Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IMPLIKASI PEMBANGUNAN IKN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA

(PERSPEKTIF HMI TERHADAP DAMPAK PEMBANGUNAN IBU


KOTA NEGARA)

Disusun sebagai salah satu syarat Intermediate Training (LK2)

DI SUSUN OLEH

IDRIS

KOMISARIAT MIPA
UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
CABANG POLEWALI MANDAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Muhammad Saw Nabi dan Rasul, sang revolusioner Islam yang telah
membawa umat manusia dari zaman jahiliyah hingga zaman modern dengan ilmu
pengetahuan yang kian berkambang pesat.

Suatu rahmat dari Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan


makalah ini sesuai rencana dengan judul “PERSPEKTIF HMI TERHADAP
DAMPAK PEMBANGUNAN IBU KOTA NEGARA” Untuk memenuhi syarat
mengikuti Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
cabang SAMARINDA

Penulis banyak ucapkan terima kasih kepada kanda, yunda, teman-teman


dan seluruh steakholder yang telah memberikan banyak masukan sumbangsi baik
itu moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Saran dan kritik sangat diperlukan untuk mengetahui kekurangan makalah


ini. Meskipun makalah ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti
intermediate Training (LK II) semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambanh
wawasan kita tentang peran kita sebagai kader HMI dalam mewujudkan judul
makalah diatas.

Polewali Mandar, NOVEMBER 2021

Penulis

IDRIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

ABSTRAK................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Perspektif HMI terhadap dampak lingkungan.........................................4


B. Perspektif HMI terhadap dampak ekonomi..............................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................11
B. Saran .............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai ujung tombak perubahan dan


pembaharuan terhadap fenomena kebangsaan dan keummatan memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan bangsa ini, HMI selalu terlibat
dalam ruang - ruang sosial dari zaman orba sampai dengan saat ini. Ketika
kita berbicara HMI dulu dan masa datang, maka kita tidak akan terlepas
dengan sejarah berdirinya HMI. Seorang mahasiswa, Lafran Pane,
mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1947 bersama
rekan-rekan perjuangannya. Mereka mendirikan HMI, antara lain karena
ingin belajar tentang keislaman. Keberadaannya terus tumbuh dan
berkembang di basis-basis perguruan tinggi Islam, seperti UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga menghasilkan kader-kader yang berkualitas
seperti, Nurcholis Madjid, dan kader-kader terbaik lainnya. Oleh karenanya,
peran organisasi Islam ini bukan hanya menawarkan pengajaran Islam secara
khusus, tapi lebih jauh dari itu HMI ingin memberikan pencerahan intelektual
politik serta pemberdayaan potensi kader secara menyeluruh.

Harapan organisasi HMI di deklarasikan (antara lain) sebagai organisasi

mahasiswa yang independen, kader umat dan bangsa, dan tidak menjadi

underbouw sebuah partai politik, termasuk partai politik Islam. Wajar jika

jenderal Sudirman saat itu menyambut HMI sebagai harapan masyarakat

Indonesia karena dalam HMI berkumpul orang terpelajar, yang tentunya

diharapkan dapat memberi manfaat bagi masa depan bangsanya. Ada warna

keIslaman dan kebangsaan sejak kelahirannya. Dengan cita-cita pendirian

HMI seperti itu harus diakui, tidaklah mudah memegang khittah HMI di

4
tengah lingkungan keumatan dan kebangsaan selama ini. Pluralisme yang

mewarnai umat dan bangsa tentu menyulitkan formula HMI sebagai kader

umat dan bangsa. Dalam perjalanannya himpunan mahasiswa islam tidak

akan melepaskan diri dari berbagai macam problem yang terjadi di Indonesia

termasuk pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan.

Ibu kota dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kota tempat

kedudukan pusat pemerintahan suatu negara, tempat dihimpun unsur

administratif, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ibu kota negara atau

capital city atau political capital, berasal dari bahasa latin caput yang berarti

kepala (head), dan terkait dengan kata capitol yang terkait dengan bangunan

dimana dilakukannya pusat pemerintahan utama. ibu kota mempunyai fungsi

stratejik, ibukota selalu menjadi target utama dalam peperangan, karena dengan

menguasai ibu kota biasanya menjadi jaminan menguasai sebagain besar

musuh atau penentang, paling tidak memerosotkan moral untuk mengalahkan

musuh (militer) (Sutikno, 2007).

Rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan timur harus

memperhatikan perlindungan lingkungan dan Ekonomi sebagai bagian paling

utama dari pertimbangan- pertimbangan yang ada.

Oleh karena itu merujuk kondisi yang telah penulis paparkan diatas
maka penulis ingin membahas dengan lebih rinci tentang persoalan-persoalan
tersebut dalam makalah ini yang berjudul: PERSPEKTIF HMI
TERHADAP DAMPAK PEMBANGUNAN IBU KOTA NEGARA

5
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat ditaraik dari latar belakang diatas
sebagai berikut:

1. Perspektif HMI terhadap dampak lingungan pembangunan IKN


2. Perspektif HMI terhadap dampak Ekonomi pembangunan IKN
C. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui perspektif HMI terhadap dampak yang di timbulkan
pembangunan IKN
D. Tujuan khusus

Sebagai syarat mengikuti Intermediate Training (LKII) Tingkat Nasional Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) cabang SAMARINDA pada tanggal 11- 28. November 2021
dengan tema Implikasi Pembangunan Ikn Terhadap Pembangunan Manusia
(Perspektif Hmi Terhadap Dampak Pembangunan Ibu Kota Negara)

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif HMI terhadap dampak lingkungan

Karakteristik khas pola gerakan HMI sejak awal berdirinya adalah tidak
memisahkan gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik bagi
HMI adalah suatu keharusan, sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
HMI haruslah dilakukan secara politis. Hal ini dikuatkan pula oleh pendiri
HMI Lafran Pane, bahwa bidang politik tidak akan mungkin dipisahkan dari
HMI, sebab itu merupakan watak asli HMI semenjak lahir 1. Namun hal itu
bukan berarti HMI menjadi organisasi politik, sebab HMI lahir sebagai
organisasi kemahasiswaan, yang menjadikan nila-nilai Islam sebagai landasan
teologisnya, kampus sebagai wahana aktivitasnya, mahasiswa Islam sebagai
anggotanya. Background kampus dan idealisme mahasiswa merupakan faktor
penyebab HMI senantiasa berpartisipasi aktif dalam merespon problematika
yang dihadapai umat dan bangsa, jadi wajar jika HMI tetap memainkan peran
politiknya dalam kancah bangsa ini.
Watak khas pola gerakan politik HMI ini yang terinternalisasi sejak
kelahirannya ini menjadikan HMI senantiasa bersikap lebih berhati-hati
dalam melakukan aktivitas organisasinya, sehingga inilah yang melahirkan
sikap moderat dalam aktivitas politik HMI. Lahirnya sikap moderat ini
sebagai konsekuensi logis dari kebijakan HMI memposisikan dirinya harus
senantiasa berada diantara berbagai kekuatan kepentingan agar HMI bisa
lebih leluasa untuk melakukan respon serta kritisismenya dalam mencari
alternatif dan solusi dari problematika yang terjadi disekitarnya. Namun
sebagai konsekuensi logis pula bagi HMI, dengan sikap moderat dalam
aktivitas politiknya ini, munculnya kecenderungan sikap akomodatif dan
kompromis dengan kekuatan kepentingan tertentu, dalam hal ini penguasa.
Sikap politik HMI dalam proses kesejarahannya memperlihatkan dinamika

1
Saleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Azas Tunggal Pancasila. Yogyakarta : Kelompok Studi Lingkaran

7
5

yang cukup menarik untuk dikaji lebih dalam, terutama kaitannya antara
sikap politik HMI dengan konsisi sosial politik yang terjadi pada masa
tertentu.
HMI pada Orde Lama berasaskan Islam, namun tidak berencana
mendirikan negara Islam. Bahkan, salah satu tokoh HMI, Dahlan
Ranuwihardjo (ketua umum PB HMI 1951-1953) pernah berdebat dan
mengusulkan kepada presiden Soekarno untuk menolak negara Islam dan
menerima negara nasional atau NKRI. Sikap intelektual HMI ini bersifat
independen.
Menjelang pemilu 1955 gerakan mahasiswa terbagi menjadi kiri isu
utama anti-kapitalisme, anti-nekolim dan anti-fasisme dan kanan isu anti-
komunis & anti kediktatoran. Gerakan kiri misalnya GMNI dan CGMI yang
berafiliasi dengan PNI dan PKI, sedangkan gerakan kanan misalnya HMI
yang diindikasikan berafiliasi dengan Masyumi. Menjelang demokrasi
terpimpin, bandul kekuasaan di bawah Soekarno semakin di sebelah kiri
sehingga kelompok mahasiswa kanan mengalami kekalahan. Padahal sejak di
berlakukannya demokrasi terpimpin, gerakan mahasiswa mengalami
ideologisasi yang juga terjadi pada semua organisasi pergerakan. Organisasi
yang sesuai dengan ideologi negara dapat berkembang, sedangkan organisasi
mahasiswa yang berseberangan dengan ideologi negara terkucilkan atau
bahkan dicap kontra revolusi. Presiden Soekarno sempat akan membubarkan
HMI karena menilai HMI melakukan tindakan anti revolusi, reaksioner, aneh,
menjadi tukang kritik, liberal dan terpengaruh oleh cara berpikir Barat.
Pertentangan semakin tajam hingga menjelang peristiwa Gestok
(Gerakan Satu Oktober) 1965, di mana kekuasaan Soekarno mulai goyah.
HMI terlibat bersama kelompok yang banyak berasal dari kaum kanan
berkongsi dengan militer mulai mengorganisasi diri untuk menggulingkan
presiden. Pertarungan ini akhirnya dapat di menangkan dengan tergulingnya
Soekarno berikut gerakan mahasiswa dan partai politik yang mendukung
ideologi Bung Karno.
6

Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya,


kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak
ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan
perpecahan dalam negara kesatuan republik indonesia. Tujuan awal saat HMI
berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial budaya,
yaitu:

1. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat


rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial
budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan
dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya
agar tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam
sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang
telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses
panjang dan bertahap. HMI merupakan sebuah organisasi perjuangan yang
telah lama hadir di Indonesia dalam menciptakan kader-kader sebagai leader
di bangsa ini, HMI telah ikut berperan aktif dalam kancah perpolitikan dan
dimensi ruang sosial.
Tidak dapat dipungkiri setelah berdirinya HMI di tahun 1947, HMI
langsung memberi kontribusinya untuk mempertahankan dan mengisi kem
erdekaan bangsa ini, yang saat itu sedang mengalami degradasi moral setelah
dijajah ratusan tahun oleh bangsa luar. Ini juga dikarenakan alasan atau
penyebab Lafran Pane mengmabil inisiatif untuk mendekalrasikan HMI.
Tidak mudah bagi HMI saat itu untuk mengambil peran dalam
mempertahan NKRI di karenakan tekanan-tekanan yang datang dari luar,
bahkan banyak kader-kader HMI disaat itu dibunuh dan dimarginalkan oleh
oknum-oknum yang bertentangan dengan HMI, terutama disebabkan oleh
7

