Anda di halaman 1dari 32

5.

1 Prosedur Kerja dan Standar Keselamatan


5.1.1 Menyusun prosedur kerja yang mengatur petunjuk cara kerja aman
PT. ABCdalam melakukan pengendalian risiko dari setiap kegiatan operasional menerapkan,
mengawasi, dan memelihara antara lain, namun tidak terbatas pada:
1. Metode kerja dan handling peralatan secara aman
2. Cara kerja aman (Safe Work Practice ) terhadap aktivitas pekerjaan yang memiliki potensi bahaya
kritis sesuai CLSR Pertamina.
3. Pemeriksaan/ inspeksi dan/ atau sertifikasi peralatan
4. Persyaratan kualifikasi Operator yang mengoperasikan peralatan
5. Standard keselamatan yang berlaku
6. Intervensi terhadap perilaku dan kondisi Sub Standard yang terjadi
5.1.2 Menyusun program untuk mensosialisasikan prosedur kerja dan standard keselamatan
yang berlaku.
Lampiran 5.1:
- Prosedur Kerja
- Instruksi Kerja
- Inspeksi Peralatan
- Sertifikat Welder
- List Regulasi
- HIRADC Instruksi Kerja
- Prosedur Pelaporan Sumber Bahaya
- Rencana HSSE Meeting

1
5.1.1 lampiran

S.O.P CARA MENGANGKAT BARANG / BEBAN MANUAL


(011/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Tips dalam melakukan pengangkatan secara Manual:

1. Sebelum anda akan mengangkat benda  lakukan pemeriksaan  mengenai berat dan  selalu


lakukan pengetesan untuk stabilitas
2. Ketika anda akan mengangkat beban pastikan beban tersebut berada didekat / zona angkat tubuh
anda, letak kaki harus mantap pastikan pijakan kaki anda tidak dalam keadaan miring  idealnya jarak
antara kaki (20-30 centimeter) akan memberi posisi seimbang. Posisi kaki yang berada dekat dengan
beban yang akan diangkat akan mengurangi beban otot punggung;
3. Tekuklah lutut anda lalu berjongkok serta pastikan tulang punggung harus tegak, berdirilah
dengan menekankan kaki agar beban diserap oleh otot kaki dan beban harus didekap tubuh anda.
4. Pandangan harus bebas dari hambatan dan gerakkan tubuh anda menurut perubahan letak kaki
untuk menambah kenyamanan anda pastikan keadaan tempat kerja rapi agar tidak ada gangguan,
pastikan beban angkat berada di sekitar tubuh anda dan jangan memutar tubuh anda.
5. Istrahat apabila anda sudah merasa letih dan Apabila anda merasa berat maka panggillah rekan
anda untuk membantu  anda.

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH YANG SESUAI ASPEK K3LL

Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas
tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti
gunung api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources).
Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi (a) senyawa pencemar primer, dan
(b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang
langsung dibebaskan dari sumber sedangkan senyawa pencemar sekunder adalah senyawa
pencemar yang baru terbentuk akibat antar aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada
di atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering

2
dikaitkan dengan pencemaran udara ialah : karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx)
oksida sulfur (SOx), hodrokarbon (HC), dan partikulat (debu).

Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6(enam)
sumber utama, yaitu :
1. Pengangkutan dan transportasi
2. Kegiatan rumahn tangga
3. Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4. Pembakaran sampah
5. Pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. Pembakaran bahan bakar dan emisi proses

Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal tersebut
akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan
sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang
paling penting adalah kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pengendalian pencemaran adalah karakteristik dari pencemaran dan hal
tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan,
kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis lingkungan.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pengendalian pada sumber pencemar
2. Pengenceran limbah gas.
Prosedur Operasi Standar (SOP) Lembar Data Keselamatan (MSDS)

Cakupan: SOP ini telah dikembangkan untuk semua personel PT.Cahaya Permata Sakti Abadi atau Sub
kontraktor di tempat yang akan terlibat dalam memesan dan menerima produk yang disertakan dengan
MSDS. Proses ini harus diikuti sesuai SOP dan menghasilkan katalog yang efisien oleh departemen
safety . petugas harus mengawasi dan membantu dalam proses tersebut. SOPnya adalah sebagai
berikut:

Saat memesan produk baru, minta Pengawas untuk menyertakan MSDS dengan pesanan.

1.0 Saat menerima produk baru dari vendor atau Toko , mintalah MSDS barang atau material tersebut.

1.1 Jangka waktu penggunaan setiap produk perlu dicatat. Cap tanggal MSDS dengan tanggal
kedatangan di Lokasi Kerja

2.0 Referensi silang tanggal revisi pada MSDS (terletak di halaman depan) dengan tanggal revisi saat ini
yang tercantum pada MSDS di MSDS online.

3.0 Jika kedua tanggal sama, buang MSDS duplikat baru.

3
4.0 Jika MSDS adalah untuk produk baru atau memiliki tanggal revisi baru untuk produk yang sudah ada,
hal berikut harus diperhatikan

x 4.1 Mengirim MSDS ke HSE / Safetyman . Safetyman harus menjelaskan


x 4.2 Perbarui daftar inventaris bahan kimia (spreadsheet katalog) jika ada yang baru
x 4.3 Buat daftar produk baru atau produk yang baru direvisi dan Konsultasikan dengan HSE/Safetyman
terkait bahaya dan Penanganan nya

5.0 Ini akan menjadi tanggung jawab perwakilan komunikasi bahaya departemen atau
direktur departemen atau ketua untuk mengelola katalog pemeliharaan MSDS dan daftar inventaris
bahan kimia.

6.0 Petugas HSE secara berkala akan memeriksa katalog MSDS . Jika timbul masalah, petugas HSE
harus menghubungi Direktur atau Manager HSE untuk di tindak lanjuti ke vendor/Toko.

S.O.P PENGGUNAAN PALU DAN HAND TOOLS


(017/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Palu adalah jenis peralatan tangan (hand tools) yang tidak menggunakan sumber energi lain dan hanya
digunakan dengan kekuatan tangan.

Pada umumnya, terdapat tiga jenis palu yang biasa digunakan di tempat kerja: 
1. Ball Pein; adalah palu dengan bentuk seperti setengah bola atauujung bundar. 
2. Cross Pein Straight Pein; palu dengan kepala seperti kaleng pada ujungnya yang satu dan lancip pada
sisi yang lain. 
3. Straight Pein; palu dengan kepala bulat seperti kaleng 

Berikut ini beberapa tips mengenai Cara menggunakan palu yang aman 
1. Jangan memukulkan satu palu dengan palu yang lainnya, permukaan palu yang keras bisa retak dan
serpihannya terbang mengenai anggota tubuh. 
2. Jangan menggunakan palu yang gagangnya kendor. Kepala palu bisa terlepas, terbang dan mengenai
diri sendiri maupun teman kerja disekitar Anda. 
3. Palu selalu diperiksa untuk memastikan kepala palu-nya kencang dan gagangnya dalam keadaan baik. 
4. Bila memalu, genggamlah gagangnya dengan kuat agar tidak terlepas. 
5. Sebelum menggunakan palu, pastikan area disekitarnya aman dari berbabagai bentuk gangguan. 
6. Tempatkan palu di meja atau bangku kerja dengan baik, jangan terlalu ke pinggir, karena kaki bisa
kejatuhan palu dan mengakibatkan cedera. 
7. Palu bisa melayang apabila Anda tidak menggunakannya dengan benar. 

4
 

S.O.P PENGGUNAAN SCAFFOLDING


(018/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Berikut ini adalah persyaratan umum yang harus diatasi ketika melakukan perencanaan  danpemasangan perancah
scaffolding untuk digunakan oleh pekerja:
 Ketinggian sistem perancah harus tidak lebih dari 3 “lift”
 Perancah dan komponen-komponennya akan, tanpa runtuh, dapat membawa setidaknya 4 kali maksimum yang diizinkan
beban kerja. Jangan Overload;
 Penggunaan perancah yang tidak vertikal dilarang,
 Material dari perancah yang digunakan harus dalam kondisi baik dan diperiksa dengan teratur;
 Hal ini tidak diizinkan untuk menghilangkan bagian dari perancah tanpa persetujuan terlebih dahulu,
 Platform scaffold tidak akan bersandar atau menggantung di pagar yang dapat dengan mudah dipindahkan;
 Tangga dan perangkat lain untuk mendapatkan ketinggian tidak boleh digunakan di atas perancah
 Perancah yang harus dibangun di atas permukaan yang datar dimana mampu mendukung berat maksimum
dimaksudkan;
 Untuk perancah yang akan didirikan di kisi-kisi, standar harus berlapis untuk mendistribusikan berat;
 Perlindungan terhadap cuaca, seperti lembaran/kelambu, tidak akan terikat dengan ketinggian perancah   kecuali dijamin
dengan struktur independen yang mampu menahan pekerja oleh angin.
Perawatan dalam pemasangan perancah / platform  harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Scaffold tidak harus menghalangi jalan keluar, yang menghambat proses evakuasi
 Daerah kerja harus cukup lebar (setidaknya 650 mm lebar) untuk memberikan jalan yang jelas;
 Sebuah cara yang aman untuk akses dan jalan keluar (biasanya dengan tangga) harus disediakan;
 Semua tangga akses harus sesuai dan diikat dengan kuat ke struktur perancah;
 Karena pertimbangan yang diambil untuk loading dan dekat dengan bahaya seperti memindahkan mesin, peralatan
listrik, dll .;
 Di mana ada bahaya personil terhadap benda-benda yang terjatuh, maka penutup pelindung harus didirikan antara papan
kaki dan pertengahan rel;
 Good housekeeping daerah perancah dan platform harus dipelihara untuk mencegah tergelincir, tersandung dan jatuh.
Semua tumpahan dan puing-puing harus dibersihkan segera.
Pemasangan dan Pembongkaran Perancah (Scaffolding):

5
 Mendirikan dan pembongkaran scaffolding yang benar harus dilakukan hanya dengan disetujui scaffolders yang memiliki
sertifikat yang sah, dan personil tidak memenuhi syarattidak boleh mendirikan atau melakukan pembongkaran scaffolding.
 Semua perancah harus dilengkapi dengan pegangan tangan untuk memastikan keamanansaat berada di ketinggian untuk
mencegah personil jatuh.
Sistem inspeksi
Setiap perancah harus diperiksa segera setelah didirikan dan sekali setiap 7 hari atau setelah
ada perubahan, modifikasi atau setelah terpapar kondisi cuaca buruk.
S.O.P PENGGUNAAN GERINDA
(020/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Cara Menggerinda dengan Aman


Saat proses menggerinda, posisikan badan dengan nyaman dan aman. Selalu gunakan kedua tangan
untuk memegang mesin.

Jangan menekan mesin terlalu keras ke benda kerja, karena akan mengakibatkan mesin bekerja
dengan berat. Biasanya ini dikarenakan batu gerinda yang tidak tajam. Dengan begitu daya listrik
yang dipakai akan lebih besar. Ini akan menjadi sebuah kerugian bagi Anda sebagai pengusaha.

Gunakanlah batu gerinda yang tajam, berkualitas prima dan anti selip. Maka proses pengerjaan
akan menjadi lebih efisien, hemat listrik, dan hemat waktu.

Perhatikan jarak aman material yang digerinda dengan tanah. Jadi saat material dipotong tidak
jatuh terlalu tinggi dari posisi pemotongan yang dapat mengakibatkan cedera kaki.

Arahkan percikan api dengan benar dan jauh dari orang di sekitar Anda. Beberapa material
mungkin tidak menghasilkan percikan api saat proses menggerinda, namun sisa potongan kecilnya
tetap berbahaya karena panas dan dapat mencederai orang disekitar Anda. Setiap mesin gerinda
pasti terdapat petunjuk arah berupa tanda panah yang menunjukkan kemana arah buang percikan
api.

Jangan ambil risiko menggunakan batu gerinda yang asal murah. Perhatikan kualitasnya, karena ini
sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dan efisiensi waktu dan daya.

Setelah selesai menggerinda, tunggu sampai batu gerinda berhenti total. Kemudian letakkan mesin
gerinda di permukaan yang datar dengan batu gerinda berada diatas (mengarah ke atas). Ini untuk
mengantisipasi bila mesin tidak sengaja menyala, maka batu gerinda yang berputar tidak mengenai
benda apapun.

Cabut kabel mesin dari stop kontak bila sudah tidak akan digunakan lagi dalam jangka waktu lama
atau saat sedang mengganti batu gerinda.

Simpan Mesin Gerinda dengan aman.

6
S.O.P PEKERJAAN PENGELASAN
(023/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Prosedur Standart:
1. Pasang kabel listrik pada bahan yang akan dilas
2. Pada kabel untuk mengelas pasang kawat las
3. Pakai kompresor udara pada saat akan mengelas
4. Pada saat akan mengelas (dibawah air) arahkan kompresor udara pada bahan yang akan dilas bersamaan dengan
diaplikasikannya kawat las pada bahan yang akan dilas. Tujuan kompresor udara tersebut adalah untuk memberi
ruang kontak antara kawat las dengan bahan yang akan dilas.

Tata Laksana :
1. Menyiapkan material untuk pengelasan.
1.1 Persyaratan pengelasan ditentukan berdasarkan spesifikasi pekerjaan pengelasan
1.2 Material disiapkan dengan benar dengan menggunakan perkakas dan teknik
1.3 Material dipasang/diletakkan sesuai spesifikasi, bilamana diperlukan.
2. Mengeset mesin las dan barang-barang yang digunakan
Mesin las dan barang-barang yang digunakan diidentifikasi berdasarkan prosedur pengelasan yang telah ditentukan
dan spesifikasi dan/atau gambar-gambar teknik.
3. Menghubungkan dan mengeset peralatan pengelasan.
1. Peralatan pengelasan dihubungkan dan diset dengan aman dan benar berdasarkan prosedur operasi
standar
2. Percobaan dilakukan dan diperiksa berdasarkan spesifikasi
4. Mengidentifikasi metoda pencegahan distorsi (pergeseran).
1. Metoda pencegahan distorsi ditentukan
2. Tindakan yang tepat dilakukan untuk mengurangi dan memperbaiki distorsi
5. Mengelas sambungan dengan proses las bawah air yang benar
1. Las pengisi (pad), horizontal (butt) dan vertical (fillet) dilakukan dengan benar pada posisi datar dan las
vertical (fillet) pada posisi horizontal sesuai dengan spesifikasi.
2. Sambungan las dibersihkan menurut spesifikasi dengan menggunakan teknik dan peralatan yang tepat.
6. Memeriksa sambunagn las
1. Sambungan las diperiksa secara visual sesuai spesifikasi
2. Cacat pengelasan diidentifikasi
7. Memperbaiki kerusakan/cacat pengelasan
1. Melakukan tindakan perbaikan bilamana diperlukan
2. Cacat pengelasan dihilangkan dengan meminimalkan kerugian kekuatan logam dengan menggunakan teknik
dan peralatan yang tepat.
8. Membuat catatan pengelasan
Catatan pengelasan dibuat sesuai dengan prosedur operasi standar.

S.O.P PEKERJAAN HOUSE KEEPING


(017/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Langkah langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan house keeping , sebagai berikut :

7
1. Petugas house keeping menggunakan seragam yang mudah dilihat seperti
menggunakan rompi/safety vest atau menggunakan seragam yang mempunyai
scotchlite yang baik
2. Utamakan area area yang dilalui untuk evakuasi (memudahkan proses evakuasi)
3. Sisa sisa material yang akan dibuang haruslah telah mendapat persetujuan
pengawas
4. Jangan mengangkat beban yang terlalu berat, sesuai dengan kemampuan atau
menggunakan alat kerja bantu
5. Hindari area area yang berbahaya selama berlangsungnya pekerjaan Kegiatan
house keeping tidak boleh mengganggu proses pekerjaan

S.O.P PEKERJAAN HYDROSTATIC TEST


(032/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

 1.Lingkup
Prosedur ini menjelasakan cara-cara kebutuhan dasar unruk melakukan pengujian dengan tekanan atau Hydrostatic Test terhadap
Pipa pada pekerjaan tersebut di atas.

   2.Code & Standard


Semua pengujian Hydrostatic Test akan dikerjakan menurut standard sebagai berikut :
- ASME SEC.IX      -   Standard for Pipe Refenery
-  ANSI              -  American National Standard Institut   B 31 8            

 3.Program Test
Uji Tekan pada Flow Line dapat dilaksanakan apabila :
- Pekerjaan Konstruksi jalur pipa telah selesai seluruhnya
- Hasil Penyambungan Pipa telah dinyatakan baik dan diterima oleh USER
- Prosedur Pengujian yang diajukan oleh sub-kontractor sudah  disetujui
- Air yang dipakai adalah air tawar / air bersih yang di test kadar PH nya tidak boleh lebih 6

8
  4.Persiapan Test
      Adapun urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain :
   1.Pembersihan bagian dalam pipa dengan menggunakan angin / udara  dari  Compressor. 
    2.Pengisian pipa dengan air bersih / air tawar yang telah disetujui oleh USER
    3.Menaikan tekanan sesuai dengan spesifikasi
    4.Peralatan (Instrument) untuk mencatat data-data selama Hydrostatic Test dilaksanakan

  5.Hydrostatic Testing / Pelaksanaan Pengujian Dengan Hydrostatic


    1.Sebelum dilakuan pengetesan yang diperiksa jalur pipa yang akan di test, apakah sudah selesai      sesuai yang direncanakan
    2.Area dimana jalur pipa yang akan di test harus diberi tanda atau batas yang jelas dan hanya petugas yang berwenang yang boleh
masuk daerah tersebut.
    3.Pompa air akan dipakai untuk mengisi air kedalam pipa dengan jumlah yang cukup.
       4. Pelaksanaan Test dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
   1.  30% Holding Time 15 menit
  2.  75% Holding Time 15 menit
   3.  100% Holding Time 6 Jam
   5..Nilai tekanan pada kedua Pressure Gauge dicatat
   6. Selama tekanan 100% Pressure Test agar dilakukan pemeriksaan    kemungkinan adanya kebocoran pada sambungan-sambungan
antara lain sambungan pipa, Flange to flange, Blind Flange dll.
  7.Dalam pengetesan digunaka 1 (satu) Pressure Gauge  (telah dikalibrasi) dengan range pressure gauge 1½ sampai max. 2 X Pressure
Test dan 1 (satu) temperatur gauge dengan range 0  150°F
   8.Bila terjadi kebocoran maka tekanan didalam pipa harus dilakukan secara bertahap sampai titik  atmosphere, selanjutnya
dilakukan perbaikan pada kebocoran tersebut.
   9.Sesudah perbaikan dilakukan, pengujian diulangi lagi mulai butir 6 dan 7 sampai pengujian baik   dan diterima USER.

