Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

Avaliable online at
www.ilmupangan.fp.uns.ac.id

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Universitas Sebelas Maret

Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI KUNYIT PUTIH (Kaempferia rotunda) PADA EDIBLE
COATING TERHADAP STABILITAS WARNA DAN PH FILLET IKAN PATIN
YANG DISIMPAN PADA SUHU BEKU

THE ADDITION EFFECT OF WHITE TURMERIC (Kaempferia rotunda) RHIZOME ESSENTIAL OIL ON EDIBLE
COATING ON COLOUR AND PH STABILITY PATIN FISH FILLET DURING FROZEN STORAGE

Febi Indrayati*), Rohula Utami*), Edhi Nurhartadi*)


*)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Received 1 September 2013; Accepted 15 September 2013; Published Online 1 October 2013

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi minyak atsiri
kunyit putih (Kaempferia rotunda) terhadap intensitas warna dan pH fillet ikan patin selama penyimpanan
pada suhu -10±20C. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
satu faktor yaitu konsentrasi minyak atsiri kunyit putih (Kaempferia rotunda) pada edible coating sebesar 0%;
0,1%; dan 1%. Pengamatan dilakukan pada bulan ke 0, 1, 2, 3, dan 4. Dari penelitian ini diketahui bahwa
dengan penambahan minyak atsiri kunyit putih (Kaempferia rotunda) pada edible coating fillet ikan patin,
stabilitas warna dan pH fillet lebih terjaga. Kunyit putih (Kaempferia rotunda) memiliki kandungan
antioksidan sehingga dapat mempertahankan warna dan antimikroba sehingga mempengaruhi stabilitas pH.
Konsentrasi minyak atsiri kunyit putih (Kaempferia rotunda) terbaik selama penyimpanan pada suhu -10±20C
adalah sebesar 1%.

Kata kunci: : edible coating, fillet ikan patin beku, Kaempferia rotunda, kunyit putih

ABSTRACT

The aim of this experiment is to find out the influence of adding white tumeric rhizome essential oil
(Kaempferia rotunda) on color and pH intensity of patin fish fillet during frozen storage (-10±20C). The
experimental design using completely randomized design (CRD) with one factor is the concentration of white
tumeric rhizome essential oil in edible coating at 0%; 0,1%; and 1%. The observation were made at 0, 1, 2, 3
and 4 months. Of this experiment note that with the addition of white turmeric rhizome essential oil
(Kaempferia rotunda) in patin fish fillets edible coating, color and pH on the fillet is more stabilized. White
turmeric (Kaempferia rotunda) contains antioxidants that can maintain color characteristics and
antimicrobials so that can affect pH stability. The best white turmeric rhizome essential oil (Kaempferia
rotunda) concentration in this experiment patin fish fillet during storage at a temperature of -10±20C is 1%.

Keywords: edible coating, freeze patin fish fillet, Kaempferia rotunda, white turmeric
*)
Corresponding author: sukmadeva@yahoo.com

25
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

PENDAHULUAN mengetahui manfaat penambahan minyak atsiri kunyit


Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang putih (Kaempferia rotunda) dalam menjaga stabilitas
memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, dengan warna dan pH selama penyimpanan.
mengkonsumsi ikan maka kebutuhan protein dan asam
amino hewani pada tubuh akan tercukupi. Daging ikan METODE PENELITIAN
mengandung protein yang tergolong tinggi, mencapai
68,6%. Sebagai bahan pangan ikan mengandung protein, Alat
lemak, vitamin dan mineral. Protein pada ikan Alat yang digunakan untuk pembuatan edible
menyediakan kurang lebih dua per tiga dari kebutuhan coating dan minyak atsiri kunyit putih adalah gelas beker
protein hewani yang dibutuhkan manusia 250 ml, hot plate, pipet volume, pengaduk, magnetic
(Fadielmeutuah, 2012). stirrer, timbangan analitik, destilasi uap air, dan
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan sentrifuse. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk
(KKP) di tahun 2012 pemerintah telah menetapkan analisis antara lain:
komoditas hasil kelautan dan perikanan unggulan. Pada a. Analisis Warna: Chromameter Konica Minolta CR-
sektor perikanan air tawar, ikan patin yang menjadi 400/410
sasaran utama program tersebut (Anonima, 2012). b. Analisis pH: pH meter, gelas beker 100 ml, dan
Menurut data Statistik KKP pada tahun 2011 produksi pengaduk.
ikan patin mencapai 383 ribu ton per tahun. Selama
kurun waktu 2007-2011 saja kenaikan rata-rata produksi Bahan
komoditas patin sebesar 50% (KKP, 2011). Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
Ikan patin memiliki bagian yang dapat dimakan edible coating dan minyak atsiri kunyit putih adalah
sebesar 45% dari beratnya, sehingga baik dijadikan fillet. kunyit putih diperoleh dari Pasar Legi Surakarta, tepung
Fillet adalah daging ikan tanpa sisik atau kulit dan tulang tapioka, gliserol, minyak atsiri dan aquades. Untuk
yang disebut skinless fillet (Moeljanto, 1992). Fillet ikan analisa penelitian bahan yang digunakan aquadest.
merupakan produk hasil perikanan yang bersifat high
perishable sehingga memerlukan penanganan yang baik Tahapan Penelitian
dari segi penyimpanan dan penanganan fillet (Afrianto Penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama, yaitu
dan Liviawaty 1989). pembuatan minyak atsiri kunyit putih, pembuatan edible
Penurunan kualitas fillet ikan dapat ditandai oleh coating, aplikasi coating fillet ikan patin, dan pengujian
beberapa hal, diantaranya perubahan dari segi warna dan warna dan pH selama penyimpanan 4 bulan.
juga perubahan pH. Perubahan warna sangat berpengaruh 1. Pembuatan minyak atsiri kunyit putih
bagi penerimaan konsumen. Perubahan warna dapat Minyak atsiri kunyit putih dalam penelitian ini
terjadi karena oksidasi pigmen yang terdapat dalam ikan. diperoleh dengan cara membuat irisan kunyit putih
Penurunan kualitas karena faktor oksidasi dapat dengan ketebalan 2-3 mm kemudian
dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan dikeringanginkan kemudian diambil minyak atsirinya
temperatur. Sedangkan tingkat kesegaran dapat diketahui dengan destilasi uap air menggunakan pelarut air.
dari intensitas pH bahan makanan. Lalu minyak dipisahkan dengan cara sentrifugasi
Penurunan mutu tersebut dapat dikendalikan sehingga didapatkan minyak atsiri kunyit putih..
dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan 2. Pembuatan larutan edible packaging
penggunaan pengemasan yang baik. Salah satu bentuk Edible packaging dibuat dari tepung tapioka
pengemasan yang aman digunakan yaitu edible coating. dengan penambahan plasticizer berupa gliserol,
Penambahan senyawa aktif juga dapat menghambat kemudian dilakukan penambahan minyak atsiri
penurunan warna dengan menghambat oksidasi. Senyawa kunyit putih dengan konsentrasi minimal (0,1%),
aktif dapat berasal dari minyak atsiri kunyit putih konsentrasi maksimal (1%) dan tanpa penambahan
(Kaempferia rotunda) yang berupa linalool. Linalool minyak atsiri (Putra, 2013)..
adalah salah satu senyawa terpenoid (Robinson, 2000). 3. Aplikasi edible coating pada fillet ikan patin
Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan Edible coating dari tapioka diaplikasikan pada
edible coating pati tapioka dengan penambahan minyak fillet ikan patin dilakukan dengan cara pencelupan
atsiri kunyit putih (Kaempferia rotunda) pada produk fillet ke dalam larutan coating. Kemudian digantung
fillet ikan patin yang disimpan pada suhu beku. Tujuan dan dilakukan pengeringan pada kotak pengering
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang dimodifikasi. Setelah itu, fillet yang telah
penambahan berbagai konsentrasi minyak atsiri kunyit dicelumpan pada larutan coating diletakkan dalam
putih (Kaempferia rotunda) terhadap intensitas warna dan Polietylene freeze bag, kemudian tutup dengan
pH fillet ikan patin selama penyimpanan pada suhu - perekat panas (sealling). Fillet yang telah siap
10±20C. Dengan penelitian ini diharapkan dapat kemudian disimpan di dalam freezer dengan suhu -10

26
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

±20C selama waktu yang telah ditentukan untuk dengan penambahan minyak atsiri terhadap cahaya
pengujian yaitu bulan ke 0, 1, 2, 3, dan 4. yang diberikan oleh chromameter. Alat chromameter
4. Pengujian warna dan pH menggunakan alat Color Reader CR-400/410
Ikan patin yang telah dilapisi dengan edible (Minolta, Jepang). Sistem warna yang digunakan
coating yang mengandung minyak atsiri kemudian adalah +XQWHU¶V /DE &RORULPHWULF 6\VWHP. Sistem
disimpan dalam freezer dengan suhu -10 ±2oC, notasi warna Hunter dicirikan dengan tiga nilai yaitu
kemudian dilakukan analisis warna dan pH. L (Lightness), a* (Redness), dan b* (Yellowness).
Nilai L, a, b mempunyai interval skala yang
Rancangan Percobaan menunjukkan tingkat warna bahan yang diuji. Notasi
Rancangan percobaan yang digunakan dalam L menyatakan parameter kecerahan (lightness)
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kisaran nilai dari 0-100 menunjukkan dari
dengan satu faktor, yaitu variasi konsentrasi minyak gelap ke terang. Notasi a (Redness) dengan kisaran
kunyit putih 0%; 0,1% dan 1% dengan perulangan nilai dari (-80) ± (+100) menunjukkan dari hijau ke
sampel sebanyak dua kali. Data yang diperoleh dianalisa merah. Notasi b (yellowness) dengan kisaran nilai
PHQJJXQDNDQ $129$ . -LND WHUGDSDW SHUEHGDDQ dari (-70)±(+70) menunjukkan dari biru ke kuning.
. PDND DNDQ GLODQMXWNDQ GHQJDQ XML Duncan Intensitas warna yang dihasilkan fillet ikan patin
Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui ada dapat dilihat pada Tabel 1.
tidaknya perbedaan pada masing-masing sampel pada Dari hasil analisis warna yang ditunjukkan pada
WLQJNDW VLJQLILNDVL . Tabel 1. diketahui bahwa dari ketiga parameter yang
diukur yaitu tingkat kecerahan, parameter warna
HASIL DAN PEMBAHASAN kemerahan dan kekuningan mengalami penurunan
seiring lama waktu penyimpanan. Penurunan
A. Stabilitas Warna intensitas warna pada fillet ikan patin ini terjadi
Warna dalam bidang pangan merupakan satu akibat lamanya penyimpanan di suhu beku,
hal yang penting terkait dengan penerimaan menjadikan pigmen warna yang berpengaruh
konsumen terhadap bahan pangan tersebut. Menurut terhadap warna fillet ikan semakin memudar
Soekarto (1990) warna adalah refleksi cahaya pada (Rospiati, 2006).
permukaan suatu bahan yang ditangkap oleh indera
penglihatan dan ditransmisikan dalam sistem syaraf.
Pengujian warna dilakukan dengan chromameter.
Prinsip kerja chromameter adalah mendapatkan
warna berdasarkan daya pantul dari fillet ikan patin

Tabel 1 Intensitas Warna (Chroma) Fillet Ikan Patin dengan Edible Coating Minyak Atsiri Kunyit Putih Selama
Penyimpanan pada Suhu -10 ± 2 oC
Waktu Penyimpanan (Bulan)
Perlakuan
0 1 2 3 4
0% 52,73±1,59Ba 49,78±2,28Bab 48,45±1,60Bb 42,16±0,00Ac 37,78±0,47Aa
L* 0,1% 51,40±0,47Da 53,35±0,42Cb 43,61±0,40Ca 40,33±0,08Bb 39,88±0,93Ab
1% 51,23±0,08Da C
47,50±0,52 a B
40,71±0,12 a 39,66±0,24Ba 39,64±0,23Aab
0% 5,92±0,04Bb 5,61±0,34Bb 4,92±0,89Bb 2,84±0,13Ab 2,52±0,49Aa
a* 0,1% 5,64±0,08Eb D
4,43±0,03 a C
4,07±0,03 b 3,66±0,11Bc 1,77±0,28Aa
1% 4,61±0,13Da C
3,78±0,06 a B
2,39±0,02 a 2,32±0,03Ba 1,63±0,19Aa
0% 12,34±0,19Ba A
8,37±0,57 a A
7,06±1,01 a 6,72±0,35Ab 6,70±0,74Ac
b* 0,1% 14,88±0,01Eb D
10,04±0,06 b C
5,37±0,09 a 4,89±0,114Ba 3,35±0,09Aa
1% 17,89±0,10Dc C
10,28±0,01 b B
6,24±0,00 a 6,26±0,04Bb 5,14±0,06Ab
Keterangan: Perlakuan 0% dengan penambahan minyak atsiri 0%, perlakuan 0,1% dengan penambahan minyak atsiri 0,1%,
perlakuan 1% dengan penambahan minyak atsiri 1%. Subscript yang sama pada kolom yang sama dan superscript
yang sama pada baris yang sama menunMXNDQ WLGDN EHGD Q\DWD SDGD WDUDI VLJQLILNDQVL .

a. L* (Lightness) seiring lama waktu penyimpanan. Penurunan


Dari hasil analisis warna yang ditunjukkan intensitas warna pada fillet ikan patin ini terjadi
pada Tabel 1 diketahui bahwa dari parameter akibat lamanya penyimpanan di suhu beku,
kecerahan L* yang diukur mengalami penurunan menjadikan pigmen warna yang berpengaruh

27
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

terhadap warna fillet ikan semakin memudar merah menjadi warna kecoklatan atau merah
(Rospiati, 2006). Pada awal masa penyimpanan yang lebih gelap. Perubahan warna coklat
memang terlihat paling tinggi yaitu pada hingga keabu-abuan lebih lanjut diakibatkan
konsentrasi 0% namun seiring waktu oleh hemoglobin dan mioglobin yang berubah
penyimpanan terjadi penurunan, sedangkan pada menjadi methemoglobin dan metmioglobin.
penambahan minyak atsiri konsentrasi 0,1% dan Serta terjadi oksidasi pada daging merah yang
1% terjadi penurunan namun tidak sebesar pada banyak mengandung asam lemak yang juga
konsentrasi 0%. Hal tersebut mengindikasikan mempengaruhi warna ke arah lebih gelap.
meskipun penambahan minyak atsiri makin Namun dengan penambahan minyak atsiri
besar akan mempengaruhi kecerahannya namun kunyit putih lebih dapat mempertahankan
minyak atsiri konsentrasi 0,1% dan 1% dapat stabilitas warna kemerahan fillet ikan patin
mempertahankan kecerahannya dibanding tanpa karena memiliki kandungan antioksidan yang
penambahan minyak atsiri. Menurut penelitian mampu mencegah reaksi oksidasi dari pigmen
yang dilakukan Duan et al (2009) bahwa fillet hemoglobin dan mioblobin.
ikan dengan menggunakan edible coating
mengalami penurunan intensitas kecerahan. c. b*(Yellowness)
Perubahan warna tersebut dapat diakibatkan Pengujian warna yang ketiga adalah
karena kristal es selama penyimpanan beku yang berdasakan intensitas warna kekuningan pada
menyebabkan kerusakan mekanis yaitu pada fillet ikan patin yang diberi coating berupa
membran sel penyusunnya. Sehingga sel minyak atsiri kunyit putih. Semakin lama waktu
mengalami kerusakan sehingga dapat penyimpanan warna kuning yang disebabkan
mengakibatkan denaturasi warna. oleh penambahan minyak atsiri dalam
konsentrasi tertentu mengakibatkan perubahan
b. a* (Redness) intensitas warna. Menurut Lovell (2004) warna
Pengujian warna yang kedua adalah kuning fillet ikan patin diduga berasal dari
berdasakan intensitas kemerahan pada fillet ikan lemak ikan patin yang mengandung karotenoid,
patin. Notasi a (Redness) menunjukkan intensitas lemak tersebut terkandung juga pada daging
warna yang dihasilkan fillet ikan patin menurun ikan patin, warna kuning ini tidak
setiap bulannya namun dengan penambahan mempengaruhi bau dan mutu fillet. Selama
minyak atsiri kunyit putih penurunan warna penyimpanan diketahui terjadi reaksi oksidasi
merah dapat dipertahankan, terutama pada sehingga menyebabkan perubahan warna
penambahan minyak atsiri konsentrasi 1%. kuning menjadi kecoklatan. Selama
Penurunan tersebut dapat terjadi akibat cara penyimpanan warna kekuningan pada sampel
pemfiletan ikan maupun berubahnya enzim dengan konsentrasi 0,1% dapat
warna merah pada ikan. Menurut Suryaningrum mempertahankan intensitas penurunan warna
(2010) fillet patin jambal memiliki daging yang kuning. Hal tersebut mengindikasikan pada
berwarna putih kemerahan (light pink), apabila sampel dengan penambahan minyak atsiri yang
patin yang dipotong dan dikeluarkan darahnya mengandung antioksidan dapat menurunkan
langsung di fillet maka akan diperoleh warna aktifitas oksidasi sehingga dapat
daging yang putih ke merahan (pink) atau mempertahankan warna, seperti pada sampel
kekuningan. dengan konsentrasi penambahan minyak atsiri
Menurut Muchtadi (2010) pigmen yang 0,1%.
terdapat pada ikan berupa senyawa-senyawa
yang larut pada lemak diantaranya adalah B. Stabilitas pH
karotenoid, xantofil, astaxanthin, dan Perubahan pH pada fillet ikan patin
taraxanthin, yang warnanya berfariasi antara mengindikasikan perubahan-perubahan yang
kuning dan merah. Sedangkan Hadiwiyoto terjadi selama masa penyimpanan, baik
(1993) menyatakan bahwa perubahan warna perubahan kimia ataupun aktivitas
terjadi akibat perubahan senyawa-senyawa pada mikroorganisme yang terdapat di dalamnya.
ikan, misalnya hemoglobin dan mioglobin yang Ikan yang sudah tidak segar biasanya memiliki
mengalami oksidasi. Tandanya adalah warna pH yang tinggi (basa) karena timbulnya
28
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

