2.3.6 Sintesis
1. a. Apa penyebab keluhan yang diderita oleh Ny. Tuse?
Jawab:
b. Adakah hubungan gejala Ny. Tuse dengan kematian suaminya 5 bulan yang
lalu?
Jawab:
Ada. Kematian suaminya akibat ditabrak mobil 5 bulan yang lalu merupakan
stressor yang menyebabkan perasaan sedih dan gelisah sehingga membuat Ny.
Tuse depresi dan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala pada Ny. Tuse sekarang.
stress
Response
terhadap
stress
Respon emosi
Respon psikologis
Taku cema
t s Respon psikologis
Korteks serebri
Gejala berupa
Terjadi sedih,:
kegagalan
gelisah,Depresi
dan pusing
hipotalamus
parasimpat
Simpatis
is
Pusing Hiperaktivi
Palpitasi tasn.vagus
Berkeringat
Hipersekresi hcl
Motilitas & tinus
otot meningkat
iritasi pada
lambung
Sudah ke beberapa Tapi ia sangat
Nyeri ulu dokter dan hasil meyakini ia
hati pemeriksaan normal memiliki penyakit
tapi keluhan ny.tuse [hipokondriasis
Skenario A “Ny. Tuse” tidak hilang Page (-)]
2
Tutorial 4 Blok 16 FK UMP
c. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan Ny. Tuse?
Jawab:
Hanya berdasarkan epidemiologi yang diketahui bahwa wanita yang lebih rentan
mengalami faktor stress, karena perasaan wanita lebih halus dan sensitive.
Jawab:
Suami Ny. Tuse meninggal Faktor
ditabrak mobil ekonomi
Stress
Psikis
Pertahanan Terhadap
Stress
Gag
al
Depres
i
Gelisa Katekolamin ↑ ,
h Kortisol ↓
Rangsang
Hipothalamus
Aktifkan
Autonom
Parasimpa Simpat
tis is
Keluar Pusin
Neurotransmiter g
Pengaruh ke
Gastroentistinal
Peristaltik
Lambung
e. Mengapa keluhan yang dirasakan itu adalah perih ulu hati, mual, pusing,
sedih, gelisah, dan takut naik mobil?
Jawab:
Faktor psikologis lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis (misalnya
I. GANGGUAN GASTROINTESTINAL
a. Ulkus Peptikum
o Merupakan ulserasi pada membran mukosa lambung atau duodenum, berbatas
jelas, menemus ke mukosa muskularis dan terjadi di daerah yang terkena asam
lambung dan pepsin.
o Etiologi
Teori spesifik
o Alexander menghipotesiskan bahwa frustasi kronis dari kebutuhan
ketergantungan yang kuat menyebabkan konflik bawah sadar yang spesifik.
o Konflik bawah sadar tersebut menyinggung ketergantungan kuat akan
keinginan reseptif-oral untuk disayangi dan dicintai, menyebabkan rasa lapar
dan kemarahan bawah sadar yang regresif dan kronis.
o Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh hiperaktivitas vagal
persisten yang menyebabkan hipersekresi asam lambung, yang terutama
jelas pada orang yang memiliki predisposisi genetik. Pembentukan ulkus dapat
terjadi.
o Faktor genetik dan kerusakan atau penyakit organ yang telah ada sebelumnya
(contohnya gastritis)adalah penyebab yang penting.
o Terapi
o Psikoterapi diarahkan pada konflik ketergantungan pasien.
o Biofeedback dan terapi relaksasi berguna.
o Terapi medis dengan cimetidine (Tagamet), ranitidine (Zantac), sucralfate
(Carafate), atau famotidine (Pepcid), serta pengendalian diet diindikasikan
dalam penatalaksanaan ulkus. Obat antimikrobial pada ulkus akibat H. Pylon.
b. Kolitis Ulseratif
o Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare
berdarah. Insidensi familial dan faktor genetik penting.
o Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah
seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malumalu,
c. Obesitas
o Akumulasi lemak berlebihan; berat badan melebihi 20 % berat badan
seharusnya.
o Pertimbangan psikosomatik
o Terdapat predisposisi genetik dan faktor perkembangan awal ditemukan pada
obesitas masa anak-anak.
o Faktor psikologis penting pada obesitas hiperfagik (makan berlebihan),
khususnya pada makan pesta pora.
o Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan
penilaian berlebihan terhadap makanan.
o Pasien memiliki riwayat penghindaran terhadap citra tubuh dan kebiasaan awal
yang buruk dalam asupan makanan.
o Terapi
o Dikendalikan melalui pembatasan diet dan penurunan asupan kalori.
o Dukungan emosional dan modifikasi perilaku membantu mengatasi kecemasan
dan depresi yang berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.
d. Anoreksia Nervosa
Perilaku yang diarahkan untuk:
o Menghilangkan berat badan.
2. a. Mengapa Ny. Tuse masih merasakan gejala yang dideritanya padahal semua
dokter mendiagnosis dirinya normal?
Jawab:
Karena dokter yang memeriksa Ny. Tuse hanya memberikan obat-obatan simptomatik
tanpa mengobati causanya (depresi).
Hal ini menunjukkan bahwa ny.Tuse mengalami suatu gangguan somatoform, yaitu
suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual,
dan pusing), dimana gangguan somatoform ini mencerminkan penilaian klinisi bahwa
faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi
gejala. yang mengakibatkan ny.tuse merasakan gejala-gejala tersebut padahal
sebetulnya secara fisik ia tidak mengalami gangguan.
b. Sebagai dokter umum, saat mendapatkan pasien seperti kasus Ny. Tuse,
tindakan lanjutan apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jawab:
Dokter utama harus melihat pasien selama kunjungan yang terjadwal teratur,
biasanya dengan interval 1 bulan. Kunjungan ini harus relatif singkat walaupun
pemeriksaan fisik parsial harus dilakukan untuk memberikan respon terhadap
keluhan somatic baru. Prosedur laboratorium dan diagnostic tambahan umumnya
harus dihindari. Ketika diagnosis gangguan somatisasi telah ditegakkan, dokter
yang merawat harus mendengarkan keluhan somatic sebagai ekspresi emosi,
bukan sebagai keluhan medis. Meskipun demikian, pasien dengan gangguan
somatisasi juga dapat memiliki penyakit fisik yang sesungguhnya; oleh sebab itu,
dokter harus selalu menilai gejala mana yang harus diperiksa dan sampai seberapa
jauh. Strategi jangka panjang yang beralasan untuk dokter ditempat pelayanan
primer yang merawat pasien dengan gangguan somatisasi adalah meningkatkan
kesadaran pasien akan kemungkinan bahwa factor psikologis terlibat dalam gejala
sampai pasien mampu menemui klinisi kesehatan jiwa.
Jawab:
• Mendengar suara-suara
• Schizophrenia
• Gangguan somatoform
• Gangguan waham
Jawab:
Jawab:
Ada. Faktor ekonomi semakin memperberat beban psikis pada Ny. Tuse, sehingga
menyebabkan gangguan depresinya semakin berat, yang menimbulkan sugesti pada
Ny.Tuse kalau seandainya ia naik mobil, lalu kecelakanan seperti suaminya dan
meninggal bagaimana keadaan anak-anaknya.
5. Diagnosis banding
Jawab:
• Gangguan anxietas
Anxietas atau kecemasan sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan
bingung, was-was, bimbang dan sebagainya
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik,
dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.
Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya
tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan
anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan
menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya
kecemasannya dapat berkurang.
Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang
mendadak dan cepat menghilang.
Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot,
mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-
lain.
Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas;
rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang
menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa
kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus
menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada
gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan
yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas
kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan
saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawa
• Gangguan depresi
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan
sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas
sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi.
• Gangguan somatoform
6. Penegakkan diagnosis
Jawab:
Evaluasi multiaksial:
Multiaksial diagnosis
7. Diagnosis kerja
Jawab:
8. Epidemiologi
Jawab:
9. Etiologi
Jawab:
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab
ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
- Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda
dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
- Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-
impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik
(gangguan konversi).
- Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategis elf-handicaping (hipokondriasis)
10. Patogenesis
Jawab:
11. Tatalaksana
Jawab:
Terapi psikososial
Medikamentosa
• Anti depresan : Amitriptyline 75 – 150 mg/h
• Antiemetic : Metocopramide, Ondascentron, Domperidone
• Pusing : Asam mefenamat
• Nyeri ulu hati : Antacid
12. Komplikasi
Jawab:
• Schizophrenia
13. Prognosis
Jawab:
Dubia ad bonam.
Jawab:
• Berpikir positif
Jawab:
3A
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
Jawab:
Penderita somatoform diwarnai oleh perasaan waswas ada yang tidak beres dalam
dirinya, tidak percaya dirinya diberi nikmat kesehatan dari Allah SWT.
Sikap terbaik yang harus ditunjukkan muslim adalah dengan berbaik sangka kepada
Allah “Aku senantiasa berada di samping hambaKu yang berbaik sangka dan aku
tetap bersamanya selama ia ingat kepadaKu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kerangka konsep
Ny.tuse 40 thn
Frustasi/depresi akibat
kebutuhan dan
ketergantungan yang kuat
Menyebabkan konflik
dibawah sadar yang
spesifik
Faktor induksi
Faktor genetik
Hipersekresi HCl
lambung
Iritasi lambung
DAFTAR PUSTAKA
Maslim Rusdi dr,Sp.KJ. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2001. Hal. 70.
Maslim Rusdi dr, Sp.KJ. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2007. Hal. 23.
Saddock Virgina A & Saddock Benjamin J. Kaplan & Saddock Buku Ajar Psikiatri
Klinis, Ed.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004. Hal. 268 – 273.