energi
g
10 psi. (a) Tentukan energi regangan U1 pada regangan U rangka batang. (b) Tentukan peralihan
= 29 x
6
2 vertikal 8vjoint D dengan menyamakan energi regangan
penampan =
(b) Tentukan energi regangan U2 apabila beban P2 bekelja
rangka (P1 0).
sendiribatang = (c) Tentukan
apabila beban P1energi regangan
bekerja U apabila
sendiri (P 2 0). rangka batang dan kelja yang dilakukan oleh beban.
kedua beban bekerja simultan.
F1
dengan menyamakan energi regangan pegas dengan kerja
P
2.7-1 3 Beban tekan disalurkan melalui plat kaku ke
F2
yang dilakukan berat W. (c) Tentukan gaya-gaya
masing-masing di pegas tengah dan tepi.
dan
tiga batang dari paduan magnesium yang identik kecuali
bahwa pada awalnya batang tengah sedikit lebih pendek
daripada dua batang lainnya (lihat gambar). Dimensi dan
2
besaran susunan ini adalah sebagai berikut: panjang L=
,5 ft, luas penampang etiap batang A = 4,91 in2, modu-
P: s
lus elastisitas E = 6.5 x I 06 psi, dan celah = 0,05 in.
8
(a) Hitunglah beban yang diperlukan untuk menutup
P
celah. (b) Tentukan peralihan ke bawah
U
plat kaku,
apabila
P
= 150 k. (c1 Hitung energi regangan total
P8/2. (Petunjuk:
U tidak
ketiga batang apabila =!50 k. (d) Terangkan mengapa
energi regangan sama dengan
P
2.7-1 0 Sebuah batang nonprismatis AB dari penampang
lingkaran mengalami beban di ujung bebasnya, seperti Gambarlah diagram beban-peralihan.)
terlihat dalam gambar. Diameter di ujung-ujung adalah
d1 d2,dan
U
panjangnya adalah L, dan modulus elastisitas
8
adalah E. (a) Tentukan energi regangan batang ini. (b)
Tentukan perpanjangan batang dengan menyamakan
energi regangan dan kerja yang dilakukan oleh beban.
P b2 P k1
2.7-1 1 Batang nonprismatis AB dari penampang persegi 2.7-14 Sebuah blok B didorong ke tiga pegas dengan
panjang dan panjang L dibebani (lihat gambar). Lebar gaya (lihat gambar). Pegas tengah mempunyai
batang bervariasi secara linier dari di ujung A ke b1
k2.
kekakuan dan pegas tepi mempunyai kekakuan
U t 8
di ujung B. Tebal konstan. (a) Tentukan energi regangan
batang. (b) Tentukan perpanj angan batang dengan
masing-masing Pada awalnya, pegas tak mempunyai
Ps).
tegangan dan pegas tengah sedikit lebih panjang daripada
P.
menyamakan energi regangan dan kerja yang dilakukan pegas tepi (perbedaan panjang ditunjukkan dengan
oleh beban
s
(a) Gambarlah diagram gaya-peralihan dengan beban
U1
sebagai ordinat dan peralihan blok sebagai absis. (b)
U1 2s. P0/2
Dari diagram tersebut, tentukan energi regangan di
pegas apabila x =
regangan tidak sama dengan 8
(c) Jelaskan mengapa energi
di mana = 2s.
U
B harus tetap pada jarak L dari dinding vertikal.
(a) Hitunglah energi regangan di rangka batang. (b)
1 56 Bab 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
88 8
mum. (c) Tentukan energi regangan minimum. (d) bekerja? (c) Bandingkan energi regangan U dengan
Tentukan peralihan vertikal di titik hubung B. besaran PJ 2. (Catatan: perpanjangan kabel tidak kecil
dibandingkan panjang semula.)
BEBAN KEJUT
batang. (C
Batang bundar
- I
L
Flens (sayap)
**2.7-1 7 Sebuah
mempunyai panjkabel yang berperilaku
ang sebelum elastis
bertegangan linier
L0 = 30 in.
in2 , dan modulus elastisitas E = 300 psi. Sesudah dipukul merusakkan tiang bumper apabila gerbong tersebut
dengan papan kayu, bola menarik tali hingga panj angnya menabraknya?
menjadi L 1 =40 in. Berapa kecepatan v bola pada saat
meninggalkan papan? (Asumsikan perilaku elastis linier
pada tali karet, dan abaikan energi potensial akibat
perubahan ketinggian bola.)
:-.:-: tcrs.ebut, apabila digantung secara statis, mem- melakukan kerja Wdalam meregangkan baut, baut meng-
�811J ang tali sebesar 2,5% dari panjang semula. alami tegangan tarik maksimum 0'1 • Sekarang misalkan
b2,
bahwa sambungan ini diabaikan sedemikian hingga grip
I
.8-1 1 Sebuah benda
2 dengan berat W = 4500 lb jatuh pada baut bertambah seperti terlihat pada bagian (b)
.:m ketinggian h = ft ke tiang kayu vertikal yang dalam gambar. Gaya F(t) melak:ukan kerja W yang sama
mempunyai panjang= 18 L ft, diameter d = 12 in .. dan
0'2.
banyak dalam meregangkan baut dan menghasilkan
modulus elastisitas E = 1,5 x 1 06 psi (lihat gambar).
Tentukan perpendekan maksimum tiang, tegangan tekan
maksimum di tiang, dan faktor kejut.
= 1
tegangan tarik maksimum yang sama dengan Jika b2
5b berapakah rasio tegangan acla1? (Catatan: Baut
'
L = 1 8 ft
b
pada bagian (a) dalam gambar. Panj ang grip baut adalah
•1 Akibat gaya yang bervariasi terhadap waktu F(t) yang
Plat ujung
88
menggunakan asumsi bahwa batang AB adalah kaku,
turunkan rumus berikut untuk peralihan maksimum
titik B akibat kejut benda yang jatuh:
1�)12 ]
(a) 8 B =
4Mg
k
[
l +
(I +
2Mg
(b)
Mekanika Bahan 1 59
R
tegangan maksimumnya jika
jari-jari fillet R = 0.25 in. dan = 0,5 in. dan lebar
batang adalah b = -+.0 in. dan c = 2,5 in.
tali?
p p
.
_ _
.
p p
*2.8- 1 6 Batang prismatis yang terlihat dalam gambar .
_ _
_
.
= =
1 2,0 m, diameter
,0 MN/m 15 mm,
dipasangd di ujung
= 20,0 kg
kejut. Bandingkan hasilnya dengan yang diperoleh dalam batang mempunyai tebal t
Contoh 2- 16 Subbab 2.8 untuk batang yang sama, tanpa 6 mm.
dengan lubang lingkaran, tentukan
=
(a) Untuk
tegangan batang
maksimum
pegas (lihat Gambar 2-50). untuk di ameter lubang d = 12 mm dan d= 20 mm jika
shoulderfillets
=
d --+ R
lebar batang adalah b 60,0 mmdan =
nya jika jari-jari fillet =
6,0 mm dan
=datar dengan lebar40
c =
10mm.
mm dan
2.1 0-3 Sebuah batang
d
mempunyai lubang dengan diameter yang menembus-
nya (lihat gambar). Lubang tersebut dapat mempunyai
b dan tebal t
Pipa
diameter yang cukup di batang tersebut. Berapa beban
L
tarik izin maksimum P maksjika tegangan tarik bahan
t adalah a1?
h
p p
.
_ _
.
t
2.1 0-4Sebuah batang perunggu bundar dengan dia-
meter d1 = 20 mm mempunyai ujung lebih besar dengan
�perempat lingkaran digunakan di pertemuan kedua meningkatkan beban izin tanpa merubah tebal t atau lebar
�gmen batang dan modulus elastisitas perunggu adalah b2. Jika hanya satu dimensi yang dapat diubah (b1, b3,
E = 1 00 GPa. Jika batang tersebut memanjang 0. 12 mm atau d), dimensi mana yang akan diubah? Apakah akan
akibat beban tarik P, berapa tegangan maksimum amak ' dibesarkan atau dikecilkan?
pada batang?
