Mountaineering
Mountaineering
Pengetahuan
Pecinta
Alam
[PAPAS]
2010
Dokumen untuk pengetahuan dasar pecinta alam pasundan BY erone
Materi Pengetahun Pecinta Alam
MOUNTAINEERING
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu
kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan
diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah
dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa
menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi
bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam
pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam)
yang berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik,
untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang
Mountaineering. Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap
kegiatan, yaitu :
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling
banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan
berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang
dijelajahi (nature interested)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap
merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode
pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya
dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara
pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing
gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :
Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik- teknik
Rock Climbing dan lain-lain.
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai
menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter.
Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi
adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara
yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama
kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot.
Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot
badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan
semua yang berkaitan dengan pendakian.
Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki
gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki
itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup
di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki
mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda,
perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
pendakian.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan
dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik,
baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya
(gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai,
hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain. Kecelakaan yang terjadi di
gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan factor intern. Rasa keingintahuan dan
rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin
dihormati oleh semua orang serta keterbatasan- keterbatasan pada diri kita sendiri.
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam dalam
suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut,
atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan
koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Kelompok pelopor
Kelompok inti
Kelompok penyapu
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi
kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan
(vivat et floreat).
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala
konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun jelas akan
berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian
adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan
semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin berkurang. Fenomena alam seperti ini
beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita ketahui
dalam mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di
pegunungan akibat kurang pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana
penyelamat.
Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia memiliki
suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh terhadap perubahan
suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat membahayakan. Jika tubuh berada
dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan terangsang untuk meningkatkan metabolisme
untuk mempertahankan suhu tubuh internal (mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi
peningkatan metabolisme kita perlu banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang
menjadi sumber energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk menjamin
kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh biasanya sangat erat
hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi haemoglobin dalam darah.
Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi Haemoglobin, maka kapasitas oksigen
respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian,
kita perlu mengadakan latihan aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan
ini juga merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang ditinjau
dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan neuromusculare. Seorang pendaki
gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang enak, yang disebabkan
oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit gunung (mountain sickness). Kapasitas
kerja fisik akan menurun secara menyolok pada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas
kerja aerobic akan menurun (dengan membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh
akan lambat. Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
4. Program Aerobik
Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang maksimum
pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran transportasi
oksigen dalam tubuh selai respirasi.Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat
menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah
yang memasuki jaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah
haemoglobin darah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal
tersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel- sel yang
membutuhkan lebih terjamin.Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan
selama dua bulan sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan
(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri (mental), keteguhan
hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan denyut nadi mencapai 80% dari
denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah lari selama 20 menit. Seorang yang dapat
dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit
per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan
untuk menjaga daya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan
beban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
1. Orientasi Medan
- Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta.Dengan
menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi
tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
- Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai
1. .Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka perpotongan
garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah
kedudukan kita.
2. Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi
dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah
kedudukan kita.
3. Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung, kemudian titik
yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis dari titik identifikasi itu,
lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita daki.
B. Menggunakan kompas
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai dalam
satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.
Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilaui atau
dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam praktek sangat sukar
dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang sangat lebat atau kabut yang
sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi. Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya
dimulai dari awal perjalanan, yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat
pertama yang menjadi awal perjalanan. Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam
situasi seperi di atas. Ada baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan
dihafal, mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali
ketempat semula. Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadap
lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat- alat seperti
kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan kepekaan itu bisa
diperoleh.
A. Keadaan udara
- Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak
berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit
sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
- Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila tidak angin
gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka diramalkan
adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
- Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat
saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih
maka datanglah cuaca buruk.
B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali ke tempat
semula atau pulang.
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau mudah, maka
dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau
lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperamen
dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam
variabel lainnya.
Perencanan perjalanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data- data kita
dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita
butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita
tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang
mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.Selanjutnya buatlah ROP (Rencana
Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah
mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan,
makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut,
serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan
sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan.
Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan
waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya. Intinya dalam perencanaan pendakian,
hendaknya memperhatikan :
Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan /
punggung.
Buat Checklist barang barang tersebut
Pedoman Perjalanan Alam Terbuka Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus
ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W &
1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How. Berikut ini aplikasi dari
rumusan tersebut:
•Where (Dimana),
untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan,
misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.
•Who (Siapa),
apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh:
satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa
DIKLAT (peserta)
•Why (Mengapa),
ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh :
Untuk melakukan DIKLATSAR.
•When (Kapan)
waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25
Februari 2005 Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut:
pada tanggal 23-25 Februari 2007 akan diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5
panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat yang digunakan untuk DIKLAT tersebut
yaitu di Lompobattang-Bawakaraeng. Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan
yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun
Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan
yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dll)
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan
yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (sekitar
15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.Dari
kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis medan
yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya
sebagai berikut :
• Perlengkapan mandi
• Perlengkapan pribadi
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya :
semir, kelambu, gaiter, dll). Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu
perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu.
Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan
tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita
perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat
dengan tujuan perjalanan kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan
point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang
tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman
karena ringkas dan tidak menyulitkan
1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus
jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua
kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban
terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi
cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan
barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya
adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga
keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan
seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan
lainnya. Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk
mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung
plastik.
Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan
kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan
kedalamnya, misal : beras dan telur.
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat
diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier
akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan,
usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier. Mengenai berat maksimal yang dapat
diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya
adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap
individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat
menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang
berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar
perlu.
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari
alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat
beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk
membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan
tempat di carrier. Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi
kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan
pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika
sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering
nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah
kotor.Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna
sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain
sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier
anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk
mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian
anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab.
Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan
pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik
dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak /
base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu
kering.
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan,
beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki
melangkah. Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan
memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan
mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu
kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko
kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius,
tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat
ditekan sampai titik paling aman. Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca,
situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena
itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai. Salah satu “perisai diri” ketika melakukan
aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa
perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan
panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala
dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya
pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan. Pada cuaca dingin
malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat
memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya
mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher
ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival.
Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk
perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan
syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat
menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini,
maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat
menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas
dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel
atau paling tidak kaos dari bahan katun. Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti
halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya
hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini
karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan
kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat
menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat
dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan
ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas
dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis. Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa
jugauntuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk
melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan. Jaket yang baik adalah
model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya
dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki
dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan
menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan
air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket
yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak
gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air
hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari
bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian.
Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur].
Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan
tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan
cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak
mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki
apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup
kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan
dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh
longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet.
Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya
disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak
terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa.
Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar
karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang
ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah.
Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan
terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun
juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak.
Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang
sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu
makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat
api seperti lilin, spirtus, parafin, dll. Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai
bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless]. Perlengkapan mandi
juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh
penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah
disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau
pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga
setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits. Perencanaan Perbekalan Dalam
perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu
mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan,
dsb) Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam
merencanakan perjalanan:
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas,
kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan,
dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Susun daftar makanan yang
memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang,
ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan). Perhitungan untuk
vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet
vitamin dan mineral secukupnya.
Catatan :
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein
1. Metabolisme basal
1100 kalori
2. Aktifitas tubuh :
Jalan Kaki 2 mil/jam 45 kal/jam
3. mil/jam 90 kal/jam
4. mil/jam 160 kal/jam
Memotong kayu/tebas 260 kal/jam Makan 20 kal/jam Duduk (diam) 20 kal/jam Bongkar pasang
ransel, buat camp 50 kal/jam Menggigil 220 kal/jam
Kentang 90 kal
“Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak diatas puncak bukit, maka jadilah saja
rumput, tetapi rumput yang tumbuh memperkuat tanggul. Bila engkau tidak bisa menjadi jalan
besar, maka jadilah saja jalan setapak, tetapi jalan setapak yang menuju ke mata air. Tidak
semuanya dapat menjadi nahkoda, tentu harus ada kelasi. Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi
dirimu sendiri.” Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki
tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut dapat jauh diminimalisir
dengan berbagai persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai
naik gunung antara lain:
1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki
harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali
mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan
berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara
rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco,pisahkan
pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan,sepatu karet
atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus
membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang
harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi
penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah
tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk
kembali pulang. Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan
adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai
hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan
tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya
secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena
tidak ada pula tantangan. Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para
pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para
pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi.
Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari
sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk
self- esteem [kebanggaan /kepercayaan diri]. Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya
menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan
negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan
pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal
mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-
esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki
gunung.Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki
merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya,
sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan
self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam
pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan. Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika,
pengetahuan dan ketrampilan.
- Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit,
tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
- Kesiapan fisik.
- Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan
[sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar
tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak
sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari
waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai
kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
- Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan
yang akan dituju.
- Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi
pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency
medical care] praktis. Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian Pada garis besar
gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya
dibagi menjadi :
1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
2. Gunung berapi strato
3. Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja. Macam dan tingkat pendakian
gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu.
Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club
"Mountaineers", Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.
1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
- class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
• class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
• class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali
mungkin dibutuhkan oleh pemula
• class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
• class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
- class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijakdiatas paku
tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirrups Pendakian claass 4 masuk dalam
katagori scrembling [Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan
serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class
5 - 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan
.2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)
• A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga
keselamatan pendaki
• A2 ;aman, jikapun terjadi masalah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat
yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]
• A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga
resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak
terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan
copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
• A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban
jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal
System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk
menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan
seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing
atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur
pendek] Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana
misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya
menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih
rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya. YDS sendiri diawali
dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada
grade melebihi 5.14. Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa
diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan
pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan
pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan
pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa. Bahkan saking sulitnya menentukan
dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring dengan banyaknya jalur
pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun
ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet. Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c Memang
sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade
5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek. Secara umum grading dengan YDS dapat
dijelaskan sebagai berikut :
•5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang
ada untuk menambah ketinggian
•5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan
[balance] yang baik
•5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu
keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
•5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian.
Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
•5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah
ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
•5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur
pendakian/pemanjatan Makanan (logistik)
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian
seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam
(saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak
serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat,
dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu
selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan.
Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood
yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan,
buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat
berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang
terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat- obatan seperti
pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis.
Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih. Hal
terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas
plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci
dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-
sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain
megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki
yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu
dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang
sering kita kenal dengan istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya. Menurut bentuk dan
jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :
a. Rock Climbing
pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang
umumnya ada di daerah tropis.
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan
tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis.
Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival
merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang
memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.Statistik membuktikan
hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam
bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen
itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat
berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal.
Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan
karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan
mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan.
menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari
survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol
sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak
hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap
hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam
situasi
survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis
untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan
dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup
dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk
berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif. Berikut adalah contoh susunan prioritas
dalam keadaan survival :
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan
hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival
tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam.sejak
keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperature yang
sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya
contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada
rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari
CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga
mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian
istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4. Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan
didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air
dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu
tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang
exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari,
sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila
pemakaian air dapat dihemat.
5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-
hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40
sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam
survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan
makanan. Sikap dalam Survival Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat
diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan
pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar
belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi
masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang
disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian
sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya.
Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental
positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan yang
sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak
kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan
mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya
sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk
dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan
temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan
penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada
akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak
cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan
dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman
tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya,
penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah
menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat Usahakan untuk tetap tenang dan tabah Rasa takut
dan putus asa harus hilangkan Vitalitas mesti ditingkatkan Ingin tetap hidup dan selamat itu
tujuannya Variasi alam bisa dimanfaatkan Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya Lancar dan
selamat Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar
dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu
istilah "STOP" yang artinya :
Thingking / berpikirlah
Kebutuhan survival
1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan
rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
2. Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan,
Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang,
Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap,
dll
4. Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll
1. Mengkoordinasi anggota
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Melihat kemampuan anggota
4. Mengadakan orientasi medan
5. Mengadakan penjatahan makanan
6. Membuat rencana dan pembagian tugas
7. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8. Membuat jejak dan perhatian
9. Mendapatkan pertolongan
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan
Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru sembuh
dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu
gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas,Minum
alkohol, Dehidrasi.
- Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah :Demam, Disentri, Typus, Malaria
Kemerosotan mental Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam Pencegahan :
Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
- Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
- kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
- Penyebab : Makanan dan minuman beracun
- Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh
- pekat atau di tohok anak tekaknya Keletihan amat sangat Pencegahan : Makan makanan
berkalori dan Membatasi kegiatan Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan,
Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]
Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan untuk
untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.
1. Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas
beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat
meruntuhkan dinding gua.
2. Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam
dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon
tumbang atau ranting kayu]
Syarat bivouck :
• Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam keadaan
memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal] dan minyak
tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit
garam pada bekas gigitan nyamuk Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang
digantungkan Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan
genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan Gigitan Lintah ;
Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk
mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah
upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya. Semut Gatal ; Gosokkan obat
gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih
pada jalan semut Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar,
Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka,
Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk
pencegahan Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan
binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC] Membaca
Jejak Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah
jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan
lingkungan.
Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah gerak
binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca jejak alami
[binatang] dapat diketahui dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau
ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi
orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan
langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung dengan
ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless] Air dari
tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi mungkin lalu
potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke
dalam mulut. Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga
(kantung semar) dan lumut. Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air
sungai besar, air sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5
meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering, caranya
dengan menggali lubang di bawah batuan Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang
pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya
[bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3
kali pengambilan. Makanan / Sosiologi Botani :
Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus
memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :
Peringatan :
Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air
yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan yang
mengandung protein butuh air yang banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun
atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak
menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir
dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah] Bagian-bagian
tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :
• Singkong Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya : Ubi
jalar, talas, singkong Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur beracun yang ciri-cirinya
adalah :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam
dapat dimakan juga, misalnya Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing,
burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau,
Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya. Ada beberapa ciri binatang
yang tidak dapat dimakan, yaitu :• Binatang yang mengandung bisa : lipan dan
kalajengking
• Binatang yang mengandung racun : penyu laut
• Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api
terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang
dihasilkan merata. Cara membuat api dalam keadaan darurat :
•Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang
mudah terbakar.
•Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan
menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan
penyala, sehingga terbakar
•Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut,
gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar
mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau
daun aren
Survival kits
Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai
alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.
Beberapa contoh survival kits adalah :
ROCK CLIMBING
Pendahuluan
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini di Indonesia.
Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan yang begitu diminati
oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang selalu muda.Pada dasarnya, rock
climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau
benjolan) yang dapat dijadikan pijakan atau pegangan untuk menambah ketinggian dan
merupakan salah satu cara untuk mencapai puncak. Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan
perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan. Rock Climbing
bukan hanya menjadi komoditi industri olah raga dan petualngan saja. Tetapi aplikasinya juga
telah menjadi komoditas industri-industrilainnya seperti wisata petualangan,outbound
training,entertaiment,iklan dan film,serta industri- industri lainnya yang membutuhkan jasa
ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock climbing yang sangat mendasar sebagai acuan yang
kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung dimana
ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi,yang
tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan tebing terjal).Maka dari itu lahirlah
teknik rock climbing untuk melewati medan yang tidak lazim tersebut dengan teknik
pengamanan diri (safety procedur).Seiring dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi
salah satu kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.Terdapat informasi tentang sekelompok
orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont
Aiguille (2097 mdpl) di kawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan
mereka, tetapi yang jelas, beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-
tebing batu di pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis kambing
gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata pencaharian. Pada
tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen diletakan oleh Alfred Wills
dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah cikal bakal pendakian gunung
sebagai olah raga. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya barulah terdengar manusia-manusia
yang melakukan pemanjatan tebing- tebing di seluruh belahan bumi. Lalu pada tahun 1972 untuk
pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam
olimpiade Munich. Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia.
Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok
pertama panjat tebing modern di Indonesia.
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang
memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya
mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada
pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang
salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan
untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke
tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini
memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit
(tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini
dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup
untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani
bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan
pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah- olah
berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal
teknik-teknik berikut.
• Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari
tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah
menyerupai pasak.
• Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk
diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi
tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan
menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua
kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
• Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya
dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah
tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
• Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki.
Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring
sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan.
Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik
ke atas silih berganti.Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri
sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh
dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan
berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil
memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan
pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala
resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar
mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-
kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan,
sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki
pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll.
Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang
kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai. Sistem
Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran
(puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian- pendakian ke
Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-
tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari
seluruh team, berarti pendakian itu sudah berhasil untuk seluruh team.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa
semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian
ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila
kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepeuhnya
bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada
teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena
gesekan akan terasa panas.
2. Brakebar Rappe
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar
adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek
diberikan pada descender atau brakebar.
3. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan
karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang
digunakan adalah jenis Italian hitch.
4. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan.
Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam. Dalam rapelling, usahakan posisi
badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan
mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh
dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
Peralatan Pemanjatan
1. Tali Pendakian Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila
jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA,
suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam
pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang
ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm. Ada dua macam tali pendakian
yaitu :
•Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum
yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan
untuk rappelling.
•Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok
(merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
• Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi
sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan,
sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau
rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila
dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua
jenis harnes :
•Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
•Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha. Harnes ada
yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
- •Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
- •Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok
digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan
dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
- Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor,
sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
- •Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan
batuan, dan sebagainya.
- •Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh
si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain. Mengetahui perbedaan antara; nuts
dan cams, friends dan carabiner, dan lainnya Belay Device (Peralatan untuk Belay) Belay
Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatan agar pemanjat tidak terjatuh.
Banyak jenis yang biasa dipakai, yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan
Grigri. Cam atau Friends
- Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau friends adalah
peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal, diciptakan oleh Ray Jardine seorang
aerospace engineer yang senang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan
mengecil sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya akan
mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa ukuran disesuaikan
dengan lebar celah tebing.
9. Carabiner
Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri dalam pemanjatan.
Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai sebagai anchor pada
top roping dan juga dipakai oleh belayer. Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring)
digunakan untuk keperluan lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.
10. Quickdraw atau Runner
Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis snapring, dipakai
sebagai alat proteksi di tebing.
11. Hexes
Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam. Berfungsi sama
dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit dalam penempatannya di celah
tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam beberapa ukuran.
12. Nuts
Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai oleh pemanjat tebing,
fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga lebih murah.
13. Tricams
Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi fungsinya sama
dengan nuts. Pemakaiannya relatif sulit, tidak dianjurkan dipakai untuk pemula. Prosedur
Pemanjatan Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-
langkah sebagai berikut
- 1.Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
- 2.Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3.
a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudahuntuk diambil /
memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang
akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas
belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatug.
Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali,
jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4.Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
5.Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
6.Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk
mengamankan pendaki berikutnya.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih.
Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika
mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan
seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi
kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau
menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan
membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita
pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah
dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan
sebenarnya yang di proyeksikan pada peta. Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan
perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk
garis kontur. Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
•Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya
sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
•Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian
sama diatas permukaan laut.
•Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua
macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta
sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya
di peta skala garis berada dibawah skala angka).
•Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk
memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu
peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala
1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala
1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya
berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta
dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori,
koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama
lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
1.Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur
(bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang
(lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis
dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya
menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering
disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
2.Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada
disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara,
sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6
angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak
sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat
langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi
sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta,
kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan
sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
1.Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita
harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta
dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan
pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita
dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu
dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
- Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
- Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih
tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
- Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
- Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai
kontur rapat.
- Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
1. .Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah
lingkaran kontur lainnya.
2. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung
menjauhi puncak
3. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok
kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
4. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk
arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara
magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
•Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin. Jenis kompas yang biasa
digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan
kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik
jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan
kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien. Dalam memilih kompas,
harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang
jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam
waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan
banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat Cttn: saat ini
sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk
mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata
lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta,
usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta.
Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal
anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan
anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-
tanda medan yang menyolok.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas
dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan
dimedan terbuka seperti kebun the misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan
jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti. Langkah-
langkah melakukan resection:
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui
atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak
diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih
dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih
dahulu.
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut
juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka
sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam
resection back azimuth diperoleh dengan cara:
•Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi
180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º
- 180º = 20º
•Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah
azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back
azimuthnya adalah 180º+160º = 340º Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini,
memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan
sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan
sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan
ke belakang pada jarak tertentu.
1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut
yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik
awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda
medan lain pada lintasan yang dilalui.
3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di
ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4. 4.Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk
mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
5. 5.Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai
sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan
semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan
dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi
dengan menggunakan jalur sendiri. Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi,
dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya
sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses
perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk
menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain
seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan
sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda
punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya
keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya.
Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda. Tentang
jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe
garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir.
Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih
fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang
ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan
kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai
petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan
untuk resection dari titik-titik tersebut.
2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai
patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta
sesering mungkin.
4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan
vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa
memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa
tanjakan terjal dan sebagainya.
5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi
dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga
resiko bisa diminimalkan.Penampang Lintasan Penampang lintasan adalah penggambaran
secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan
garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua
dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan
bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian.
Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan
sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi
yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.
1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang
runcing, penggaris dan penghapus
2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari
lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian,
dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik
terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut.
Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan
ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian
seterusnya hingga titik akhir.
4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama
lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai,
puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak da titik istirahat),
ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.