SHRM
Ahmad Badawy Saluy, Dr, MM, CHRA
Disusun oleh :
Eirene Nifati Pangkey Gulo
5512111009
Pertemuan 9 : Pengganjian
Artikel Berita : https://www.suara.com/news/2021/12/02/184802/reuni-212-
dibubarkan-tapi-kerumunan-pengajian-di-daerah-tak-ditindak-pengamat-harus-
adil
B. Pengganjian
Salah satu tugas tim HR adalah mengelola gaji karyawan. Mulai dari menentukan
struktur dan skala upah, menghitung gaji karyawan sesuai dengan bagian yang didapat,
hingga membuat slip gaji ketika gaji tersebut telah sampai pada setiap karyawan. Belum
lagi jika harus diintegrasikan dengan kehadiran dan cuti karyawan. Persoalan gaji juga
tidak sederhana seperti yang dibayangkan karena banyaknya komponen dan ketentuan
yang harus diikuti. Sehingga Anda sebagai HR memang perlu ketelitian yang tinggi
untuk mengerjakannya.
Untuk menambah pengetahuan Anda tentang penentuan gaji karyawan, mungkin ada
baiknya jika Anda mengetahui konsep 3P. Tidak hanya menambah pengetahuan, konsep
ini dikenalkan kepada Anda agar Anda mudah dalam menentukan gaji apabila masih
dalam proses penentuan. Bisa jadi juga Anda membutuhkan sistem gaji yang lebih tepat
sasaran daripada sistem yang sekarang digunakan. Jadi, apa sebenarnya konsep 3P itu?
Yuk simak penjelasannya.
Konsep 3P adalah kepanjangan dari pay for position, person, and performance atau
dalam bahasa indonesia, perusahaan membayar karyawan atas dasar posisi, orang yang
ada di posisi tersebut, atau berdasarkan performa karyawan tersebut, dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, kami uraikan satu per satu dari 3P tersebut.
Terlepas dari lokasi pekerjaan, keduanya adalah aset perusahaan yang harus dijaga
dengan baik. Bukan hanya kesehatan kerja saja, namun juga keselamatan kerja
karyawan. Karena, apabila terjadi sesuatu yang buruk kepada karyawan, perusahaan
sendirilah yang akan mengalami kerugian yang lebih besar Karyawan yang bekerja di
lapangan biasanya adalah pekerja proyek yang mengerjakan pembangunan jalan,
jembatan, gedung, perumahaan dan fasilitas umum lainnya; tim kebencanaan yang
terjun ke lokasi bencana gempa bumi, tsunami, banjir bandang, angin puting beliung,
gunung meletus, dan bencana lainnya. Jurnalis atau tim media yang harus meliput
kerusuhan, bencana, kecelakaan, dan berita lainnya;surveyor yang harus mengecek
lokasi yang beraneka ragam; pemadam kebakaran yang harus berurusan dengan api
yang menyambar, dan jenis pekerjaan lapangan lainnya.
Pekerja lapangan harus menghadapi terik mentari setiap hari. Dan tentu saja bukan hanya
itu, kematian pun bisa mengancam mereka kapan saja.
Misalkan, bagi tim pemadam kebakaran yang bertugas membantu korban- korban yang
terjebak dalam lautan api, pemadam kebakaran pun harus mempertaruhkan nyawanya.
Pekerja yang tidak langsung turun ke lapangan pun memiliki risiko yang besar. Misalnya
pekerja yang harus mengoperasikan mesin. Jika salah dalam pengoperasiannya, bisa-bisa
terjadi kecelakaan kerja. Sehingga harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas.
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi perusahaanmu akan dibahas
lebih lanjut dalam artikel ini, jadi baca sampai habis ya karena artikel ini akan sangat
bermanfaat untuk perusahaan kamu!
Pengertian K3
Sebelum membahas lebih jauh tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mari kita
bahas terlebih dahulu mengenai pengertian K3 聽 yuk!
Keselamatan Kerja
Ini merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah karyawan dari
bahaya atau risiko kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja.
Keselamatan kerja berkaitan dengan lokasi kerja, mesin atau alat berat, bahan, proses,
dan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja karyawan yang dapat mengancam
keselamatannya.
Kesehatan Kerja
Ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikis atau psikologi karyawan. Kesehatan fisik
merupakan hal yang sangat penting, karena tubuh yang sehat para karyawan dapat
bekerja dengan baik. Begitu pula dengan kesehatan mental yang akan membuat karyawan
bekerja secara optimal.
Perusahaan bisa mengadakan aktivitas-aktivitas yang bisa meningkatkan stamina tubuh
para karyawan. Misalnya perusahaan bisa mengadakan program olahraga bersama atau
senam pada pagi hari.
Jadi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya yang dilakukan oleh
perusahaan demi melindungi karyawan yang sedang bekerja dan menjaga kesehatan
karyawan dengan baik. Hal tersebut dilakukan karena karyawan merupakan aset berharga
bagi karyawan.
Tujuan Keselamatan Kerja
Melindungi Karyawan
Karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan yang harus dilindungi dengan baik.
Oleh karena itu, perusahaan pun membuat sistem keselamatan kerja yang baik untuk
melindungi karyawan.
Efektivitas Organisasi
Ketika karyawan bisa terjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terjamin maka
perusahaan pun akan mudah meraih efektivitas organisasi karena karyawan bekerja
dengan baik dan optimal.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Menurut Anoraga, 2005 terdapat aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
harus diperhatikan oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Lingkungan Kerja
Ini merupakan tempat dimana pekerja/ karyawan beraktivitas untuk bekerja. Lingkungan
kerja ini menyangkut suhu, penerangan, kondisi tempat bekerja, ventilasi, dan situasi-
situasi di sekitar tempat bekerja.
Alat kerja dan Bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memproduksi suatu produk. Dalam memproduksinya, dibutuhkan alat-alat kerja yang
memang wajib digunakan oleh para pekerja ketika melakukan proses produksi,
disamping itu dibutuhkan juga bahan utama yang digunakan ketika proses produksi.
Cara Melakukan Pekerjaan
Setiap langkah ketika proses produksi, setiap karyawan memiliki cara-cara yang berbeda
saat melakukan pekerjaannya. Cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam
melakukan semua aktivitas pekerjaannya seperti saat menggunakan alat pelindung diri
yang tepat, atau menggunakan peralatan yang sudah tersedia, dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin.
Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Budiono dkk, 2003 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:
1. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, beban sosial, atau mental sehingga upaya
penempatan pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan tiap pekerja.
2. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada keterampilan, pendidikan,
ukuran tubuh, kesegaran jasmani, keadaan gizi, dan lain sebagainya.
3. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja misalnya seperti faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun psikososial.
Prinsip-Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Sutrisno dan Ruswandi, 2007 Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan
dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diantaranya sebagai berikut :
1. Adanya Alat Pelindung Diri di tempat kerja.
2. Tersedianya buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai dengan standar SSLK (syarat-syarat lingkungan
kerja) diantaranya tempat kerja yang bebas asap rokok, steril dari debu, kotoran, uap gas,
getaran mesin, radiasi, dan kebisingan. Tempat kerja juga harus aman dari arus listrik,
lampu penerangan yang harus memadai, dan sirkulasi udara yang cukup.
5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani di lokasi
6. Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap di lokasi
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
K3 Bukan Hanya Slogan, Tapi Kebutuhan Bagi Setiap Pekerja
Setiap aktivitas bekerja, pasti memiliki potensi munculnya risiko yang dapat terjadi kapan
saja, risiko keselamatan maupun kesehatan. Dalam hal ini pekerja akan selalu berhadapan
dengan bahaya yang bisa terjadi di tempat kerja, yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja merupakan masalah yang bisa saja terjadi di dunia industri, dan hal ini
bisa menjadi masalah besar bagi kelangsungan usaha. Untuk itu, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja diberikan kepada setiap karyawan sebagai upaya untuk
mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja serta meningkatkan
produktivitas.
Setidaknya terdapat 3 alasan mengapa K3 ini penting sebagai kebutuhan dan perlu di
implementasikan di berbagai bidang pekerjaan apapun. Berikut ini adalah alasannya:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja adalah hak mendasar bagi setiap
pekerja.
2. Aspek hukum tanggung jawab pemerintah dan pengusaha untuk memastikan bahwa
lingkungan kerja aman dan sehat.
3. Aspek ekonomis untuk mencegah kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja
rusaknya
Namun, ada hal penting yang harus kita pahami juga untuk meminimalisir risiko
terjadinya kecelakaan kerja, yaitu pola pikir kita dalam bersikap untuk terus
mengutamakan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari.
Hal paling mudah dilakukan adalah mengamati dan mengenali setiap aktivitas yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan. Sebelum terjadinya kecelakaan itu sendiri, kita
harus melakukan suatu perbaikan atau pencegahan melalui banyak hal, seperti
pemasangan rambu, peringatan, perbaikan fasilitas, perubahan metode kerja, serta
kampanye K3.
Standard Operating Procedure
SOP (Standard Operating Procedure) adalah prosedur tertulis yang penting sebagai acan
pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja. Namun, harus diingat bahwa prosedur
tertulis/ SOP yang sudah disusun sedemikian rupa ini oleh perusahaan bukan hanya
sekedar hiasan dan slogan saja, jika mental berpikir kita tidak aware terhadap
keselamatan.
Perusahaan tentu ingin memastikan para pekerja tetap aman dalam melaksanakan
pekerjaannya. Begitu pula Anda ingin kembali ke rumah dengan selamat setelah
melaksanakan pekerjaan Anda. Untuk itu, jadikan poster, spanduk, atau bendera K3 yang
bertuliskan 鈥淯 tamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 鈥 yang dipasang di tempat
kerja Anda bukan sekadar slogan semata, tetapi juga sebagai kebutuhan agar Anda tetap
聽 safe 聽 dalam bekerja.
Bagaimana jika perusahaan melakukan pelanggaran K3?
Jika terjadi pelanggaran terhadap UU K3 misalnya pengusaha tidak menyediakan alat
pelindung diri sebagai alat keselamatan kerja atau perusahaan tidak memeriksakan
kesehatan dan kemampuan fisik pekerja, dengan itu perusahaan menghadapi ancaman
pidana. Undang-undang ini memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1 tahun atau
pidana denda paling banyak 15.000.000 Rupiah bagi perusahaan yang tidak menjalankan
ketentuan undang-undang tersebut.
UU Ketenagakerjaan hanya memuat sanksi administratif bagi perusahaan yang tidak
menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik. Sanksi
administrasi itu berupa teguran, pembatasan kegiatan usaha, peringatan tertulis,
pembekuan kegiatan usaha, pembatalan pendaftaran, pembatalan persetujuan,
penghentian sementara sebagian/ seluruh alat produksi, sampai dengan pencabutan izin
usaha.
Di era revolusi industri 4.0 saat ini tentu perusahaan bisa lebih mudah dalam melindungi
para karyawan, tentu hal tersebut juga didukung dengan sikap karyawan yang selalu
menjaga diri.
Setiap upaya yang terkait dengan K3 hanya akan berhasil jika pemerintah, perusahaan,
dan pekerja melakukan kerja sama yang harmonis dan strategis. Setiap pihak harus lebih
peduli, disiplin, bertekad, dan meminimalisir jangan sampai terjadi kecelakaan di lokasi
kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja/ K3 ini memang wajib dijadikan budaya perusahaan
dan sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab bersama antara perusahaan dan pekerja
untuk saling bekerja sama. Mari tingkatkan kesadaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Bagaimana pendapat Anda mengenai penerapan K3 di Indonesia saat ini dan sanksi yang
selama ini diterapkan? Apakah Anda sudah mulai melihat kerja sama yang baik antara
pemerintah, perusahaan, dan pekerja di Indonesia?聽 Tentu, kita berharap semua pekerja
di Indonesia selalu aman dan sehat dalam menjalankan pekerjannya. Salam safety!
E. Sumber Daya
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Beberapa Ahli:
1. Menurut A.F. Stoner, manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
2. Menurut Edwin B. Flippo, Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari pada
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pemisahaan sumber daya manusia ke suatu titik akhir dimana tujuan-tujuan
perorangan, organisasi dan masyarakat terpenuhi.
3. Menurut Andrew F. Sikula, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses
penarikan, penyeleksian, penempatan, indoktrinasi, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia oleh dan di dalam suatu perusahaan.
Dalam MSDM terdapat berbagai dimensi – dimensi yang mempunyai peran dalam
pengelolaan SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan, meliputi :
Tujuan HRM
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk memastikan
bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang.
Tujuan lain dari HRM adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Organisasional
Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan manajemen sumber daya manusia (MSDM)
dalam memberikan kontribusi pada pencapaian efektivitas organisasi.
2. Tujuan Fungsional
Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi departemen pada tingkat yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
3. Tujuan Sosial
Ditujukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan dan
tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan meminimasi dampak negatif terhadap
organisasi.
4. Tujuan Personal
Fungsi Pokok
Pengadaan (Procurement)
Perencanaan Sumber Daya Manusia → penentuan kebutuhan tenaga kerja baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
Penarikan/perekrutan calon tenaga kerja (recruitment)→ menarik sebanyak
mungkin calon-calon tenaga kerja yang memenuhi pernyaratan yang dibutuhkan
dari sumber-sumber tenaga kerja yang tersedia.
Seleksi (selection) → proses pemilihan tenaga kerja dari sejumlah calon tenaga
kerja yang dikumpulkan melalui proses recruitment.
Penempatan (placement) → penempatan tenaga kerja yang terpilih pada jabatan
yang ditentukan.
Pembekalan (orientation) → untuk memberikan pemahaman kepada tenaga kerja
terpilih tentang deskripsi jabatan, kondisi kerja, dan peraturan organisasi
Pengembangan (Development)
Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development).
Pengembangan Karir (Career Development).
Pemeliharaan (Maintenance)
Kompensasi Jabatan (job compensation) → usaha pemberian balas jasa atas
prestasi yang telah diberikan oleh tenaga kerja.
Integrasi (integration) → menciptakan kondisi integerasi atau persamaan
kepentingan antar tenaga kerja dengan organisasi yang menyangkut masalah
motivasi, kepemimpinan, komunikasi, konflik dan konselling.
Hubungan Perburuhan (Labour Relation) → pembahasan masalah perjanjian
kerja perjanjian perburuhan, kesempatan kerja bersama, sampai penyelasaian
perselisihan perburuhan.
Pemisahan/Pemutusan Hubungan kerja (Separation) → menyangkut masalah
pemutusan hubungan kerja.
Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab :
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection
Dalam ruang lingkup SDM (HR/HC), fungsi MSDM secara lebih terperinci meliputi :
1. Seleksi dan Rekrutmen (Selection and Recruitment)
2. Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development),
3. Compensation and Benefit (Compensation and Benefit),
4. Manajemen Kinerja (Performance Management),
5. Perencanaan Karir (Career Planning),
6. Hubungan Karyawan (Employee Relations),
7. Pemisahan (Separation Management),
8. Personnel Administration and HRIS (Human Resources Information System)
Proses HRM
Komponen yang terlibat dalam MSDM, meliputi :
1. Stakeholder, baik internal maupun eksternal.
2. Fungsi dari stategis MSDM
3. Hubungan kerjasama antar departemen
4. Visi, Misi Organisasi
5. Budaya Organisasi
Faktor yang Mempengaruhi HRM
Komponen yang terlibat dalam MSDM, meliputi :
1. Stakeholder, baik internal maupun eksternal.
2. Fungsi dari stategis MSDM
3. Hubungan kerjasama antar departemen
4. Visi, Misi Organisasi
5. Budaya Organisasi
Berikut adalah bagan ruang lingkup dari lingkungan MSDM (Mondy, 2008) :
Daftar Pustaka
Bain & Co. (2001), Management Tools: Annual Survey of Senior Executives, Bain &
Co., London.
Becher, A. (1989), Academic Tribes and Territories: Intellectual Enquiry and the
Cultures of
Disciplines, The Society for Research into Higher Education and the Open University
Press, Milton Keynes.
Biglan, A. (1973a), “The characteristics of subject matter in different academic areas”,
Journal of
Applied Psychology, Vol. 57 No. 3, pp. 195-203.
Biglan, A. (1973b), “Relationships between subject matter characteristics and the
structure and
output of university departments”, Journal of Applied Psychology, Vol. 57 No. 3, pp.
204-13.
Burgoyne, J. (2000), “Management learning: form history and perspectives”, Emerging
Fields in
Management: Connecting Learning and Critique, Leeds University working paper series,
Leeds Business School, Leeds.
Eccles, R.G. (1991), “The performance measurement manifesto”, Harvard Business
Review,
January/February, pp. 131-7.
2010. Employee benefits provision. Human Resource Management International Digest
18:3, 10-12. [Abstract] [Full Text]
[PDF]
Ahmed, I., Khairuzzaman, W.I. and Amin, S.M. (2014), “Employee’s reciprocation of
organizational
support and leader-member exchange”, Management Research Review, Vol. 37 No. 11,
pp. 930-943.
Al-Dmour, R., Yassine, O. and Masa’deh, R. (2018), “A review of literature on the
associations among
empowerment, work engagement and employee performance”, Modern Applied Science,
Vol. 12
No. 11, pp. 313-329, available at: https://doi.org/10.5539/mas.v12n11p313 (accessed 16
March 2019).
American Psychological Association (2018), “Stress in America: uncertainty about
healthcare”,
available at: www.apa.org/news/press/releases/stress/2017/uncertainty-health-care.pdf
(accessed 7 July 2018).
Anjum, A., Ming, X., Siddiqi, A.F. and Rasool, S.F. (2018), “An empirical study
analyzing job
productivity in toxic workplace environments”, International Journal of Environmental
Research
and Public Health, Vol. 15 No. 5, available at: https://doi.org/10.3390/ijerph15051035
(accessed 8
August 2018).
Arensberg, C. (2018), CBS This Morning [Television Broadcast], CBS Interactive, New
York, NY.
Ashkanasy, N.M., Ayoko, O.B. and Jehn, K.A. (2014), “Understanding the physical
environment of
work and employee behavior: an affective events perspective”, Journal of Organizational
Behavior, Vol. 35 No. 8, pp. 1169-1184