Pecahkan soal sebelum ini untuk batang dengan
2.1 0-5 dimensi b1 = = = =
75 mm, b2 1 00 mm, b3 65 mm, t
15 mm, dan =
d
metal monel yang mempunyai besaran sebagai bcrikut:
1 ,0 =in., d2 = 1 ,4 in., L1 = 20,0 in., L2 = 5.0 in .. dan
d1
2.1 0-8 Pecahkan soal sebelum ini dengan menggunakan
E = 25 x 10 psi. Juga, batang akan memanjang 0.00-+0 30 mm. Juga. gunakan tegangan izin
40 MPa.
2.1 0-9 Sebuah batang datar dengan lubang (lihat gam-
bar) mempunyai lebar b 2,4 in. dan I ,6 in. Fillets
mempunyai jari-j ari sama dengan 0,2 in. Berapa dia-
=
ini tanpa mengurangi kapasitas pikul
c =
beban�
6
in. apabila beban tarik diterapkan.
2.1 0-6Sebuah batang prismatis yang diametem: a d0
(nonprismatis) yang mempunyai diameter <.ama =
meter dmaks lubang terbesar yang dapat dibuat pada batang
p
.
berdiameter = 24 mm (lihat gambar 1. Jari-jari fillets
d2 dibandingkan
20 mm sedang dengan batang bertangga
di batang bertangga adalah 2,0 a 1 .-\pakah mem-
(d1
perbesar batang di daerah tengah membuatnya lebih kuat
daripada batang prismatis? Tunjukkan jawaban ini dengan PERILAKU NONLINIER (PERUBAHAN PANJANG
menentukan beban izin maksimum P1 untuk batang BATANG)
prismatis dan beban izin maksimum P2 untuk batang
yang membesar, dengan menganggap bahwa tegangan 2.1 1-1 Sebuah batang AB yang panjangnya L dan berat
izin untuk bahan adalah 1 10 MPa. (b) Berapakah seharus- jenisnya y digantung secara vertikal dan memikul berat
nya diameter batang prismatis d0 agar didapatkan beban sendiri (lihat gambar). Hubungan tegangan-regangan
izin maksimum yang sama dengan batang bertangga? untuk bahan dinyatakan dengan persamaan Ramberg-
Osgood (Persamaan 2-68):
E =
�
E
+
E
�)m
a0
618 1 70 1- _
_
0
-- u.00
E5 0,010
beban P di ujung bawah (lihat gambar). Kawat ini terbuat vertikal P (lihat gambar . Kcdua batang ini terbuat dari
dari paduan tembaga yang mempunyai hubungan paduan aluminium yang mempunyai be>aran yang dapat
tegangan-regangan hiperbolik: didekati dengan diagram re zangan-regangan bilinier
seperti terlihat dalam gambar. Luas penampang setiap
a = 0 :: £ :: 0,03 (a = ksi) batang adalah 2,0 in2 dan tinggi h adalah 75 in. Hitunglah
peralihan vertikal OB t i t i k B untuk harga-harga beban
(a) Gambarlah diagram tegangan-regangan untuk bahan sebagai berikut: P = 8 k. 16 k. 2-+ k, 32 k, dan 40 k. Dari
ini. (b) Jika perpanjangan kawat dibatasi pada 0,75 in. hasil-hasil ini, plotlah diagram beban-peralihan untuk
dan tegangan maksimum dibatasi pada 40 ksi, berapa struktur ini.
beban izin P?
d---1 L
_l
p
(J
---
2.1 1 -6 Sebuah batang kaku AB, yang berujung sendi di
A ditumpu oleh kawat CD dan dibebani gaya P di ujung
B (lihat gambar). Kawat ini terbuat dari baja mutu tinggi
yang mempunyai modulus elastisitas E = 210 GPa dan
tegangan luluh ay = 820 MPa. Panjang kawat adalah L
= 1 m dan diametemya adalah d = 3 mm. Diagram
tegangan-regangan untuk baja didefinisikan dengan
p rumus pangkat yang dimodifikasi sebagai berikut:
1 62 BaD 2 Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
( J
penampang A = 960 mm2• panjang L = 360 m. dan
beban P = 92 kN.
a = av a � aY
peralihan
, a Dengan88 diberanggapan
ujung batang akibat
bahwa beban P. Arnbil
n = 0,2, harga
hitunglah ()
L- 2b -----
l b--1 p PERILAKU NONLINIER (STRUKTUR STATIS TAK
TENTU)
*2.1 1 -9 Sistem
statis tak tentu yang terlihat dalam
2.1 1 -7 Sebuah benda dengan massa M = 1 ,6 slug
gambar ini terdiri atas batang kaku horizontal ABCD
terpasang di ujung batang langsing yang berotasi dengan
yang ditumpu oleh dua pegas identik di titik A dan C.