senyawa-senyawa bersifat basa seperti amonia, penyimpanan konsentrasi 0%, konsentrasi 0,1%
trimetilamin, dan senyawa volatil lainnya dan konsentrasi 1% mengalami penurunan pada
(Adawyah, 2007). Dari hasil analisis tingkat tiga bulan pertama dan mengalami kenaikan
keasaman (pH) yang ditunjukkan pada Tabel 2 pada bulan selanjutnya.
diketahui bahwa nilai pH selama masa
Tabel 2 Nilai pH Fillet Ikan Patin dengan Edible Coating Minyak Atsiri Kunyit Putih Selama Penyimpanan pada Suhu -10 ±
20C.
Lama Penyimpanan (Bulan)
Sampel
0 1 2 3 4
Konsentrasi 0% 6,51±0,02Ca 6,43±0,01Ba 6,32±0,01Aa 6,44±0,01Ba 6,62±0,01Da
Konsentrasi 0,1% 6,46,±0,03Aa 6,50±0,04Aa 6,43±0,03Ab 6,46±0,04Aa 6,64±0,01Ba
Konsentrasi 1% 6,56±0,04Ba 6,53±0,01ABa 6,47±0,03Ab 6,60±0,02Bb 6,67±0,02Ca
Keterangan: Subscript yang sama pada kolom yang sama dan superscript yang sama pada baris yang sama menunjukan
WLGDN EHGD Q\DWD SDGD WDUDI VLJQLILNDQVL .
protein yang menjadi kandungan utama pada
Penurunan nilai pH tersebut fillet ikan menjadi senyawa-senyawa bersifat
diakibatkan karena fillet ikan mengalami basa. Menurut Trilaksani (1996) kenaikan
masa rigor mortis atau masa kekakuan pada nilai pH akibat terjadinya proses biokimia
fillet. Menurut Gusriandi (2013) fase ini yang tetap berlangsung pada suhu beku
ditandai dengan penurunan pH akibat sehingga enzim-enzim proteolitik yang ada
akumulasi asam laktat. Faktor yang dalam otot mengadakan perombakan
mempengaruhi lama fase ini adalah suhu dan terhadap protein. Enzim-enzim yang
jenis ikan. Akibat suhu penyimpanan yang menghasilkan amonia selama penyimpanan
digunakan merupakan suhu beku, maka fase menyebabkan nilai pH daging ikan naik kira-
rigor mortis pada fillet ikan terjadi lebih kira sampai 7-8 bahkan dapat mencapai 8,5.
lama. Menurut Ilyas (1983) pada kisaran Selain akibat dari proses biokimia,
suhu beku aktivitas enzim yang berperan peningkatan pH juga merupakan pengaruh
dalam proses glikolisis dan autolisis menjadi dari kegiatan mikroba yang terdapat di dalam
terhambat sehingga daya awet ikan menjadi fillet ikan yang menghasilkan amonia.
lebih lama. Jika fase rigor mortis dapat Kenaikan nilai pH merupakan salah
dipertahankan lebih lama maka kesegaran satu parameter kerusakan yang terjadi pada
ikan dapat dipertahankan. Selain itu menurut fillet ikan patin. Pada konsentrasi 0% pH
Erlangga (2009) penurunan pH juga fillet ikan patin pada awal penyimpanan 6,51
disebabkan oleh akumulasi asam laktat yang turun menjadi 6,32 pada bulan kedua dan
dihasilkan dari proses glikolisis ikan yang naik hingga bulan ke-4 menjadi 6,62. Pada
telah mati secara alami. Kandungan glikogen konsentrasi 0,1% pH ikan patin yang semula
di dalam tubuh ikan juga berpengaruh 6,46 menjadi 6,43 pada bulan ke-2 lalu pada
terhadap penurunan pH. Menurut penelitian akhir penyimpanan menjadi 6,64. Sedangkan
yang dilakukan Duan et al (2009) penurunan pada konsentrasi 1% pada awal penyimpanan
pH yang terjadi selama penyimpanan 6,56 menjadi 6,47 pada bulan ke-2 dan di
merupakan hasil dari pemecahan protein akhir penyimpanan menjadi 6,67. Dari ketiga
yang menghasilkan pospat dan asam laktat konsentrasi yang diberikan, pada awal masa
selama penyimpanan beku ataupun saat penyimpanan pH tertinggi terdapat pada
tawing. penambahan minyak atsiri kunyit putih
Setelahnya itu pH kembali mengalami sebesar 1%, sedangkan terendah dengan
peningkatan akibat akumulasi amonia yang penambahan minyak atsiri kunyit putih
terdapat di dalam ikan. Secara keseluruhan sebesar 0,1%. Penambahan minyak atsiri
pH fillet ikan selama penyimpanan kunyit putih tersebut sudah mempengaruhi
mengalami kenaikan. Amina yang terdapat pH fillet ikan patin sejak awal penyimpanan
dalam ikan terbentuk dari terpecahnya hingga akhir penyimpanan. Dari penambahan

29
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

minyak atisiri kunyit putih ketiga konsentrasi t/content /article/45-berita-bawah/391-


tersebut secara statistika berbeda nyata pada forum-industri-pengolahan-ikan-patin.
WDUDI VLJQLILNDQVL . SDGD EXODQ NH-2 dan Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013 pukul
bulan ke-3. 14.15 WIB.
Dengan konsentrasi 1% dapat Duan, Jingyun., Cherian, Gita., and Zhao, Yanyun.
menghambat kerusakan terkait pH dan 2010. Quality Enhancement In Fresh and
aktivitas bakteri pada fillet ikan patin yang Frozen Lingcod (Ophiodon elongates)
ditandai dengan peningkatan pH. Menurut Fillets By Employment Of Fish Oil
penelitian Munandar dkk (2009) bahwa Incorporated Chitosan Coatings.
penggunaan suhu rendah mempengaruhi Department of Food Science and
fluktuasi nilai pH pada ikan nila, hal tersebut Technology, Oregon State University,
juga sejalan dengan penelitian ini bahwa Corvallis. Food Chemistry 119 (2010) 524±
dengan penyimpanan pada suhu rendah 532.
mengakibatkan fase rigor mortis menjadi Erlangga. 2009. Kemunduran Mutu Fillet Ikan Lele
lebih lama dan mempengaruhi pH fillet ikan Dumbo (Clarias gariepinus) Pada
patin. Fluktuasi nilai pH yang disebabkan Penyimpanan suhu Chilling dengan
oleh suhu yang mengendalikan proses rigor Perlakuan Cara Kematian Skripsi. Fakultas
mortis pada fillet ikan. Sedangkan menurut Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
penelitian Putra (2013) semakin tinggi Pertanian Bogor.
konsentrasi penambahan minyak atsiri maka Fadielmeutuah, 2012. Kandungan Protein Ikan.
peningkatan pH selama penyimpanan http://meutuah.com/wawasan /kandungan-
semakin kecil juga sejalan dengan penelitian protein-ikan.htm. Diakses pada tanggal 23
ini yaitu peningkatan pH sejak bulan ke-2 Januari 2013 Pukul 20.00 WIB.
dengan konsentrasi penambahan minyak Gusriandi, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat
atsiri terbesar menghasilkan pH yang lebih Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
stabil. Hal ini karena senyawa antimikroba PT. Macaan Jaya Cemerlang. Klaten.
pada minyak atsiri kunyit putih mampu Hadiwiyoto, S. 1995. Hubungan Keadaan Kimiawi
menghambat pertumbuhan mikroba dan Mikrobiologik Ikan Pindang Naya
kontaminan sehingga degradasi protein dan pada Penyimpanan Suhu Kamar Dengan
lemak akibat mikroba lebih rendah. Sifat Organoleptiknya. Agritech. 15: 19-23.
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigasi Hasil
KESIMPULAN Perikanan. Jilid I. Teknik Pendinginan
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah : Ikan. CV Paripurna. Jakarta.
1. Edible coating dengan penambahan minyak KKP Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011.
atsiri kunyit putih dapat mempertahankan Komoditas Ikan Air Tawar.
stabilitas warna dan pH fillet ikan patin http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/629
selama penyimpanan suhu -10±20C. 3/Produk-Unggulan-2012-Patin-Jadi-
2. Konsentrasi penambahan minyak atsiri kunyit Target-Ekspor/. Diakses pada tanggal 8
putih (Kaempferia rotunda) yang tepat untuk Maret 2013.
mempertahankan stabilitas warna dan pH Lovell, T. 2004. The Yellow Fat Problemin Fish
fillet ikan patin selama penyimpanan suhu - Flesh. Aquaculture Megazine. 10(4):39-40.
10±20C adalah 1%. Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan
Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Muchtadi TR, dan Ayustaningwarno F. 2010.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Alfabeta. Bandung.
Anonima. 2012. Forum Industri Pengelolahan Ikan Munandar, Aris., Nurjanah., dan Nurilmala Mala.
Patin. Kementrian perikanan dan kelautan 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila
RI. (Oreochromis Niloticus) Pada
http://pusjui.kkp.go.id/index.php/componen Penyimpanan Suhu Rendah Dengan
30
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

Perlakuan Cara Kematian Dan


Penyiangan. Departemen Teknologi Hasil
Perairan Institut Pertanian Bogor.
Putra, Andre Yusuf Trisna. 2012. Pengaruh
Penambahan Minyak Atsiri Rimpang Kunir
Putih (Kaempferia rotunda) pada Edible
Coating Fillet Ikan Patin Terhadap
Penghambatan Kerusakan Mikrobiologis
dan Oksidatif [Skripsi]. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Robinson., R. K. 2000. Encyclopedia of Food
Microbiology.Academic Press. London.
Rospiati, Epi. 2006. Evaluasi Mutu Dan Nilai Gizi
Nugget Daging Merah Ikan Tuna (Thunnus
Sp) [Thesis]. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor .
Soekarto, S.T. 1990. Penilaian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Bharata Karya Aksara. Jakarta
Suryaningrum, Th. Dwi., Ijah M., dan Evi T. 2010.
Profil Sensori dan Nilai Gizi Beberapa
Jenis Ikan Patin dan Hibrid Nasutus. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan Dan
Perikanan Vol. 5 No. 2, Desember 2010.
Trilaksani, Nurjanah. Hidayat,A. dan Danil, M.
1997. Pengaruh Lama Penyimpanan Beku
Terhadao Nilai Gizi Protein Udang Windu
(Penaeus monodon). Teknologi Hasil
Perikanan Vol-II, No.1-1996.
Yunizal dan Widodo, 1998. Penanganan Ikan
Segar. Instalasi Penelitian Perikanan Laut
Slipi. Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai