Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
HUKUM INTERNASIONAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mengikuti Mata Kuliah Hukum
Internasioanl yang diampu oleh Bapak Dito Hendro Prakoso, SH, MSIR, MSCJ
Disusun Oleh
Kelompok 1:
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-nya tugas
Makalah Mata Kuliah Hukum tata pemerintahan dapat terselesaikan.
Sholawat beserta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Penulisan makalh ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucaplan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sengat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak sempurnaan dari
makalah ini. Dengan demikian penulis mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
dan kesehatan bagi kita semua. Aamiin ya robbal alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Yugoslavia ........................................................................................................................
B. Faktor Penyebab Konflik Yugoslavia ...............................................................................
C. Kronologi konflik etnis yugoslavia....................................................................................
D. Tokoh yang menyelesaikan peran yugoslavia...................................................................
E. Contoh bagi Indonesia agar tidak terjadi perang seeperti yugoslavia................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Daftar pustaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan masyarakat
Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya kekuatan negara
Yugoslavia menjadi beberapa negara. Sehingga Bosnia yang merupakan bagian wilayah dari
Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan dirinya. Hal ini yang kemudian ditentang oleh
masyarakat Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia. Hal ini
disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia dan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Hal ini menyingkirkan etnis asli Bosnia yang tidak
menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka. Konflik ini merupakan konflik lokal antara
penduduk asli Bosnia yang menginginkan kemerdekaan penuh bagi negara Bosnia sesuai
dengan referendum yang telah dilakukan masyarakat Bosnia. Namun hal ini kemudian di
tentang keras oleh etnis Serbia. Sehingga konflik ini kemudian menjadi konflik antar etnis.
Yaitu antara etnis Serbia dan etnis Bosnia yang memang memiliki banyak perbedaan terutama
soal keyakinan. Konflik ini kemudian semakin besar mengingat ada upaya-upaya dari etnis
Serbia yang didukung oleh tentara dan presidennya untuk melakukan pembersihan etnis
terhadap etnis Bosnia. Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia membombardir ibukota
Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan
disiksa dalam kamp kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia
diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban etnis Serbia sepanjang perang ini mencapai
200.000 orang yang terbunuh.Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban penyembelihan dan
kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia. Sampai pada
awal 1993, konflik antara Serbia dan Bosnia masih belum reda walaupun pasukan penjaga
perdamaian PBB yang terdiri atas tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan
operasi pemeliharaan perdamaian.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Yugoslavia
Yugoslavia adalah sebuah federasi antara tiga kerajaan, yaitu : Kerajaan Serbia, Kerajaan
Kroasia, dan Kerajaan Slovenia. Ketiga kerajaan ini mayoritas adalah keturunan dari pemakai
bahasa Slavik. Meskipun mereka dekat dalam kekeluargaan dan bahasa, ketiga bangsa sebelum
tahun 1918 belum menjadi satu kesatuan.
Ketiga kerajaan ini bergabung menjadi sebuah kerajaan yang berpusat di Hapsburg. Semangat
propaganda nasionalis dari Serbia membawa ketiganya menjadi sebuah negara bersatu, yang
menyatukan masa depan mereka menuju negara Yugoslavia. Berdasar perbedaan yang disatukan,
Manifesto Corpu tahun 1917, yang disebut juga “sertifikat kelahiran Yugoslavia” untuk
memproklamasikan ke dunia bahwa ketiganya telah membentuk suatu negara dan masa depan
mereka disebut dengan “Kerajaan dari Serbia, Kroasia, dan Slovania”. Yang menjadi sebuah
konstitusi, demokratis dan monarki parlementer dibawah kekuasaan Serbia dimana negara baru
mempunyai bendera sendiri dan ketiga anggota konstitusional memiliki bendera masing-masing
dan memiliki kedudukan yang sama.
Semangat persatuan dan kerjasama yang tertera di Manifesto Corfu gagal diwujudkan, karena
ketidakmampuannya untuk memuaskan penduduk/warga dikarenakan kegelisan berkelanjutan
dalam politik dan krisis yang kadang terjadi di kerajaan tersebut. Setelah kericuhan yang terjadi
dipusat pemerintahan dan hilangnya ancaman di Habsburg, Yugoslavia terbagi menjadi dua
grup : yang mendukung pemerintah pusat dimana adalah ekspansi dipegang oleh kerajaan Serbia
dan yang mendukung pemerintah pusat sesuai otonomi daerah.
Pemilihan konstituante pertama digelar pada 28 November 1920, Kaum buruh Kroasia
(Raditch) berhasil tepilih 50 orang dalam pemilihan sementara , namun mereka menolak untuk
mengambil jatah kursi, sehingga Pashitch bisa menguasai kekuasaan mayoritas dalam kerajaan.
Konstitusi Yugoslavia pada 28 Juni 1921, dengan syarat untuk pemusatan pemerintahan diamana
harus menjalankan persamaan untuk semua anggota negara dalam 4 perintah untuk melenyapkan
perbedaan daerah. Garis perbatasan yang lama dihapuskan dan dibentuk wilayah provinsi yang
baru di bawah parlemen nasional di Belgrade. Pemerintah lokal dipilih langsung oleh
masyarakat, akan tetapi pemimpin kantor menteri keuangan ditunjuk oleh parlemen. Akibatnya
konstitusi “ ditempatkan tidak semestinya pada kekuasaan tangan yang tidak kompeten di
Belgrade, dan mengasilkan kemunduran dalam bidang administrasikhususnya pada pembentukan
provinsi Astro-Hungaria”.
Pada Tanggal 28 Juni 1921, Pangeran Regent mengambil jalan pembentukan konstitusi baru,
dan sejak hari “Revisionis” menjadi pimpinan politik di kerajaan. Pemilihan pertama parlemen
digelar pada Maret 1923, dan hasilnya muncul dua pihak yaitu Pashitch dan Raditch. Raditch
menolak untuk mengijinkan perwakilan Kroasia mengambil kursi pemerintahan, dan Pashitch
memungkinkan pembentukan kementrian. Beberapa tahun setelah pemboikotan, Raditch muncul
dan menyimpulkan bahwa hasil dari ketidak hadiran partainya karena kalah kekuatan dari
Pashitch. Sesuai dengan itu, perwakilan partai Kroasia kembali ke parlemen dan menyebabkan
mundurnya Pashitch pada Maret 1924.
Pada akhirnya raja Alexander membubarkan parlemen. Raditch dipenjara dalam tuduhan
konspirasi selama kampanye pemilihan dengan metode tangan kuat (tangan besi) digunakan
untuk melenyapkan oposisi. Meskipun berada di penjara, dia mengumumkan bahwa partai Buruh
Kroasia telah memutuskan pembentukan kerajaan, sebuah dinasti, dan konstitusi pada 1921.
Pemimpin buruh Kroasia itu kemudian dilepaskan dari penjara, anggota partainya memberi
porto folio dalam pemerintahan pada November 1925, Raditch memasuki kabinet dan menjadi
menteri pendidikan. Ketidakmampuannya dalam menangkis serangan dari koleganya, membuat
koalisi berakhir pada April 1926.
Krisis munculpada 20 Juni 1926,ketika Raditch menyerang pemerintah untuk proposal untuk
meratifikasi Konvensi Netuno dengan Italia, Kroasia menyatakan itu bertentangan dengan
kepentingan mereka. Seorang pendukung pemerintah menembaki para pemimpin dan anggota
partai buruh Kroasia, menewaskan dua orang dan melukai beberapa orang lainnya.Raditch
sendiri kemudian meninggal akibat efek lukanya pada tanggal 8 Agustus 1928.
5 Deputi Kroasia kemudian menarik diri dari parlemen dan mendirikan badan saingan di
Zagreb, di mana mereka melewati resolusi menolak untuk mengakui hukum yang diberlakukan
oleh Parlemen di Beograd.Pada tanggal 1 Oktober, delegasi yang mewakili Kroasiadan Dalmatia
bertemu di Zagreb dan memutuskan untuk berserikat dengan bekerja secara independen dari
pemerintah Beograd dan Serbia untuk memboikot. Para pemimpin Kroasia menolak untuk
berurusan dengan pemerintah, dan menyatakan bahwa hanya jika tawaran yang dibuat oleh Raja
sendiri akan mereka membahas situasi tersebut. Pada tanggal 1 Desember 1928, Kroasia menolak
untuk berpartisipasi dalam perayaan nasional ulang tahun kesepuluh dari negara Yugoslavia.
Raja Alexander memutuskan bahwa Parlemen teriarisme itu, bukan mengembangkan dan
memperkuat rasa persatuan nasional malah memprovokasi kekacauan moral dan perpecahan
nasional. Raja pada tanggal 5 Januari 1929, membubarkan parlemen, membatalkan Undang-
Undang Dasar 1921, dan memanggil Zhivkovitch, komandan divisi penjaga yang ditempatkan di
Belgrade, untuk memimpin pemerintahan baru. Yugoslavia berubah menjadi monarki absolut ,
asumsi kekuasaan tunggal Raja menyeluruh atas setiap petugas negara. Pembatasan pada pers ,
hukuman yang ditetapkan untuk mengkritik atau menolak ukuran kediktatoran , senjata dilarang ,
dan semua pertemuan politik dilarang kecuali diizinkan oleh polisi Akhirnya , pada bulan
Oktober 1929 nama negara diubah dengan proklamasi kerajaan dari " Kerajaan Serbia, Kroasia ,
dan Slovenia " , ke " Kerajaan Yugoslavia " . Raja Alexander berharap Serbia, Kroasia , Slovenia
dan akan mengorganisir diri non-rasial dalam kelompok Yugoslavia berdasarkan sosial ,
ekonomi , dan lain kepentingan kelas . 2.2 Konflik Yugoslavia Berbagai konflik dan kekerasan
yang terjadi di Yugoslavia selama tahun 1990-an hingga 2001. Peperangan ini berciri konflik
etnis antara warga Yugoslavia, kebanyakan antara bangsa Serbia melawan Kroasia, Bosnia dan
Albania; di Bosnia dan Herzegovina perang terjadi antara Bosnia dan Kroasia, sementara di
Makedonia antara bangsa Makedonia dan Albania. Perang ini berakhir dengan kekacauan
ekonomi Yugoslavia.
2. Faktor Politik
Konflik Yugoslavia disebabkan oleh serentetan gejolak dan konflik politik pada awal
tahun 1990-an dan Sejak Tito meninggal, perbedaan rasial di Yugoslavia merebak,
terutama di akhir tahun 80-an Mengikuti krisis politik pada tahun 1980-an, republik
anggota dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia terpecah belah, tetapi masalah-
masalah yang tak tertangani mengakibatkan perang antaretnis Yugoslavia yang sengit.
Perang ini memberi dampak terutama kepada Bosnia dan Kroasia.
3. Faktor Sosial
Tidak ada orang yang memiliki kharisma kepemimpinan seperti Joseph Broz Tito.
Akibatnya, meletus perang perang antar etnis. Konflik di Yugoslavia sejatinya berawal
dari gerakan Pan Slavia (oleh bangsa Serbia) yang bertujuan untuk menyatukan semua
etnis Slavia dan membentuk Negara Serbia raya. Selama berlangsungnya konflik etnis
ini, terjadi kejahatan perang dan pembersihan etnis besar-besaran.
Pengganti Joseph Broz Tito, Slobodan Milosevic tidak berhasil menyelesaikan
konflik di Yugoslavia. Demikian memburuknya situasi, hingga Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) pun membentuk International Criminal Tribunal for the former
Yugoslavia (ICTY) untuk mengusut kejahatan perang yang terjadi selama konflik etnis
berlangsung. Sementara itu, keenam negara bagian tetap berusaha memisahkan diri dari
Yugoslavia serta membentuk negara baru yang merdeka dan berdaulat.
Dalam perundingan Dayton akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani oleh semua pihak di
Paris pada tanggal 14 Nopember 1995. Adapun isi dari kesepakatan atau perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Franjo Tudjman
Pemerintah Kroasia yang dipilih oleh Franjo Tudjman menginginkan agar warga
serbia yang berada di wilayah Kroasia menjadi “official minority” atau minoritas yang
sesungguhnya dengan memberikan mereka hak-hak minoritas. Franjo Tudjman meninggal
pada tahun 1999 ketika investigasi sedang berjalan.
2. Radovan Karadzic
Radovan Karadzic adalah pemimpin Bosnia-Serbia yang bersekutu dengan Slobodan
Milosevic. Dimana keinginan kedua pemimpin negara bagian ini adalah untuk
“memusnahkan warga Bosnia dan warga Kroasia di wilayah mereka sendiri yaitu Bosnia dan
Kroasia aoabila ingin meningkatkan populasi Serbia, dengan tujuan utamanya adalah
mendapatkan “Greater Serbia” . Pembantaian masa dan pembumihangusan menjadi cara
mereka untuk mendapatkan apa yang menjadi kehendak mereka. Kebanyakan yang menjadi
korban adalah warga muslim Bosnia.
Pemimpin Bosnia-Serbia ini dijatuhi hukuman penjara selama 40 tahun. The Tribunal
menyatakan Radovan Karadzic bersalah atas genosida yang berkaitan dengan pembumihangusan
Srebrenica dan hal-hal lainnya.
3. Milan Martic
Milan Martic didakwa atas 16 tuduhan, termasuk diantaranya pembunuhan,
penyiksaan, deportasi, penyerangan terhadap warga sipil dan aksi kriminalitas lain yang
melawan kemanusiaa. Milan Martic adalah mantan pemimpin Kroasia Serbia yang menjabat
di kepolisian. Milan Martic sendiri dijatuhi hukuman selama 35 tahun di penjara.
4. Momcilo Krajisnik
Momcilo Krajisnik adalah mantan pembicara majlis nasional Republik Srpska dan
mantan represntatif Serbia dari Kepresidenan Bosnia-Herzogovinian. Momcilo Krajisnik
bekerja bersama Radovan Karadzic dalam pembuatan kebijakan dan implementasi
“pembersihan etnis”. Momcilo Krajisnik ditangkap pada tahun 2000 dan sedang berada di
penjara Inggris dalam hukuman 20 tahun penjara.
5. Biljana Plavsic
Biljana Plavsic adalah satu-satunya wanita yang ditangkap oleh International Criminal
Tribunal for the Former Yugoslavia (ICYT). Sebelum ditangkap, Biljana Plavsic adalah mantan
presiden kedua Republik Srpska. Pada tahun 2011, ICTY mengeluarkan dakwaan publik kepada
mantan presiden ini atas aksi kriminalitas perang, khususnya pada saat perang Bosnia. Biljana
Plavsic mengajukan banding dan dijatuhi hukuman 11 tahun penjara dimulai pada tahun 2003 di
penjara Swedia.
A. Kesimpulan
Perang Yugoslavia, yang berawalan pada tahun 1990an, telah memberikan beberapa
akibat seperti terpecahnya Yugoslavia menjadi beberapa Negara , seperti Serbia dan Bosnia,
serta terlaksananya beberapa pelanggaran HHI sesuai dengan konvensi Jenewa oleh
beberapa aktor penjahat Internasional yang pada umumnya juga merupakan komandan
seperti Zlatko Aleksovski (komandan penjara) dan Jenderal Tihomir Blaskic (komandan
dewan pertahanan kroasia). Pelanggaran HHI terbesar yang dilakukan adalah ketika
terjadinya konflik Serbia.
Bosnia, dimana Bosnia ingin memerdekakan negaranya dari kedaulatan Serbia yang
semenjak itu berhasil merdeka dari Yugoslavia, yang tidak disetujui oleh pihak Serbia.
Akibatnya, sekitar dua ratus ribu korban terbunuh. Meskipun konflik tersebut sudah dapat
diselesaikan dan para pelanggar HHI sudah dapat diadili di International Court of Justice,
dampak yang diberikan akibat dari perang Yugoslavia, khususnya dari konflik Serbia Bosnia,
cukup besar terhadap stabilitas keamanan global. Kasus ini juga merupakan bukti yang
cukup nyata bahwa keinginan untuk memiliki power, memperluas itu kekuasaan, serta
menjajahi pihak yang powerless atau yang lemah masih ada. Semoga hal seperti ini tidak
akan terulang lagi di masa yang akan datang.
B. Saran
Penulis merasa masih banyak kekurangan disan sini, kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.