Laporan Resmi Praktikum Afr N
Laporan Resmi Praktikum Afr N
DISUSUN OLEH:
S1 TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2012
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Disusun Oleh:
Disetujui oleh
1. Format diperbaiki
19 2. Nama Gambar dilengkapi
2 Desember 3. Gambar Bahan dilengkapi
2012 4. Grafik dilengkapi
5. BAB I, II, III, IV dipelajari lagi
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan laporan praktikum Analisa
Fluida Reservoir yang telah diberikan. Laporan praktikum Analisa Fluida
Reservoir ini terdiri dari tujuh macam percobaan. Di dalam laporan ini terdapat
berbagai macam pembahasan dari percobaan – percobaan yang telah dilakukan.
Laporan praktikum Analisa Fluida Reservoir ini merupakan kelengkapan dari
mata kuliah Kimia Fisika Hidrocarbon.
Kami melakukan percobaan berdasarkan buku penuntun yang disusun oleh
dosen pembimbing dan juga berdasarkan petunjuk dari asisten praktikum. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................
LEMBAR ASISTENSI...........................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GRAFIK................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Grafik 2.1. Volume air yang tertampung - % persen kadar air ...........
Grafik 2.2. Kelompok - % Kadar air ...................................................
Grafik 3.1. Kelompok – % BS dan W pada sampel I ..........................
Grafik 3.2. Kelompok - % BS dan W pada sampel II .........................
Grafik 5.1. Grafik Titik Kabut,Titik Beku dan Titik Tuang dari data
Kelompok ..........................................................................
Grafik 6.1. Grafik Titik Nyala dan Titik Bakar ...................................
Grafik 8.1. Stabilitas indeks terhadap temperatur ...............................
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan kuning sampai hitam yang
terutama terdiri dari karbon dan hidrogen dengan ukuran 9 oAPI – 55 oAPI.
Minyak mentah merupakan komponen senyawa hidrokarbon yang terbentuk di
dalam bumi, yang berupa cairan, gas, dan padat, karena tergantung dari komposisi
mineralnya serta pengaruh dari tekanan dan temperaturnya. Teori yang paling
umum digunakan untuk menjelaskan asal – usul minyak bumi adalah ”organic
source materials”. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk
perubahan secara alami dari zat – zat organik yang berasal dari sisa – sisa
tumbuhan dan hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun.
2. Golongan Naftan
Naftan adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur
cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok
naftan yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya
tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana
(C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12).
Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftan merupakan
kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua
setelah n-parafin.
3. Golongan Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan
atom-atom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya
benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak
bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat
yang relatif besar.
Agar dihasilkan suatu produk reservoir yang sesuai dengan yang kita
harapkan, maka pada fluida tersebut perlu dilakukan beberapa analisa atau
pengukuran terhadap air, endapan, berat jenis, titik kabut, titik beku, titik tuang,
flash point, fire point, viscositas, tekanan uap, dan analisa terhadap air formasi.
Dalam memproduksi minyak, analisa fluida reservoir sangat penting
dilakukan guna menghindari hambatan-hambatan dalam operasinya. Hal itu juga
dapat membantu dalam pencapaian produktifitas secara maksimum dengan baik.
Mempelajari analisa fluida reservoir ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi
atau merancang peralatan produksi yang sesuai dengan keadaan di suatu reservoir,
meningkatkan efisiensi, serta guna menunjang kelancaran proses produksi.
BAB II
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DENGAN
DEAN & STARK METHOD
2.3.1. Peralatan
1. Condensor
2. Receiver
3. Ground flask joint
4. Electrical oven
2.3.2. Bahan
1. Minyak atau crude oil 50 ml
2. Solvent 50 ml
3. Air
VolumeAir
% Kadar Air =
x 100%VolumeSamp le
Data Umum
Volume sampel ( crude oil ) = 50 ml
Volume Solvent ( kerosin ) = 50 ml
Volume air yang tertampung = 0,35 ml
Data Kelompok.
Volume sampel ( crude oil ) = 45 ml
Volume Solvent ( kerosin ) = 45 ml
Volume air yang tertampung = 0,25 ml
2.5.2. PERHITUNGAN :
A. Data Umum
Persen kandungan air dalam sampel :
%
% kadar
kadar air
air ==
= 0,7 %
0 ,35 ml
x100%
50 ml
B. Data Kelompok
Persen kandungan air dalam sampel :
%
% kadar
kadar air
air ==
=
= 0,555 %
0,25 ml
x100%
45 ml
1 0,914
2 0,914
3 0,826
4 0,826
5 0,555
6 0,555
2.6. Pembahasan
Kandungan air yang berlebih didalam crude oil dapat menimbulkan
korosi, scale dan emulsi, oleh karena itu perlu dilakukan suatu proses guna
mengurangi kandungan air yang terdapat dalam crude oil tersebut, salah
satu metode yang digunakan adalah Dean and Stark Method. Sebelum
proses pemanasan dilakukan sample minyak yang akan digunakan terlebih
dahulu dicampur dengan solvent yang pada percobaan ini menggunakan
kerosin. Penggunaan solvent berupa kerosin bertujuan untuk mempercepat
proses pemisahan air dari minyak serta proses pemanasannya. Untuk
mencegah terjadinya ledakan maka digunakan kerikil yang ditaruh
didalam Ground Flask Joint supaya mengimbangi tekanan uap. Jumlah air
yang terdapat dalam Water Trap merupakan fungsi waktu dari hasil
destilasi, karena semakin lama waktu yang digunakan maka air yang
didapat semakin banyak tergantung atas kondisi air didalam minyak.
2.7. Kesimpulan
1. Semakin besar volume air yang tertampung pada minyak mentah, maka
semakin besar pula persentase kadar air yang didapatkan.
BAB III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN (BS & W)
DENGAN CENTRIFUGE METHOD TABUNG BESAR
DAN TABUNG KECIL
Di Laboratorium
Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan
menggunakan gaya centrifugal sehingga air, minyak dan
endapan dapat terpisahkan.
Di Lapangan
Kalau pemboran dilakukan di daratan maka dibuatkan kolam-
kolam pengendapan, sedangkan jika pemboran di lepas pantai
maka disamping dilakukan diseparator juga dilakukan pemisahan
dengan zat-zat kimia tertentu.
3.3.1. Peralatan
1. Centrifuge
2. Centrifuge tube 100 ml
3. Transforme
Gambar 3.1 Centrifuge
Gambar 3.2 Centrifuge Tube 100 ml
3.3.2. Bahan
2 xH arg aPembacaan
%WS x100%
10
3.4.2. Centrifuge Tabung Besar
A. Data Umum
Volume sampel : 80 ml
Lama pemutaran : 10 menit
Rotation Per Minute : 1625 rpm
Sampel Minyak I
Volume Air = 0,4 ml
Volume Padatan = 0,06 ml
Sampel Minyak II
Volume Air = 0,05 ml
Volume Padatan = 0 ml
B. Data Kelompok
Volume sampel : 80 ml
Lama pemutaran : 10 menit
Rotation Per Minute : 1625 rpm
Sampel Minyak I
Volume Air = 0,9 ml
Volume Padatan = 0,095 ml
Sampel Minyak II
Volume Air = 0,007 ml
Volume Padatan = 0 ml
Tabel 3.1. Analisa % BS & W data kelompok untuk sample I dan sample II Data Kelompok
3.5.2. Perhitungan
A. Data Umum
= 0,575%
Untuk sample minyak II :
0,05 ml 0 ml
% BS & W 100 o o
80 ml
= 0,062%
B. Data Kelompok
= 1,243%
= 0,008%
Tabel 3.3. Data Percobaan Kandungan Air dan Base Sedimen Dari Kelompok
3.7. Kesimpulan
1. Volume air dan volume padatan dalam suatu padatan berbanding lurus
terhadap % Base Sediment dan Water.
2. Air dan endapan yang terikut pada proses produksi minyak mentah
dapat mempengaruhi laju produksi. Semakin tinggi laju produksi
semakin besar air dan endapan yang terikut.
BAB IV
PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY
1. Untuk menentukan specific gravity atau berat jenis minyak mentah dan
gas pada temperature 60 oF.
2. Untuk menentukan hubungan Specific Gravity terhadap oAPI.
3. Untuk menentukan kualitas suatu minyak dengan menggunakan satuan
o
API.
Q
SG
W
Harga oAPI untuk berat jenis minyak mentah (crude oil) antara lain :
Minyak berat = 10 -20 OAPI
Minyak sedang = 20 – 30 oAPI
Minyak ringan = > 30 oAPI
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakanSedangkan
untuk specific gravity gas atau campuran gas adalah perbandingan
antara densitas gas atau campuran gas dengan udara, pada kondisi
tekanan dan temperature yang sama.
Gravity gas dengan rumus :
141.5
0
API 131.5
Dimana: SG
Sg = spesifik correction gravity gas atau campuran gas
T1 = waktu yang diperlukan sample gas dari batas bawah sampai
batas atas, detik.
T2 =Waktu yang diperlukan udara dari batas bawah sampai dengan
batas atas, detik.
Dewasa ini dari minyak berat pun dapat dibuat bensin lebih banyak
dengan sistem cracking dalam penyulingan, tetapi memerlukan biaya
yang lebih tinggi.
Selain API untuk menyatakan berat jenis, digunakan juga sistem
baume, akan tetapi jarang digunakan karena Baume tidak dapat
membedakan klasifikasi specific grafity gas yang satu dengan yang
lainnya.
4.3.1. PERALATAN:
4.3.2. BAHAN:
1. Sample crude oil
A. Data Umum
Volume sample : 500 ml
Temperatur sample : 25 C = 77 F
Specific Gravity ( SG ) sample : 0,875
o o
API Terukur API 60 o/60 oF
30 28,5
31 29,5
32 30,5
33 31,5
34 32,5
B. Data Kelompok
Volume sample : 500 ml
Temperatur sample : 27,8 C = 82,04 F
Specific Gravity ( SG ) sample : 0,869
o o
API Terukur API 60 o/60 oF
39 37,5
40 38,5
41 39,5
42 40,5
43 41,5
4.5.2 PERHITUNGAN
A. DATA UMUM
Konversi temperatur sampel
9 o
x 25 32 77 F
o o
25oC =
5
Menghitung harga oAPI terukur
141.5
o
API terukur = 131.5
SGterukur
141.5
131.5
= 0.875
= 30,214
30
30,214
31
28,5 X 29,5
30 30,214 28,5 X
o
API pada 60/60 oF : 30 31 = 28,5 29,5
0,214 28,5 X
: 1 = 1
: X = 28,714
141,5
=
131,5 28,714
141,5
=
160,214
= 0,883
141,5
131,5
O
API True =
SGtrue
141,5
= 131,5
0,889
= 27,667 OAPI
B. DATA KELOMPOK
9 o
27,8 oC = x 27,8 32 82,04 F
o o
5
= 141,5
131,5
0,869
= 30,214
40
39
o
40 31,331 38.5 X
API pada 60/60 oF : =
40 39 38.5 37.5
831,33
,669 38.5 X
: 11 =
37,5 x 1
38,5
: X = 29,831 oAPI
141,5
=
131,5 29,831
= 141,5
161,331
= 0,877
141,5
131,5
O
API True =
SGtrue
141,5
= 131,5 = 28,567 OAPI
0,884
4.6 Pembahasan
SG (Spesific Grafity) merupakan perbandingan antara massa jenis
dengan massa jenis. Semakin besar SG minyak atau fluida, maka semakin
kecil harga oAPI minyak tersebut. Dengan kata lain minyak yang diperoleh
juga lebih sedikit. Selain itu perubahan tekanan dan temperatur juga
mempengaruhi besar kecilnya oAPI minyak.
2. Crude oil memiliki beberapa kategori yaitu kategori minyak berat (10-
20), minyak sedang (20-30) dan minyak ringan (> 30), tetapi yang
diharapkan pada suatu formasi adalah minyak yang memiliki oAPI
(>30) kategori minyak ringan, sebab berat jenisnya kecil dan mudah
diproduksi, serta nilai jualnya semakin tinggi
4. Jika oAPI crude oil tinggi, maka crude oil tersebut mengandung fraksi
ringan dalam jumlah yang besar.
5. Dari data perhitungan oAPItrue untuk data kelompok adalah 28,567 oAPI
dan tergolong minyak sedang .