kelajuan sudut tinggi terhadap sumbu yang melalui titik
Pegas mempunyai hubungan gaya-peralihan nonlinier
C (lihat gambar). Batang ini mempunyai panjang efektif
yang dinyatakan dengan persamaan hiperbolik sebagai
L = 40 in. dan luas penampang A = 0,10 in2• Bahan ini
berikut:
adalah paduan magnesium yang mempunyai hubungan
tegangan-regangan yang memenuhi persamaan Ramberg- F = 608
0 � 8 � 2.5 in. (F = lb, 8 = in.)
Osgood (Persamaan 2-68): I+ 1,28
di mana F adalah gaya aksial di pegas (satuan pound)
dan 8 adalah perubahan panjang pegas (dapat berupa
perpanjangan atau perpendekan, dalam satuan in.). Juga,
beban P sama
mempunyai panjdengan
ang a = 15 lb bdan
35in, = 10segmen
in., dan batang
= 10 in.
317, dan m =E 10.
di mana = 6,5 x 1 06kelajuan
Berapa psi, a0 sudut izin psi
= 25.000 maksimum
dan a = c
(a) Gambarlah diagram beban-peralihan untuk salah satu
n (putaran per menit) jika perpanjangan batang dibatasi pegas. (b) Hitunglah gaya-gaya FA dan Fc di pegas di A
0,2 in.? (Abaikan massa batang itu sendiri.)
dan C, perubahan panjang
sudut rotasi e dari batang.
8
dan 8cA
dari pegas. serta
p
\ /'
/
L '
/
2) 0(
8
di mana F adalah gaya aksial di pegas (satuan newton)
dan adalah perubahan panjang pegas (satuan mm).
10 =
10
a
X 106
+ I a
307,0 76.000
(a = psi)
*2.1 1 -1 1 Sistem statis tak tentu yang terlihat dalam di mana amempunyai satuan psi. Beban P sama dengan
gambar terdiri atas batang kaku dengan berat W = 750 3000 lb. (a) Gambarlah diagram tegangan-regangan untuk
lb yang dipikul oleh tiga kawat. Kawat tepi mempunyai
diameter d1 = l OO mils dan panjang L1 = 26 in.; kawat kawat 1 dan 2, perpanjangan 81 dan 82
bahan. (b) Tentukan gaya F1 dan F2 masing-masing di
kedua kawat, dan
tegangan serta regangan di kedua kawat.
L2
tengah mempunyai diameter d2 = l OO mil dan panjang
= 20 in. Kawat ini terbuat dari paduan magnesium
yang mempunyai hubungan tegangan-regangan yang
Pecahkan soal sebelum ini dengan mengguna-
*2.1 1 - 1 4
kan P = 13 kN, diameter kawat d1 = 4,0 mm dan d2=
memenuhi persamaan pangkat tiga: 5,0 mm, panjang kawat L = 0.8 m, dan kurva tegangan-
a = (2£ X 1 06)(3 - 1 50£ + 2500�) 0 � £ � O,Q2
regangan paduan aluminium mempunyai hubungan:
di mana a adalah tegangan (satuan psi) dan £ adalah
e =
. r
(a = MPa)
+ s
regangan. Untuk regangan yang lebih besar daripada 0,02, 70.000 3 1 20 .
tegangan adalah 40.000 psi. (a) Gambarlah diagram
di mana a adalah tegangan 1 aruan :\1Pa) dan£ adalah
8
tegangan-regangan untuk bahan ini. (b) Tentukan
peralihan ke bawah batang ini serta gaya, tegangan,
dan regangan di kawat.
regangan.
ANALISIS ELASTOPLASTIS
� �ahan ini adalah elastoplastis dengan tegangan luluh luas penampang A dan terbuat dari bahan elastoplastis
c. = ::..5 a. (a) Tentukan beban luluh PY. (b) Tentukan dengan tegangan luluh a,. Dapatkan rumus untuk beban
·
X
n
a
b plastis PP. plastis PP.
