Anda di halaman 1dari 44

P S I K O L O G I

RIZQINA P. ARDIWIJAYA, M.PSI.PSIKOLOG

20 /0
Perkenalan

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog


(KIKI)

Psikolog Klinis

20 / 1
O
T
TOPIK BAHASAN

P Emosi 01

K I
Stres 02

Depresi 03

20 / 2
01. Emosi
DEFINISI
EMOSI

Menurut buku "Discovering Psychology" oleh Don Hockenbury dan


Sandra E. Hockenbury,

Emosi adalah keadaan psikologis yang kompleks yang melibatkan


tiga komponen berbeda: pengalaman subjektif, respons fisiologis,
dan respons perilaku atau ekspresi.

EMOSI = PERASAAN
Pengalaman Subyektif

Para ahli percaya bahwa ada sejumlah emosi dasar yang dialami oleh individu terlepas
dari latar belakang atau budaya, namun emosi yang dirasakan bisa sangat subjektif.

Contoh :

Pengalaman kehilangan motor.

Emosi apa yang kalian rasakan?


SIMPATIK PARASIMPATIK
Respon Fisiologis
Pupil membesar Pupil mengecil
Ludah berkurang Stimulasi kelenjar ludah
Pernahkan kamu merasakan jantung berdebar Nafas makin cepat Nafas melambat
Denyut jantung cepat Denyut jantung
karena cemas? Stimulasi gula darah melambat
Pernahkan kamu merasakan tangan bergetar Sekresi adrenal Stimulasi kelenjar
karen takut? Perlambatan pencernaan empedu
Relaksasi kandung kemih Stimulasi saluran
Pernahkan kamu merasakan dada terasa sesak Terhambatnya aktivitas pencernaan
Karena sedih? genital Kontraksi kandung
kemih
Stimulasi aktivitas
Emosi juga menyebabkan reaksi fisiologis genital
yang kuat.
Sistem saraf otonom mengontrol respons
tubuh kita yang berkaitan dengan emosi.
Pemindaian otak telah menunjukkan
bahwa amigdala, bagian dari sistem
limbik, memainkan peran penting dalam
emosi.
Amigdala
Respons Perilaku

Ekspresi emosi yang muncul akibat emosi tertentu merupakan respons perilaku.
Kemampuan untuk secara akurat memahami ekspresi emosi disebut sebagai
kecerdasan emosional.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak ekspresi bersifat universal, seperti senyum


untuk menunjukkan kebahagiaan atau cemberut untuk menunjukkan kesedihan.
Norma sosial budaya juga berperan dalam cara kita mengekspresikan dan
menafsirkan emosi.

Di Jepang, misalnya, orang cenderung menutupi rasa takut atau jijik saat figur
otoritas hadir. Demikian pula, budaya Barat seperti Amerika Serikat lebih
cenderung mengekspresikan emosi negatif baik sendirian maupun di hadapan
orang lain, sedangkan budaya timur seperti Jepang lebih cenderung melakukannya
saat sendirian.
Emosi vs Mood

Emosi vs Mood
Emosi

Emosi biasanya berlangsung


sementara, tetapi intens.
juga cenderung
Suasana hati, biasanya jauh
lebih ringan daripada emosi,
tetapi bertahan lebih lama.
memiliki penyebab yang pasti Sulit untuk mengidentifikasi
dan dapat diidentifikasi. penyebab spesifik dari suatu
suasana hati.
Emosi Dasar
Pada tahun 1972, psikolog Paul Eckman menyarankan bahwa ada enam emosi dasar yang
universal di seluruh budaya manusia: takut, jijik, marah, terkejut, bahagia, dan sedih.
Pada 1980-an, Robert Plutchik memperkenalkan sistem klasifikasi emosi lain yang
dikenal sebagai "roda emosi". Model ini menunjukkan bagaimana emosi yang berbeda
dapat digabungkan atau dicampur bersama, seperti cara seorang seniman mencampur
warna primer untuk menciptakan warna lain.
Pada tahun 1999, Eckman memperluas daftarnya untuk memasukkan sejumlah emosi dasar
lainnya, termasuk pride, shame, embarrassment, and excitement.

Sedih Marah Jijik Terkejut Senang


PERKEMBANGAN
EMOSI
EMPATI
5 tahun

MENGELOLA
EMOSI
3-5 tahun

MENGEKSPRESIKAN
EMOSI
2-3 tahun

MENGENALI
EMOSI
0-1 tahun
02. Stres
TEORI STRES
James-Lang Theory of Emotion
Event Arousal Interpretation Emotion
Berjalan di hutan Detak jantung Takut
menemukan beruang meningkat dan bergetar

Cannon-Bard Theory of Emotion


Event

Arousal + Emotion
Berjalan di hutan Detak jantung Takut
menemukan beruang meningkat dan bergetar

Cognitive Appraisal Theory of Emotion


Event Thinking Arousal + Emotion
Teman yang nilai Saya merasa lebih pantas Detak jantung Marah/Kecewa
bagus dapat nilai bagus meningkat dan bergetar
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 4
DEFINISI
STRESS

Sekitar awal abad keempat belas, pengertian stres adalah kesulitan atau penderitaan
yang begitu berat (Lazarus, 1993).
Pada abad kedelapan belas hingga awal abad kesembilan belas, kata stres dipahami
sebagai kekuatan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat diberikan pada sebuah
objek material atau pada seseorang (Hinkle, 1974).
Pada abad kesembilan belas, istilah stres juga sebenarnya sudah mulai digunakan
dalam ilmu kesehatan dan sosial (Bartlett, 1998). Istilah stres baru dikaitkan pada
kondisi manusia di bidang kajian-kajian ilmiah semajak tahun 1930 (Lyon, 2012).
Kemudian selama abad kesembilan belas hingga abad kedua puluh, istilah stres dan
tekanan pun mulai dijelaskan sebagai penyebab permasalahan dalam kesehatan
secara fisik maupun psikologis (Hinkle, 1974).
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 3
Stres adalah respon yang diberikan individu ketika menghadapi tekanan baik dari
internal maupun eksternal yang melibatkan seluruh sistem tubuh, perasaan, dan
perilaku seseorang WHO (2003).

Sistem syaraf dan sistem endokrin memicu perubahan psikologis untuk mengatasi stres.

FIGHT FLIGHT

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 4
Stres ditandai dengan respons biologis,
psikologis, dan perilaku terhadap situasi Cemas Otot menegang

menantang yang kita hadapi dalam hidup kita. Detak jantung


Nafas tersengal- meningkat
sengal
Contoh : Saat kita merasa cemas karena tenggat
waktu tugas yang sudah semakin dekat, tapi
tugasnya tak kunjung selesai. Hal ini dapat
menyebabkan detak jantung kita meningkat
dan perasaan tidak tenang.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 5
REALITY EKSPEKTASI

REALITY EKSPEKTASI
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 6
REALITY EKSPEKTASI

REALITY EKSPEKTASI

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 7
REALITY EKSPEKTASI

REALITY EKSPEKTASI

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 8
REALITY EKSPEKTASI
GAP

EMOSI NEGATIF

STRESS

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 9
Terkadang stres bisa menjadi hal yang baik. Stres membantu kita untuk fokus dan
benar-benar menyelesaikan sesuatu di bawah tekanan. Namun, jika kita terlalu sering
stres, respons biologis mulai memengaruhi tubuh kita. Sedangkan stres negatif
berkelanjutan dapat membuat kita rentan terhadap gangguan psikologis seperti
gangguan kecemasan atau depresi.

DISTRESS EUSTRESS
Respons psikologis yang negatif Respons psikologis yang positif

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 5
JENIS STRES

Akut Kronis
Stres akut biasanya berlangsung Stres kronis adalah jenis stres yang
singkat. Ini adalah presentasi yang paling berbahaya. Jika stres kronis
paling umum dan sering. Stres akut tidak ditangani dalam jangka waktu
paling sering disebabkan oleh yang lama, hal itu dapat secara
pemikiran reaktif. Pikiran negatif signifikan merusak kesehatan fisik
mendominasi tentang situasi atau dan mental.
peristiwa yang baru saja terjadi, atau
situasi, peristiwa, atau tuntutan yang Stres kronis dapat disebabkan oleh
akan datang dalam waktu dekat. pengalaman yang tidak menyenangkan
di masa kanak-kanak atau pengalaman
traumatis di kemudian hari.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 11
KLASIFIKASI STRES

Stres ringan Stres Sedang Stres Berat




Pada tingkat stres ini sering Pada stres tingkat ini Pada tingkat ini persepsi
terjadi pada kehidupan sehari- individu lebih memfokuskan individu sudah sangat menurun
hari dan kondisi ini dapat hal penting saat ini dan dan cenderung memusatkan
membantu individu menjadi
mengesampingkan yang lain perhatian pada hal-hal lain.
waspada dan bagaimana
sehingga mempersempit Semua perilaku ditujukan untuk
mencegah berbagai
lahan persepsinya. mengurangi stres.
kemungkinan yang akan terjadi.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 12
PENYEBAB STRES
Sumber stres disebut stressor. Kita akan menghadapi banyak banyak
stressor sepanjang hidup, antara lain :

Stresor Fisik (contoh : bising, panas dll)


Stresor Kimiawi (contoh : obat, hormon dll)
Stresor Mikrobiologi (virus)
Stresor Fisiologis (fungsi tubuh dan organ)
Stresor Perkembangan (contoh : pubertas, pernikahan dll)
Stresor Psikis dan Emosional ( contoh : adaptasi, hubungan interpersonal dll)

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 14
Berikut jenis stresor yang muncul karena tidak bisa memilih antara dua atau
lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik,
yaitu :
1) Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua
alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan
diantara dua pilihan jurusan/karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya
kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat
mudah dan cepat diselesaikan.
2) Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-
sama tidak disenangi, misalnya ketika seorang wanita sedang berada dalam hubungan yang toxic,
pacarnya melakukan kekerasan fisik. Jika berpisah, ia tidak akan memiliki orang yang bisa
diandalkan lagi, tapi jika terus bersama, ia akan mendapatkan kekerasan terus-menerus. Konflik
jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 9
3) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus
tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya
seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak
dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok. Tekanan timbul sebagai akibat tekanan
hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut
anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami. Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya
kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 10
PENGGOLONGAN STRESOR

Stresor yang Dapat Dikendalikan : Stresor yang Tidak Dapat


Finansial. Dikendalikan:
Deadline tugas. Ujian (Kuis, UTS, UAS, dll).
Ingin mendapatkan nilai bagus . Kematian anggota keluarga/teman.
Bertengkar dengan teman, keluarga Putus cinta & perpisahan.
atau orang terdekat. Masalah kesehatan.
Pandemic COVID-19.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 15
PATOFISIOLOGI STRESS

OTAK

Hormon stres adalah cortisol. Adapun


fungsi cortisol, antara lain : PARU-PARU
MENGEMBANG DETAK JANTUNG
MENINGKAT

Meningkatkan supply energy dan


metabolisme tubuh.
Menghalangi sel darah putih untuk
mencegah inflamasi.
Memperlambat kesembuhan luka.
Menekan sistem imun.
Mengganggu sistem imun mencegah
serangan dari luar. GINJAL
MENGUBAH
GLYCOGEN MENINGKATN
SISTEM
MENJADI YA TEKANAN
PENCERNAAN
GLUCOSE DARAH
LEBIH AKTIF

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 18
PENGARUH STRES TERHADAP TUBUH

https://www.youtube.com/watch?v=v-t1Z5-oPtU&t=22s

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 18
TANDA-TANDA STRES

FISIK KOGNITIF

Otot tegang Nafas tidak teratur Memiliki energi yang Cemas terus- Berpikiran negatif Tidak fokus
menerus
rendah atau mudah lelah

PERILAKU KESEHATAN

Maag Sakit Kepala Sakit Jantung


Sulit tidur atau tidur Tidak mau makan atau Menarik diri dari Mudah marah
terlalu banyak makan terlalu banyak orang-orang dan
aktivitas sehari-hari.
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 13
SELYE'S : GENERAL ADAPTATION
SYNDROME (GAS)

ALARM RESISTANCE EXHAUSTION

Reaksi tubuh terhadap Tubuh bertahan dan Stresor melemahkan


stresor. melawan stresor. konsisi tubuh.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 19
SELYE'S : LOCAL ADAPTATION
SYNDROME (LAS)

LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau
perubahan fisiologis lainnya. Dua respon setempat, yaitu respon reflek nyeri dan respon inflamasi. Respon
reflek nyeri adalah respon adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon inflamasi
terstimulasi oleh trauma atau infeksi, respon ini memusatkan inflamasi sehingga dengan demikian
menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi terjadi dalam tiga
fase. Fase pertama mencakup perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh
pelepasan eksudat dari luka. Fase terakhir adalah regenerasi atau pembentukan jaringan. Regenerasi
menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau sel-sel serupa.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 20
STRES DAN HOMEOSTATIS
HOMEOSTATIS = KESEIMBANGAN

Syarat mendapatkan kondisi homeostatis, antara lain :


1. Fisik : safe & secure
2. Psikologis : pola asuh
3. Sosial : role model

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 17
MEKANISME KOPING

Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya
untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan
atau melebihi sumber individu. Koping adalah proses dimana seseorang mencoba
untuk mengatur perbedaan yang diterima antara kenyataan (reality) dan harapan
(expectation) yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan. Koping
dapat diarahkan untuk memperbaiki atau menguasai suatu masalah dapat juga
membantu mengubah persepsi atas ketidaksesuaian, menerima bahaya,
melepaskan diri atau mengindari situasi stres.

Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan


masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik
secara kognitif maupun perilaku.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 21
Carver,et.al (1989) mengemukakan suatu penelitiannya bahwa terdapat
empat jenis mekanisme koping sebagai berikut:
a. Active coping yaitu upaya yang bersifat aktif untuk mengatasi sumber
stres dengan melakukan perencanaan dan tindakan langsung.
b. Acceptance coping yaitu upaya yang bersifat pasif dalam menghadapi
sumber stres seperti dapat menerima kenyataan dan memandang suatu
hal dari sisi positif.
c. Emotional focused coping yaitu upaya untuk mengatasi tekanan
psikologis dengan mengeluarkan emosi dan mencari dukungan secara
emosional.
d. Avoidance coping yaitu menghindari sumber stres dengan
menghentikan sumber stres, tidak menerima kenyataan dan melarikan
diri dari masalah.

Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 22
02. Depresi
DEFINISI
DEPRESI

Depresi adalah kondisi gangguan psikologis yang umum terjadi di seluruh dunia, dengan perkiraan
3,8% dari populasi yang terkena, termasuk 5,0% di antara orang dewasa dan 5,7% di antara orang
dewasa yang lebih tua dari 60 tahun. Sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Hal ini
dapat menyebabkan individu tidak berfungsi di tempat kerja, di sekolah dan di keluarga. Dampak
terburuk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh
diri setiap tahun. Bunuh diri adalah penyebab utama keempat kematian pada usia 15-29 tahun.
CIRI-CIRI DEPRESI
Perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.
Perubahan nafsu makan atau berat badan. Penurunan berat badan atau
penambahan berat badan lebih dari 5% dari berat badan dalam sebulan.
Perubahan tidur.
Kemarahan atau lekas marah.
Kehilangan energi. Bahkan, tugas-tugas kecil pun melelahkan atau membutuhkan
waktu lebih lama untuk diselesaikan.
Membenci diri sendiri. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang kuat.
Perilaku berisiko atau impulsif atau tidak diperhitungkan.
Masalah konsentrasi. Kesulitan fokus, membuat keputusan, atau mengingat
sesuatu.
Sakit dan nyeri yang tidak dapat dijelaskan. Peningkatan keluhan fisik seperti
sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, dan sakit perut.
PREDISPOSISI
Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga.
Menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang.
Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti rendah diri, terlalu keras
dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada
orang lain.
Mengidap penyakit kronis atau serius, seperti gangguan hormon
tiroid, cedera kepala, HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke, nyeri
kronis, atau penyakit jantung.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat tekanan
darah tinggi atau obat tidur.
Mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual, kematian,
kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan.
PENCETUS

Masalah biologis: Seseorang yang mengidap depresi kemungkinan mengalami


perubahan fisik di otak.
Gangguan kimia pada otak: Neurotransmitter adalah bahan kimia pada otak
yang terbentuk secara alami dan disebut-sebut dapat berperan dalam depresi.
Sebuah penelitian menyebut jika perubahan dalam fungsi dan efek
neurotransmitter ini dapat memengaruhi stabilitas suasana hati sehingga
memengaruhi tingkat depresi pada seseorang.
Gangguan hormon: Perubahan atau gangguan pada keseimbangan hormon
dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini kerap terjadi selama kehamilan dan
beberapa minggu atau bulan setelahnya (pascapartum). Selain itu, seseorang
yang mengalami masalah tiroid, menopause, serta beberapa kondisi lainnya
juga memiliki risiko tinggi pada depresi.
Penyakit keturunan: Masalah depresi lebih berisiko terjadi pada seseorang
dengan keluarga inti yang pernah mengidapnya. Disebutkan jika gen dapat
memengaruhi risiko dari penyebab depresi.
JENIS DEPRESI
Disruptive Mood Dysregulation Disorder
Kondisi anak-anak yang sangat mudah tersinggung, marah, dan sering meledak-
ledak. Anak-anak dengan DMDD mengalami gangguan parah yang memerlukan
perhatian klinis.
Depresi mayor (Major Depression)
Depresi mayor juga dikenal dengan istilah depresi berat atau depresi klinis.
Depresi mayor merupakan salah satu dari dua jenis depresi yang paling sering
terdiagnosis. Diagnosis depresi mayor ditegakan apabila gejala-gejala kesedihan,
keputusasaan, dan kesepian sudah berlangsung selama dua minggu lebih.
Depresi kronis (Dysthymia)
Berbeda dengan depresi berat, jenis depresi kronis biasanya dialami selama dua
tahun berturut-turut atau lebih. Akan tetapi, keparahan gejalanya bisa lebih
ringan atau berat daripada depresi berat.
JENIS DEPRESI

Premenstrual Dysphoric Disorder


PMDD adalah kondisi yang mirip dengan PMS yang juga terjadi dalam satu atau
dua minggu sebelum menstruasi dimulai karena kadar hormon mulai turun
setelah ovulasi. PMDD menyebabkan gejala yang lebih parah daripada PMS,
termasuk depresi berat, mudah marah, dan tegang.
Kondisi Depresi yang lain (substance abused, medical conditions dll).
B
THANK YOU
Y
E
Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., Psikolog

20 / 27

Anda mungkin juga menyukai