Anda di halaman 1dari 5

Budidaya Perairan September 2017 Vol. 5 No.

3: 18 - 22

Budi daya cacing sutra (Tubifex sp.) dengan sistim air mengalir di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar Tatelu (BPBAT), Propinsi Sulawesi Utara

[Culture of silk worm (Tubifex sp.) on flowing water system at Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Tatelu (BPBAT), Province of North Sulawesi]

Jefrikardus E. Ngatung1, H. Pangkey2, Jeffrie F. Mokolensang2


1)
Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado
2)
Staf pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado
Email: debbiehenneke@gmail.com

Abstract

The field work training of silk worm culture was done in one month at Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu (BPBAT), Province of North Sulawesi, from May to
June, 2016. The media used are poultry dung (chicken manure) and EM4 with a flowing
water system and fed with additional tofu waste. The initial spread of silk worm seeds was
75 g / m2, and the results obtained were silk worm biomass of 150 g / m2, with the
measurement of water quality parameters for DO, temperature and pH are respectively 1.61
ppm, 24.4-27.7° C and 6.1-7.3.

Keywords: aquaculture, life feed, silk worm, Tubifex sp., water quality

PENDAHULUAN masa habis kuning telur yang merupakan


makanan larva setelah menetas dari stadia
Sektor akuakultur telah menjadi
telur. Periode ini bervariasi tergantung
perhatian dunia akhir-akhir ini, karena
menurut spesis ikan. Setelah masa kuning
sektor penangkapan telah mengalami
telur habis dikonsumsi, larva yang sangat
stagnasi sejak pertengahan tahun 1990
rentan ini membutuhkan pakan eksternal
(FAO, 2008). Fenomena ini ditunjang
yaitu pakan alami yang harus tersedia di
juga dengan bertambahnya jumlah
sekitar tempat hidupnya. Sampai sekarang
penduduk dunia yang sungguh
ini, belum ada pakan buatan yang dapat
membutuhkan protein hewani sebagai
bersaing secara kualitas untuk diberikan
pangan yaitu ikan. Oleh sebab itu peranan
kepada larva pada masa yang rentan
industri akuakultur diprediksi akan terus
tersebut di atas. Dengan demikian
meningkat dimasa depan (Pangkey, 2011).
penyediaan pakan alami sangat mutlak ada
Berhasilnya usaha akuakultur
supaya mortalitas larva dapat ditekan,
sangat ditentukan oleh beberapa sub-sektor
demikian pula larva dapat tumbuh dengan
kegiatan yang menjadi integral
baik untuk masa pembesaran (Pangkey,
keberhasilan industri ini, diantaranya
2009).
penyediaan larva yang sehat untuk
Cacing sutra adalah salah satu jenis
dipelihara menjadi ikan konsumsi.
pakan alami yang sangat dibutuhkan untuk
Kehidupan larva yang kritis yaitu pada

18
Budidaya Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 18 - 22

beberapa spesis larva ikan maupun non sutra. Pengairan ini secara terus menerus
ikan. Beberapa jenis larva ikan konsumsi melalui sumber air yang ada.
yang sangat menyukai cacing sutra adalah Setelah tiga hari, benih cacing sutra
larva ikan sidat dan larva ikan lele. (diambil dari BPBAT) ditebar secara
Diketahui beberapa jenis ikan hias juga merata pada media budi daya sebanyak 75
menyukai jenis pakan alami ini seperti gr/m2. Langkah berikutnya adalah
ikan louhan dan juga larva krustacea. memberikan ampas tahu pada media
Penelitian tentang budi daya cacing pemeliharaan seminggu setelah penebaran
sutra untuk meningkatkan biomassanya awal. Wadah tersebut ditutup dengan kain
dengan menggunakan berbagai media paranet untuk mencegah masuknya sinar
telah dilakukan (Ahamed and Mollah, matahari secara langsung dan juga untuk
1992; Aceret, 1997; Begum et al., 2014; mencegah tumbuhnya lumut pada media.
Safrina dkk., 2015; Ussoliha, 2016). Pada Lama pemeliharaan cacing sutra adalah
praktek kerja lapang ini, dilakukan budi satu bulan. Parameter kualitas air yang
daya cacing sutra dengan menggunakan diukur adalah DO, suhu dan pH.
media lumpur, kotoran ayam, EM4 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
ampas tahu pada bak beton dengan sistem
air mengalir. Cacing sutra tergolong ke dalam
oligochaeta telah menjadi incaran untuk
METODE PENELITIAN
dibudidayakan karena memiliki
Praktek kerja lapang budi daya kemampuan untuk hidup pada densitas
cacing sutra dilakukan selama satu bulan yang tinggi dan memiliki kesanggupan
di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar untuk bertahan pada lingkungan dengan
Tatelu (BPBAT), Propinsi Sulawesi Utara kelarutan oksigen yang sangat rendah.
pada bulan Mei sampai bulan Juni, 2016. Kebutuhan akan cacing sutra sebagai
Biota ini dipelihara dengan menggunakan pakan alami sangat diperlukan karena
wadah bak beton permanen sebanyak tiga biota ini sangat bernutrisi dengan nilai
buah dengan ukuran 2×1×1 m dan protein yang tinggi (58,68%) (Oz et al.,
diperlengkapi dengan aerator. Sebelum 2015), menunjang pertumbuhan,
digunakan, wadah tersebut dibersihkan memperpanjang masa reproduksi dan
sehingga terbebas dari hama cacing sutra menstimulasi pemijahan ikan. Budi daya
seperti larva ikan ataupun keong dan juga cacing ini sangat penting diupayakan
sampah. karena perolehan dari perairan alami
Media budi daya cacing sutra ditemukan banyak telah terkontaminasi
adalah lumpur dengan ketebalan 10 cm, oleh logam berat (Singh et al., 2007).
pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 3 Dalam kegiatan praktek kerja
kg dan EM4 sebanyak 100 ml per bak. lapang ini, hasil yang diperoleh melalui
Semua bahan ini dicampur secara merata panen yang dilakukan secara bertahap
pada bak yang telah disiapkan. yaitu setiap dua minggu (pada hari ke-14),
Selanjutnya, dialiri air secara perlahan diperoleh biomassa cacing sutra rata-rata
hingga media terendam seluruhnya dan sebanyak 150 gram/m2. Hasil ini
didiamkan selama tiga hari. Aliran air berbeda dengan yang diperoleh
dikontrol terus, agar tersedia secara Kusumorini dkk. (2017) di mana dengan
kontinyu selama masa budi daya cacing pemberian kotoran ayam yang
19
Budidaya Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 18 - 22

difermentasikan diperoleh biomassa cacing Bahkan, dikatakan cacing sutra juga


sutra 17,32 gram pada hari ke-20, dengan mengkonsumsi bakteri perombak substrat
pada penebaran awal 10 gram/0,091 m2. (Singh et al., 2010).
Perbedaan media sangat menentukan hasil Parameter kualitas air yang diukur
biomassa cacing sutra, di mana adalah DO, suhu dan pH, dengan hasil
ketersediaan makanan sangat memegang pengukuran masing-masing parameter
peranan penting di samping karakteristik berturut-turut adalah ± 1,61 ppm, 24,4-
substrat sebagai tempat untuk 27,7ºC dan 6,1-7,3. Di antara ketiga
berreproduksi (Solang dkk., 2014; Jewel et parameter ini, suhu sangat berpengaruh
al. 2016). Hasil kerja praktek lapang bagi reproduksi cacing sutra. Beberapa
menunjukkan pertambahan biomassa spesis (Limnodrilus hoffmeisteri, B.
cacing sutra yang baik, karena di samping Sowerbyi, dan Tubifex tubifex) dari cacing
pemberian kotoran ayam yang ini dijumpai bertelur dan memiliki
difermentasi dengan EM4, diberikan pula kepompong dengan jumlah terbanyak pada
ampas tahu sebagai pakan tambahan. suhu sekitar 25ºC (Haroldo dan Aves,
Herliwati (2012) dan Singh et al. (2010) 2009) dan Hosain et al. (2011)
telah membuktikan bahwa pertumbuhan mendapatkan bertumbuh dengan baik pada
populasi cacing sutra sangat baik ketika kisaran suhu 23-27ºC. Hasil penelitian
diberikan kotoran ayam sebagai media. oleh Fadhlullah dkk. (2017) menemukan
Diketahui kotoran ayam yang bahwa cacing sutra tumbuh dengan baik
terfermentasi memiliki nilai protein kasar pada DO dengan kisaran 0,2-5,5 ppm dan
sebesar 55,6% (Pamungkas dkk., 2012). kisaran pH 6-7,6 (Syam, 2012). Sekalipun
Selanjutnya, Chilmawati dkk. (2015) cacing sutra dapat ditemukan pada daerah
menyatakan bahwa cacing sutra dapat terpolusi dengan kualitas air yang sangat
memanfaatkan protein ampas tahu secara rendah, akan tetapi dalam kondisi kultur,
mudah. Hasil ini juga didukung oleh biota ini membutuhkan ruang lingkup yang
Solang dkk. (2014) yang menemukan spesifik seperti bersih dari sampah dengan
pertumbuhan cacing sutra tertinggi kandungan oksigen dan suhu yang layak
terdapat pada media dengan kombinasi untuk tumbuh dan berreproduksi.
lumpur dan ampas tahu. Ampas tahu
memiliki nilai protein kasar sebesar 17,4% DAFTAR PUSTAKA
(Suprapti 2005 dalam Nahak, 2016).
Aceret PS. 1997. Culture strategies for
Selanjutnya, dijumpai bahwa, ampas tahu redclaw, Cherax quadricarinatus (von
memiliki nilai karbohidrat sebesar 69,41%. Martens, 1868) (Decapoda:
Kandungan karbohidrat yang cukup besar Parastacidae) and silver perch,
ini dapat dimanfaatkan oleh cacing sutra Bidyanus bidyanus (Mitchell, 1838)
sebagai sumber energi untuk (Perciformes: Teraponidae) natural
pertumbuhannya. Selain itu, bakteri dan foods and artificial shelters. PhD
thesis, Central Queensland University,
mikroorganisme lainnya juga dapat
Rockhampton.
memanfaatkan glukosa sederhana sebagai http://hdl.cqu.edu.au/10018/30011.
hasil fermentasi dalam memperbanyak sel 558p.
guna melakukan perombakan pada media Ahamed MT, Mollah MFA. 1992. Effects
(substrat) untuk menyediakan bahan of various levels of wheat bran and
organik sebagai pakan cacing sutra. mustard oil cake in the culture media

20
Budidaya Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 18 - 22

on tubificid production. Aquaculture, Biomassa Cacing (Tubifex tubifex).


Vol. 107, No.1 : 107-113. Jurnal Kajian Islam, Sains dan
Begum M, Noor P, Ahmed KN, Sultana N, Teknologi, Vol. 10, No.1: 16-36.
Hasan MR, Mohanta LC. 2014. Nahak DL. 2016. Pengaruh Perbedaan
Development of A Culture Techniques Komposisi Pakan Ampas Tahu
for Tubificid Worm, Under Laboratory Terfermentasi Rhyzopus oryzae
Conditions. Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan
Chilmawati D, Suminto, Yuniarti T. 2015. Patin pada Skala Laboratorium.
Pemanfaatan Fermentasi Limbah Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Organik Ampas Tahu, Bekatul dan Pendidikan, Universitas Sanata
Kotoran Ayam untuk Peningkatan Dharma, Yogyakarta. 124 hal.
Produksi Kultur dan Kualitas Cacing Oz M, Bahtiyar M, Sahin D, Karsli Z, Oz
Sutera (Tubifex sp.). U. 2015. Using White Worm
Fadhlullah, Muhammadar, El Rahimi SA. (Enchytraeus spp.) as a Life Feed in
2017. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Aquarium Fish Culture. Journal of
Pupuk Organik Cair Terhadap Academic Documents for Fisheries
Biomassa dan Populasi Cacing Sutera and Aquaculture, Vol. 1: 165-168.
(Tubifex Sp.). Jurnal Ilmiah Pamungkas GS, Sutarno, Mahajoeno E.
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan 2012. Fermentasi Lumpur Digestat
Unsyiah, Vol. 2, No. 1: 41-49. Kotoran Ayam Petelur dengan Kapang
FAO, 2008. Status and potential of Aspergillus niger untuk Sumber
fisheries and aquaculture in Asia and Protein pada Ransum Ayam.
the Pacific 2008. RAP Publication Bioteknologi, Vol. 9, No. 1: 26-34.
2008/02. Pangkey H. 2009. Daphnia dan
Haroldo LSN, Alves RG. 2009. The effect Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan
of temperature on the Reproduction of Kelautan, Vol. V, No. 3 : 33-36.
Limnodrilus hoffmeisteri Pangkey H. 2011. Kebutuhan Asam
(Oligochaeta:Tubificidae). Zoologia, Lemak Esensial Pada Ikan Laut.
Vol. 26, No. 1: 191-193. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis.
Herliwati. 2012. Variasi Dosis Pupuk Vol. VII, No. 2 : 93-102.
Kotoran Ayam pada Budidaya Cacing Safrina, Putri B, Wijayanti H. 2015
Rambut (Tubifex sp.). J. Fish Scientiae Pertumbuhan Cacing Sutra (Tubifex
Vol. 2, No. 4 : 124-130. sp.) yang Dipelihara pada Media Kulit
Hossain A, Hasan M, Mollah MFA. 2011. Pisang Kepok (Musa paradisiaca) dan
Effects of Soybean Meal and Mustard Lumpur Sawah. Prosiding Seminar
Oil Cake on the Production of Fish Nasional Swasembada Pangan
Live Food Tubificid Worms in Politeknik Negeri Lampung 29 April
Bangladesh. World Journal of Fish 2015 , hal. 520-525
and Marine Sciences, Vol. 3, No. 3: Singh RK, Chavan SL, Sapkale PH. 2007.
183-189. Heavy Metal Concentrations in Water,
Jewel A.S., Al Masud A., Amin R., Haque Sediments and Body Tissues of Red
A., Sultana N. 2016. Comparative Worm (Tubifex spp.) Collected from
growth of Tubificid worms in culture Natural Habitats in Mumbai, India.
media supplemented with different Environ Monit Assess, Vol. 129: 471–
nutrients. International Journal of 481.
Fisheries and Aquatic Studies 2016, Singh RK, Vartak VR, Chavan SL, Desai
Vol. 4, No. 6 : 83-87 AS, Khandagale PA, Sawant BT,
Kusumorini A, Cahyanto T, Utami LD. Sapkale PH. 2010. Management of
2017. Pengaruh Pemberian Fermentasi waste organic matters and residential
Kotoran Ayam Terhadap Populasi dan used water for culture and biomass

21
Budidaya Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 18 - 22

production of red worm (Tubifex Syam FS. 2012. Produktivitas Budidaya


tubifex). Int. J. Environment and Cacing Sutra (Oligochaeta) Dalam
Waste Management, Vol. 5: 140-151. Sistem Resirkulasi Menggunakan Jenis
Solang J, Pangkey H, Wulur S, Lantu S. substrat dan Sumber Air yang Berbeda.
2014. Ratio C:N pada media kultur Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
cacing sutra (Tubifex sp.). Aquatic Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 35
Sience & Management Vol 2 No. 1: hal.
19-23 Ussoliha EA. 2016. Budidaya Cacing
Suprapti L. 2005. Teknologi pengolahan Sutra (Tubifex sp.) dengan Komposisi
pangan pembuatan tahu. Kanisius, 80 Media Yang Berbeda (Jerami Padi dan
hal Lumpur Budidaya Lele). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

22

Anda mungkin juga menyukai