Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mengikuti Mata Kuliah Hukum
Internasioanl yang diampu oleh Bapak Dito Hendro Prakoso, SH, MSIR, MSCJ

Disusun Oleh

Kelompok 1:

Arif Ahmad Fauzi Ripki Yanuar

Deni Setiawan Sri Wahyuni

Kania Pebriyanti Yunita Pitaloka

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-nya tugas
Makalah Mata Kuliah Hukum tata pemerintahan dapat terselesaikan.

Sholawat beserta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Penulisan makalh ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucaplan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sengat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak sempurnaan dari
makalah ini. Dengan demikian penulis mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
dan kesehatan bagi kita semua. Aamiin ya robbal alamin.

Bandung, 15 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

A. A.Latar Belakang Masalah................................................................................................


B. .Rumusan Masalah ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Yugoslavia ........................................................................................................................
B. Faktor Penyebab Konflik Yugoslavia ...............................................................................
C. Kronologi konflik etnis yugoslavia....................................................................................
D. Tokoh yang menyelesaikan peran yugoslavia...................................................................
E. Contoh bagi Indonesia agar tidak terjadi perang seeperti yugoslavia................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Daftar pustaka.....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan masyarakat
Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya kekuatan negara
Yugoslavia menjadi beberapa negara. Sehingga Bosnia yang merupakan bagian wilayah dari
Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan dirinya. Hal ini yang kemudian ditentang oleh
masyarakat Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia. Hal ini
disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia dan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Hal ini menyingkirkan etnis asli Bosnia yang tidak
menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka. Konflik ini merupakan konflik lokal antara
penduduk asli Bosnia yang menginginkan kemerdekaan penuh bagi negara Bosnia sesuai
dengan referendum yang telah dilakukan masyarakat Bosnia. Namun hal ini kemudian di
tentang keras oleh etnis Serbia. Sehingga konflik ini kemudian menjadi konflik antar etnis.
Yaitu antara etnis Serbia dan etnis Bosnia yang memang memiliki banyak perbedaan terutama
soal keyakinan. Konflik ini kemudian semakin besar mengingat ada upaya-upaya dari etnis
Serbia yang didukung oleh tentara dan presidennya untuk melakukan pembersihan etnis
terhadap etnis Bosnia. Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia membombardir ibukota
Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan
disiksa dalam kamp kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia
diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban etnis Serbia sepanjang perang ini mencapai
200.000 orang yang terbunuh.Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban penyembelihan dan
kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia. Sampai pada
awal 1993, konflik antara Serbia dan Bosnia masih belum reda walaupun pasukan penjaga
perdamaian PBB yang terdiri atas tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan
operasi pemeliharaan perdamaian.

