Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DI SD


MUHAMMADIYAH 1 KOTA BANDA ACEH TERHADAP
AKHLAK SISWA/I.

Diajukan oleh :

MUHAMMAD FACHRUDDINSYAH NASUTION


Mahasiswa Fakultas Usuluddin dan Filsafat
program studi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir
NIM : 180303026

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM BANDA ACEH

2021 M/1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Sejak awal diturunkannya belasan abad yang lalu sampai masa modern
saat ini Al-Qur’an senantiasa terjaga kemurnian dan kesuciannya. Karna Al-
Qur’an satu-satunya kitab yang di jaga oleh Allah keotentikannya,sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS.Al-Hijr ayat 9 yang artinya:

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an,dan pasti Kami


(pula) yang memeliharanya.”

Al-Quran diturunkan kepada Nabi yang ummi, maka otomatis untuk


memelihara apa yang yang diturunkannya kepadanya haruslah di hafal. Usaha
keras Nabi Muhammad SAW., untuk menghafal Al-Qur’an terbukti setiap
malam beliau membaca Al-Qur’an dalam shalat sebagai ibadah untuk
merenungkan maknanya. Rasulullah sangat ingin segera menguasai Al-Qur’an
yang diturunkan, kepadanya belum selesai Malaikat Jibril membacakan
ayatnya, beliau sudah menggerakkan lidahnya untuk menghafal apa yang
sedang diturunkan, karena takut apa yang turun itu terlewatkan sehingga Allah
SWT., menurunkan firman-Nya sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-
Qiyamah yang artinya:

“Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena


hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila kami telah selesai mebacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian atas tanggungna kamilah penjelasannya,” (Q.S. al-Qiyamah (75) :
16-19)

Mempelajari dan menghafal Al-Qur’an merupakan suatu langkah awal


dalam membentuk akhlakul karimah pada diri manusia, akhlakul karimah dapat
dibentuk jika ada pengajaran, usaha keras, dan latihan yang tentunya
berladaskan pada Al-Qur’an. Memang pada dasarnya yang dapat menilai baik
atau buruknya suatu akhlak semata-mata hanyalah syara’ Al-Qur’an bukan dari
akal atau pandangan dari masyarakat. Dengan berakhlakul karimah yang dapat
menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang harmonis.1

Selain itu, sebelum menghafal Al-Qur’an, calon penghafal Al-Qur’an


1
Firdaus, Membentuk pribadi berakhlakul karimah secara psikologis, Al-Dzikra Vol.XI
No.1/Januari-Juni/2017, hal.61

1
harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Salah satunya yaitu
meninggalkan perbuatan maksiat atau akhlak tercela.2 Diantara akhlak tercela
yaitu: dusta, gahab, khianat, dan lain lain. Akhlak tercela mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati
orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an.

Imam Syafi’i yang terkenal dengan kecepatan menghafal Al-Qur’an pada


suatu hari ia mengadu kepada gurunya, Waqi’ bahwa hafalannya terbata bata.
Maka gurunya memberikan terapi agar ia meninggalkan maksiat dan
mengosongkan hati dari segala yang dapat memalingkannya dari Allah.

Dampak dari akhlak tercela terhadap hafalan tidak terjadi secara


langsung, akan tetapi secara berproses. Hal ini dapat diamati ketika mulai
terdapat jarak yang semakin jauh antara seorang penghafal dengan Al-Qur’an
itu sendiri, seperti hilangnya minat membaca Al-Qur’an, sehingga membuat
seseorang tersebut menjadi malas dalam menghafal Al-Qur’an dan akhirnya
semua hafalan yang telah dimiliki sedikit demi sedikit akan hilang dengan
sendirinya.

Pada tahun 2018 Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh menerapkan sebuah
program pembelajaran baru yang didalamnya memuat pembelajaran tambahan
yakni salah satunya program tahfizh Al-Qur’an di sekolah-sekolah tingkat SD,
yakni menjadikan anak kelas VI dapat menghafal juz 30 dalam 1 tahun. Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari program tahfizh Pemerintahan Kota Banda Aceh
selain dari pada ingin menciptakan 1000 penghafal Al-Qur’an 3 adalah agar para
siswa/i unguul dalam segala hal, bukan hanya unggul dalam pengetahuan
umum saja melaikan mampu unggul dalam pengetahuan agama dan mampu
mencetak kepribadian yang ber akhlakul karimah pada jiwa siswa/i tersebut.

Berdasarkan edaran program tahfizh tersebut pihak sekolah atau pun


guru-guru sekolah menanggapi ataupun menyakini bahwa dengan adaanya
program tahfizh tersebut dapat meningkatkan standar akhlak atau memperbaiki
akhlak peserta didik.4 Oleh karena itu penelitian ini ingin mengkaji atau melihat
apakah program tahfizh di sekolah-sekolah itu benar-benar berdampak positif
terhadap akhlak peserta didik atau tidak berdampak sama sekali, dan sekolah
SD Muhammadiyah 1 adalah salah satu sekolah SD Swasta yang berada di
wilayah Kota Banda Aceh yang secara mutlak harus menerapkan program
2
Salim Baduwailan, Cara mudah dan cepat hafal Al-Qur’an, (Semarang: Kiswah Media,
2014), hal. 103
3
. https://bandaacehkota.go.id/berita/14963/cek-zainal-pemko-targetkan-1000-
penghafal-al-quran-di-banda-aceh.html
4
. Wawancara langsung dengan salah satu guru tahfidz SD Muhammadiya 1 Kota Banda
Aceh, Jum’at 14 Januari 2022

2
tersebut.

Berbeda dari sekolah-sekolah yang lain, SD Muhammadiyah 1 Kota


Banda Aceh, didalam menerapkan program tahfizh tersebut tidak hanya terpaku
kepada aturan yang telah diterapkan Pemerintahan Kota Banda Aceh, akan
tetapi mereka menambahkan bahkan lebih mengembangkan atau menyambut
program tahfizh tersebut dengan melaksanakan program tahfizh dari kelas 1-6
SD dengan kegiatan yang terpisah dari kurikulum sekolah yang menerapkan
kelas 6 memiliki target hafalan 2 juz yakni pada juz 30 dan juz 29, kelas 5 dan
4 memiliki target hafalan 1 juz yakni pada juz 30, sedangkan kelas 3 sampai
kelas 1 hanya menghafal ayat-ayat pendek saja, bahkan di awal semester 1
kemarin sekolah SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh membuat program
unggulan di kelas 1 dan 2 yakni memiliki targer 5 juz dalam 2 tahun.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis beranggapan bahwa


penelitian mengenai PENGARUH PROGRAM TAHFIZH AL-QUR’AN DI
SD MUHAMMADIYAH 1 TERHADAP AKHLAK SISWA/I penting untuk
dilakukan, agar diketahui apakah betul kegiatan ataupun program tahfizh ini
berdampak positif terhadap perilaku anak-anak atau tidak ada dampak sama
sekali, sehingga nanti hasil pemelitian ini bisa menjadi masukkan kepada
sekolah SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat ketercapaian target hafalan siswa/i di SD
Muhammadiyah 1 kota Banda Aceh?
2. Bagaimana hubungan antara tahfizh Al-Qur’an di SD Muhammadiyah
1 Kota Banda Aceh terhadap akhlak siswa/i?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian target hafalan siswa/i di SD
Muhammadiyah 1 kota Banda Aceh.
2. Untuk melihat hubungan antara tahfizh Al-Qur’an di SD
Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh terhadap akhlak siswa/i .

3
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis, diharapkan bagi
siswa/i dapat termotifasi untuk berakhlak karimah dan semangat
menghafal Al-Qur’an yang merupakan ibadah yang sangat dimuliakan
oleh Allah SWT.
Secara praktis, bagi peneliti sendiri diharapakan mampu menjadi
tambahan wawasan yang terkhusus pada ilmu Alquran yang pada akhirnya
berguna untuk peneliti dalam dunia Pendidikan Alquran. Untuk siswa/i
diharapkan mampu menambah motivasi dalam menghafal dan mendalami
Alquran, sehingga kedepannya siswa/i SD Muhammadiyah 1 bisa
berakhlalul karimah dan juga mampu menjadi ahli dalam bidang Alquran

D. Hipotesis Penelitian

Nazir mendefinisikan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap


permasalahan penelitian. Sampai adanya data yang terkumpul.5 Hipotesis
terbagi dua jenis, yakni hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan tidak ada
pengaruh antara variabel dengan variabel lainnya. Hipotesis alternatif (Ha)
yang menyatakan ada pengaruh antara variabel dengan variabel lain.6

Formula dalam penelitian ini adalah hipotesis sebagai berikut :


Ha: Terdapat hubungan antara tahfizh Al-Qur’an terhadap akhlak
siswa/i SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara tahfizh Al-Qur’an terhadap
akhlak siswa/i SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.

E. Definisi Operasional

1. Hubungan
Hubungan berasal dari kata hubung yang menurut kamus besar
bahasa Indonesia artinya bersambung atau berangkaian (yang satu
dengan yang lain).7 Sedangkan yang dimaksud dalam penilitian ini

5
. Muslich Anshari dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya : Airlangga
University Press, 2017), hal. 45.
6
. Nurul Zuriyah, metodologi penelitian sosial dan pendidikan: Teori Aplikasi, (Jakarta:
Bumi Askara, 2006), hal. 163.
7
. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Amelia,2002,hlm.168

4
adalah adanya hubungan dari variabel terhadap variabel lain, dalam hal
ini adalah hubungan antara tahfizh Al-Qur'an.

2. Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan
isim masdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaaqan. Sesuai dengan
wazan af’ala, yuf’ilu, if’aalan yang artinya al-thabi’ah (tabiat,
kelakuan, watak dasar), al’adat (kezaliman, kebasaan), al-muru’ah
(peradaban yang baik), dan addin (agama).8
Sedangkan secara umum akhlak adalah perbuatan manusia yang
diiringi dengan rasa sadar untuk berbuat kebaikan yang didorong
keinginan hati dan sejalan dengan pertimbangan akal. Devinisi ini
berseragaman dengan pengertian khuluk Al Ghozali dalam sebuah
Ihya’nya, yaitu :9
”Khuluk adalah sifat yang ada didalam jiwa yang mendorong
timbulnya suatu perbuatan yang mudah tanpa adanya pertimbangan
yang mendalam”
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud akhlak siswa/i hanya
memfokuskan dalam 3 hal yaitu :
1. Akhlak siswa/i terhadap kedua orang tuanya di rumah (dalam
lingkup keluarga)
2. Akhlak siswa/i terhadap guru-guru beserta staf yang ada di
sekolah SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
3. Akhlak siswa/i terhadap teman-temanya di sekolah.

BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka

8
. Luis Ma’luf, Kamus Al-munjid (Beirut : AL maktabah AL katulikiyah,tt), hlm. 194.
9
. Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2002), hlm. 53.

5
Kajian mengenai hubungan tahfizh Al-Qur’an di SD Muhammadiyah 1
Kota Banda Aceh terhadap akhlak siswa/i dapat ditemukan di artikel, jurnal-
jurnal, dan karya tulis lainnya. Diantaranya adalah :
Pertama : Hubungan tahfizh Al-Qur’an terhadap akhlak siswa/i yakni
terdapat dalam kajian dari Oktaveria Lialafi Nur Afidah (2019), Evie Dwi
Astutik (2018), Qonita Gita Praha Zulham Akhmad (2021). Oktaveria Lailafi
Nur Afidah, mahasiswi jurusan pendidikan agama islam, Institut Agama Islam
Negeri Surakarta yang menulis dalam bentuk skripsi dengan judul Hubungan
Intensitas Menghafal Al-Qur’an Dengan Akhlak Siswa Kelas XI SMK IPTEK
Weru Sukpharjo, di dalam kajian tersebut membahas tentang terdapat
hubungan yang positif antara intensitas menghafal Al-Qur’an dengan akhlak
siswa kelas XI di SMK IPTEK Weru Sukoharjo tersebut. 10 Evie Dwi Astutik,
mahasiswi jurusan pendidikan agama islam, Universitas Muhammadiyah
Jember dalam menulis dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan Pola
Interaksi Guru Terhadap Akhlak Siswa kelas X Tokr Di SMK Muhammadiyah
4 Glenmore, di dalam kajian tersebut membahas tentang pola interaksi guru
terhadap akhlak siswa kelas X Jurusan TOKR di SMK Muhammadiyah 4
Glenmore.11 Qonita Gita Praha Zulham Akhmad, mahasiswi jurusan
pendidikan agama islam, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
yang menulis dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Program Tahfidzul
Qur’an Terhadap Pembentukan Akhlakul Karimah Santri Dan Santriwati Di
Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin Lumajang, di dalam kajian tersebut
membahas tentang program tahfidzhul qur’an, bagaimana akhlakul karimah
yang dimiliki para santri dan santriwati, dan pengaruh program tahfidzul
qur’an terhadap pembentukan akhlakul karimah santri dan santriwati di
Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin Lumajang.12

Kedua : Kemudian Terdapat didalam kajian yang berpengaruh tentang


akhlak seperti terdapat dalam penelitian dari Siti Aisyah (2019), Mas Moh
Imam Batomi BSY (2018), Azzah Incha Navlechy (2020). Siti Aisyah,
mahasiswi jurusan pendidkan agama islam, Universitas Islam Malang yang
menulis dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Tradisi Menghafal Al-
10
. Oktaveria Lailafi Nur Afidah, Skripsi Hubungan Intensitas Menghafal Al-Qur’an
Dengan Akhlak Siswa Kelas XI SMK IPTEK Weru Sukpharjo (Surakarta,2019)
11
. Evie Dwi Astutik, skripsi Hubungan Pola Interaksi Guru Terhadap Akhlak Siswa kelas
X Tokr Di SMK Muhammadiyah 4 Glenmore (Jember,2018)
12
. Qonita Gita Praha Zulham Akhmad, Skripsi Pengaruh Program Tahfidzul Qur’an
Terhadap Pembentukan Akhlakul Karimah Santri Dan Santriwati Di Pondok Pesantren Kyai
Syarifuddin Lumajang (malang,2021)

6
Qur’an Terhadap Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Integratif SDI As-
Salam, didalam kajian tersebut membahas tentang terdapat hubungan yang
positif dengan signifikan antara tradisi menghafal Al-Qur’an terhadap hasil
belajar pembelajaran tematik di SDI As-Salam malang.13. Mas Moh Imam
Bastomi BSY, mahasiswa pendidikan agama islam, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, menulis dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh
Keikutsertaan Program Tahfidzul Qur’an Di Pesantren Auliyaa’ Terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SMK YOS
Sudarso Sidoparjo, didalam kajian tersebut membahas tentang pengaruh
program tahfidzul qur’an terhadap prestasi belajar siswa. 14. Azzah Incha
Navlechy, mahasiswa pendidikan matematika , Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, yang menulis dalam bentuk skripsi dengan judul
Pengaruh Tahfidzul Qur’an Dan Akhlak Terhadap Kemampuan Numerik
Peserta Didik Di SMP Qur’an Darul Fattah Bandar Lampung, didalam kajian
tersebut membahas tentang beberapa pentingnya akhlak.15
Kemudian terdapat dalam kajian Moh Zamili yang terdapat di jurnal
pendidikan Indonesia dengan judul Efektivitas Program Tahfidzul Qur’an
Dalam Pengembangan Karakter Qur’ani didalam jurnal ini membahas dengan
menghafal Al-Qur’an, karakter qur’ani yang dimiliki siswa akan mudah
tercipta karena untuk menjaga hafalan Qur’an mereka.16

B. Kerangka Teori

Kerangka teori ialah serangkain variable, definsi, dan dalil yang saling
berhubungan dengan menampilkan suatu pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variable, dengan maksud

13
. Siti Aisyah, Pengaruh Tradisi Menghafal Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar
Pembelajaran Tematik Integratif SDI As-Salam Malang, (UIN Malang,2019), Hlm 113
14
. Mas Moh Imam Bastomi BSY, Pengaruh Keikutsertaan Program Tahfidzul Qur’an Di
Pesantren Auliyaa’ Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa
SMK YOS Sudarso Sidoparjo, (UINSA,2018), hlm.83.
15
. Azza Incha Navlechy, Pengaruh Tahfidzul Qur’an Dan Akhlak Terhadap Kemampuan
Numerik Peserta Didik Di SMP Qur’an Darul Fattah Bandar Lampung (UIN Raden Intan
Lampung 2020)
16
. Moh Zamili, Efektivitas Program Tahfidzul Qur’an Dalam Pengembangan Karakter
Qur’ani, jurnal pendidikan Indonesia Oktober 2019, hlm.21.

7
menjelaskan fenomena alamiah. Penelusuran memainkan peranan yang primer
dalam proses pembinaan teori, begitu juga sebaliknya. Misalnya, penyelidikan
adalah berpandukan teori sebab teori membantu dalam penetapan batasan dan
konteks bagi penyelidikan yang akan datang.17

A. Hubungan
Hubungan berasal dari kata hubung yang menurut kamus
besar bahasa Indonesia artinya bersambung atau berangkaian
(yang satu dengan yang lain).18 Sedangkan yang dimaksud dalam
penilitian ini adalah adanya hubungan dari variabel terhadap
variabel lain, dalam hal ini adalah hubungan antara tahfizh Al-
Qur'an.

B. Hubungan Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Akhlak


Hubungan tahfidz Al-Qur’an terhadap akhlak merupakan
suatu hal yang dapat menentukan tabiat atau sifat seseorang,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan baik
dikarekan Al-Qur’an tersebut melekat didalam jiwanya.

C. Akhlak
A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa arab yang
merupakan isim masdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaaqan.
Sesuai dengan wazan af’ala, yuf’ilu, if’aalan yang artinya al-
thabi’ah (tabiat, kelakuan, watak dasar), al’adat (kezaliman,
kebasaan), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan addin (agama).19
Sedangkan secara umum akhlak adalah perbuatan manusia
yang diiringi dengan rasa sadar untuk berbuat kebaikan yang
didorong keinginan hati dan sejalan dengan pertimbangan akal.
Devinisi ini berseragaman dengan pengertian khuluk Al Ghozali
dalam sebuah Ihya’nya, yaitu :20
”Khuluk adalah sifat yang ada didalam jiwa yang
mendorong timbulnya suatu perbuatan yang mudah tanpa adanya
pertimbangan yang mendalam”
17
Pa, N. A. N. (2003). Penggunaan teori dan kerangka teori dalam penyelidikan
pendidikan matematik. Masalah Pendidikan, 26, 29-62.
18
. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Amelia,2002,hlm.168
19
. Luis Ma’luf, Kamus Al-munjid (Beirut : AL maktabah AL katulikiyah,tt), hlm. 194.
20
. Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2002), hlm. 53.

8
B. Pembagian Akhlak

1) Akhlak Terhadap Allah SWT.


Bukti akhlak yang baik kepada Allah adalah dengan
berucap dan bertingkah laku yang baik kepada Allah, mulai
dari berbagai bentuk ibadah kepada Allah maupun perilaku
diluar ibadah yang mencerminkan sikap yang baik kepada
Allah.21
Berikut ini adalah beberapa akhlak kepada Allah
yang harus diamalkan oleh setiap orang :22
A) Beriman: artinya meyakini wujud dan keesaan Allah
SWT, serta menyakini apa yang telah difirmankan dan
yang diciptakan-Nya. Beriman merupakan sebuah
pondasi dari bangunan akhlak islam.
B) Taat: adalah patuh dan tunduk terhadap segala perintah-
Nya dan menjahui segala larangan-Nya. Sikap ini
merupakan sikap yang paling mendasar setelah beriman
dan merupakan pembuktian bahwa iman sudah tertanam
didalam hati.
C) Ikhlas: yaitu menjalankan segala perintah Allah dengan
pasrah tanpa mengharap apapun kecuali ridha dari
Allah SWT. Dalam menunaikannya pun harus
memperhatikan akhlak yang baik sebagai bentuk
pembuktian menerima ketaatan hukum Allah.

2) Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua.


Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih dikenal
dengan istilah Birrul Walidain artinya menunaikan hak
orang tua dan kewajiban terhadap mereka berdua. Tetap
mentaati keduanya , melakukan hal-hal yang membuat
mereka senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap
mereka. Berbakti kepada kedua orang tua adalah
menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya,
mencintai dan mengikuti perintahnya yang baik, dan
menjauhi larangannya dan mencegah gangguan yang akan
menimpanya bila mampu.23
21
. Rahmad Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia) (Jakarta: Pustaka Panji
Mas,2005). Hlm.44.
22
. Abdullah Aidid, Akhlak (Yogyakarta : Penyiaran Islam, 2006, Hlm. 22.
23
. Abu Luthfiyah, Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu, (Bogor:
Pustaka Ibnu Kastir, 2000), hal. 1.

9
Adapun akhlak terhadap orang tua adalah sebagai
berikut : Menyayanginya, mencintainya,menghormatinya,
mematuhinya, dan merendahkan diri padanya serta sopan
kepadanya.Kita mengetahui dan menyadarinya dengan
sepenuh hati bahwa hidup bersama orang tua merupakan
nikmat yang luar biasa, yang tidak dapat tergantikan
dengan apapun didunia ini. Ketika orang tua kita meninggal
alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dapat
dipandanginya lagi.Pandanglah kedua orang tua dengan
penuh kasih sayang , janganlah memandangnya dengan
pandangan marah dan bersuara keras kepadanya.Dalam
AL-Qur’an surat Alisra’ ayat 23-24 Allah mengatakan , “
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-dua sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka selaki-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah “Wahai Tuhanku , kasihanilah mereka
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
di waktu kecil.”
Kedudukan dan hak seorang ibu diberikan bakti
oleh seorang anak adalah lebih tinggi tiga berbanding satu
dibandingkan hak seorang ayah.Padahal hak seorang ayah
terhadap anaknya sangat besar. Dari Abu Hurairah ia
berkata “ Ada seorang lelaki datang kepada Rsulullah,
kemudian berkata , wahai Rasulullah siapa manusia yang
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? Dia menjawab
“ Ibumu”, Ia berkata lagi , Kemudian siapa lagi?” Dia
menjawab , “Ibumu”,Iapun berkata lagi,”Kemudian siapa
lagi? Dia menjawab, “Ibumu”, Iapun berkata lagi
“Kemudian siapa lagi? “Dia menjawab, “Bapakmu”.24
Dari penjelasan hadis diatas kita dapat memahami
bahwa jika perintah orang tua terhadap anak secara
bersamaan maka yang lebih didahulukan adalah ibunya.
Namun dalam hal ini bukan berarti kita menyepelekan
24
. Hadis Riwayat bukhari: 5971 , Muslim :2548

10
perintah sang ayah.Setelah perintah ibu terlaksanakan
kemudian dilanjutkan dengan perintah ayah. Keutamaan
dari berbuat baik terhadap kedua orang tua adalah :

1. Merupakan amalan yang paling mulia.


Dari Abdullah Bin Mas’ud mudah-mudahan Allah
meridhainya dia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah
salallahi alaihi wasallam, Apakah amalan yang paling
dicintai oleh Allah? , Bersabda Rasulullah SAW : “Shalat
tepat pada waktunya”, Saya bertanya kemudian apa lagi?
Bersabda Rasulullah SAW “ Berbuat baik kepada kedua
orang tua. Saya bertanya lagi , lalu apa lagi? Rasulullah
SAW bersabda “ Berjihad di jalan Allah”.25
2. Merupakan salah satu sebab-sebab diampuninya dosa.
Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15-16 Allah
mengatakan: ” Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
(anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh
tahun, Dia berdoa ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar
aku dapat mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau
limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan
agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai dan
berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada
anak cucuku. Sungguh aku bertaubat kepada Engkau, dan
sungguh aku termasuk orang muslim”. “ Mereka itulah
orang-orang yang kami terima amal baiknya yang telah
mereka kerjakan , dan (orang -orang) yang kami maafkan
kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-
penghuni syurga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan
kepada mereka”. (QS.Al-Ahqaf 15-16 ).26

3. Sebab masuknya seseorang ke syurga.

25
. HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahihain.Hadis riwayat Bukhari, 10/336 dan Muslim
no. 85.
26
. Al-Quranul Karim Tafsir Perkata, diretbitkan oleh Al-Fatih .

11
Dari Muawiyah bin jahimah mudah-mudahan Allah
merihdai mereka berdua, dia berkata kepada Rasululla:
Wahai Rasulullah, sya ingin berangkat untuk berperang,
dan saya datang kesini untuk minta nasehat pada Anda.
Maka Rasulullah Saw Bersabda: “ kamu masih memiliki
ibu?”. Berkata dia, “ Ya” . Bersabda Rasulullah Saw :
“Tetaplah dengannya karena sesungguhnya syurga itu
dibawah telapak kakinya.”(Hadis Hasan diriwayatkan oleh
Nasa’I dalam Sunnahnya dan Ahmad dalam Musnatnya.
4. Merupakan keridhaan Allah.
Sebagaimana hadis-hadis yang lalu “ Keridhaan
Allah ada pada keridhaan kedua orang tua dan
kemurkaanNya ada pada kemurkaan kedua orang tua.”
Allah sangat membenci orang yang selalu membuat orang
tua marah, sakit hati dan lain-lain. Sebagai seorang anak
maka kita berkewajiban untuk selalu membuat mereka
senang dan bangga terhadap apa yang kita capai.
5. Bertambahnya Umur dan Rejeki.
Sebagaiman kita ketahui bahwa silaturrahmi dapat
memperluas rizki dan memanjangkan umur seseorang dan
silaturrahmi yang paling utama adalah silaturrahmi dengan
orang tua dan senantiasa berbuat baik kepada mereka. Jika
orang tua tinggal jauh dengan anak maka sang anak
hendaknya selalu berusaha menyambung komunikasi
dengan mereka dan mengunjungi orang tuanya pada suatu
waktu untuk memastikan kondisi kedua orang tuanya.27

Adapun hak-hak yang wajib dilaksanakan semasa orang tua


masih hidup adalah sebagai berikut:

1. Mentaati Mereka selama tidak mendurhakai Allah.


Mentaati kedua orang tua hikumnya wajib atas
setiap muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya.
Tidak diperbolehkan sedikitpun mendurhakai mereka

27
. https://dalamislam.com.Keutamaan berbakti kepada orang tua dalam
Islam.2016.Diakses tgl 6 februari 2019.

12
berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah atau mendurhakainya.

2. Berbicara dengan baik.


Merendahkan dan mendoakannya. Setiap anak harus
berkata baik kepada orang tua dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan, serta merendahkan diri kepadanya dan
mendoakan keduanya. Orang tua terutama ibu telah begitu
besar jasanya terhadap anak mulai dari mengandung dan
melahirkan hingga mendidik dan membesarkannya dengan
susah payah bahkan lebih bersusah payah lagi.
QS Lukman ayat 14 yang artinya “Karena itu setiap anak
wajib berlaku sebaik mungkin terhadap orang tuanya dan
tahu berterima kasih kepada mereka.28
3. Meminta Izin Dan Restu Orang Tua.
Anak yang berbakti adalah anak yang selalu
meminta restu orang tuanya dan meminta izin kepada orang
tuanya dalam hal apapun.Dalam hal ini berijtihad seorang
anak juga harus meminta izin kepada orang tuanya. Jika
orang tua mengijinkan maka boleh dilaksanakan. Tapi jika
tidak ,maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas
menerima keputusan orang tuanya yang tidak member izin.
Sebab kepatuhannya mendatangkan kepatuhan yang besar
dan bisa jadi hal itulah yang terbaik untuk anak.
4. Menjalin silaturrahmi Yang Dijalin Oleh Orang Tua.
Setiap anak hendaklah melakukan kebaikan-
kebaikan kepada orang tuanya. Karena dengan melakukan
silaturrahmi selain dari bentuk berbakti juga merupakan
perintah Rasul, kerena dengan melakukan silaturrahmi akan
memperluas rezeki atau dipanjangkan rezeki atau
dipanjangkan umur. Hal ini merupakan salah satu yang
amat ditekankan oleh Rasulullah saw. Sebagai amalan
kebaikan yang sangat baik. Seperti yang dijelaskan dalam
hadis Nabi yang artinya” Dari Anas Bin Malik ra. Ia
berkata” Mendengar Rasulullah saw bersabda.Barang siapa

28
. M. Fauzi Rahman , Islamic Relationship, (Jakarta. 2012), hal 87-88.

13
ingin dilapangkan rezekinya atau dipanjangkan umurnya,
hendaklah ia menyambung silaturrahmi” (HR.Muslim).29
5. Membantu Orang Tua.
Pemenuhan kebutuhan materil orang tua merupakan
kewajiban anak ketika mampu meskipun demikian
pemenuhan kewajiban tersebut bukanlah segalanya, sebab
ada aspek lain yang lebih dibutuhkan oleh kedua orang tua
yakni aspek psikologis atau kejiwaan. Hal ini merupakan
ekspresi ihsan anak terhadap orang tua. Dengan demikian,
keharusan berbuat ihsan kepada kedua orang tua
merupakan kewajiban setelah beribadah kepada Allah.
Kewajiban menyantuni keduanya menjadi sangat penting
ketika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah
berumur lanjut.30
6. Tidak memanggil dengan nama terangnya.
Seorang anak tidak dibenarkan memanggil orang
tua dengan nama terangnya,hal ini menunjukkan
kesejajaran anak dengan orang tuanya. Padahal anak lebih
rendah dari orang tuanya. Sebagaimana dalam hadis berikut
ini yang artinya” Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah saw dengan membawa orang tua. Beliau
bertanya kepadanya, ‘ hai lelaki, siapa orang yang
bersamamu itu?, ‘Ayahku. “Beliau bersabda, Janganlah
engkau berjalan di depannya, jangan mendahului duduk,
jangan panggil dia dengan namanya, dan jangan engkau
mencaci makinya”.31
7. Menafkahi orang tua / merelakan harta yang diambil .
Apabila orang tua mengambil harta anaknya, maka
sang anak harus merelakan harta yang diambilnya itu bila
memang jumlahnya wajar, hal ini karena orag tua sudah
begitu banyak berkorban dengan hartanya untuk mendidik
dan membesarkan sang anak. Sebab menafkahi dan

29
. Imam Al- Mundziri, Mukhtashar Shaheh Muslim (Jakarta : Ulumul Qura,2016), hal
837.
30
. Yuni Setia Ningsih, Birrul Awlad, VS Walidain Upaya pendidikan Emosional Anak
Dalam Keluarga, cet. 1 . ( Banda Aceh: Ar-raniry Press, 2007) hal 51.
31
. Abdullah Nashim Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,
2007), hal. 474

14
memenuhi kebutuhan mereka merupakan cara anak
berbakti kepada orang tuanya, maka sudah sepatutnya
seorang anak memenuhi kebutuhan orang tua.
8. Tidak mencela orang tua lain.
Seorang anak sangat dituntut untuk menjaga citra
atau nama baik orang tuanya. Karena itu Rasulullah saw
sangat melarang seorang anak mencela orang tua yang lain
karena penghinaan itu akan berakibat pada dihinanya orang
tuanya sendiri . Untuk itu setiap anak dianjurkan berbuat
baik pada kedua orang tuanya yaitu memuliakan keduanya
serta menjaga nama baik keduanya dengan tidak melakukan
maksiat yang dapat meredahkan nama baik keduanya.
9. Hubungan setelah orang tua meninggal dunia.
Meskipun orang tua sudah meninggal dunia, anak
tetap harus berlaku baik pada orang tuanya dengan
melakukan hal-hal yang disebutkan oleh Rasulullah saw.
Dalam hadis yang merupakan jawaban atas pertanyaan
Bani Salamah yang bertanya sebagai berikut: Dari Abu
Usaid Malik Bin Rabiah As-Sa’diy ra. Berkata: “ Takkala
kami duduk dihadapan Rasulullah saw, tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki dari Bani Salamah dan bertanya, Wahai
Rasulullah , apakah ada kebaikan yang dapat aku kerjakan
untuk bapak dan ibuku sesudah mereka meninggal duania?
Rasulullah saw menjawab, ya yaitu menshalatkan
jenazahnya, memintakan ampunan baginya, menunaikan
haji (wasiat), menghubungi keluarga yang tidak dapat
dihubungi, kecuali dengan keduanya (silaturrahmi), dan
memuliakan kenalan baik mereka.” (HR. Abu Daud).
3) Akhlak Terhadap Guru
Orang tua kita kedua adalah Guru, mereka yang
telah mendidik murid-muridnya di sekolah untuk menjadi
orang yang lebih baik yang dikehidupannya mendapatkan
keridhoan dari Allah SWT. Wajib bagi seorang anak untuk
mematuhi kedua orang tuanya dirumah, maka wajib pula
seorang anak mematuhi perintah kedua orang tua mereka
disekolah selama perintah tersebut tidak bertentangan

15
dengan syari’at Islam.32 Adapun bentuk akhlak murid
terhadap guru diantaranya adalah :
A) Memuliakan guru, tidak mencaci dan menghina mereka.
B) Bersikap sopan terhadap guru.
C) Mengucap salam terlebih dahulu ketika bertemu.
D) Hadir disekolah dengan niat yang ikhlas dan penuh
semangat.
E) Tenang dan selalu memperhatikan ketika guru
menjelaskan pelajaran.

4) Akhlak Terhadap Sesama Teman


Tata krama dengan teman sebaya memang sulit
untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena merupakan
teman sehari-hari dan teman sederajat yang setiap harinya
jumpa. Sehingga tata krama sopan santun sering mereka
lupakan ketika sudah bermain bersama. Adapun sikap yang
harus diperhatikan ketika bergaul dengan sesama teman
yaitu:
A) Menyapa ketika bertemu.
B) Tidak mengolok-ngolok kelewatan batas.
C) Tidak su’udzon terhadap teman.
D) Tidak memfitnah.
E) Tidak menyinggung perasaan teman.
F) Menolongnya jika ada kesulitan.
G) Menjaga nama baik teman.
H) Tidak membeda-bedakan asal usul teman, baik dari segi
suku, agama maupun status sosial.33

32
. Zinaga ZA, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), Hlm.18.
33
. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Persepektif Perubahan,
(Jakarta: Bumi Aksara,2008). Hlm.31.

16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari permasalahn yang ada, penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian lapangan (Field research) atau menggunakan penelitian
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang hailnya disajikan
dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka. Pendekatan ini dipilih
kerena penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur sejak awal mulai dari
pembuatan desain penelitian, baik itu tujuan penelitian, subjek penelitian, objek
penelitian, sampel data, sumber data, maupun metodologinya.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah
penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Dalam metode quasi experiment,
peneliti berusaha menentukan apakah suatu treatment mempengaruhi hasil sebuah
penelitian dan penelitian ini dilakukan dengan cermat dan langsung terjun ke
lapangan, untuk memperoleh sejumlah Sumber Data.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian untuk
memperoleh data yang penulis inginkan. Dalam penelitian ini, lokasi utama
penelitian adalah di SD Muhammadiyah 1 yang berada di desa Merduati,
Kecamatan Kutaradja, Kota Banda Aceh.
Dalam penelitian kuantitatif ialah dalam bentuk deskripsi dengan
menggunakan angka-angka , selebihnya adalah data tambahan, orang-orang yang
menjadi sumber data dalam penelitian kuantitatif disebut dengan populasi atau
simple penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
obesrvasi ke semua kelas yang telah melaksanakan program tahfizh tersebut, yaitu
kelas 5a, 5b, 6a, 6b yang ada di sekolah SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
dan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, wali kelas, guru tahfizh, orang
tua dan teman sekelas.

17
C. Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karekteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah
siswa/i kelas V dan kelas VI SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
Siswa/i kelas V terdiri dari 2 kelas dan siswa/i kelas VI terdiri dari dua
kelas yaitu:
Kelas V yaitu kelas Va terdiri dari 21 orang siswa/i dan kelas Vb
terdiri dari 19 orang siswa/i
Kelas VI yaitu kelas Via terdiri dari 21 orang siswa/i dan kelas VIb
terdiri dari 21 orang siswa/i
B. Sample
Dalam penelitian ini, peengambilan sample menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik sampling non randown
samplimg, dimana penelitian menentukan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian. Yang menjadi sasaran penulis adalah kelas V
dan kelas VI, karena kedua kelas itu memang dilaksanakan program
tahfidzul Qur’an yang sesuai dengan judul penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatakan informasi dan data yang berhubungan dengan objek
penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa teknik atau cara dalam
mengumpulkan data, yaitu :
1). Observasi (pengamatan)
Observasi adalah mengamati untuk memahami dan mencari jawaban serta
bukti terhadap suatu fenomena yang terjadi tanpa mempengaruhi fenomena

18
tersebut.34 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan
geografis, sarana dan prasana yang dimilki, dan kondisi sekitar. Metode ini
digunakan untuk mengamati program tahfizh yang dilaksanakan di SD
Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh, salah satu cara observasi yang penulis
lakukan adalah ikut terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari di SD
Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
2). Interview (wawancara)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan sebaagai
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.35 Dalam mendapatkan data di SD Muhammadiyah 1
Kota Banda Aceh, penulis akan mewawancarai guru-guru dan beberapa guru
tahfizh, orang tua dan siswa/i yang akan menjadi sampel di SD Muhammadiyah 1
Kota Banda Aceh.
3). Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menyelidiki
segala objek penelitian yang sudah ada maupun hasil dari wawancara dengan
responden, yang berupa buku, laporan kegiatan, foto-foto, peraturan-peraturan,
dan data yang relavan penelitian.36 Pengumpulan data dengan metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data sekunder sebagai data
pelengkap untuk membantu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dari
penelitian yang dilakukan.
4). Angket/Kuisioner
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang ditujukan kepada responden melalui pertanyaan-pertanyaan secara tertulis
mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan indikator masalah pendidikan,
angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk
pertanyaan dimana setiap responden hanya tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan.

34
. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 140.
35
. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kuaitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 194.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan... 90.

19
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian.
Dalam menganalisis data yang terkumpul pengguna menggunakan metode
statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantatif.
Tujuan dari analisis ini adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dab diinteprensikan. Penulis menggunakan analisis regrasi satu
prediktor (kuantitatif) yaitu untuk menganalisis seberapa besar ketergantungan
variabel terpengaruh yaitu akhlak siswa/i (Y) terhadap variabel pengaruh yaitu
menghafal Al-Qur’an (X). Untuk mengolah data yang bersifat statistik ini peneliti
mengunakan analisisi sebagai berikut:
1) Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisi.
2) Analisis Infrensial
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
infrensial, yaitu untuk menguji keberhasilan dengan hasil belajar sebelum dan
hasil belajar siswa/i sesudah tindakan dengan menggunakan uji statisktik yaitu ter
“t”. Namun penggunaan tes “t” tersebut harus memenuhi dua syarat yaitu ji
homogenitas dan normalitas.

G. Sistematika Penulisan

Agar dapat dipahami dengan jelas mengenai proposal skripsi ini, maka
materi-materi yang tertera dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa sub-
bab dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,


rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, kajian Pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua memaparkan tentang pengertian hubungans, hubungan tahfizh


terhadap akhlak, pokok pembahasan tentang akhlak.

Bab tiga membahas tentang metode penelitian, pendekatan penelitian,


lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

20
Bab empat berisikan tentang hasil penelitian, yang akan dijabarkan dalam
bentuk deskriptif, yaitu mengenai hubungan tahfizh Al-Qur’an di SD
Muhammadiya 1 Kota Banda Aceh terhadap akhlak siswa/i.

Bab lima atau penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dari hasil
penulisan terhadap penelitian yang telah dilakukan penulis dan juga saran atas
penelitian ini.

21
H. Rencana Outline Sementara

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING


HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
PEDOMAN TRANSLITERASI
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hubungan Tahfiz Alquran


B. Keutamaan Menghafal Alquran
C. Syarat Menghafal Alquran
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Alquran
E. Pengertian Akhlak Dan Pembagian Akhlak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Sumber Data
C. Lokasi Penelitian
D. Pendekatan Penelitian
E. Metode Pengumpulan Data
F. Metode Pengolahan Data

BAB IV HUBUNGAN TAHFIDZ AL-QUR’AN TERHADAP AKHLAK


SISWA/I DI SD MUHAMMADIYAH 1 KOTA BANDA ACEH.
A. Gambaran Umum Lokasi SD Muhammadiya 1 Kota Banda Aceh.

22
B. Proses Menghafal Alquran yang Diterapkan di SD Muhammadiyah 1
Kota Banda Aceh.
C. Efektivitas Menghafal Alquran Selama 3 Tahun yang Diterapkan di
SD Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
D. Hubungan Tahfidz Al-Qur’an Tethadap Akhlak Siswa/i di SD
Muhammadiyah 1 Kota Banda Aceh.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

H. Masalah Penelitian Cadangan


Judul : DAMPAK PROGRAM TAHFIZH ALQURAN DI TK IBNU KATSIR
BEURAWE
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Program Kegiatan Tahfizh Alquran di TK Ibnu Katsir Beurawe.
2. Bagaimana Dampak Program Tahfiz Terhadap Adab dan Akhlak Siswa/I Di
TK Ibnu Katsir Beurawe.

23
DAFTAR PUSTAKA

Muslich Anshari dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya :


Airlangga University Press, 2017

Nurul Zuriyah, metodologi penelitian sosial dan pendidikan: Teori Aplikasi,


Jakarta: Bumi Askara, 2006

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Amelia, 2002

Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2002

Luis Ma’luf, Kamus Al-munjid Beirut : AL maktabah AL katulikiyah,tt

Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2002

Rahmad Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia) Jakarta: Pustaka Panji
Mas,2005

Abdullah Aidid, Akhlak (Yogyakarta : Penyiaran Islam, 2006

Abu Luthfiyah, Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu. Bogor:
Pustaka Ibnu Kastir, 2000

HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahihain.Hadis riwayat Bukhari, 10/336 dan
Muslim no. 85

M. Fauzi Rahman , Islamic Relationship, (Jakarta. 2012),

24
Imam Al- Mundziri, Mukhtashar Shaheh Muslim (Jakarta : Ulumul Qura,2016),
hal 837.

Yuni Setia Ningsih, Birrul Awlad, VS Walidain Upaya pendidikan Emosional


Anak Dalam Keluarga, cet. 1 . Banda Aceh: Ar-raniry Press, 2007

Abdullah Nashim Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani,
2007

Zinaga ZA, Pengantar Studi Akhlak Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,


R&D), Bandung: Alfabeta, 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kuaitatif, dan


R&D Bandung: Alfabeta, 2016

25

Anda mungkin juga menyukai