Toaz - Info Makalah Askep Pada Korban KDRT Kel 4 A3 PR
Toaz - Info Makalah Askep Pada Korban KDRT Kel 4 A3 PR
Dosen Pengampu:
Rr. Dian Tristiana, S. Kep, Ns., M. Kep
Disusun oleh:
Kelompok 4 (A3)
1. Nur Fadhilahturrokhmah (131711133020)
2. Santi Oktavia (131711133021)
3. Indah Noer Aini (131711133058)
4. Iga Rahma Azhari (131711133113)
5. Nurhikmah Inge Dwi Lestari (131711133117)
6. Nia Ramadhani (131711133154)
7. Salsabilla Raisya Nugrahanti (131711133155)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Korban
Perilaku Kekerasan (KDRT)”
Terlepas dari semua itu, penulis meminta maaf apabila dalam menyusun
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang terbentuk adalah:
1. Apa definisi perilaku kekerasan (KDRT)?
2. Apa saja faktor predisposisi perilaku kekerasan (KDRT)?
3. Apa saja tanda keluarga dengan perilaku kekerasan (KDRT)?
4. Apa saja dampak perilaku kekerasan (KDRT)?
5. Bagaimana rentang respon pada perilaku kekerasan (KDRT)?
6. Bagiamana upaya pencegahan perilaku kekerasan (KDRT)?
7. Bagaimana implikasi keperawatan dalam masalah perilaku kekerasan
(KDRT)?
8. Bagaimana lembaga yang menagani kasus perilaku kekerasan (KDRT)?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada korban perilaku kekerasan
(KDRT)?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi perilaku kekerasan (KDRT).
2. Menjelaskan faktor predisposisi perilaku kekerasan (KDRT).
3. Menjelaskan tanda keluarga dengan perilaku kekerasan (KDRT).
4. Menjelaskan dampak perilaku kekerasan (KDRT).
5. Menjelaskan rentang respon pada perilaku kekerasan (KDRT).
6. Menjelaskan upaya pencegahan perilaku kekerasan (KDRT).
7. Menjelaskan implikasi keperawatan dalam masalah perilaku kekerasan
(KDRT).
8. Menjelaskan lembaga yang menagani kasus perilaku kekerasan (KDRT).
9. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada korban perilaku kekerasan
(KDRT).
2
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diperoleh yaitu penulisan ini dapat dijadikan sebagai
tambahan referensi tentang asuhan keperawatan perilaku kekerasan
(KDRT).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Penulisan ini dapat menambah pengalaman dan wawasan mahasiswa
tentang asuhan keperawatan perilaku kekerasan (KDRT).
b. Bagi profesi keperawatan
Penulisan ini dapat digunakan oleh profesi keperawatan sebagai
referensi dalam pemberian asuhan keperawatan perilaku kekerasan
(KDRT).
c. Bagi institusi pendidikan
Penulisan ini berguna sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan penulisan selanjutnya.
d. Bagi masyarakat
Penulisan ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui
asuhan keperawatan perilaku kekerasan (KDRT).
3
BAB 2
PEMBAHASAN
KDRT adalah segala bentuk tindak kekerasan yang terjadi atas dasar
perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan
terutama terhadap perempuan termasuk ancaman, paksaan, pembatasan
kebebasan, baik yang terjadi dalam lingkup publik maupun domestic (Annisa,
2010).
4
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya KDRT
5
1) Terganggunya motif biologis, artinya kebutuhan biologis pelaku
KDRT mengalami terganggu atau tidak dapat terpenuhi. Sehingga
membuat ia melakukan untuk menuntut kebutuhan tersebut, namun
cara menuntut pemenuhan kebutuhan tersebut menyimpang tanpa
adanya komunikasi yang baik sebagaimana mestinya.
2) Terganggunya motif psikologis, artinya tertekan oleh tindakan
pasangan, misalnya suami sangat membatasi kegiatan istri dalam
aktualisasi diri, memaksakan istri untuk menuruti semua keinginan
suami.
3) Terganggunya motif teologis, artinya hubungan manusia dengan
Tuhan mengalami penyimpangan, ketika hal ini terganggu, maka
akan muncul upaya kemungkinan pemberontakan untuk memenuhi
kebutuhan. Misalnya, perbedaan agama antara suami dan istri, dan
keduanya tidak saling memahami satu sama lain, tidak ada
toleransi dalam keluarga, keduanya hanyalah mementingkan dari
kepercayaan masing-masing, maka yang muncul adalah
ketidakharmonisan antara keduanya.
4) Terganggunya motif sosial, artinya komunikasi atau interaksi
antara pasangan suami istri tidak dapat berjalan dengan baik.
Sehingga jika terjadi kesalah fahaman atau perbedaan, hanya
mementingkan ego dari masing-masing tanpa adanya komunikasi
timbal balik yang baik hingga kekerasan menurut mereka yang
dapat menyelesaikan masalah.
5) Harapan, setiap pasangan suami istri memiliki suatu harapan
mengenai apa yang akan dicapai dalam keluarganya, misalnya
harapan agar keluarganya hidup sejahtera dengan berkecukupan
akan tetapi harapan tersebut tidak dapat berjalan sebagai
kenyataan. Kemudian diantara keduanya tidak dapat menerima
kenyataan sehingga yang terjadi hanyalah tuntutan kepada
pasangan tanpa memikirkan bersama jalan keluar.
6) Nilai atau norma, dapat terjadi KDRT jika terjadi pelanggaran
terhadap nilai dan norma yang ada di dalam keluarga atau tidak
6
dipatuhinya nilai di dalam keluarga. Misalnya penerapan nilai etika
yang salah, tidak adanya penghormatan dari istri terhadap suami
atau sebaliknya, tidak adanya kepercayan suami terhadap istri,
tidak berjalannya fungsi dan peran dari masing-masing anggota
keluarga.
2.3 Tanda Keluarga Dengan KDRT
Ciri dan tanda yang biasanya terjadi jika seseorang mengalami KDRT
adalah:
7
kekerasan dalam rumah tangga. Teman Anda mungkin sering terlambat
saat kerja atau pertemuan, atau membatalkan janji secara mendadak.
Yang lebih parah, orang tersebut mulai memutus kontak dari
teman-teman dan anggota keluarga serta mengisolasi diri mereka dari
orang-orang terdekat. Apabila Anda menanyakan tentang kehidupan
pribadi atau pasangan mereka, mereka berusaha untuk tidak menceritakan
kepada Anda atau mengelak dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik
saja.
3. Tanda-tanda ketakutan
Walau korban kekerasan mungkin tidak menceritakan kekerasan,
mereka mungkin menyebutkan pelaku kekerasan “moody” atau “mudah
marah”. Mereka juga mungkin mengatakan bahwa pasangan mereka
menjadi pemarah setelah minum alkohol, sebagai contoh. Korban
kekerasan mungkin merasa tidak nyaman apabila berada jauh dari rumah.
Mereka kaku dan malu saat berbincang-bincang. Mereka juga merasa
cemas dalam berusaha menyenangkan pasangan mereka. Kadang, apabila
berada bersama dengan pelaku kekerasan, korban merasa sangat ketakutan
di mana ia tidak dapat bertindak atau mengambil keputusan.
4. Tanda-tanda dikendalikan
Korban kekerasan mungkin telah menyerahkan membiarkan hidup
mereka dikontrol oleh pelaku kekerasan tersebut. Mereka takut berpergian
atau mengambil keputusan tanpa izin. Jika seseorang adalah korban dari
kekerasan, ia akan selalu meminta izin sebelum berpergian atau bertemu
orang lain. Teman Anda mungkin menyebutkan pasangannya “sedikit
cemburu” atau “sedikit posesif”.
Kendali dari pelaku juga berlaku pada aspek lainnya seperti
hubungan dan keuangan. Mungkin teman Anda selalu memiliki uang yang
sedikit atau tidak memiliki kendaraan pribadi. Mereka mungkin
menyebutkan bahwa pasangan mereka yang mengatur keuangan dan
mereka perlu memperhitungkan setiap pengeluaran. Hal ini membuat
korban lebih mudah dikendalikan dan bergantung pada pelaku. Pelaku
kekerasan mungkin sering menuduh korban memiliki hubungan lain.
8
2.4 Dampak KDRT
Dalam hal ini banyak dampak yang ditimbulkan oleh kekerasan itu
sendiri. Dampak kekerasan dalam rumah tangga akan terjadi pada istri, anak,
bahkan suami.
1. Dampak pada istri antara lain:
Perasaan rendah diri, malu dan pasif
Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah
makan dan susah tidur
Mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen
Gangguan kesehatan seksual
Menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan
kekerasan
Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya
gairah seks, karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon
secara normal ajakan berhubungan seks
2. Dampak pada anak antara lain:
Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam
Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan
Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik
3. Dampak pada suami antara lain:
Merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis
Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri
9
Perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak
hamil mengalami gangguan menstruasi seperti menorhagia, hipomenohagia
atau metrohagia bahkan wanita dapat mengalami menopause lebih awal,
dapat mengalami penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme.
10
dirasakan sebagai ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan
respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991).
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
11
Mempertaha
nkan hak
tempat/terito
rial
Gerakan Minimal Memperlihat Mengancam
Lemah kan gerakan , ekspansi
Resah yang sesuai gerakan
12
dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas
kemampuannya untuk a). Mencegah berlangsungnya tindak pidana; b).
Memberikan perlindungan kepada korban; c). Memberikan pertolongan
darurat; dan d). Membantu proses pengajuan permohonan penetapan
perlindungan (Estu, 2008).
13
depresi dari curhat pada orang yang dipercaya secara psikologis dapat
meringankan beban.
2. Renungkan saran dan nasihatnya. Curhat berarti membuka
kesempatan pada orang yang anda percaya untuk ikut merasakan,
memahami sekaligus intervensi. Artinya, jka sang teman memberikan
saran maupun alternatif, bukalah mata hati renungkan saran dan
nasihatnya.
3. Mintalah suami konseling. Kebiasaan suami melakukan kekerasan
dalam rumah tangga tertentu perlu diwaspadai. Secara baik-baik
mintalah suami konsultasi dengan pakar dan melakukan terapi, tentu
saja harus pandai mencari waktu yang tepat untuk membiarkannya.
4. Segera ambil keputusan. Jika suami makin kerap melakukan
kekerasan dalam rumah tangga keluarga atau pakar dan segara ambil
keputusan untuk kebaikan istri dan anak.
14
keluarga, modifikasi lingkungan sosial budaya dan pembinaan
spiritual, upaya pencegahan sekunder dengan penerapan asuhan
keperawatan sesuai permasalah-an yang dihadapi klien, dan
pencegaha tertier melalui pelatihan/pendidikan, pem-bentukan dan
proses kelompok serta pelayanan rehabilitasi.
4. Mengantarkan korban ke tempat aman atau tempat tinggal alternative
(ruang pelayanan khusus).
5. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan
kepada korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial. Serta lembaga
social yang dibutuhkan korban.
2. Komnas Perempuan
Jika korban perempuan, bisa juga memanfaatkan keberadaan
Komnas perempuan. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan atau Komnas Perempuan adalah lembaga negara independen di
Indonesia yang dibentuk sebagai mekanisme nasional untuk
menghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan.
15
3. Komnas Perlindungan Anak Indonesia
Jika akibatnya telah menjadikan anak sebaai korbannya, bisa
memanfaatkan keberadaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Komisi
Nasional Perlindungan Anak (disingkat Komnas PA) adalah organisasi di
Indonesia dengan tujuan memantau, memajukan, dan melindungi hak
anak, serta mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak anak yang
dilakukan oleh negara, perorangan, atau lembaga.
4. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian
Pengertian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak menurut
kesepakatan bersama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik merupakan unit yang bertugas memberikan
pelayanan dalam bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang
menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap perempuan dan
anak yang menjadi pelaku tindak pidana (Rizki, 2016).
5. LSM di bidang pengawasan KDRT
LSM ataupun lembaga-lembaga lain yang ada di daerah masing-
masing yang dibentuk untuk menerima pengaduan KDRT.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
1. Pengkajian
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Ruangan Rawat: Belum ada Tanggal Dirawat: 10 September 2019
I. IDENTITAS PASIEN
Initial : Ny. C (P) Tanggal Pengkajian: 09/09/2019
Umur : 32 tahun No. RM : 168.XXX
Informan : Kakak kandung
II. ALASAN MASUK
Ny. C datang dibawa oleh kakak kandungnya karena, kakaknya
mengatakan bahwa ia khawatir atas kondisi janin dan kondisi kesehatan
17
adiknya. Ny. C datang ke RS Ngudi Waluyo dengan kondisi memar pada
pipi sebelah kiri, terlihat sering melamun, Ny.C mengatakan takut jika
didekati oleh laki-laki, sangat cemas terhadap kondisi janinnya, lebih
sering dan hanya menjawab pertanyaan dengan sangat singkat. Saat
ditanya tentang suaminya, ia hanya diam dan meneteskan air mata.
Ya V Tidak
18
IV. FISIK
1. TTV : TD : 120/90 mm/Hg N : 90 x/mnt S : 36,5 °C
RR : 19 x/mnt
2. Ukur : TB : 157 cm BB : 45 kg
3. Keluhan fisik : V Ya Tidak
Pasien mengatakan nyeri pada pipi sebelah kirinya.
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
= Laki- laki
= Meninggal
= Tinggal serumah
Keterangan Tambahan
Pola komunikasi:
Pasien jarang berkomunikasi dan membicarakan permasalahannya ke
kakak kandungnya (perempuan).
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
19
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: Pasien menganggap dirinya tidak becus menjaga
bayi yang ada dalam kandungannya.
b. Identitas: Pasien adalah lulusan universitas ternama di daerah
Jawa Tengah dan sekarang ia bekerja di salah satu bank swasta.
c. Peran: Pasien bekerja sebagai karyawan di bank swasta dan
pasien adalah tulang punggung keluarga karena ia membiayai
suaminya.
d. Ideal diri: Pasien berharap bisa menjadi istri yang baik dan
berharap suaminya yang bekerja menggantikannya.
e. Harga diri: Setelah kejadian tersebut, pasien merasa tidak dihargai
oleh suaminya karena selama ia bekerja sang suami sering keluar
malam dan berjudi.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah Situasional
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: Bayi yang dikandungnya
b. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain: Setelah
kejadian yang dialami pasien, pasien tidak lagi bekerja dan jarang
keluar rumah. Pasien cenderung diam, dan sering melamun
sendiri.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Kegiatan ibadah: Pasien rutin melakukan sholat 5 waktunya di
mushola dekat rumahnya. Saat pasien sedih ia sering berdoa dan
meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
20
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas Motorik
4. Alam perasaaan
Gembira berlebihan
21
5. Afek
V Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
7. Presepsi
Halusinasi
Pendengaran V Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penciuman
8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan: -
9. Isi Pikir
22
Waham
Jelasakan: -
Jelaskan: -
11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: -
Jelaskan: -
Jelaskan: -
23
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: -
ADAPTIF MALADAPTIF
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah V Reaksi lambat
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya: Lainnya:
24
4. Masalah dengan perumahan, spesifik (tidak ada)
5. Masalah dengan ekonomi, spesifik (tidak ada)
6. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik (tidak ada)
7. Masalah lainnya, spesifik (tidak ada)
Koping Obat-obatan
Jelaskan: -
25
ANALISA DATA
Nama: Ny. C No. RM: 168.XXX Ruangan: Belum ada
MASALAH
DATA-DATA ETIOLOGI TT
KEPERAWATAN
Data Subyektif: Kekerasan (KDRT) yang Sindrom Pasca Trauma
dilakukan oleh suami
- Pasien mengatakan sangat
pasien
cemas terhadap kondisi
janinnya.
- Pasien mengatakan takut jika
Timbul ketakutan dan
didekati oleh laki-laki
rasa cemas
- Pasien mengatakan sering
bertengkar karena suami
sering pulang malam dengan Sindrom Pasca Trauma
kondisi mabuk dan kalah
berjudi, sehingga meluapkan
emosinya ke Ny.C.
Data Obyektif :
26
Data Subyektif: Gangguan peran diri Harga Diri Rendah
pada diri pasien Situasional
- Pasien menganggap dirinya
tidak becus menjaga bayi
yang ada dalam
Pasien merasa tidak
kandungannya.
dihargai
- Pasien berharap bisa menjadi
istri yang baik dan berharap
suaminya yang bekerja KDRT
menggantikannya.
- Pasien merasa tidak dihargai
oleh suaminya karena selama Harga Diri Rendah
ia bekerja sang suami sering Situasional
keluar malam dan berjudi.
- Pasien merasa malu kepada
tetangganya karena suami
sering bertindak kasar
kepadanya.
Data Obyektif :
27
Data Subyektif: Kekerasan (KDRT) yang Isolasi Sosial
dilakukan oleh suami
- Kakaknya mengatakan
pasien
bahwa ia khawatir atas
kondisi janin dan kondisi
kesehatan adiknya dan Depresi
terlihat sering melamun.
- Kakak pasien mengatakan
Isolasi Sosial
bahwa pasien jarang
berkomunikasi dan
menceritakan masalahannya
ke kakak kandungnya atau
orang lain.
- Pasien mengatakan takut jika
didekati oleh laki-laki
Data Obyektif :
28
2. Diagnosis Keperawatan
Pohon Masalah
Resiko Tinggi Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi
Isolasi sosial
1. Isolasi Sosial Keterlibatan Sosial (L. 13116) Promosi Sosialisasi (I. 13498)
(D.0121)
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
keperawatan 3x24 jam pasien
1. Motivasi pasien untuk
dapat menurunkan tingkat isolasi
meningkatkan keterlibatan
social pada diirnya.
dalam hubungan (kembali
Kriteria hasil: bekerja dan mau bercerita
kepada kakaknya/orang lain)
a. Minat terhadap aktivitas (5)
2. Diskusikan perencanaan
b. Perilaku menarik diri (5)
kegiatan di masa depan.
c. Afek murung (5)
29
Edukasi
Terapeutik
30
c. Perasaan malu (5) 2. Diskusikan pengalaman yang
d. Perasaan bersalah (5) dapat meningkatkan harga
dirinya.
3. Diskusikan alasan mengkritik
diri atau merasa bersalah.
4. Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang meningkatkan
harga diri pasien.
Edukasi
31
c. Menggunakan strategi untuk 2. Pahami situasi yang membuat
meningkatkan keamanan (5). ansietas.
3. Diskusikan perencanaan
realistis tentang masa depan.
Edukasi
Dukungan Perlindungan
Penganiayaan Pasangan
(I. 09273)
Observasi
32
2. Dokumentasikan bukti
kekerasan fisik yang
dilakukan.
3. Tegaskan secara positif bahwa
diri pasien berharga.
4. Dukung pasien untuk
mengambil tindakan untuk
mencegah terjadi kekerasan
lebih lanjut.
5. Buat rencana keselamatan
yang digunakan jika terjadi
kekerasan.
Edukasi
33
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
KDRT merupakan segala bentuk kekerasan yang mengakibatkan rasa
sakit atau penderitaan secara fisik, seksusal, psikologis, atau perampasan
kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga, faktor penyebab terjadinya KDRT
adalah budaya patriarki, stereotype yang merugikan salah satu pihak, atau
tidak ada pemahaman yang sama dalam keluarga. Adanya gangguan dalam
psikologis seseorang merupakan salah satu motif terjadinya KDRT.
Adanya motif psikologi yang mendorong terjadinya KDRT, maka
dalam kasus KDRT diperlukan asuhan keperawatan diberikan kepada pelaku
KDRT, karena pelaku KDRT harus dikaji adakah gangguan psikologis yang
diderita oleh seseorang sehingga melakukan hal yang dapat merampas
kemerdekaan orang lain, oleh karena itu diharapkan dengan adanya asuhan
keperawatan ini dapat menunjang kesehatan jiwa klien.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Moerti Hadiati Soeroso, S.H., M.H. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam Prespektif Yuridis-Viktimologis, Jakarta: Sinar Grafika.
Moerti Hadiati Soeroso, S.H., M.H. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Sinar Grafika. Jakarta
Ridwan Masyur. 2016. Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga menurut
Sistem Peradilan Pidana dalam Perspektif Restorative Justice Vol 5
(3)431-446. Jurnal Hukum dan Peradilan.
Rizky Ediansyah. 2016. Upaya Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta
Bandar Lampung dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan
Terhadap Anak. Skripsi Fakultas Hukum Unila: Bandar Lampung.
Shinta, D.H; Bramanti, O.C. 2007. Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta:
LBH APIK dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP.
35