B. Rumusan Masalah

1. Penyebab terjadinya perang di Yugoslavia

2. Penyelesaian perang di Yugoslavia


3. Bagaimana dan siapa tokoh yang menyelesaikan perang Yugoslavia
4. contoh bagi Indonesia agart tidak terjadi erang seperti diyugoslavia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Yugoslavia
Yugoslavia adalah sebuah federasi antara tiga kerajaan, yaitu : Kerajaan Serbia, Kerajaan
Kroasia, dan Kerajaan Slovenia. Ketiga kerajaan ini mayoritas adalah keturunan dari pemakai
bahasa Slavik. Meskipun mereka dekat dalam kekeluargaan dan bahasa, ketiga bangsa sebelum
tahun 1918 belum menjadi satu kesatuan.
Ketiga kerajaan ini bergabung menjadi sebuah kerajaan yang berpusat di Hapsburg. Semangat
propaganda nasionalis dari Serbia membawa ketiganya menjadi sebuah negara bersatu, yang
menyatukan masa depan mereka menuju negara Yugoslavia. Berdasar perbedaan yang disatukan,
Manifesto Corpu tahun 1917, yang disebut juga “sertifikat kelahiran Yugoslavia” untuk
memproklamasikan ke dunia bahwa ketiganya telah membentuk suatu negara dan masa depan
mereka disebut dengan “Kerajaan dari Serbia, Kroasia, dan Slovania”. Yang menjadi sebuah
konstitusi, demokratis dan monarki parlementer dibawah kekuasaan Serbia dimana negara baru
mempunyai bendera sendiri dan ketiga anggota konstitusional memiliki bendera masing-masing
dan memiliki kedudukan yang sama.
Semangat persatuan dan kerjasama yang tertera di Manifesto Corfu gagal diwujudkan, karena
ketidakmampuannya untuk memuaskan penduduk/warga dikarenakan kegelisan berkelanjutan
dalam politik dan krisis yang kadang terjadi di kerajaan tersebut. Setelah kericuhan yang terjadi
dipusat pemerintahan dan hilangnya ancaman di Habsburg, Yugoslavia terbagi menjadi dua
grup : yang mendukung pemerintah pusat dimana adalah ekspansi dipegang oleh kerajaan Serbia
dan yang mendukung pemerintah pusat sesuai otonomi daerah.
Pemilihan konstituante pertama digelar pada 28 November 1920, Kaum buruh Kroasia
(Raditch) berhasil tepilih 50 orang dalam pemilihan sementara , namun mereka menolak untuk
mengambil jatah kursi, sehingga Pashitch bisa menguasai kekuasaan mayoritas dalam kerajaan.
Konstitusi Yugoslavia pada 28 Juni 1921, dengan syarat untuk pemusatan pemerintahan diamana
harus menjalankan persamaan untuk semua anggota negara dalam 4 perintah untuk melenyapkan
perbedaan daerah. Garis perbatasan yang lama dihapuskan dan dibentuk wilayah provinsi yang
baru di bawah parlemen nasional di Belgrade. Pemerintah lokal dipilih langsung oleh
masyarakat, akan tetapi pemimpin kantor menteri keuangan ditunjuk oleh parlemen. Akibatnya
konstitusi “ ditempatkan tidak semestinya pada kekuasaan tangan yang tidak kompeten di
Belgrade, dan mengasilkan kemunduran dalam bidang administrasikhususnya pada pembentukan
provinsi Astro-Hungaria”.
Pada Tanggal 28 Juni 1921, Pangeran Regent mengambil jalan pembentukan konstitusi baru,
dan sejak hari “Revisionis” menjadi pimpinan politik di kerajaan. Pemilihan pertama parlemen
digelar pada Maret 1923, dan hasilnya muncul dua pihak yaitu Pashitch dan Raditch. Raditch
menolak untuk mengijinkan perwakilan Kroasia mengambil kursi pemerintahan, dan Pashitch
memungkinkan pembentukan kementrian. Beberapa tahun setelah pemboikotan, Raditch muncul
dan menyimpulkan bahwa hasil dari ketidak hadiran partainya karena kalah kekuatan dari
Pashitch. Sesuai dengan itu, perwakilan partai Kroasia kembali ke parlemen dan menyebabkan
mundurnya Pashitch pada Maret 1924.
Pada akhirnya raja Alexander membubarkan parlemen. Raditch dipenjara dalam tuduhan
konspirasi selama kampanye pemilihan dengan metode tangan kuat (tangan besi) digunakan
untuk melenyapkan oposisi. Meskipun berada di penjara, dia mengumumkan bahwa partai Buruh
Kroasia telah memutuskan pembentukan kerajaan, sebuah dinasti, dan konstitusi pada 1921.
Pemimpin buruh Kroasia itu kemudian dilepaskan dari penjara, anggota partainya memberi
porto folio dalam pemerintahan pada November 1925, Raditch memasuki kabinet dan menjadi
menteri pendidikan. Ketidakmampuannya dalam menangkis serangan dari koleganya, membuat
koalisi berakhir pada April 1926.
Krisis munculpada 20 Juni 1926,ketika Raditch menyerang pemerintah untuk proposal untuk
meratifikasi Konvensi Netuno dengan Italia, Kroasia menyatakan itu bertentangan dengan
kepentingan mereka. Seorang pendukung pemerintah menembaki para pemimpin dan anggota
partai buruh Kroasia, menewaskan dua orang dan melukai beberapa orang lainnya.Raditch
sendiri kemudian meninggal akibat efek lukanya pada tanggal 8 Agustus 1928.
5 Deputi Kroasia kemudian menarik diri dari parlemen dan mendirikan badan saingan di
Zagreb, di mana mereka melewati resolusi menolak untuk mengakui hukum yang diberlakukan
oleh Parlemen di Beograd.Pada tanggal 1 Oktober, delegasi yang mewakili Kroasiadan Dalmatia
bertemu di Zagreb dan memutuskan untuk berserikat dengan bekerja secara independen dari
pemerintah Beograd dan Serbia untuk memboikot. Para pemimpin Kroasia menolak untuk
berurusan dengan pemerintah, dan menyatakan bahwa hanya jika tawaran yang dibuat oleh Raja
sendiri akan mereka membahas situasi tersebut. Pada tanggal 1 Desember 1928, Kroasia menolak
untuk berpartisipasi dalam perayaan nasional ulang tahun kesepuluh dari negara Yugoslavia.
Raja Alexander memutuskan bahwa Parlemen teriarisme itu, bukan mengembangkan dan
memperkuat rasa persatuan nasional malah memprovokasi kekacauan moral dan perpecahan
nasional. Raja pada tanggal 5 Januari 1929, membubarkan parlemen, membatalkan Undang-
Undang Dasar 1921, dan memanggil Zhivkovitch, komandan divisi penjaga yang ditempatkan di
Belgrade, untuk memimpin pemerintahan baru. Yugoslavia berubah menjadi monarki absolut ,
asumsi kekuasaan tunggal Raja menyeluruh atas setiap petugas negara. Pembatasan pada pers ,
hukuman yang ditetapkan untuk mengkritik atau menolak ukuran kediktatoran , senjata dilarang ,
dan semua pertemuan politik dilarang kecuali diizinkan oleh polisi Akhirnya , pada bulan
Oktober 1929 nama negara diubah dengan proklamasi kerajaan dari " Kerajaan Serbia, Kroasia ,
dan Slovenia " , ke " Kerajaan Yugoslavia " . Raja Alexander berharap Serbia, Kroasia , Slovenia
dan akan mengorganisir diri non-rasial dalam kelompok Yugoslavia berdasarkan sosial ,
ekonomi , dan lain kepentingan kelas . 2.2 Konflik Yugoslavia Berbagai konflik dan kekerasan
yang terjadi di Yugoslavia selama tahun 1990-an hingga 2001. Peperangan ini berciri konflik
etnis antara warga Yugoslavia, kebanyakan antara bangsa Serbia melawan Kroasia, Bosnia dan
Albania; di Bosnia dan Herzegovina perang terjadi antara Bosnia dan Kroasia, sementara di
Makedonia antara bangsa Makedonia dan Albania. Perang ini berakhir dengan kekacauan
ekonomi Yugoslavia.

6 Konflik Yugoslavia merupakan konflik akibat diskriminasi antar etnis (genocidal) di


Yugoslavia yang terjadi antara tahun 1990 hingga 2001. Konflik Yugoslavia sering disebut
sebagai perang paling mematikan di Eropa setelah Perang Dunia. Konflik antar etnis ini dimulai
sejak meninggalnya Joseph Broz Tito, pemimpin Yugoslavia terdahulu pada tanggal 8 Mei 1980.
Salah satu kebijakan Joseph Broz Tito tahun 1965 adalah Jalan Yugoslavia, yang berisi bahwa
Yugoslavia mengadakan hubungan dagang yang seimbang antara Blok Barat maupun Blok
Timur serta melakukan desentralisasi di bidang politik dan ekonomi yang membuka jalan ke arah
sosialisme. Pada saat itu, Yugoslavia berjalan dengan tentram dengan tidak memihak pada kedua
blok tersebut.

B. Faktor Penyebab Konflik Yugoslavia


1. Faktor Ekonomi
Model pemerintahan Yugoslavia beserta “jalan tengah” di antara ekonomi terpimpin
dan liberal yang dianut merupakan sebuah keberhasilan dan negara tersebut pun
mengalami masa-masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta politik yang kemudian
Melemah karena sistem pemerintahan federal yang melemah tidak lagi mampu
menangani tantangan politik dan ekonomi yang semakin sulit.

2. Faktor Politik
Konflik Yugoslavia disebabkan oleh serentetan gejolak dan konflik politik pada awal
tahun 1990-an dan Sejak Tito meninggal, perbedaan rasial di Yugoslavia merebak,
terutama di akhir tahun 80-an Mengikuti krisis politik pada tahun 1980-an, republik
anggota dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia terpecah belah, tetapi masalah-
masalah yang tak tertangani mengakibatkan perang antaretnis Yugoslavia yang sengit.
Perang ini memberi dampak terutama kepada Bosnia dan Kroasia.

3. Faktor Sosial
Tidak ada orang yang memiliki kharisma kepemimpinan seperti Joseph Broz Tito.
Akibatnya, meletus perang perang antar etnis. Konflik di Yugoslavia sejatinya berawal
dari gerakan Pan Slavia (oleh bangsa Serbia) yang bertujuan untuk menyatukan semua
etnis Slavia dan membentuk Negara Serbia raya. Selama berlangsungnya konflik etnis
ini, terjadi kejahatan perang dan pembersihan etnis besar-besaran.
Pengganti Joseph Broz Tito, Slobodan Milosevic tidak berhasil menyelesaikan
konflik di Yugoslavia. Demikian memburuknya situasi, hingga Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) pun membentuk International Criminal Tribunal for the former
Yugoslavia (ICTY) untuk mengusut kejahatan perang yang terjadi selama konflik etnis
berlangsung. Sementara itu, keenam negara bagian tetap berusaha memisahkan diri dari
Yugoslavia serta membentuk negara baru yang merdeka dan berdaulat.

C. Kronologi Konflik Etnis Yugoslavia


Konflik diawali sejak merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 26 Juni 1991.
Setelah keduanya merdeka, Serbia memegang kekuasaan di Yugoslavia dan merasa
bertanggungjawab atas nasib warga Serbia di Kroasia. Macedonia dan Bosnia-Herzegovina,
yang tidak mau berada di bawah kendali Serbia, kemudian memerdekakan diri serta meminta
pengakuan dari Komunitas Eropa atas kemerdekaan mereka. Bosnia akhirnya tenggelam
dalam perang saudara pada April 1992. Konflik antara Serbia, Kroasia, dan Bosnia ditandai
dengan peristiwa genosida (pembinasaan etnis secara sistematis) yang mengejutkan dunia.
Serbia dan Montenegro menyatakan diri sebagai Republik Federal Yugoslavia pada
tanggal 27 April 1992 dengan mengakui kemerdekaan empat negara bagian lainnya. Namun,
komunitas internasional menolak kedudukan Republik Federasi Yugoslavia sebagai pengganti
Yugoslavia. Konflik nasional, ekonomi , dan politik mempercepat kehancuran negara
yugoslavia. Konflik internal di Yugoslavia merupakan penyebab utama disintegrasi.
Tumbangnya komunisme di Eropa Timur mempercepat disintegrasi ini. Keruntuhan komunis
di Uni Soviet membawa efek yang serupa pada Yugoslavia. Runtuhnya sistem komunis
menyebabkan Yugoslavia terpecah menjadi enam negara ,Yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia,
Macedonia, Slovenia dan Montenegro.
Memburuknya situasi politik di yugoslavia secara riil dimulai dengan aksi proklamasi
ialah ketika beberapa negara memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 25 juni 1991
Slovenia dan Kroasi memproklamirkan kemerdekaan dan kedaulatannya secara sepihak yang
diikuti dengan pembentukan mata uang sendiri , termasuk pembentukan angkatan bersenjata
dan penentuan tapal batas wilayah negara sendiri. Dan pada akhirnya mendapat pengakuan
masyarakat internasional,padahal pemerintah yugoslavia berkeras untuk mencegahnya
sehingga pecahlah konflik bersenjata yang bermula di Kroasia dan Slovenia.
Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan
masyarakat Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya
kekuatan negara Yugoslavia menjadi beberapa negara. Sehingga Bosnia yang merupakan
bagian wilayah dari Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan dirinya. Hal ini yang
kemudian ditentang oleh masyarakat Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi
wilayah dari negara Serbia. Hal ini disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan
menguasai wilayah Bosnia dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Hal ini
menyingkirkan etnis asli Bosnia yang tidak menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka.

D. Berakhirnya Konflik Yugoslavia


Pihak pihak yang terkait dalam Perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai pada
21 November 1995. Perundingan persetujuan perdamaian berlangsung di Dayton, Ohio,
Amerika Serikat, dan pada akhirnya disepakati oleh pemimpin ketiga negara, yakni Bosnia,
Serbia, dan Kroasia. Penandatanganan perdamaian secara resmi dilakukan di Paris, Perancis
tanggal 14 Desember 1995 yang dihadiri pimpinan dari beberapa negara sebagai saksi. Isi
perjanjian yang ditandatangani ialah :
1. Bosnia sebagai negara tunggal terdiri dari dua republik, yaitu Federasi Muslim-Kroasia
dan Serbia-Bosnia.
2. Sarajevo menjadi bagian dari Federasi Muslim-Kroasia, sehingga tentara Serbia harus
meninggalkan Sarajevo.
3. Pemerintahan pusat Bosnia harus efektif dengan Presiden terpilih dan parlemen.
4. Pemulangan pengungsi ke tempat tinggalnya.
5. Kebebasan di seluruh negara.
6. Larangan terhadap penjahat perang untuk menduduki pemerintahan.

E. Dampak Konflik Yogoslavia


1. Politik Yugoslavia Pecah
2. Adanya Korban mulai berjatuhan.
3. Pengakuan Masyarakat Eropa dan Internasional.
4. Deklarasi Yugoslavia baru (Republik Federal Yugoslavia)
F. Penyelesaian Konflik Yugoslavia
Terjadinya konflik berkepanjangan di Yugoslavia tentu membuat dunia merasa harus
bertindak agar pertikaian yang terjadi segera berakhir. Pengendalian konflik sosial pun
dilakukan oleh banyak negara dengan membuat beberapa perundingan agar ditemukan
kesepakatan di antara negara bagian di Yugoslavia untuk berdamai. Beberapa tindakan yang
dilakukan berbagai negara di dunia untuk membantu menyelesaikan konflik Yugoslavia
antara lain sebagai berikut.
1. Seruan PBB
PBB sebagai penengah atas segala konflik yang terjadi di dunia ikut
bertindak untuk mengatasi dan meredam pertikaian yang terjadi di Yugoslavia. Agar
konflik dapat dihentikan, PBB menyerukan kepada Serbia agar mau menarik
tentaranya dari Bosnia. PBB juga menjatuhkan sanksi kepada Serbia yang bertindak
sangat brutal dalam membantai warga Bosnia. PBB mengirim utusan bernama Yasuki
Akasi yang bertugas sebagai mediator untuk mencari jalan keluar agar konflik di
Yugoslavia segera berakhir.
2. Aksi Negara-negara G-7
Bukan hanya PBB yang bertindak agar Serbia mau melakukan gencatan
senjata dan berhenti menyerang Kroasia. Negara-negara G-7 pun ikut turun tangan
melakukan perundingan yang diadakan di Texas, Amerika Serikat. Mereka
menyerukan dan berusaha menekan Serbia agar menghentikan serangan militernya
terhadap Kroasia dan menyelesaikan konflik tersebut secara damai. Mereka juga
mengecam keras dan mengutuk tindakan Serbia yang menyerang dengan sadis dan
brutal, dan tindakan kejamnya dianggap sebagai tindakan biadab yang harus segera
dihentikan.
3. NATO Ikut Berperan
Tidak ketinggalan, NATO pun juga ikut bergerak untuk membantu
menyelesaikan konflik Yugoslavia, dengan cara mengirim pasukan tentaranya ke
wilayah Bosnia. Mereka bertugas untuk menciptakan wilayah yang damai dan
melindungi warga Bosnia yang diserang secara keji oleh Serbia. Mereka berusaha
membentuk wilayah yang bebas dari peperangan, juga melakukan serangan udara ke
wilayah Serbia karena tidak mengikuti aturan NATO.
4. Peran Indonesia
Pada masa itu Indonesia yang berstatus sebagai ketua Gerakan Nonblok
merasa ikut bertanggung jawab untuk membantu menyelesaikan konflik di
Yugoslavia. Kala itu presiden Sueharto yang tengah memimpin Indonesia sekaligus
Gerakan Nonblok mengusulkan agar negara yang bertikai mau melakukan
perundingan agar konflik bisa diselesaikan. Beliau juga mengirimkan pasukan militer
ke Yugoslavia yang terdiri dari 25 orang perwira ABRI dengan nama kontingen
Garuda XIV yang dipimpin Letkol. Infantri Edi Budianto.
5. Perundingan Dayton di Amerika Serikat
Beberapa perundingan internasional telah berlangsung selama dilakukannya
upaya penyelesaian konflik Yugoslavia, dan perundingan terakhir yang
dilangsungkan di Amerika Serikat bernama perundingan Dayton memberikan
titik terang terhadap berakhirnya konflik tersebut. Perundingan di Dayton
dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 1995, yang diikuti oleh pihak-pihak
yang bertikai dan tentunya di bawah pengawasan Amerika Serikat dan
NATO. Perwakilan yang hadir untuk mewakili Bosnia adalah Alisa Izet
Begovic, Franko Tujman mewakili Kroasia dan Slobodan Milosevic
mewakili Serbia.

Dalam perundingan Dayton akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani oleh semua pihak di
Paris pada tanggal 14 Nopember 1995. Adapun isi dari kesepakatan atau perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut.

 Bosnia-Herzegovina tetap sebagai negara tunggal secara internasional.


 Ibu kota Sarajevo tetap bersatu di bawah Federasi Muslim Bosnia-Kroasia dan beberapa
wilayah administrasi otonom kontrol Serbia-Bosnia.
 Radovan Karadzic dan Jenderal Miadic dianggap sebagai penjahat perang oleh Mahkamah
Internasional dan tidak boleh memegang jabatan.
 Pengungsi berhak kembali ke tempatnya semula.
 Pemilu akan diselenggarakan antara 6–9 bulan sesudah penandatanganan Perjanjian Paris.
Dengan adanya perjanjian tersebut penyelesaian konflik Yugoslavia akhirnya dapat tercapai.
Setelah bertahun-tahun dilakukan upaya yang melibatkan berbagai negara di belahan dunia dan telah
melalui berbagai perjanjian yang sangat panjang, pada akhirnya Yugoslavia bisa didamaikan dan
mampu menjalankan pemerintahan negaranya dengan stabil.

Tokoh Konflik Yugoslavia

1. Franjo Tudjman
Pemerintah Kroasia yang dipilih oleh Franjo Tudjman menginginkan agar warga
serbia yang berada di wilayah Kroasia menjadi “official minority” atau minoritas yang
sesungguhnya dengan memberikan mereka hak-hak minoritas. Franjo Tudjman meninggal
pada tahun 1999 ketika investigasi sedang berjalan.
2. Radovan Karadzic
Radovan Karadzic adalah pemimpin Bosnia-Serbia yang bersekutu dengan Slobodan
Milosevic. Dimana keinginan kedua pemimpin negara bagian ini adalah untuk
“memusnahkan warga Bosnia dan warga Kroasia di wilayah mereka sendiri yaitu Bosnia dan
Kroasia aoabila ingin meningkatkan populasi Serbia, dengan tujuan utamanya adalah
mendapatkan “Greater Serbia” . Pembantaian masa dan pembumihangusan menjadi cara
mereka untuk mendapatkan apa yang menjadi kehendak mereka. Kebanyakan yang menjadi
korban adalah warga muslim Bosnia.

Pemimpin Bosnia-Serbia ini dijatuhi hukuman penjara selama 40 tahun. The Tribunal
menyatakan Radovan Karadzic bersalah atas genosida yang berkaitan dengan pembumihangusan
Srebrenica dan hal-hal lainnya.

3. Milan Martic
Milan Martic didakwa atas 16 tuduhan, termasuk diantaranya pembunuhan,
penyiksaan, deportasi, penyerangan terhadap warga sipil dan aksi kriminalitas lain yang
melawan kemanusiaa. Milan Martic adalah mantan pemimpin Kroasia Serbia yang menjabat
di kepolisian. Milan Martic sendiri dijatuhi hukuman selama 35 tahun di penjara.
4. Momcilo Krajisnik
Momcilo Krajisnik adalah mantan pembicara majlis nasional Republik Srpska dan
mantan represntatif Serbia dari Kepresidenan Bosnia-Herzogovinian. Momcilo Krajisnik
bekerja bersama Radovan Karadzic dalam pembuatan kebijakan dan implementasi
“pembersihan etnis”. Momcilo Krajisnik ditangkap pada tahun 2000 dan sedang berada di
penjara Inggris dalam hukuman 20 tahun penjara.
5. Biljana Plavsic

Biljana Plavsic adalah satu-satunya wanita yang ditangkap oleh International Criminal
Tribunal for the Former Yugoslavia (ICYT). Sebelum ditangkap, Biljana Plavsic adalah mantan
presiden kedua Republik Srpska. Pada tahun 2011, ICTY mengeluarkan dakwaan publik kepada
mantan presiden ini atas aksi kriminalitas perang, khususnya pada saat perang Bosnia. Biljana
Plavsic mengajukan banding dan dijatuhi hukuman 11 tahun penjara dimulai pada tahun 2003 di
penjara Swedia.

G. Contoh bagi Indonesia


Indonesia dapat belajar dari peristiwa pecahnya Yugoslavia agar tidak terjadi hal
serupa di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh (LBBP) Indonesia untuk Serbia Semuel Samson dalam forum debriefing yang
diadakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri (BPPK) di Ruang
Nusantara Kompleks Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta. Dubes Semuel
mengaku sebelum berangkat ke Serbia, Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY), berpesan kepadanya untuk mempelajari sejarah Serbia dan Kosovo secara teliti. SBY
ingin tahu apa yang menyebabkan sebuah negara bangsa yang multikultural seperti
Yugoslavia sampai terpecah.
“Tolong pelajari bagaimana sebuah negara bangsa, negara majemuk porak poranda”
kata Dubes Samuel menirukan ucapan SBY saat itu.
Dari struktur masyarakat, Yugoslavia yang terpecah memiliki kemiripan dengan
Indonesia dengan percampuran berbagai etnis dan agama. Misalnya wilayah Slovenia dan
Kroasia mayoritas beragama Katolik, Bosnia adalah negara mayoritas muslim. Sedangkan
Serbia, Montenegro, dan Makedonia menganut orthodoks. Antara berbagi etnis dan agama ini
tidak selalu terjalin perdamaian.
Semuel yang ditugaskan di Serbia pada 2011 ini menjelaskan, letak Yugoslavia yang
berada di tengah Eropa membuat negara ini menjadi sebuah melting pot, yang menjadi tempat
bercampurnya berbagai agama dan etnis sehingga gesekan antar penduduk tidak dapat
terhindarkan. Wilayah Serbia tercatat mengalami 1.500 perang besar dan kecil.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang Yugoslavia, yang berawalan pada tahun 1990an, telah memberikan beberapa
akibat seperti terpecahnya Yugoslavia menjadi beberapa Negara , seperti Serbia dan Bosnia,
serta terlaksananya beberapa pelanggaran HHI sesuai dengan konvensi Jenewa oleh
beberapa aktor penjahat Internasional yang pada umumnya juga merupakan komandan
seperti Zlatko Aleksovski (komandan penjara) dan Jenderal Tihomir Blaskic (komandan
dewan pertahanan kroasia). Pelanggaran HHI terbesar yang dilakukan adalah ketika
terjadinya konflik Serbia.
Bosnia, dimana Bosnia ingin memerdekakan negaranya dari kedaulatan Serbia yang
semenjak itu berhasil merdeka dari Yugoslavia, yang tidak disetujui oleh pihak Serbia.
Akibatnya, sekitar dua ratus ribu korban terbunuh. Meskipun konflik tersebut sudah dapat
diselesaikan dan para pelanggar HHI sudah dapat diadili di International Court of Justice,
dampak yang diberikan akibat dari perang Yugoslavia, khususnya dari konflik Serbia Bosnia,
cukup besar terhadap stabilitas keamanan global. Kasus ini juga merupakan bukti yang
cukup nyata bahwa keinginan untuk memiliki power, memperluas itu kekuasaan, serta
menjajahi pihak yang powerless atau yang lemah masih ada. Semoga hal seperti ini tidak
akan terulang lagi di masa yang akan datang.

B. Saran
Penulis merasa masih banyak kekurangan disan sini, kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai