Print Pathaway
Print Pathaway
KOLIK ABDOMEN
1.2 Anatomi
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen
bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster
berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai
sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat
pengisian dan pengosongan lambung.
Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara
anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja
panjang duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen
treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan dari sisi kanan diafragma
dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan
jejenum.
Sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut ileum.
Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan
ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium
keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang
mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada
ujung caecum terdapat appendix vermicularis.
Colon / usus besar :
Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari :
* Caecum * Colon pars desendens
* Colon Pars aseenden * Rectum
* Colon transversum
Lapisan usus besar ini terdiri dari
* Tunika serosa * Tunika submukosa
* Tunika muskularis * Tunika mukosa
1.3 Etiologi
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitis infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard
dan paru dan lainnya.
1.4 Patofisiologi
Patofisiologi : rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang,
biasanya selalu bersumber : 1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolic
5. Psikosomatik
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang
menyebar keseluruh peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang
berisi banyak ujung saraf somatik , yang lebih dapat meneruskan rasa
sakit nya dan lebih dapat melokalisasi rasa sakit daripada saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa sakit visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa
sakit somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan
gejala khas peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula timbul karena
adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia.
Rasa sakit yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah perut bagian
atas dan epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus besar akan timbul
dibagian bawah perut.Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf
otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C
yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari
rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan
muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan
bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra
dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula
spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,
kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau
akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi.
Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas,
hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen
thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium.Impuls nyeri yang
timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus
genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta
segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
somatis ke radiks spinals segmentalis.Nyeri yang disebabkan oleh
kelainan metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak
berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti.
Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional
dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik
dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut berulang
fungsional.
1.6. Klasifikasi
1. Jenis nyeri perut.
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur
dalam rongga perut. Peritoneum yang menyelimuti organ perut
dipersarafi oleh system saraf otonom dan tidak peka terhadap
rabaan, atau pemotongan. Dengan demikian, sayatan atau
penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien.
Akan tetapi, bila terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskemia, misalnya pada kolik atau
radang.pasien yang merasakan nyeri visceral tidak dapat
menunjukan secara tepat letak nyeri.
Saluran cerna yang berasal dari usus depan
(foregut),yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier, dan pancreas
menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium.
Saluran cerna yang berasal dari usus tengan (midgut),
yaitu usus halus dan usus besar sampai pertengahan colon
transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilicus.
1.10.Penatalaksanaan
1. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran
gastrointestinal.
Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride
2. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan
jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor
H2 (ARH2).
Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin
3. Antasida
4. Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan
proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah
penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon
autonomik.
Tujuan : Nyeri berkurang Kriteria
hasil :
• Klien menyatakan nyeri mulai berkurang
• Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
* Rencana tindakan
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.
b. Observasi TTV klien.
c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk
pasien.
e. Identifikasi dan batasi makanan yang
menimbulkan ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
* Rasional :
a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan
dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat
membantu siagnosa.
b. Untuk mengetahui perkembangan klien.
c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah
distensi dan haluaran gastrin.
e. Makanan khusus yang menyebabkan distress
bermacammacam antara individu. Penelitian menunjukkan
merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia.
f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.
Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman
kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda
vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah
penderita.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
• Menunjukkan rileks
• Klien tidak terlihat gelisah
• Menunjukkan pemecahan masalah
* Rencana tindakan
a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.
b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang,
kurang kontak mata.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
* Rasional
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik.
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien
akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai
status panik.
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan
kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman
menakutkan menjadi seorang diri.
e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan
rasa tenang pada klien.
Diagnosa 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
(proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut,
intoleran terhadap makanan.
Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut] Kriteria
hasil :
• Klien tidak merasa mual dan muntah.
• Klien toleran terhadap makanannya.
* Rencana tindakan
a. Kaji dan observasi TTV klien.
b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.
c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.
d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.
* Rasional
a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien.
b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki
keadaan sistem pencernaan klien.
c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah
distensi dan haluaran gastrin.
d. Melakukan fungsi independen perawat.
2.4 Pelaksanaan / implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana
perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara
optimal.
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lain.
PENYIMPANGAN KDM
Kelainan mukosa
viseral Colic abdomen Gangguan perfusi jaringan
n
Gangguan rasa nyaman (nyeri) Intoleransi nutrisi
Obstruksi viseral
Sepsis Mual muntah
Perubahan
Pegangan kapsula
pada kesehatan
organ Bising usus meningkat
Hipertermi
Ekstra abdominal
DAFTAR PUSTAKA
H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
FKUI Jakarta, 2001.
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC; 2001
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.