2.1 2-3 Batang ABCD yang berat totalnya W= 900 lb 2.12-6 Lima batang, masing-masing mempunyai dia-
digantung pada posisi horizontal dengan menggunakan meter 10 mm, memikul beban P seperti terlihat dalam
tiga kawat baja yang tersusun seperti terlihat dalam gambar. Tentukan beban plastis PP jika bahan ini
gambar. Setiap kawat mempunyai diameter d = 0.242 in. elastoplastis dengan tegangan luluh a, =290 MPa.
n
a
d baja adalah bahan elastoplastis dengan tegangan luluh
a, = 40.000 psi. Berapa beban P yang dapat menyebab- I-- h -+- h --1-- h � --1h
kan sistem ini kolaps akibat luluhnya kawat-kawat?
I
p
I
w
�- h - - h - --- I 2.1 2-7 Sebuah batang kaku ACB ditumpu sendi di C
dan dibebani oleh gaya P di ujung B (lihat gambar).
2.1 2-4 Sebuah batang baja yang mempunyai penam- Tiga kawat identik yang terbuat dari bahan elastoplastis
pang lingkaran AB dengan diameter d = 12 mm ditarik (tegangan luluh a, dan modulus elastisitas E) memikul
secara kencang di antara dua tumpuan sedemikian hingga batang. Setiap kawat mempunyai luas penampang A dan
pada awalnya tegangan tarik di batang adalah 50 MPa panjang L. (a) Tentukan beban luluh P v dan peralihan
(lihat gambar). Gaya aksial P selanjutnya dikerjakan di luluh 8> di titik B. (b) Tentukan bebari plastis PP dan
batang pada lokasi C. (a) Tentukan beban plastis PP jika peralihan
harga PP 8P titik B apabila
. (c)diGambarlah bebannya
diagram tepat mencapai
beban-peralihan yang
bahan ini elastoplastis dengan tegangan luluh a
= 250 menunjukkan beban P versus peralihan 88 titik B.
y
MPa. (b) Bagaimana PP berubah jika tegangan tarik awal
diperbesar menjadi 1 00 MPa?
*2.1 2-9 Struktur yang terlihat dalam gambar terdiri atas kabel 1ebih panjang daripada lainnya apabi1a digantung
batang kaku horizontal AB yang ditumpu oleh dua kawat dan secara terpisah belum dibebani. Perbedaan panjang-
baja, satu panjangnya L dan lainnya panjangnya 2L. nya adalah d =100 mm. Kabel-kabe1 ini terbuat dari
Kedua kawat mempunyai luas penampang A dan terbuat baja yang mempunyai diagram tegangan-regangan
dari bahan elastoplastis dengan tegangan luluh a dan
y
e1astop1astis dengan a, = 500 MPa. Asumsikan bahwa
modulus elastisitas E. Beban vertikal P bekerja di ujung berat W secara perlahan-1ahan ditambah dengan menam-
B dari batang tersebut. (a) Tentukan beban luluh PY dan bahkan bahan ke dalam wadah. (a) Tentukan berat Wy
peralihan 8, di titik B. (b) Tentukan beban plastis PP dan yang pertama kali menghasilkan luluh di kabe1 yang lebih
peralihan 8P titik B. (c) Gambarlah diagram beban- pendek. Juga, tentukan perpanjangan 8Y pada kabel yang
peralihan dengan beban P sebagai ordinal dan peralihan 1ebih pendek. (b) Tentukan berat WP yang menghasilkan
88 di titik B sebagai absis. luluh pada kedua kab.:l. Juga tentukan perpanjangan 8P
dari kabe1 yang lebih pendek, apabila beban W tepat
mencapai WP. (c) Buatlah diagram beban-peralihan yang
menunjukkan berat W ebagai ordinal dan elongasi 8 di
kabel yang lebih pendek ebagai absis. (Petunjuk: Dia-
gram beban-pera1ihan bukan merupakan garis 1urus
tunggal di daerah 0 � W � lr . 1
ClJ 2L
2.1 2-1 1 Sebuah tabung lingkaran berlubang T yang
panjangnya L = 15 in. ditekan secara seragam oleh gaya
P yang bekerja mela1ui p1at kaku (lihat gambar). Dia-
meter 1uar dan da1am tabung masing-masing adalah 3,0
in. dan 2,75 in. Batang lingkaran solid konsentris B yang
tris,
**2. memikul beban
12-1 2 Tiga P (Iihat
batang baja,gambar). Luassecara
yang tersusun penampang
sime-
-
3