Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

REMATIK PADA USIA LANJUT

Oleh :
NIA MEILYNA CAHYANI
P07120014099
3.3 D III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Pengkajian
a) Data biografi
Berisi identitas pasien dan penanggung jawab. Terdiri dari nama, jenis kelamin,
golongan darah, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan,
alamat, dll.
b) Riwayat keluarga
Berisi gambaran silsilah keluarga (genogram) dari 3 keturunan sebelumnya untuk
melihat riwayat penyakit di keluarga.
c) Riwayat pekerjaan
Berisi keterangan tentang pekerjaan pasien saat ini.
d) Riwayat lingkungan hidup
Berisi penjelasan tentang keadaan tempat tinggal pasien yang dapat menjadi salah satu
faktor yang berhubungan dengan penyebab penyakit.
e) Riwayat rekreasi
Berisi hobi pasien, keanggotaan dalam organisasi, dan liburan yang berguna untuk
mengetahui aktivitas pasien sehari-hari yang mungkin ada hubungannya dengan status
kesehatan pasien saat ini.
f) Sistem Pendukung
Berisi informasi tentang bagaimana hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan
yang mendukung status kesehatan keluarga. Apakah keluarga memiliki dokter khusus,
bidan, atau perawat yang dapat dihubungi ketika pasien atau anggota keluarga sakit,
atau langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan di dekat rumah.
g) Status Kesehatan
Berisi informasi tentang status kesehatan pasien saat ini, keluhan utama yang dirasakan
pasien, ketergantungan obat, status imunisasi, dan adanya alergi.
h) Aktivitas Hidup Sehari-hari
Berisi informasi tentang Indeks Katz, BB, TB, IMT, vital sign.
i) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Berisi tentang informasi mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pasien sehari-hari
seperti oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, dll.
j) Tinjauan Sistem
Berisi informasi tentang keadaan umum pasien, tingkat kesadaran pasien, GCS, serta
pemeriksaan fisik dan sistem tubuh pada pasien.
k) Hasil Pengkajian Kognitif dan Mental
Berisi informasi tentang status mental dan tingkat depresi yang dialami pasien saat ini.
l) Data Penunjang
Berisi informasi yang menunjang pemeriksaan pada penyakit pasien seperti data
laboratorium, radiologi, EKG, USG, CT Scan, dll.

II. Konsep Dasar Rematik


1. Pengertian Artritis Reumatoid
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 2002).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 2003).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour, 2005).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

2. Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik 
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 
2. Reumatoid arthritis defisit 
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 
3. Probable Reumatoid arthritis 
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 
4. Possible Reumatoid arthritis 
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. 

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

3. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;

1. Jenis Kelamin. 
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah
2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
3. Riwayat Keluarga. 
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga. 
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

4. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). 
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.  
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996). 

5. Pathway Artritis Reumatoid

   

6. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas


2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular :

1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan


katub),Pericarditis, Myocarditis
2. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
3. Pada lympa : Lhymphadenopathy
4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis


reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan


demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar
juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001). 

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996). 

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil
di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki
adalah hal yang umum. 

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 

1. Stadium sinovitis 
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan. 
2. Stadium destruksi 
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 
3. Stadium deformitas 
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. 

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada
sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002). 
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut
usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang

7. Komplikasi Artritis Reumatoid


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

8. Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3  daerah  Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini
terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu
PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan.
3 Artritis pada       Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan
PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima
walaupun tidak mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang
harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi
tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia
sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu
dibuat.

9. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto
rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang
terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

10. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari:
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga

menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.


d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi: diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan


dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan


penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang
baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu
jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat
menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan
sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal
(Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju
pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.
Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat
dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). 
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi
menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya
penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan
tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,
terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif
untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

III. Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid


1. Pengkajian Artritis Reumatoid
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor (zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

3. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
4. Perencanaan Artritis Reumatoid

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan Setelah - Kaji keluhan nyeri, - Membantu dalam


dengan agen dilakukan catat lokasi dan menentukan kebutuhan
pencedera, distensi tindakan intensitas (skala 0-10). manajemen nyeri dan
jaringan oleh keperawatan Catat faktor-faktor yang keefektifan program
akumulasi cairan/ selama 3x24 mempercepat dan
proses inflamasi, jam diharapkan tanda-tanda rasa sakit
destruksi sendi. tidak ada non verbal
Keluhan nyeri, - Berikan matras/ kasur - Matras yang lembut/
dengan kriteria : keras, bantal kecil, empuk, bantal yang
tinggikan linen tempat besar akan mencegah
- Menunjukkan
tidur sesuai kebutuhan pemeliharaan
nyeri hilang/
kesejajaran tubuh yang
terkontrol
tepat, menempatkan
- Terlihat rileks,
stress pada sendi yang
dapat
sakit. Peninggian linen
tidur/beristira
tempat tidur
hat dan
menurunkan tekanan
berpartisipasi
pada sendi yang
dalam
terinflamasi/nyeri
aktivitas
- Tempatkan/ pantau - Mengistirahatkan
sesuai
penggunaan bantal, sendi-sendi yang sakit
kemampuan
karung pasir, gulungan dan mempertahankan
- Mengikuti
trokhanter, bebat, posisi netral.
program
Penggunaan brace
farmakologis
yang brace. dapat menurunkan
diresepkan nyeri dan dapat
- Menggabungk mengurangi kerusakan
an pada sendi
keterampilan - Mencegah terjadinya
relaksasi dan - Dorong untuk sering kelelahan umum dan
aktivitas mengubah posisi, bantu kekakuan sendi.
hiburan ke untuk bergerak di Menstabilkan sendi,
dalam tempat tidur, sokong mengurangi gerakan/
program sendi yang sakit di atas rasa sakit pada sendi
kontrol nyeri. dan bawah, hindari
gerakan yang
menyentak. - Panas meningkatkan
- Anjurkan pasien untuk relaksasi otot, dan
mandi air hangat atau mobilitas, menurunkan
mandi pancuran pada rasa sakit dan
waktu bangun dan/atau melepaskan kekakuan
pada waktu tidur. di pagi hari. Sensitivitas
Sediakan waslap hangat pada panas dapat
untuk mengompres dihilangkan dan luka
sendi-sendi yang sakit dermal dapat
beberapa kali sehari. disembuhkan
Pantau suhu air
kompres, air mandi,
dan sebagainya. - Meningkatkan
- Berikan masase yang relaksasi/ mengurangi
lembut nyeri
- Meningkatkan
- Ajarkan teknik non realaksasi, mengurangi
farmakologi (relaksasi, tegangan otot/ spasme,
distraksi, relaksasi memudahkan untuk
progresif) ikut serta dalam terapi
- Sebagai anti inflamasi
- Beri obat sebelum dan efek analgesik
aktivitas/ latihan yang ringan dalam
direncanakan sesuai mengurangi kekakuan
petunjuk. Kolaborasi: dan meningkatkan
Berikan obat-obatan mobilitas.
sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat) - Rasa dingin dapat
- Berikan kompres dingin menghilangkan nyeri
jika dibutuhkan dan bengkak selama
periode akut

Gangguan mobilitas Setelah - Evaluasi/ lanjutkan - Tingkat aktivitas/


fisik berhubungan dilakukan pemantauan tingkat latihan tergantung dari
dengan deformitas tindakan inflamasi/ rasa sakit perkembangan/ resolusi
skeletal, nyeri, keperawatan pada sendi dari peoses inflamasi
penurunan, selama 3x24 - Pertahankan istirahat - Istirahat sistemik
kekuatan otot. jam diharapkan tirah baring/ duduk jika dianjurkan selama
mobilitas fisik diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan
baik dengan aktivitas untuk seluruh fase penyakit
kriteria : memberikan periode yang penting untuk
istirahat yang terus mencegah kelelahan
- Mempertahan
menerus dan tidur mempertahankan
kan fungsi
malam hari yang tidak kekuatan
posisi dengan
terganggu.
tidak
- Bantu dengan rentang - Mempertahankan/
hadirnya/
gerak aktif/pasif, meningkatkan fungsi
pembatasan
demikian juga latihan sendi, kekuatan otot
kontraktur.
resistif dan isometris dan stamina umum.
- Mempertahan
jika memungkinkan  Catatan : latihan tidak
kan ataupun
adekuat menimbulkan
meningkatkan kekakuan sendi,
kekuatan dan karenanya aktivitas
fungsi dari yang berlebihan dapat
dan/ atau merusak sendi
kompensasi - Menghilangkan tekanan
bagian tubuh - Ubah posisi dengan pada jaringan dan
- Mendemonstr sering dengan jumlah meningkatkan sirkulasi.
asikan tehnik/ personel cukup. - Mempermudah
perilaku yang - Demonstrasikan/ bantu perawatan diri dan
memungkinka tehnik pemindahan dan kemandirian pasien.
n melakukan penggunaan bantuan Tehnik pemindahan
aktivitas mobilitas, mis, trapeze  yang tepat dapat
mencegah robekan
abrasi kulit
- Meningkatkan stabilitas
- Posisikan dengan (mengurangi resiko
bantal, kantung pasir, cidera) dan
gulungan trokanter, mempertahankan posisi
bebat, brace sendi yang diperlukan
dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
- Mencegah fleksi leher
- Gunakan bantal
kecil/tipis di bawah
leher - Memaksimalkan fungsi
- Dorong pasien sendi dan
mempertahankan postur mempertahankan
tegak dan duduk tinggi, mobilitas
berdiri, dan berjalan - Menghindari cidera
- Berikan lingkungan akibat kecelakaan/ jatuh
yang aman, misalnya
menaikkan kursi,
menggunakan
pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi
roda.
- Kolaborasi: konsul - Berguna dalam
dengan fisoterapi. memformulasikan
program latihan/
aktivitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan individual
dan dalam
mengidentifikasikan
alat
- Kolaborasi: Berikan - Menurunkan tekanan
matras busa/ pengubah pada jaringan yang
tekanan.  mudah pecah untuk
mengurangi risiko
imobilitas
- Kolaborasi: berikan - Mungkin dibutuhkan
obat-obatan sesuai untuk menekan sistem
indikasi (steroid).  inflamasi akut

Gangguan Citra Setelah - Dorong pengungkapan - Berikan kesempatan


Tubuh / Perubahan dilakukan mengenai masalah untuk mengidentifikasi
Penampilan Peran tindakan tentang proses rasa takut/ kesalahan
berhubungan keperawatan penyakit, harapan masa konsep dan
dengan perubahan selama 3x24 depan.  menghadapinya secara
kemampuan untuk jam diharapkan langsung
melaksanakan gangguan citra - Diskusikan arti dari - Mengidentifikasi
tugas-tugas umum, tubuh berkurang kehilangan/ perubahan bagaimana penyakit
peningkatan pada pasien/orang mempengaruhi persepsi
penggunaan energi, dengan criteria: terdekat. Memastikan diri dan interaksi
ketidakseimbangan bagaimana pandangaqn dengan orang lain akan
- Mengungkapk
mobilitas. pribadi pasien dalam menentukan kebutuhan
an
memfungsikan gaya terhadap intervensi/
peningkatan
hidup sehari-hari, konseling lebih lanjut
rasa percaya
termasuk aspek-aspek
diri dalam
seksual.
kemampuan
- Diskusikan persepsi - Isyarat verbal/non
untuk
pasien mengenai verbal orang terdekat
menghadapi
bagaimana orang dapat mempunyai
penyakit,
terdekat menerima pengaruh mayor pada
perubahan
keterbatasan.  bagaimana pasien
pada gaya
memandang dirinya
hidup, dan
sendiri
kemungkinan
- Akui dan terima - Nyeri konstan akan
keterbatasan
perasaan berduka, melelahkan, dan
- Menyusun
bermusuhan, perasaan marah dan
rencana
ketergantungan. bermusuhan umum
realistis untuk
terjadi
masa depan.
- Perhatikan perilaku - Dapat menunjukkan
menarik diri, emosional ataupun
penggunaan metode koping
menyangkal atau terlalu maladaptive,
memperhatikan membutuhkan
perubahan intervensi lebih lanjut
- Susun batasan pada - Membantu pasien untuk
perilaku mal adaptif. mempertahankan
Bantu pasien untuk kontrol diri, yang dapat
mengidentifikasi meningkatkan perasaan
perilaku positif yang harga diri
dapat membantu koping
- Ikut sertakan pasien
dalam merencanakan - Meningkatkan perasaan
perawatan dan harga diri, mendorong
membuat jadwal kemandirian, dan
aktivitas mendorong
berpartisipasi dalam
- Bantu dalam kebutuhan terapi
perawatan yang - Mempertahankan
diperlukan penampilan yang dapat
- Berikan bantuan positif meningkatkan citra diri
bila perlu. - Memungkinkan pasien
untuk merasa senang
terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan
perilaku positif.
Meningkatkan rasa
- Kolaborasi: Rujuk pada percaya diri
konseling psikiatri, mis: - Pasien/orang terdekat
perawat spesialis mungkin membutuhkan
psikiatri, psikolog. dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
- Kolaborasi: Berikan ketidakmampuan
obat-obatan sesuai - Mungkin dibutuhkan
petunjuk, mis; anti pada sat munculnya
ansietas dan obat- depresi hebat sampai
obatan peningkat alam pasien mengembangkan
perasaan. kemapuan koping yang
lebih efektif

Defisit perawatan Setelah - Diskusikan tingkat - Mungkin dapat


diri berhubungan dilakukan fungsi umum (0-4) melanjutkan aktivitas
dengan kerusakan tindakan sebelum timbul awitan/ umum dengan
musculoskeletal, keperawatan eksaserbasi penyakit melakukan adaptasi
penurunan selama 3x24 dan potensial yang diperlukan pada
kekuatan, daya jam diharapkan perubahan yang keterbatasan saat ini
tahan, nyeri pada klien dapat sekarang diantisipasi.
waktu bergerak, mengatur - Pertahankan mobilitas, - Mendukung
depresi. kegiatan sehari- kontrol terhadap nyeri kemandirian
hari, dengan dan program latihan. fisik/emosional
criteria hasil: - Kaji hambatan terhadap - Menyiapkan untuk
partisipasi dalam meningkatkan
- Melaksanakan
perawatan diri. kemandirian, yang akan
aktivitas
Identifikasi /rencana meningkatkan harga
perawatan diri
untuk modifikasi diri
pada tingkat
lingkungan
yang
- Kolaborasi: Konsul - Berguna untuk
konsisten
dengan ahli terapi menentukan alat bantu
dengan
okupasi. untuk memenuhi
kemampuan
kebutuhan individual.
individual
Mis; memasang
- Mendemonstr
kancing, menggunakan
asikan
alat bantu memakai
perubahan
sepatu,
teknik/ gaya
menggantungkan
hidup untuk
pegangan untuk mandi
memenuhi
pancuran
kebutuhan
- Kolaborasi: Atur - Mengidentifikasi
perawatan
evaluasi kesehatan di masalah-masalah yang
diri.
rumah sebelum mungkin dihadapi
- Mengidentifik
pemulangan dengan karena tingkat
asi sumber-
evaluasi setelahnya. kemampuan actual
sumber
pribadi/
komunitas - Kolaborasi : atur konsul - Mungkin membutuhkan
yang dapat dengan lembaga berbagai bantuan
memenuhi lainnya, mis: pelayanan tambahan untuk
kebutuhan perawatan rumah, ahli persiapan situasi di
perawatan nutrisi. rumah
diri.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih bahasa :
Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr. 1993. Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology. Philadhelpia: Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International
Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius 

Nasution. 1996. Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 
Price, SA. Dan Wilson LM. 1993. Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai