Kelompok 3 - Makalah
Kelompok 3 - Makalah
Dosen:
Dr. Benno Rahardyan, S.T., M.T.
Dinda Annisa Nurdiani, S.T., M.T.
Disusun oleh:
Shefira Herlindya Putri 15319002
Ribka Risma S 15319005
Putri Rahmadini Mumpuni 15319008
Oktavia Wima A 15319011
Fitri Aulia Dini 15319026
Arsyi Aqsara 15319029
Anggid Primastiti 15319033
Veri Goklas Silalahi 15319036
Nisa Ulfakhira 15319052
Maulidya Azaria H. 15319055
Satria Hadi Utomo 15319058
Yumna Kamila 15319061
Muhammad Fahrul R 15319077
Yasmin Farhaini D. 15319080
Syarif Makki Zamani 15319083
Naja Safira Al-Faiqah 15319087
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat
menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Laporan ini diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Pengelolaan B3 (TL-3104). Dalam laporan mengulas tentang kasus-kasus illegal
traffic limbah B3 baik yang ada di Indonesia maupun dunia.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, yaitu dosen mata kuliah Pengelolaan B3 serta semua orang yang telah
membantu dalam observasi dan penyusunan laporan ini. Tim penyusun berharap laporan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kasus illegal traffic limbah B3 yang pernah
terjadi dan prosedur notifikasi lintas batas dan control menurut beberapa konvensi dan di Indonesia
sendiri.
Akhir kata, tim penyusun sadar bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun dalam bentuk apapun.
Tanggapan mengenai makalah ini akan sangat membantu untuk kesempurnaan pada laporan-
laporan selanjutnya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………...5
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………...……………………6
II.1.1 Kasus Penyelundupan Ilegal Limbah B3 di Sri Lanka oleh United Kingdom………... 8
II.2.2 Kasus Jombang Sebagai Tempat Penampungan Ilegal Limbah B3 Terbesar di Jawa
Timur………………………………………………………………………………………. 13
3
BAB III: KESIMPULAN………………………………………………………………………...28
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………29
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.2 Flow Chart Prosedur Notifikasi dan Kontrol dari Konvensi Basel………………...20
Gambar II.3 Flow Chart Prosedur Notifikasi dan Kontrol dari Konvensi Basel………………...21
Gambar II.4 Langkah yang Harus Dilakukan Eksportir dalam Prosedur Kontrol………………..22
Gambar II.5 Langkah yang Harus Dilakukan Disposer dalam Prosedur Kontrol…………………23
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Limbah yang dipindahkan harus mempunyai kelengkapan dokumen untuk memastikan
keamanannya bagi negara yang dituju.
Terjadinya pemalsuan serta tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu dari negara
pengekspor, dan kelengkapan dokumen perizinan dari negara pengimpor, menjadikan
proses perpindahan limbah B3 lintas batas negara tersebut illegal. Berdasarkan Konvensi
Basel 1989, illegal traffic merupakan perpindahan lintas batas limbah berbahaya melalui
persetujuan yang diperoleh dari pemalsuan, keliru atau penipuan, tidak sesuai dengan cara
bahan dengan dokumen, menghasilkan pembuangan dengan sengaja seperti pembuangan
limbah berbahaya bertentangan dengan konvensi dan prinsip-prinsip hukum internasional.
Oleh karena itu, dalam melakukan perpindahan limbah B3 lintas batas negara harus
diperhatikan apa saja ketentuan yang ada dan peraturan yang berlaku.
Di Indonesia, terjadi beberapa kasus illegal traffic. Banyak negara maju yang
membuang atau mengekspor limbah B3 ke Indonesia. Wilayah kepulauan yang luas
membuat Indonesia sulit untuk mengawasi keseluruhan wilayah sampai ke pulau kecil atau
pulau terluar (KLH 2004). Selain itu, standar pengawasan yang belum merata di pelabuhan
terutama pelabuhan-pelabuhan kecil menjadi faktor mengapa Indonesia rentan untuk
dijadikan sebagai negara tujuan pengiriman limbah B3.
7
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.1 Kasus Penyelundupan Ilegal Limbah B3 di Sri Lanka oleh United Kingdom
Kasus ini berawal dari Bea Cukai Sri Lanka yang mendeteksi adanya peti
kemas berukuran 133 x 40ft ditinggalkan dan tergeletak di dalam pelabuhan Kolombo
pada bulan Mei 2019. Pada tanggal 24 Mei 2019, pemeriksaan bea cukai secara acak
dilakukan pada peti kemas dengan petugas dari Otoritas Lingkungan Pusat (Otoritas
Kompeten Sri Lanka). Kontainer-kontainer tersebut berisi campuran sampah sampah
rumah tangga yang tergolong B3, seperti kasur bekas dan karpet bekas yang
terkontaminasi plastik dan sisa-sisa plastik.
Selanjutnya, peti kemas berukuran 130 x 40' dari total 263 x 40' pun
dipindahkan dari lokasi pelabuhan oleh sebuah perusahaan bernama Hayley's Free
Zone (HFZ). Penyelidikan bea cukai yang dilakukan sejauh ini mengungkapkan bahwa
peti kemas seberat 246.760 kg yang dinyatakan sebagai pegas logam dan dibersihkan
dari pelabuhan telah diekspor ke negara lain. HFZ telah mengekspor mata air logam,
spons, dan kempa dengan berat total 302.404 kg selama Desember 2017 hingga
Desember 2018. Namun, HFZ tidak memiliki fasilitas di tempat mereka untuk operasi
pemulihan limbah yang dikategorikan dalam Y46 (kategori limbah yang memerlukan
8
pertimbangan khusus berdasarkan Lampiran ii Konvensi Basel) dan tidak ada lisensi
yang diperoleh dari CEA. Sisanya dimasukkan ke dalam peti kemas berukuran 112 x
40' dan 228 x 20' dengan berat total 2.695.506 kg dan diamankan sesuai perintah
Pengadilan Tinggi CA (Writ) 303/19.
Ekspor peti kemas ini bertentangan dengan Pasal 6.1 dan 6.3 Konvensi Basel
karena pemberitahuan ekspor sebelumnya yang disyaratkan dan persetujuan tidak
diperoleh. Selain itu, kegiatan ekspor ini juga melanggar pasal 16 dan pasal 2 & 35
a/b/e/f PERATURAN (UE) No. 1013/2006 PARLEMEN EROPA DAN DEWAN 14
Juni 2006 tentang pengiriman limbah, yang melarang semua ekspor limbah yang tidak
terdaftar ke negara Non-OEeD yang memerlukan persetujuan dari focal point sebelum
diekspor. Adapun dampak kerugian ekonomi yang dihadapi adalah sebesar
Rp1.694.274.751,00. Selain itu, tak tersedianya fasilitas pembuangan limbah yang
aman dan memadai di dalam negeri menjadikan 6.089.753 MT limbah ini berpotensi
mencemari lingkungan, termasuk tanah, air, fauna dan flora. Limbah ini juga dapat
mempengaruhi masyarakat sekitar dan perekonomian jika limbah tersebut dibuang ke
lingkungan. Jika praktik ini dibiarkan terus, sikap masyarakat saat ini terhadap sampah
(misalnya saat ini, masyarakat tahu bahwa impor sampah tidak diperbolehkan dan
ilegal) yang dikembangkan oleh pemerintah akan berubah.
9
Sampah elektronik menjadi limbah yang sering diekspor karena dapat
dibongkar dan diproses di luar negeri tanpa perlu menerapkan standar lingkungan yang
tinggi. Di samping memiliki manfaat ekonomi bagi industri daur ulang domestik,
metode yang digunakan untuk membuang dan mengolah limbah peralatan listrik dan
elektronika (WEEE), seperti pembakaran, dapat mengakibatkan dampak kesehatan
yang buruk pada pekerja. Di fasilitas pembakaran dan daur ulang sampah elektronik
informal ini mengandung bahan kimia berbahaya termasuk arsenik, berilium,
kadmium, timbal dan merkuri dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan dapat
menyebabkan masalah pernapasan, pencernaan, dan sistem saraf.
Selain itu, alur sampah elektronik di Nigeria dapat masuk melalui distributor
lalu distributor akan memilih barang elektronik bekas yang dapat diperbaiki atau yang
tidak dapat diperbaiki sama sekali. Barang elektronik yang tidak dapat diperbaiki
biasanya dikelola dengan cara dibakar atau diambil komponen komponen yang masih
bisa dijual. Selain distributor, masih terdapat banyak pihak yang masuk ke dalam alur
pengelolaan dan daur ulang sampah elektronik ini.
10
ton limbah beracun yang telah terkubur di dalam kanal oleh perusahaan Hooker Kimia.
Pada tahun 1940-an, Hooker Elektrokimia Perusahaan (kemudian dikenal sebagai
Hooker Chemical Company) didirikan oleh Elon Hooker, mulai mencari tempat untuk
membuang jumlah besar limbah kimia. Hooker diberikan izin oleh Power Niagara dan
Pengembangan Perusahaan tahun 1942 untuk membuang limbah di kanal. Kanal
terkuras dan dilapisi dengan tanah liat tebal. Ke situs ini, Hooker mulai menempatkan
metal 55-galon atau barrel serat. Kota Niagara Falls dan tentara melanjutkan
pembuangan sampah. Selama dasawarsa 1940-an dan 1950-an, lebih dari 20.000 ton
limbah kimia dibuang dalam drum-drum ke dasar-dasar kanal setempat yang kosong.
11
kesehatan warga. Hasil survey yang dilakukan, banyak menemukan cacat lahir dan
berbagai penyakit aneh di kaki, kepala, tangan, dan bagian tubuh manusia lainnya.
Areal itu kemudian dikosongkan dan biaya pembersihannya mencapai lebih dari $250
juta.
Pada literatur lain kasus ini bermula dari adanya keluhan dari penduduk yang
tinggal di sekitar Love Canal, yaitu suatu tempat pembuangan limbah militer dan
industri yang terletak dekat Niagara Falls, New York. Hampir semua penduduk di
sekitar Love Canal secara misterius mengalami bermacam-macam penyakit. Penyakit-
penyakit tersebut adalah epilepsi, kanker, penyakit kandung kemih, hiperaktivitas,
kelahiran cacat dan lain-lain. Sebagai akibat dari adanya kasus Love Canal ini,
masyarakat Amerika menjadi sangat sadar akan bahaya yang timbul dari pembuangan
limbah B3 secara sembarangan. Kesadaran masyarakat Amerika ini menjadikan
pengolahan dan pembuangan limbah sangat sulit untuk dilakukan, antara lain karena
seluruh masyarakat menolak lingkungan atau daerah tempat tinggalnya dijadikan
tempat pengolahan atau pembuangan limbah. Akibatnya banyak para penghasil limbah
berusaha untuk mengekspor limbahnya ke negara lain atau membuangnya di kawasan
atau perairan yang secara hukum belum terlindungi oleh persyaratan lingkungan.
12
fasilitas pengolahan limbah B3. Oleh karena itu, pihak rumah sakit tidak tahu ke mana
pihak ketiga membuang limbah B3. Kegiatan pengumpulan itu sendiri harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemerintah. Kemudian alat
pengangkutannya punya rincian tersendiri yang diatur dalam peraturan menteri.
Adapun lokasi dan tata cara pembuangan limbah B3 memiliki beragam kriteria teknis
yang harus dipenuhi sehingga pembuangan tidak bisa begitu saja dilakukan ke
lingkungan hidup tanpa izin.
13
tersebut mencemari sungai dan membahayakan kesehatan masyarakat disekitarnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat terdapat peningkatan kasus ISPA
di Sumobito, Kesamben. Terdapat juga kasus gangguan liver pada ibu hamil, yang
diterangai berasal dari abu tersebut.
14
Hasil delineasi ini nantinya menentukan luasan dan jumlah tanah
terkontaminasi yang akan dipulihkan oleh KLHK. Setelah dilakukan pemulihan
selanjutnya secara langsung lokasi lahan terkontaminasi akan dibangun turap oleh
Kementerian PUPR dalam hal ini dibangun oleh Badan Besar Wilayah Sungai
Berantas (BBWS-Berantas).
Dalam konvensi Basel ditetapkan bahwa lalu lintas perpindahan limbah B3 secara
ilegal adalah suatu tindakan kriminal. Setiap Negara akan mengambil tindakan legal untuk
15
melaksanakan ketentuan konvensi ini termasuk tindakan pencegahan dan menghukum
pelanggar konvensi ini. Adapun perpindahan limbah B3 secara ilegal apabila dilakukan
sebagai berikut:
Apabila terjadi perpindahan limbah B3 secara illegal, maka Negara pengekspor harus:
Dalam hal ekspor dan impor limbah B3 tidak dibenarkan mengekspor limbah B3
kepada Negara yang tidak menjadi peserta dan peratifikasi konvensi Basel demikian juga
untuk import tidak dibenarkan melakukan import ke Negara yang tidak terkait dengan
Konvensi Basel walaupun ada ketentuan yang demikian, Negara peserta bisa saja
melakukan perjanjian bilateral, multilateral atau regional dalam hal pengangkutan,
perpindahan lintas batas limbah B3 dengan Negara yang tidak terkait dengan konvensi ini
asalkan tidak menyalahi pengelolaan limbah B3 yang ramah lingkungan sebagaimana
yang diharapkan oleh konvensi ini dan ketentuan tersebut dengan memperhatikan Negara
– Negara yang sedang berkembang.
Konvensi Basel adalah pengaturan terhadap perpindahan lintas batas limbah B3,
yang selanjutnya pengaturan tersebut dipahami melalui mekanisme prior informed consent
(PIC). Mekanisme tersebut pada dasarnya adalah kewajiban negara ekspor untuk
memberitahukan perpindahan limbah B3 ke negara impor atau transit secara transparan.
Transparan disini bertujuan agar proses pemindahan limbah selalu disertai dengan
kelengkapan dokumen dan memastikan keamanan bagi negara tujuan.
16
Prosedur PIC dibagi menjadi tiga tahap untuk memastikan perpindahan limbah B3
dilaksanakan dengan baik. Pada tahap pertama, penghasil limbah atau eksportir
mengajukan permintaan terhadap negara ekspor untuk melakukan kontak dengan negara
impor agar dilakukan perpindahan limbah B3 (notifikasi) kepada importir limbah (Hilman
2015). Pada tahap kedua, negara impor menanggapi permintaan dari negara ekspor terkait
perpindahan limbah (Hilman 2015). Pada tahap terakhir, perpindahan limbah dilaksanakan
dan setelahnya importir memberikan laporan dari perpindahan limbah yang telah dilakukan
kepada negara ekspor (Hilman 2015). Negara-negara yang terikat memiliki kewajiban
sebagaimana tertulis dalam Pasal 4 Konvensi Basel.
1. Prosedur Notifikasi
Tujuan dari prosedur notifikasi ini adalah sebagai pemberitahuan kepada negara impor
terkait informasi rinci mengenai pihak pihak yang terlibat, limbah B3 yang akan
diekspor, jenis recovery operation limbah tersebut, serta detail detail lainnya. Segala
informasi ini menjadi panduan negara impor dalam membuat keputusan apakah akan
menolak atau menyetujui proses pemindahan limbah B3 tersebut. Berikut tahapan
prosedur notifikasi:
17
Gambar II.1 Tahapan Prosedur Notifikasi (OECD, 2009)
18
• Dokumen pemberitahuan harus berisi semua informasi yang terkait.
• Pemberitahuan harus dibuat dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pejabat yang
berwenang di negara pengimpor (khusunya) dan negara negara lain yang
bersangkutan.
• Dokumen pemberitahuan harus dikeluarkan oleh otoritas nasional yang berwenang
dari negara pengekspor. Biasanya untuk memudahkan identifikasi, pada dokumen
terdapat kode unik nomor yang sesuai dengan penomoran nasional.
• Di beberapa negara, dokumen pemberitahuan juga diberikan dalam bentuk
elektronik dengan adanya tambahan persyaratan lain tertentu.
Jangka waktu maksimum pemberitahuan adalah satu tahun untuk prosedur kasus 1
(perpindahan ke fasilitas pemulihan biasa) dan 3 tahun untuk prosedur kasus 2
(perpindahan ke fasilitas pemulihan yang telah disetujui sebelumnya). Setelah menerima
dokumen pemberitahuan yang lengkap, pihak negara impor harus mengirimkan salinan
tersebut kepada negara lain yang terlibat dalam waktu 3 hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan. Jika dokumen pemberitahuan dianggap tidak dapat diterima, pihak negara
pengimpor wajib memberitahukan kepada eksportir dalam waktu 3 hari kerja sejak
diterima dokumen bahwa persetujuan akan ditunda sampai eksportir memberikan
informasi yang jelas dan lengkap di dokumen tersebut.
19
memutuskan untuk setuju (otorisasi), maka perpindahan lintas daerah dapat diproses. Lalu
eksportir melengkapi dokumen pergerakan saat mengambil alih konsinyasi (consignment).
Kemudian operator akan melengkapi dokumen lintas batas saat mengambil kepemilikan
konsinyasi. Setelah menerima limbah, kemudian disposer akan melengkapi dokumen lintas
batas dan mengirimkan salinan yang ditandatangani ke eksportir. Setelah menyelesaikan
pembuangan, disposer kemudian melengkapi dokumen perpindahan (lintas batas), lalu
mempertahankan yang asli untuk pengarsipan dan mengirimkan salinan yang
ditandatangani ke eksportir. Untuk jaminan keunangan dapat dirilis oleh otoritas yang
kompeten.
Agar penjelasan dapat lebih mudah dipahami, dapat dilihat pada figure dibawah ini:
Gambar II.2 Flow Chart Prosedur Notifikasi dan Kontrol dari Konvensi Basel (NEA
Singapore, 2020)
20
Gambar II.3 Flow Chart Prosedur Notifikasi dan Kontrol dari Konvensi Basel (NEA
Singapore, 2020)
Daftar yang harus dilakukan oleh eksportir sesuai dengan Konvensi Basel:
1. Langkah 1 Periksa apakah material yang dimaksudkan untuk pergerakan lintas batas
sesuai pada prosedur kontrol di bawah Konvensi Basel;
2. Langkah 2 Periksa apakah gerakan yang dimaksud dapat dilakukan sesuai dengan
Konvensi Basel dan undang-undang nasional negara-negara terkait;
3. Langkah 3 Hubungi otoritas yang berwenang dari negara pengekspor;
4. Langkah 4 Buat kontrak dengan importir;
5. Langkah 5 Mengatur jaminan keuangan dan asuransi;
6. Langkah 6 Dapatkan semua informasi yang diperlukan misal pembuangan/proses
daur ulang dll;
21
7. Langkah 7 Selesaikan notifikasi;
8. Langkah 8 Kirim salinan pemberitahuan kepada otoritas yang berwenang dari Negara
pengekspor;
9. Langkah 9 Berikan data dan informasi tambahan jika diperlukan;
10. Langkah 10 Tunggu otorisasi atau izin dari otoritas yang berwenang;
11. Langkah 11 Setelah otorisasi atau izin untuk mengekspor, lengkapi dokumen
pergerakan untuk menyertai setiap pergerakan limbah;
12. Langkah 12 Penandatanganan dokumen perpindahan oleh pengangkut;
13. Langkah 13 Sertifikasi penerimaan limbah;
14. Langkah 14 Sertifikasi pembuangan;
15. Langkah 15 Pelepasan jaminan keuangan oleh negara bagian ekspor.
Berikut adalah prosedur langkah yang harus dilakukan dalam bentuk diagram flowchart.
Gambar II.4 Langkah yang Harus Dilakukan Eksportir dalam Prosedur Kontrol (NEA
Singapore, 2020)
22
II.4.3 Tahap Disposer
Gambar II.5 Langkah yang Harus Dilakukan Disposer dalam Prosedur Kontrol (NEA
Singapore, 2020)
23
3. Langkah 3: Pemberitahuan oleh negara bagian ekspor ke negara bagian impor dan
negara bagian transit, jika ada
4. Langkah 4: Sertifikasi penerimaan limbah
5. Langkah 5: Sertifikasi pembuangan
24
b) memberikan persetujuan kepada instansi yang berwenang di bidang
perdagangan sebagai dasar untuk penerbitan atau penolakan izin impor.
Tata cara notifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat (1) dan
Pasal 9 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab (Pasal 10).
Berdasarkan ketentuan internasional, instansi yang berwenang dalam memberikan notifikasi B3
adalah instansi yang bertanggung jawab. Sedangkan kewenangan menerbitkan izin impor
merupakan kewenangan instansi yang berwenang di bidang perdagangan. Oleh karena itu,
notifikasi tersebut perlu diteruskan ke instansi tersebut untuk penerbitan atau penolakan izin impor.
Penerbitan izin tersebut diberikan setelah perubahan terhadap lampiran Peraturan Pemerintah ini
selesai dilakukan.
25
c. Lini ketiga adalah pengawasan atas ketaatan pengelolaan limbah non-B3 oleh
pengimpor secara ramah lingkungan, dengan kewajiban penyampaian laporan
pelaksanaan impor limbah non B3. Laporan ini wajib disampaikan setiap 3 (tiga) bulan,
paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan pertama triwulan berikutnya kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri Kemendag. Kewajiban hukum yang wajib dimuat dan akan
diawasi melalui laporan ini tidak dirinci dalam Permendag. Namun, jika dibaca secara
sistematis, seharusnya mencakup pelaksanaan persetujuan impor, termasuk
pelaksanaan larangan lainnya. Di luar persetujuan impor, importir limbah non B3
dilarang untuk memindahtangankan dan/atau memperdagangkan limbah non B3 yang
diimpor kepada pihak lain. Kegagalan memenuhi kewajiban pelaporan ini diancam
dengan sanksi administratif pembekuan PI limbah non-B3, yang dapat ditindaklanjuti
dengan pencabutan PI. Namun, untuk pelanggaran kewajiban pemindahtanganan dan
pengolahan sendiri, kewajiban pengekspor kembali, atau pemalsuan isi PI limbah non-
B3 maupun surat pernyataan dari eksportir, pencabutan PI limbah non-B3 dapat
langsung dilakukan.
5. Ketentuan Perdagangan, Impor dan Ekspor Bahan Baku Plastik dan Limbah Plastik
UU Perdagangan mengasumsikan bahwa semua barang dapat diekspor atau diimpor,
kecuali yang dilarang, dibatasi, atau ditentukan lain oleh Undang-Undang.52 Secara tegas,
26
UU ini memberikan kewenangan bagi Pemerintah untuk melarang impor atau ekspor untuk
kepentingan nasional. Namun,ada ketentuan impor bahan baku plastik. Batasannya yakni:
a) gas petroleum dan gas hidrokarbon lainnya berupa etilena yang dicairkan, dengan
tingkat kemurnian kurang dari 95%;
b) hidrokarbon asiklik tidak jenuh berupa etilena, dengan kemurnian tidak kurang
dari 95%;
c) kopolimer propilena berbentuk butiran;
d) kopolimer propilena selain dalam bentuk cair atau pasta.
27
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kasus illegal traffic limbah B3 terjadi di beberapa negara di dunia, diantaranya
adalah pengiriman sampah elektronik oleh Inggris ke Nigeria, penyelundupan illegal limbah B3
oleh United Kingdom ke Sri Lanka, dan pembungan bahan kimia di Niagara Falls. Di Indonesia,
juga terdapat beberapa kasus illegal traffic, yaitu pembuangan limbah beracun rumah sakit dari
Jakarta hingga Surabaya di tepi jalan Cirebon dan pembuangan limbah B3 secara sembarangan di
lahan terbuka di daerah Jombang.
Dalam melakukan kegiatan perdagangan limbah B3 lintas batas negara, harus sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku dimana salah satu syaratnya adalah mempunyai
kelengkapan dokumen untuk memastikan keamanannya bagi negara yang dituju. Pengaturan
mengenai perdagangan limbah B3 lintas batas negara diatur dalam Konvensi Basel. Pada konvensi
tersebut, disebutkan juga mengenai tahapan-tahapan prosedur kontrol dan notifikasinya.
Sedangkan di Indonesia sendiri juga terdapat prosedur notifikasi limbah B3 yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan. Dengan adanya prosedur-prosedur tersebut, diharapkan kegiatan
illegal traffic limbah B3 tidak terjadi lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anggita, Nehru. 2018. Analisis Sikap Good Faith Non-Compliance Indonesia dalam Upaya
Implementasi Konvensi Basel. Journal of International Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, hal.
332-340.
Basel International. 2020. Cases of Illegal Traffic: Confirmed Cases of Illegal Traffic Reported by
Parties – Sri Lanka. United Nations Environment Program.
http://www.basel.int/Implementation/LegalMatters/IllegalTraffic/CasesofIllegalTraffic/tabid/342
4/Default.aspx.
http://www.basel.int/Implementation/LegalMatters/IllegalTraffic/CasesofIllegalTraffic/tabid/342
4/ctl/Download/mid/10889/Default.aspx?id=7&ObjID=24045
Yulius, H. 2017. Pelanggaran Inggris terhadap Konvensi Basel: Digital Dumping Ground di
Nigeria (Doctoral dissertation, Faculty of Social and Political Sciences).
Wirawan, J. 2017. Limbah Beracun Rumah Sakit dari Jakarta hingga Surabaya Dibuang di Tepi
Jalan Cirebon. Diambil kembali dari www.bbc.com: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-
42406704
29
Riski, Petrus.2018. Jombang, Tempat Penampungan Ilegal Limbah B3 Terbesar di Jatim.
https://www.voaindonesia.com/a/jombang-tempat-penampungan-ilegal-limbah-b3-terbesar-di-
jatim/4425215.html
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur. 2020. DLH Jatim Angkut Timbunan
Limbah B3 di Jombang. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/dlh-jatim-angkut-timbunan-
limbah-b3-di-jombang
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. 2019. PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN DI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR.
http://pslb3.menlhk.go.id/read/pemulihan-lahan-terkontaminasi-limbah-bahan-berbahaya-dan-
beracun-di-kabupaten-jombang-jawa-timur
Organisation for economic co-operation and development (OECD). 2009. Guidance Manual for
the control of transboundary movements of recoverable wastes.
The National Environmental Agency (NEA). 2020. Basel Convention Control Procedure.
https://www.nea.gov.sg/corporate-functions/resources/legislation-international-law/multilateral-
environmental-agreements/chemical-safety/basel-convention/basel-convention-control-procedure
30