Anda di halaman 1dari 32

Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia fasilitas kesehatan dimana

prosedur bedah yang mengguanakan pembiusan dilakukan. Definisi lain dari kamar operasi adalah
suatu unit khusus yang digunakan untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun
akut, yang membutuhkan keadaan steril & kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit
yang dipakai untuk melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk prosedur
bedah bukan untuk invetervensi pengobatan.
Menurut segi tata ruang yang tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, yang menjelaskan persyaratan medis sarana dan prasarana
pelayanan pada instalasi bedah sentral, secara umum konsep dasar pembuatan kamar operasi terdiri
atas :
a. Ruang pendaftaran terletak dibagian depan atau bagian yang paling mudah dijangkau oleh
keluarga pasien,ruangan ini dilengkapi dengan loket, meja kerja, lemari berkas/arsip
telepon/interkom. Fungsi ruang pendaftaran ini antara lain, adalah : untuk menyelenggarakan
kegiatan administrasi, khususnya pelayanan bedah, pasien bedah dan pengantar (keluarga dan
perawat) datang keruang pendaftaran, pengantar (keluarga atau perawat), melakukan pendaftaran
di loket pendaftaran, petugas pendaftaran ruang operasi rumah sakit melakukan pendataan pasien
bedah dan penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya pengantar
menunggu di ruang tunggu.
b. Ruang tunggu pengantar merupakan ruangan yang dilengkapi dengan tempat duduk yang
nyaman bagi penunggu pasien bedah. Sebaiknya tempat duduk yang disediakan sesuai dengan
aktivitas pelayanan bedah.
c. Ruang transfer merupakan ruangan dimana pasien bedah dibaringkan di strecher khusus ruang
operasi, untuk pasien bedah yang datang menggunakan strecher dari ruang lain, pasien tersebut
dipindahkan ke strecher khusus ruang operasi rumah sakit, selain itu pasien juga dapat
melepasakan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga pasien, tahap selanjutnya pasien
dibawa ke ruang persiapan (preparation room)
d. Ruang tunggu pasien (holding room) adalah ruangan yang digunakan untuk tempat menunggu
pasien sebelum dilakukan pekerjaan persiapan (preparation) oleh petugas ruang operasi rumah
sakit dan menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area ruang operasi
rumah sakit tidak memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat dilaksanakan di ruang transfer
e. Ruang persiapan pasien adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah
sebelum memasuki ruang operasi, di ruang ini petugas rumah sakit dapat membersihkan tubuh
maupun mencukur rambut bagian tubuh yang perlu dicukur, petugas juga diwajibkan mengganti
pakaian pasien dengan pakaian khusus ruang operasi
f. Ruang induksi, merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan tindakan anestesi,
apabila luasan area ruang operasi yang tidak memungkinkan maka tindakan anestesi dapat
dilakukan di dalam ruang operasi.
g. Ruang operasi digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau
pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling
peralatan operasi/bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keelamatan yang tinggi
h. Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan ruang operasi dan diawasi oleh perawat.
Pasien operasi yang ditempatkan di ruang pemulihan secar terus menerus dipantau karena efek
pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan perawatan berkualitas tinggi yang dapat
secara cepat menilai pasien tentang status jantung dan pernafasan, selanjutnya melakukan tindakan
dengan memberikan pertolongan yang tepat (Kemenkes,2012). Ukuran ruang pemulihan adalah
dapat menampung satu sampai satu setengah tempat tidur setiap ruang operasi yang terdapat di
kamar operasi (Kunders,2000).
i. Ruang ganti petugas operasi sebaiknya dirancang untuk alur satu arah. Petugas yang masuk
kamar ganti tidak akan keluar ke pintu yang sama, melainkan melaui pintu yang langsung
berhubungan dengan ruang operasi (Kunders, 2000)
j. CSSD ( central strerilization and supply departement) atau ruang sterilisasi berlokasi terpisah
dengan kamar operasi. Fungsi ruang ini adalah untukk mensterilkan alat dan instrumen operasi,
linen operasi, maupun sarung tangan. Ruang CSSD sebaiknya berada dekat dengan kamar operasi
atau jika memungkinkan terdapat di kamar operasi tepatnya di area non steril, karena berfungsi
sangat vital dalam terlaksananya tindakan operasi (Kunders,2000)
Daerah Operasi
1. Zona 1 Pakaian dari luar Instalasi Kamar Operasi boleh dipakai.
2. Zona 2 Pakaian luar Instalasi Kamar Operasi masih boleh dipakai.
3. Zona 3 Petugas Instalasi Kamar Operasi wajib menggunakan pakaian khusus
4. Zona 4 Tim Instalasi Kamar Operasi wajib memakai jas operasi.

Batasan Operasional
1. Bedah

A. Bedah Minor

Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara sederhana, tidak
memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk
melakukannya, seperti: membuka abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial
neuroktomi dan tenotomi

B. Bedah Mayor

Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada
pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan
memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.

C. Bedah Antiseptik

Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap penggunaan agen antiseptik
untuk mengontrol kontaminasi bakterial.

D. Bedah konservatif

Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk melakukan
perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada
melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan
amputasi terhadap kaki.

E. Bedah Radikal

Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari penyakit tersebut
dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.

F. Pembedahan Rekonstruktif

Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk melakukan koreksi


terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan
terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.

G. Bedah Plastik

Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki defek atau
deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.

3. Sifat Operasi:

A. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa membahayakan
nyawa pasien.

B. Bedah Emergensi

Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat mendadak untuk
menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.

DAERAH KAMAR

1. Daerah Bebas

Daerah bebas merupakan daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, dan petugas harus
melepaskan alas kaki.

2. Daerah Bersih

a. Koridor transfer pasien b. Kamar ganti Pakaian dokter c. Kamar ganti Perawat

d. Kamar persiapan dan pemulihan pasien 3. Area Semirestriktik (koridor)

Area semirestriktik adalah daerah dimana pengunjung dan petugas harus melepaskan alas kaki.

4. Area restriktik (kamar operasi dan koridor kamar operasi)

Area restriktik adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, petugas harus memakai
perlengkapan khusus (topi, masker, alas kaki, pakaian khusus), harus ganti pakaian, tidak boleh
rangkap.

Pembagian Daerah di Sekitar Kamar Operasi

1. Daerah Publik

Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya: kamar tunggu
kamar operasi.

2. Daerah Semi Publik

Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Pada daerah ini biasanya
diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS” dan sudah ada pembatasan tentang
jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaan alas
kaki khusus di dalam.

3. Daerah Aseptik

Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan, umumnya daerah yang harus dijaga
kesucihamaannya.

Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


- Daerah aseptik 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.

- Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk atau kain steril, tempat
instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan mempersiapkan alat.

- Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk.

bagian-bagian Kamar Operasi

1. Ruang Penerimaan Pasien

Ruang Penerimaan Pasien adalah ruang serah terima pre operasi Instalasi Kamar Operasi yang
dilengkapi dengan brankar, lemari tempat pakaian Instalasi Kamar Operasi bagi pasien yang akan
menjalani operasi, dilengkapi ruang ganti pasien One Day Care (ODC), lemari terkunci untuk
penyimpanan pakaian dan barang berharga milik pasien.

2. Ruang Induksi dan Premedikasi

Ruang induksi dan premedikasi adalah ruang dimana pasien dari ruang operasi I dilengkapi lampu
operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi, menggunakan oksigen sentral, suction
sentral, mesin anestesi, monitor pasien, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan dan jenis cairan
yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. Kamar Operasi I digunakan
untuk operasi biasa.

4. Ruang Operasi II

Ruang operasi II dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk atau
setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual. Ruang Operasi II dilengkapi dengan lampu
operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung
penampung gas anestesi (merek Penlon), monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman
jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, Suction, oksigen sentral, alat kauter (Alsa bisa dipakai
untuk TUR, bisa dipakai untuk Bifolar), tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis
cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli.

5. Ruang Operasi III

Ruang operasi III digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja
operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk)
secara manual. Ruang Operasi III dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-
bagian operasi.Dilengkapi dengan mesin anestesi, monitor ECG yang bisa terlihat tekanan darah,
rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, oksigen sentral, suction sentral, alat kauter,
tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan
operasi, yang tersedia dalam troli.

6. Ruang Operasi IV

Ruang operasi IV digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja
operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk)
secara manual.

Ruang operasi IV dilapisi dengan Pb yang berguna untuk mengurangi radiasi (khusus penggunaan
C-Arm), dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian- bagian operasi, mesin anestesi,
monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC
sentral, oksigen sentral, suction sentral alat kauter, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan
jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli.

7. Ruang Operasi V
Ruang operasi V digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja
operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk)
menggunakan alat remote, meja operasi bisa dimodifikasi dengan traksi ortopedi. Ruang Operasi
V dilapisi dengan Pb yang berguna untuk mengurangi radiasi (khusus penggunaan C-Arm),
dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi, mesin anestesi, monitor
EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral,
oksigen sentral, suction sentral, alat kauter, alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang
bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli, monitor untuk bisa melihat tindakan
operasi di ruang istirahat dokter.

8. Ruang Penyimpan Alat Steril

a. Lemari linen dan instrumen steril

Tersedia lemari untuk penyimpanan alat instrumen dan linen sudah steril terbungkus yang siap
pakai disimpan di lemari masing-masing.

b. Lemari linen non steril

Tersedia juga lemari untuk penyimpanan linen biasa, seperti baju petugas instalasi kamar operasi,
stik laken, selimut dan untuk kebutuhan linen lainnya.

9. Ruang Penyimpanan Alat Kesehatan

Tersedia lemari untuk penyimpanan alat kesehatan, sesuai jumlah inventaris. 10.Ruang
Penyimpanan Obat dan Alat Anestesi

Tersedia lemari untuk menyimpan obat dan alat kesehatan anestesi yang terkunci, kulkas untuk
menyimpan obat yang memerlukan suhu tertentu.

11. Ruang Sadar Pulih atau Recovery Room

Ruang sadar pulih adalah ruang dimana pasien setelah operasi dibawa ke ruang sadar pulih untuk
diobservasi sekitar 2 jam. Ruang sadar pulih dilengkapi dengan 6 buah tempat tidur (standar
dengan hek pengaman), oksigen sentral, suction sentral, monitor pasien 6 set, persediaan cairan
infus, meja tulis, dan alat-alat untuk keperluan administrasi. Di ruang sadar pulih terdapat sebuah
komputer untuk urusan administrasi. Di ruang ini juga tersedia spool hoek, toilet. Di ruang sadar
pulih ini serah terima pasien dari instalasi kamar operasi dengan perawat ruang inap (pasien
kembali ke ruangan).

12.Ruang Pertemuan

Ruang pertemuan ini digunakan untuk pertemuan. Di ruang ini tersedia meja, kursi dan dilengkapi
dengan gambar kerangka anatomi tulang manusia, lemari buku untuk menyimpan buku-buku.

13.Ruang Istirahat

Tersedia tempat tidur atau istirahat 14.Ruang Makan

Ruang ini digunakan untuk ruang santai sekalian ruang makan, dilengkapi dengan kursi meja
makan, sofa, televisi, kulkas, dispenser, lemari untuk menyimpan alat-alat makan, dan lainnya.

15.Ruang Ganti Wanita

Ruang ini digunakan khusus untuk wanita ganti pakaian, dengan pakaian instalasi kamar operasi.
Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung, lemari pakaian dan persediaan pakaian bersih
instalasi kamar operasi, dan loker yang terkunci.
16.Ruang Ganti Pria

Ruang ini digunakan khusus untuk pria ganti pakaian. Di ruang ini terdapat lemari pakaian
gantung, lemari tempat penyimpanan pakaian bersih instalasi kamar operasi dan loker yang
terkunci.

17.Kamar Mandi

Tersedia Shower untuk mandi, closet duduk.

18.Ruang Kepala Instalasi Kamar Operasi

Tersedia kursi meja, lemari kecil.

19.Ruang Kepala Urusan Pelayanan Perawatan

Tersedia kursi meja, ada lemari untuk penyimpanan dokumen atau arsip-arsip, buku.

Fasilitas Non Medis

1.Pintu

Bentuk pintu sliding, pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan penutup otomatis. Pintu
selalu terawat dan tidak boleh mengeluarkan suara.

2. Ventilasi

Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow. Suhu diatur antara 19-22⁰C
dan kelembaban udara 50-60 %

3. Sistem Penerangan

Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit sehingga tidak
menampung debu dan mudah dibersihkan. Pencahayaan ruangan sesuai peraturan pencahayaan
pada buku ini. Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu yang
fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan

4. Sistem Gas

Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa. Sistem pipa melalui bawah lantai atau di
atas langit-langit, dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida

5. Sistem Listrik

Ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan

6. Sistem Komunikasi Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan ke
luar Rumah Sakit

Pembersihan

 Pembersihan Harian
Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks kamar operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Setiap
hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih, kelistrikan, pencahayaan,
ventilasi, dan sebagainya. Pelaksana adalah Cleaning Service dan tim kamar operasi, dan
penanggung jawab adalah Kepala Instalasi Kamar Operasi.

 Pembersihan Mingguan

Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan cairan didesinfeksi. Lantai
dibersihkan dengan deterjen, dikeringkan dan didesinfeksi. Seluruh permukaan lain seperti
permukaan lampu operasi, troli anestesi, kabel-kabel dan selang, tabung N2O, meja operasi troli
alat kesehatan, kursi, AC dibersihkan dan didesinfeksi. Kamar mandi dibersihkan pagi sore. Semua
bahan medis yang disterilisasi kering diperiksa kapasitas formalinnya.

 Pembersihan Pra Operasi

Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin maka ruangan bedah tidak
perlu dibersihkan lagi. Bila jadwal operasi dilaksanakan sebelum dilaksanakan pembersihan rutin,
maka segera dilakukan pembersihan ruangan operasi dan sekitarnya.

Pembersihan Pasca Operasi Dinding dibersihkan dan didesinfeksi

Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Operasi

1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan sepsis jangan banyak bicara.

2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu banyak orang dalam kamar operasi.

3. Kesehatan dan kebersihan.

4. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang mudah ditularkan (karier sangat
sukar ditentukan).

5. Perlengkapan petugas:

 Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan: - Baju kamar operasi

- Penutup kepala - Masker

- Alas kaki atau sepatu dalam kamar operasi - Jas operasi steril

- Sarung tangan steril

 Perlengkapan petugas yang lain: - Baju kamar operasi

- Penutup kepala - Masker

- Alas kaki

Tata Laksana di Ruang Sadar Pulih

1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit yang menular melalui pernapasan
atau udara dan bebas dari luka terbuka.

2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada penularan lewat darah.
3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus mengganti pakaian dengan pakaian yang
khusus dipakai untuk bekerja di ruang tersebut, termasuk alas kaki, pakaian tersebut tidak
diperbolehkan dibawa ke luar ruangan, dan pakaian dari luar tidak boleh dibawa masuk.

4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung atau gaun dan alas kaki pelindung yang
disediakan sebelum memasuki ruangan.

5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap kali kontak dengan
pasien.

Konsep pengelolaan dan pengendalian udara atau penghawaan pada ruang, hakekatnya terdiri
dari tiga hal, yaitu :
a. Pengendalian kalor atau panas dan suhu serta penggunaan bahan material bangunan, seperti jenis
dan tekstur bangunan. Zat pelapis atau cat, orientasi bangunan terhadap arah sinar matahari dan
angin, tata hijau lingkungan mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil panas atau kalor
yang diserap atau dikeluarkan untuk menciptakan suhu yang nyaman bagi pengguna yaitu berkisar
20-24 derajat celcius.
b. Pengendalian kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah sekitar 50-60%. Salah satu
strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam satu ruangan yaitu dengan mempercepat
prose penguapan. Hal ini dicapai dengan mengoptimalkan aliran sirkulasi udara atau ventilasi.
Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan bagian-bagian ruangan 40 yang berbeda
suhunya, dan berbeda tekanan udaranya.
c. Pengendalian pertukaran udara. Kesegaran udara di dalam ruang serta kesehatannya diukur
dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi 0,1- 0,5%. Pergantain udara dalam ruang
dikatakan baik apabila untuk ruangan dengan dimensi lima meter kubik per orang. Udara dalam
ruang harus diganti lima kali per jam. Semakin kecil rasio ruang per orang, frekuensi pergantian
udara semakin tinggi (Hatmoko,2010)

No Nama Alat Jumlah

1 Hak Tumpul Kecil 2

2 Hak Tumpul Sedang 2

3 Hak Tajam 2

4 Gunting Benang Lancip 1

5 Gunting Benang Tumpul 1

6 Gunting Kasar 1

7 Metzemburm 20 cm 1

8 Klem Musqito 20 cm 1

9 Onderbending Klem 16 cm 1
10 Handvadmes No 3 1

11 Handvadmes No 4 1

12 Desinfeksi Klem 1

13 Kocker Bengkok 16 cm 6

14 Klem Bengkok 16 cm 6

15 Masquito Bengkok 12 cm 2

16 Masquito Lurus 12 cm 2

17 Kocker Lurus 14 cm 2

18 Pincet Anatomis Panjang 2

19 Pincet Anatomis Pendek 3

20 Pincet Siregis Panjang 2

21 Pincet Siregis Pendek 2

22 Doek Klem 5

23 Ujung Suction 1

24 Still Depper 20 cm 2

25 Elis Klem 1

26 Peritonium Klem 4

27 Naldvoeder 18 cm 2

28 Naldvoeder 14 cm 1

29 Hak Ginjal 2
Periode pulih sadar dimulai segera setelah pasien meninggalkan meja operasi dan

langsung diawasi oleh ahli anestesi. Semua komplikasi dapat terjadi setiap saat, termasuk pada

waktu pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan.

Ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit

(PACU) adalah ruangan tempat pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru

saja menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil. 4

Tatalaksana pasca operatif

Pasca anestesia merupakan periode kritis, yang segera dimulai setelah pembedahan dan

anestesia diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh anestesia. 12 Risiko pasca anestesi dapat di

bedakan berdasarkan masalah-masalah yang akan dijumpai pasca anestesia/bedah dapat

dikelompokkan menjadi 3 kelompok :

1) Kelompok I

Pasien yang mempunyai risiko tinggi gagal napas dan gangguan hemodinamik pasca

anestesia/bedah, sehingga perlu napas kendali pasca anestesia/bedah. Pasien yang termasuk

dalam kelompok ini langsung dirawat di Unit Terapi Intensif pasca anestesia/bedah tanpa

menunggu pemulihan di ruang pulih.

2) Kelompok II

Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah termasuk dalam kelompok ini, tujuan perawatan

pasca anestesia/bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya mampu menjaga keadekuatan

respirasinya dan kestabilan kardiovascular.


3) Kelompok III

Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien pada kelompok ini bukan

hanya fungsi respirasinya tetapi harus bebas dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan

otot, sehingga pasien bisa kembali pulang.12


Terdapat 3 tahap dalam keperawatan periopertif :16

1) Fase pre operatif

Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai ketika

pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja

operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

2) Fase intar operatif

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir

saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi

fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, atau membantu mengatur

posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan

tubuh.

3) Fase post operatif

Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan intra operatif yang

dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi

tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian

meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas

keperawatan kemudian berfokus


pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan

rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.

2.2.1 Tujuan perawatan pasca anestesia/pembedahan di ruang pemulihan

Tujuan perawatan pasca anestesia yaitu untuk memulihkan kesehatan fisiologi dan

psikologi antara lain:


1) Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi, memasang

sunction dan pemasangan mayo/gudel.

2) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberiam bantuan napas melalui ventilator

mekanik atau nasal kanul.

3) Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan pemberian cairan plasma ekspander.

4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti

kesadaran. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesia sehingga

perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan observasi

terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5) Balance cairan

Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output cairan. Cairan harus balance untuk

mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan

yang mengakibatkan menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi

eleminasi pasien.

6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri

Pasien post anestesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk

jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri

biasanya sangat dirasakan pasien,


diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medis terkait dengan agen

pemblok nyerinya.

2.2.2 Kriteria kembali ke bangsal

1) Hemodinamik stabil

2) Ventilasi spontan adekuat

3) Nyeri terkontrol

4) Suhu normal

5) Mual / muntah minimal dan pasien dapat menjaga dirinya sendiri

Pemantauan dan penanggulangan kedaruratan medik

2.3.1 Kesadaran

Pemanjangan pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit yang sering dihadapi

di ruang pulih. Banyak faktor penyulit yang sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor yang

terlibat dalam penyulit ini. Apabila hal ini terjadi diusahakan memantau tanda vital yang lain

dan mempertahankan fungsinya agar


tetap adekuat. Disamping itu pasien belum sadar tidak merasakan adanya tekanan, jepitan atau

rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya sehingga mudah mengalami cedera,

oleh karena itu posisi pasien diatur sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kasa yang

basah sehingga terhindar dari cedera sekunder selama durasi operasi 12

Masalah gelisah dan berontak, seringkali mengganggu suasana ruang pulih bahkan bisa

membahayakan dirinya sendiri. Penyebab gaduh gelisah pasca bedah adalah :

1) Pemakaian ketamin sebagai obat anestesia

2) Nyeri yang hebat

3) Hipoksia

4) Buli-buli yang penuh

5) Stres yang berlebihan prabedah

6) Pasien anak-anak, seringkali mengalami hal ini

Ada beberapa obat untuk menetralisir obat anestesi, yaitu

a. Nalokson (0,2 mg), terhadap efek opiat.

b. Flumazenil (0,5 mg) terhadap efek benzodiazepine.

c. Phisostigmin (1-2 mg) terhadap efek obat pelumpuh otot.

2.3.2 Respirasi

Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anestesia adalah

Tabel 2. Nilai parameter respirasi

No. Parameter Normal


1. Suara Napas paru Sama dengan kedua paru
2. Frekuensi napas 10 – 35 x/menit (tergantung usia)
3. Irama napas Teratur
4. Volume tidal Minimal 4 – 5 ml/kgbb
5. Kapasitas vital 20 – 40 ml/kgbb
6. Inspirasi paksa -40 cmH2O
7. PaO2pada FiO2 30% 100 mmHg
8. PaCO2 – 45 mmHg

Penilaian tersebut diatas dijumpai tanda-tanda insufisiensi respirasi, segera dicari

penyebabnya sehingga cepat dilakukan usaha untuk memulihkan fungsinya. 1


.

Tabel 3. Usaha penanggulanan jalan napas

No. Tanpa alat Dengan alat


1. Tiga langkah jalan napas Pipa oro/nasofaring
2. Posisi miring stabil Pipa orotrakea
3. Sapuan pada rongga mulut Alat hisap
Atau kalau diperlukan bronkoskopi atau trakeostomi.

2.3.2.1 Depresi napas

Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek sisa opiat, disamping itu bisa

juga disebabkan oleh keadaan hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi. Depresi perifer yaitu

karena efek sisa pelupuh otot, nyeri, distensi abdomen dan rigiditas otot. Usaha

penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya.

Penanggualangannya adalah memperbaiki ventilasi dan oksigenasi. Apabila sangat

mengganggu dapat diberikan obat anti disritmia seperti lidokain. Hal lain yang perlu mendapat

perhatian pasca bedah yang termasuk dalam sirkulasi adalah:

1) Perdarahan dari luka operasi yaitu kemungkinan adanya perdarahan dari luka operasi, selalu

harus diperhatikan. Adanya perembesan dari luka operasi atau bertambahnya jumlah darah

dalam botol penampungan


drainase luka operasi, perlu dipertimbangkan untuk tindakan eksplorasi kembali.

2) Bendungan di sebelah distal dari tempat bekas luka operasi bisa menimbulkan udema dan nyeri

di daerah tersebut.

i. Fungsi ginjal dan saluran kencing

Perhatikan produksi urin, terutama pada pasien yang dicurigai risiko tinggi gagal ginjal

akut pasca bedah/anestesia.Pada keadaan normal produksi urin mencapai > 0,5 cc/KgBB/jam,

bila terjadi oliguria atau anuria, segera dicari penyebabnya, apakah pre renal, renal atau

salurannya.

ii. Fungsi saluran cerna

Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada periode pasca anestesia/bedah,

terutama pada kasus bedah akut, senantiasa harus diantisipasi. Untuk mengatisipasi hal ini,

pencegahan regurgitasi/muntah lebih penting artinya daripada menangani kejadian tersebut.

Akan tetapi bila terjadi penyulit seperti ini maka tindakan yang cepat dan tepat sangat

diperlukan untuk mengatasi jalan napas. Walaupun demikian kemungkinan terjadi aspirasi asam

lambung senantiasa mengancam. Bila hal ini terjadi, pasien dirawat secara intensif di Unit

Terapi Intensif karena pasien akan mengalami ancaman gagal napas akut.

iii. Aktivitas motorik

Pemulihan aktivitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan erat

dengan fungsi respirasi. Bila masih ada efek sisa pelumpuh otot,
pasien mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik yang lain juga belum kembali normal.

Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai pemulihan otot adalah menilai

kemampuan pasien untuk membuka mata atau kemampuan untuk menggerakkan anggota gerak

terutama pada pasien menjelang sadar. Kalau sarana memadai, dapat dilakukan uji kemampuan

otot rangka dengan alat perangsang saraf.

iv. Suhu tubuh

Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada pasien bayi/anak dan

usia tua. Beberapa penyebab hipotermi di kamar operasi adalah:

1. Suhu kamar operasi yang dingin

2. Penggunaan desinfektan

3. Cairan infus dan transfusi darah

4. Cairan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi

5. Kondisi pasien (bayi dan orang tua)

6. Penggunaan halotan sebagai obat anestesia

Usaha-usaha untuk meghangatkan kembali diruang pulih adalah dengan cara:

1) Pada bayi, segera dimasukkan dalam inkubator

2) Pasang selimut penghangat

3) Lakukan penyinaran dengan lampu

Hipertermi pun harus diwaspadai terutama menjurus pada hipertermia malignan.

Beberapa hal yang bisa menimbulkan hipertermi adalah:


1) Septikhemia, terutama pada pasien yang menderita infeksi pembedahan.

2) Penggunaan obat-obatan, seperti: atropin, suksinil, kholin dan halotan.

Usaha penanggulangannya adalah:

1) Pasien didinginkan secara konduksi menggunakan es

2) Infus dengan cairan infus dingin

3) Oksigenasi adekuat

4) Antibiotika, bila diduga sepsis

5) Bila dianggap perlu, rawat di Unit Terapi Intensif

v. Masalah nyeri

Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan menimbulkan nyeri. Hal ini harus disadari

sejak awal dan bila pasien mengeluh rasa nyeri atau ada tanda-tanda pasien menderita nyeri,

segera berikan analgetika.

Diagnosis nyeri ditegakkan melalui pemeriksaan klinis berdasarkan pengamatan

perubahan perangai, psikologis, perubahan fisik antara lain pola napas, denyut nadi dan tekanan

darah, serta pemeriksaan laboraturium yaitu kadar gula darah. Intensitas nyeri dinilai dengan

“visual analog scale” (VAS) dengan rentang nilai dari 1-10 yang dibagi menjadi :

1. Nyeri ringan ada pada skala 1-3

2. Nyeri sedang ada pada skala 4-7

3. Nyeri berat ada pada skala 8-10

Pedoman penanggulangan nyeri pasca bedah mempergunakan konsep analgesia

preemptif, melalui pendekatan trimodal dengan analgesia balans yaitu:


1) Menekan pada proses transduksi di daerah cedera, mempergunakan preparat atau obat yaitu

analgesia lokal atau analgetik non steroid atau anti prostaglandin, misalnya : asam mefenamik,

ketoprofen dan ketorolak.

2) Menekan pada proses transmisi, mempergunakan obat analgesia lokal dengan teknik analgesia

regional, seperti misalnya blok interkostal dan blok epidural.

3) Menekan pada proses modulasi mempergunakan preparat narkotika secara

sistemik yang diberikan secara intermiten atau tetes kontinyu atau diberikan secara regional

melalui kateter epidural.

Nyeri luka operasi laparotomi, menimbulkan pengaruh yang serius terhadap fungsi

respirasi. Pengambangan diafragma kearah rongga abdomen akan menurun, menyebabkan

kapasitas residu fungsional akan menurun sehingga ventilasi alveolar berkurang. Disamping itu

kamampuan batuk pasca bedah untuk mengeluarkan sputum berkurang sehingga timbul retensi

sputum. Oleh karena itu pada pasien pasca laparotomi tinggi yang insisinya mencapai prosesus

sifoideus dilakukan ventilasi mekanik selama 1 x 24 jam, selanjutnya pada saat yang sama

dipasang kateter epidural untuk mengendalikan nyeri mempergunakan preparat opiat (morfin).

vi. Posisi

Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih. Hal ini perlu diperhatikan untuk

mencegah kemungkinan :

1. Sumbatan jalan napas, pada pasien belum sadar


2. Tertindihnya/terjepitnya satu bagian anggota tubuh

3. Terjadinya dislokasi sendi-sedi anggota gerak

4. Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional

5. Gangguan kelancaran aliran infus

Posisi pasien diatur sedemikian rupa tergantung kebutuhan sehingga nyaman dan aman

bagi pasien, antara lain:

1) Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil

2) Ekstensi kepal, pada pasien yang belum sadar

3) Posisi terlentang dengan elevansi kedua tungkai dan bahu (kepala) pada pasien blok spinal dan

bedah otak
2.2 Pemantauan pasca anestesi dan kriteria pengeluaran

Mempergunakan Skor Aldrete Pasca Anestesia di Ruang Pulih

Tabel 4. Skor Aldrete

No. Kriteria Motorik Nilai


1. Aktivitas motorik:
Mampu menggerakkan empat 2
ekstremitas
Mampu menggerakkan dua 1
ekstremitas
Tidak mampu menggerakkan 0
ekstremitas
2. Respirasi:
Mampu napas dalam, batuk dan tangis kuat 2
Sesak atau pernapasan terbatas
Henti napas 1
0
3. Tekana darah:
Berubah sampai 20% dari prabedah 2
Berubah 20%-50% dari prabedah 1
Berbubah > 50% dari prabedah 0
4. Kesadaran:
Sadar baik dan orientasi baik 2
Sadar setelah dipanggil 1
Tak ada tanggapan terhadap 0
rangsangan
5. Warna kulit:
Kemerahan 2
Pucat agak suram 1
Sianosis 0

Penilaian dilakukan :

1. Saat masuk

2. Selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 5 menit sampai tercapai nilai total

10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah 10.


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengirim ke ruangan

adalah:

1. Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat penawarnya (nalokson) secara

intervena.

2. Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik atau narkotik secara

intramuskular.

3. Observasi minimal setelah oksigen dihentikan.

4. Observasi 60 menit setelah ekstubasi

5. Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh Dokter Spesialis Anestesiologi dan Dokter

Spesialis Bedah.

Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang pemulihan jika nilai pengkajian

post anestesi adalah >7-8. Lama tinggal di ruang pulih tergantung dari teknik anestesi yang

digunakan. Pasien dikirim ke ICU (Intensive Care Unit) apabila hemodinaik tak stabil perlu

support inotropik dan membutuhkan ventilator (mechanical respiratory support).


Sterilisasi

1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh


mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi.
2. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikro-organisme
patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik
dan kimiawi.

Persyaratan

1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80 0C dalam
waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 800C dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang, disinfektan
mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak
terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
3. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses  disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi dan ruang
isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dinding 0-5 cfu/cm 2, bebas
mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat
inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan
laundry) sebesar 5-10 cfu/cm2
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara            fisik dengan
pemanasan pada suhu +  121OC selama 30 menit atau pada suhu 134 OC selama 13 menit
dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang  operasi  dan ruang isolasi harus bebas dari
mikroorganisme hidup.

Teknik sterilisasi dapat dikerjakan dengan beberapa cara

1.cara fisika

2.cara kimia

Cara fisika

Metode Radiasi di gunankan gelombang eletromagnetik, yang digunakan adalah radiasi


UV,sinar gamma, atau sinar x sinar matahari

Sinar matahari banyak mengandung sinar UV sehingga secara langsung dapat dipakai pada
proses sterilisasi

Sinar UV dapat diperoleh melalui katoda panas yaitu ke dalam katoda bertekanan rendah diisis
dengan uap air raksa

Metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan

Pemanasan dilakukan hingga air mendidih organisme yang tidak bnerspora dapat dimatikan
dalam tempo 10 menit tetapi ada beberapa yang bespora dapat mati
Metode pemanasan kering

Cara ini kurang efektif apabila tempratur kurang tinggi, pada temperature ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel sel hidup dan jaringan

Metode inceneration

Alat alat platina khrome yang akan disterilkan dapat dilakukan melalui pembakaran secara
langsuing pada nyala lampu Bunsen hingga mencapai merah padam

Metode penyaringan

Mikro organisma yang ada tetap berada pada material, sedangan penyaring hanya memisahkan
mikroorganisme dari material

Sterilisasi secara kimia

Dapat digunakan dengna menggunakan bahan kimia seperti formalin, dan gas etylen
oksida (EO)

Menggunakan bahan formalin bahan yang akan disterilkan direndam selama 24 jam.
Menggunakan gas EO menggunakan peralatan khusus, membutuhkan biaya yang mahal tetapi
hasil yang diperoleh sangat baik. Gas EO digunakan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan
panas, biasanya bukan plastic. Kelemahan gas EO mudah terbakar. Cara EO pilihan terakhir

Desinfeksi adalah proses mengurangi jumlah kuman, banyak digunakan pada bidang
Kesehatan,mikrobiologi, bahan yang digunakan untuk proses desifenksi disebut desinfektan.
Contoh alcohol 70%,resiguard 5%, larutan savlon 1;30 dalam alcohol 70%, chlorhexidine 4$,
larutan tincture 2%, dan larutan Kl

Dekontaminasi Tindakan menghilangkan pencemaran pada alat, ruangan laboratorium atau


sterilant, tujuan untuk mempertahankan kondisi steril pada sterilant. Tindakan dekontaminasi
dilakukan seperti, membuang semua material yang tampak pada benda, lingkungan,
permukaan kulit dengan sabun, air atau gesekan

. Anestesi local

Anestesi lokal dilakukan dengan memblokir sensasi atau rasa sakit pada area tubuh yang akan
dioperasi. Jenis anestesi ini tidak memengaruhi kesadaran, sehingga pasien akan tetap sadar
selama menjalani operasi atau prosedur medis. Anestesi lokal dapat digunakan untuk operasi
minor atau kecil, seperti perawatan gigi, operasi gigi bungsu dan pencabutan gigi, operasi
mata, prosedur pengangkatan tahi lalat, dan biopsi pada kulit. Anestesi jenis ini dapat
diberikan dengan cara disuntik, disemprot, atau dioleskan ke kulit maupun selaput lendir yang
akan dioperasi.
Anestesi regional

Anestesi regional dilakukan dengan memblokir rasa sakit di sebagian anggota tubuh. Seperti
halnya anestesi lokal, pasien akan tetap tersadar selama operasi berlangsung, namun tidak
dapat merasakan sebagian anggota tubuhnya.Pada anestesi regional, obat akan diberikan
dengan cara disuntikkan di dekat sumsum tulang belakang atau di sekitar area saraf. Suntikan
ini akan menghilangkan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh, seperti pinggul, perut, lengan,
dan kaki.Terdapat beberapa jenis anestesi regional, yaitu blok saraf perifer, epidural, dan
spinal. Anestesi regional yang paling sering digunakan adalah epidural, yang umum digunakan
saat persalinan.

Anestesi umum Anestesi umum atau biasa disebut bius total adalah prosedur pembiusan yang
membuat pasien menjadi tidak sadar selama operasi berlangsung. Anestesi jenis ini sering
digunakan untuk operasi besar, seperti operasi jantung terbuka, operasi otak, atau transplantasi
organ. Anestesi ini bisa diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk dihirup (inhalasi)
dan obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah (intravena).Anestesi umum dianggap
cukup aman untuk sebagian besar pasien. Namun pada kelompok tertentu, seperti lansia, anak-
anak, atau pasien yang kondisinya sangat buruk, pemberian anestesi jenis ini harus dilakukan
dengan sangat hati-hati karena dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Pemilihan dan
pemberian anestesi akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien, prosedur medis yang
akan dijalani, dan lamanya prosedur yang akan dilakukan.

efek samping anestesi lokal:

 Rasa nyeri, ruam, serta pendarahan ringan di area suntikan.


 Sakit kepala.
 Pusing.
 Kelelahan.
 Mati rasa pada area yang disuntik.
 Kedutan pada jaringan otot.
 Penglihatan kabur.

Efek samping anestesi regional:

 Sakit kepala.
 Reaksi alergi.
 Nyeri punggung.
 Perdarahan.
 Kejang.
 Sulit buang air kecil.
 Penurunan tekanan darah.
 Infeksi tulang belakang.

Efek samping anestesi umum:

 Mual dan muntah.


 Mulut kering.
 Sakit tenggorokan.
 Suara serak.
 Rasa kantuk.
 Menggigil.
 Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus.
 Kebingungan.
 Sulit buang air kecil.
 Kerusakan gigi.

Alat bantu nafas

1.Oropharyngeal tube cara mengukur dari sudut bibir sampai ke tragus sisi yang sama, dari

tengah dagu ke angulus mandibula

2.Nasopharyngeal tube , tidak merangsang muntah hati hati pada pasien fraktur basis cranii

ukuran=jari kelingking kanan pasien

Pemberian oksigen, pocket mask, 15-16%, hiperinflasi paru, distensi gaster=mual

Nasal kaul flow 2-4 LPM konsentrasi 24-32%

Masker sederhana flow 6-8LPM konsentrasi 60-80%

Masker NRM flow 8-10 LPM konsentrasi 80-100%

Cara pemberian oksigen

BVM bisa tanpa oksigen = konsentrasi 21%

Bila dengan oksigen = konsentrasi 60%

Bila ddengan oksigen + reserboar =konsentrasi 100%

Cara pemberian oksigen

Jecsoon rees konsentrasi 100% harus ada sumber oksigen, balon tidak boleh bocor

Ventilator, oksigenasi tingkat lanjut, perlu tenaga ahli

Bunyi nafas normal

Trakea kualitas kasar, nada tinggi pada trakea

Bronchial kualitas keras nada tinggi di samping trakea

Bronkovesikuler kualitas agak keras, nada agak tinggi, di samping sternum


Vesikuler kualitas lemah, nada rendah di bagian paru lainnya

Bunyi nafas abnormal

Rokhi basah Nyaring, bunyi yang hilang timbul dan meletup-letup seperti bunyi rambut yang

saling bergesekan, didengar baik baik pada insipirasi dan ekspirasi

Pleural friction rub Nada rendah, nyaring, superfisial menerus, seperti bunyi potongan kertas

pasir yang saling bergesekan, didengar saat insipirasi dan ekspirasi

Ronkhi kering Nada rendah, bunyi seperti dengkuran yang monofonik, terutama terdengar saat

ekspirasi tetapi dapat juga terjadi disepanjang siklus respirasi

Stridor Nada tinggi, bunyi seperti dengkuran yang monofonik, terdengar saat inspirasi; lebih

keras dileher daripada didinding dada.

Wheezing Nada tinggi, seperti bunyi siulan atau suara music yang terus menerus, terutama

terdengar saat ekspirasi, meskipun kadang-kadang juga ditemukan saat inspirasi.

Chinlift, jaw thrust, head tilt-chin lift,

Airway dasar oropharyngeal airway (opa) guedel, nasopharygeal airway (NPA)

Advance airway

Endotrakeal tube(ETT) Laryngeal mask airway (LMA) combitube

Benang jahit monofilamen Benang jenis ini hanya terdiri dari satu utas, yaitu tidak ada

kepangan dengan benang yang lain. Jenis monofilamen sengaja dirancang untuk menembusi

jaringan kulit yang tipis., multifilamen Jenis benang tidak seperti benang monofilamen,

melainkan benang dengan jenis multifilamen terdiri beberapa benang kecil yang dikepang

menjadi satu

Benang Gut

Benang ini termasuk jenis monofilamen alami, digunakan untuk menjahit luka atau laserasi

jaringan lunak. Benang Gut tidak boleh digunakan untuk prosedur kardiovaskular atau
neurologis.

Polydioxanone (PDS)

Benang jenis monofilamen sintetik yang satu ini dapat digunakan untuk banyak digunakan

untuk penutupan luka operasi pada abdomen atau biasa digunakan untuk operasi jantung pada

anak.

Poliglecaprone (MONOCRYL).

Benang jahit jenis monofilamen sintetik ini terbilang sangat mudah didapati karena hampir

sebagian besar dokter ahli bedah menggunakan benda untuk menutupi luka operasi.

Poliglaktin (Vicryl).

Benang sintetis Vicryl paling banyak digunakan untuk menutupi luka di bagian wajah atau

tangan. Demi estetika, benang ini sering menjadi pilihan para tenaga medis

Jenis benang jahitan yang tidak dapat diserap (nonabsorbable)

Benang dengan bahan Nilon merupakan benang Jahitan monofilamen alami.

Polypropylene (Prolene) adalah monofilamen sintetik.

Sutra adalah benang alami yang dikepang.

Poliester (Ethibond) adalah benang jahitan sintetis yang dikepang.

Anda mungkin juga menyukai