6.Record
  Data-data pengetesan / Hydrostasic Test harus tercatat tanggal dan waktu pelaksanaan nya.

S.O.P PENGGUNAAN CHAIN BLOCK


(053/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Hal-Hal yang perlu diperhatikan untuk dihindari dalam penggunaan Chain Block
1. Hindarkan dari zat-zat kimia berbahaya, khususnya zat asam.
2. Jangan menggunakan Chain Block untuk mengangkat beban yang melibihi kapasitas Chain block tersebut.
3. Jangan menggunakan Chain Block untuk mengangkat manusia.
4. Jangan palu sling saat memasang atau saat maintenance.
5. Jangan memasukkan kait hook pada link rantai.
6. Hindari sling menggantung pada Hook.
7. Jangan mengangkat beban yang lebih tinggi dari yang diperlukan.
8. Jangan melebihi batas beban hoist.
9. Jangan meninggalkan beban menggantung pada hook chain block saat tidak sedang dioperasikan.
10. Jangan mengganti panjang rantai tanpa ada persetujuan dari supplier.
11. Jangan menggunakan Chain Block di Lapangan tanpa mengetahui petunjuk penggunaannya.
12. Jangan melempar, menggeser dan menjatuhkan Chain Block.
13. Hindari pelumuran oli atau gemuk sampai mengenai sistem pengeremannya (brake system).
14. Hindarkan Chain Block kontak langsung dengan air, cipratan air dan uap.

Cara penggunaan Chain Block yang baik dan benar


1. Jangan pernah mengoperasikan alat ini tanpa training terlebih dahulu.

9
2. Jangan menggunakan block, sling dan aksesoris lain yang rusak dan jangan pernah menggunakan rantai
block sebagai sling.
3. Periksa terlebih dahulu apakah block telah terpasang dengan benar, serta pastikan rantai tidak memutar
sebelum chain block digunakan.
4. Periksa terlebih dahulu apakah barang saat diangkat bisa bergerak bebas atau tidak. Dan juga pastikan alas
untuk mendaratkan barang telah disiapkan.
5. Saat ingin meningkatkan beban, hentikan dulu pekerjaan untuk memeriksa integritas block, slinging method
dan lain-lain.
6. Dorong beban pelan-pelan (A). Jika memang perlu ditarik, tariklah dengan tali (B). 
7. Periksa jalur pengangkatan dan pemidahan barang sebelum chain block diaplikasikan, apakah jalur sudah
aman atau tidak. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kecelakaan atau tabrakan barang dijalurnya saat
pengangkatan atau pemindahan.
8. Jaga jari-jari kaki dan lain-lain sebelum menurunkan barang agar tidak menimpa.

PROGRAM PEMBELAJARAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API


RINGAN

Alat Pemadam Api Jenis Carbon Dioxide (CO2)


Alat Api Api Jenis Carbon Dioxide (CO2)

Alat Pemadam Api Jenis Carbon Dioxide (CO2) merupakan alat pemadam yang menggunakan
CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan pemadam. Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan
karbon dioksida dan partikel COP padat pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan
untuk area dimana terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti
instrument laboratorium, server, komputer, dsb.  Jenis pemadam ini tidak boleh digunakan pada
area confine space atau basemen karena awan karbon dioksida dapat membahayakan bagi
personel kebakaran itu sendiri.  Jenis pemadan CO2  ini juga tidak boleh digunakan untuk
kebakaran bahan logam atau metal.

10
alat pemadam api jenis carbon dioxide (CO2)

Co2 adalah Senyawa/bahan kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon + 2 atom oksigen, yang
dapat dihasilkan baik dari kegiatan alamiah maupun kegiatan manusia.

 Dapat digunakan memadamkan kebakaran kelas B dan C karena merupakan bahan gas, Co2


tidak merusak, dengan daya guna yang efektif dan bersih.
 Sangat efisien serta efektif digunakan dalam ruangan seperti kantor, lab dan ruangan lainnya.
 Carbon Dioxide (Co2) dapat menyerap panas dan sekaligus mendinginkan.
 Konstruksi tabung dirancang khusus untuk menahan tekanan tinggi dan dilengkapi dengan
selang yang panjang dengan nozzle yang berbentuk corong.
 Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

Sangat cocok untuk memadamkan api yang terjadi akibat korsleting listrik. karena bersih dan
aman untuk alat listrik khususnya.

S.O.P PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN


(002/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Cara Penggunaan Apar :


Jenis-jenis Apar :
1. Ambil APAR dari tempatnya
2. Bebaskan selang dari jepitannya 1. APAR Jenis Air
3. Cabut pin pengaman 2. APAR Jenis Tepung Kimia
4. Pegang nozzle dengan tangan kiri arahkan 3. APAR Jenis Busa
keatas 4. APAR Jenis CO2
5. Tekan katup/handle (untuk tes alat) 5. APAR Jenis Hallon
6. Ambil jarak ideal ± 4 meter dibelakang arah
angin
7. Arahkan nozzle ke sumber api
8. Sapukan dimulai dari api yang terkecil

BUKA KUNCI PENGAMAN TEKAN (REMAS) GENGGAMAN 

AMBIL JARAK & SUDUT IDEAL ARAHKAN KE SUMBER API &

11
SAPU SECARA PERLAHAN

S.O.P PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(001/ SOP-HSE/ CPSA /2021)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk
melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. Alat pelindung diri berfungsi mengisolasi tubuh pekerja
terhadap keterpaan bahan kimia berbahaya
1. Perlindungan Mata dan Wajah.
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan oleh pemakai dikala
bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai
akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari :
 Kacamata pelindung
 Goggle
 Pelindung wajah
 Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan
wajah dari radiasi dan bahaya laser). Walaupun telah banyak model, jenis, dan bahan dari perlindungan
mata tersebar di pasaran hingga saat ini, tetapi harus berhati-hati dalam memilihnya, karena bisa saja
tidak cocok dan tidak cukup aman melindungi mata dan wajah Anda dari kontaminasi bahan kimia yang
berbahaya.
2. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas laboratorium ini,
merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium
yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan
sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium, kancing jas
laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas
dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum
mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium Anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,
lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits. Apron sering kali
digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi. Perlengkapan yang
berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari karet atau plastik.Untuk apron yang terbuat dari
plastik, perlu digarisbawahi, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-
bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat
mengakumulasi loncatan listrik statis.

12
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi
beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang
sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan
perlindungan badan ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari
percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.
3. Pelindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila Anda terpapar bahan
kimia yang korosif dan beracun. Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan
kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecah atau
rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin.
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang dipakai jika tidak dipilih bahannya dengan
benar berdasarkan bahan kimia yang ditangani. Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada
ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit tangan. Sarung tangan harus
secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani.
Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene,
nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia
yang akan ditangani. Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet alam baik apabila Anda
bekerja dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja dengan Dietil eter.
4. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat pernafasan.
Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan.
Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek
kontaminasi tersebut.
Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal
dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi,
kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter
pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa
pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia haruslah mengerti
pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia. Selain itu, setiap APD yang
dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai
dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD merupakan solusi
pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi,
tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan kimia

5.       .     Alat Pelindung Kaki ( Sepatu )


                Untuk melindungi kaki dari tumpahan bahan kimia korosif/beracun, sepatu biasa yang bertumit
rendah dan tidak licin dianjurkanuntuk digunakan. Karena jika menggunakan sandal atau sandal sepatu
zat akan terkena langsung di kaki. Penggunaan yang lebih aman yaitu dengan penggunaan safety boot
yang sering digunakan pada industry.

13
Direktur

S.O.P PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


(022/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

Tujuan utama pertolongan adalah untuk :


• Mempertahankan penderita tetap hidup
 
• Membuat keadaan penderita tetap stabil
 
• Mengurangi rasa nyeri, ketidak 
-nyamanan dan rasa cemasSangat penting untuk mengetahui tahap
 – 
tahap pemberian pertolongan pertama, terutamapada keadaan yang membahayakan jiwa. Misal dimana
denyut jantung dan pernapasan telahberhenti, pendarahan, tersedak, tenggelam, tersengat aliran
listrik, dan keracunan. Idealnya,pemberi pertolongan pertama sebaiknya pernah mengikuti kursus cara
 – 
cara pertolonganpertama. Tetapi setiap orang, baik telah mengikuti kursus atau belum, seharusnya
berusahauntuk memberikan pertolongan pertama pada kasus gawat darurat dimana jiwa
penderitaterancam. Baca dan pelajari langkah
 – 
langkah yang harus dilakukan dalam keadaan yangmengancam jiwa seseorang, dan lakukan dengan tenang dan
penuh percaya diri.Tahapan
 – 
tahapan penting dalam P3KPada keadaan gawat darurat, berikan pertolongan pertama dengan urutan
sebagai berikut :(Ingat bila pernapasan berhenti dalam 2-3 menit akan terjadi kerusakan otak dan dalam 4-
6menit akan terjadi kematian)1. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter / ambulan,
sementara andamelakukan pertolongan pertama.2. Periksa pernapasan. Bila berhenti, segera mulai dengan
pernapasan (resusitas) mulut kemulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernapas kembali
kecuali padapenderita kasus tersedak.3. Periksa adanya pendarahan hebat. Bila ada, hentikan
pendarahan.4. Bila menduga adanya cedera tulang belakang, jangan merubah posisi penderita.
(Cederatulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintasyang
serius, atau mengalami rasa kebal / hilang rasa / tidak bisa menggerakkan anggota tubuhatas ataupun
bawah).5. Bila penderita pingsan tetapi pernapasan normal tanpa cedera tulang belakang, baringkandalam
posisi istirahat.6. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian
dantidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang dankeadaan
penderita cukup stabil, bawa penderita ke unit gawat darurat di rumah sakit / Puskesmas
terdekat.Resusitas dari mulut ke mulutPenolong bisa melakukan langkah
 – 
langkah :1. Baringkan penderita terlentang pada alas yang keras.2. Tolong lehernya, dan tengadahkan kepala supaya
jalan napas lurus.3. Buka mulut dan angkat setiap sumbat (termasuk gigi palsu) dengan jari
 – 
jari Anda.4. Pencet hidung sampai tertutup.5. Ambil napas panjang, dan tutupkan mulut Anda ke mulut
penderita.6. Hembuskan napas kuat
 – 
kuat ke dalam mulut penderita cukup stabil, bawa penderita keunit gawat darurat di rumah sakit /
Puskesmas terdekat.Baca dan pelajari langkah

14
 – 
langkah yang harus dilakukan pada keadaan yang mengancam jiwa dan lakukan dengan tenang serta penuh percaya
diri.Resusitas jantung paru
 – 
paru (Cardiopulmonary Resuscitation/CPR)Ini adalah langkah
 – 
langkah penyelamatan jiwa seseorang dimana denyut jantung telah

berhenti. CPR adalah kombinasi dari masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut.Untuk
melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah mengikuti latihan sehingga berkurangkemungkinan
Anda melakukan kesalahan yang malah bertambah cedera pada penderita.Instruksi di bawah ini adalah
untuk penyegaran kembali :Apa yang bisa dilakukan penolong1. Berlutut di samping penderita.2. Letakkan
dasar telapak tangan pada dasar telapak tulang dada, dan tumpangkan dasartelapak tangan Anda yang lain di
atas telapak tangan yang pertama. Jari
 – 
jari tangan janganmenyentuh dada.3. Dengan lengan yang lurus, condongkan badan ke muka sehingga bahu Anda di atas
tulangdada penderita.4. Tekan tulang dada ke bawah sampai 4-5 cm pada orang dewasa.5. Dengan kedua tangan
tetap di dada penderita, condongkan badan ke belakang dan biarkantulang dada penderita kembali ke
posisi normal.

Prosedur Sistem Ijin Kerja Aman (SIKA)


005 / SOP – HSE / CPSA /2021

1. TUJUAN
Pada prinsipnya semua pekerjaan yang beresiko bahaya hanya boleh dilakukan oleh pekerja yang sudah
kompeten dan mengerti prosedur kerja aman serta harus dalam pengawasan. Prosedur ini disusun untuk
menyediakan Ijin Kerja dan dokumen pendukung untuk digunakan pada aktifitas kritikal di area kerja.

15
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup filosofi dan penggunaan Ijin Kerja yang terkait dengan aktivitas kritikal di PT. ABC
dan atau perusahaan Client.

3. TANGGUNG JAWAB
Pengawas K3LL harus memastikan tujuan dan pengoperasian Prosedur Ijin Kerja dipahami oleh personil
yang membutuhkan penggunaannya, atau oleh orang lain yang dapat terimbas oleh kerja yang dikendalikan
oleh Ijin Kerja.

4. DEFINISI
Tidak ada.

5. REFERENSI
Prosedur Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko

6. PROSEDUR
6.1 Ijin Kerja
Prosedur Ijin Kerja ini merupakan penjelasan formal tertulis dari sistem yang digunakan untuk
mengendalikan kerja khusus yang berpotensi bahaya. Hal-hal penting dari prosedur Ijin Kerja ini
adalah:
 Pendefinisian yang jelas siapa yang berwenang terhadap pekerjaan-pekerjaan khusus,
 Siapa yang bertanggung jawab untuk menentukan tindakan pencegahan,
 Instruksi dan pedoman untuk pemberian dan penggunaan Ijin Kerja,
 Pemantauan keefektifan sistem tersebut.
6.2 Kegiatan Kerja yang membutuhkan Ijin Kerja Aman
Harap dicatat bahwa kegiatan kerja yang membutuhkan Ijin Kerja tidak seluruhnya masuk dalam
daftar ini. Kegiatan kerja tambahan dimasukkan apabila dalam Penilaian Resiko diidentifikasi sebagai
bahaya yang berpotensi, yang harus dilengkapi dengan Ijin Kerja.

 Pekerjaan yang menimbulkan sumber api seperti pemotongan, mengelas dan menggerinda .
 Mengerjakan peralatan listrik untuk perbaikan, atau peralatan yang disiapkan untuk perbaikan,
 Mengerjakan mesin-mesin untuk perbaikan, atau disiapkan untuk perbaikan,
 Bekerja pada ketinggian, yang berpotansi jatuh.
Bentuk “Ijin Kerja” mengacu pada formulir yang digunakan untuk mengendalikan tugas-tugas yang
dipertimbangkan berbahaya. formulir tersebut berupa dokumen tertulis yang didukung oleh Penilaian

16
Resiko dan checklist yang memberikan wewenang personil untuk melaksanakan pekerjaan khusus,
dalam waktu tertentu dan terikat dengan waktu, dan menentukan langkah pencegahan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Formulir Work Permit berlaku hingga 12 jam, dimana
lebih dari waktu tersebut Ijin Kerja harus diperpanjang.
6.3 Kebutuhan Dokumen Pendukung pada Ijin Kerja
Beberapa macam pekerjaan membutuhkan pengendalian yang komprehensif dan batasan pencegahan
yang tercakup pada Ijin Kerja. Pengendalian dan pencegahan tersebut akan dijelaskan dalam dokumen
/ checklist yang mendukung dan terkait dengan Ijin Kerja.
6.5 Ijin Kerja Pada Ketinggian
 Memastikan kelengkapan APD dan kondisi dari kesehatan operator dan pekerja dalam
keadaan fit untuk melakukan aktifitas
 Ketinggian yang diperbolehkan Safety akan dipertimbangkan dimana keberadaan potensial
seseorang untuk jatuh adalah pada ketinggian lebih dari 2 meter
 Setiap pekerjaan yang melibatkan bekerja di ketinggian tidak boleh dilakukan tanpa
pengawasan dari petugas yang berwenang, baik untuk kegiatan rutin mapun yang tidak rutin
 Pastikan semua pekerja dalam kondisi fit sebelum bekerja diatas ketinggian (lakukan
pemeriksaan)
 Hanya Personel yang telah ditraining yang dapat bekerja diatas ketinggian
 Memastikan barricade dan safety sign telah terpasanga agar tidak ada pekerja yang melintasi
dan melewati daerah tersebut selama melakukan aktifitas
 Pagar pengaman yang kuat dan penahan benda jatuh (dan, jika diperlukan penahan bagian
tengah) di sekeliling semua lobang dan sudut-sudut lantai kerja, Tali, sabuk pengaman dan
penahan tubuh dicantolkan ke titik penahan atau tali penyelamat – penahan tubuh harus dipakai
jika resika jatuh sangat tinggi.
 Sangatlah penting ketika sabuk pengaman dipakai, maka tali pengaman harus diikatkan pada
bagian gedung yang cukup kuat menahan berat pekerja, jika mereka jatuh. Tali pengaman pada
sabuk pengaman atau penahan tubuh harus diikatkan ke struktur bangunan atau ke titik khusus
yang disiapkan untuk itu.
 Tempat kerja dimana tali pengaman diikatkan harus cukup tinggi dan nyaman terhadap
posisi pekerja. Jarak jatuh harus dibuat sependek mungkin
 Tangga : Jika tangga digunakan, maka harus diletakan pada tepi yang tepat (bagian bawah
berjarak 1 meter dari dinding, untuk setiap 4 meter ketinggian), Bagian atas harus diikat dan lebih
baik jika bagian bawah juga diikat., Harus menonjol 1 meter diatas lantai kerja, Kedua tali
penahan harus rata / lurus dilantai atau ditanah dan dicegah dari tekukan, Inspeksi tangga harus
dilakukan secara berkala. Tangga yang rusak harus disingkirkan

17
 Kembalikan material yang digunakan ke tempatnya dengan menggunakan alat bantu/ berdua
lebih dari satu
7. LAMPIRAN
7.1. Formulir Ijin Kerja Aman

Prosedur Observasi Inspeksi K3LL


019 / SOP – HSE / CPSA /2021

1. TUJUAN
 Mengidentifikasi tempat-tempat kerja yang berpotensi menimbulkan kondisi bahaya.
 Menunjukkan pada semua pekerja agar memiliki perhatian yang tinggiterhadap K3LL.
 Memastikan pemenuhan terhadap persyaratan pemerintah, dan pelanggan.
 Menemukan dan memperbaiki peralatan yang tidak seharusnya, atau tidak sesuai, atau praktek-praktek
kerja yang perlu dilaksanakan.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini menjelaskan kegiatan observasi dan inspeksi yang dilakukan oleh perusahaan di PT.
ABC( CPSA )

3. TANGGUNG JAWAB
3.1. K3LL Officer dan anggota team lainya melaksanakan Observasi, dan Inspeksi
K3LL secara tetap.
3.2. Frekuensi dari inspeksi K3LL dilakukan minimal 1 bulan 2 kali, dan pelaksanaan
aktivitas observasi dan inspeksi K3LLini akan dimonitor oleh Manager K3LL.
3.3. Tim Manajemen akan mendukung pelaksanaan Observasi dan Inspeksi di seluruh area secara
terjadwal.

