Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATERI 4 - ETIKA BERTELEPON DAN WAWANCARA


1. Pengertian Etika Bertelepon
Etiket bertelepon adalah tata krama, sopan-santun,tata pergaulan
dalam bertelepon (menerima-melakukan kontak telepon) yang meliputi berbicara
dengan jelas, tegas, terkesan ramah, hangat dan bersahabat.

2. Hal-Hal Penting Etika Bertelepon


Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam tata krama bertelepon adalah
sebagai berikut.
a. Jangan biarkan telepon berdering 2-3 kali segeralah angkat.
b. Dengarkan mitra bicara dan berkonsentrasi dengan pihak penelepon (tidak
melamun).
c. Berkatalah dengan sopan dan hangat, hindari kata-kata yang bisa meyinggungi
perasaan penelpon.
d. Berikan respon secara tepat dan lugas.
e. Berbicara sepelunya dengan volume suara cukup jelas, tegas, lancar serta
hangat dan bersahabat.
f. Siapkan perlengkapan seperlunya ketika akan menelepon, seperti nomor
telepon yang dituju, buku catatan, dan pensil. Setelah itu tanyakan apakah
penerima telepon punya waktu untuk berbicara.

3. Langkah-Langkah dan Teknik Menerima Telepon


Langkah-langkah dan teknik yang perlu diperhatikan dalam menerima telepon
adalah sebagai berikut.
a. Segeralah angkat jika telepon berdering.
b. Ucapkanlah salam begitu anda mengangkat telepon.
c. Bila penelepon menanyakan orang lain, tanyakan nama dan identitas orang
yang dicari.
d. Bila orang yang dituju tidak ada ditempat maka beritahukan dengan sopan dan
tawarkan pada penelepon untuk meninggalkan pesan.
e. Setelah menyelesaikan pembicaraan dengan penelepon sebaiknya
mengucapkan salam, dan jangan meletakkan gagang telepon mendahului
penelepon, tunggu sampai gagang telepon diletakkan atau telepon ditutup
selama dua atau tiga detik olah penelepon.

4. Langkah-Langkah dan Teknik Menelepon


Langkah-langkah dan teknik yang perlu diperhatikan dalam menelepon
adalah sebagai berikut.
a. Siapkan nomor telepon yang akan dihubungi
b. Tekan nomor telepon yang dituju dan bila sudah tersambung dan pihak yang
dituju sudah menggangkat, ucapkanlah salam. Sebelum mengutarakan
maksud dan tujuan pastikan bahwa nomor yang dituju benar.
c. Sebutkan identitas diri anda dengan jelas lalu kemukakan keinginan anda
untuk berbicara dengan orang yang dituju.
d. Berikanlah selalu kesan ramah dan ucapkan salam penutup untuk mengakhiri
pembicaraan.

5. Cara Menggunakan Telepon yang Baik


Cara menggunakan telepon yang baik adalah sebagai berikut.
a. Pegang gagang telepon dengan baik menggunakan tangan kanan, tempelkan
telepon dekat telinga dengan benar, sebaiknya mikrophone jangan terlalu
dekat dengan mulut.
b. Usahakan nafas kita saat bicara ditelepon tidak terdengar seperti mendengus.
c. Ucapkan salam.
d. Tanyakan identitas penelepon.
e. Gunakan “Smiling Voice” dan “Pitch Control” selama pembicaraan
berlangsung.
f. Simak baik-baik pesan dan kalimat penelepon.
g. Apabila anda tidak mengerti, tidak ada salahnya anda mengulangi pertanyaan.
h. Akhiri pembicaraan dengan salam.
i. Letakkan gagang telepon dengan benar dan pas pada posisinya.
6. Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan pada Saat Komunikasi
Menggunakan Telepon
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat komunikasi
menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
a. Suara terlalu keras.
b. Bicara ditelepon sambil makan atau berdecak.
c. Berbicara dengan orang lain selagi berbicara ditelepon.
d. Berbicara dengan nada kasar atau membentak.
e. Berbicara dengan nada memerintah.
f. Membirkan penelepon menunggu terlalu lama tanpa penjelasan.
g. Nada dan intonasi terkesan malas atau tak ramah.

Berikut Beberapa Etika dalam Bertelepon.


✓ Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Mengucapkan salam wajib dilakukan dan mengenalkan diri agar lawan bicara
kita tahu dengan siapa dia berbicara.
✓ Menggunakan bahasa yang formal, baik,dan sopan.
Berguna agar tidakada kesalahpahamanarti dari lawan bicara sehingga
mengetahui maksud dan tujuan dari tema pembicaraan.
✓ Tidakberbicara dengan orang lain selagi menelepon.
Kita harusfokusdalam satu pembicaraan saja agar tidak ada kesalahan
dalam berbicara.
✓ Tidak berbicara sambil makan sesuatu atau mengunyah permen.
Jika kita berbicara sambil makan maka suara kita akan terdengar kurang jelas
oleh lawan bicara dan bahkan dapat membuat kita tersedak, karena makan
sambil berbicara.
✓ Berbicara tidak terlalu banyak basa basi.
Jika terlalu banya basa basi akan menambah biaya telepon, menyita waktu
dan membuat lawan bicara kita merasa bosan.
✓ Tidak berbicaradengan nada kasar apalagi membentak.
Ini akan membuat kesan seperti marah-marah dan membuat lawan bicara kita
akan merasa dimarahi sehingga Ia akan mengakhiri pembicaraan.
✓ Nada dan intonasi bicara tidak terkesan malas atau tidak ramah.
Akan menyebabkan lawan bicara merasa malas pula untuk berbicara dan
malas meladeni atau bahkan tidak menghiraukan apa yang sedang kita
bicarakan.
✓ Mencatat pesan atau pembicaraan.
Semua pesan wajib dicatat agar kita tidak lupa akan pesan yang harus
disampaikan.
✓ Sampaikanlah pesan kepada orang yang dituju si penelepon.
Jika ada pesan maka pesan itu wajib disampaikan, karena setiap pesan itu
pasti penting bagi si penerima pesan

Definisi, Struktur, dan Manfaat Wawancara


Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal.
Wawancara merupakan istilah terjemahan dari bahasa Inggris: interview. Kata ini
sendiri berawal dari bahasa Prancis : entrevoir. Entre berarti antar atau diantara,
saling, bersama-sama. Voir berarti melihat, mengetahui, mengerti. Maka, secara
harafiah wawancara atau interview berarti saling melihat bersama, atau bertemu
untuk melihat bersama-sama.

Dalam komunikasi, wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi untuk


mencapai tujuan tertentu. Dalam wawancara pihak-pihak yang diwawancarai dan
yang mewawancarai terlibat dalam proses kontak dan pertukaran informasi. Pihak
yang diwawancarai adalah orang yang dari padanya digali informasi. Pihak yang
mewawancarai adalah orang yang ingin mendapatkan informasi. Selama
wawancara, pihak yang diwawancarai dan mewawancarai terlibat percakapan
dengan saling berbicara, mendengar, dan menjawab. Kontak antara orang yang
diwawancarai dapat langsung berhadapan muka atau jarak jauh seperti dalam acara
wawancara jarak jauh melalui TV.

Pembicaraan dalam wawancara mempunyai tujuan yang lebih jauh daripada


percakapan biasa karena mempunyai makna yang melebihi maksud percakapan
biasa. Karena itu, pembicaraan mengikuti struktur tertentu. Pembicaraan itu bolak-
balik antara orang yang mewawancarai dan yang iwawancarai, pertanyaan diajukan
dan dijawab secara bergantian dengan maksud menggali topik yang disepakati
untuk dibahas guna mencapai tujuan yang direncanakan untuk wawancara itu.

Definisi Wawancara
Dari uraian di atas, dapatlah dirumuskan wawancara sebagai berikut
"wawancara adalah bentuk komunikasi lisan, yang dilakukan menurut struktur
pembicaraan tertentu oleh dua orang atau lebih, dengan kontak langsung atau
jarak jauh, untuk membahas dan menggali informasi tertentu guna mencapai
tujuan tertentu pula". Dari definisi itu, dapat kita uraikan unsur-unsur pokok
wawancara.

Pertama, wawancara adalah komunikasi yang mempunyai struktur tertentu, yaitu


mempunyai awal, tengah, dan lanjutan.

Kedua, wawancara dilakukan oleh dua pihak, entah satu lawan satu, satu lawan
beberapa, atau banyak orang. Pihak yang mewanwancarai disebut
pewawancara (interviewer). Pewawancara ini mempunyai maksud mengadakan
wawancara dan mempunyai sasaran-sasaran tersendiri dari wawancara itu. Pihak
yang diwawancarai disebut interviewee.

Ketiga, wawancara dilakukan dengan tatap muka dengan sungguh-sungguh


bertemu saling bertatap muka, tatap muka jarak jauh seperti wawancara TV atau
tanpa tatap muka jarak jauh seperti wawancara melalui telepon atau e-mail. Dalam
komunikasi interpersonal, sesuai dengn maksudnya, kita dapat mengadakan
wawancara dengan orang lain.

Struktur Wawancara
Wawancara mempunyai struktur, yaitu awal (opening,
beginning), tengah (middle, body), dan penutup (end, closing) serta tindak
lanjut (follow-up) wawancara.

1. Awal Wawancara
Awal wawancara merupakan permulaan wawancara dan merupakan orientasi
tentang apa yang akan dibicarakan, dilakukan, dan terjadi dalam wawancara. Awal
wawancara digunakan untuk menciptakan hubungan baik antara pewawancara dan
pihak yang diwawancarai, dan membuat keduanya yang terlibat dalam wawancara
dapat menjadi bebas, leluasa, dan tidak terhambat serta berkomunikasi dengan
jujur, tulus, dan enak. Ini dilakukan dengan dua cara : pertama, menciptakan
suasana saling percaya dan saling berkehendak baik. Kedua, menjelaskan maksud
dan tujuan wawancara.

2. Tengah Wawancara
Tengah wawancara merupakan tubuh wawancara dan merupakan bagian
pokok dari wawancara, memakan sebagian besar waktu, dan pewawancara serta
pihak yang diwawancarai saling berkontak dan berbicara paling intensif, saling
bertanya, menjawab, saling berbicara dan saling menanggapi. Singkatnya,
pewawancara dan pihak yang diwawancarai sungguh-sunggug "get down to the
business" dengan maksud dan lingkup wawancara yang sudah disepakati.

3. Akhir Wawancara
Akhir wawancara merupakan kesimpulan penutup wawancara. Pada akhir
wawancara, sesudah wawancara dirasa cukup dan berhasil diringkas isi-isinya
pokoknya, diterangkan apa yang akan dilakukan dengan hasil wawancara itu, dan
tidak lanjut apa yang akan dilakukan oleh pewawancara dan apa yang diharapkan
dari pihak yang diwawancarai.

4. Tindak Lanjut Wawancara


Tindak lanjut wawancara mencakup apa yang akan dibuat selanjutnya
dengan hasil wawancara itu. Tindak lanjut yang akan dilakukan oleh pewawancara,
misalnya dimuatnya hasil wawancara tersebut di majalah atau surat kabarnya; hasil
wawancara yang direkam dengan video tape ditayangkan di TV; hasil wawancara
tersebut digunakan sebagai bahan karangan, skripsi, tesis, disertasi atau buku; atau
hanya dijadikan dokumentasi dan disimpan untuk bisa dipergunakan untuk suatu
keperluan pada suatu saat di kemudian hari.
Manfaat Wawancara
Wawancara dalam komunikasi interpersonal membantu kita untuk.

a. Berkenalan dengan orang yang "istimewa" dalam pribadi, profesi, atau


sumbangannya kepada masyarakat.
b. Menambah wawasan hidup.
c. Memberi inspirasi dan mendorong semangat hidup.
d. Memotivasi menjadi manusia yang lebih bermutu dan mau memberi sumbangan
yang berarti dalam hidup.

SUMBER REFERENSI: Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan


Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai