NIM : 21200011011
ABSTRAK
Takhrij hadis sudah banyak dilakukan oleh para ahli hadis dan juga para ulama yang
mendalami tentang hadis, pada konteks zaman dahulu proses takhrij hadis dilakukan secara
manual. Tentunya beda pada zaman milenial ini banyak dari kalangan mahasiswa ataupun orang
yang mendalami tentang hadis menggunakan aplikasi software hadis, salah satunya yakni Jawami’
Al-kalim. Hadits sebagai sumber hukum islam kedua setelah al-Qur’an menjadi penting dikaji dan
diteliti. Baik penelitan tersebut menyangkut otentisitas atau orisinilitas hadits yang dimaksud atau
menyangkut konten/isi di dalamnya. Untuk menentukan otentisitas tersebut jama’ difahami
terdapat istilah naqd al-sanad dan naqd al-matan, yaitu kritik sanad dan kritik matan. Sebagai
contoh adalah hadits tentang bicara saat shalat. Sebagain orang mengatakan hadits tersebut lemah
atau dhoif, sebagian mengatakan hasan dan sebagian mengatakan shohih atau setidaknya shohih
lighoirihi. Tulisan ini mencoba untuk sedikit melihat hadits tersebut dari aspek sanad atau naqd
sanad-nya. Kritik sanad ini penting -walaupun tidak dapat merinci secara detail dan dalam-,
setidaknya gambaran umum tentang posisi dan kualitas hadits tersebut dapat diketahui.
Kata kunci: takhrij hadis, sanad, matan, berbicara saat sholat
PENDAHULUAN
Kasih sayang Allah swt. terhadap makhluknya itu tidak terbatas, maka dari itu Allahswt.
memerintahkan untuk berbuat baik, mengasih sayangi terhadap sesama makhluk, mencintai karena
Allahswt. semata berarti mencintai makhluk yang diridhai untuk dicintai dan dengan cara yang
diridhai pula. Makhluk yang di ridhai untuk dicintai adalah para nabi, ulama, fakir, miskin, yatim,
hewan-hewan yang dihalalkan dan yang diharamkan, dan lain sebagainya.Barang siapa yang
menyayangi hamba Allah swt.Maka Allahswt.akan menyayanginya. Oleh karena itu, tatkala
hamba tersebut menyayangi makhluk lainnya (hewan), maka ia memperoleh pahala sebagaimana
apabila dilakukannya. Islam melarang perbuatan dzalim.Dan kedzaliman itu bisa terjadi tidak
hanya kepada manusia, namun juga kepada hewan. Dan hal itu terlarang bahwa Islam tidak
membolehkan menyiksa binatang dengan cara apa pun, membuatnya kelaparan, memukulnya,
membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, mengikatnya, memotongnya, menyakiti
hatinya, bahkan menyiksanya dengan benda tumpul, menyentrumnya dengan sengatan listrik atau
membakarnnya. Sedangkan Allah swt.senantiasa memberi rezki pada setiap makhluk-Nya. Dia
pulalah yang berhak menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya.
Manusia terlahir dengan memiliki rasa kasih sayang. Rasa kasih sayang ini dapat
diungkapkan melalui berbagai cara seperti melalui gerakan tubuh, perkataan, dan tindakan.
Manusia berkaitan erat dengan hubungan kasih sayang, karena dengan menyayangi sesama dapat
menciptakan kerjasama di antara mereka sendiri. Kasih sayang juga bisa diartikan sebagai cinta
NAMA : AHMAD ISHOM KAMALI
NIM : 21200011011
kasih. Rasa sayang dapat memperkuat kasih sayang seseorang yang diwujudkan dalam tindakan
yang nyata dan semuanya bersumber dari rasa cinta. Dalam kehidupan nyata, setiap manusia
membutuhkan kasih sayang serta perlu memberi dan menerima kasih sayang. Kasih sayang bisa
membuat manusia bahagia, dan merasa nyaman. Kasih sayang itu bersifat umum, yang artinya
kasih sayang tidak hanya antara sepasang kekasih saja, tetapi bisa terjalin dengan orang tua,
saudara, teman, dan orang lain.
Dalam studi ini, penulis ingin mengkaji otentisitas hadits yang menjadi dasar bicara saat
shalat. Kajian diarahkan pada ada dan tidaknya syawahid dan muttabi’, serta aspek kualitas hadits
yang dimaksud, baik segi sanad maupun matannya.
TAKHRIJ HADIS
َّ سو ُل
َّللاِ صلى هللا َ َ قَا َل ق،َ أ َ َّن أَبَا ه َُري َْرة،الرحْ َم ِن
ُ ام َر َ قَا َل أ َ ْخبَ َرنِي أَبُو،ِالز ْه ِري
َّ سلَ َمةَ ْبنُ َع ْب ِد ُّ َع ِن، ٌشعَيْب ِ َحدَّثَنَا أَبُو ْاليَ َم
ُ أ َ ْخبَ َرنَا،ان
ُّ سلَّ َم النَّ ِب
ي صلى َ فَلَ َّما. َوالَ ت َْر َح ْم َم َعنَا أ َ َحدًا،ار َح ْمنِي َو ُم َح َّمدًا
ْ صالَةِ اللَّ ُه َّم ٌّ فَقَا َل أَع َْرا ِب،ُصالَةٍ َوقُ ْمنَا َم َعه
َّ ي َو ْه َو فِي ال َ عليه وسلم فِي
َّ َ ي ُِريدُ َرحْ َمة." هللا عليه وسلم قَا َل ِلألَع َْرا ِبي ِ " لَ َقدْ َح َّج ْرتَ َوا ِس ًعا
.َِّللا
Rasul Allah berdiri untuk shalat dan kami juga berdiri bersamanya. Kemudian seorang Badui
berteriak sambil berdoa. "Ya Allah! Berikan Rahmat-Mu hanya untukku dan Muhammad dan
jangan berikan kepada orang lain selain kami." Ketika Nabi selesai shalat dengan Taslim, dia
berkata kepada orang Badui, "Kamu telah membatasi (menyempit) (sesuatu) yang sangat luas,"
yang berarti Rahmat Allah.
1. Perawi Hadits :
- Bukhari
- Ibnu Hibban
- An- Nasa’i
- Ibnu Khuzaemah
- Abu Dawud
2. Takhrijul Hadits :
ابو هريرة
ابن حبان
NAMA : AHMAD ISHOM KAMALI
NIM : 21200011011
Tidak ditemukan jalur periwayatan yang berkedudukan sebagai syahid sebab pada perawi
sahabat hanya ditemukan seorang perawi pada semua jalur sanad yakni Abu Hurairah
Semua sanad bersambung sampai Rasulullah SAW
Terdapat muttabi’ yaitu Abdullah bin Wahab pada jalur sanad Abu Daud, Ibnu Huzaimah,
dan Ibnu Hibban
Adapun yang dimaksud dengan kritik sanad adalah penilaian terhadap kebenaran mata
rantai atau silsilah para periwayat mulai dari mukharij (periwayat terakhir) sampai sahabat yang
menerima langsung dari Rasulullah SAW. Peneliti menemukan total ada 196 sanad yang berkaitan
dengan hadis diatas. Dan peneliti menyimpulkan sanad hadis diatas muttashil.
Semua sanad hadits diatas adalah muttashil, kecuali jalur sanad dari Ibnu Hibban
yakni bersanad hasan tidak sampai muttashil. Dikarenakan ada perawi yang tidak tsiqaat
yaitu Kharmalah bin Yahya.
Peneliti tidak akan membahas masalah matan hadits secara panjang lebar. Hadits ini adalah
hadits fi’il sehingga pembahasan bahasa tidak serumit jika hadits tersebut merupakan perkataan
atau sabda rasulullah SAW. memang ada sedikit sabda nabi di akhir hadits tapi keliamt tersebut
sesuai dengan ciri khas Nabi SAW yaitu kalimatnya pendek tapi maknanya luas. Sedangkan dari
sisi makna hadits ini tidak bertentangan dengan hadits lain yang menjelaskan tentang tema di atas.
Dari uraian tersebut dapat dirtarik kesimpulan bahwa hadits tersebut secara makna tidak
ada permasalahan sehingga hadits tersebut secara sanad bernilai shahih.
KESIMPULAN
Setelah meneliti sanad dan matan hadits dengan melihat biografi perawi hadits, jarh wa
ta’dil, kemungkinan ketersambungan sanad, penilaian matan hadits maka peneliti menyimpulkan:
1. Hadits di atas memiliki sanad yang muttashil, dan perawinya tsiqaat (terpercaya).
2. Hadits di atas bernilai shahih secara sanad maupun matan.
Demikian kesimpulan yang dapat peneliti sampaikan. Jika ada kekurangtelitian dalam
mengerjakan tugas maka itu semata-mata kekurangan ilmu yang peneliti miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad Abd al-Hadi, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW, ttp, Dar al-‘Itisham, tth
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihab al-Din al-‘Asqalani al-Syafi’I, Tahdzib al-Tahdzib, Beirut,
Muassasah, 1996, Juz. II