Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah

QIRA’AT ABU ‘AMR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah

Mata Kuliah :
Ilmu Qira’at

Dosen Pengampu :
Fakhrie Hanief, S.Th.I, S.Pd.I, S.Q, M.A

Oleh:
Abdurrahman Al-Bashiry (1501421828)
Muhammad Fikri Haikal (1501421834)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2018
PENDAHULUAN

Bangsa Arab dahulu mempunyai beragam dialek antara kabilah, baik hal
itu dari segi intinasi, bunyi maupun huruf. Bahasa Kabilah Quraisy merupakan
bahasa paling tinggi dari yang lainnnya. Maka wajarlah Al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa Quraisy kepada Rasul dari Bangsa Quraisy.

Banyak dan beragam dialek orang Arab, Al-Qur’an diturunkan dengan


menampung berbagai dialek dan macam-macam cara membaca untuk
memudahkan dalam membaca, menghafal dan memahaminya. Hal ini juga salah
satu Mukjizat Al-Qur’an dan benar-benar merupakan Wahyu dari Allah Swt.1

Ada Tujuh bacaan Mutawattir atau yang lebih dikenal dengan al-Qira’ah
as-Sab’ah al-Mutawatirah, yaitu: 1) Imam Nafi’, 2) Imam Ibnu Katsir al-Makki,
3) Imam Abu Amr al-Bashri, 4.) Imam Abdullah bin Amir al-Syami, 5.) Imam
‘Ashim, 6.) Imam Hamzah al-Kuffi dan 7.) Imam Ali Kisa’i.2

Pada makalah kali ini akan sedikit dibahas salah satu Qira’at Mutawatirah
dari tujuh Qira’at yang ada yaitu Qira’at Imam Abu ‘Amr, bagaimana Imam Abu
‘Amr membaca Al-Qur’an, apakah berbeda dengan bacaan kita (Qira’at Hafs dari
‘Ashim), siapakah yang menjadi Rawi Qira’atnya dan apakah mereke memiliki
perbedaan.

1
Chasan Albab Hafidz, Pengantar Qira’at Tujuh, Pengertian, Sejarah dan Cara
Membacanya (Jakarta: FKMTHI UIN Syarif Hidayatullah, 2016) 2-3.
2
Chasan Albab Hafidz, Pengantar Qira’at Tujuh, 31-39

Qira’at Abu Amr |1


QIRA’AT IMAM ABU ‘AMR
SADURAN DARI “KAIDAH QIRA’AT TUJUH 1 & 2” KARYA
DR. K.H. AHMAD FATHONI, LC, M.A.

A. BIOGRAFI ABU AMR DAN MURID-MURIDNYA.

Abu ‘Amr memiliki nama lengkap Zabban bin al-‘Ala’ bin Ammar, dia
lahir pada tahun 68 H/687 M dan meninggal pada tahun 154 H/770 M di Kuffah.
Sanad Qiraatnya didapat dari berbagai guru, di antaranya adalah Abu Ja’far Yazid
al-Qa’qa’ dan Hasan Al-Bashri. Imam Hasan Al-Bashri membaca dari Hatthan
dan Abu ‘Aliyah, Abu ‘Aliyah dari Umar bin Khatthab dan Ubay bin Ka’ab.
Kedua sahabat tersebut dari Rasulullah Saw.

Murid sekaligus Perawi Qira’at Imam Abu ‘Amr ialah:

1. Ad-Duri (‫)الدوري‬
Imam Ad-Duri memiliki nama lengkap Abu Umar Hafsh bin Umar ad-
Duri, beliau lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 246 H. Imam Ad-Duri
dikatakan oleh para ulama sebagai penemu Ilmu Qira’at, hal ini dikarenakan dia
adalah orang yang menghimpun Qira’at dari tujuh Imam.
Sanad Qira’atnya belajar dari Yahya bin al-Mubarak al-Yazadi dan Abu
Amr al-Bashri. Thariq-nya adalah penerus estafet Qira’at Imam Abu Amr dengan
riwayatnya yang terkenal yaitu Abu Za’ra dan Ibnu Farh.3
2. As-Susi (‫)السوسي‬
Imam As-Susi memiliki nama lengkap Abu Syu’aib Shalih bin Ziyad bin
Abdillah bin Ismail as-Susi, beliau meninggal pada tahun 261 H. Sanad
Qira’atnya adalah Abi Muhammad Yahya bin al-Mubarak al-Yazadi dan Abu
Amr al-Bashri. Thariq-nya adalah penerus estafet Qira’at Imam Abu Amr dengan
riwayatnya yang terkenal yaitu Ibnu Jarir dan Ibnu Jumhur.4

3
Chasan Albab Hafidz, Pengantar Qira’at Tujuh, 34-35.
4
Chasan Albab Hafidz, Pengantar Qira’at Tujuh, 35.

Qira’at Abu Amr |2


B. BEBERAPA PANDANGAN ULAMA TENTANG ABU AMR

Ibnu Khallikan berkata “Abu Amr adalah orang yang paling pandai (pada
zamannya) dibidang al-Qur'an, bahasa Arab dan sya'ir, dan dalam ilmu nahwu ia
berada pada tingkatan keempat dari Ali bin Abi Thalib.”

Dalam kitab Wafayat al-A'yan, Ibnu Khallikan menuliskan bahwa murid


Abu Amr yang bernama Al-Ashma'i berkata bahwa Abu 'Amru bin al-'Ala
mengatakan “Aku telah mengetahui dalam ilmu nahwu apa yang belum diketahui
oleh al-A'masy, meskipun dituliskan kepadanya tetap tidak bisa
menyelesaikannya”

Al-Ashma'i berkata bahwa dia telah bertanya kepada Abu 'Amru seribu
permasalahan dan dia menjawabnya dengan seribu hujjah.

As-Suyuthi dalam kitab Bughyatu al-Wu'at menuliskan bahwa Adz-


Dzahabi berkata tentang Abu Amr bahwa riwayat hadisnya sedikit, ia jujur dan
dapat dijadikan sebagai hujjah dalam Ilmu Qira'at.5

C. METODE QIRA’AT IMAM ABU ‘AMR


1. Basmallah
a. Hukum basmallah antara dua surah memiliki 3 wajah bacaan, yaitu:
1) Memisahkan antara dua surah dengan Basmallah
2) Me-Washal-kan antara 2 surah.
3) Saktah antara dua surah dengan Basmallah.
Untuk z a) Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah, b) Al-Infithar dan Al-
Muthaffifin, c) Al-Fajr dan Al-Al-Balad, dan d) Al-‘Asr dan Al-
Humazah, Abu ‘Amr memisahkan dengan Basmallah.
b. Cara pengucapan Basmallah antara dua surah ada 5 wajah (3 dengan
Basmallah dan 2 tanpa Basmallah), yaitu:
1) Waqaf pada akhir surah dan pada Basmallah

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Amru_al-Bashri. Diakses pada hari Rabu, 28 Maret
2018 pukul 06.58 WITA.

Qira’at Abu Amr |3


2) Waqaf pada akhir surah dan me-Washal-kan antara bismillah dengan
awal surah selanjutnya
3) Washal antara akhir surat dengan Basmallah, kemudian wasal antara
Basmallah dan awal surah berikutnya.
4) Washal tanpa Basmallah
5) Saktah antara dua surah.
c. Antara surah Al-Anfal dan At-Taubah.
1) Waqaf pada akhir surah Al-Anfal
2) Saktah antara dua surah.
3) Washal antara dua surah.
2. Mim Jamak
a. Sebelum Huruf Hidup dibaca secara jelas, baik berupa Hamzah Qata’
ْ ُ ‫سك‬
‫م‬ ُ ْ ‫مَأن‬
َ ‫ف‬ ْ ُ ‫ عَلَيْك‬atau bukan ‫َاب‬
ٌ ‫عذ‬ّ ‫م‬ ُ َ‫ ل‬.
ْ ‫ه‬
b. Sebelum Huruf Mati.
1) Men-dhammah Mim Jamak tanpa silah ketika sebelum Huruf Mati.
2) Ha Sebelum Mim Jamak yang berbaris Kasrah atau Ya Sukun
seperti ‫سباب‬ ‫ بهم اَأل‬dan ‫قتَال‬ ِ ْ ‫م ال‬ َ
ْ ُ ِ ِ ُ ‫ه‬
ِ ْ ‫ عَلي‬, Abu ‘Amr membaca
kasrah Mim Jamak menjadi ‫َسبَاب‬ ْ ‫هم ِ األ‬ ِ ْ ‫هم ِ ال‬
ِ ِ ‫ ب‬dan ‫قتَال‬
َ
ِ ْ ‫عَلي‬
ketika wasal, dan dibaca sukun ketika waqaf.
c. Lafaz ‫م‬
ْ ‫ه‬ َ َ َ
ِ ْ ‫ عَلي‬,‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ْ ‫ ِإلي‬dan ‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ْ ‫ لدَي‬Mim Jamak dibaca sukun.
3. Idgham Kabir
Idgham Kabir yaitu apabila huruf pertama yang di-idhgam-kan dan
huruf kedua berupa huruf hidup, (sedangkan apabila huruf pertama mati dan
yang kedua hidup disebut dengan Idgham Shagir). Hanya Qira’at Imam Abu
‘Amr Al-Basri riwayat As-Susi saja yang menggunakannya. Imam Qira’at
lain membaca Izhar.
a. Al-Mitslain
1) Al-Mitslain dalam Satu Kata.
ْ ُ ‫سكَك‬
Idgam ini hanya huruf kaf - kaf pada ‫م‬ ِ ‫منَا‬
َ yang terdapat di
ْ ُ ‫سالِكَك‬
surah Al-Baqarah ayat 200 dan ‫م‬ َ ‫م‬
َ َ‫ و‬pada surah Al-Muddatsir
ayat 42. As-Susi membaca ‫م‬
ْ ‫سكُّـ ـ‬
ِ ‫منَا‬ ْ ُّ ‫سلَك‬
َ dan ‫م‬ َ ‫ما‬
َ َ‫و‬.

Qira’at Abu Amr |4


2) Al-Mitsalain dalam Dua Kata.
Apabila huruf pertama diakhir kata bertemu dengan huruf yang
sama Makhraj dan Sifatnya pada awal kata berikutnya, ketika
dibaca Wasal terjadi Idgham, hal ini baik
ْ ِ‫ن قُلُوْبِه‬
a) Huruf Hidup, seperti ‫م‬ َ ْ ‫ما بَي‬ ُ َ ‫ يَعْل‬,‫م‬
َ ‫م‬ ْ ِ‫وَطٌبِعَ ع َلَى قُلوْبِه‬
b) Huruf Mati, baik berupa 1] huruf Mad, seperti 2 ,‫]فِي ْ هِـ هُدًى‬
ُ ْ ‫خذِـ الْعَفْوَـ وَأ‬
Huruf Mati Shahih, seperti ‫م ْر‬ ُ , atau 3] Huruf Lein,
َ ْ ‫كَي‬.
َ ‫ف فَ َع‬
seperti ‫ل‬
Idgham Kabir Al-Mitsalain dalam dua kata ini tidak akan berlaku
apabila ada terdapat salah satu dari penghalang pada huruf pertama,
ada 4 penghalang yaitu:
ُ ْ ‫ كُن‬.
a) Ta Mutakallim, seperti ‫ت ت ُ َرابَا‬
b) Ta Mukhatab, seperti ‫ت تَتْلُوْا‬
ُ ْ ‫ما كُن‬
َ َ‫و‬
c) Bertanwin, seperti ‫م‬
ٌ ْ ‫سعٌ ع َلي‬
ِ ‫وَا‬
d) Bertasydid, seperti ِ‫قات َربِّه‬
ُ ْ ‫مي‬ َّ َ ‫فَت‬
ِ ‫م‬
Satu tempat pengecualian pada hukum Al-Mitsalain dalam dua
kata yaitu pada surah Luqman ayat 23, yaitu ُ ‫ك كُف ُْره‬ ْ َ ‫ فَاَل ي‬, Imam
‫ح ُزن ْ َـ‬
As-Susi membacanya dengan Izhar.
3) Al-Mitsalain yang memiliki dua wajah (Idgam atau Izhar)
Huruf Pertama pada Al-Mitsalain bisa dibaca dengan Izhar atau
Idgham ketika bertemu dengan huruf kedua apabila terjadi
pembuangan pada huruf terakhir pada kata pertama. Kasus ini hanya
terdapat pada 3 tempat dalam Al-Qur’an yaitu:
a) Lafazh ‫ يَبْت َ ِغ‬pada surah Ali ‘Imran ayat 85, yaitu ‫نـ يَبْت َ ِـغ غَي ْ َر‬
ْ ‫م‬
َ َ‫و‬
‫ساَل م ِ دِيْنًا‬
ْ ‫اٍإْل‬.
b) Lafazh ‫ك‬ ُ َ ‫ ي‬pada surah Gafir ayat 28, yaitu ِ‫ك كَاذِبًاـ فَعَلَيْه‬
‫نـ ي َ ُـ‬
ْ ‫وَِإ‬
ُ ُ ‫كَذِب‬
‫ه‬
‫ل ل َكُم و َأ‬
c) Lafazh ‫ل‬ ُ ‫خ‬ ْ ُ ‫جهِ بِيْك‬
ْ َ ‫ ي‬pada surah Yusuf ayat 9, yaitu ‫م‬ ْ َ ْ ُ ‫خ‬ ْ َ‫ي‬
Pada Surah Ghafir ayat 41 yang berbunyi ‫مالِي‬
َ ‫ وَيٰقَوْمِـ‬dan Surah
Hud ayat 30 yaitu ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫ وَيٰقَوْمِـ‬Imam As-Susi men-idgham-kan mim

Qira’at Abu Amr |5


pertama kepada mim kedua walau setelah huruf mim pertama ada
huruf yang dibuang yaitu huruf ya.
4) Huruf Waw yang terletak setelah lafaz َ‫هُو‬. Imam As-Susi meng-
Idgham-kan waw pertama kedalam waw kedua. Seperti ‫هُوَ وَالَّذِي‬.
5) Kata ‫ن‬ ْ ‫ وَالِّٰئى يَِئ‬surah At-Thalaq ayat 4.
َ ‫س‬
As-Susi membaca Izhar, hal ini karena Sukun dan Ya pada
kalimat ‫ والئى‬dianggap ‘Arid (datang kemudian)
Imam Abu ‘Amr membaca lafaz ‫ والئى‬membuang Ya sesudah
Hamzah, menjadi ‫وَالِّٰئ‬. Pada Hamzah ini Abu ‘Amr mempunyai 3
wajah, yaitu:
a) Tashil Hamzah Baina-Baina serta al-Mad (4 Harakat)
b) Tashil Hamzah Baina-Baina serta al-Qashr (2 Harakat)
c) Meng-Ibdal-kan Hamzah dengan Ya Sukun menjadi ‫ى‬ ّٰ
ْ ‫ وال‬dan
dibaca al-Isyba’ (6 harakat).
Imam As-Susi memiliki 2 wajah pada saat Ibdal yaitu:
a) Dibaca Izhar menurut Imam as-Syatibhi dalam bait-nya.
b) Dibaca secara Idgham menurut Ahlul Ada’ (Selain Imam
Syathibi)
b. Al-Mutaqarribain
1) Al-Mutaqarribain dalam Satu Kata.
Apabila dalam satu kata terdapat dua huruf yang makhraj dan
sifatnya berdekatan, maka huruf pertama di-idgham-kan ke dalam
huruf kedua, yaitu huruf pertama ‫ ق‬yang didahului huruf hidup dan
huruf kedua adalah ‫ ك‬yang disudahi dengan Mim Jamak, seperti
ْ ُ ‫ خَلَقَك‬. Selain pertemuan huruf ‫ ق‬dengan ‫ ك‬tetap dibaca Izhar.
‫م‬
Pada ayat 5 surah At-Tahrim, kata ‫ن‬ َّ ُ ‫ طَلَّقَك‬Imam As-Susi
mempunyia 2 wajah, yaitu a) Dibaca Izhar karena tidak memenuhi
syarat diatas (setelah ‫ ك‬bukan Mim Jamak tetapi ‫ )ن‬dan b) Dibaca
Idgham karena lebih mudah untuk diucapkan.
2) Al-Mutaqarribain dalam Dua Kata.

Qira’at Abu Amr |6


Apabila dalam dua kata terdapat dua huruf yang makhraj dan
sifatnya berdekatan, maka akhir huruf kata pertama di-idgham-kan
ke dalam awal huruf kata kedua. Ketika dua kata ini dibaca secara
Washal, Imam As-Susi membaca dengan Idgham apabila:
a) Huruf pertama merupakan salah satu dari huruf-huruf berikut,
yaitu: – ‫ ت – ث – ج – ح – د – ذ – ر – س – ش – ض – ق – ك‬- ‫ب‬
‫ ل – م – ن‬atau awal kata dari bait:
‫ن‬
ٍ ‫س‬
ْ ‫ح‬ َ ‫ ثَوَى كَا‬# ‫ن‬
ُ ‫ن ذ َا‬ ٍ ‫ض‬
َ ‫م دَوَا‬ ْ ‫سا بِهَا ُر‬
ً ْ‫ضقْ نَف‬ ْ َ ‫شفَا ل‬
ِ َ‫م ت‬ ِ
‫جاَل‬ ‫َأ‬
َ ْ ‫ه قَد‬
ُ ْ ‫من‬
ِ ‫سى‬ َ
b) Huruf pertama tidak boleh tanwin, bukan Ta Mukhatab, tidak
Jazam dan tidak bertasydid.

Huruf
Huruf
No Pertam Contoh Ket
Kedua
a
1. Hanya kalimat pada
contoh saja (‫ ب‬ber-I’rab
Rafa’) dan ini hanya ada 5,
yaitu:
QS. Ali Imran: 129,
QS. Al-Ma’idah: 18 & 40,
1 ‫ب‬ ‫م‬ ُ‫ن يَشَ اء‬
ْ ‫م‬
َ ‫ِّب‬
ُ ‫يُعَذ‬
QS. Al-Fath: 14 dan
QS. Al-‘Ankabut: 21.
2. Pada QS. Al-Baqarah:
284 kata ‫يعذب من يشاء‬,
Imam As-Susi membaca
‫ ب‬dengan I’rab Jazam.
2 ‫ت‬ ،‫ ج‬،‫ث‬ 1. Apabila huruf ‫ت‬
،‫ ز‬،‫ذ‬ ‫صفًّا‬ ُ َ ‫ماَل ِئك‬
َ ‫ة‬ َ ْ ‫وَال‬ terletak setelah alif maka
،‫س‬ memilik 2 wajah, Idgham
،‫ش‬ dan Izhar. Ada 5 tempat
،‫ص‬ ‫ملُوْا‬
ِّ ‫ح‬ َ ْ ‫ل الّذي‬
ُ ‫ن‬ ُ َ ‫مث‬
َ yaitu:

Qira’at Abu Amr |7


َّ ُ ‫التَّوْ َراة َ ث‬
‫م‬
َّ ُ ‫وَءَاتُواـ ال َّزكٰوة َ ث‬
‫م‬ QS. Al-Jumu’ah: 5
ْ ُ ‫ تَوَلَّيْت‬..
‫م‬ QS. Al-Baqarah: 83
‫َات ذِى الْق ُْربَى‬
ِ ‫وَء‬ QS. Al-Isra’: 26
‫ه‬
ُ َّ‫حق‬
َ QS. Ar-Rum: 38
‫ات ذ َى الْق ُْربَى‬َ ‫فََئ‬ QS. An-Nisa: 102
،‫ ط‬،‫ض‬ ‫ْأ‬
ٌ َ‫ت طَاِئف‬
‫ة‬ ِ َ ‫وَلْت‬ 2. Huruf ‫ ت‬bertemu ‫ط‬
‫ظ‬
pada QS. Hud: 114 harus
َ ‫صاَل ة َ ط َ َر‬
‫ف‬ ‫َأ‬
َّ ‫وَ قِم ِ ال‬ dibaca Idgham
‫النَّهَار‬ 3. Ta Mukhatab pada QS.
Maryam: 27 memilik 2
wajah.
‫ت شَ يًْئا قَرِيْبًا‬ِ ‫جْئ‬ِ ْ ‫لَقَد‬
،‫ س‬،‫ت‬ ‫ن‬
َ ْ‫م ُرو‬َ ‫ث تُْؤ‬
ُ ْ ‫حي‬
َ
Idgham ‫ ث‬ke ‫ ذ‬dan ‫ظ‬
‫ش‬،
3 ‫ث‬ hanyar terdapat pada 1
‫ذ‬، َ ِ ‫ث ذٰل‬
‫ك‬ َ ْ ‫وَال‬
ُ ‫ح ْر‬
tempat di contoh.
‫ظ‬ ‫ف‬ٍ ْ ‫ضي‬َ ‫ث‬ ُ ْ ‫حدِي‬َ
‫ت‬ ‫ج‬ُ ‫معَارِ ِج تَعْ ُر‬َ ‫ذى ال‬ Hanya QS. Al-Ma’arij: 3
4 ‫ج‬ ‫َأ‬
‫ش‬ ‫ه‬ُ ‫ج شَ طَْئ‬َ ‫خ َْر‬ Hanya QS. Al-Fath: 29
5 ‫ح‬ ‫ع‬ ِ‫َن النَّار‬ِ ‫حع‬ َ ِ‫حز‬ ْ ‫ن ُز‬ ْ ‫م‬
َ ‫ف‬ Hanya QS. Ali Imran: 185
،‫ ث‬،‫ت‬ Huruf ‫ د‬tidak boleh
،‫ ز‬،‫ ذ‬،‫ج‬ ٌ ‫وشَ هِد َ شَ اهِد‬ berharakat Fathah yang
،‫س‬ terletak setelah Huruf Mati
6 ‫د‬
،‫ش‬ kecuali pada haruf ‫ت‬
،‫ص‬ ُ‫ما كَاد َ تَزِيْغ‬
َ ِ ‫ن بَعْد‬
ْ ‫م‬
ِ (pada QS. At-Taubah: 117
‫ ظ‬،‫ض‬ ‫بَعْد َ تَوْكِيْدِهَا‬ & QS. An-Nahl: 91)
‫ه فِي‬ُ َ ‫سبِيْل‬
َ َ ‫خذ‬َ َّ ‫فَات‬
‫س َربًا‬ َ ِ‫حر‬ ْ َ ‫الْب‬ Hanya QS. Al-Kahfi: 61
‫س‬
7 ‫ذ‬ ‫ه فِي‬ُ َ ‫سبِيْل‬
َ َ ‫خذ‬ َ َّ ‫وَات‬ dan QS. Al-Kahfi: 63
‫جبًا‬ ْ َ ‫الْب‬
َ َ ‫حرِ ع‬
‫ص‬ ‫ة‬
ً َ ‫حب‬ِ ‫صا‬ َ َ ‫خذ‬ َ َّ ‫ما ات‬
َ Hanya QS. Al-Jin: 3
8 ‫ر‬ ‫ل‬ َ
‫سيَغْفِ ُر لنَا‬ َ Huruf ‫ ر‬tidak boleh

Qira’at Abu Amr |8


berharakat Fathah yang
terletak setelah Huruf Mati
‫ز‬ ‫ت‬
ْ ‫ج‬
َ ِّ‫س ُزو‬
ُ ْ‫وِِإذ َا النُّفُو‬ Hanya QS. At-Takwir: 7
1. Hanya QS. Maryam: 4
9 ‫س‬ ‫ل ْأ‬
‫ش‬ ‫س شَ يْبًا‬ َّ َ َ‫واشْ تَغ‬
ُ ‫الر‬ 2. ‫ س‬pada ayat ini memiliki 2
wajah, yaitu Idgham dan Izhar
... ‫ش‬ ْ َ ‫َإ‬
ِ ‫لى ذِى العَ ْر‬
10 ‫ش‬ ‫س‬ Hanya QS. Al-Isra: 42
‫سبِيْاًل‬
َ
11 ‫ض‬ ‫ش‬ ... ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫لبعض شَ ْأ‬ Hanya QS. An-Nur: 62
ْ ِِ ِ َِْ
Sebelum Huruf pertama
12 ‫ق‬ ‫ك‬ ُّ ُ ‫خَلَقَ ك‬
‫ل شَ يء‬
harus hidup
Sebelum Huruf pertama
13 ‫ك‬ ‫ق‬ ‫صوْ ًرا‬ َ َ‫ل‬
ُ ُ‫ك ق‬
harus hidup
Huruf ‫ ل‬tidak boleh
َ َ‫ك‬
ِ َ ‫مث‬
‫ل رِي ْ ٍح‬
berharakat Fathah yang
14 ‫ل‬ ‫ر‬
terletak setelah Huruf Mati
َ ُّ ‫ل َرب‬
‫ك‬ َ ‫قَا‬
َ ‫قَا‬
kecuali ‫ل‬
Huruf ‫ م‬didahului huruf
‫م‬ ‫ب‬ َ ْ َ َّ ‫ع َل‬
15 ِ ‫م بِالقَلم‬ hidup, Mim di-Sukun-kan
dan hukumnya Ikhfa.
َ ُّ ‫ن َرب‬ ‫َأ‬
‫ر‬ ‫ك‬ َ َّ ‫وَِإذ ْ ت َ ذ‬ Huruf ‫ ن‬didahului huruf
16 ‫ن‬
‫ل‬ ‫ن‬
َ ْ ‫مو‬ُ ِ ‫سل‬ْ ‫م‬ُ ‫ه‬ ُ َ‫ن ل‬
ُ ‫ح‬ ْ َ ‫وَن‬ hidup, kecuali kata ‫ن‬
ُ ‫ح‬
ْ َ‫ن‬

c. Cara Membaca Idgham


1) Huruf pertama yang di-Idgham-kan boleh dibaca secara Al-
Isymam6 apabila berharakat Dhommah atau Ar-Raum7 jika
berharakat Dhommah atau Kasrah kecuali huruf pertama berupa ‫ب‬
atau ‫م‬.
2) Apabila sebelum huruf pertama berupa huruf Soheh Mati, boleh
dibaca secara Ikhfa, seperti ‫صبِيًّا‬ َ ْ ‫فِي ال‬.
َ ِ ‫مهْد‬

6
Al-Isymam: Memoyongkan Kedua Bibir ke muka tanpa suara sebagai isyarakat harakat
dhommah.
7
Ar-Raum: Mengucapkan huruf yang berharakat Dhommah/Kasrah dengan melemahkan
suaranya sampai sepertiga.

Qira’at Abu Amr |9


3) Idgham tidak menghalangi bacaan Imalah walaupun penyebab
terjadinya Imalah sudah tidak ada, seperti ‫ارـ لَفِي‬ ‫نـ كِت َ َـ َأْل‬
َ ‫اب ا ب ْ َر‬ َّ ‫ِإ‬
‫علِّيِّيْن‬
ِ .
4) Apabila sebelum huruf pertama berupa Mad atau Huruf Lein, maka
Mad/Lein dapat dibaca dengan 3 wajah, yaitu: Al-Qashr (2
Harakat), At-Tawassut (4 Harakat) dan At-Tul (6 Harakat),
contohnya ‫كيف فعل‬.
5) Apabila sebelum huruf yang di-idgham-kan berupa huruf Sahih
Mati, ada dua wajah:
a) Huruf Pertama dibaca Idgham Murni
b) Huruf Pertama dibaca Al-Ikhfa / Al-Ikhtisal
4. Ha Kinayah/Ha Dhamir
a. Bacaan Ha Kinayah pada ‫مهَانًا‬
ُ ِ‫ فيْه‬dibaca secara Qasr
b. Abu Amr membaca Ha Kinayah pada ‫( يُّؤدِّه‬QS. Ali Imran: 75) ِ‫( نُوَلِّه‬QS.
ْ ُ ‫( وَن‬QS. An-Nisa: 115) ‫( نُْؤتِه‬QS. Ali Imran: 145 dan
An-Nisa: 115) ‫صلِه‬
‫َأ‬
QS. Asy-Syu’ra: 20) ‫قه‬ ِ ْ ‫( فَ ل‬QS. An-Naml: 28) ‫قه‬
ِ َّ ‫( وَيَت‬QS. An-Nur: 52)
dengan Sukun, Imam As-Susi juga membaca ِ‫( يَْأتِه‬QS. Thaha: 75) dengan
Sukun (Hamzah Mufrad di-Ibdal-kan dengan Alif)
c. Kata ‫( ي ُ ْرضه‬QS.Az-Zumar: 7) As-Susi membaca Sukun Ha Kinayah,
sedangkan Ad-Duri mempunyai 2 wajah yaitu dibaca dengan Sukun dan
dhammah dengan Isyba’.
d. Kata ‫جه‬ ‫َأ‬
ِ ‫( ْر‬QS. Al-A’raf: 111 & QS. Asy-Syu’ara: 36) membaca dengan
memakai Hamzah Sukun antara huruf ‫ ج‬dan ‫ هـ‬dan membaca Ha
ُ ‫جْئ‬
Kinayah dengan harakat Dhommah secara Qashr, yaitu ‫ه‬ ِ ‫أر‬.
ْ
5. Mad dan Qashar
a. Mad Wajib Muttashil dibaca secara Tawassuth.
b. Mad Jaiz Munfashil.
1) As-Susi membaca secara Qashr,
2) Ad-Duri membaca dengan 2 wajah, yaitu secara Qashr dan
Tawassuth.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 10
‫َأ‬ – ‫ل – َأِئنَّا‬ ‫ُأ‬
ْ ُ ‫ءَ نْذ َْرتُك‬
6. Dua Hamzah dalam Satu Kata (‫م‬ َ ‫ز‬
ِ ْ ‫ءَ ن‬
sejenisnya)
a. Hamzah kedua dari dua hamzah dalam satu kata dengan At-Tashil
Baina-Baina.
b. Kata ‫م‬ َ ٰ ‫( ءَا‬QS. Al-A’raf: 123, QS. Thaha: 71, QS. Asy-Syu’ara: 49)
‫منْت ُ ْـ‬
dibaca dengan men-Tahqiq-kan Hamzah pertama dan men-Tashhil-kan
Hamzah kedua tanpa ada Al-Idkhal.
‫َأ‬ ‫َأ‬
c. Kata ‫م‬ ِ َ‫( ء‬QS. Al-Mulk:16),‫( ءَِإذَاـ‬QS. Maryam: 66), ‫م‬
ْ ُ ‫منْت‬ ْ ُ ‫( ِئنَّك‬QS. Al-
Araf: 81), ‫ن‬ ‫َأ‬ ‫( ءَِإن َّ َـ‬QS. As-Shafat: 52), ‫ك‬ َ ْ‫َأِئف‬
َّ ‫( ِئ‬QS. Asy-Syu’ara: 41), ‫ك‬
‫َأ‬
(QS. As-Shaffat: 86), ‫م‬ ْ ُ ‫( ِئنَّك‬QS. Fusshilat: 9) dibaca dengan men-
Tashhil-kan Hamzah kedua serta Idkhal.
‫َأ‬ َ ِ‫( ءََأنْز‬QS. Shad: 8), ‫ي‬
ْ ُ ‫( ُؤنَبَُّؤك‬QS. Ali Imran: 15) ‫ل‬
d. Kata ‫م‬ َ ِ‫( ءَألْق‬QS. Al-
Qamar: 25) dibaca dengan 2 wajah, yaitu:
1) Tashil Hamzah kedua tanpa Idkhal.
2) Tashil Hamzah kedua dengan Idkhal.
7. Dua Hamzah dalam Dua Kata
a. Harakat dua Hamzah sama.
Dibaca dengan membuang hamzah pertama, seperti ‫م ُرنَا‬ ‫َأ‬
ْ ‫جاءَـ‬ َ dibaca
‫م ُرنَا‬
ْ ‫جاـ أ‬
َ , kata ‫ن‬ ْ ‫ماءِـ ِإ‬
َ ‫س‬
َّ ‫نـ ال‬
َ ‫م‬
ِ dibaca ‫ن‬
ْ ‫ماـ ِإ‬
َ ‫س‬
َّ ‫منـ ال‬,atau ‫ك‬َ ‫َأوْلِيَاءُـ ُأولِٰئ‬
dibaca ‫ك‬ َ ‫َأوْلِيَاـ ُأولِٰئ‬. Hukum asal sebelum Hamzah pertama dibuang Mad
Wajib Muttashil berubah menjadi Mad Jaiz Munfasshil, Imam Ad-Duri
dan As-Susi mempunyai wajah berbeda seperti yang telah disebutkan
pada Mad Jaiz.
b. Harakat dua Hamzah berbeda.
Hamzah kedua dibaca dengan beberapa wajah, yaitu:
1) Tasil Hamzah kedua Baina-Baina. Jika Hamzah pertama berharakat
Fathah dan Hamzah kedua Kasrah, Hamzah kedua dibaca dengan
Tasil Ya (Tasil diantra Hamzah dan Ya) seperti kata ‫فىءَـ ِإلٰى‬
ِ َ ‫ت‬,
begitu pula jika Hamzah kedua Dhammah maka Tashil Waw seperti
kata ‫ة‬
ٌ ‫م‬ ‫ٌأ‬
َّ َ‫جاء‬
َ .

Q i r a ’ a t A b u A m r | 11
2) Ibdal dengan Waw. Jika Hamzah pertama Dhammah dan Hamzah
‫َأ‬
َ ُ‫نَشَ اء‬
kedua Fathah, seperti kata ‫صبْنَا‬
3) Ibdal dengan Ya. Jika Hamzah pertama Kasrah dan Hamzah kedua
Fathah, seperti kata ‫ماءِ َأوِْئتِنَا‬
َ ‫س‬
َّ ‫ن ال‬
َ ‫م‬
ِ .
4) Hamzah pertama Dhammah dan Hamzah kedua Kasrah seperti pada
kata ‫ يَشَ اءُـ ِإلٰى‬memiliki 2 wajah bacaan, yaitu 1. At-Tashil Baina-
Baina dan 2. Ibdal dengan Waw.
8. Hamzah Mufrad
a. Imam As-Susi meng-Ibadal-kan setiap Hamzah Sukun menjadi Huruf
Mad sesuai dengan harakat sebelumnya, seperti ‫ن‬ ِ ‫مْؤ‬
َ ‫منُو‬ ُ ‫ ال‬dibaca
‫ْأ‬
‫س‬
َ َ ‫ الب‬,‫ن‬
َ ‫منُو‬
ِ ْ ‫مو‬ َ ‫جْئ‬
ُ ‫ ال‬dibaca ‫ت‬ ِ ,‫س‬
َ ‫ البَا‬dibaca ‫ت‬
َ ْ ‫جي‬
ِ . Kecuali pada 6 jenis,
yaitu:
1) Hamzah Sukun karena di-Jazam-kan, yaitu , ‫ يُهَي ِّْئ‬, ‫ يَشَ ْأ‬, ‫ نَشَ ْأ‬, ‫سْؤ‬ ُ َ‫ت‬
‫ َأم لَم ينبْأ‬, ‫َأو ننساْها‬.
َّ َ ُ ْ ْ َ َ َْ ْ
2) Hamzah Sukun karena Mabni, yaitu: ‫ ِإقِ َرْأ‬,‫ه‬
ُ ‫جْئ‬
ِ ‫أر‬
‫َأ‬
ْ ُ‫ نْبِْئه‬,‫وَهَي ِّْئ‬.
ْ ,‫ نَب ِّْئ‬,‫م‬
3) Hamzah Sukun pada Lafazh ‫ وَتُْئوِى‬dan ‫تُئوِيْهـ‬.
4) Hamzah Sukun Pada Lafazh ‫رِءْيًا‬.
ِ ‫مْؤ‬
5) Hamzah Sukun pada Lafazh ٌ ‫صدَة‬ ُ .
6) Hamzah Sukun pada ‫م‬ ْ ُ ‫ بَارِئك‬.
‫ْأ‬
b. Lafazh ‫م‬ ْ ُ ‫( ي َ لِتْك‬QS. Al-Hujurat: 14) Imam Abu Amr membaca membaca
‫ْأ‬
ْ ُ ‫هـ اَل ي َ لْتْك‬
ayat ‫م‬ ُ َ ‫سوْل‬
ُ ‫ن تُطِيْعُوْاـ اللهـ َو َر‬
‫ وَِإ ْـ‬dengan memakai Hamzah Sukun
sesudah Ya. Imam Ad-Duri tetap membaca secara Tahqiq Hamzah,
ْ ُ ‫ يَالِتْك‬.
sedangkan Imam As-Susi membaca dengan Ibdal menjadi ‫م‬
9. Pemindahan Harakat Hamzah ke Huruf Mati Sebelumnya
a. Kata ‫( ع َادًاـ اًأْلوْلَى‬QS. An-Najm: 50). Ketika lafazh ‫ األولى‬disambung
dengan kata sebelumnya, maka bacaannya dengan me-Idgham-kan
Tanwain ‫ عادًا‬kedalam ‫ال‬, hal ini karena ‫ األولى‬dibaca secara Naqal
baik ketika di-Washal atau sebagai Ibtida’. Maka bacaannya At-Taqlil
atau Baina-Baina, menjadi ‫ع َادًا الُوْلَى‬.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 12
b. Kata ‫ اًأْلوْلَى‬ketika dibaca Ibtida memiliki 3 wajah, yaitu: An-Naqal
menjadi ‫ اَلُوْلَى‬dan ‫ لُْؤلَى‬serta ‫اُأْلوْلَى‬. Alif di akhir kata dibaca Taqlil
atau Baina-Baina.
10. Izhar dan Idgham (shagir)
a. Lafaz ْ ‫ ِإذ‬bertemu dengan ‫ تـ – جـ – دـ – زـ – سـ – ص‬dibaca idgham,
seperti ُ‫وَِإذ ْ تَخْلُق‬.
b. Lafaz ْ ‫ قَد‬bertemu dengan ‫ جـ – ذـ – زـ – سـ – شـ – صـ – ضـ – ظ‬dibaca
idgham, seperti َ‫مع‬ َ ْ ‫لَقَد‬.
ِ ‫س‬
c. Ta Ta’nits bertemu dengan ‫ ثـ – صـ – ظ‬dibaca dengan idgham, seperti
‫ة‬ َ ِ ‫ت ظَال‬
ً ‫م‬ ‫ كَان َ ْـ‬. Pengecualian pada ayat َ‫مع‬
ِ ‫صوَا‬
َ ‫ت‬ َ ِ ‫( لَهُد‬QS. Al-Haj: 40) Ta
‫م ْـ‬
Ta’nits bertemu ‫ ص‬dibaca secara Izhar dan Ta Ta’nits pada (QS. Al-
Hajj: 36) ‫م‬
ْ ُ‫جنُوْبُه‬
ُ ‫ت‬
‫جب َ ْـ‬
َ َ‫ و‬bertemu dengan ‫ ج‬dibaca dengan 2 wajah, yaitu
Izhar dan Idgham.
ْ َ‫ ه‬pada kalimat ‫لـ ت َ َرى‬
d. Lafaz ‫ل‬ ْ َ‫ ه‬dalam QS. Al-Mulk: 3 dan QS. Al-
Haqqah: 8 dibaca Idgham.
e. Huruf ‫ ب‬sukun berteme dengan ‫ ف‬dibaca secara Idgham, seperti ‫ن‬ ْ ‫م‬
َ َ‫و‬
َ ‫ب فَُأولِٰئ‬
‫ك‬ ْ َ ‫ ل‬. Hukum ini hanya terdapat pada 5 tempat, yaitu QS. An-
‫م يَت ُ ْـ‬
Nisa: 74, QS. Ar-Ra’d: 5, QS. QS. Al-Isra’: 63, QS. Thaha: 97 dan QS.
Al-Hujurat: 11.
f. Huruf ‫ ذ‬pada ‫ْت‬ ُ ‫يـ عُذ‬ ْ ِّ ‫( ِإن‬QS. Ghafir: 27 & QS. Ad-Dukhan: 20) dan
‫( فَنَبَذ ْتُهَا‬QS. Thaha: 96) dibaca Idgham.
‫ُأ‬
g. Huruf ‫ ث‬pada ‫موْهَا‬ ُ ُ ‫( وْرِثْت‬QS. Al-A’raf: 43 & QS. Az-Zukhruf: 72)
dibaca Idgham.
h. Huruf ‫ ر‬sukun bertemu dengan ‫ ل‬, Imam As-Susi membaca Idgham
sedangkan Imam Ad-Duri memiliki 2 wajah, yaitu Izhar dan Idgham,
َ ِّ ‫حكْم ِ َرب‬
seperti ‫ك‬ ُ ِ ‫صب ِ ْر ل‬ْ ‫وَا‬.
i. Huruf ‫ د‬pada ayat ‫اب‬ َ َ‫ن يُرِدْـ ثَو‬
ْ ‫م‬
َ َ‫ و‬pada QS. Ali Imran: 145 dibaca secara
Izhar.
j. Huruf ‫ ذ‬pada ‫َذت‬
‫ اتَّخ َـ‬/‫ْت‬ َ ‫ َأ‬/‫م‬
َ ‫خذ‬ ْ ُ ‫خذْت‬
َ َّ ‫ ات‬/‫م‬ َ ‫ َأ‬dibaca Idgham.
ْ ‫خذ ْت‬
k. Huruf ‫ ب‬pada ‫معَنَا‬ ْ َ ‫( ارك‬QS. Hud: 42) dibaca secara Idgham.
َ ‫ب‬
ْ َ‫( يَلْه‬QS. Al-A’raf: 179) dibaca Idgham.
َ ِ ‫ث ذٰل‬
l. Huruf ‫ ث‬pada ‫ك‬

Q i r a ’ a t A b u A m r | 13
m. Huruf ‫ ب‬pada ‫نـ يَشَ اء‬
ْ ‫م‬
َ ‫( يُعَذ ِّبـ‬QS. Al-Baqarah: 284) dibaca secara
Idgham.

11. Al-Fath8, Al-Imalah9 dan At-Taqlil10


Imam Abu Amr seimbang dalam memakai Imalah Kubra dan
Taqlil/Baina-Baina/Imalah Sugra.
‫َأ‬ ‫َأْل‬ ‫ن كَا َـ‬
a. Kata ‫مى‬ َ ْ ‫ن هٰذَاـ ا ع‬
َ ْ ‫ ع‬pada ‫مى‬ ‫م ْـ‬
َ َ‫( و‬QS. Al-Isra: 72) dibaca dengan
Imalah Kubra.
b. Alif yang terletak setelah Ra (‫( )ذوالراء‬tertulis dengan ‫ )ى‬dibaca Imalah
Kubra, seperti ‫ قَد ْ ن َ َرى‬,‫الذِك ْ ٰرى‬.
c. Kata ‫ج ٰرىهَا‬
ْ ‫م‬
َ (QS. Hud: 41) dibaca Imalah Kubra
d. Alif Ta’nits Maqsurah yang mengikuti wazan ‫ فَعْلَىـ – فِعْلَىـ – فُعْلَى‬dan
pada Alif yang menjadi ‫سـ اَأْلى‬ُ ْ‫( ُرءُو‬kecuali Alif yang terletak sesudah
Ra) dibaca dengan Taqlil.
‫َأ‬ ‫َأ‬
e. Lafaz ‫س َرتَى‬ َ َ ‫ يَوَيْلَتَىـ – نَّىـ – ي‬dan ‫سفَى‬
ْ ‫ح‬ ْ َ ‫ ي‬Imam Ad-Duri membaca
dengan Taqlil.
f. Alif yang tertelak sebelum ‫راءـ متطرفةـ مكسورة‬11 seperti ‫م‬ ‫َأ‬
ْ ِ ‫صارِه‬
َ ْ ‫ ب‬dan
ِ ٰ ‫الْك‬/‫ف ُريْن‬
‫فرِيْنـ‬ ِ ٰ ‫ ك‬dibaca dengan Imalah Kubra. Kata-kata yang huruf Ra
Kasrah diakhir yang bukan asli (karena setelahnya ada huruf yang
hilang) tidak dibaca dengan Imalah, seperti ِ‫مار‬
َ ُ ‫ ت‬karena asalnya adalah
‫مارِى‬
َ ُ ‫ت‬.
‫ف هَارٍ فَانْهَ َـ‬
g. Lafaz ٍ‫ هَار‬pada ayat ِ‫ار بِه‬ ُ ‫( ع َلَىـ شَ فَاـ‬QS. At-Taubah: 109)
ٍ ‫ج ُر‬
dibaca dengan Imalah Kubra.
h. Alif yang terletak antara dua Ra, yang Ra kedua berada di akhir kata dan
berharakat kasrah seperti ِ‫ار الْق ََرار‬
ُ َ ‫ د‬dibaca dengan Imalah Kubra.
i. Lafaz ‫اس‬
ِ َّ ‫ الن‬yang berharakat Kasrah, Imam Ad-Duri membaca dengan
Imalah Kubra sedangkan Imam As-Susi membacanya dengan Al-Fath.

8
Al-Fath : Terbukanya mulut ketika pengucapan Alif.
9
Al Imalah (Kubra): Bunyi antara harakat Fathah dan Kasrah, serta antara Alif dan Ya.
10
At-Taqlil : Bunyi antara Fath dan Imalah Kubra, nama lainnya adalah Imalah Shugra
atau Baina-Baina.
11
Ra yang terletak diujung kata dan berbaris Kasrah.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 14
j. Alif yang dibaca Imalah yang terletak setelah huruf mati di lain kata,
seperti ‫نـ الْق َُرى الَّتِي‬
َ ْ ‫ وَبَي‬, ketika dibaca secara Washal tidak dibaca
dengan Imalah Kubra (Al-Fath) dan apabila di waqaf dibaca dengan
Imalah Kubra. Pengecualian Imam As-Susi pada lafaz ‫ نَرِى‬dalam ayat
‫ ن َ َرى الله‬dibaca dengan 2 wajah, yaitu Al-Fath dan Imalah Kubra.
12. Waqaf
a. Ha Ta’nits yang tertulis dengan bentuk Ta (‫ )ت‬pada Mushaf Utsmani
dibaca dengan Ha’ (‫)هـ‬, yaitu pada:
1) Lafaz ‫مت‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ر‬.
َ Terdapat pada 7 tempat, yaitu: QS. Al-Baqarah: 218,
QS. Al-A’raf: 56, dua tempat pada QS. Az-Zukhruf: 32, QS. Hud:
73, QS. Maryam: 2 dan QS. Ar-Rum: 50. Contoh ‫ن‬ َ ْ ‫جو‬ َ ‫ُأولِٰئ‬
ُ ‫كـ ي َ ْر‬
ِ‫ت اللّه‬
َ ‫م‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ َر‬.
2) Lafaz ‫مت‬
َ ْ‫نِع‬. Terdapat pada 11 tempat, yaitu: QS. Al-Baqarah: 231,
QS. Ali Imran: 103, QS. Al-Ma’idah: 11, QS. Ibrahim: 28 & 34, QS.
Fathir: 3, QS. Luqman: 31, QS. An-Nahl: 72, 82 & 114 dan QS. At-
ْ ُ ‫ت اللّٰهِ ع َلَيْك‬
Thur: 29. Contoh ‫م‬ َ ْ‫وَاذ ْك ُ ُروْاـ نِع‬.
َ ‫م‬
3) Lafaz ‫سنَّت‬
ُ . Terdapat pada 5 tempat, yaitu: Tiga tempat di QS.
Fathir: 43, QS. Al-Anfal: 38 dan QS. Gafir: 85. Contoh َ ‫جد‬ ْ َ ‫فَل‬
ِ َ ‫نـ ت‬
‫ت اللهِ تِبْدِيْاًل‬
ِ َّ ‫سن‬
ُ ِ‫ ل‬.
4) Lafaz ‫م َرَأت‬ ْ ‫ا‬. Terletak di 7 tempat, yaitu: QS. Ali Imran: 35, QS.
Yusuf: 30 & 51, QS. Al-Qashah: 10, dua tempat di QS. At-Tahrim:
10 dan QS. At-Tahrim: 11. Contoh ‫ت نُوْ ٍح‬ ‫ ا َأ‬.
َ ‫م َر‬ ْ
5) Lafaz ‫ بَقِيَّت‬pada Firman-Nya ‫ن‬ ِ ‫مْؤ‬
‫منِي ْ َـ‬ ْ ُ ‫نـ كُنْت‬
ُ ‫مـ‬ ْ ُ ‫خي ْ ٌرـ لَك‬
ْ ‫مـ ِإ‬ َ ‫ت اللهِـ‬
‫بَقِي َّ ُـ‬
pada QS. Hud: 86.
َ َ ‫ي وَل‬
6) Lafaz ‫ قُ َّرت‬dalam ayat ‫ك‬ ْ ِ‫ن ل‬ ُ ‫ قُ َّر‬pada QS. Al-Qashas: 9.
ٍ ْ ‫ت ع َي‬
7) Lafaz ‫ فِط ْ َرت‬dalam ayat ‫س عَلَيْهَا‬ َ ‫ت اللهِ الَّتِي فَط َ َر النَّا‬
َ ‫ فِط ْ َر‬pada QS.
Ar-Rum: 30.
َ َ‫ ش‬dalam ayat ‫ت ال َّزقُّوْم‬
8) Lafaz ‫ج َرت‬ َ َ‫ن ش‬
‫ج َر َـ‬ ‫ ِإ َّـ‬pada QS. Ad-Dukhan:
43.
9) Lafaz ‫ لَعَنْت‬pada QS. Ali Imran: 61 dan QS. An-Nur: 7. Contoh
َ ْ ‫ت اللهِ ع َلَى الْكٰذِبِي‬
‫ن‬ َ َ ‫جعَل لَعْن‬
ْ َ ‫فَن‬.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 15
10) Lafaz ‫جنَّت‬
َ dalam Firman-Nya QS. Al-Waqi’ah: 89, yaitu ‫ت‬
ُ َّ ‫جن‬
َ َ‫و‬
‫نَعِيم‬.
11) Lafaz ‫ ابْنَت‬dalam QS. At-Tahrim: 12, yaitu ‫م َران‬
ْ ‫ع‬
ِ ‫ت‬
َ َ ‫م ابْن‬
َ َ ‫م ْري‬
َ َ‫و‬.
12) Lafaz ‫صيَت‬ ِ ْ ‫مع‬
َ dalam QS. Al-Mujadallah: 8 & 9, yaitu ‫ن‬ َ ْ ‫جو‬ َ ‫وِيَتَنَا‬
‫سول‬ُ ‫الر‬
َّ ‫ت‬ِ َ ‫صي‬
ِ ْ ‫مع‬ ِ َ‫بِاٍإْلثْم ِ وَالْعُدْو‬.
َ َ‫ان و‬
13) Lafaz ‫ كَلِمت‬dalam Firmannya QS. Al-A’raf: 115, yaitu ‫ت‬ َ ِ ‫ت كَل‬
ُ ‫م‬ ‫م ْـ‬ َّ َ ‫وَت‬
‫سنِى‬ ُ ْ ‫ك ال‬
ْ ‫ح‬ َ ِّ ‫رب‬.
َ
b. Lafaz ‫مال‬
َ pada QS. Al-Fur’qan: 7, QS. Al-Kahfi: 49, QS. An-Nisa: 78
dan QS. Al-Ma’arij: 36 mewakafkan pada ‫ما‬.
c. Lafaz ‫ه‬ ‫َأ‬
ُ ُّ ‫ ي‬pada QS. Az-Zukhruf: 49, QS. An-Nur: 31 dan QS. Ar-
Rahman: 31 ketika diwaqafkan dibaca ‫( َأيُّهَا‬memakai Itsbat Alif) dan
ketika Washal dibaca seperti biasa. Seperti pada ‫ه الثَّقَاَل ن‬ ‫سنفْرغ ُ لَك ُ َأ‬.
َ ُّ ‫م ي‬ْ ُ َ َ
‫َأ‬ ‫َأ‬
d. Lafaz ‫ه‬ ُ َّ ‫ وَيْك َ ن‬dan ‫ن‬
َّ َ ‫ وَيْك‬pada QS. Al-Qashas: 82 ketika di-wakaf dibaca
‫( وَيْك‬memakai kaf) dan boleh Ibtida’ dari ‫ه‬ ‫َأن َّ ُـ‬/‫ن‬ ‫َأ‬
َّ .

13. Ya Idhafah
a. Ya Idhafah yang sesudahnya Hamzah Qatha berharakat Fathah dibaca
dengan Fathah. Terdapat 99 tempat didalam Al-Qur’an, seperti ‫ِإنِّى‬
‫ َأخَا ُـ‬, hukum ini tidak berlaku pada empat tempat, yaitu pada ‫َأرِنِى‬
‫ف الله‬
(QS. Al-A’raf: 143), ‫( وَاَل تَفْتَنِّى‬QS. At-Taubah: 49), ‫( فَاتَّبِعْنِى‬QS.
Maryam: 43) dan ‫منِىـ‬
ْ ‫ح‬
َ ‫( وَت َ ْر‬QS. Hud: 47).
b. Ya Idhafah pada 12 tempat berikut dibaca Fathah, yaitu:
1) & 2) Dua Lafaz ‫ ِإنِّى‬dalam QS. Yusuf: 36
3) Lafaz ‫ لِى‬pada QS. Yusuf: 80.
4) Lafaz ‫ضيْفِى‬
َ dalam QS. Hud: 78.
5) Lafaz ‫س ْرلِى‬
ِّ َ ‫ ي‬pada QS. Thaha: 26.
6) Lafaz ‫ دُوْنِى‬dalam QS. Al-Kahfi: 102.
7) & 8) Lafaz ‫جعَل لِى‬ ْ ‫ وَا‬pada QS. Ali Imran: 41 & QS. Maryam: 10.
9) & 10) Lafaz ‫ وَلٰكِنِّى‬dalam ‫م‬ ‫َأ‬
ْ ُ ‫ وَلٰكِنِّىـ َرىٰك‬QS. Hud: 29 dan QS. Al-
Ahqaf: 23.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 16
‫َأ‬
11) Lafaz ‫حتِى‬
ْ َ ‫ ت‬dalam Firman-Nya: ‫ن‬ ِ ْ ‫حتِىـ فَاَل تُب‬
َ ْ‫ص ُرو‬ ْ َ ‫نـ ت‬
ْ ‫م‬
ِ QS. Az-
Zukhruf: 51.
‫َأ‬
12) Lafaz ‫خيْرِـ‬ ْ ُ ‫ ِإنِّى َرك‬QS. Hud: 84.
َ ِ‫م ب‬
13)
c. Ya Idhafah yang sesudahnya Hamzah Qatha berharakat Kasrah dibaca
dengan Fathah. Terdapat 52 tempat dalam Al-Qur’an. seperti ‫جدُنِىـ‬
ِ َ ‫ست‬
َ
ِ‫إنْشَ اءَ الله‬.
d. Ya Idhafah yang sesudahnya Hamzah Qatha berharakat Dhommah tetap
ِ ‫ِإنِّى ًأ‬.
َ ِ ‫عيْدُهَا ب‬
dibaca Sukun. Seperti ‫ك‬
e. Ya Idhafah yang sesudahnya ‫ ال‬tetap dibaca sukun. Tetapi pada lafaz
َ ْ ‫ يٰعِبَادِىـ الَّذِي‬pada QS. Al-Ankabut: 56 dan QS. Az-Zumar: 53 ketika
‫ن‬
dibaca secara Washal Ya dibuang.
f. Kata ‫خى‬ ِ ‫ َأ‬pada ayat ِ‫خىـ اشْ دُدْـ بِه‬
ِ ‫( َأ‬QS. Thaha: 31), ‫ ِإنِى‬pada ayat ‫إنِّى‬
َ ُ ‫صطَفَيْت‬
‫ك‬ ْ ‫( ا‬QS. Al-‘Araf: 144), ‫ يٰلَيْتَنِى‬pada ayat ‫ل‬ ِ ْ ‫سو‬
ُ ‫معَـ َر‬
َ ‫ْت‬ َ َّ ‫يٰلَيْتَنَىـ ات‬
‫خذ ُـ‬
‫سبِيْاًل‬
َ ‫( اللهـ‬QS. Al-Furqan: 27), ‫سى‬ِ ْ‫ نَف‬pada ayat ‫سى‬ ِ ْ‫ك لِنَف‬ ‫واصطَفَيْنَعْت ُ ُـ‬
‫( اذْهَبَا‬QS. Thaha: 41), ‫ ذِكْرِى‬pada ‫يـ ذِكْرِىـ اذهَبَا‬ َ ِ ‫( وَاَل تَن‬QS. Thaha:
ْ ِ‫يـ ف‬
ِ ْ‫ قَو‬pada ayat ‫خذ ُوْاـ‬
42), ‫مى‬ ِ ْ‫نـ قَو‬
َ َّ ‫مىـ ات‬ َّ ‫( ِإ‬QS. Al-Furqan: 30) dan ‫بَعْدِى‬
dalam ayat ُ ‫مد‬ ‫ن بعدىـ اسم َأ‬
َ ‫ح‬
ْ ‫هـ‬
ُ ُ ْ ِ ْ َ ‫م ْـ‬ِ (QS. As-Shaff: 6) Ya Idhafah dibaca
dengan Fathah.
g. Ya Idhafah yang sesudahnya adalah Huruf Hijaiyah selain Hamzah
dibaca sukun selain lafaz َ‫حيَاى‬
ْ ‫م‬
َ َ‫( و‬QS. Al-An’am: 162) dibaca dengan
Fathah. Contoh yang dibaca sukun seperti Lafaz ‫جهِى‬ ْ َ‫ و‬dalam QS. Ali
‫ل َأ‬
Imran: 20 yaitu ‫ن‬ ِ َ‫ن اتَّبَع‬
‫م ِـ‬ َ َ‫جهِىـ لِلّٰهِـ و‬
ْ َ‫ت و‬ ْ َ ‫سل‬
‫م ُـ‬ ْ ‫ فَقُ ْـ‬dan QS. Al-An’am:
79 yaitu ‫جهِى لِلّٰذِى‬ْ َ‫ت و‬ ُ ْ‫جه‬ َّ َ‫ِإنِى و‬, dls.
14. Ya Zaidah.
a. Ketika Washal Ya Zaidah dibaca Itsbat dan Membunannya ketika
Waqaf. Seperti pada kata ِ‫سر‬ َ َ ‫ ي‬dalam QS. Al-Fajr: 4.
‫َأ‬ ‫َأ‬
b. Lafaz ‫ن‬
ِ َ ‫ هَان‬dan ‫ن‬ َ ‫ ك ْ َر‬pada QS. Al-Fajr: 15 & 16 dibaca ketika Washal
‫م ِـ‬
dengan 2 wajah, yaitu: Itsbat dan Hazh, sedangkan ketika Waqaf hanya
dibaca Hazf.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 17
‫ ءَاتَى ٰ ِـ‬dalam ayat ‫نـ ۦ الله‬
c. Lafaz ‫ن‬ َ َ‫ ف‬yang terdapat pada QS. An-
ِ ٰ ‫مآـ ءَاتَى‬
Naml: 36 ketika Washal dengan Itsbat Ya yang di Fathah dan ketika
Waqah dibaca dengan 2 wajah, yaitu: Itsbat dan Hazh.
d. Lafazh ‫ق‬
ِ َّ ‫ن يَت‬
‫م ْـ‬
َ QS. Yusuf: 90, ‫ال‬ ُ ْ ‫ ال‬QS. Ar-Rad: 9, ‫ق‬
ِ َ‫متَع‬ ِ ‫ التَّاَل‬dan ِ ‫التِنَاد‬
QS. Ghafir: 15 dibaca dengan Hazf.

PENUTUP

Imam Abu ‘Amr meninggal pada tahun 154 H/770 M di Kuffah, memiliki
dua orang yang menjadi Rawi beliau yaitu 1) Imam Ad-Duri (dikenal dengan
orang yang menetapkan Ilmu Qira’at) dan 2) Imam As-Susi.

Salah satu hukum dalam Qira’at yaitu Idgham Kabir tidak dapat ditemukan
dalam Qira’at-Qira’at lain selian Qira’at Imam As-Susi.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 18
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Ahmad. Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2. Jakarta: Yayasan Bengkel Metode
Maisura, 2016.

Hafidz, Chasan Albab. Pengantar Qira’at Tujuh, Pengertian, Sejarah dan Cara
Membacanya. Jakarta: FKMTHI UIN Syarif Hidayatullah, 2016.

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Amru_al-Bashri.

Q i r a ’ a t A b u A m r | 19

Anda mungkin juga menyukai