Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

JURNAL READING ASUHAN PADA IBU


NIFAS DENGAN HIPERTENSI
T. A. 2019/2020

Disusun Oleh :

Fitri Ramdhani
1910104130

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


JURNAL READING ASUHAN PADA IBU
NIFAS DENGAN HIPERTENSI
T. A. 2019/2020

Disusun Oleh :

Fitri Ramdhani
1910104130

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Dewan Penguji Tanggal Tanda Tangan

Fathiyatur Rohmah, S.ST., M.Kes 04 Juni 2020 ACC

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Klinik Kebidanan
(PKK) Jurnal Reading ini tepat pada waktunya dengan judul “Laporan Praktik Klinik
Kebidanan Jurnal Reading Asuhan Pada Ibu Nifas Dengan Hipertensi T. A.
2019/2020”, sebagai target pencapaian PKK.
Penyusunan laporan PKK ini merupakan salah satu syarat kelulusan PKK untuk
menyelesaikan pendidikan kebidanan program sarjana terapan yang berupa tugas reading
jurnal di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2020.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PKK Reading Jurnal
ini, tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Sehinga tidak lupa penyusun mengucapkan rasa
terima kasih yang setinggi-tingginya atas semua pihak yang telah membantu dan kepada
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan kali ini penyusun
ingin mengucapkan pula terima kasih khususnya kepada :
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogykarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogykarta.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogykarta.
4. Fathiyatur Rohmah, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing dan Penguji yang telah
membimbing, menguji, serta mengarahkan penyusun sehingga laporan PKK
Reading Jurnal ini dapat terselesaikan.
5. Spesial buat Orang Tua penyusun tercinta, yang telah melahirkan, merawat,
mendidik dan membentuk penulis menjadi sosok yang kuat dan tegar sehingga
mampu menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, serta yang senantiasa
memberikan do’a, dukungan dan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh rekan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta angkatan tahuun 2019-2020 yang juga memberikan dukungan
dan motivasi.
7. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih atas
do’a, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa laporan PKK Reading Jurnal ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik, saran dan
masukan yang sifatnya membangun dari para pembaca umumnya senantiasa sangat
penyusun harapkan. Semoga laporan PKK Reading Jurnal ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.

Yogyakarta, April 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vi
BAB I................................................................................................................................1
A. Masalah Kasus.........................................................................................................1
B. Skala..........................................................................................................................2
C. Kronologi..................................................................................................................3
D. Solusi..........................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
A. Telaah Jurnal Dengan Analisis PICOT.................................................................6
B. Deskripsi Hasil Reading Jurnal............................................................................10
C. Teori Pokok Bahasan 5 Jurnal..............................................................................14
BAB III...........................................................................................................................20
A. Kesimpulan.............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisis Jurnal dengan


PICOT………………………………………………...6

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal 1 “Efektivitas Slow Stroke Back Massage Untuk Hipertensi Pada
Ibu Nifas Di RSUD Cilacap”
Lampiran 2 : Jurnal 2 “Roselle Flower (Hibiscus Sabdariffa) In The Treatment Of
Hypertension In Postpartum Mothers”
Lampiran 3 : Jurnal 3 “Oral Labetalol Versus Oral Nifedipine For The Management
Of Postpartum Hypertension A Randomized Control Trial”
Lampiran 4 : Jurnal 4 “Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan Darah Pada
Ibu Preeklampsia Postpartum”
Lampiran 5 : Jurnal 5 “Clonidine versus Captopril for Severe Postpartum
Hypertension: A Randomized Controlled Trial”

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah Kasus
Kematian maternal adalah salah satu masalah kesehatan yang harus menjadi
perhatian masyarakat di dunia. Tiga dari penyebab utama kematian ibu terbesar
tetap didominasi oleh hipertensi, perdarahan dan infeksi. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit tidak menular (PTM) paling banyak dijumpai pada masa
kehamilan, bersalin, dan nifas. Dari tiga penyebab utama kematian ibu, hipertensi
post partum menjadi salah satu penyebab yang paling berbahaya diantara infeksi dan
perdarahan. Terdapat 5-10% kejadian hipertensi postpartum dari kasus patologi
postpartum lainnya [ CITATION Ris18 \l 1033 ].
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang lebih dari normal.
Hipertensi adalah keadaan dengan tekanan disatolik minimal 90 mmHg atau tekanan
sistolik minimal 140 mmHg atau kenaikan sistolik minimal 30 mmHg atau kenaikan
tekanan diastolik minimal 15 mmHg. Dikatakan hipertensi juga merupakan sebagai
peningkatan tekanan sistolik dan diastolik sampai mencapai atau melebihi 140/90
mmHg [CITATION Per17 \l 1033 ].
Postpartum atau periode postpartum merupakan masa transisi kritis yang
dialami ibu, bayi, dan keluarganya. Postpartum dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat keandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Postpartum berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan [ CITATION
Man15 \l 1033 ]. Pada periode ini merupakan waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru. Dalam postpartum, ibu akan mengalami adaptasi fisiologis,
psikologis, dan adaptasi sosial. Namun tidak semua ibu nifas bisa melewati adaptasi
postpartum dengan lancar [ CITATION Ris18 \l 1033 ].
Jadi, Hipertensi post partum adalah Hipertensi post partum adalah peningkatan
tekanan darah dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi
dan hipertensi akan berangsur – angsur hilang dalam waktu 10 hari. Hiperytensi
post partum disebut juga dengan transient hypertension dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg [ CITATION Per17 \l 1033 ].
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2015 terdapat 425
per 100.000 kelahiran ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas di seluruh dunia, serta 99% terjadi di negara berkembang. Rasio kematian ibu
di negara-negara berkembang adalah rasio yang tertinggi, dengan 450 kematian ibu
1
2
per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 51
negara persemakmuran serta 9 negara maju. Angak kematian ibu di negara
berkembang disebabkan oleh hipertensi 16%, angka tersebut lebih tinggi dari
perdarahan 13%, abortus 8%, dan infeksi 2% [ CITATION WHO15 \l 1033 ] . Menurut
Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2016, di Indonesia terdapat
kenaikan angka kematian ibu (AKI) dari 291 per 100.000 kelahiran menjadi 412 per
100.000 kelahiran. SDKI (2016), menyebut penyebab AKI antara lain perdarahan
22%, hipertensi (preeklamsia dan eklamsia) 45%, partus lama 26% dan komplikasi
aborsi 18% [CITATION SDK16 \l 1033 ]
Penyebab pasti hipertensi secara teoritis pada ibu postpartum belum diketahui,
hipertensi pada ibu postpartum masih menjadi subyek dari banyak penelitian untuk
memahami etiologinya serta memperbaiki pendeteksian penatalaksaannya
[ CITATION Kan17 \l 1033 ] . Diperkirakan bahwa 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Maka dari itu, pelayanan masa nifas sangat diperlukan
karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Selain penyebab
kematian ibu nifas karena perdarahan dan hipertensi, terdapat pula kasus akibat
penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis dan sampai saat ini, hipertensi
merupakan tantangan terbesar di Indonesia [ CITATION Ind17 \l 1033 ].
Tekanan darah tinggi pada ibu nifas yang terus menerus tanpa adanya
penanganan dapat menyebabakan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirya
kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak
dan mata. Hipertensi pada masa nifas merupakan penyebab umum terjadinya stroke
dan serangan jantung hingga terjadi kematian pada ibu nifas [ CITATION Ind17 \l
1033 ].
B. Skala
Hipertensi pada ibu postpartum sangat berperan besar dalam morbiditas serta
mortalitas maternal dan perinatal. Pada ibu postpartum yang mengalami hipertensi
dapat menjadi normotensive secara cepat setelah melahirkan, kemudian hipertensi
bisa berkembang dalam waktu 48 jam postpartum. Ibu yang mengalami hipertensi
dalam postpartum setengah sampai dua sepertiganya didiagnosis mengalami
preeklamsia, dan eklamsia. Tekanan darah pada ibu postpartum biasanya akan
mengalami penurunan atau rendah dan normal karena adanya perdarahan, sehingga
tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsia
postpartum. Oleh karena itu, hipertensi postpartum merupakan suatu kondisi langka
3
yang terjadi ketika seorang ibu memiliki tekanan darah tinggi serta kelebihan
protein dalam urine segera setelah melahirkan [CITATION Jaf18 \l 1033 ].
Hipertensi pada masa nifas merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan
serangan jantung hingga terjadi kematian pada ibu nifas serta komplikasi penyakit
lainnya. Komplikasi hipertensi pada ibu postpartum meliputi perdarahan otak,
stroke, cidera retina, kelainan mata, gangguan jantung, edema paru, nekrosis hati.
Selain itu, hipertensi pada ibu postpartum meliputi kelainan ginjal, gagal ginjal serta
kerusakan pembuluh darah [ CITATION Sib12 \l 1033 ]. Sehingga untuk menurunkan
morbiditas serta mortalitas pada ibu postpartum dengan hipertensi diperlukan
penanganan pemberian terapi sesuai program pemerintah dan juga perkembangan
kesehatan komplementer. Penanganan hipertensi pada ibu postpartum bertujuan
untuk mencegah terjadinya komplikasi melalui pengobatan baik secara farmakologis
maupun secara farmakologis.
C. Kronologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
4
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
[ CITATION Per17 \l 1033 ].
D. Solusi
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan anti hipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius
dari hipertensi adalah dengan mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan
kembali.
Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun tenega
kesehatan dalam penurunan kasus hipertensi pada ibu postpartum. Berbagai
penanganan diperlukan sesuai terapi dengan program pemerintah dan perkembangan
komplementar yang tentunya bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikkasi
hipertensi pada ibu postpartum melalui pengobatan secara farmakologis dan
nonfarmakologis.
Pengobatan farmakologis dilakukan dengan memberikan obat-obatan kimia
antihipertensi antara lain ace inhibitor, ca bloker, beta bloker, serta diuretika.
Pemberian obat farmakologis yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan adalah
pemberian nifedipin 10 mg. mengkonsumsi nifedipin dengan dosis yang tepat dapat
menurunkan tekanan darah namun efek samping yang dapat dirasakan oleh ibu
postpartum dalam mengkonsumsi nifedipin yaiitu perut kembung, konstipasi, muak,
batuk dan sakit kepala [ CITATION Ris18 \l 1033 ].
Pertimbangan penggunaan obat alternatif dengan seiringnya perkembangan
kesehatan komplementer perlu dipertimbangkan, mengingat efek sampiing yang
dapat ditimbulkan melalui pengobatan farmakologis. Efek samping yang
5
ditimbulkan oleh obat-obatan tersebut tentunya dapat mengganggu kondisi baik fisik
maupun psikis ibu yang berdampak pada keadaan keluarga dan bayi yang baru saja
dilahirkan. Berbagai terapi alternatif yang telah dilakukan penelitian untuk
membuktikan keefektifannya meski hanya sedikit yang meneliti keterkaitannya
dengan hipertensi postpartum, namun terapi seperti menggunakan ekstrak biji
ketumbar, ekstrak bunga roselle, terapi bekam kering, hingga terapi pemijatan dapat
memberikan dampat terhadap penurunan tekanan darah pada ibu postpartum.
Namun, penerapan terapi alternatif tersebut tetap harus memperhatikan kondisi
terkini dari setiap pasien sehingga tidak menutup kemungkinan tetap akan diberikan
terapi farmakologis yang semuanya dengan pemantauan tenaga medis yang
berkompeten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Jurnal Dengan Analisis PICOT
Tabel 2.1 Analisis Jurnal PICOT
No Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparassion Outcome Time
1. Wijayakusuma Erlin Subyek penelitian yang Peneliti menggunakan - Berdasarkan hasil dari Pengambilan
Prosiding Febriani dan digunakan adalah pendekatan penelitian asuhan slow stroke back data dalam
Seminar Anisa Sevi hipertensi pada ibu dengan srategi massage yang telah penelitian ini
Nasional, Vol. Oktaviani, nifas dengan teknik penelitian case study dilakukan pada ketiga dimulai dari
1, No. 1, p : 2020. pengambilan sampel research. Dimana saat partisipan ibu nifas tanggal 2
72-79 menggunakan non pengambil data, dengan hipertensi terdapat januari
Efektivitas probability sampling peneliti memberikan penurunan pada tekanan sampai
Slow Stroke melalui pendekatan asuhan kebidanan darah. Saat dilakukan tanggal 25
Back dengan purposive slow stroke back pemijatan partisipan juga januari 2019
Massage sampling (teknik massage untuk merasa lebih relax dan
Untuk pengambilan sampel hipertensi pada ibu lebih nyaman setelah
Hipertensi dengan pertimbangan nifas hari pertama dilakukan pemijatan.
Pada Ibu atau tujuan tertentu yang di ukur pada Sehingga slow stroke
Nifas Di (kriteria), sehingga sebelum dan sesudah back massage efektif
RSUD sampel yang diambil asuhan dilakukan untuk menurunkan
Cilacap berjumlah 3 responden. pada waktu yang tekanan darah pada ibu
sama. Asuhan nifas dengan hipertensi
dilakukan dengan melalui penanganan
durasi 20 menit faktor-faktor penyebab
selama 3 hari berturut- hipertensi.
turut.
2. Belitung Nikmah Populasi dalam Pada kelompok Pada kelompok Berdasarkan hasil Penelitian
Nursing Jalilah penelitian ini adalah intervensi terdapat 15 kontrol penelitian bahwa ada efek ini dilakukan
Journal, Vol. Ritonga, semua wanita responden yang terdapat 15 signifikan dari kelopak pada bulan
3, No. 3, p : Onny Setiani, postpartum yang menerima obat responden bunga rosella kering Oktober-
229-237 Umaroh, mengalami hipertensi. antihipertensi (10 yang menerima (Hibiscus sabdariffa Desember
Kamilah Kriteria inklusi sampel gram Nifedipine, 5 obat L) dalam menurunkan 2016
6
7
Budhi, dan adalah ibu postpartum mg Amlodipine, dan antihipertensi tekanan darah, dan ada
Faisal Amri, dalam keadaan 125 mg Methyldopa) (10 gram perbedaan yang signifikan
2017. kesadaran (compos dan diberikan seduhan Nifedipine, 5 dalam tekanan darah
mentis), dan bersedia kelopak bunga rosella mg sistolik dan diastolik dan
Roselle menjadi responden kering (dosis 10 gram Amlodipine, durasi penyembuhan
Flower penelitian. Kriteria diseduh dengan 200 dan 125 mg antara kelompok
(Hibiscus eksklusi adalah ibu ml air panas, dan Methyldopa), intervensi (2 hari) dan
Sabdariffa) postpartum yang didiamka selama 5 dan tidak kontrol (3-4 hari) ibu
In The menderita diabetes menit kemudian diberikan yang mengkonsumsi obat
Treatment Of mellitus, ginjal, disaring lalu diberikan seduhan antihipertensi, sehingga
Hypertension hyperlipidemia,gastritis, kepada responden kelopak bunga intervensi ini dapat
In dan komplikasi lainnya sekali sehari di pagi rosella kering membantu proses
Postpartum sebanyak 30 sampel hari setelah 3 jam penyembuhan lebih cepat
Mothers konsumsi obat melalui kombinasi antara
antihipertensi) obat antihipertensi dan
kelopak bunga rosella
kering
3. Pakistan Jahanara Populasi dalam Responden dari - Berdasarkan dari hasil Penelitian
Journal of Ainuddin, penelitian ini adalah penelitian ini secara penelitian bahwa waktu ini dilakukan
Medical Fariha Javed semua wanita dengan acak dibagi menjadi yang dibutuhkan untuk antara bulan
Sciences, Vol. dan Sarah paritas dan usia berapa dua kelompok untuk mencapai tekanan darah Januari 2015
35, No. 5, p : Kazi, 2019 pun, yang melahirkan mendapatkan kontrol yaitu <150 mmHg sampai
1428-1433 pada ≥20 minggu intervensi (1) 62 untuk sistolik dan antara Desember
Oral Labetalol kehamilan dengan responden kelompok 80-100 mmHg untuk 2015
Versus Oral hipertensi postpartum labetalol diberikan diastolik lebih awal
Nifedipine For persisten didefinisikan obat oral labetalol dengan obat oral nifedipin
The sebagai tekanan darah dengan Dosis dimulai long-acting dibanding
Management sistolik (SBP) tekanan 100mg per oral dan dengan obat oral labetalol
Of Postpartum darah ≥ 150mmHg dan meningkat menjadi dalam pengelolaan
Hypertension a atau tekanan darah 1200mg/hari sesuai hipertensi postpartum.
Randomized diastolik (DBP) kebutuhan untuk Namun lama rawat di
Control Trial ≥100mmHg yang mencapai tekanan rumah sakit, kebutuhan
membutuhkan obat darah kontrol dan (2) obat antihipertensi
antihipertensi sehingga 62 responden tambahan sama pada
8
total 124 pasien dengan diberikan obat oral kedua kelompok.
hipertensi postpartum, nifedipin long-acting Sehingga baik labetalol
sebuah percobaan dengan Dosis 30 mg oral dan nifedipine oral
prospektif terkontrol per oral sekali sehari long acting adalah
acak dimana responden dan meningkat intervensi yang efektif
dipilih dan diacak. menjadi 90mg setiap dan ditoleransi
hari sesuai kebutuhan dengan baik untuk
untuk mencapai pengelolaan hipertensi
tekanan darah control postpartum

4. Jurnal Info Yayuk Populasi dalam Pada kedua kelompok Pada kelompok Berdasarkan dari hasil Penelitian
Kesehatan, Eliyana, penelitian ini adalah 34 dilakukan 2 kali kontrol yaitu penelitian bahwa ada ini dilakukan
Vol. 17, No. 1, Mukhamad ibu preeklampsia observasi tekanan darah 17 ibu perbedaan bermakna mulai bulan
p : 1-15 Nooryanto, postpartum dengan yaitu pada hari ke-3 preeklamsia tekanan darah ibu Agustus –
dan Sri kriteria tekanan darah dan hari ke-4. postpartum preeklampsia postpartum September
Poeranto, 2019
sistolik minimal 140 Kelompok intervensi dengan sebelum dan setelah 2018
mmHg dan telah yaitu 17 ibu tindakan yang diberikan terapi bekam
Pengaruh mendapatkan terapi preeklamsia postpartum diberikan kering dan terapi standar.
Terapi Bekam MgSO4 sebelumnya. dengan tindakan yakni Dimana diperoleh data
Kering pemberian terapi pemberian bahwa terdapat perbedaan
Terhadap standar untuk terapi standar bermakna pada selisih
Tekanan menurunkan tekanan untuk tekanan darah sistolik
Darah Pada darah disertai menurunkan antara kelompok yang
Ibu pemberian terapi tekanan darah diberi terapi standar dan
Preeklampsia bekam kering kelompok yang diberi
Postpartum terapi standar ditambah
terapi bekam kering.
Sehingga terapi bekam
kering bisa digunakan
untuk terapi pendamping
dalam menurunkan
tekanan darah pada ibu
preeklampsia/hipertensi
postpartum
9
5. Plos One, Vol. Carlos Populasi dalam Responden dari - Hasil penelitian ini, Penelitian
12, No. 1, p : Noronha Neto penelitian ini sebanyak penelitian ini secara penurunan tekanan darah ini dilakukan
1-12 C., Sabina S. 90 wanita postpartum acak dibagi menjadi hingga mencapai tekanan antara bulan
B. Maia, Leilayang memenuhi kriteria dua kelompok untuk darah kontrol yakni November
Katz, dkk., penelitian inklusi mendapatkan serupa pada kedua 2012 – bulan
2017 dengan 45 dalam setiap intervensi (1) 45 kelompok, menunjukkan Juni 2013
kelompok diambil responden diberikan bahwa obat kaptopril dan
Clonidine secara acak. Kriteria obat oral kaptopril klonidin ini aman dan
Versus inklusi terdiri dari: dengan Dosis dimulai efektif untuk pengobatan
Captopril For wanita dengan 25mg per oral dan hipertensi postparum
Severe gangguan hipertensi meningkat menjadi parah dengan gangguan
Postpartum kehamilan tekanan 150mg/hari sesuai hipertensi kehamilan.
Hypertension: darah sistolik (SBP) kebutuhan untuk Namun, rata-rata SBP
A 180 mencapai penurunan lebih rendah pada
Randomized mmHg dan / atau tekanan darah dan (2) kelompok klonidine pada
Controlled tekanan darah diastolik 45 responden hari ketiga, dan
Trial (DBP) 110 mmHg], diberikan obat oral sehubungan dengan biaya
membutuhkan klonidin dengan Dosis obat, paket kaptopril (25
magnesium sulfat. 0,1 mg per oral sekali mg) 30 tablet lebih tinggi
Kriteria eksklusi sehari dan meningkat daripada paket 30 tablet
adalah: menjadi 0,6 mg setiap klonidin hidroklorida (0,1
penyakit jantung, hari sesuai kebutuhan mg). Sehingga
merokok, penggunaan untuk mencapai pengobatan antihipertensi
obat-obatan terlarang, penurunan tekanan dengan klonidine dapat
kontraindikasi untuk darah. menjadi alternatif yang
kaptopril, clonidine aman dan efektif untuk
atau obat oral, menghindari tekanan
dan telah menggunakan darah postpartum yang
captopril / clonidine sangat tinggi, dengan
sebelumnya. keuntungan tertentu
seperti biaya perawatan
yang lebih rendah.
10
B. Deskripsi Hasil Reading Jurnal
Jurnal pertama dengan judul Efektivitas Slow Stroke Back Massage Untuk
Hipertensi Pada Ibu Nifas Di RSUD Cilacap. Dalam jurnal, sampel yang diambil
untuk pemberian intervensi dengan asuhan Slow Stroke Back Massage sebanyak 3
responden yaitu pasien ibu nifas dengan hipertensi di RSUD Cilacap. Instrument
penelitian studi kasus dalam jurnal ini dengan memahami model analisis case study
research, dimana peneliti harus menguasai partisipan yang diteliti, melalui prosedur
asuhan dengan slow stroke back massage dan di akhir dilakukan evaluasi penurunan
tekanan darah. Pada saat pengambilan data, ketiga responden diukur tekanan darah
sistoliknya sebelum dan sesudah pemberian intervensi SSBM dengan durasi 20
menit pada setiap harinya selama 3 hari secara berturut-turut. Berdasarkan hasil
penelitian setelah di berikan intervensi Slow Stroke Back Massage atau pemijatan
pada daerah punggung secara perlahan-lahan, rata-rata hasil perubahan tekanan
darah sistolik ketiga responden mengalami penurunan pada hari ketiga. Setelah
dilakukan pemijatan, responden juga merasa lebih relax dan lebih nyaman. Sehingga
secara garis besar Slow Stroke Back Massage efektif untuk menurunkan tekanan
darah pada ibu nifas dengan hipertensi yang tentunya tetap melalui penanganan
faktor-faktor penyebab hipertensi. Terapi slow stroke back massage ini merupakan
terapi manipulasi dengan pijatan lembut pada jaringan yang bertujuan memberikan
efek terhadap fisiologis terutama pada vaskular, muskular, dan sistem saraf pada
tubuh. Terapi ini tidak hanya memberikan efek relaksasi bagi pasien, namun juga
bermanfaat untuk kesehatan seperti melancarkan sirkulasi darah, menurunkan
tekanan darah, menurunkan respon nyeri dan meningkatkan kualitas tidur.
Jurnal kedua dengan judul Roselle Flower (Hibiscus Sabdariffa) In The
Treatment Of Hypertension In Postpartum Mothers. Dalam jurnal, menggunakan
metode rancangan penelitian eksperimental kuasi dengan desain kelompok
intervensi dan kontrol. Kemudian populasi dalam penelitian ini adalah semua
wanita postpartum yang mengalami hipertensi namun memiliki kriteria inklusi
sampel adalah ibu postpartum dalam keadaan kesadaran (compos mentis), dan
bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi adalah ibu postpartum yang
menderita diabetes mellitus, ginjal, hyperlipidemia, gastritis, dan komplikasi
lainnya. Sehingga sebanyak 30 sampel yang dijadikan responden secara berurutan
dibagi menjadi 2 kelompok yakni 15 sampel pada kelompok intervensi dan 15 pada
kelompk kontrol. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian intervensi setiap harinya hingga mencapai tekanan
11
darah normal. Pada kelompok intervensi, terlebih dulu mengkonsumsi obat anti
hipertensi sesuai dengan kondisi dan terapi yang diterima dari rumah sakit, lalu 3
jam kemudian diberikan kelopak bunga rosella kering dengan dosis 10 gram yang
diseduh dengan 200 ml air panas dan didiamkan selama 5 menit kemudian disaring
dan diminum oleh responden sekali sehari di pagi hari dan pemeriksaan tekanan
darah dilakukan setelah 3 jam pemberian intervensi. Sedangkan pada kelompok
kontrol hanya diberikan pengobatan antihipertensi yang sesuai dengan kondisi dan
terapi yang diterima dari rumah sakit. Jenis dari antihipertensi yang dikonsumsi
oleh responden dalam penelitian ini adalah 10 gram Nifedipine, 5 mg Amlodipine,
dan 125 mg Methyldopa. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada efek signifikan
dari kelopak bunga rosella kering (Hibiscus sabdariffa L) dalam menurunkan
tekanan darah, dan ada perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah sistolik dan
diastolik dan durasi penyembuhan antara kelompok intervensi (2 hari) dan kontrol
(3-4 hari) ibu yang mengkonsumsi obat antihipertensi, sehingga intervensi ini dapat
membantu proses penyembuhan lebih cepat melalui kombinasi antara obat
antihipertensi dan kelopak bunga rosella kering. Kelopak bunga rosella kering
merupakan salah satu pengobatan komplementer pada ibu nifas dengan hipertensi.
Sebagai obat herbal, mekanisme umum tanaman obat ini adalah mengendalikan
tekanan darah melalui efek pembuluh darah yang melebar dan mengurangi
kemampuan ginjal untuk meningkatkan tekanan darah. Senyawa flavonoid yang
terkandung dalam bunga rosela terdiri dari anthocyanin, gassypetin, dan glukosida
hibiscin yang bekerja secara langsung pada otot polos arteri, yang menstimulasi atau
mengaktifkan rangsangan relaksasi yang digerakkan oleh endotelium (EDRF) dan
menyebabkan vasodilatasi, sehingga mampu menghambat enzim pengonversi
angiotensin (ACE) dan mencegah pembentukan angiotensin II, dan
mempertahankan Nitric Oxide Synthase (NOS) sebagai sebuah vasodilatasi yang
kuat.
Jurnal ketiga dengan judul Oral Labetalol Versus Oral Nifedipine For The
Management Of Postpartum Hypertension a Randomized Control Trial. Dalam
jurnal menjelaskan bahwa tujuan dari melakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan keefektifan antara obat oral Nifedipine dengan obat oral
Labetalol untuk mengatasi hipertensi pada postpartum. Metode dalam penelitian ini
adalah sebuah percobaan prospektif terkontrol acak dan telah terdaftar pada uji
klinis yang dilakukan pada semua wanita sebagai sampel penelitian dengan paritas
dan usia berapapun, yang telah melahirkan pada usia kehamilan >20 minggu dengan
12
hipertensi postpartum persisten yakni tekanan darah sistolik ≥150 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥100 mmHg yang membutuhkan obat antihipertensi. Selain
pasien yang memenuhi syarat memiliki hipertensi persisten juga mereka yang
mengalami hipertensi gestasional, pre-eklampsia, atau memiliki hipertensi
postpartum tanpa riwayat sebelumnya, sehingga ditetapkan jumlah sampel
penelitian sebanyak 124 dengan 62 responden pada tiap kelompok. Dipilih secara
acak menjadi dua kelompok, kelomok (1) labetalol dan (2) nifedipin long acting.
Tekanan darah awal responden diukur sebelum di berikan intervensi, setelah itu
baru kemudian masing masing kelompok diberikan pengobatan antihipertensi sesuai
dengan kelompok tiap responden. Pemberian Labetalol dimulai dengan dosis
100mg per oral dan meningkat menjadi 1200mg perhari sesuai kebutuhan untuk
mencapai tekanan darah kontrol. Nifedipine long acting (nifedipine LA 30mg)
diberikan 30 mg per oral sekali sehari dan meningkat menjadi 90mg setiap hari
sesuai kebutuhan untuk mencapai tekanan darah kontrol. Pengukuran tekanan darah
setelah intervensi dilakukan berkelanjutan setiap jam selama enam jam dan
kemudian empat jam hingga 24 jam, selama dua hari berturut-turut. Jika tekanan
darah tidak terkontrol dengan dosis maksimum satu obat, obat lain ditambahkan
pada dosis awal terendah dan dosis tambahan diberikan sesuai sampai tekanan darah
yang diinginkan tercapai, sesuai dengan keputusan tim medis yang berewenang.
Tekanan darah yang diinginkan diambil sebagai kontrol adalah tekanan darah
sistolik di bawah 150mmHg dan tekanan darah diastolik antara 80 dan 100 mmHg.
Setelah dilakukan penelitian, ditemukan hasil bahwa baik labetalol oral maupun
nifedipine oral long acting merupakan intervensi yang efektif dalam mencapai
tekanan darah kontrol dengan dosis awal dan ditoleransi dengan baik untuk
pengelolaan hipertensi postpartum. Namun, nifedipine oral long acting lebih unggul
karena lebih awal mencapai tekanan darah control dari labetalol oral. Meski begitu,
nifedipine long acting memiliki efek samping minor lebih banyak, dan untuk
labetalol sendiri harus dihindari oleh ibu postpartum hipertensi yang memiliki
riwayat asma karena dapat memperburuk bronkospasme.
Jurnal keempat dengan judul Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap
Tekanan Darah Pada Ibu Preeklampsia Postpartum. Penelitian ini merupakan Jenis
penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan non equivalent control
group design yaitu suatu rancangan yang berusaha mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana
dalam memilih kedua kelompok tersebut tidak dikerjakan secara acak. Populasi
13
dalam penelitian ini adalah 34 ibu preeklampsia postpartum yang terdiri dari 17
kelompok perlakuan dan 17 kelompok kontrol. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah ibu postpartum hari ke-3, dengan kriteria tekanan darah sistolik minimal 140
mmHg dan ibu telah mendapatkan terapi MgSO4 dan terapi standart untuk
hipertensi, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu dengan
hipertensi karena faktor lain dan ibu yang mengalami komplikasi preeclampsia serta
ibu yang mengalami gangguan jiwa dan sedang menjalani perawatan psikoterapi.
Pada kedua kelompok dilakukan 2 kali observasi tekanan darah yaitu pada hari ke-3
dan hari ke-4. Tindakan yang diberikan pada kelompok perlakuan yaitu pemberian
terapi standar untuk menurunkan tekanan darah disertai pemberian terapi bekam
kering, sedangkan pada kelompok kontrol tindakan yang diberikan yaitu pemberian
terapi standar untuk menurunkan tekanan darah. Pengukuran tekanan darah
dilakukan pada ibu hipertensi postpartum sebelum dan setelah diberikan terapi
bekam kering dan terapi standar. Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal ini,
bahwa bekam kering daapt direkomendasikan sebagai salah satu terapi non
farmakologis pendamping selain pemberian terapi standar untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada ibu preeklampsia postpartum karena ada perbedaan
tekanan darah antara sebelum dan setelah pemberian terapi standar dan ditambah
terapi bekam kering pada ibu postpartum dengan preeklampsia. Kemudian tidak
ada perbedaan tekanan darah antara sebelum dan setelah pemberian terapi standar
pada ibu postpartum dengan preeklampsia, dan ada perbedaan selisih tekanan darah
sistolik antara kelompok kontrol (pemberian terapi standar) dan kelompok
perlakuan (pemberian terapi standar dan bekam kering) pada ibu postpartum dengan
preeklampsia.
Jurnal kelima dengan judul Clonidine Versus Captopril For Severe
Postpartum Hypertension: A Randomized Controlled Trial. Penilitian ini
merupakan percobaan klinis acak, terkontrol dengan obat untuk membandingkan
kaptopril oral (25 mg) dan klonidin oral (0,1 mg) dalam pengobatan ibu postpartum
dengan gangguan hipertensi dengan riwayat tekanan darah yang sangat tinggi sejak
kehamilan. Responden pada penelitian ini adalah semua wanita secara sukarela
setuju untuk berpartisipasi dan menandatangani formulir persetujuan dengan kriteria
inklusi adalah wanita postpartum dengan diagnosis gangguan hipertensi sejak
kehamilan tekanan darah sistolik (SBP) 180 mmHg dan / atau tekanan darah
diastolik (DBP) 110 mmHg atau lebih dan membutuhkan magnesium sulfat untuk
mencegah atau mengobati eklampsia. Kriteria eksklusi adalah wanita dengan
14
penyakit jantung, perokok, pengguna obat-obatan terlarang yang dapat mengganggu
hemodinamik ibu, mereka dengan kontraindikasi penggunaan kaptopril (penyakit
ginjal akut atau kronis, penyakit hati kronis dan hipersensitif terhadap obat),
kontraindikasi terhadap clonidine (penyakit sinus node) , penyakit hati kronis dan
hipersensitif terhadap obat, wanita yang tidak dapat minum obat oral dan mereka
yang menggunakan captopril atau clonidine sebelumnya. Sehingga sebanyak 90
wanita postpartum memenuhi kriteria penelitian inklusi, dengan dibagi menjadi 45
secara acak untuk setiap kelompok kaptopril dan klonidin. Semua responden
selama penggunaan antikonvulsan (MgSO4) sebelum diberikan intervensi tekanan
darah diukur setiap dua jam dalam 24 jam pertama dan kemudian setiap 6 jam pada
hari berikutnya sesuai dengan standar pelayanan tempat penelitian. Intervensi
diberikan melalui petugas yang bertanggung jawab pada saat itu untuk memberikan
obat oral kepada responden, dan setelah pemberian intervensi pada kedua kelomok,
tekanan darah diukur setiap 20 menit pada jam pertama, lalu tiap dua jam dalam 24
jam pertama dan setiap 6 jam sesudahnya. Intervensi berikan setiap hari sampai
tekanan darah kembali mencapai tekanan darah control, tekanan darah sistolik
(SBP) <180 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) < 110 mmHg. Untuk
memastikan bahwa dosis harian maksimum dari setiap obat tidak terlampaui,
ditetapkan bahwa setiap responden akan diberikan maksimum enam dosis / hari
yakni kaptopril 150 mg / hari dan klonidine 0,6 mg / hari. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini, penurunan tekanan darah hingga mencapai tekanan darah kontrol
yakni serupa pada kedua kelompok, menunjukkan bahwa obat kaptopril dan
klonidin ini aman dan efektif untuk pengobatan hipertensi postparum parah pada
wanita postpartum dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan. Namun, rata-rata
SBP lebih rendah pada kelompok klonidine pada hari ketiga, dan sehubungan
dengan biaya obat, paket kaptopril (25 mg) 30 tablet lebih tinggi daripada paket 30
tablet klonidin hidroklorida (0,1 mg). Sehingga pengobatan antihipertensi dengan
klonidine dapat menjadi alternatif yang aman dan efektif untuk menghindari tekanan
darah postpartum yang sangat tinggi, dengan keuntungan tertentu seperti biaya
perawatan yang lebih rendah.
C. Teori Pokok Bahasan 5 Jurnal
Berdasarkan judul pada jurnal pertama tentang Efektivitas Slow Stroke Back
Massage Untuk Hipertensi Pada Ibu Nifas Di RSUD Cilacap, seperti yang diketahui
bahwa salah satu penyebab hipertensi adalah stress, dan pada ibu nifas kondisi ini
sering sekali terjadi akibat adanya perubahan fisik dan lingkungan. Pengobatan
15
hipertensi baik karena stress maupun riwayat hipertensi dalam kehamilan, dapat
dilakukan secara farmakologis dan norfarmakolis. Pengobatan farmakologis
merupakan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat membantu
menurunkan serta menstabilkan tekanan darah. Terapi non farmakologis yang dapat
digunakan untuk mengurangi hipertensi adalah terapi herbal, perubahan gaya hidup,
diet, kepatuhan dalam pengobatan dan terapi relaksasi, dan terapi relaksasi yang
dilakukan adalah pemijatan slow stroke back massase [CITATION Feb \l 1033 ].
Terapi slow stroke back massage ini merupakan terapi manipulasi dengan
pijatan lembut pada jaringan yang bertujuan memberikan efek terhadap fisiologis
terutama pada vaskular, muskular, dan sistem saraf pada tubuh. Terapi ini seperti
halnya pengobatan komplementeryang bersifat terapi pengobatan alami. Slow stroke
back massage adalah tindakan pijat punggung dengan usapan yang perlahan selama
3-10 menit minimal. SSBM adalah teknik pijat yang ditandai dengan pijatan yang
memanjang, perlahan, gerakan meluncur dan gerakan stroking menggunnakan dua
tangan secara bersamaan dan berulang dari daerah sacral ke daerah cervical pada
tulang belakang. Teknik untuk melakukan SSBM dilakukan dengan beberapa
pendekatan, salah satunya metode yang dilakukan ialah dengan mengusap kulit
klien secara perlahan dan berirama dengan tangan, dengan kecepatan 60 kali per
menit. Kedua tangan menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi
tonjolan tulang belakang. Tindakan pijat punggung dengan usapan perlahan
(SSBM) pada klien dengan penyakit terminal terbukti menurunkan tekanan sistolik
dan diastolik [ CITATION Jay18 \l 1033 ].
Menurut Jayawardhana (2018) dalam penelitiannya tetarik untuk melakukan
terapi hipertensi non farmakologis dengan SSBM (pijatan halus pada punggung)
pada lansia dengan hipertensi di Panti Griya Werdha Jambangan Surabaya, karena
intervensi ini sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga
kebugaran. SSBM juga merupakan terapi dengan biaya yang terjangkau oleh
pasien, selain itu pengobatan dengan cara ini tidak memiliki efek samping dan
merupakan terapi yang aman bagi penderita hipertensi dan dianjurkan oleh beberapa
peneliti lainnya sebagai terapi penurunan tekanan darah.
Berdasarkan judul pada jurnal kedua tentang Roselle Flower (Hibiscus
Sabdariffa) In The Treatment Of Hypertension In Postpartum Mothers, ditemukan
bahwa ibu postpartum dengan hipertensi proses penyembuhan lebih cepat jika
dibantu melalui kombinasi antara obat antihipertensi dan kelopak bunga rosella
kering. Kelopak bunga rosella kering merupakan salah satu pengobatan alami pada
16
ibu nifas dengan hipertensi yang tentunya minim memiliki efek samping jika
dibandingkan dengan penggunaan obat antihipertensi farmakologis [ CITATION
Rit17 \l 1033 ].
Pengobatan hipertensi pada ibu postpartum dengan bahan alami tentunya lebih
ekonomis dan minim efek negatif yang merupakan salah satu solusi yang baik
untuk menanggulangi masalah kesehatan. Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) secara
empiris berkhasiat sebagai antiseptik, diuretik, meningkatkan daya tahan tubuh,
antihipertensi, antikolesterol, antibakteri dan bersifat antioksidan. Rosella memiliki
kandungan kimia berupa karbohidrat, asam amino, glikosida, steroid, flavonoid,
tannin, fenol, triterpenoid, kuersetin, sianidin, beta-karoten, fitosterol, delpinidin,
gosiperidin, hibiscetin, hibiscin, dan hibiscitrin. Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
merupakan salah satu tanaman herbal yang bermanfaat mencegah penyakit kanker,
melancarkan tekanan darah, dan melancarkan buang air besar. Kelopak bunga
rosella telah digunakan secara luas di banyak negara sebagai minuman dan sumber
pengobatan, yang salah satunnya dikembangkan menjadi obat herbal antihipertensi
namun hanya sedikit masyarakat yang mengetahui manfaat dan kegunaan bunga ini
[ CITATION Gil20 \l 1033 ].
Kandungan yang ada di dalam kelopak bunga rosella salah satunya adalah
flavonoid yaitu antosianin. Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolit sekunder
yang biasanya ada di akar, batang, daun, kelopak, biji dan lain-lain. Sedangkan
antosianin adalah pigmen daun bunga yang berwarna merah sampai biru. Flavonoid
yang ada di dalam metabolit sekunder mempunyai efek berbagai macam, seperti
dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan, sebagai antioksidan juga
bermanfaat sebagai pengobatan gangguan fungsi hati dan mengurangi pembekuan
darah. Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid, merupakan kelompok
terbesar pigmen alami pada tumbuhan yang larut dalam lemak yang bertanggung
jawab untuk memberikan warna pada bunga, buah dan sayuran. Antosianin rosella
dapat juga bermanfaat bagi kesehatan sebagai sumber antioksidan [ CITATION Gil20 \l
1033 ].
Berdasarkan judul pada jurnal ketiga tentang Oral Labetalol Versus Oral
Nifedipine For The Management Of Postpartum Hypertension a Randomized
Control Trial, melalui studi sebelumnya yang membandingkan antara labetalol
intravena, hidralizin, metilldopa dan nifedipin oral dalam rangkaian perawatan pada
ibu hipertensi selama kehamilan dan postpartum. National Institute for Health and
Care Excellence (NICE) menyebutkan bahwa obat antihipertensi metildopa tidak
17
digunakan sebagai alternatif dalam penanganan hipertensi postpartum karena
memiliki efek samping dari sedasi yang terkait, hipotensi postural dan depresi
walaupu obat tersebut dianggap sebagai obat yang aman untuk ibu menyusui.
Begitupula pada hidralizin yang memiliki lebih banyak efek samping, sehingga
lebih baik tidak digunakan sebagai terapi awal untuk mengendalikan hipertensi pada
kehamilan dan masa nifas. Komite American college of Obstricians and
Gynecologists (ACOG) pada februari 2019 merekomendasikan penggunaan
nifedipin oral sebagai terapi awal ketika pengobatan melalui intravena tidak
tersedia, juga sebagai pengobatan untuk hipertensi intrapartum atau postpartum
yang parah. Kemudian pilihan alternative selain nifedipin adalah labetalol oral
untuk penatalaksanaan hipertensi berat [ CITATION Ain19 \l 1033 ].
Labetalol adalah obat pilihan untuk penurun hipertensi baik pada kehamilan
maupun persalinan. Labetalol adalah golongan beta blockers-combined alpha and
beta-receptor, dosisnya 200-800 mg, dapat diberikan 2 kali sehari. Penelitian besar
pengobatan hipertensi pada kehamilan dengan menggunakan beta blocker adalah
obat labetalol. Labetalol banyak digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi
pada kehamilan di Inggris. Walaupun demikian dari perusahaan farmasi yang
memproduksi labetalol (SPC) menganjurkan hanya digunakan selama trimester
pertama kehamilan, pada masa nifas atau menyusui perusahaan tersebut tidak
menganjurkan dan harus mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya, sehingga
penggunaan obat Labetalol jika diperlukan pada masa nifas disarankan dilakukan
informed consent dan didokumentasikan. Meskipun begitu, obat labetalol tetap
aman bagi ibu yang ingin menyusui karena obat ini termasuk obat hipertensi yang
tidak memiliki efek negatif pada bayi yang akan disusui. Perlu diperhatikan bahwa
pemberian obat pada golongan ini dengan dosis tinggi dapat menstimulasi reseptor
beta-2 yang menyebabkan eksaserbasi asma bila selektifitas hilang, keuntungan
tambahan pada pasien atrial tachyarrythmia atau preoperatif hipertensi.
Pemberhentian tiba-tiba dapat menyebabkan rebound hypertension dan penambahan
penyekat α yang mengakibatkan hipotensi ortostatik [ CITATION Ala191 \l 1033 ].
Nifedipin adalah golongan CCB-dihydropyridines atau masuk dalam kelas
antagonis kalsium, yang dianjurkan adalah long acting (Nifedipine LA). Di
Indonesia obat nifedipin tersedia di Formularium Nasional bentuk tablet 10 mg,
tablet lepas lambat 20 mg, dan tablet lepas lambat 30 mg. Penggunaan nifedipin
>60 mg meningkatkan resiko kejadian tidak diinginkan yang berkaitan dengan
peningkatan kesakitan seperti tachycardia dan hipotensi. Dihidropiridin adalah
18
vasodilator perifer yang kuat dari pada nondihidropiridin dan dapat menyebabkan
pelepasan simpatetik refleks (takhikardia), pusing, sakit kepala, flushing, dan edema
perifer. Sedangkan keuntungan tambahan pada sindroma Raynaud. Obat hipertensi
ini juga aman bagi ibu masa nifas yang ingin menyusui bayinya karena nifedipin
termasuk obat yang tidak memiliki efek samping berbahaya untuk bayi [ CITATION
Ala19 \l 1033 ].
Berdasarkan judul dari jurnal keempat tentang Pengaruh Terapi Bekam Kering
Terhadap Tekanan Darah Pada Ibu Preeklampsia Postpartum, dalam jurnal
menjelaskan bahwa terapi bekam kering merupakan salah satu jenis dari tehnik
bekam, dimana hanya dilakukan pengkopan saja pada titik-titik bekam yang telah
ditentukan sebelumnya tanpa melakukan perlukaan pada kulit. Terapi bekam kering
bekerja dengan melenturkan otot-otot terutama pada daerah punggung. Pada saat
melepas gelas bekam terjadi peningkatan aliran darah pada kulit (reaksi hyperemia),
sehingga terjadi mikrosirkulasi pembuluh darah yang dapat menimbulkan efek
relaksasi pada otot yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
Terapi ini juga merupakan salah satu teknik non farmakologis untuk mengatasi
hipertensi yang telah berkembang. Sebuah penelitian yang dilakukan Anees (2015)
menjelaskan bahwa dalam kasus tekanan darah tinggi, bekam berperan menurunkan
volume darah yang mengalir di pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan
darah, zat nitrit oksida (NO) berperan dalam vasodilatasi (proses perluasan
pembuluh darah) sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah [ CITATION Eli19 \l
1033 ].
Bekam adalah terjemahan dari Bahasa arab hijamah yang berarti penyedotan,
sehingga dapat didefinisikan sebagai teknik penyedotan dengan alat bekam, baik
disertai pengeluaran darah maupun tidak. Bekam tanpa mengeluarkan disebut
bekam kering. Secara teori tekanan darah dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kecepatan
denyut jantung, cardiac output, dan Total Resistance Peripheral (TRP).
Pembekaman pada kulit dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada Mast Cell,
akibat dari kerusakan ini akan dilepaskannya beberapa zat seperti serotonin,
histamine, bradykinin, slow reacting substance (SRS), serta zat lain yang belum
diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol yang
tidak hanya terjadi di sekitar tempat bekam melainkan juga di tempat yang jauh dari
titik bekam, sehingga terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Bekam juga
menstimulasi untuk diproduksinya zat Nitric Oxide (NO) yang berdampak pada
relaksasi otot polos pembuluh darah. Pengeluaran zat-zat tersebut menyebabkan
19
vasodilatasi dan relaksasi pembuluh darah, yang mana hal ini akan berdampak pada
penurunan tekanan darah [ CITATION Pra18 \l 1033 ].
Berdasarkan judul dari jurnal kelima tentang Clonidine Versus Captopril For
Severe Postpartum Hypertension: A Randomized Controlled Trial, dalam jurnal
tersebut menjelaskan bahwa captopril merupakan antihipertensi jenis inhibitor
angiotensin-converting enzyme (ACE) yang memiliki peran penting dalam
pengobatan hipertensi berat dan dapat digunakan pada ibu postpartum tanpa
mempengaruhi proses menyusui dan pengeluaran ASI. Namun demikian, dalam
kasus intoleransi obat atau penyakit ginjal akut, kaptopril harus dihindari. Kaptopril
juga dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
atau pasien yang juga mendapat diuretik penahan kalium, antagonis aldosteron, atau
ARB. Selain itu obat ini juga dapat menyebabkan gagal ginjal pada pasien dengan
renal arteri stenosis, dan yang perlu diingat kaptopril jangan diguakan pada
perempuan hamil atau pada pasien dengan sejarah angioedema. Dosis kaptopril
perhari lazimnya dapat digunakan yang 12.5 mg sampai dengan 150 mg/hari atau
frekuensi 2 – 3 kali/sehari sesuai dengan kondisi tekanan darah. Sedangkan
klonidin telah digunakan sebagai obat alternative pada wanita hamil ataupun
postpartum dengan kontraindikasi terhadap kaptopril, dan memiliki efek yang baik
dalam menangani hipertensi [ CITATION Net17 \l 1033 ].
Klonidin merupakan golongan centrally acting α2 adrenergic agonist and
imidazoline receptor agonist, atau obat antihipertensi jenis agonis alfa-2 yang
bekerja sentral dengan efek antihipertensi sistemik yang mengurangi tonus sistem
saraf simpatik, meningkatkan stabilitas hemodinamik [ CITATION Net17 \l 1033 ] .
Obat klonidin digunakan untuk pengobatan hipertensi yang dapat menimbulkan efek
samping seperti gangguan menjadi tidak aktif, kecemasan, withdrawal syndrome,
migrain dan gejala nyeri kronik. Selain itu obat ini juga bisa digunakan sebagai
obat anti muntah pada hiperemesis gravidarum (HG). Mekanisme kerja clonidine
sebagai obat antihipertensi adalah sama seperti methyldopa tetapi masa kerjanya
lebih singkat. Efek samping serius lebih sering ditemukan pada clonidine.
Dilaporkan bahwa klonidin aman dan baik sebagai antihipertensi pada kehamilan
dan masa nifas, namun klonidin sebaiknya dihindari pada awal kehamilan karena
dapat menyebabkan kelainan embrio. Obat ini juga sering menyebabkan rebound
hypertension bila dihentikan mendadak [ CITATION Ala19 \l 1033 ].
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Slow Stroke Back Massage merupakan pengobatan alternatif yang efektif untuk
menurunkan hipertensi pada ibu nifas.
2. Pemberian kelopak bunga rosella kering (Hibiscus sabdariffa) terbukti efektif
dalam menurunkan tekanan darah ibu postpartum dengan hipertensi.
3. Obat labetalol oral dan nifedipine long acting oral adalah intervensi yang efektif,
namun nifedipine lebih efektif dalam pengelolaan hipertensi postpartum karena
lebih cepat mencapai tekanan darah kontrol daripada labetalol oral.
4. Terapi bekam kering merupakan terapi pendamping yang efektif untuk
menurunkan tekanan darah pada ibu preeklampsia postpartum.
5. Clonidine dan captopril merupakan pengobatan farmakologi yang aman dan
sama efektifnya untuk hipertensi parah pada wanita postpartum.
B. Saran
Sesuai dengan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat
diberikan untuk menjadi bahan pertimbangan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Bagi institusi khususnya Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta agar dapat
memberikan fasilitas yang lebih efektif terkait dengan jurnal Case Study
Research (CSR), sehingga diharapkan koleksi terkait jurnal CSR dapat
membantu mahasiswa dan menjadi bahan materi pembelajaran maupun dalam
melakukan penelitian tentang manajemen farmakologi maupun non farmakologi
dalam mengatasi hipertensi pada ibu nifas.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih dalam lagi
untuk semakin memastikan para pembaca terkait masalah manajemen
farmakologi maupun non farmakologi dalam mengatasi hipertensi pada ibu nifas
yang aman dan efektif
DAFTAR PUSTAKA
Ainuddin, J., Javed, F. & Kazi, S., 2019. Oral labetalol versus oral nifedipine for the
management of postpartum hypertension a randomized control trial. Pakistan Journal
of Medical Sciences, 35(5), pp. 1428-1433.

Alatas, H., 2019. Hipertensi Pada Kehamilan. Herb-Medicine Journal, 2(2), pp. 27-51.

Eliyana, Y., Nooryanto, M. & Poeranto, S., 2019. Pengaruh Terapi Bekam Kering
Terhadap Tekana Darah Pada Ibu Preeklampsia Postpartum. Jurnal Info Kesehatan,
17(1), pp. 1-15.

Febriani, E. & Oktaviani, A. S., 2020. Efektifitas Slow Stroke Back Massage Untuk
Hipertensi Pada Ibu Nifas Di RSUD Cilacap. Wijayakusuma Prosiding Seminar
Nasional, 1(1), pp. 72-79.

Gilang, M., 2020. Pengaruh Pemberian Seduhan Kering Bunga Rosella Terhadap
Penurunan Tekanan Darah. Wellness And Healthy Magazine, 2(1), pp. 159-164.

Indriyani, R. I., 2017. SlideShare. [Online]


Available at: https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/askeb-patologis-nifas-dengan-
hipertensi
[Accessed 23 April 2020].

Jafar, N., Hippalgaonkar, N. & Parikh, N. I., 2018. Preeclampsia and Hypertension In
Pregnancy. In: Vasan & S. Ramachandran, eds. Encyclopedia Of Cardiovascular
Research and Medicine. Oxford: Elsevier, pp. 9-154.

Jayawardhana, A., 2018. Efektifitas Slow Stroke Back Massage Terhadap Lansia
Dengan Hipertensi. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 1(1), pp. 48-57.

Kang, E. et al., 2017. Prevalence, Risk Factors and Associated Complications of


Postpartum Hypertension in Rural Haiti. Pregnancy Hypertension, Oktober, pp. 42-135.

Manuaba, B. G., 2015. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Neto, C. N. et al., 2017. Clonidine Versus Captopril For Severe Postpartum


Hypertension: A Randomized Controlled Trial. PLoS ONE, 12(1), pp. 1-12.

Peralis, D. N., 2017. KUPDF. [Online]


Available at: kupdf.net/download/hipertensi-post partum_5a003f86e2b6f559123fdb33_pdf
[Accessed 23 April 2020].

Pratama, Y. B., Rasni, H. & Wantiyah, 2018. Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di PSTW Jember. The Indonesian
Journal Of Health Science, 1(1), pp. 94-101.

Ristanti, A. D., 2018. Repository Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. [Online]


Available at: http://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=16946&keywords=
[Accessed 23 April 2020].
23
Ritonga, N. J. et al., 2017. Roselle Flower (Hibiscus Sabdariffa) In The Treatment Of
Hypertension In Postparum Mothers. Belitung Nursing Journal, 3(3), pp. 229-237.

SDKI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. 1st ed. Jakarta: PPNI.

Sibai, B. M., 2012. Etiology and Management of Postpartum Hypertension-


Preeclampsia. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 206(6), pp. 470-485.

WHO, 2015. World Health Statstics. s.l.:s.n.

Anda mungkin juga menyukai