Adoc - Pub Tumor Leher Referat Onkologi Pembimbing Utama DR A
Adoc - Pub Tumor Leher Referat Onkologi Pembimbing Utama DR A
REFERAT Onkologi
Oleh :
Muhamad Sidik Hasanudin
131421110005
Pembimbing Utama:
dr. Agung Dinasti Permana, M.Kes., Sp.THT-KL
3.4.1 Biopsi Aspirasi Jarum Halus (FNAB) dan Biopsi Terbuka ......................... 27
3.5 Massa leher yang tidak diketahui asal tumor primer ...................................... 31
i
ii
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 55
Gambar 3.3 Evaluasi dan manajemen massa leher pada pasien dewasa2 ............. 24
Gambar 3.5 Drainase limfatik dari tumor primer untuk sentinel kelenjar getah
bening14 ................................................................................................................. 29
Gambar 3.6 Kelompok metastasis kelenjar getah bening dengan lesi primer yang
diketahui.18 ............................................................................................................ 33
iii
iv
Gambar 3.10 Pasien berusia 27 tahun dengan sarkoma jaringan lunak pada leher
kiri22....................................................................................................................... 44
PENDAHULUAN
abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula.1 Massa leher pada pasien
dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Massa leher yang
Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
diagnosis banding.3
Tumor leher ditemukan sekitar 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di
Amerika Serikat (dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun
2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun
2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1
dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri
1
2
dari 2%-3% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua
kematian kanker. Total ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500
kasus kanker laring dan 8.300 kasus kanker faring. Kebanyakan pasien dengan
kanker kepala dan leher regional nodal kanker leher memiliki penyakit metastasis
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang
seringkali agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker
kepala dan leher sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini
terjadi pada tingkat tahunan sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru
terutama pada pelayanan primer. Diagnosis banding sangat luas, bahkan untuk
dokter yang berpengalaman. Pemahaman yang kuat tentang anatomi, etiologi dan
mengurangi tes laboratorium yang tidak perlu, dan meningkatkan kepuasan pasien
dihadapkan dengan stadium akhir. Deteksi dini dan pengobatan kanker kepala dan
leher dapat meningkatkan kualitas hidup dan prognosis yang lebih baik.
Metastasis samar dapat terjadi sektar 10-30% pada kanker kepala dan leher.
Metastasis samar harus dideteksi sedini mungkin untuk prognosis yang lebih
baik.6
BAB II
ANATOMI LEHER
Secara umum anatomi leher dibagi dalam dua bagian yaitu pertama, sebagian
besar dibentuk oleh bagian vertebra servikalis dan otot-ototnya yang disebut
alat-alat dalam leher, pembuluh darah, syaraf dan limfe. Bagian-bagian ini
Batas leher adalah merupakan bidang yang ditarik melalui tepi inferior
mandibula, apex dari prosesus mastoideus dan tonjolan luar oksipital. Sedangkan
batas bawah leher adalah bidang yang ditarik melalui incissura suprasternal,
posterior.
3
4
bagian superior, bagian anterior oleh midline dan bagian posterior oleh
m. Sternocleidomastoideus
Didalamnya terdapat :
Omohyoid.
Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrosa yang membungkus
organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa
ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikalis
axilla sedang batas inferior adalah clavicula. Fascia ini berupa selubung yang
terdiri dari jaringan lemak subkutaneus dan membungkus M. Platysma serta otot
ekspresi wajah. Fascia ini banyak mengandung lemak subkutan, pembuluh darah,
dan saraf superfisial serta dipisahkan dengan fascia servikalis profunda oleh M.
Platysma yang tipis dan meluas kea arah anterior leher. Ruang antara fasia
superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna 2,3
1. Lapis superfisial
2. Lapis media
3. Lapis dalam yang terdiri dari : lapis alar dan lapis prevertebra.
pada leher yang meliputi dua kelenjar yaitu kelenjar parotis dan kelenjar
Batas-batasnya :
Anterior : os hyoid
7
cervicalis
Disebut juga fascia visceral karena meliputi laring, trakea, esophagus dan
kelenjar tiroid. Lapisan ini juga meliputi strap muscle dan membentuk bagian
fascia pada ruang vaskular. Dibagian atas fascia ini melekat pada os hyoid dan
buccopharyngeal.
8
Terdiri atas :
Alar layer : Terletak posterior dari lapisan tengah fascia servikalis profunda
retrofaring dan dinding anterior danger space. Alar layer membentuk juga
ruang vaskular dimana ketiga lapisan fascia servikal meliputi ruang vaskular
yang berpotensi untuk penyebaran infeksi dan disebut Lincoln high way of the
neck.
dinding posterior danger space serta meliputi deep muscle segitiga posterior.
Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah
Digastricus.
saluran pencernaan .
Stylopharyngeus.
3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk
sensorik.
lidah.
1. A. Karotis komunis.
Pembuluh darah yang sebelah kanan berasal dari A. Inominata sedangkan yang
Pada level Thyroid Notch melebar, disebut Bulbus Karotis, kemudian bercabang
2. A.Karotis eksterna.
1. A. Temporalis superfisialis.
2. A. Maxillaris interna.
3. A. Auricularis posterior.
12
1. A. Thyroidea superior.
2. A. Linguaalis.
3. A. Pharyngealis ascendens.
4. A. Facialis.
5. Ramus Oksipitalis.
3. V. Jugularis eksterna.
Dimulai dari bawah telinga dan berasal dari gabungan V. Aurikularis posterior
Subklavia tranversa.
4. V. Jugularis interna.
Gld. Parotis dan sebagian besar dari vena ini terletak dibawah
V.pharyngealis.
V. facialis.
V. Lingualis.
Kelenjar Thyroid
vaskuler, melekat ke laryng oleh lig. suspensorium sehingga turut bergerak waktu
15
menelan. Terdiri dari dua lobus yang dihubungkan dengan isthmus, kadang-
setinggi kartilago thyroid sampai cincin trachea ke-6. Ukuran normal lebih kurang
2 x 2,5 x 0,75 in. Diperdarahi oleh A. Thyroidea superior dan inferior, kadang-
Terdapat N. Recurrens yang terletak di sebelah dorso medial lobus, saraf ini perlu
Kelenjar Parathyroid
posisi, yaitu :
Kelenjar getah bening leher terbagi dalam dua kelompok, yaitu : rangkaian
Rangkaian sirkuler
3. Limfonodi preauriculer, menerima limfe dari kulit kepala bagian depan dan
auriculer.
4. Limfonodi parotis, menerima limfe dari nasofaring, CAE, cavum tymphani dan
palpebra.
5. Limfonodi facialis, menerima limfe dari farings, muka dan mukosa bibir.
sebagian hidung, bibir atas dan lateral bawah, gusi dan bagian lateral lidah.
7. Limfonodi submentalis, menerima limfe dari bibir bawah, ujung lidah dan
dasar mulut.
9. Limfonodi cervical anterior, menerima aliran dari daerah laryng, thyroid dan
trachea.
Lore membagi drainase limfatik daerah leher dalam beberapa kelompok, sbb :
1. Internal Jugular Chain superior (nasofarings, dasar lidah, tonsil, karotis dan
larings)
2. IJC media/middle IJC (tonsil, lidah, laring, oro & hypofarings, sinus
9. Preauriculer (parotis, CAE, kulit muka sebelah lateral, temporal dan kulit
kepala).
Rangkaian vertikal
Rangkaian vertikal menerima aliran limfe dari rangkaian sirkuler kecuali dari
Saluran eferen dari sisi kiri menuju ke Ductus Thoracicus sedangkan sisi sebelah
TUMOR LEHER
3.1 Definisi
abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula.1 Setiap massa leher pada
pasien dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Massa leher yang
Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
diagnosis banding.3
19
20
3.2 Epidemiologi
Tumor leher ditemukan sekitar 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di
Amerika Serikat (dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun
2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun
2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1
dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri
dari 2%-3% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua
kematian kanker. Total ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500
21
kasus kanker laring dan 8300 kasus kanker faring. Kebanyakan pasien dengan
kanker kepala dan leher regional nodal kanker leher memiliki penyakit metastasis
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang
seringkali agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker
kepala dan leher sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini
terjadi pada tingkat tahunan sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru
3.3 Klasifikasi
harus membedakan kelompok pasien usia anak (<15 tahun), dewasa muda (16-40
tahun), atau dewasa (<40 tahun umur). Dalam masing-masing kelompok, kejadian
besar massa leher masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori. Pasien anak
bawaan dan neoplasma. Insiden ini mirip dengan yang ditemukan pada orang
dewasa muda. Sebaliknya, pertimbangan pertama pada orang dewasa yang lebih
tua harus selalu neoplasia, kemudian massa inflamasi dan kelaianan bawaan.10
Pertimbangan berikutnya harus lokasi massa leher. Hal ini sangat penting
dalam diferensiasi kelainan bawaan karena mereka biasanya terjadi di lokasi yang
khas. Penyebaran karsinoma kepala dan leher karsinoma mirip dengan penyakit
leher metastatik dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi tumor primer atau
sumber infeksi.10
3.4 Diagnosis
Langkah diagnostik yang paling penting adalah pemeriksaan fisik kepala dan
23
leher. Visualisasi dan palpasi adalah komponen yang paling penting dari
pemeriksaan fisik. Hal ini membantu menentukan lokasi massa sesuai dengan
daerah drainase limfatik, ukuran lesi dan hubungannya dengan struktur sekitarnya
(terfiksasi atau tidak terfiksasi), konsistensi massa, dan berdenyutan atau bruit.10
Dokter tidak boleh terfokus pada massa leher dan mengabaikan untuk
aerodigestif atas harus diperiksa secara menyeluruh, baik dengan kaca cermin
ataupun endoskopi.10
Massa leher berdenyut, bruit atau thrill, ultrasonografi dapat dilakukan untuk
membantu untuk membedakan massa yang solid dan kistik, atau kista brankialis
bawaan dan kista tiroglosus dari kelenjar getah bening yang solid, tumor
Pada pasien yang memiliki massa leher yang membingungkan namun diduga
memiliki proses inflamasi, terapi antibiotik dan observasi, tidak lebih dari 2
minggu, dapat diterima sebagai uji klinis. Jika massa tersebut terus-menerus atau
Biopsi terbuka harus dilakukan, namun hanya setelah dokter telah melakukan
pemeriksaan kepala dan leher lengkap dengan menggunakan metode langsung dan
tidak langsung dan telah melakukan awal biopsi aspirasi jarum halus (FNAB),
Gambar 3.3 Evaluasi dan manajemen massa leher pada pasien dewasa2
Hal ini terutama diperlukan untuk orang dewasa. Biopsi umumnya harus
dilakukan bila massa leher yang semakin memperbesar, massa leher asimetris
tunggal, massa leher keras tanpa tanda-tanda infeksi aktif dan kondisi aktif
Pemeriksaan diagnostik dan tes untuk massa pada kepala dan leher :10
dalam lesi tiroid dan melokalisasi lesi berada dalam kelenjar ludah. PET scan
4. Arteriografi: Untuk lesi vaskular dan tumor yang menmpel pada arteri karotis
6. CTscan dan MRI: membedakan kista dari lesi padat, mengetahui lokasi massa
10. Tes kulit: Digunakan bila lesi inflamasi kronis atau granulomatosa
11. Jarum biopsi: standar emas dalam diagnosis massa leher; menggunakan jarum
12. Endoskopi dan biopsi: Untuk mengidentifikasi tumor primer sebagai sumber
13. Biopsi terbuka: Gunakan hanya setelah semua pemeriksaan dilakukan dan
Jika anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik rutin tidak mengarah ke
diagnosis definitif, setiap massa leher tidak diketahui, terutama unilateral, massa
leher tanpa gejala yang sesuai dengan lokasi kelompok kelenjar getah bening,
leher yang menyeluruh. Seorang ahli patologi diperlukan untuk hasil FNAB yang
akurat. FNAB telah menjadi standar dalam membuat keputusan diagnostik dan
metastasis yang diperlukan untuk stadium tumor dan perencanaan terapi, pada
pasien dengan tumor primer leher untuk memulai terapi non-bedah, dan pada
pasien dengan massa leher tidak diketahui. FNAB biasanya dapat membedakan
lesi kistik dan inflamasi, lesi tumor jinak dan keganasan, limfoma dan
karsinoma.2, 10
Khusus untuk lesi limfoma harus bilakukan biopsi eksisi untuk
Untuk lesi persisten dan curiga ganas, FNAB dapat diindikasikan. FNAB juga
hipofaring, laring, tiroid, kelenjar ludah, dan kulit kepala dan wajah. Pemeriksaan
toraks dan abdomen juga dapa dilakukan, tetapi biasanya jarang membantu dalam
fisik lengkap. Jika sifat massa atau sumber dari metastasis yang diidentifikasi oleh
28
tumor pada saluran aerodigestif, lesi tumor tersebut harus dibiopsi, bila tidak ada
lesi tumor, biopsi dipandu (guided biopsy) harus dilakukan dari daerah yang
paling logis untuk tumor primer berdasarkan drainase limfatik. Daerah ini
biasanya pada nasofaring sekitar fossa Rosenmüller, tonsil (dalam hal ini
tonsilektomi menggantikan biopsi insisi), dasar lidah, dan sinus piriformis. Tumor
primer seringkali submukosa atau timbul jauh di dalam kripta dari tonsil palatine
atau lipatan jaringan limfoid lingual. Hal ini yang menjadi alasan megapa harus
dilakukan.10 Khusus untuk lesi limfoma harus bilakukan biopsi eksisi untuk
Sentinel Lymph Node Biopsy (SLND) adalah prosedur di mana kelenjar getah
intraoperatif menggunakan gamma probe portabel atau pewarna biru (blue dye)
Gambar 3.5 Drainase limfatik dari tumor primer untuk sentinel kelenjar
getah bening14
bening terdekat atau organ lainnya. Hasil SLNB positif menunjukkan bahwa sel
kanker terdapat di kelenjar getah bening terdekat (sentninel), dan mungkin ada
dalam kelenjar getah bening di sekitarnya (kelenjar getah bening regional) dan,
dan spesifitas lebih baik daripada CT scan dan MRI bahkan PET scan dalam
lesi primernya.13, 15
PET Scan memiliki akurasi penentuan stadium kanker sekitar 69-78%, nilai
prediksi positif 56-83%, nilai prediksi negatif 75-86%, sensitivitas 63-100% dan
adalah yang paling sulit untuk dapat didiagnosis dengan FDG-PET. Hal ini karena
volume tumor rendah kecil, lesi superfisial, terdapat jaringan limfoid normal, dan
akumulasi FDG disekresikan oleh kelenjar ludah ke dalam valekula dan sinus
karakterisasi lesi leher. Karena CT scan dapat dilakukan cepat, ditoleransi dengan
baik, dan cukup tersedia, dapat digunakan untuk evaluasi awal, perencanaan pra
standar emas.17
Evaluasi harus terdiri dari pemeriksaan menyeluruh diikuti dengan scan MRI,
lebih baik daripada CT scan. Oleh karena itu, MRI lebih baik dapat menilai lokasi
tumor kecil, biasanya di pangkal lidah dan di tonsil. PET scan dan kombinasi PET
mengevaluasi rekurensi.2
Massa leher pada pasien dewasa harus dicurigai tumor dan keganasan. Pada
tahun 1952, Martin dan Romieu, pada 1.300 tumor primer dari kepala dan leher
asimetris dari satu atau lebih kelenjar getah bening leher pada orang dewasa
hampir selalu kanker dan biasanya disebabkan oleh metastasis dari lesi primer di
Menurut Lee dan Helmus mendukung teori bahwa massa leher asimetris pada
orang dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Mereka meneliti
spesimen biopsi dari massa leher pada 163 pasien, dari pasien >40 tahun, 29,4%
sama dengan Slaughter, Majarakis, dan Southwick dan Mayo dan Lee, yang
Insiden penyakit ganas dalam massa leher naik menjadi 80% ketika nodul tiroid
jinak dieksklusikan.10
Prinsip kedua mengenai lesi primer yang tidak diketahui adalah bahwa
adalah merugikan untuk pasien dengan metastasis karena metastasis jauh dan
rekurensi regional lebih sering terjadi pada pasien yang telah menjalani biopsi
eksisi dibandingkan pada mereka dengan stadium yang sama yang belum
drainase limfatik dan manipulasi massa metastasis. Pada tes limfangiografi leher
menunjukan adanya gangguan pola drainase limfatik yang normal pada terapi
pembedahan. Gooder dan Palmer telah sama menegaskan hal ini yaitu terjadi
peningkatan insidensi rekurensi dan komplikasi luka pada pasien yang dilakukan
biopsi.10
laring, tiroid, kelenjar ludah, dan kulit kepala dan leher. 50-67% pasien yang
Insidensi metastasis kelenjar getah bening leher antara lain tumor rongga
Gambar 3.6 Kelompok metastasis kelenjar getah bening dengan lesi primer
yang diketahui.18
Lebih dari 90% dari metastasis leher terdiri karsinoma sel skuamosa
karsinoma nasofaring.12
Neoplasma primer leher termasuk yang tumor yang muncul dari struktur
limfovaskuler leher dan jaringan lunak leher. Neoplasma ini dapat berupa jinak
atau ganas. Meskipun jarang penyebab massa leher, kita harus selalu
34
fisik yang cermat. Harus ditanyakan riwayat tumor leher sebelumnya, riwayat
keluarga, tanda-tanda sistemik dan terapi radiasi sebelumnya daerah kepala dan
leher. Pemeriksaan kepala dan leher yang komprehensif harus mencakup telinga
laring serta pemeriksaan saraf kranial. Jika massa leher tidak berdenyut, FNAB
harus dilakukan.10
dilakukan untuk evaluasi tumor jaringan lunak dari daerah kepala dan leher
dengan keuntungan tertentu dari setiap jenis tumor, lokasi, dan kedekatan dengan
jaringan lunak tumor di daerah kepala dan leher. MRI direkomendasikan pada
tumor jaringan lunak yang berdekatan dengan struktur vital di sekitar leher.
Positron emission tomography (PET) scan untuk mengevaluasi tumor primer dan
Neoplasma vaskular.10
Lesi yang tinggi akibat kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem
arterial dan venousa dan dapat menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya
perdarahan masif, gagal jantung dan kongestif curah tinggi, dan anemia
hemolitik.10
benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung saat dilepaskan
lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu persiapan berupa
terutama di setinggi sisi leher. Umumnya tumor ini tidak menunjukan gejala dan
pada palpasi terdapat denyut nadi a.karotis. Tumor ini dapat di gerakan di bidang
horizontal tetapi tidak di bidang vertical karena hubungan erat pada bifurkasio
Schwannoma
Schwannoma, tumor yang berasal dari sel Schwann saraf perifer. Tumor ini
biasanya soliter. Secara klinis, schwannomas leher mungkin bersifat massa leher
Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak selubung saraf, massa leher soliter atau
dan paling baik diobati dengan reseksi bedah. Bedah untuk neurofibromatosis
biasanya diperuntukkan bagi mereka lesi yang nyeri, mereka yang dapat
menyebabkan tekanan daerah sekitar dari ukurannya yang besar, atau lesi yang
ganas.10
Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan adiposa. Lipoma adalah
tumor jaringan lunak yang paling sering dari leher dan biasanya terdapat sebagai
38
massa leher yang tidak nyeri. Manajemen lipoma adalah dengan reseksi bedah
Pembahasan berikut akan termasuk tumor ganas primer yang beasal dari
struktur di leher. Neoplasma berikut ini tidak termasuk semua tapi termasuk yang
daerah leher.10
Tumor Tiroid
Neoplasma tiroid, baik jinak maupun ganas, adalah penyebab utama massa
metastasis kelenjar getah bening. Metastasis kelenjar getah bening adalah gejala
Nodul tiroid yang jinak paling sering terjadi pada umur 30 ¬-50 tahun.
Apabila nodul dijumpai pada umur < 20 tahun, 20-70% adalah ganas, demikian
juga kalau umur > 50 tahun. Adanya gejala lokal suara parau dan disfagi biasanya
dapat merupakan petunjuk adanya sifat invasif suatu keganasan tiroid. Suatu
nodul tiroid yang sudah bertahun-tahun besarnya tetap biasanya jinak, akan tetapi
(urut dari atas ke bawah), simetris (bandingkan kanan dan kiri), simultan
(kanan dan kiri bersamaan ), seksama dan jangan lupa melihat kepala bagian
belakang. Secara rutin harus dievalusi juga keadaan kelenjar getah bening
39
Pada penyakit ini dapat disertai pembesaran tiroid dengan fungsi normal
dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total ( TT4) dikerjakan pada
pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis sudah bisa kita
duga, foto rontgen leher posisi antero posterior dan posisi lateral diperlukan
untuk evaluasi kondisi jalan nafas. Adanya kalsifikasi halus pada struma
menunjukkan karsinoma papiler sedang kalsifikasi yang kasar bisa terdapat pada
endemik goiter yang lanjut atau juga bisa pada karsinoma meduler
Prinsip sidik tiroid adalah daerah dengan fungsi yang lebih aktif akan
dalam bidang tiroidologi adalah I131, I123, I125, Tc99m pertechnetate. Radiasi
gamma digunakan untuk diagnostik, sedangkan radiasi beta hanya penting untuk
terapi.
USG, scan tiroid, dan tes fungsi tiroid harus dilakukan untuk pasien yang
memiliki massa leher kompartemen anterior yang bergerak saat menelan. Massa
40
tiroid ditemukan kistik dengan USG harus diaspirasi. Lesi padat harus dilakukan
tes nuklir (T3,fT4, TSH). Sekitar 20-25% dari nodul dingin soliter akan terbukti
kistik, dan sekitar 20-25% adalah kanker. FNAB awal massa tiroid dapa dilakukan
tanpa tes nuklir dan USG, dan hal ini telah menjadi standar diagnosis karena
menghasilkan diagnosis yang lebih cepat, ekonomis, dan definitif untuk sifat
massa tiroid.10
Limfoma
Limfoma malignan yang bersifat sistemik dan dapat muncul sebagai limfoma
tidak nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah dan demam. Diagnosis
limfoma ganas yang heterogen yang juga mungkin muncul pertama sebagai
limfoma leher.10
Penentuan stadium yang tepat sangat penting sebelum memulai terapi. Pasien
tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menilai secara
lebih lengkap perluasan dari suatu tumor di daerah kepala dan leher.
Spesimen dari massa dapat awalnya dibiopsi oleh FNAB. Bila hasil FNAB masih
belum jelas, langkah diagnostik berikutnya harus dilakkukan biopsi terbuka untuk
terdapat kelainan cincin Waldeyer, biopsi pada daerah tersebut diperlukan untuk
bersifat folikuler atau difus, yang merupakan faktor penting dalam menentukan
derajat dan prognosis suatu limfoma. Untuk itulah biopsi terbuka lebih dipilih
infiltrat limfoid jinak dari suatu limfoma dengan bantuan mikroskop cahaya. 5
Sebagian besar NHL mengekspresikan penanda sel T atau sel B. Satu set
panel pemeriksaan antigen sel T dapat membedakan limfoma sel T dengan suatu
hiperplasia. Limfoma sel B mengekspresikan satu kelas tunggal dari rantai ringan
baik apabila dilakukan pada jaringan yang masih segar, maka sebaiknya klinisi
kepada ahli patologi. Suatu jenis subtipe histologis suatu NHL mempengaruhi
mengevaluasi sisa masa tumor pada akhir terapi untuk menentukan status
kekambuhan penyakit.
dalam segitiga submandibula. Tumor jinak kelenjar ludah biasanya tanpa gejala.
Gejala nyeri, pertumbuhan yang cepat, paralisis saraf kranial (CN) VII, atau
sialography, scan nuklir, CT scan) dapat dilakukan untuk diagnosis tumor kelenjar
ludah. Diagnosis pasti adalah dengan biopsi terbuka dalam bentuk pengangkatan
Kanker Paragangliomas
Setiap massa pada leher harus diraba dan auskultasi untuk memastikan bahwa
massa tidak melekat atau timbul dari struktur vaskular. Mayoritas paraganglioma
tidak memerlukan jaringan untuk diagnosis yang akurat, seperti yang dijelaskan di
merupakan presentase paling rendah dan tumor vagal presentase tertinggi. Sekitar
dianggap tidak cukup untuk menentukan keganasan. Hal ini berdasarkan pada
perilaku tumor seperti metastasis kelenjar getah bening atau metastasis jauh.
misalnya tumor ganas kelenjar liur (karsinoma adenoid kistik, carcinoma ex-
Sarkoma.
kepala dan leher, meskipun kurang dari 1% dari semua keganasan kepala dan
leher. Di Amerika Serikat, kurang dari 5000 kasus yang dilaporkan setiap
tahunnya, 80% pada dewasa. Dari jumlah tersebut, hanya 15% sampai 20% pada
kepala dan leher, dengan lokasi di jaringan lunak leher dan daerah sinus paranasal
yang paling sering. Meskipun etiologi belum diketahui, neoplasma ini berasal dari
sel mesenchymal, contohnya sel endotel, otot, tulang rawan, dan jaringan ikat.
Lebih dari 80% ri sarkoma berasal dari jaringan lunak, sedangkan sekitar 20%
histiocytoma fibrous malignan (HFM). Di kepala dan leher, sarkoma yang paling
adalah sarkoma yang paling sering pada anak-anak dan juga merupakan sarkoma
paling banyak pada daerah kepala dan leher. Secara keseluruhan, HFM dianggap
Gambar 3.10 Pasien berusia 27 tahun dengan sarkoma jaringan lunak pada
leher kiri22
asalnya, bukan dari lokasi asal. Banyak "jaringan lunak" sarkoma seperti HMF
dapat didiagnosis pada tulang, tetapi diagnosis tergantung pada sediaan histologi.
Sistem stadium sekarang terpisah apakah berasal dari tulang atau jaringan lunak
selalu menyertakan konsultasi dengan ahli bedah kepala dan leher, onkologi
medis, dan onkologi radiasi dalam kerjasama yang erat dengan kepala dan leher
45
pasien ini termasuk ahli onkologi gigi, prosthodontist maksilofasial, dan spesialis
dan situs asal akan bervariasi, dan dengan demikian, akan dibahas sesuai dengan
sel asal.21, 22
Sarkoma Alveolar
Sarkoma alveolar jaringan lunak adalah tumor langka yang melibatkan kepala
dan leher pada 25% kasus, meskipun kurang dari 1% dari semua sarkoma. Sel asal
tidak diketahui, meskipun diferensiasi sel otot dan saraf telah diidentifikasi.
Lokasi tersering yang terkena di kepala dan leher adalah lidah dan orbit, dengan
orbit yang memiliki prognosis yang terbaik. Sarkoma alveolar jaringan lunak
jarang melibatkan leher dan dilaporkan bermetastasis ke leher dari kepala dan
leher kurang dari 10% dari kasus, sehingga disseksi leher kurang beralasan.
Metastasis jauh terjadi dan mungkin tidak ada selama bertahun-tahun atau dekade
Angiosarcoma.
Angiosarcoma adalah sarkoma langka yang lain yang terjadi kurang dari 1%
dari semua sarkoma, setengahnya melibatkan kepala dan leher. Penyakit ini
ini dan tingkat kekambuhan mendekati 50%. Terapi radiasi pasca operasi juga
Hemangioendothelioma epiteloid.
Tumor ini sangat langka dan keterlibatann kepala dan daerah leher hanya
sekitar 10% sampai 15% dari kasus. Lesi ini ditemukan berasal dari jenis
agresivitas biologis dengan lesi epithelioid memiliki prognosis yang lebih baik,
sedangkan lesi sarkomatosa memiliki potensi metastatik yang lebih tinggi dan
Chondrosarcoma.
rahang bawah dari kepala dan leher, namun juga bisa didapatkan di leher atau
jaringan lunak. Secara histologis, pembentukan tulang rawan ada dengan berbagai
tingkat diferensiasi dan kelas. Tumor ini biasanya diklasifikasikan sebagai tulang
dengan mesenchymal menjadi jauh lebih sering pada anak-anak dan dewasa
muda. Pengobatan berupa reseksi bedah luas, dan dapat dipertimbangkan radiasi
pasca operasi, terutama pada tumor dengan grading tinggi. Angka survival
47
chondrosarcomas di kepala dan leher 87,2% dalam 5 tahun dan 70,6% dalam
10tahun dengan 59,5% menjalani operasi saja, sementara 21,0% memiliki terapi
radiasi adjuvant.
Osteosarkoma.
Osteosarcoma kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila, dengan
samping beberapa laporan yang melibatkan hyoid dan laring. Pengobatan lesi ini
terutama reseksi bedah dengan atau tanpa terapi radiasi dan kemoterapi. Insiden
metastasis ke servikal dilaporkan kurang dari 10%, sehingga diseksi leher kurang
bermanfaat.
Fibrosarcoma.
Leher adalah lokasi kedua yang paling sering pada fibrosarcoma kepala dan
leher, setelah daerah sinus paranasal. Meskipun dapat terjadi pada semua usia,
lebih sering terjadi pada orang dewasa antara 40 dan 70 tahun. Neoplasma ini
berasal dari fibroblast dan biasanya timbul secara spontan tetapi diketahui muncul
Leiomyosarcoma.
meskipun dapat terjadi pada semua usia. Merupakan 6% dari semua sarkoma, dan
3% melibatkan daerah kepala dan leher. Neoplasma ini berkembang dari otot
polos dan secara histologis tampak fasikula berpola tegak lurus dengan inti
reseksi luas dengan margin negatif. Diseksi leher dapat diindikasikan karena
potensi metastasis regional dan jauh. Prognosis bervariasi dengan lokasi asal dan
Liposarkoma.
Meskipun dianggap sebagai sarcoma jaringan lunak yang paling sering dari
orang dewasa, yaitu 12% sampai 18% dari kasus, keterlibatan daerah kepala dan
leher jarang, terjadi pada sekitar 3% sampai 6%. Liposarkoma dianggap terjadi
lebih sering pada lokasi jaringan lunak lebih dalam dari lipoma atau lipoma
atipikal; metastasis serviksal jarang terjadi, dan metastasis jauh telah dilaporkan
Sebagian menganggap FHM sarkoma jaringan lunak yang paling sering pada
orang dewasa. Namun jarang melibatkan daerah kepala dan leher, meskipun dapat
terjadi di jaringan lunak sinus paranasal, leher, dasar tengkorak, dan kelenjar
parotis. Dari 88 histiocytomas fibrous (jinak dan ganas) dari kepala dan leher,
leher merupaka lokasi kedua yang paling sering setelah sinonasal. Faktor etiologi
termasuk terapi radiasi sebelum dan penggunaan silika sebagai bahan injeksi.
Hemangiopericytoma ganas.
ditemukan pada sinus paranasal, meskipun hampir setiap jaringan bisa terlibat,
termasuk leher.
Istilah tumor selubung saraf perifer maligna (TSSPM) mengacu pada jenis
neurosarcoma yang mewakili hampir 10% dari semua sarkoma, besifat agresif
dengan prognosis yang buruk. Terapi reseksi luas dengan margin yang jelas dan
radiasi pasca operasi , margin dan ukuran tumor berhubungan dengan angka
survival. Prognosis buruk meskipun pengobatan agresif, lebih dari 40% terdapat
Rhabdomiosarkoma (RMS)
RMS adalah keganasan yang berasal dari sel-sel mesenchymal terkait dengan
diferensiasi otot rangka. Ini merupakan sarcoma jaringan lunak yang paling sering
pada anak-anak dan 20% dari semua sarkoma. Lebih dari 45% dari rhabdomyo-
sarcomas muncul di daerah kepala dan leher, dengan insiden tertinggi pada
dekade pertama dan puncaknya terjadi pada dekade kedua dan ketiga. Lokasi yang
paling sering di kepala dan leher dari 50 kasus termasuk wajah, orbit, rongga
hidung, leher, sinus paranasal, dan situs parameningeal. Metastasis terjadi pada
33% kasus, lokasi tersering adalah sumsum tulang, cairan serebrospinal, cairan
terlibat dalam hampir 14% dari kepala dan leher RMS dewasa. Tumor ini
alveolar-klasik, dan varian yang solid, dibeda-bedakan dan anaplastik. Ini juga
campuran. Embrional yang merupakan RMS yang paling sering pada anak-anak
dan orang dewasa. Terapi utama berupa kemoterapi induksi diikuti dengan terapi
50
untuk debulking atau pada tumor yang dapat direseksi sepenuhnya tanpa cacat
Sarkoma sinovial.
lunak dan 3% sampai 10% dari semua sarkoma kepala dan leher. Tumor ini
biasanya muncul pada usia 20 sampai 40 tahun, pada daerah hypopharyngeal dan
retropharyngeal. Diseksi leher tidak perlu karena tidak adanya metastasis servikal.
Angka survival 47% sampai 58% sampai dengan 40% kejadian kekambuhandapat
Melanoma.
lokasi primer. Sebuah tinjauan dari 300 kasus melanoma oleh Balm dan lain-lain
diketahui lokasi primernya. Terapi dengan operasi dan survival 5-tahun 48%,
dengan rata-rata 36 bulan (pada pasien dengan tahap II melanoma kulit). Tindakan
dengan diseksi leher tunda untuk metastasis regional lebih dari 3 bulan setelah
terapi primer. Insiden metastasis jauh cukup tinggi pada pasien mengalami
metastasis regional.21, 24
52
secara menyeluruh telah dilakukan namun lokasi lesi primer masih belum jelas,
terapi biopsi eksisi harus dilakukan bahkan diseksi leher. Ketika ditemukan
Sekitar 5% kanker leher didiagnosis dari seluruh pasen dengan massa leher yang
Radiasi profilaksis masih kontroversial. Lesi ini tidak akan mendapat manfaat
Terapi ini juga dapat menyebabkan efek samping berkepanjangan utama berupa
xerostomia, disfagia, dan karies gigi. Tingkat kesembuhan telah dilaporkan lebih
Pasien tumor leher yang lesi primernya tidak diketahui harus dilakukan
pemeriksaan yang berulang. Lesi primer yang paling sering adalah nasofaring
nasofaring.
Massa leher pada pasien dengan tumor primeryang diketahui dari kepala
53
primer tidak terletak di kepala atau leher, biopsi eksisi massa leher dilakukan
daripada terapi bedah. Setelah dilakukan diseksi leher untuk metastasis leher
spesimen leher setelah diseksi leher radikal pada pasien dengan secara klinis
tidak memiliki metastasis ke leher (N0). Nama lainnya adalah metastasis samar
(occult metastasis).25, 26
54
tumor rongga >20% kasus, tumor supraglotis 8-30% kasus, tumor glotis 0-
15% kasus.25, 26
terapi profilaksis leher. Pasien stadium N0 leher secara klinis yang memiliki
risiko lebih dari 20% dari metastasis samar di leher, harus dilakukan terapi
profilaksis leher, baik dengan diseksi leher atau dengan radioterapi eksternal.
KESIMPULAN
abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula.1 Massa leher pada pasien
Kelainan kepala dan leher dapat terjadi gejala massa leher. Eksisi bedah
Pada anak-anak dan usia <40 tahun biopsi eksisi dilakukan setelah
pemeriksaan lengkap kepala dan leher dan pemeriksaan lain tidak menghasilkan
informasi lebih lanjut. Pada pasien dewasa >40 tahun, harus dilakukan
pemeriksaan fisik kepala dan leher yang lengkap dan berulang. Setelah
tumor primernya.
Tumor primer dari leher jarang terjadi, tetapi harus dipertimbangkan dalam
diagnosis banding dari setiap massa leher untuk memungkinkan evaluasi dan
yang mungkin memerlukan reseksi luas dengan margin yang jelas dan diseksi
leher.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Roseman B, Clark O. Neck Mass. Dalam: Souba WW, Fink MP, Kaiser LR,
5. Fowler JC, Marovich R, Johnson JT. Evaluating a neck mass: narrowing the
2013;8(4):384-7.
9. Johnson JT, Rosen CA, Bailey BJ. Bailey's Head and Neck Surgery--
Wilkins; 2014.
10. McGuirt WF. Differential Diagnosis of Neck Masses. Dalam: Flint PW,
56
57
11. Wang S-G. Differential Diagnosis and Treatment of Neck Masses. J Korean
12. Balm AJM, van Velthuysen MLF, Hoebers FJP, Vogel WV, van den Brekel
Oncology. 2010;2(3):581-40.
13. Selman TJ, Mann C, Zamora J, Appleyard TL, Khan K. Diagnostic accuracy of
tests for lymph node status in primary cervical cancer: a systematic review and
14. Nakamura Y, Otsuka F. Sentinel Lymph Node Biopsy for Melanoma and
15. Thompson CF, St. John MA, Lawson G, Grogan T, Elashoff D, Mendelsohn
AH. Diagnostic value of sentinel lymph node biopsy in head and neck cancer: a
affiliated with the German Society for Oto-Rhino-Laryngology - Head and Neck
Surgery. 2013;270(7):2115-22.
17. Charan I, Kapoor A, Kumar N, Jagawat N, Singhal MK, Kumar HS. Evaluation
18. Grosjean P, Monnier P. Cervical nodules: diagnosis and management. Rev Med
19. Kim SH, Kim NH, Kim KR, Lee JH, Choi H-S. Schwannoma in Head and Neck:
20. Oliveira HF, Carvalho AS, Argollo NC, Neves CA, MO. D. Rhinoscleroma and
21. Day T, Joe J. Primary Neoplasm of The Neck Dalam: Flint PW, Cummings CW,
22. Aljabab AS, Nason RW, Kazi R, Pathak KA. Head and Neck Soft Tissue
23. Zhu J, Zhang J, Tang G, Hu S, Zhou G, Liu Y, et al. Computed tomography and
24. Shashanka R, Smitha BR. Head and Neck Melanoma. ISRN Surgery.
2012;2(1):23-5.
treatment of lymph node metastasis in head and neck cancer. GMS Current
26. SIGN. Diagnosis and management of head and neck cancer - A national clinical