4. DEFINISI
4.1. Kartu Pemantauan K3LL adalah catatan pengamatan tentang
semua tindakan aman/tidak aman dan kondisi aman/tidak aman, tanpa memuat nama orang yang
diobservasi.

18
5. REFERENSI
-

6. PROSEDUR
6.1. Inspeksi K3LL
 Inspeksi K3LL Terencana
 Inspeksi terencana harus dilakukan minimal setiap bulan pada semua tempat kerja yang dilakukan
oleh K3LL.
 Checklist inspeksi harus digunakan untuk:
a. Merinciapa yang akan dicari
b. Mengidentifikasi daerah yang sedang diperiksa
c. Memberikan evaluasi yang memerlukan perhatian atau yang sudah memuaskan
d. Mencantumkan tanggal dan nama orang yang melakukan inspeksi.
 Kondisi tidak aman akan diperbaiki secepat mungkin.
 Ringkasan temuan harus dilengkapi dengan:
a. Tindakan yang diprioritaskan
b. Nama yang melakukan inspeksi
c. Tanggal target penyelesaian
 Pengawas yang ditugaskan harus menindaklanjuti bagian-bagian tersebut untuk
meyakinkan hal-hal tersebut telah diperbaiki dan tinjauan ke lapangan akan dilakukan
setiap saat untuk meyakinkan bahwa masalah tersebut telah ditindaklanjuti.
 Hal-hal yang belum selesai dan memerlukan persetujuan tingkat atas harus dibawa dalam
rapat Tim atau rapat K3LL Manajemen atau Management Review.
 Catatan inspeksi terencana harus disimpan oleh fungsi terkait, dengan tembusan
diserahkan kepada Fungsi K3LL untuk kepentingan di masa mendatang.
6.2 General Inspeksi K3LL
 Pelaksanaan General Inspeksi K3LL merupakan suatu kegiatan dari penetapan awal waktu
dan lingkup yang meyakinkan personil terkait jadi focus dan merasakan adanya resiko yang
diidentifikasi dan dievaluasi dengan benar. Keuntungannya adalah:
a. Merupakan kerjasama antara Manajemen dan pekerja untuk mengurangi biaya,
b. Adanya hubungan yang baik untuk memperlihatkan perhatian terhadap aktivitas kerja.
 General Inspeksi K3LL dilakukan pada semua tempat kerja perusahaan sebagai aktivitas yang
sistematik dan dilakukan dengan waktu yang tetap. Frekuensi aktivitas ini akan ditentukan
dalam Rapat Manajemen atau dalam rapat Tim.

19
 Pekerjaan ini sedapat mungkin harus dibagi pada banyak orang, seperti Pengawas, pekerja,
anggota K3LL, dll.
 Orang yang melaksanakan General Inspeksi K3LL ini akan menentukan parameter, yakni:
a. PenentuanBahaya,
b. Tempat kerja yang akan dilalui,
c. Perencanaan yang akandiikuti,
d. Waktu pelaksanaan.
 Selama inspeksi, setiap temuan dicatat dengan penjelasan yang cukup untuk agar dapat
dipahami masalah yang ditemui dan / atau perbaikan oleh Pihak Ketiga.
 Pada akhirinspeksi, laporan hasil inspeksi diberikan kepada Pengawas yang bertanggung
jawab yang akan membahas masalah ini dengan Tim bila diperlukan.
 Bila mana ada bahaya yang diidentifikasi selama inspeksi harus dikategorikan seperti berikut:
Klasifikasi A (TindakanSegera)
Suatu situasi dengan potensi terhadap penyebab kerugian terhadap nyawa, cedera serius,
kerusakan serius pada peralatan atau material, dan/atau pencemaran lingkungan yang serius.
Klasifikasi B (Tindakan Dilakukan Pada Kesempatan Awal)
Suatu situasi dengan potensi penyebab cedera, kerusakan peralatan atau material, dan/atau
pencemaran lingkungan.
Klasifikasi C (Tindakan Setelah Pertimbangan Biaya dan Potensi Bahaya)
Suatu situasi dengan potensi terhadap cedera ringan dan/atau kerusakan ringan pada material,
tetapi tingkat bahaya kurang dari Klasifikasi A.
 Temuan inspeksi harus dicatat dalam formulir General Inspeksi K3LL dan hasil tindak
lanjutnya akan dibahas dalam rapat.

6.3. Observasi K3LL


a. Perusahaan melaksanakan program observasi K3LL secara menyeluruh pada saat operasional
perusahaan berlangsung.
b. Sebagai suatu system proaktif, semua pekerja dapat menghentikan kejadian yang tidak kita
inginkan yang dilakukan dan dapat menyebabkan kecelakaan, seperti cedera, kerusakan barang,
atau pencemaran lingkungan.
c. Tim Manajemen & Pengawas serta pekerja harus dilatih tentangteknik observasi K3LL secara
sistematik seperti: mengobservasi orang, berbicara dengan orang dan mencegah perbuatan, kondisi
dan prosedur tidak aman.Penggunaan Kartu Pemantauan seperti sbb:
i. Kartu pemantauan K3LL digunakan oleh semua personil yang telah dilatih sebagai alat.
Tujuannya adalah untuk mencatat dan menganalisa semua tindakan aman/tidak aman dan

20
kondisi aman/tidak aman serta kecenderungannya, sekaligus untuk menghargai orang yang
melakukan perbuatan yang aman.
ii. Kartu Pemantauan tersedia di tempat-tempat kerja. Kartu Observasi K3LL diisi setiap selesai
observasi. Kartu laporan yang telah diisi lengkap harus disampaikan kepada Fungsi K3LL.
iii. Fungsi K3LL akan menyiapkan rangkuman dalam rekap Kartu Pemantauan dan Statistik
Kartu secara bulanan. Bilamana ada masalah prilaku tidak aman dari seseorang atau
kelompok harus diselesaikan segera dengan Pengawas mereka.
6. LAMPIRAN
7.1. Kartu Pemantauan K3LL
7.2. Inspeksi K3LL

LAPORAN PENGAMATAN
1 2 3
MEMUTUSKAN BERHENTI MENGAMATI

4 5
BERTINDAK LAPORKAN

DAFTAR PERIKSA PENGAMATAN BERI TANDA (X) BILA TIDAK AMAN

Memakai alat pelindung diri Tidak sesuai dengan pekerjaan

Memasang alat pengaman Penggunaan yang salah

Perencanaan ulang pekerjaan Alat dalam kondisi tidak aman

Merubah Posisi PROSEDUR DALAM KEBERSIHAN

Menghentikan pekerjaan Prosedur tidak ada

Memasang masa / ground Prosedur tidak diikuti

21
ALAT PELINDUNG DIRI Prosedur tidak diketahui / tidak dimengerti

Kepala

Kaki

Muka & Mata Standar untuk kebersihan tidak ada

Telinga Standar kebersihan ada tetapi tidak


sesuai

Tubuh (apron)

System Pernafasan Standar kebersihan tidak diketahui

. Tangan & lengan Standar kebersihan tidak diikuti

POSISI SEORANG MENYEBABKAN CEDERA

Terjatuh

Terpukul / terbentur benda

Terperangkap didalam, diatas atau. Diantara benda

22
Menyentuh (suhu, panas, dingin, aliran listrik)

Mengangkat terlalu berat (memaksakan diri)

Menelan, menghirup, menyerap larutan berbahaya

Cara (posisi) yang salah

STANDART KERJA PROYEK


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini kami mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di
dalam Negara Republik Indonesia meliputi :
 American Standard Institute (API)
23
 American National Standard Institute (ANSI)
 Indonesian Local Code Standard
o SNI : Standar Nasional Indonesia
o SII : Standar Industri Indonesia
o SKKNI : Standar Kompetensi kerja Nasional Indonesia
 ASTM (American Society for Testing and Material)

Dalam rangka mengurangi bahaya kecelakaan kerja dan bahaya lain (kebakaran,
peledakan, pencemaran lingkungan, dll), maka kami juga memenuhi
persyaratan/peraturan perundangan yang berlaku, antara lain :
 UU No. 1 Th. 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01 Th. 1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
 Permenaker No.37 thn 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana
tekan dan Tangki Timbun
 Kepmenaker No.91 thn 2016 tentang Penetapan standart kompetensi kerja
nasional Indonesia kategori industry pengolahan golongan pokok barang logam
bukan mesin dan peralatan bidang Coating

Jenis pekerjaan berbahaya yang harus dibuatkan ijin kerja adalah :


 Kerja panas (Hot permitt lokasi kerja)
 Kerja dingin (Cold permitt lokasi kerja)

Jakarta , 6 Oktober 2021

KETERSEDIAAN STANDARD KERJA

24
25
26
27
S.O.P Pelatihan K3LL
(010/ SOP-HSE/ CPSA /2021)

1. TUJUAN
Untuk memastikan bahwa karyawan yang bekerja dan mempengaruhi qualitas serta karyawan
yang bekerja pada pekerjaan yang berbahaya adalah karyawan yang kompeten.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini disusun untuk mengatur pelaksanaan training di PT. ABC.
3. REFERENSI
-
28
4. DEFINISI
-
5. TANGGUNG JAWAB
Administrasi,bertanggung jawab terhadap pengendalian kompetensi karyawan serta
memastikan bahwa prosedur ini berjalan dan diterapkan.

6. PROSEDUR
6.1 INDUCTION TRAINING
Induction training adalah training yang wajib diikuti oleh semua karyawan baru,
Isi dari induction training adalah :
 Briefing pengenalan perusahaan dan latar belakangnya.
 Penjelasan mengenai K3LL management system dan penerapannya.
 Penjelasan mengenai prosedur dan peraturan terkait.
 Penjelasan dasar mengenai peraturan
 Penjelasan mengenai Kebijakan K3LL.
 Penjelasan tentang Tanggap darurat.
 Penjelasan mengenai Kesadaran mutu dan lingkungan.

6.2. TRAINING BERDASARKAN PROGRAM


Setiap tahun Adminirtration menyiapkan training program, dan training program ini harus
disetujui oleh management dan disodialisasikan ke seluruh department.
Berdasarkan training program tersebut, departmental bisa mengajukan usulan training baik
training internal atau pun eksternal.

6.2.1 Training Preparation and Arrangement


(1) Administration department menerima training request dari
departmental
(2) Administration department melakukan persiapan untuk pelaksanaan
training (internal/eksternal)
Semua permohonan training harus disetujui oleh Manager Operasional.

29
6.2.2 Training Record
Berdasarkan training yang telah terlaksana, Administration department wajib
mengisi training record untuk setiap karyawan yang telah melaksanakan
training.

7. DOCUMENTATION
7.1 Training Request
7.2 Training Program
7.3 Training Record

TRAINING HSE

1. Tujuan Pelaksanaan Training :


- Mengantisipasi terjadinya kecelakaan dim lokasi kerja.
- Agar para pekerja mengetahui prosedur bekerja yang sesuai dengan standar kerja
yang digunakan.
- Untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan di lokasi kerja.
- Menambah pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja di lokasi.

2. Prosedur Training HSE

30
- Training HSE dipergunakan untuk seluruh pekerja & tim terkait yang
berkompeten dengan aspek keselamatan kerja.
- Materi training harus disampaikan secara detail dan mencakup segala aspek HSE
dan sesuai prosedur.
- Dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang HSE serta dapat memotifasi
peserta training.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Training


- Menyiapkan pekerja yang akan mengikuti training.
- Menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada para pekerja.
- Penjelasan materi training secara detail dan menyeluruh.

4. Training HSE yang dilaksanakan saat pekerjaan berlangsung


- Training penggunaan APAR dilaksanakan pada awal memmulai pekerjaan.
- Training P3K dilaksanakan pada saat awal pekerjaan dimulai.

Matrix Pelatihan HSE

31
32

Anda mungkin juga menyukai