BAB V
PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK TUANG,
DAN TITIK BEKU
5.3.1. Peralatan
5.3.2. Bahan
A. Data Umum
B. Data Kelompok
Parameter Sampel
A. Data Umum
9
Titik Kabut ( 17,6 oC ) = x17 ,6 o 32 o
5
= 63,68 oF
9 o
x4 ,5 32
o
Titik Tuang ( 4,5 oC ) =
5
= 40,1 oF
9
Titik Beku ( 16,2 oC ) = x16 ,2 o 32 o
5
= 61,16 oF
B. Data Kelompok
9 o
x 29,5 32
o
Titik Kabut ( 29,5 oC ) =
5
= 85.1 oF
9
Titik TBeku ( 24,9 oC ) = x 24 ,9 o 32 o
5
= 76,82 oF
9
Titik Tuang ( 27,2 oC ) = x 27 ,2 o 32 o
5
= 80,96 oF
Tabel 5.3. Tabel Data Percobaan Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang Tiap Kelompok
Grafik 5.1.Titik kabut, titik beku, titik tuang dari data tiap kelompok
Jika dilihat dari hasil perhitungan yang kemudian diplot ke dalam
suatu grafik ( seperti grafik 5.1. di atas ), baik data umum maupun data
kelompok, dapat kita ketahui bahwa titik kabut memiliki temperatur
tertinggi, dan titik beku memiliki temperatur terendah sedangkan titik
tuang memiliki temperatur di antara keduanya (antara titik kabut dan titik
beku).
Dan dari hasil percobaan diatas diperoleh bahwa minyak berat
yang lebih dulu mengalami pembekuan dari pada minyak ringan. Karena
pada minyak berat lebih banyak mengandung padatan-padatan jika
dibanding minyak ringan. Jadi untuk menghindari pembekuan maka
haruslah diusahakan agar temperatur minyak yang diproduksi pada alat-
alat flow line tetap stabil.
5.6. Pembahasan
Titik beku, titik tuang dan titik kabut dipengaruhi oleh komposisi
penyusun minyak. Maksudnya, pada minyak berat lebih banyak
mengandung padatan-padatan jika dibandingkan dengan minyak ringan
yang lebih banyak mengandung gas sehingga minyak berat yang lebih
dulu mengalami pembekuan dari pada minyak ringan. Jadi, untuk
menghindari pembekuan maka diusahakan agar temperatur minyak yang
diproduksi tetap stabil.
Setelah kita mendapatkan titik kabut, titik beku, dan titik tuang, kita
dapat mengantisipasi titik-titik dimana kemungkinan terjadinya
pembekuan sehingga dapat segera diantisipasi dengan memasang heater
pada flow line, atau dengan mengisolasi pipa-pipa untuk menjaga
kestabilan temperatur.
5.7. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang mempengaruhi titik kabut, titik tuang, dan titik beku yaitu
komposisi penyusun minyak tersebut. Semakin berat minyak tersebut
semakin cepat membeku.
2. Penentuan titik kabut, titik beku dan titik tuang dari minyak pada sumur
produksi sangat penting karena mencegah terjadinya pembekuan, yang
akan mempengaruhi proses produksi.
3. Untuk mengantisipasi timbulnya masalah saat proses produksi minyak,
terutama mengenai pembekuan minyak pada flow line akibat penurunan
temperatur, maka dipasang heater pada jarak-jarak tertentu di flow line
atau pemasangan isolasi pada pipa-pipa produksi.
4. Dari data perhitungan didapatkan nilai data kelompok untuk titik kabut
adalah 85,1oF, titik tuangnya adalah 80,96 oF, dan titik bekunya adalah
76,82 oF Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa titik kabut terjadi
pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan titik tuang dan titik beku
berada pada temperatur terendah.
BAB VI
PENENTUAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN TAG CLOSED TESTER
Demikian pula halnya pada minyak mentah, pada suhu tertentu ada
gas yang terbebaskan di atas permukaan, apabila disulut dengan api, maka
minyak mentah tersebut akan menyala. Titik nyala secara prinsip ditentukan
untuk minyak bumi sehingga dengan demikian dapat mengantisipasi bahaya
terbakarnya produk – produk minyak bumi. Semakin kecil SG minyak
mentah maka semakin tinggi oAPI-nya, berarti minyak tergolong minyak
ringan, maka jumlah C1 – C3 semakin banyak, dengan semakin banyak gas,
semakin rendah titik nyala dan titik bakarnya, maka akan semakin mudah
terbakar produk petroleum yang akan diproduksi.
6.3.1. Peralatan
1. Tag closed tester
2. Shield ukuran 46 cm luas dan 61 cm tinggi, terbuka
dibagian depan.
3. Thermometer
Gambar 6.1 Tag Closed Tester dan Skema
6.3.2. Bahan
1. Minyak mentah
2. Air
3. Ethylene glycol
1. Untuk minyak mentah dengan titik nyala 55 F atau yang lebih tinggi, isi
bath dengan air hingga tumpah. Untuk minyak mentah yang mempunyai
titik nyala yang rendah digunakan cairan yang berupa campuran air
dengan ethylene glycol atau cairan dengan viskositas yang rendah dan
mempunyai titik beku yang rendah.
2. Temperatur dari cairan di dalam bath harus berada pada temperatur lebih
kurang dari 20 F dibawah perkiraan titik nyala dari sample.
3. Isi mangkok (test cup) dengan sample hingga batas (kira-kira 50 ml) dan
bersihkan bila ada sample yang tumpah membasahi dinding mangkok,
Pasang penutup (lid) yang telah diberi thermometer ke dalam bath.
4. Nyalakan test flame, atur nyala pada test flame sehingga mencapai
ukuran sebesar bead yang terdapat pada penutup, atur pula kenaikan
temperatur sebesar 1 derajat setiap 30 – 60 detik.
Koreksi
Tekanan Barometer ( mm Hg )
F C
6.5.
715 – 835 5 2,8
Sample
Analisa
C o
F
Tabel 6.3.Tabel Titik Nyala dan Titik Bakar Sample dari Data Kelompok
Sample
Analisa
C o
F
6.5.2. Perhitungan
A. Data Umum
9
x 79,2 32 Titik Nyala =
5
= 174,56 oF
9
x 92,8 32 Titik Bakar =
5
= 199,04 oF
B. Data Kelompok
9
x 76,8 32 Titik Nyala =
5
= 170,24 oF
9
x 93,5 32 Titik Bakar =
5
= 200,3 oF
Tabel 6.4. Tabel Data Percobaan Titik Nyala dan Titik Bakar
Grafik 6.1. Grafik Titik Nyala dan Titik Bakar dari Data Tiap Kelompok
6.4. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini, temperatur flash point ( titik nyala ) sebesar
76,8 oC = 170,24 oF sedangkan untuk fire point ( titik bakar ) didapat
sebesar 93,5 oC = 200,3 oF. Untuk percobaan penentuan flash point ( titik
nyala ) dan fire point (titik bakar), praktikan melakukan pengetesan
tentang titik nyala dan titik bakar pada sampel minyak yang telah
disediakan. Dimana sampel minyak mentah dimasukkan ke dalam test cup
dan air ke dalam bath kemudian dipanasi. Setelah beberapa menit dipanasi,
kita dapat mengamati terjadinya flash point ( titik nyala ) dan fire point
(titik bakar).
Flash point ( titik nyala ) dapat kita amati apabila dilakukan
penyulutan, sampel akan menyala beberapa saat saja. Sedangkan fire point
( titik bakar ) terjadi bila nyala yang dihasilkan lebih lama dari flash point
( minimal / kira-kira berlangsung selama 5 detik ).
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi minyak
yang bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin
tinggi demikian juga titik nyala dan titik bakar. Penentuan titik nyala dan
titik bakar dari minyak mentah ini sangat penting dalam mengatisipasi
timbulnya kebakaran pada peralatan produksi, karena temperatur minyak
terlalu tinggi yang biasanya terjadi akibat adanya gesekan antara minyak
dengan flow line, sehingga kita dapat melakukan pencegahan lebih dini.
6.7 Kesimpulan
1. Semakin tinggi titik nyala pada suatu minyak mentah, maka
minyak mentah tersebut akan semakin susah mengalami
pembakaran.
2. Dari data kelompok 6 yang diperoleh, diketahui titik bakar minyak
mentah terjadi pada suhu 200,3oF dan titik nyalanya terjadi pada suhu
170,24 oF.
3. Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar yang terjadi pada minyak
mentah, maka akan semakin tinggi juga viskositas pada minyak
mentah tersebut.
4. Flash point dan Fire Point berbanding lurus dengan viskositas dan
SG, tetapi berbanding terbalik dengan oAPI.
V=C x T
Viscositas
Tekanan
Grafik 7.1 Viscositas minyak sebagai fungsi tekanan
Binghan plastik
Shear Strees
Newtonian
Shear rate
Grafik 7.2 Perbandingan antara Shear Stress dengan Shear Rate
7.3 PERALATAN DAN BAHAN
7.3.1. PERALATAN:
1. Master viscometer
2. Viscometer
3. Thermometer
4. Bath
5. Timer
7.3.2. BAHAN:
1. Cairan Newtonian ( sampel )
2. Air
7.5.2 Perhitungan
Vh A 1,0038 cs
CA =
TA 243dtk
= 0,0041308 cs/dtk
Vh =
Vh1 =
Vh1 1,4912188 cs
C2A =
T2 A 361 dtk
= 0,0041308 cs/dtk
T2 A xT2 B
T 2 T 2 x Vh1 xT2 A Vh2 xT2 B
B =
2A 2B
361x 431
= 2
x 1,4912188 x 361 1,7803748 x 431
361 431
2
155591
= x 538,3299868 767,3415388
130321 185761
= (- 2,8064754) x (- 229,011552)
= 642,7152870
=
0,0090625 0,0075907
2
= 0,0083266 cs/dt
= B 642,715287 cs / dtk
T2 B 431dtk
= 1,4912187 cs
0,001 x C x T2B = 0,001 x 0,0083266 x 431
= 0,0035887
B
= 0,001xCxT
T 2B
= 1,4912187 ≥ 0,0035887
= 0,0083266 x 431
= 3,5887646 cs
7.6 Pembahasan
7.1. Kesimpulan
1. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa cairan newtonia memiliki
viskositas senilai 3,5887646 cs.
rumus C x T2 B , karena
B
T2 B
0,001C x T2 B .
3. Semakin tinggi viskositas, maka kecepatan alirnya semakin lambat
Penentuan Percobaan
d. Penentuan Sodium
Sodium tidak ditentukan di lapangan, karena nilai sodium tidak
dapat dianggap nilai yang nyata atau absolut. Perhitungannya ialah
dengan pengurangan jumlah anion dengan jumlah kation dengan me/L
kesadahan total tidak dimasukkan dalam jumlah perhitungan ini. Air
formasi selain berasal dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan
produktivitasnya yang disebabkan oleh :
a. Penyemenan yang kurang baik
b. Kebocoran casing yang disebabkan oleh:
Korosi pada casing.
Sambungan kurang rapat.
Pengaruh gaya tektonik ( patahan ).
Adapun keadaan air formasi mempunyai sifat-sifat :
1. Sifat fisika , dimana meliputi :
Kompresibilitas
Kelarutan gas didalam air
Viskositas air
Berat jenis
Konduktifitas
2. Sifat kimiawi, dimana meliputi :
Ion-ion negative ( Anion )
Ion-ion positif ( Kation )
Pengambilan contoh air formasi sebaiknya dari kepala sumur dan
atau separator dengan pipa plastik lentur jangan dari bahan tembaga ( Cu )
karena mudah larut. Peralatan harus bersih dari bekas noda dan di cuci
alirkan dengan air formasi yang akan diambil.
Alkalinitas CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan di tempat
pengambilan contoh, karena ion-ion ini tidak stabil seiring dengan
waktu dan suhu. Untuk itu pH perlu diturunkan sampai 1 dengan asam
garam.
Penentuan kadar barium harus dilkukan segera setelah contoh
diterima, karena unsur BaSO4 terbatas kelarutannya, karena barium
bereaksi dengan cepat terhadap SO4 sehingga akan mengurangi
konsentrasi barium dan akan menimbulkan kesalahan dalam penelitian.
Selain dengan barium, SO4 juga cepat bereaksi dengan kalsium menjadi
CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sisem klasifikasi dari air formasi, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengidentifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot
analisa air formasi tersebut, hal ini memudahkan kita dalam korelasi
terhadap lapisan –lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini
adalah:
Untuk korelasi lapisan batuan
Menentukan kebocoran casing
Menentukan kualitas sumber air untuk proses water flooding
Identifikasi kecenderungan pembentukan scale juga dapat
dilakukan secara matematik dengan menghitung besarnya harga
kecenderungan pembentukan scale (scale tendency). Metode yang
digunakan berbeda-beda untuk tiap jenis scale. Untuk memperkirakan
kecenderungan pembentukan scale kalsium karbonat dapat dilakukan
dengan menggunakan metode langelier, ryznar, stiff-davis, serta metode
oddo-tompson. Sedangkan perkiraan kecenderungan terbentuknya scale
kalsium sulfat dilakukan dengan menggunakan metode case dan metode
Skillman-McDonald-stiff. Metode-metode tersebut diatas mempunyai
keterbatasan-keterbatasan dan keakuratan hasilnya tergantung pada data
analisa air yang representatif untuk tiap kondisi yang dianalisa.
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan
penggunaan metode perhitungan kelarutan antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Metode Langelier hanya diperuntukkan untuk air tawar dan tidak
dapat digunakan pada analisa air formasi, sehingga membutuhkan
perhitungan konversi untuk digunakan pada air formasi.
b. Metode Stiff and Davis merupakan modifikasi dari metode Langelier,
dan dapat digunakan untuk menganalisa air formasi, tetapi hanya pada
kondisi tertentu, sehingga untuk menganalisa pada kondisi reservoir
diperlukan perhitungan ekstrapolasi.
c. Perhitungan kecenderungan pembentukan scale kalsium sulfat dengan
menggunakan metode Skillman-McDonald-Stiff, hanya dapat
digunakan pada air formasi dengan kandungan total padatan (total
dissolved solids, TDS) kurang dari 150.000 mg/lt, sehingga untuk air
formasi dengan TDS lebih besar dari batas tersebut harus ditentukan
dengan ekstrapolasi.
Identifikasi terhadap mekanisme dan kondisi pembentukan, lokasi
terbentuknya scale serta komposisi endapan yang terbentuk merupakan
langkah awal dalam perencanaan program penanganan, baik pencegahan
maupun penanggulangan yang effektif.
Hasil Perhitungan SI digunakan untuk identifikasi terbentuknya
Scale dengan kriteria :
Jika SI negatif berarti air tidak di jenuhi CaCO 3 atau kelarutan
yang dihasilkan lebih besar dari padatan yang dilarutkan, pada
konsentrasi ini air tersebut bersifat korosif.
Jika SI positif berarti air di jenuhi CaCO3 sehingga cenderung
terbentuk scale.
Jika harga SI = O , berarti air berada dalam kondisi jenuh
8.3.1 Peralatan
1) Alat titrasi
2) Labu ukur
3) pH paper strip
4) Alat ukur elektrolit
5) Pipet
Gambar 8.1. Peralatan Titrasi
Penentuan pH ( elektrolit )
1. Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung menentukan
harga pH dari sample setelah mencocokkan warna pada standar pH
paper strip, maka diperlukan kejelian dalam memilih dan
mencocokkan warna dari paper strip.
2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan dengan
cara : isi botol dengan larutan Buffer yang telah diketahui harga pH-
nya, masukkan elektroda pada botol yang berisi larutan buffer. Putar
tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH larutan buffer.
3. Cuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji sample
dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Penentuan Alkalinitas
1. Ambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan tambahkan
larutan PP ( Phenolptalein ) sebanyak 2 tetes.
2. Titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 M sambil digoyang. Warna akan
berubah dari pink menjadi jernih. Catat jumlah larutan asam tersebut
sebagai Vp.
3. Tetesi lagi dengan 2 tetes MO ( Metyl Orange ), warna akan berubah
menjadi orange.
4. Titrasi lagi dengan H2SO4 0,02 M sampai warna menjadi merah /
merah muda. Catat banyaknya larutan asam total yaitu : jumlah asam
( 2 ) + asam ( 4 ) sebagai Vm.
P = 0 M 20 0 0
P = M 0 0 20 P
2P = M 0 40 P 0
20 ( M
2P < M 40 P 0
2P )
2P > M 0 40 ( M P ) 20 ( 2P M )
Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
Volume titrasi * 2
Kesadahan total, me/L =
Volume contoh air
Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm
Volume titrasi * 20
Kesadahan total, me/L =
Volume contoh air
Penentuan Kalsium
1. Ambil 20 ml air suling, tambah 2 tetes larutan buffer calver dan 1
tepung indicator calcer II, warna akan berubah menjadi cerah. Bila
warnanya kemerahan, titrasi dengan larutan kesadahan total sampai
warna kemerahan hilang.
2. Tambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca, warna larutan
berubah menjadi kemerahan.
Titer dengan larutan titrasi kesadahan total ( 1 ml = 20 epm )
sambil digoyang sehingga warna berubah menjadi biru cerah
(jernih). Catat volume titrasi.
Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
ml titer * 2
Kalsium, me/L =
ml contoh air
Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm
ml titer * 20
Kalsium, me/L =
ml contoh air
Konversi kadar Ca dalam mg/L = Ca, mg/L * 20
Penentuan Magnesium
Magnesium ditentukan dengan dua cara sebagai berikut :
o Magnesium, me/L = ( kesadahan total, me/L ) – ( kalsium,
me.L )
o Magnesium, me/L = Magnesium, me/L * 12,2
Penentuan Klorida
Penentuan Sodium
1. Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan
harganya.
Cl , mg / L SO4 , mg / L CO3 , mg / L
+ + +
35.5 48 30
HCO3 , mg / L OH , mg / L
+
61 17
8.5.1 Perhitungan
pH air :8
Volume Sampel : 10
Konsentrasi Ion CO3- : 10
Konsentrasi Ion OH- : 3
Penentuan Sodium (Na+)
OH 17 51 3
Mg Valensi
Cl- = x
L BM
1
= 24400 x = 687,234
35,5
Mg Valensi
CO32- = x
L BM
2
= 300 x = 10
60
Mg Valensi
SO42- = x
L BM
2
= 300 x = 6,249
96
Mg Valensi
HCO3- = x
L BM
1
= 0 x = 0
61
Mg Valensi
OH- = x
L BM
= 51 x 1 = 3
17
KATION
Mg Valensi
Ca2+= x
L BM
2
= 20 x = 2
40
Mg Valensi
Mg2+ = x
L BM
2
= 0 x = 0
24
Fe2+ = Mg Valensi
x
L BM
= 1000 x
2 = 35,714
56
Kadar Sodium (Na+) = Σ Anion - Σ Kation
= 706,574 - 37,714 = 668,86 Me/L
Tabel 8.3. Perhitungan Indeks Stabilitas CaCO3
Ion strength
Konsentrasi Faktor Koreksi
Ion Me/L x Koreksi
PPM Me/L PPM Me/L
-
OH- 0 Ba++
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik 8.2. Penentuan harga k pada CaCO3
Gambar 8.3. Penentuan harga pCa dan pAlk
Dari grafik diperoleh:
Tenaga ion keseluruhan ( k, dari grafik 8.1. ) pada suhu:
Pada temperatur 0 C = 3,65
Pada temperatur 20 C = 3,5
Pada temperatur 40 C = 2,98
Pada temperatur 60 C = 2,4
Pada temperatur 80 C = 1,77
Pada temperatur 100 C = 0,96
Harga pCa = 3,0 ( dari grafik 8.2) pAlk = 3,2 ( dari grafik 8.2)
Harga indeks stabilitas CaCO3 ( SI ) = pH – K – pCa – palk
Nilai SI
Harga SI (Indeks Stabilitas) pada suhu 0 oC ; K = 3,65
SI 0 oC = pH – K – pCa - pAlk
= 8 – 3,65 – 3,0 – 3,2
= -1,85
Harga SI (Indeks Stabilitas) pada suhu 20 oC ; K = 3,5
SI 20 oC = pH – K – pCa - pAlk
= 8 – 3,5 – 3,0 – 3,2
= -1,7
Harga SI (Indeks Stabilitas) pada suhu 40 oC ; K = 2,98
SI 40 oC = pH – K – pCa - pAlk
= 8 – 2,98 – 3,0 – 3,2
= -1,18
Harga SI (Indeks Stabilitas) pada suhu 60 oC ; K = 2,4
SI 60 oC = pH – K – pCa - pAlk
= 8 – 2,4 – 3,0 – 3,2
= -0,6
Harga SI (Indeks Stabilitas) pada suhu 80 oC ; K = 1,77
SI 80 oC = pH – K – pCa - pAlk
= 8 – 1,77 – 3,0 – 3,2
= 0,03
Dari grafik di atas kita dapat mengetahui bahwa semakin rendah suhu
maka nilai K semakin besar. Dan dapat dikatakan bahwa hubungan suhu
terhadap nilai K adalah berbanding terbalik.
BAB X
KESIMPULAN UMUM
DAFTAR PUSTAKA
Id.wikipedia.org
Pasapan, ST., Boni Petra. 2009. “Diktat Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon”.
STT-MIGAS : Balikpapan.
www.google.co.id/gambar
LAMPIRAN