perbedaan ideologi. Namun semangat kader-kader HMI di saat itu tidak


mudah luntur oleh ancaman dan tekanan, mereka terus mampu menunjukan
eksistensinya dalam mengisi kemerdekaan dan memberi andil dalam
membangun sebuah peradaban yang islami dan mampu membendung arus
komunis yang saat sedang berkembang pesat di tanah air ini.
Di era orde baru begitu banyak organisasi-organisasi yang di bubarkan
oleh pemerintah, namun HMI dengan berdasarkan keislamannya masih
mampu mempertahankan diri hingga sampai era reformasi HMI terus
memberikan kontribusinya melalui kader-kader yang telah dihasilkannya
untuk mewarnai demokrasi di Indonesia.
Dalam perjalanannya HMI tidak selalu berjalan mulus, masih banyak
permasalahan yang terjadi dalam tubuh HMI untuk memberikan
kontribusinya kepada bangsa Indonesia. Bahkan tidak sedikit kader-kader
HMI yang mencoreng almamaternya sendiri dan harus diakui ini juga
merupakan sebuah peran kearah negative yang diberikan oleh HMI kepada
bangsa ini..
HMI tidaklah boleh terus terlena dengan romantisme masa lalu,
haruslah ada perubahan di dalam tubuh HMI, dari semua lini apakah secara
struktural atau kultural di internal HMI sendiri. Persatuan menjadi modal
dasar bagi HMI agar terus eksis.

B. Perspektif HMI terhadap dampak Ekonomi


Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun
mengalami perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi,
dunia tak lagi berada dalam dunia kognisi, atau dunia tidak lagi mempunyai
apa yang dinamakan pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian
kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua kebudayaan duduk
sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat
kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang sebelumnya dianggap
pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang
sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern.
8

Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier


yang selalu bergerak ke depan dengan berbagai penyempurnaannya juga
mengalami perubahan. Kebudayaan tersebut tak lagi sekadar bergerak maju
tetapi juga ke samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan
lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu sendiri.
Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan
eklektisme menjadi norma kebudayaan baru. Manusia cenderung
mengadaptasi berbagai kebudayaan, mengambil sedikit dari berbagai
keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat dirinya, tanpa harus
mengalami kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan.Pada kehidupan
masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri,
sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi
dengan keluarga.

Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada


umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat
modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan
dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian
adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh
semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Dalam kebudayaan
industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah
makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman lenyap.
Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan
diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi
dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.
Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah,
sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern
diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek
kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang
amat rendah. Untuk itu kader HMI mempunyai peran penting di era
9

modernisme saat ini dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang


diridhoi Allah swt.
Pemuda adalah tonggak perubahan suatu tatanan kemasyarakatan.
Ditangan pemuda lah, masa depan bangsa sangat digantungkan.
Bagaimana bentuk perubahan yang ditimbulkan pemuda itu tergantung pada k
ualitas individunya. Perubahan yang diinginkan tentunya mengarah ke
perubahan yang lebih baik. Sehingga dibutuhkan kuatlitas individu pemuda
yang kuat dan mandiri serta mempunyai moral yang baik. Sebagai bagian dari
pemuda,kader HMI sangatlah potensial dalam mewujudkan perubahan
tersebut.
Implementasi mission HMI untuk menjawab tantangan yang
dihadapi bangsa, dapat dilakukan dengan menerapkan pemikiran keislaman -
keindonesiaan HMI. Pemikiran HMI yang berkembang dalam kurun waktu
73 tahun, menampakkan relevansinya dengan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Pada saat ini akan ditelusuri bagaimana partisipasi dan peran
yangdiambil HMI dalam ikut membentuk kepribadian, identitas bangsa
Indonesiadi tengah realitas sosial budaya dengan ciri pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajemukan. Atas konsep independensinya, peran HMI
akan di coba diungkapkan dalam upaya persatuan dan kesatuan nasional dari
seluruh komponen bangsa, maupun latar belakang sosial budaya, politik, dan
keagamaan. Pancasila sebagai Konvergensi nasional dijadikan
sebagai platform untuk menuju integritas nasional yang harmonis.
Dengan berasaskan Islam, HMI diharapkan mampu mencetak kader-
kader yang mempunyai semangat perjuangan sebagai pemimpin yang dapat
mengamalkan nilai-nilai keislamannya di kehidupan masyarakat. Karena
didalam nilai-nilai tersebut merupakan suatu prasyarat untuk menuju
civil society yang berkepercayaan dan berakhlak-ul-karimah sesuai dengan
yang telah diajarkan di dalam agama Islam sehingga nantinya akan
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT
10

Misi dan tujuan Hmi secara tersirat dalam rumusan pertama tujuan
hmi.adapun rumusan tujuan hmi yang pertama adalah;

1. Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia


2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam

Dari dua rumusan tujuan awal HMI berdiri termanisfestasikan secara


utuh dalam komitmen keindonesiaan dan ke islaman HMI dalam
pluralistiknya lehidupan berbangsaan dan bernegara masyrakat
Indonesia.komitmen tersebut mempunyai citra rasa nilai luhur yang di miliki
organisasi mahasiswa dan menghimpun generasi muda penerus bangsa.
Semua itu merupakan suaru keberanian dan sikap mental yang istiqomah
dalam melakukan gerakan,perjuangan,dan pengabdian secara utuh untuk
melakukan pilihan tepat serta menikat kemajemukan ummat
islam,multikulturalnya kebudayaan bangsa dan pluralnya masyarakat
Indonesia secara global.
HMI ketika didirikan mempunyai 3 komitmen tetang wawasan ke
islaman,keindonesiaan, dan kemahasiswaan,berikut penjelasan ke 3 wawasan
(komitmen) HMI :
1. Wawasan ke indonesiaan
Wawasan ini terlihat dari tujuan HMI yang pertama ; memeprtahankan
NKRI dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia. Yang memuat 5
pemikiran
a. aspek politik untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan
b. aspek pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa
c. aspek ekonomi mensejahterahkan kehidupan rakyat
d. aspek budaya membangun budaya-budaya yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia
e. aspek holum membangun hokum yang sesuai dengan kepentingan
bangsa Indonesia.
2. Wawasan keislaman
11

Wawasan ini terlihat dari tujuan HMI yang ke dua . menegakkan dan
mengembangkan ajaran islam.
3. Wawasan kemahasiswaan
Wawasan ini menekankan bahwa HMI adalah organisasi kemahasiswaan
yang beroriantasi kepada ke ilmuan dengan kewajiban kepada keilmuan
dengan kewajiban menuntut dan mengembangkan ilmu pengethuan dan
teknologisebagai sebagao kunci dan kemajuan terwujudnya intelektual
islam.pembangunan Indonesia lebih berat dari pada sekdar merebut
kemerdekaan.karena itu perlu di bina dan di kembangkan calon
cendekiawan yang memiliki pengetahuan luas di segala bidang dengan
dasar iman dan taqwa kepala ALLAH swt,bagi kepentingan hidup
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara untuk terwujudnya masyrakat adil
makmur yang di ridohi ALLAH SWT.
Dengan rumusan tersebut,maka pada hakikatnya HMI bukanlah
organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif,sebaliknya pengabdian
dan pengembangan ide,bakat dan potensi yang mendidik,memimpin dan
membimbing angota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara
perjuangan yang benar dan efektif.

C. KEDUDUKAN MORAL DALAM MISION HMI


Moral (akhlak) adalah perbuatan yang suci yang terbit dari lubuk jiwa
yang penting dalam karenanya mempunyai kekuatan yang paling
hebat.imam al-ghazaly berkata akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa,dari padanya timbul perbuatan yang mudah,tanpa memerlukan
pertimbangan pemikiran.
Moral akhlak(akhlak)dalam misi di jelaskan pada tujuan hmi yaitu
“terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam
serta bertanggung jawab atas terwujudnya msyarakat adil makmur yang
diridahi ALLAH swt” poin dalam tujuan hmi yang ke empar erat
kaitannya dengan moral insan yang bernafaskan islam adalah insanyang
dalam dirinya tertanam nilai-nilai ajaran silam, dan nilai-nilai tersebut
12

tercermin dalam sikap tingkah laku beserta pengalamannya dalam


kehidupan.
Dalam tujuan HMI di jelaskan kualitas insan yang bernafas islam yaitu.
1.islam telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan [ola
lakunya,dan islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan
menciptakan sejalan dengan nilai-nilai universal islam.dengan demikian
islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
2.ajaran islam telah berhasil membentyk “unity personality’dalam dirinya
nafas islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari splisit
personality tidak pernah ada di lema pada driinya sebagai warga negara
dan dirinya sebagai muslim dengan demikian insan ini telah mengigtegrasi
masalah suksesnya dalam pembangun nasional bangsa kedalam suksesnya
perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

Ruang lingkup agama dan ajaran islam di dukung dan jelas kelihatan pada
kerangka dasar,yang harus di pahami ialah agama islam bersumber dari
wahyu(al’quran)dan sunnah (al’hadits),ajaran islam bersumber dari rayu
(akal pikiran)manusia melalui jihat dan islam adalah penjelasan dari
agama islam.
Dalam menjalan ajaran islam secara spesifik tertanam secara sistematik
tetang iman,islam,dan iksan.
1.iaman ;menurut bahasa iman adalah tasdiq(membenarkan),menurut
istilah iman adalah tasdiq dalam hati,ikrar dengan lisan dan di buktikan
dengan perbuatan atau imam adalah kepercayaan dalam hati meyakini dan
membenarkan adanya semua yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW.
2.islam ;menurut bahasa adalah kedamaian,kesehjateraan ,keselamatan dan
penyerahan diri pada Tuhan.menurut istilah islam adalah agama yang di
turunkan oleh ALLAH SWT melalui nabi muhammad SAW untuk di
sampaikan ke pada ummatnya.
3.islam; menurut bahasa adalah kebaikan sedangkan perlakuan baik yang
di lakukan oleh manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat sekarang ini suatu perubahan sosial yang terjadi di dalam
masyarakat adalah hal yang penting dalam memajukan sistem sosial.
Kedudukan seorang kader HMI yang juga berperan sebagai agen perubahan
dalam masyarakat haruslah menyadari peran dan fungsinya sebagai kader
Himpunan mahasiswa islam dalam penghadapan era modernisasi ini dapat
secara lebih gamblang di pahami dan diterapkan oleh seluruh kader . Adapun
peran dan fungsinya dapat diaplikasikan dalam beberapa hal yaitu:

1. Kesadaran dan tanggap terhadap kondisi sosial


2. Kematangan berpikir
3. Memiliki sikap intelektual dan sosial of control
4. Tauladan dan kemantapan spritual
5. Serta mampu membrikan kontribusi untuk penghadapan tantangan
zaman.

HMI sebagai organisasi perjuangan harus tetap memperjuangkan harkat dan


martabatbangsa dan jangan hanya berorientasi kepada kepentingan personal
tapi harus kepentinganumat, yang hanif. HMI harus kembali merefleksikan
makna dan alasan dibalik pendirian HMIdi masa lalu dan semangat
perjuangan murni untuk umat.
HMI harus mampu menerapkan ajaran islam dengan sebaik-baiknya,
menjadikansetiap kader HMI seorang uswatun hasanah di manapun dia
berada. Berdasarkan hal tersebut HMI harus mampu menjadikan kader-
kadernya selalu mengedepankan kepentingan golongan terutama masyarakat
di atas segala kepentingan pribadi yang bersifat sesaat. Seorang kader HMI
haruslah berusaha senantiasa meningkatkan kemampuannya khusunya
kesadaran dan rasa tanggap akan kondisi sosial masyarakat, meningkatkan

13
14

kematangan berfikir, meningkatkan sikap inteletualitas dan menjadi tauladan


yang baik untuk lingkungannya Diperlukan komitmen dan motif yang benar
agar segala sesuatu yang kita dapat tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA

Ali Syari’ati, ideologi Kaum Intelektual ;Suatu Wawasan Islam Bandung, Mizan:
1989

Madjid Nurcholis, Islam Kemodernan Dan Keindonesia. Penerbit Mizan: 2013

Nasrudin, Sejarah Intelektual Islam, Studi Kasus Perbandingan Pemikiran


Nurcholish Madjid Dan Bu aya Hamka Studi Banding:Jurnal Rihlah Vol. V
Nomor :2016.

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Rekayasa Sosial Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa Jakarta, Sinergi Persadatama


Foundation: 2010.

Saleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Azas Tunggal Pancasila.


Yogyakarta : Kelompok Studi Lingkaran

Wirawan,I.B. 2012. Teori-Teori Sosial dalam tiga Paradigma Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai